Di tahun 2012 pernah dilakukan sebuah penelitian mandiri oleh tim dari Staf Khusus Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono selama 2 tahun hingga tahun 2014. Dari penelitian yang kini
dihentikan itu, diketahui jika radar satelit menangkap sesuatu yang dianggap penghantar listrik
dari bebatuan di situs Gunung Padang. Selain itu timnya juga menemukan chamber atau bilik,
cawan raksasa, sungai dan mata air, kubah, menara dan aquifer serta transmitter di lokasi
tersebut. Penemuan tersebut sebagai penanda bahwa di lokasi itu pernah ditemukan peradaban
yang canggih di masa batu besar.
Di dekat pintu masuk pun terdapat sebuah sumur bernama Sumur Kahuripan. Kisah yang masih
dipercaya oleh masyarakat hingga saat ini adalah keberadaan airnya yang tidak pernah surut
walau dalam kondisi musim kemarau
Selain itu, disinyalir jika Gunung Padang jika digali lebih dalam lagi masih akan membentuk
struktur yang mirip piramid.
Lokasi Gunung Padang
Untuk menuju situs Gunung Padang dapat menempuh perjalanan selama kurang lebih 1,5 jam
atau sekitar 45 km dari pusat kota Cianjur. Jika wisatawan dari arah Jakarta perjalanan dapat
dilalui dengan jarak 165 km dan dari Bandung sekitar 110 km.
Perjalanan menuju ke Situs Gunung Padang dianggap curam mengingat menuju lokasi akan
ditemui jalur yang naik turun, termasuk pengunjung harus menaiki ratusan anak tangga menuju
puncak dari gunung yang dipenuhi oleh susunan batu itu.
KESENIAN WAYANG GOLEK
Wayang golek merupakan jenis kesenian yang cukup popular di daerah Sunda. Umumnya
wayang ini dipentaskan di wilayah Parahyangan, Jawa Barat dengan menggunakan Bahasa
Sunda. Dipentaskan siang dan malam. Wayang sering dikatakan diambil dari kata bayang,
karena wayang dianggap “bayang-bayang” kehidupan manusia. Cerita wayang diambil dari
Mahabarata dan Ramayana yang dalam agama Budha dianggap sumber ajaran moral.
Pertunjukan seni wayang golek merupakan seni pertunjukan teater rakyat yang banyak
dipagelarkan. Selain berfungsi sebagai pelengkap upacara selamatan atau ruwatan, pertunjukan
seni wayang golek juga menjadi tontonan dan hiburan dalam perhelatