Anda di halaman 1dari 40

SUKU DI INDONESIA BAGIAN TENGAH

Indonesia terdiri dari 1128 suku.


II.1.          KALIMANTAN SELATAN
1.      SUKU DAYAK MAANYAN
a.       Sejarah
Masyarakat Dayak Maanyan adalah sebuah sub suku Dayak di Kalimantan yang sudah eksis
sejak ratusan tahun lalu bahkan diyakini sudah ada sejak 242 sebelum masehi menurut
penelitian pada sisa peninggalan kerajaan Nansarunai berupa Candi didaerah Amuntai -
Kalimantan Selatan. Pada saat itu suku Dayak Maanyan masih mendiami wilayah yang
sekarang sudah menjadi bagian dari provinsi Kalimantan Selatan.
Menurut sejarah dan penelitian suku Dayak Maanyan adalah suku maritim yang berjaya
dijamannya. Dan pada saat itu memang masih mendiami wilayah di pinggiran laut atau
sungai yang dekat dengan laut. Bahkan menurut relief yang tercantum di candi Borobudur,
suku Dayak Maanyan pernah berlayar mengarungi samudra menuju Madagaskar dengan
menggunakan perahu Cadik.
Diawal keruntuhanya kerajaan Nansarunai mulai mendapat intimidasi dari berbagai kerajaan
yang ada disaat itu seperti kerajaan Sriwijaya(Pulau Sumatra) dan Majapahit(Pulau Jawa).
Dan pada akhirnya tahun 1355 masehi, kerajaan Nan Sarunai jatuh dan takluk kepada
kerajaan Majapahit dibawah komando Empu Jatmika. Dengan jatuhnya kerajaan Nansarunai
ketangan pemerintahan Majapahit, maka kerajaan baru pun di bentuk untuk mengganti ke-
eksisan kerajaan yang sebelumnya dengan nama kerajaan Negara Dipa.
Keruntuhan kerajaan Nansarunai membuat masyarkat Dayak Maanyan tercerai-berai dan
meninggalkan daerah yang sebelumnya telah menjadi tanah leluhurnya. Keruntuhan ini juga
sekaligus mengubah beberapa budaya dan kebiasaan suku Dayak Maanyan, namun pada
dasarnya budaya nenek moyangnya tidak ada yang berubah.
b.      Rumah adat
Lewu hante
c.       Bahasa
Bahasa Maanyan adalah bahasa yang dituturkan oleh suku Dayak Maanyan di Kabupaten
Barito Timur, Kalimantan Tengah, dan sebagian Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan
(Kecamatan Tanta).
d.      Makanan khas
1.      Papai
Papai dikenal juga oleh Dayak Dayak yang lain, maupun suku bangsa yang lain. Dayak
Ngaju menyebutnya sebagai mandai. Sebagian menyebutnya dame atau dami. Makanan ini
terbuat dari kulit cempedak yang telah dibuang kulit luarnya yang tipis. Kulit yang sudah
dikupas diberi garam secukupnya. Papai ini enaknya digoreng saja, baik kering maupun
dioseng basah. Kalau menginginkan rasa papai yang manis dan lunak, maka segera sesudah
dikupas dan diberi garam sedikit langsung digoreng, kalau menginginkan papai yang agak
kecut dan dagingnya sedikit keras rendam dulu dalam air garam 1-2 malam, lebih dari 1-2
malam papai kecut tapi lunak. Saya sendiri suka papai yang asam diiris tipis tipis digoreng
kering dengan irisan bawang Bombay yang banyak dan irisan cabe rawit plus sedikit MSG.
Dahulu orang menyimpan papai dalam guci atau stoples selama berbulan bulan, sebagai
persediaan. Karena papai bukan dianggap sebagai sayur namun juga pengganti daging
sebagaimana tempe dan tahu.
2.      Gaguduh Nanakan
Nanakan atau cempedak (Artocarpus cempeden) juga enak digoreng sebagaimana membuat
pisang goreng, namun yang paling enak digoreng di atas api kecil dan agak lama, sehingga
biji di dalamnya betul betul matang, sehingga selain daging cempedak , bijinya juga bisa
dinikmati. Biji cempedak juga enak direbus, sampai kulitnya terkelupas, biji ini mengandung
karbohidrat yang tinggi.
3.      Pakasem
Sebagaian daerah menyebutnya pakasam, namun di Malaysia Timur (Kalimantan) pakasam
sama dengan “wadi”. Jadi bukan pakasem. Pembuatan pakasem hampir sama dengan wadi,
namun yang menjadi pengawetnya adalah garam dan nasi dingin. Penyimpanannya sama
dengan pembuatan wadi (lihat tulisan saya terdahulu), namun dalam waktu tiga hari sudah
“jadi”, semakin lama pakasem, daging dan tulang ikan atau daging yang dipakasem menjadi
lunak. Sangat enak pembaca…seperti rasa wadi, namun lebih asam.
e.       Senjata adat
Mandau
f.       Kesenian
         Balian bulat
Salah satu tari Dayak Maanyan, Balian Bulat, dimana penarinya melipat tubuhnya
sedemikian rupa hingga tampak "bulat"
2.      SUKU DAYAK BAKUMPAI
a.       Sejarah
Suku Bakumpai berasal bagian hulu dari bekas Distrik Bakumpai sedangkan di bagian
hilirnya adalah pemukiman orang Barangas (Baraki). Sebelah utara (hulu) dari wilayah bekas
Distrik Bakumpai adalah wilayah Distrik Mangkatip (Mengkatib) merupakan pemukiman
suku Dayak Bara Dia atau Suku Dayak Mangkatip. Suku Bakumpai maupun suku Mangkatip
merupakan keturunan suku Dayak Ngaju dari Tanah Dayak.
Suku Bakumpai banyak mendapat pengaruh bahasa, budaya, hukum adat, dan arsitektur
Banjar, karena itu suku Bakumpai secara budaya dan hukum adat termasuk ke dalam
golongan budaya Banjar, namun secara bahasa, suku Bakumpai memiliki kedekatan dengan
bahasa Ngaju.
b.      Rumah adat
Rumah lanting merupakan rumah suku Bakumpai. Rumah tersebut berdiri di atas DAS.
c.       Bahasa
Di Kalimantan Selatan bahasa Dayak Bakumpai disebut sebagai bahasa Banjar Bakumpai.
Kalau diperhatikan bahasa Bakumpai tidak akrab hubungannya dengan bahasa Banjar, tetapi
justru sangat erat hubungannya dengan bahasa Dayak Ngaju, jadi lebih tepat kalau disebut
sebagai bahasa Dayak Bakumpai dari pada bahasa Banjar Bakumpai. Bahasa Dayak
Bakumpai sangat berkerabat dengan bahasa Dayak Ngaju, karena persentase kemiripannya
hampir sebesar 80%.
d.      Makanan khas
1. Nasi Pundut
Makanan ini terbuat dari nasi yang dimasak pake santan dan dibungkus daun pisang,
makannya dengan sambal masak merah yang rasanya pedes manis.
2. Lapat atau Lalapat
Kalo yang ini mirip juga dengan Nasi Pundut tapi rasanya lebih legit karena santan yang
dicampur tidak sebanyak di Nasi Pundut. Dimakan dengan sambal kacang seperti sambal
sate.
3. Laksa
Makanan yang bentuknya seperti mie dengan ukuran besar, bahannya dari tepung beras.
rasanya tawar dan dimakan dengan kuah sayur yg kaya akan bumbu rempah
4. Hintalu Karuang
Nah kalo yang ini terbuat dari adonan tepung ketan yang dibentuk bulat2 dan direbus pake air
santan plus gula merah.
5. Bubur Rendang
Kalo yang ini maemnya pake santan kental
6. Bubur Beayak
Bubur yang satu ini terbuat dari tepung beras yang dikasih gula merah
7. Tampuyak (Dangingnya Buah Durian)
8. Tiwadak ato Cempedak
Buah cimpedak goreng campur tepung
9. Apam Paranggi
10. Cucur
11. Wadai Bingka
e.       Senjata khas
Mandau adalah senjata khas suku bvakumpai.

f.       Kesenian
1.      Kuriding adalah sebuah alat musik khas Kalimantan Selatan. Kuriding dimainkan oleh
seniman dari etnis Bakumpai maupun Banjar. Kuriding dibuat dari enau atau kayu mirip ulin
yang hanya ada di daerah Muara Teweh, Barito Utara. Musik kuriding adaklah alat musik
yang terbuat dari bambu. Nama kuriding diberikan oleh penduduk hulu sungai tengah dan
desa harakit kabupaten tapin.lain lagi dengan penduduk ulu benteng kecamatan bakumpai
kabupaten barito kuala menyebutnya guriding.
Alat musik kuriding atau guriding ini adalah alat musik mulut , bahanya dari bambu , alatnya
ditempatkan pada mulut dengan cara seperti aturannya, untuk membuyikan kuriding harus
menarik tali tatarikan yang dipegamg dengan tangan dan teratur sertaada sentakan , sehingga
menggetarkan alat getar kuruding tersebut.
2.      Bapapai
Budaya tersebut diselanggarakan terutama di saat proses adat perkawinan suku Bakumpai,
tambahnya. Ritual Bapapai, adalah sebuah acara mandi kembang calon pengantin yang
dilaksanakan pada malam hari, biasanya setelah akad nikah sekitar pukul 20.00 hingga pukul
10.00 Wib. Sudah suatu kebiasaannya warga suku yang banyak tinggal di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Barito, pedalaman Kalteng melakukan acara akad nikah pada malam hari.
Proses mandi kembang cukup sederhana dan unik, yaitu sebelum mandi kembang, kedua
calon pengantin harus berputar mengelilingi tempat mandi yang dipagari benang hitam,
diiringi oleh tujuh orang wanita yang berperan sebagai dayang. Kemudian setelah berputar
sebanyak tujuh kali calon pengantin duduk di tempat yang telah disediakan untuk
dimandikan oleh tujuh orang dayang secara bergantian. Untuk kemudian kedua mempelai
didandani layaknya para dayang yang melayani raja dan ratu. Adat budaya suku Bakumpai
ini diartikan mempelai membersihkan dan membuang masa lalu atau masa remaja, untuk
kemudian bersiap dengan jiwa raga yang bersih menyongsong hari depan yang lebih bersih
seperti layaknya seorang yang baru saja dimandikan. Dikarenakan acara Bapapai ini
dilakukan harus di lapangan terbuka maka acara ini menjadi tontonan gratis bagi masyarakat
setempat dan biasanya cukup ramai dikunjungi warga, karena acara ini hanya terselenggaran
saat perayaan perkawinan saja.
3.      Badewa
Badewa adalah upacara pengobatan pada suku Bakumpai di Kalimantan, Indonesia. Badewa
pada dasarnya dilakukan dengan upacara yang diiringi dengan tetabuhan, namun ada juga
tanpa alat seberti gong, sarun dan sebagainya. Badewa dilakukan dengan memanggil sahabat
yakni sekutu seorang Tabit (Tabib) dari makhluk gaib. Para sahabat itulah yang merasuk
dalam tubuh Tabit, guna melakukan penyembuhan.
4.      Manyanggar lewu/lebu
Manyangggar lebu adalah ritual membersihkan desa biasanya kan diadakan acara bawayang
dan wayang orang, kalau malam bawayang kalau pagi wayang orang.

3.      SUKU BANJAR


a.       Sejarah
Masyarakat Banjar bukanlah suatu yang hadir begitu saja, tapi ia merupakan konstruksi
historis secara sosial suatu kelompok manusia yang menginginkan suatu komunitas tersendiri
dari komunitas yang ada di kepulauan Kalimantan. Etnik Banjar merupakan bentuk
pertemuan berbagai kelompok etnik yang memiliki asal usul beragam yang dihasilkan dari
sebuah proses sosial masyarakat yang ada di daerah ini dengan titik berangkat pada proses
Islamisasi yang dilakukan oleh Demak sebagai syarat berdirinya Kesultanan Banjar. Banjar
sebelum berdirinya Kesultanan Islam Banjar belumlah bisa dikatakan sebagai sebuah
ksesatuan identitas suku atau agama, namun lebih tepat merupakan identitas yang merujuk
pada kawasan teritorial tertentu yang menjadi tempat tinggal.
Suku Banjar yang semula terbentuk sebagai entitas politik terbagi 3 grup (kelompok besar)
berdasarkan teritorialnya dan unsur pembentuk suku berdasarkan persfektif kultural dan
genetis yang menggambarkan percampuran penduduk pendatang dengan penduduk asli
Dayak:
1.      Grup Banjar Pahuluan adalah campuran orang Melayu-Hindu dan orang Dayak Meratus yang
berbahasa Melayik (unsur Dayak Meratus/Bukit sebagai ciri kelompok)
2.      Grup Banjar Batang Banyu adalah campuran orang Pahuluan, orang Melayu-Hindu/Buddha,
orang Keling-Gujarat, orang Dayak Maanyan, orang Dayak Lawangan, orang Dayak Bukit
dan orang Jawa-Hindu Majapahit (unsur Dayak Maanyan sebagai ciri kelompok)
3.      Grup Banjar Kuala adalah campuran orang Kuin, orang Batang Banyu, orang Dayak Ngaju
(Berangas, Bakumpai), orang Kampung Melayu, orang Kampung Bugis-Makassar, orang
Kampung Jawa], orang Kampung Arab, dan sebagian orang Cina Parit yang masuk Islam
(unsur Dayak Ngaju sebagai ciri kelompok). Proses amalgamasi masih berjalan hingga
sekarang di dalam grup Banjar Kuala yang tinggal di kawasan Banjar Kuala - kawasan yang
dalam perkembangannya menuju sebuah kota metropolitan yang menyatu (Banjar Bakula).
b.      Rumah adat
Rumah Banjar adalah rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya antara
lain mempunyai perlambang, mempunyai penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan
simetris. Rumah tradisonal Banjar adalah tipe-tipe rumah khas Banjar dengan gaya dan
ukirannya sendiri mulai berkembang sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935. Dari sekian
banyak jenis-jenis rumah Banjar, tipe Bubungan Tinggi merupakan jenis rumah Banjar yang
paling dikenal dan menjadi identitas rumah adat suku Banjar.
c.       Bahasa
Bahasa Banjar merupakan bahasa ibu Suku Banjar. Bahasa ini berkembang sejak zaman
Kerajaan Negara Dipa dan Daha yang bercorak Hindu-Buddha hingga datangnya agama
Islam di Tanah Banjar. Banyak kosakata-kosakata bahasa ini sangat mirip dengan Bahasa
Dayak, Bahasa Melayu, maupun Bahasa Jawa.
d.      Makanan khas
Masakan tradisional Banjar diantaranya: sate Banjar, soto Banjar, kue bingka dan lain-lain.
e.       Senjata khas
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan orang yang pernah memakainya, senjata
tradisional suku banjar yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1. Serapang
Serapang adalah tombak bermata lima mata dimana empat mata mekar seperti cakar elang
dengan bait pengait di tiap ujungnya. Satu mata lagi berada di tengah tanpa bait, yang disebut
“besi lapar” yang di percaya dapat merobohkan orang yang memiliki ilmu kebal sekuat
apappun.
2. Tiruk
Tiruk adalah tombak panjang lurus tanpa bait digunakan untuk berburu ikan haruan (ikan
gabus) dan toman di sungai.
3. Pangambangan
Pangambangan adalah tombak lurus bermata satu dengan bait di kedua sisinya.
4. Duha
Duha adalah pisau bermata dua yang sering digunakan untuk berburu babi.
f.       Kesenian
1.      Teater
Satu-satunya seni teater tradisional yang berkembang di pulau Kalimantan adalah Mamanda.
Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan
Selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong
dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat
penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat
membuat suasana jadi lebih hidup.
2.    Musik
Salah satu kesenian berupa musik tradisional khas Suku Banjar adalah Musik Panting. Musik
ini disebut Panting karena didominasi oleh alat musik yang dinamakan panting, sejenis
gambus yang memakai senar (panting) maka disebut musik panting. Pada awalnya musik
panting berasal dari daerah Tapin, Kalimantan Selatan. Panting merupakan alat musik yang
dipetik yang berbentuk seperti gabus Arab tetapi ukurannya lebih kecil. Pada waktu dulu
musik panting hanya dimainkan secara perorangan atau secara solo. Karena semakin majunya
perkembangan zaman dan musik panting akan lebih menarik jika dimainkan dengan beberapa
alat musik lainnya, maka musik panting sekarang ini dimainkan dengan alat-alat musik
seperti babun, gong,dan biola dan pemainnya juga terdiri dari beberapa orang. Nama musik
panting berasal dari nama alat musik itu sendiri, karena pada musik panting yang terkenal alat
musik nya dan yang sangat berperan adalah panting, sehingga musik tersebut dinamai musik
panting. Orang yang pertama kali memberi nama sebagai musik panting adalah A.
SARBAINI. Dan sampai sekarang ini musik panting terkenal sebagai musik tradisional yang
berasal dari Kalimantan Selatan.
Selain itu, ada sebuah kesenian musik tradisional Suku Banjar, yakni Musik Kentung. Musik
ini berasal dari daerah Kabupaten Banjar yaitu di desa Sungai Alat, Astambul dan kampung
Bincau, Martapura. Pada masa sekarang, musik kentung ini sudah mulai langka. Masa dahulu
alat musik ini dipertandingkan. Dalam pertandingan ini bukan saja pada bunyinya, tetapi juga
hal-hal yang bersifat magis, seperti kalau dalam pertandingan itu alat musik ini bisa pecah
atau tidak dapat berbunyi dari kepunyaan lawan bertanding.
3.    Tarian
Seni Tari Banjar terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di lingkungan istana
(kraton), dan seni tari yang dikembangkan oleh rakyat. Seni tari kraton ditandai dengan nama
"Baksa" yang berasal dari bahasa Jawa (beksan) yang menandakan kehalusan gerak dalam
tata tarinya. Tari-tari ini telah ada dari ratusan tahun yang lalu, semenjak zaman hindu,
namun gerakan dan busananya telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi dewasa ini.
Contohnya, gerakan-gerakan tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan adab islam
mengalami sedikit perubahan.

II.2.          KALIMANTAN TIMUR


1.      SUKU DAYAK KUTAI
a.       Sejarah
Suku Kutai atau Suku Dayak Kutai adalah suku asli yang mendiami wilayah Kalimantan
Timur dengan populasi 314.000 jiwa. Suku Kutai merupakan bagian dari rumpun Suku
Dayak, khususnya dayak rumpun ot danum ( tradisi lisan orangtua beberapa Suku Kutai yang
mengatakan Suku Dayak Lawangan yang kemudian berdiam di Kalimantan Timur
melahirkan Suku Dayak Tunjung dan Suku Dayak Benuaq, kemudian dengan masuknya
budaya muslim melahirkan terbentuknya masyarakat Suku Kutai yang berbeda budaya
dengan Suku Dayak). Pada awalnya Kutai merupakan nama suatu teritori tempat
bermukimnya masyarakat asli Kalimantan atau Dayak. Suku Kutai berdasarkan jenisnya
adalah termasuk suku melayu tua sebagaimana Suku Dayak di Kalimantan Timur. Oleh
karena itu secara fisik Suku Kutai mirip dengan Suku Dayak rumpun ot danum. Hubungan
Kekerabatan Suku Kutai dengan Suku Dayak diceritakan juga dalam tradisi lisan Suku Dayak
dengan berbagai versi di beberapa sub suku rumpun ot danum .
b.      Rumah adat
Rumah lamin
c.       Bahasa
Masyarakat Kutai yang terdiri dari banyak sub suku memiliki bahasa yang beragam.
Beberapa bahasa sub suku yang sudah tidak dipergunakan lagi dan kemungkinan sudah
punah adalah bahasa Umaa Wak, Umaa Palaa, Umaa Luhaat, Umaa Palog, Baang Kelo dan
Umaa Sam. Bahasa-bahasa tersebut dulunya lazim digunakan oleh masyarakat Kutai di hulu
maupun hilir mahakam. Saat ini bahasa Kutai terbagi ke dalam 4 dialek yang letaknya tidak
saling berdekatan yaitu Kutai Tenggarong (vkt), Kutai Kota Bangun (mqg), Kutai Muara
Ancalong (vkt) dan Kutai Sengata/Sangatta (belum ada kode bahasanya)
d.      Makanan khas
Gence ruan merupakan ikan gabus yang dibakar dipadu dengan bumbu pedas.
e.       Senjata tradisional
Mandau
f.       Kesenian
1.      Lagu daerah
Burung Enggang, Meharit Lamin Talunsur, Buah Bolok, Aku Menyanyi, dan lain-lain

2.      Tarian
1)      Tari Kanjar merupakan tarian sakral suku Kutai dari keraton Kesultanan Kutai Kartanegara
ing Martadipura, Kalimantan Timur. Tari Kanjar yang ditarikan oleh penari lelaki disebut
Tari Kanjar Laki, sedangkan tari Kanjar yang dilakukan oleh penari wanita disebut Tari
Kanjar Bini.
2)      Tari Jepen Eroh adalah tari garapan yang tidak meninggalkan gerak ragam aslinya, yang
disebut ragam penghormatan, ragam gelombang, ragam samba setangan, ragam samba penuh,
ragam gengsot, ragam anak, dan lain-lain. Eroh dalam bahasa Kutai berarti ramai, riuh dan
gembira. Oleh sebab itu, penataan Tari Jepen Eroh ini penuh dengan gerak-gerak yang
dinamis dan penuh unsur kebahagiaan.
3.      Musik
Tingkilan adalah seni musik khas suku Kutai. kesenian ini memiliki kesamaan dengan
kesenian rumpun Melayu. Alat musik yang digunakan adalah Gambus (sejenis gitar berdawai
6), ketipung (semacam kendang kecil), kendang (sejenis rebana yang berkulit sebidang dan
besar) dan biola. Musik Tingkilan disertai pula dengan nyanyian yang disebut betingkilan.
Betingkilan sendiri berarti bertingkah-tingkahan atau bersahut-sahutan. Dahulu sering
dibawakan oleh dua orang penyanyi pria dan wanita sambil bersahut-sahutan dengan isi lagu
berupa nasihat-nasihat, percintaan, saling memuji, atau bahkan saling menyindir atau saling
mengejek dengan kata-kata yang lucu. Musik Tingkilan ini sering digunakan untuk
mengiringi tari pergaulan rakyat Kutai, yakni Tari Jepen.

2.      SUKU BERAU


a.       Sejarah
Pada zaman kerajaan Sriwijaya. Mereka membangun pemukiman baru di daerah Sukadana,
Sambas, Berunai, dan Berau berbaur dengan Deutro-Melayu-Kalimantan. Untuk menjadi
lampiran memorie-nya J.S. Krom, meminta bantuan Sultan Sambaliung dan Sutan Gunung
Tabur menyusun sejarah Berau. Sebagai pelaksananya dibentuk Tim Penulis terdiri Klerk
Lauw. Aji Berni Masuarno juru tulis kelas 1 Datu Ullang putera dari Sultan Amiruddin
Sambaliung, Aji Raden Ayub putera dari Sultan H. Siranuddi Gunung Tabur dibantu
beberapa magang seperti Abdul Wahab, Adam, Khirul Arip. Berdasarkan data-data otentik
yang dapat dihimpun dari kedua kerajaan itu serta naskah-naskah tradisional milik
perorangan, berhasil disusun sejarah Berau. Ringkasannya sebagai berikut :
Adapun asal mula Nagri Barrau itu terdiri dari lima Banuwa (Nagri) dan dua kampung.
Pertama : Nagri Marancang. Kepala Nagri atau Orang tuanya bernama Rangga Si Kannik
Saludai. Pengarappan atau Punggawanya Bernama Harimau Jantan, Lambu Tunggal dan
Kuda Sambarani. Wilayah kekuasaannya dari Bulalung Karantigau, Kubuan Pindda,
Mangkapadi, Bulungan Selimbatu, Sekatak Buji, Sekata Jelanjang, Betayu, Sesayap,
Simangarris, Tawau, Segarung, Talluk Silam dan Kinabatangan berbatasan dengan Brunei.
Kedua : Nagri Kuran kepalanya bernama Tumanggung Macan Nagara. Ketiga : Nagri
Bulalung, Orang tuanya bernama Angka Yuda, ia mempunyai seorang anak laki-laki bernama
Si Kuripan. Keempat : Nagri Sawakung di dalam sungai Kelay. Orang Tuanya bernama Si
Patungut gelar Kahar Janggi dan Wakilnya Si Balamman gelar Kahar Pahlawan. Wilayahnya
Passut, Bandang dan Maras sampai ke Ulu Kelay. Kelima : Nagri Pantai. Kepala Nagrinya
bernama Rangga Batara. Ia mempunyai seorang puteri yang termasyhur kecerdikannya
bernama Si Kannik Barrau Sanipah. Punggawanya Rantai Tumiang, Unjit – Unjit Raja, Panas
Karamian dan Ujan Bawari. Wilayah kekuasaannya Buyung-buyung, Semurut, Tabalar,
Karang Bassar, Balikkukup, Mataha, Kaniiungan, Talisatan, Dumaring, Batu Putih, Tallauk
Sumbang dan Maubar. Perbatasannya dengan Kutai di laut ialah pulau Bira-Biraan Batu
Baukir di Tanjung Mangkalihat dan Gunung Bariun di tengah hutan. Keenam : Kampung
Bunyut Letaknya di Tanjung Batu, Kepalanya Bernama Jaya Pati, mempunyai seorang anak
angkat bernama Dayang Bunyut anak Raja Mangindanao. Ketujuh : Kampung Lati,
tempatnya cabang kiri masuk sungai Ulak. Kepalanya Bernama Nini Barituk. Tempat Mereka
berkebun di Rantau Petung, sebelah kanan sungai Ulak. Wilayahnya dari Parisau, Sata,
Samburakat, Birang, Malinau dan Si Agung. Ketujuh wilayah itu, masing-masing berdiri
sendiri.
Berau Menjadi Kerajaan
Raja Berau yang pertama ialah Aji Raden Soela Nata Kasoema dan permaisurinya bergelar
Aji Poetari Paramaisoeri. Menurut cerita Mitos kelahiran raja laki isteri berbeda dengan
kelahiran bayi manusia biasa. Tiga hari berturut-turut anjing Nini Barituk Si Baruang yang
bebulu hitam dan Si Langsat yang berbulu merah, menyalak-nyalak dekat rumpun Pattung
(sejenis bambu besar) dekat kebunnya di Rantau Pattung di Sungai Ulak. Didekatinya
rumpun Pattung itu, dilihatnya disalak anjingnya itu, ialah sebuah rubung pattung yang besar.
Dipotongnya rebung itu, lalu dikeratnya ujungnya. Kedengaran tangis seorang bayi laki-laki
yang baik parasnya. Di rumah isteri Nini Barituk mendapat pula seorang bayi perempuan
yang cantik, di dalam gantang panjahitannya yang berisi kurindan benang penjahit dari serat
nenas. Peristiwa Nini Barituk mendapat kedua bayi ajaib itu, tersiar ketujuh nagri itu. Si
Kannik Barrau Sanipah dari Pantai, Si Kannik Salundai di Marancang dan Si Dayang Bunyut
di Kampung Bunyut, segera ke Kampung Lati ke rumah Nini Barituk. Ketiga puteri itu,
sangat bergembira melihat kedua bayi yang elok parasnya dan damai anak laki-laki Baddit
Dipatung, anak yang perempuan dinamainya Baddit Dikurindan.
Kerajaan Bersatu Ke dalam Kerajaan Majapahit
Berdasarkan data pada atlas Sejarah oleh Prof. Mr. Muhammad Yamin, Nusantara, Tanah Air
Bangsa Indonesia, menurut Para Panca 1365, seluruh Pulau Kalimantan termasuk Berau,
Pulau-pulau Solor (Sulu), Mindanao-Selatan bersatu dengan Majapahit.
Pada halaman 17 dari peta tersebut Berau dinamai BERAYU wilayahnya mulai Tanjung
Mangkalihat, Bulungan, Tidung dan Sabah. Luas wilayah kekuasaan kerajaan Berau ini
diakui pula oleh ilmuan Belanda H. J. Grizen seperti berikut :
“Pada zaman dahulu beberapa Kepala Pemerintahan di daerah Kalimantan Utara Berasal dari
Berau sebelum Berau terpecah menjadi dua kerajaan, Bulungan dan Tidung termasuk
wilayahnya. Bahkan kerajaan Alas dan Tungku yang sekarang diduduki Inggris, termasuk
kawasan Berau.
Dengan diilhami oleh “SUMPAH PALAPA” yang dicetuskan Mahapatih Gajah Mada (1319-
1964) pada tahun 1334 yang isinya akan mempersatukan kerajaan-kerajaan kecil di seluruh
Nusantara dibawah bimbingan Majapahit, Jai Surya Nata Kesuma Raja Berau pertama,
berhasil menerapkan sumpah itu, mempersatukan tujuh wilayah yang terbentang dari Tanjung
Mangkalihat sampai sungai Kinabatangan berbatasan dengan kerajaan Berunai.
Sumpah PALAPA itu berbunyi : “Namun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa,
namun huwus kalah ring Gurun ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompu,
Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik Samana ingsun amukti palapa”. (Jika telah berhasil
mempersatukan Nusantara, saya akan baru beristirahat jika gurun, “Seran, Tanjung Pura,
Haru, Pahang, Dompu, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik telah bersatu, baru aku akan
beristirahat”).
Menilai dan menghargai perjuangan seperti yang dikemukakan diatas, serat meneliti hasil
Tim Pencari Fakta yang terdiri dari Mayor Armyn, Kapten Syahranuddin, Drs. Syahrial
Hanan, Mohd. Noor, ARS, Kodam IX Mulawarman, berkenan mengabadikannya menjadi
KOREM 091/Aji Surya Nata Kesuma yang pertama kali bermarkas di Tarakan pada tahun
1981, sekarang bermarkas di Samarinda. Kebenaran sejarah bahwa Raja Pertama di Kerajaan
Berau, adalah Aji Surya Nata Kesuma, diakui pula oleh Pemerintah Propinsi Daerah
Kalimantan Timur dalam buku “ Sejarah Pemerintah Di Kalimantan Timur Dari Masa Ke
Masa” halaman 91, tahun 1990.
Pada abad ke XIV sampai abad ke XV DR. J. Eisenberger menulis sebagai berikut :
“Pada beberapa tempat di Kalimantan mengalami kembali pengaruh Hindu, dalam periode ini
bercampur dengan Kebudayaan Jawa, berhubung pengaruh tersebut datangnya dari Kerajaan
Majapahit. Pada pertengahan abad ke XIV (1365) daerah yang bersatu dengan kerajaan
Majapahit yaitu kerajaan kota Waringin, Sampit Kapuas, Banjarmasin (Ibu kotanya Tanjung
Pura di Sungai Pawan). Hulu Sungai Mayan di Kalimantan Barat, ditengah-tengah Sukadana,
Muara Barito, Tabalong di Amuntai, pulau Sebulu, Pulau Laut, Pasi, Kutai dan Berau.
Daerah taklukan ini, dalam catur wulan pertama abad ke XV lepas dari kekuasaan kerajaan
Majapahit. Daerah Berau yang dipimpin oleh Aji Surya Nata Kesuma kembali sepenuhnya
memerintah kerajaan, lepas dari kerajaan Majapahit. Keutuhan wilayah dapat dipelihara dan
dipertahankan oleh turunannya sampai generasi yang kesembilan yaitu Raja Aji Dilayas.
Pada permulaan abad ke XVII, kerajaan Berau, diperintah oleh raja-raja secara bergiliran,
turunan Pangeran Tua dan Pangeran Dipati Putera Raja Aji Dilayas yang berlainan ibu. Pada
saat menentukan giliran pengangkatan penguasa inilah, terjadi perbedaan pendapat yang tidak
jarang menimbulkan insiden. Akan tetapi dengan berkat kemauan yang baik dengan jalan
musyawarah perselisihan itu dapat diatasi. Tidak ada cerita lisan ataupun tertulis, salah satu
pihak meminta bantuan, apalagi intervensi pihak asing untuk menyelesaikan masalah mereka,
seperti yang ditulis oleh penulis Barat antara lain Informasi Forster tahun 1770 di dalam buku
“Aanteekeningen Omtrent Een Gedeeite Der Oestkust van Borneo door J. Hagemen Joz 1888
halaman 101.
Hubungan dengan Kerajaan Tetangga
Sultan Hasanuddin putera pangeran Tua kawin dengan Puteri Raja Sulu (Solok) yang
bernama Dayang Lana yang melahirkan 5 orang putera dan 4 orang puteri pulang ke Solok,
hanya seorang tinggal di Berau yaitu Sultan Amiril Mukminin. Cucunya perempuan kawin
dengan bangsawan Solok Syarif Dakula. Demikian pula turunan Pangeran Dipati, cucunya
Sultan Zainal Abidin (Marhum Muara Bangun) kawin dengan Aji Galuh Besar cucu dari Raja
Kutai Anum Panji Mendapa Ing Martapura (1710 – 1735).
Hubungan dengan VOC (Kompeni Hindia Timur)
Pada tahun 1671 kompeni pernah mengirimkan pedagang senior Paulus de Beck de Beck
dengan Chialloup de Noorman ke Kutai dan ke Berau untuk berusaha mengadakan dagang,
tetapi tidak berhasil. Sejak didirikannya VOC (1602 – 1799) tidak berhasil menduduki Berau
dan para raja-raja kerajaan Berau tidak pernah mengadakan politik kontrak, mengakui
dibawah kedaulatan VOC.
Sejak berdirinya kerajaan Berau yang diperkirakan hilangnya kekuasaan Sriwijaya tahun
1377, baik de facto atau de jure tidak pernah mengakui kedaulatan kolonial Belanda atau
Inggris sampai tahun 1833.
b.      Rumah adat
Rumah lamin
c.       Bahasa
Bahasa Berau atau Dialek Melayu Berau (bve) adalah suatu bahasa Austronesia yang
dituturkan suku Berau di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Bahasa Berau merupakan
salah satu dialek Melayu Lokal sehingga dapat pula disebut Bahasa Melayu Berau.
d.      Makanan khas
1. Talinga sagayi:
Dari arti bahasa talinga sagayi berarti kuping dayak (yang panjang) bahan dasar kue ini mirip
dengan kue cincin yang banyak dijual dipasar tetapi bentuknya seperti angka delapan. Kue ini
terbuat dari tepung dan gula merah diaduk dan proses memasaknya digoreng.
2. Rangai:
Rangai berbahan dasar beras ketan disangrai baru dihaluskan dengan cara digiling, dita,bah
gula dan kelapa parut. Setelah diaduk dicetak dengan cetakan khusus dibakar diopen dengan
api sedang.
3. Satu:
Satu berbahan dasar beras ketan yang disangrai dihaluskan lebih halus dari bahan rangai
dicampur gula tetapi tidak menggunakan kelapa dicetak sama dengan rangai dan dibakar
sampai matang
4. Satu kacang:
Satu kacang berbahan baku kacang hijau yang disangrai dihaluskan dengan cara digiling,
dicampur gula, dicetak dan dibakar seperti satu dari beras ketan.
5. Kajajanga:
Kajajanga juga merupakan kue tradisional suku banua yang terbuat dari tepung dibentuk dan
digoreng,setelah matang didingankan baru dimasukan kedalam gula putih yang dicairkan
dengan air (dalm bahasa berau disebut dilua)sampai kental.
Masakan khas seperti lauk pauk ummnya dimasak tidak menggunakan minyak
melainkan direbus, dipindang, sayur,dibakar dan lainnya. Diantaranya masakan tersebt
adalah:
1. Udang singgang:
Udang singgang adalah masakan khas yang menjadi lauk kegemaran dizaman dulu.
Memasaknya cukup sederhana yaitu udang sungai direbus diberi garam dan tidak
menggunakan bumbu lain karena udang sungai yang ada diperairan berau sudah gurih dan
lezat sehingga hanya direbus denga sedikit air saja sudah lezat untuk dijadikan lauk.
2. Udang jarrang assam:
Selain di singgang masyarakat banua juga gemar menbuat sayur asam undag yang disebut
udang jarrang assam. Cara menbuatnya udang direbus dan diiris bawang merah, serai, asam
kandis/asam jawa dan sedikit garam.
3. Tumpi udang:
Tumpi udang biasanya dijadikan hidangan acara arwahan atau persiapan perkawinan karena
banyak tamu dan keluarga yang diberimakan maka tumpi selau dijadikan salah satu lauk.
Tumpi terdiri atas kepal undang ditumbuk dengan parutan kelapa diberi bumbu bawang
merah, bawang putih dan kunyit. Setelh ditumbuk dibentuk bulat dan gepeng baru digoreng
e.       Senjata tradisional
Mandau
f.       Kesenian
Tari Dalling merupakan gambaran tari penuh suka cita yang dibawakan oleh anak-anak
hingga remaja.

3.      SUKU DAYAK PASER


a.       Sejarah
Suku Pasir adalah suku bangsa yang tanah asalnya berada di tenggara Kalimantan Timur
yaitu di Kabupaten Pasir dan Kabupaten Penajam Paser Utara. Suku Pasir sebagian besar
beragama Islam dan telah mendirikan kerajaan Islam yaitu Kesultanan Pasir (Kerajaan
Sadurangas) jadi termasuk ke dalam suku yang berbudaya Melayu (budaya
kesultanan/lingkungan hukum adat Melayu). Kemungkinan suku Pasir masih berkerabat
dengan suku Dayak Lawangan yang termasuk suku Dayak dari rumpun Ot Danum. Suku
Pasir sekarang menyebut dirinya dengan nama Paser. Orang Paser telah mengakui dirinya
sebagai orang Dayak. Pengakuan ini dapat terlihat dengan bergabungnya Lembaga Adat
Paser d/h Orang Paser ke dalam organisasi Dayak yaitu Persekutuan Dayak Kalimantan
Timur (PDKT).
b.      Rumah adat
Lou olai
c.       Bahasa
Suku dayak Paser menggunakan bahasa lawangan dialek paser dan bahasa Indonesia.
d.      Makanan khas
Kue lulon
e.       Senjata tradisional
Mandau Batu yang bajanya bisa lemas dan layaknya samurai bisa dibengkokkan
f.       Kesenian
  Uok Botung
Uok Botung artinya Hantu Bambu, adalah tarian pedalaman suku Dayak Paser yang digarap
oleh Sanggar Seni Entero Penajam Paser Utara merupakan tarian yang menceritakan tentang
keberadaan Uok Botung yang sangat mengganggu ketentaraman masyarakat. Hal tersebut
membuat prihatin 5 orang pemuda yang kemudian tergerak semangatnya untuk membantu
masyarakat mengusir Uok Botung tersebut. Namun karena Uok Botung memiliki kesaktian
yang amat sangat luar biasa maka kelima Pemuda tersebut tidak dapat mengalahkan Uok
Botung. Hal tersebut kemudian membuat iba Dewi Bumi dan merasa harus turun tangan
membantu ke 5 pemuda tersebut dengan cara menurunkan kesaktiannya. Akhirnya berkat
bantuan Dewi Bumi, ke 5 pemuda tersebut mampu mengalahkan UOK BOTUNG dengan
cara menerbangkan mandau mereka.
  Tari Jepen Ampiek Muslimah
Tari Jepen Ampiek Muslimah adalah tarian Pesisir yang mengangkat cerita tentang perilaku
gadis muslim pesisir yang beranjak dewasa dan sedang mencari jati diri. Gerak yang
mengambil pola kehidupan keseharian wanita muslim dalam menapaki kehidupan, membuat
tarian ini menjadi tarian yang dinamis namun tidak terlepas dari norma-norma seorang wanita
muslim yang diolah sedemikian rupa sehingga terciptalah sebuah tari dengan gaya dan ciri
khas yang terpancar dari kostum dan gerak.
  Tari Kode Bura (Kera Putih)
Tari Kode Bura menggambarkan seekor kera putih yang mrmcoba melindungi habitat burung
Tukuk yang selalu diburu oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab terhadap kelestarian
satwa yang dimiliki masyarakat suku Paser.
  Tari Rentak Penajam
  Tari Lenggang Taka
  Ronggeng Paser

II.3.          SULAWESI UTARA


1.      SUKU GORONTALO
a.       Sejarah
Asal usul suku Gorontalo, tidak diketahui secara pasti. Apabila dilihat dari struktur fisik
orang Gorontalo, memiliki ras mongoloid, hanya saja mungkin sejak beberapa abad yang lalu
telah terjadi percampuran ras dengan bangsa-bangsa lain. Sehingga suku Gorontalo saat ini
memiliki postur fisik yang beragam. Warna kulit mulai dari kuning hingga ke coklat gelap.
Rambut juga bervariasi, dari rambut lurus, ikal dan keriting. Menurut perkiraan suku
Gorontalo dahulunya berasal dari daratan Indochina, kemungkinan dari daerah Burma atau
Filipina. Dilihat dari bahasa, bahasa Gorontalo memiliki keterkaitan bahasa dengan bahasa-
bahasa lain di pulau Sulawesi, seperti dengan bahasa Minahasa-Bugis-Makasar-Toraja, juga
dengan bahasa-bahasa di Filipina.
b.      Rumah adat
Dulohupa dan Bandayo Poboide
c.       Bahasa
Bahasa Gorontalo (juga disebut Hulonthalo) adalah bahasa yang digunakan oleh suku
Gorontalo di provinsi Gorontalo, pulau Sulawesi bagian utara, Indonesia. Bahasa Gorontalo
terbagi menjadi beberapa dialek: Gorontalo Timur, Gorontalo Kota, Tilamuta, Suwawa, dan
Gorontalo Barat
d.      Makanan khas
Ilabulo, Binthe Biluhuta, Bilinthi, Bilenthango, dan Dabu-dabu sagela.

e.       Senjata khas


Somala/Sabele/Parang
f.       Kesenian
Tari polopalo
2.      SUKU MINAHASA
a.       Sejarah
Menurut fakta- fakta penyelidikan kebudayaan dunia dan benda- benda purbakala yang
terdapat di Eropa, Afrika, Asia, Amerika, maka manusia diperkirakan mulai menyebar hingga
ke pelosok di muka bumi sejak 35 ribu tahun lalu.
Di tanah Minahasa sendiri kaum pendatang mempunyai ciri seperti
Kaum Kuritis yang berambut keriting, Kaum Lawangirung (berhidung pesek)
Kaum Malesung/ Minahasa yang menurunkan suku-suku :Tonsea, Tombulu, Tompakewa,
Tolour, Suku Bantenan (Pasan,Ratahan),Tonsawang, Suku Bantik masuk tanah minahasa
sekitar tahun 1590 .
Suku Minahasa atau Malesung mempunyai pertalian dengan suku bangsa Filipina dan
Jepang, yang berakar pada bangsa Mongol didataran dekat Cina. Hal ini nyata tampak dalam
bentuk fisik seperti mata, rambut, tulang paras, bentuk mata, dll. Dalam bahasa, Bahasa
Minahasa termasuk rumpun bahasa Filipina Tetua- tetua Minahasa menurunkan sejarah
kepada turunannya melalui cerita turun temurun (biasanya dilafalkan oleh Tonaas saat
kegiatan upacara membersihkan daerah dari hal- hal yang tidak baik bagi masyarakat
setempat saat memulai tahun yang baru
Dan dari hal kegiatan tersebut diketahui bahwa Opo Toar dan Opo Lumimuut adalah nenek
moyang masyarakat Minahasa, meskipun banyak versi tentang riwayat kedua orang
tersebut.Keluarga Toar Lumimuut sampai ketanah Minahasa dan berdiam disekitar gunung
Wulur Mahatus, dan berpindah ke Watuniutakan (dekat Tompaso Baru sekarang dan dengan
kehidupan pertanian yang sarat dengan usaha bersama dengan saudara sekeluarga/ taranak
tampak dari berbagai versi tarian Maengket) Sampai pada suatu saat keluarga bertambah
jumlahnya maka perlu diatur mengenai interaksi sosial didalam komunitas tersebut, yang
melalui kebiasaan peraturan dalam keturunannya nantinya menjadi kebudayaan Minahasa.
Demikian juga dengan isme atau kepercayaan akan sesuatu yang lebih berkuasa atas manusia
sudah dijalankan diMinahasa sejak awal.
b.      Rumah adat
Rumah Pewaris
c.       Bahasa
Bahasa yang digunakan suku minahasa adalah bahasa minahasa dan bahasa manado.
d.      Makanan khas
Sayor Wongos Daong Popaya, Kukis Panada, Kukis Panada dan Sayor Paku Isi di Bulu.
e.       Senjata khas
tombak, parang, dan perisai
f.       Kesenian
Tari katrili

3.      SUKU BANTIK


a.       Sejarah
Menurut cerita bahwa suku Bantik ini pada awalnya berasal dari wilayah Sulawesi Tengah,
yang bermigrasi pertamakali di wilayah Bolaang Mongondow. Kemudian mereka ikut
dengan pasukan Bolaang Mongondow untuk memerangi suku-suku Minahasa. Tapi ketika
pasukan Bolaang Mongondow dikalahkan oleh pasukan Minahasa di Maadon, Lilang
(Kema), mereka tetap tinggal di sekitar teluk Manado, dan tidak mau kembali ke wilayah
Bolaang Mongondow.
Karena mereka bekas pasukan Bolaang Mongondow, mereka diharuskan membayar upeti
kepada Raja Boloaang Mongondow. Tapi hal itu membuat mereka diejek oleh orang-orang
Minahasa, sebagai budak-budak Bolmong.
b.      Rumah adat
Rumah panggung atau wale
c.       Bahasa
Bahasa bantik
d.      Makanan khas
Tinutuan yang terdiri dari berbagai macam sayuran., Cakalang Fufu yaitu ikan cakalang yang
diasapi, Paniki (masakan dari kelelawar) dan RW (er-we) yaitu masakan dari daging
anjing,dll.
e.       Senjata khas
Keris
f.       Kesenian
Tarian upasa, tari perang dan tari Mahamba.

II.4.          SULAWESI TENGAH


1.      SUKU KAILLI
a.       Sejarah
Suku Kaili adalah suku bangsa di Indonesia yang secara turun-temurun tersebar mendiami
sebagian besar dari Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya wilayah Kabupaten Donggala,
Kabupaten Sigi, dan Kota Palu, di seluruh daerah di lembah antara Gunung Gawalise,
Gunung Nokilalaki, Kulawi, dan Gunung Raranggonau.
Asal mula kata kailli berasal dari sebuah pohon kailli yang dijadikan patokan bagi nelayan
dan para pedagang unutk berlabuh di tanah kailli.
b.      Rumah adat
Baruga
c.       Bahasa
Suku Kaili mengenal lebih dari dua puluh bahasa yang masih hidup dan dipergunakan dalam
percakapan sehari-hari. Uniknya, di antara kampung yang hanya berjarak 2 km kita bisa
menemukan bahasa yg berbeda satu dengan lainnya.
Bahasa-bahasa yang masih dipergunakan dalam percakapan sehari-hari, yaitu bahasa Tara
(Talise,Lasoani,Kavatuna dan Parigi), bahasa Rai (Tavaili sampai ke Tompe), bahasa Doi
(Pantoloan dan Kayumalue); bahasa Unde (Ganti,Banawa,Loli,Dalaka, Limboro,Tovale dan
Kabonga), bahasa Ado (Sibalaya, Sibovi,Pandere, bahasa Edo (Pakuli,Tuva), bahasa Ija
(Bora, Vatunonju), bahsa Da'a (Jono'oge), bahasa Moma (Kulavi), dan bahasa Bare'e (Tojo,
Unauna dan Poso). Semua kata dasar bahasa tersebut berarti "tidak".
d.      Makanan khas
Uta dalam bahasa kaili berarti sayur sedangkan Dada itu, bisa Ikan atau ayam. Uta dada ini
salah satu makaanan yang berkuah santan yang dipadukan dengan kunyit.
e.       Senjata khas
Guma (sejenis parang), Pasatimpo (sejenis keris), Toko (tombak), Kanjai (tombak trisula),
Kaliavo (perisai).
f.       Kesenian
Beberapa instrumen musik yang dikenal dalam kesenian suku Kaili antara lain : Kakula
(disebut juga gulintang,sejenis gamelan pentatonis),Lalove (serunai), nggeso-nggeso (rebab
berdawai dua), gimba (gendang), gamba-gamba (gamelan datar/kecil), goo(gong), suli
(suling).
Salahsatu kerajinan masyarakat suku Kaili adalah menenun sarung. Ini merupakan kegiatan
para wanita didaerah Wani,Tavaili, Palu, Tipo dan Donggala. Sarung tenun ini dalam bahasa
Kaili disebut Buya Sabetetapi oleh masyarakat umum sekarang dikenal dengan Sarung
Donggala. Jenis Buya Sabe inipun mempunyai nama-nama tersendiri berdasarkan motif
tenunannya, seperti Bomba, Subi atau Kumbaja. Demikian juga sebutan warna sarung
Donggala didasarkan pada warna alam,seperti warna Sesempalola / kembang terong (ungu),
Lei-Kangaro/merah betet (merah-jingga), Lei-pompanga (merah ludah sirih).
Didaerah Kulawi masih ditemukan adanya pembuatan bahan pakaian yang diproses dari kulit
kayu yang disebut Katevu. Pakaian dari kulit Kayu Katevu ini sebagian besar dipakai oleh
para wanita dalam bentuk rok dan baju adat.

2.      SUKU BAJAU


a.       Sejarah
Sulu, Filipina. Suku-suku di Kalimantan berasal dari Filipina yang berpindah pada masa
prasejarah. Bajau muslim merupakan suku terakhir yang berpindah dari utara Kalimantan ke
pesisir Kalimantan selatan, Kalimantan timur dan pulau-pulau sekitarnya.
Kepulaun Riau. Suku Bajau datang dari Riau karena mengikuti pendakwah muslim dan
berkembang serta menyebar sampai ke Kalimantan dan Sulawesi.
Barat daya semenanjung Sulawesi. Masyarakat Bajau banyak bermukim disekitar pemukiman
Bugis dan Makasar. Dari teluk Bone ke selat Tiara dan Butung, pulau Wowoni dan teluk
Kendari, serta kepulauan Sabalangka dan teluk Tomori adalah daerah jelajahan suku Bajau.
Yunan. Bajau merupakan salah satu suku dari generasi Melayu Deutro dari rasMalayan
Mongoloid (Melayu muda yang datang dari Yunan ke Asia Tenggara).Suku Bajau menyebar
disekitar Asia Tenggara.
b.      Rumah adat
Rumah terapung
c.       Bahasa
Bahasa Bajau diperkirakan lebih dari 30 dialek bahasa Bajau.
d.      Makanan khas
         Kima
Kima adalah nama sejenis kerang laut dan terdapat dalam beberapa spesis, antaranya lapiran,
kima bohe' dan sollot-sollot (bersaiz kecil dan menyelit di celah-celah permukaan batu).
Kima dijadikan lauk dalam makanan tradisi Orang Bajau. Kima ini boleh dimakan mentah-
mentah (inta') setelah dihiris atau dipotong kecil-kecil dan dicampur dengan air limau dan
lada serta rempah-ratus yang lain mengikut selera orang yang hendak makan. Ia juga boleh
dimasak bersama sayur. Ada juga kima yang dikeringkan di bawah sinar matahari dan
biasanya ia dimasak bersama sayur.
         Sagol/Ѕenagol
sejenis masakan tradisional yang menggunakan isi ikan (biasanya ikan pari, ikan yu dan ikan
buntal, secara umumnya ikan yang mempunyai hati yang besar) yang dicincang-cincang dan
dimasak dengan kunyit. Untuk membuat sagol, ikan yu, pari atau buntal dicelur dahulu
sehingga mudah membersihkan 'langnges' iaitu lapisan kasar pada kulit yu dan pari, atau
'iting' iaitu 'duri' pada ikan buntal. Mencelur (masak separuh masak) ini juga dilakukan untuk
memudahkan isi ikan dihancurkan dan dicampur dengan kunyit yang telah dipipis.
         Putu
Makanan yang berupa ubi kayu yang diparut dan telah diperah airnya lalu dimasak secara
stim. Lazimnya, Putu dimakan bersama Sagol, Kima, Tehek-tehek,Тayum dan beberapa
makanan Tradisional Bajau yang lain (Selalunya makanan laut)
         Tompek (Тinompeh)
Makanan yang berupa ubi kayu yang diparut dan telah diperah airnya. Ia kemudiannya
digoreng tanpa minyak di dalam kuali, sehingga berwarna kekuning-kuningan.
e.       Senjata khas
Keris
f.       Kesenian
         Tarian Dalling-Dalling Βajau dan Іgal Іgal Вajau
Tarian ini sangat dipelihara oleh masyarakat Bajau di Selatan Filipina. Kesedaran kepada
kepentingan memelihara budaya bangsa untuk menjamin kelangsungan budaya bangsa
berkenaan telah mendorong masyarakat Bajau di Borneo Utara (Sabah) khususnya di
Semporna bangkit dan mengembangkan seni tarian dallinhg-dalling di kalangan generasi
muda. Ini dilakukan dengan membawa dalling-dalling dan Іgal Іgal ke majlis formal
khususnya Regatta Lepa Semporna. Pada tahun 1998, Badan Galak Pusaka telah bekerjasama
dengan Majlis Perbandaran Sandakan untuk menganjurkan Pertandingan Dalling-dalling
Sempena Sambutan Hari Jadi Tuan Yang Terutama, Yang Dipertuan Negeri Sabah, yang
pada masa itu disandang oleh Tun Sakaran Dandai. Semenjak itu, tarian dalling-dalling turut
mula dikenali di daerah Sandakan dan Ѕemporna.
       Tarian Limbai & Runsai (Bajau Samah Kota Belud)
Tarian Limbai merupakan satu tarian traditional suku kaum Bajau Samah KOTA BELUD.
Tarian Limbai biasanya ditarikan ketika majlis perkahwinan semasa menyambut ketibaan
pengantin lelaki yang diarak ke rumah pengantin perempuan.

3.      SUKU BAJO WAKATOBI


a.       Sejarah
Suku bajo wakatobi berasal dari daerah China Selatan. Mereka termasuk suku bangsa Proto
Malayan yang datang ke wilayah Asia Tenggara ini sejak 2000 tahun Sebelum Masehi.
Mereka sempat bermukim di daratan Indochina dan bermigrasi ke daerah Semenanjung
Malaysia dan akhirnya menyebar ke seluruh wilayah Asia Tenggara, termasuk ke wilayah
mereka sekarang ini di Sulawesi Tenggara. Selain di Sulawesi Tenggara pemukiman orang
Bajo juga banyak di daerah-daerah lain di Sulawesi.
b.      Rumah adat
Rumah panggung
c.       Bahasa
Suku Bajo menggunakan bahasa bajo.
d.      Makanan khas
Kasuami atau papeda dan parende
e.       Senjata khas
Guma
f.       Kesenian
1.      Tarian Manca adalah salah satu tarian yang sangat populer dikalangan masyarakat
Bajo.Tarian ini dilakukan pada saat ada pesta pernikahan yang resmi (Massuro).Biasanya
tarian ini dibawakan oleh sepasang pamanca (tukang manca) terdiri dari dua orang yang
masing-masing saling membawa peddah (pedang).
2.      Silat kampung merupakan tradisi adat istiadat suku bajo.Ini bersinambungan dengan manca
artinya semua jurus-jurus yang didapat dari silat kampung diterapkan dalam manca.Silat
kampung ini tidak sembarangan orang untuk mempelajarinya.Syaratnya harus sudah cukup
umur.Untuk mempelajari silat ini dibutuhkan empat minggu ini sudah sempurna.Prinsipnya
silat adalah jalan hidup yang meliputi berbagai aspek kehidupan seorang manusia.

II.5.          SULAWESI SELATAN DAN SULAWESI TENGGARA


1.      SUKU BUGIS
a.       Sejarah
Suku Bugis merupakan suku yang tergolong ke dalam suku-suku Deutero-melayu, atau
Melayu muda. masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia
tepatnya Yunan. Kata ‘Bugis’ berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan
‘ugi’ sendiri merujuk pada nama raja pertama kerajaan Cina (bukan negara Tiongkok, tapi
salah satu daerah yang terdapat di jazirah Sulawesi Selatan tepatnya Kecamatan Pammana
Kabupaten Wajo saat ini) yaitu La Sattumpugi.
Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka.
Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang/pengikut dari La Sattumpugi. La
Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari
Sawerigading.
Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk
La Galigo yang membuat karya sastra terbesar didunia dengan jumlah kurang lebih 9000
halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di ware) adalah kisah yang
tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading
juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk Banggai, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi
lain di Sulawesi seperti Buton.
b.      Rumah adat
Saoraja (Sallasa)
c.       Bahasa
Suku bugis memiliki bahasa sendiri yang dikenal dengan sebutan `Bahasa Ugi`, yang
memiliki tulisan huruf Bugis, yang diucapkan dengan bahasa Bugis sendiri. Huruf ini sudah
ada sejak abad ke-12, ketika melebarnya pengaruh Hindu di Indonesia.
d.      Makanan khas
Burasak merupakan makanan tradisional masyarakat Bugis yang sangat popular terutama
pada hari perayaan sama ada hari raya aidilfitri atau hari raya aidil adhah.
e.       Senjata khas
Kawali (badik)
f.       Kesenian
         Alat musik
1.      Kacapi (Kecapi)
Salah satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis, Bugis
Makassar dan Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau diciptakan oleh
seorang pelaut, sehingga bentuknya menyerupai perahu yang memiliki dua dawai, diambil
karena penemuannya dari tali layar perahu. Biasanya ditampilkan pada acara penjemputan
para tamu, perkawinan, hajatan, bahkan hiburan pada hari ulang tahun.
2.      Sinrili
alat musik yang mernyerupai biaola cuman kalau biola di mainkan dengan membaringkan di
pundak sedang singrili di mainkan dalam keedaan pemain duduk dan alat diletakkan tegak di
depan pemainnya.
3.      Gendang
Musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar yakni bulat panjang dan bundar seperti
rebana.
4.      Suling
Suling bambu/buluh, terdiri dari tiga jenis, yaitu:
• Suling panjang (suling lampe), memiliki 5 lubang nada. Suling jenis ini telah punah.
• Suling calabai (Suling ponco),sering dipadukan dengan piola (biola) kecapi dan dimainkan
bersama penyanyi
• Suling dupa samping (musik bambu), musik bambu masih terplihara di daerah Kecamatan
Lembang. Biasanya digunakan pada acara karnaval (baris-berbaris) atau acara penjemputan
tamu.
         Seni Tari
1.      Tari pelangi; tarian pabbakkanna lajina atau biasa disebut tari meminta hujan.
2.      Tari Paduppa Bosara; tarian yang mengambarkan bahwa orang Bugis jika kedatangan tamu
senantiasa menghidangkan bosara, sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan.
3.      Tari Pattennung; tarian adat yang menggambarkan perempuan-perempuan yang sedang
menenun benang menjad kain. Melambangkan kesabaran dan ketekunan perempuan-
perempuan Bugis.
4.      Tari Pajoge’ dan Tari Anak Masari; tarian ini dilakukan oleh calabai (waria), namun jenis
tarian ini sulit sekali ditemukan bahkan dikategorikan telah punah.
5.      Jenis tarian yang lain adalah tari Pangayo, tari Passassa’, tari Pa’galung, dan tari Pabbatte
(biasanya di gelar padasaat Pesta Panen).

2.      SUKU MANDAR


a.       Sejarah
Asal-usul kesatuan Lita atau Tana Mandar,di jelaskan bahwa Pitu Ulunna Salu (Tujuh Hulu
Sungai) dan Pitu Ba, Bana Binanga (Tujuh Muara Sungai), adalah Negara Wilayah
(Kesatuan) Mandar. Orang -orang dari wilayah permukiman itu, merasa bersaudara
semuanya. Orang Mandar percaya bahwa mereka berasal dari satu nenek moyang (Leluhur),
yaitu Ulu Sa’ dan yang bernama Tokombong di Wura, (Laki-laki) dan Towisse di Tallang
(Perempuan). Mereka itu di sebut juga To-Manurung di Langi.
b.      Rumah adat
Boyang
c.       Bahasa
Bahasa yang dipakai orang Mandar adalah bahasa Mandar dengan 4 dialek, yaitu : Balanipa,
Majene, Pamboang dan Awok Sumakengu.
d.      Makanan khas
Jepa merupakan roti yang terbuat dari singkong.

e.       Senjata khas


Gayang (keris), doe (tombak), badiq (badik), jambia (belati), kanda wulo (parang panjang),
suppiq (sumpit), panah.
f.       Kesenian
Kesenian yang paling di tunggu oleh masyarakat Mandar adalah saeyang pattuqduq. Upacara
ini diselenggarakan dalam rangkaian kegiatan khataman Al-Qur’an, khitanan, perkawinan,
atau memeriahkan acara syukuran lain.
Alat yang dipetik : kacaping, sattung
Alat yang ditiup : suling, keke
Alat yang digesek : gesoq
Alat yang dipukulkan : jarumbing
Alat yang dipukul : calong, katto-kattoq, ganrang (gendang) dan
Yang dibeli dari luar, gong, tawaq-tawaq.

3.      SUKU TORAJA


a.       Sejarah
Suku Toraja yang ada sekarang ini bukanlah suku asli, tapi merupakan suku pendatang.
Menurut kepercayaan atau mythos yang sampai saat ini masih dipegang teguh, suku Toraja
berasal dari khayangan yang turun pada sebuah pulau Lebukan.
Kemudian secara bergelombang dengan menggunakan perahu mereka datang ke Sulawesi
bagian Selatan. Di pulau ini mereka berdiam disekitar danau Tempe dimana mereka
mendirikan perkampungan. Perkampungan inilah yang makin lama berkembang menjadi
perkampungan Bugis. Diantara orang-orang yang mendiami perkampungan ini ada seorang
yang meninggalkan perkampungan dan pergi ke Utara lalu menetap di gunung Kandora, dan
di daerah Enrekang. Orang inilah yang dianggap merupakan nenek moyang suku Toraja.
b.      Rumah adat
Tongkonan
c.       Bahasa
Bahasa Toraja adalah bahasa yang dominan di Tana Toraja, dengan Sa’dan Toraja sebagai
dialek bahasa yang utama. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional adalah bahasa resmi
dan digunakan oleh masyarakat, akan tetapi bahasa Toraja pun diajarkan di semua sekolah
dasar di Tana Toraja.
d.      Makanan khas
Pa’piong merupakan lauk pauk yang dimasak denga sayuran didalam bambu, dan dimasak
dengan cara dibakar. Adapun campuran sayurannya antara lain : daun bawang, serei,
telor,merica, bawang putih dan bawang merah.
e.       Senjata khas

f.       Kesenian
         Alat musik’
         Passuling
Passuling ini dimainkan oleh laki-laki untuk mengiringi lantunan lagu duka (Pa'marakka)
dalam menyambut keluarga atau kerabat yang menyatakan dukacitanya. Passuling ini dapat
juga dimainkan di luar acara kedukaan, bahkan boleh dimainkan untuk menghibur diri dalam
keluarga di pedesaan sambil menunggu padi menguning.
         Pa'pelle'/pa'barrung
Alat musiknya terbuat dari batang padi dan disambung sehingga mirip terompet dengan daun
enau yang besar. Pa'barrung ini merupakan musik khusus pada upacara pentahbisan rumah
adat (Tongkonan) seperti Ma'bua', Merok, Mangara dan sejenisnya.
         Pa'pombang/pa'bas
Inilah musik bambu yang pagelarannya merupakan satu simponi orkestra. Dimainkan oleh
banyak orang biasanya murid-murid sekolah di bawah pimpinan seorang dirigen. Musik
bambu jenis ini sering diperlombakan pada perayaan bersejarah seperti hari peringatan
Proklamasi Kemerdekaan RI, Peringatan Hari Jadi tana Toraja. Lagu yang dimainkan bisa
lagu-lagu nasional, lagu-lagu daerah Tana Toraja, lagu-lagu gerejawi, dan lagu-lagu daerah di
seluruh Indonesia.
         Pa'karobbi
Alat kecil dengan benang halus diletakkan pada bibir. Benang atau bibir disentak-sentak
sehingga menimbulkan bunyi yang berirama halus namun mengasyikkan.
         Pa'tulali'
Bambu kecil yang halus, dimainkan sehingga menimbulkan bunyi/suara yang lumayan untuk
menjadi hiburan.
         Pa'geso'geso'
Sejenis alat musik gesek. Terbuat dari kayu dan tempurung kelapa yang diberi dawai. Dawai
yang digesek dengan alat khusus yang terbuat dari bilah bambu dan tali akan menimbulkan
suara khas. Alat ini mengeluarkan nada sesuai dengan tekanan jari si pemain pada dawai.
Pa'geso'-geso' terkenal dari Kecamatan Saluputti.

         Tarian Tradisional Tana Toraja


1.      Tarian Pa'pangngan /Tarian Tembakau
Tarian ini dilakukan oleh gadis-gadis cantik memakai baju hitam atau gelap dan ornamen
khas Toraja seperti kandaure. Pangngan Ma 'adalah menari saat menerima tamu-tamu
terhormat.
2.      Tarian Ma'randing/Tarian Perang
Pada pemakaman besar untuk orang-kasta yang lebih tinggi, tarian prajurit yang disebut
ma'randing dilakukan, untuk menyambut para tamu. pakaian Para penari 'didasarkan pada
pakaian prajurit tradisional dan persenjataan. Pada dasarnya, tarian ma'randing merupakan
tarian patriotik atau tarian perang. Kata ma'randing berasal dari kata randing berarti untuk
memuliakan sambil menari. Tarian ini diadakan untuk menunjukkan keahlian seseorang
dalam menangani senjata militer, dan untuk memuji keberanian dan kekuatan almarhum
selama hidupnya.
3.      Ma'dandan
Dalam tarian manganda 'sekelompok orang memakai hiasan kepala raksasa koin perak
(rijksdaalder), tanduk kerbau nyata dan kain sakral terbuat dari tari beludru hitam dengan
bunyi bel dan suara teriakan pemimpin, ada tidak bernyanyi.

II.6.          BALI DAN NUSA TENGGARA BARAT


1.      SUKU BALI
a.       Sejarah
Orang-orang keturunan Austronesia telah menyebar di seluruh wilayah Bali. Mereka tinggal
berkelompok-kelompok dengan Jro-jronya (pemimpin-pemimpinnya masing-masing).
Kelompok-kelompok inilah nantinya yang menjadi desa-desa di Bali mereka adalah Orang
Bali Mula, dan mereka dikenal dengan nama Pasek Bali.
b.      Rumah adat
Rumah natah
c.       Bahasa
Bahasa bali
d.      Makanan khas
Sambel dan Jukut Undis, sudang, blayag,dll
e.       Senjata khas
Keris bali
f.       Kesenian
         Musik
Gamelan, Jegog, Genggong dan Silat Bali
         Tarian
Gambuh, Topeng Pajegan, Wayang Wong, Tari Kecak dan Tari Pendet, dll.

2.      SUKU SASAK


a.       Sejarah
Sebelum Abad ke 16 Lombok berada dalam kekuasan Majapahit, dengan dikirimkannya
Maha Patih Gajah Mada ke Lombok. Malah ada kabar kalau beliau wafat di Pulau Lombok
dan dimakamkan di Lombok Timur. Pada Akhir abad ke 16 sampai awal abad ke 17, lombok
banyak dipengaruhi oleh Jawa Islam melalui dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri, juga
dipengaruhi oleh Makassar. Hal ini yang menyebabkan perubahan Agama Suku Sasak, yang
sebelumnya Hindu menjadi Islam.
Pada awal abad ke 18 Lombok ditaklukkan oleh kerajaan Gel Gel Bali. Peninggalan Bali
yang sangat mudah dilihat adalah banyaknya komunitas Hindu Bali yang mendiami daerah
Mataram dan Lombok Barat, Beberapa Pura besar juga gampang di temukan di kedua daerah
ini. Lombok berhasil Bebas dari pengaruh Gel Gel setelah terjadinya pengusiran yang
dilakukan Kerajaan Selapang (Lombok timur) dengan dibantu oleh kerajaan yang ada di
Sumbawa (pengaruh Makassar). Beberapa prajurit Sumbawa kabarnya banyak yang akhirnya
menetap di Lombok Timur, terbukti dengan adanya beberapa desa di Tepi Timur Laut
Lombok Timur yang penduduknya mayoritas berbicara menggunakan bahasa Samawa.
b.      Rumah adat
Rumah sasak
c.       Bahasa
Bahasa Sasak, terutama aksara (bahasa tertulis) nya sangat dekat dengan aksara Jawa dan
Bali, sama sama menggunakan aksara Ha Na Ca Ra Ka …dst. Tapi secara pelafalan cukup
dekat dengan Bali.
d.      Makanan khas
Ares adalah makanan yang terbuat dari hati batang pisang yang paling muda, di potong-
potong cincang, lalu di kasih bumbu khas yang akan membangkitkan aroma kelezatan
makanan ini.
e.       Senjata khas
Kelewang dan pemaje
f.       Kesenian
         Musik
1.      Gendang Beleq
Gendang Beleq adalah salah satu diantara beragamnya seni budaya tradisional lombok dalam
bentuk seni kreatif dengan musik dan tari tradisional yang menggunakan alat –alat musik
pentatonic tradisional lombok yang berupa gendang besar dan seperangkat alat musik pukul,
seni musik dan tari tradisional .
2.      Peresean
seni peresean ini menunjukkan ketangkasan, kedigdadayaan seorang pepadu / jawara,
kesenian ini dilatar belakangi oleh pelampiasan rasa emosional para Raja dimasa lampau
ketika menerima mendapat kemenangan dalam perang tanding melawan musuh-musuh
Kerajaan, disamping itu para pepadu (pemain /pelaku ) pada peresean ini mereka mengji
ketangkasan,ketangguhan dan kedigdayaan ( kepawaian) dalam bertanding.
         Tarian Tradisioanal Sasak
Tarian oncer
Kata Oncer berasal dari kata “Ngoncer” yang artinya berenang. Tari ini dinamakan demikian
karena gerakan pokok tarian ini diambil dari gerakan ikan sepat yang berenang.
         Kerajinan Tembikar
Salah satu kerajinan yang berasal dari LOmbok (sasak) adalah " Tembikar".
         Kerajinan Tenun
3.      SUKU SUMBAWA
a.       Sejarah
Diperkirakan pada jaman mencairnya es di kedua kutub bumi yaitu kutub Utara dan Selatan,
mengakibatkan tergenangnya sebagian dataran dan menimbulkan plat atau dangkalan antara
Sumabawa dan Sanggar. Masa akhir jaman es, juga mengakibatkan tenggelamnya sebagian
besar pulau-pulau di Indonesia dan membentuk dangkalan atau plat. Diantaranya adalah
Sunda Plat atau dangkalan Sunda yang terbentang antara Sumatera, Kalimantan dan Jawa,
kemudian Sahul Plat yaitu dangkalan antara Papua dan Australia bagian Utara, yang tentu
saja dapat dibuktikan dengan berbagai macam kesamaan jenis flora dan fauna.
Penduduk asli Sumbawa melalui dataran rendah yang belum tergenang air laut itu berpindah
dari Semenanjung Sanggar ketempat pemukimannya yang baru yaitu Sumbawa. Penduduk
Sumbawa yang bermukim lebih awal dan selanjutnya menjadi penduduk asli kemudian
berpindah ke wilayah pedalaman dataran tinggi pegunungan Ropang, Lunyuk dan bagian
selatan Batu Lanteh untuk mencari hunian baru. Dalam buku Memorie van Overgave tercatat
bahwa saat itu Tau Samawa masih menganut aliran animisme yang cenderung beranggapan
bahwa wilayah pegunungan memiliki kekuatan yang dapat melindungi mereka. Kemudian,
kelompok penduduk yang merupakan kategori pendatang baru, adalah berasal dari Bugis-
Makasar, Banjarmasin dan Jawa masuk setelahnya ke Sumbawa dan mendiami wilayah
pesisir. Kelompok- kelompok penduduk ini selanjutnya menetap untuk seterusnya dan
memiliki hak atas tanah yang telah ditempati sejak lama untuk dimanfaatkan. Bagian tanah
ini dalam istilah adat Sumbawa dikenal dengan sebutan “Lar Lamat”.

Lar Lamat adalah tanah tempat tinggal, sawah, ladang dan aliran sungai atau danau serta
tempat mereka dimakamkan jika mereka meninggal dunia. Selanjutnya untuk mengawasi dan
sekaligus menguasai “Lar Lamat”, dipilihlah seorang penguasa atau pemimpin yang disebut
“Nyaka”. Jika ada penduduk berikutnya yang datang dan ingin bermukim dan mencari nafkah
dengan membuka tanah baru disitu, tanah itu yang disebut “Tana Penyaka”, mereka akan
diterima dan mendapat hak serta kedudukan yang sama dengan syarat mereka harus tetap
mematuhi ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Nyaka dan berlaku untuk setiap
anggota masyarakat tana penyaka. Kelak, kelompok- kelompok penduduk inilah yang
kemudian berkembang dan memiliki wilayah sendiri, membentuk hukum sendiri dan sistem
pemerintahan sendiri.
b.      Rumah adat
Istana Tua dalam loka
c.       Bahasa
Bahasa Sumbawa, atau Basa Samawa, adalah bahasa yang dituturkan di bekas wilayah
Kesultanan Sumbawa yaitu wilayah Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat.
d.      Makanan khas
Sepat, singang, siong sira, manjareal (kue), dll
e.       Senjata khas
Pangat yaitu semacam pisau salah satu macam senjata orang Sumbawa.
f.       Kesenian
1.      Tari nguri
Tari nguri merupakan tari kreasi baru yang bertemakan penyambutan dan persembahan.Tari
ini pada mulanya diilhami oleh suasana kehidupan seputar istana sumbawa, ketika raja
ditimpa duka beruntun, maka beberapa wanita dating menghadap dengan tujuan menghibur,
melahirkan ucapan yang lemah lembut (menyentu), istilah daerahnya disebut ”Kuri”,sembari
mempersembakan sesuatu yang mengurangi kedukaan sang raja.
2.      Tari pasaji
Tari Pasaji dengan gerakan nyema (persembahan) yang penuh santun, para gadis terampil ini
mempersiapkan pasaji, yaitu persembahan makanan yang sudah dimasak kepada suoltan
Sumbawa. Mereka dengan gerakan-gerakan dasar tari sumbawa juga memperlihatkan
bagaimana tatacara mempersiapkan pasaji, menunjukan hasil karyanya kepada sultan,
tatacara meletakan pasaji dan menyerahkannya.Gerakan nyema (sembah) menjadi bagian
penting dalam tarian ini. Hampir setiap perpindahan gerak diawali dan diakhiri dengan
nyema.
3.      Sendra tari tanjung menangis
Sendra tari ini diangkat dari cerita rakyat yang hidup diSumbawa.Cerita ini mengisakan
bagaimana seorang putrid raja yang sakit, jatuh cinta pada seorang tabib (dukun tua) dari
Ujung Pandang,Sulawesi Selatan yang bernama Zaenal Abidin yang telah menyembuhkan
dia dari penyakitnya.Setelah diketahui bahwa sang dukun yang sengaja berpenampilan seperti
orang tua ternyata seorang pemuda yang tampan.
4.      Tari rabinter
Tari rabinter merupakan tari kreasi baru. Mencerminkan suatu rangkaian kegiatan
penyelenggaraan upacara adat seperti gunting bulu, khitan, tama lamong, perkawinan dan
lain-lain.
II.7 NUSA TENGGARA TIMUR
1.      SUKU SUMBA
a.       Sejarah
Berdasarkan cerita-cerita dari generasi ke generasi menyatakan bahwa orang sumba berasal
dari Malaka Tana Bara (semenanjung Malaka) berlayar ke Sumba melalui Hapa riu-Ndua
Riu, Hapa Njawa-Ndua Njawa, Rukuhu-Mbali, Ndima –Makaharu, Endi-Ambarai, Enda-
Ndau, Haba—Rai Njua dan terakhir mendarat di Haharu Malai Kataka Lindi Watu. Hal ini
juga sejalan dengan asal usul bangsa indonesia pada umumnya.
pendaratan para leluhur itu diatur strategi seakan-akan mau melakukan pengepungan terhadap
tana Humba sebagai berikut:
a) Rombongan I mendarat di Haharu Malai Kataka Linndi Watu
b) Rombongan II mendarat di La Panda Wai Mananga Bokulu.
c) Rombongan III mendarat di Wula Waijilu-Hongga Hillimata.
d) Rombongan IV mendarat di Mbajiku Padua Kambata Kundurawa.
b.      Rumah adat
Uma bakulu
c.       Bahasa
Bahasa sumba
d.      Makanan khas
Sirih pinang sebagai tanda persahabatan.
e.       Senjata khas
Sundu
f.       Kesenian
1.      Seni Rupa
Seni ini lebih mencerminkan ungkapan semangat religus masyarakat tradisional Sumba
dalam bentuk patung, relief, ornamen, dan lukisan.
2.      Tarian
a.       Tari kandingangu
Pada zaman dahulu Kandingangu ditarikan pada upacara adata tradisional untuk memohon
kehadiran pencipta alam semesta (dewa-dewi). Namun masa kini tari ini biasa dipentaskan
saat menyambut tamu agung atau dalam acara ramah tamah.
b.      Tari yappa iya
Tari ini menggambarkan kegiatan masyarakat Mbarambanja dalam kegiaatanya menangkap
ikan.
2.      SUKU ROTE
a.       Sejarah
Kisah para leluhur orang Rote ini tidak terlepas dari kisah tiga bersaudara, yaitu Belu Mau,
Sabu Mau, dan Ti Mau. Ketiga bersaudara ini datang dari Malaka melalui Seram dan Tidore.
Belu Mau menetap di Belu dan keturunannya merupakan sebagian besar orang Belu,
terutama Belu Selatan. Si bungsu, Ti Mau berlayar ke barat dan menetap di Rote, terutama di
Nusak Thie, Kecamatan Rote Barat Daya. Sedangkan Sabu Mau meneruskanperjalanannya
dan menetap di Pulau Sawu.
Menurut cerita yang lain, dikisahkan bahwa untuk pertama kalinya nenek moyang orang Rote
menetap di suatu tempat di Rote Timur yang kini bernama Nusal Bilba. Kata Bilba berasal
dari bahasa Belu, yaitu Belu-ba, artinya sahabat datang. Pada waktu itu, para leluhur
menyebut Pulau Rote sebagai Pulau Kale, dengan julukan Nusa Ne do Lino, artinya negeri
tenang dan damai.
b.      Rumah adat
dihak
c.       Bahasa
Bahasa rote
d.      Makanan khas
Jagung bose
e.       Senjata khas
Subdu yaitu semacam keris.
f.       Kesenian
1.      Tarian
Tarian Anaka didikodi, Tarian Dio DoE, Tarian Koa dau-dau, Tarian Koda DiloE, Tarian
Lope, Tarian Koni, dll. Semua tarian ini diiringi gong dan gendang. Irama cepat dan lambat
sangat tergantung pada pukulan gendangnya dengan irama yang diatur. Setiap jenis bunyi dan
hentakan melukiskan satu ragam gerak tertentu.
2.      Seni suara
Lagu-lagu daerah Rote yang terkenal adalah antara lain Bolelebo, Mai falie, Mama, Malan
Dengga Dea, Ledo hawu, Nusa mansuek, Nusa lote fu funi dan Kedi tapis telu
3.      SUKU MANGGARAI
a.       Sejarah
Banyak cerita orang Manggarai mengenai asal usul mereka. Ada yang mengatakan keturunan
Sumba, keturunan Turki yang lalu bermukim di Mandosawo, keturunan dari Bima di
Sumbawa, Bugis Luwu di Sulawesi, Melayu Malaka dan Minangkabau. Kenyataannya tidak
ada satu suku Manggarai tetapi orang Manggarai terdiri dari berbagai kelompok suku, sub
suku atau klan.
Masing-masing gelombang pendatang menempati wilayah tertentu dan dalam
perkembangannya mengembangkan pusat kekuasaan dengan adat tersendiri. Asal keturunan
Sumba yang tiba dalam beberapa gelombang misalnya menumbuhkan suku (adak) Bajo di
bagian selatan sampai barat. Orang Mandosawu ber mukim pegunungan di dekat puncak
gunung Mandosawo tetapi kemudian pindah ke tempat Mano sekarang di kaki pegunungan
bagian utara. Salah satu tokoh suku yang dikenal sebagai Suku Kuleng bernama Rendong
Mataleso diakui sebagai nenek moyang aliansi adak Cibal, Lambaleda, dan Poka.
Pendatang dari Minangkabau konon tiba di Flores di dekat Labuhanbajo di tempat yang
namanya Warloka. Galian arkeologis di Warloka menemukan bukti permukiman prasejarah
sejak palaeolitik, bangunan batu dolmen, menhir serta bukti hubungan dengan dunia luar
berupa keramik Cina dari zaman Ming dan Cing. Orang-orang Minangkabau ini, di bawah
pimpinan Karaeng Mashur, membangun adak Todo. Mereka bermukim di daerah Todo dan
Pongkor sekarang. Di situlah, konon mereka bertemu dengan orang-orang asli yang menurut
cerita bertubuh kecil, berbulu, dan tidak mengenal pakaian ataupun api.
Konon di Komodo pernah tinggal suku asli Ata Modo. Namun, dengan datangnya orang
Bima, Bugis dan Bajo tidak ada lagi orang keturunan asli Modo. Demikian suku-suku yang
lain bercampur baur menjadi Suku Manggarai yang tidak lagi dapat dipisahkan.
Sejak abad 11 Manggarai menjadi perebutan antara kesultanan Bima di Sumbawa dan
Kesultanan Gowa di Sulawesi untuk memperoleh monopoli perdagangan. Meskipun secara
nyata kekuasaan asing dirasakan hanya di pesisir, kedua penguasa ini meninggalkan pengaruh
dalam bentuk struktur kekuasaan dan gelar. Di Reok dan Pota, keduanya kota kecil di pantai
utara ditempatkanlah perwakilan Sultan Bima. Suku-suku yang sementara itu sudah mulai
terorganisasi dalam aliansi suku menjadi kedaluan yang dikepalai seorang dalu yang terutama
bertanggung jawab untuk mengumpulkan upeti bagi sultan Bima. Di bawah Dalu
ditempatkan gelarang yang menguasai satu atau lebih wilayah tuan tanah (tu’a teno). Dalu
maupun gelarang kebanyakan dipilih di antara tokoh adat. Kemudian, dalam
perkembangannya menjadi gelar turun temurun. Letusan gunung Tambora tahun 1815
mematahkan kekuasaan Bima. Kesempatan ini dimanfaatkan beberapa Dalu besar untuk
mencoba memperbesar kekuasaan. Terjadilah perebutan kekuasaan antaran Todo dan Cibal
yang dimenangkan oleh Todo.
Ketika Belanda datang di Manggarai pada awal abad 20 dan mengambil alih penguasaan atas
Manggarai dari Bima, mereka menemukan dan meneruskan struktur administrasi
pemerintahan tersebut. Sementara itu, masyarakat biasa kebanyakan masih hidup dalam
kampung-kampung kecil yang terisolasi, yang umumnya terdiri dari beberapa rumah khas
berbentuk bundar dengan atap kerucut di atas bukit yang mudah dipertahankan dari serangan
musuh.
b.      Rumah adat
Rumah Adat Mbaru Niang
c.       Bahasa
Bahasa manggarai
d.      Makanan khas
Makanan tradisional masyarakat Manggarai antara lain rebok, songkol, jagung latung.
e.       Senjata khas
Subdu atau Sudu seperti keris sebagai senjata tikam yang dianggap keramat.
f.       Kesenian
Jenis alat musik tradisional masyarakat Manggarai adalah gendang, gong, kerontong, dan
nyiru.
1.      Tari caci
Tari Caci membawa simbol pertobatan manusia dalam hidup
2.      Ronda
Ronda adalah sebuah nyanyian yang dipakai sebagai nyanyian perarakan, misalnya
menjemput tamu baru.
3.      Sae
Sebuah tarian adat Manggarai untuk memeriahkan sebuah pesta. Misalnya dalam upacara
adat masyarakat yaitu upacara paki kaba dalam rangka congko lokap atau menempatkan
kampung baru.
4.      Sanda
Sebuah nyanyian, yang dinyanyikan oleh banyak orang dalam bentuk lingkaran. Sanda
sering dipakai dalam upacara menjelang pesta penti dan pesta adat lainnya.
5.      Danding
6.      Wera.
Pengertian Budaya dan Pluralisme
1.      Pengertian  budaya
Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan
rasa.Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta budhayah yaitu bentuk jamak
kata buddhi yang berarti budi atau akal.Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata
culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur, dalam bahasa Latin, berasal
dari kata colera.Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan
tanah (bertani).
Kebudayaan (culture) adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk
social yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi
pedoman tingkah lakunya. Kebudayaan terdiri atas unsur-unsur universal, yaitu bahasa,
teknologi, ystem ekonomi, organisasi social, ystem pengetahuan, religi, dan kesenian, dan
mempunyai tiga wujud, yaitu ide, aktivitas, dan kebendaan yang masing-masing biasanya
disebut ystem budaya atau adat istiadat, ystem social dan kebudayaan, kebendaan.[1]
2.      Pengertian Pluralisme
Pluralisme adalah suatu paham atau pandangan hidup yang mengakui dan menerima
adanya “KEMAJEMUKAN” atau “KEANEKARAGAMAN” dalam suatu kelompok
masyarakat. Kemajemukan dimaksud misalnya dilihat dari segi agama, suku, ras, adat-
istiadat, dll. Segi-segi inilah yang biasanya menjadi dasar pembentukan aneka macam
kelompok lebih kecil, terbatas dan khas, serta yang mencirikhaskan dan membedakan
kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, dalam suatu kelompok masyarakat yang
majemuk dan yang lebih besar atau lebih luas. Misalnya masyarakat Indonesia yang
majemuk, yang terdiri dari pelbagai kelompok umat beragama, suku, dan ras, yang memiliki
aneka macam budaya atau adat-istiadat. Begitu pula masyarakat Maluku yang majemuk,
ataupun masyarakat Aru yang majemuk.
Menerima kemajemukan berarti menerima adanya perbedaan. Menerima perbedaan
bukan berarti menyamaratakan, tetapi justeru mengakui bahwa ada hal atau ada hal-hal yang
tidak sama. Menerima kemajemukan (misalnya dalam bidang agama) bukanlah berarti bahwa
membuat “penggabungan gado-gado”, dimana kekhasan masing-masing terlebur atau hilang.
Kemajemukan juga bukan berarti “tercampur baur” dalam satu “frame” atau “adonan”.
Justeru di dalam pluralisme atau kemajemukan, kekhasan yang membedakan hal (agama)
yang satu dengan yang lain tetap ada dan tetap dipertahankan.
Jadi pluralism berbeda dengan sinkritisme (penggabungan) dan assimilasi atau
akulturasi (penyingkiran). Juga pluralisme tidak persis sama dengan inkulturasi, kendati di
dalam pluralisme atau kemajemukan bisa terjadi inkulturasi dimana keaslian tetap
dipertahankan.

Menurut Parsudi Suparlan, secara garis besar ada tiga macam kebudayaan dalam
masyarakat Indonesia yang majemuk, yaitu sebagai berikut:
a.         Kebudayaan nasional Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
b.        Kebudayaan suku bangsa, terwujud pada kebudayaan suku bangsa dan menjadi unsur
pendukung bagi lestarinya kebudayaan suku bangsa tersebut.
c.         Kebudayaan umum lokal yang berfungsi dalam pergaulan umum (ekonomi, politik, social,
dan emusional) yang berlaku dalam lokal-lokal di daerah.

3.      Pengertian Pluralitas Budaya


Pluralitas budaya sering disamakan dengan istilah multikulturalisme, dua istilah
tersebut memang memiliki makna yang mirip.Akan tetapi, multikulturalisme merupakan
paham atau ideology yang menganjurkan masyarakat untuk menerima dan menganggap
keanekaragaman budaya adalah hal yang ada dalam suatu wilayah.Ada pula istilah pluralitas
kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat, pluralism kebudayaan adalah dua macam tradisi
kebudayaan atau lebih yang  membagi masyarakat kedalam golongan sosial yang berbeda-
beda.

Menurut E. B. Y. Tylor kebudayaan merupakan sesuatu yang meliputi pengetahuan,


kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum adat istiadat kesanggupan, serta kebiasaannya, maka
dengan adanya pluralitas budaya dalam suatu negara diperlukan nilai dan norma budaya
untuk mengatur unsur-unsur yang mencakup dalam kebudayaan tersebut.

Pluralisme (bahasa Inggris: pluralism), terdiri dari dua kata plural (=beragam) dan isme
(=paham) yang berarti paham atas keberagaman. Definisi dari pluralisme seringkali
disalahartikan menjadi keberagaman paham yang pada akhirnya memicu ambiguitas.
Indonesia adalah Negara yang memiliki ratusan plural kebudayaan yang tersebar hampir
diseluruh penjuru bangsa Indonesia. Dalam hal ini, kita akan membahas dan memahami
adanya pluralitas budaya yang bermacam-macam. Namun yang harus kita ketahui, pluralitas
kebudayaan juga terkadang menjadi konflik karena kesalahpahaman.Oleh sebab itu keutuhan
bangsa harus tetap dijaga dan dibina dengan baik.
Dan juga kita sebagai bangsa Indonesia harus tahu lebih awal dampak positif ataupun
negative dari keberagaman budaya di Indonesia. Kebudayaan merupakan sesuatu yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat-istiadat, kesanggupan,
serta kebiyasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Pluralisme suku bangsa adalah pandangan hidup yang mengakui dan menerima adanya
keanekaragaman berbagai suku bangsa.
Pengertian

• - Pluralisme adalah suatu paham atau


pandangan hidup yang mengakui dan menerima
adanya “KEMAJEMUKAN” atau
“KEANEKARAGAMAN” dalam suatu
kelompok masyarakat. Kemajemukan
dimaksud misalnya dilihat dari segi agama,
suku, ras, adat-istiadat, dll.
• - Pluralisme suku bangsa adalah pandangan
hidup yang mengakui dan menerima adanya
keanekaragaman berbagai suku bangsa.
PLURALISME SUKU BANGSA INDONESIA
BAGIAN TENGAH

1. Kalimantan Selatan 5. Sulawesi Selatan dan Sulawesi


Tenggara
-Suku Dayak Maanyan
-Suku Bugis
-Suku Dayak Bakumpai
-Suku Mandar
-Suku Banjar
-Suku Toraja
2. Kalimantan Timur
6. Bali dan Nusa Tenggara Barat
-Suku Dayak Kutai
-Suku Bali
-Suku Berau
-Suku Sasak
-Suku Dayak Paser
-Suku Sumbawa
3. Sulawesi Utara
7. Nusa Tenggara Timur
-Suku Gorontalo
-Suku Sumba
-Suku Minahasa
-Suku Rote
-Suku Bantik
-Suku Manggarai
4. Sulawesi Tengah

-Suku Kailli

-Suku Bajau

-Suku Bajo Wakatobi

Anda mungkin juga menyukai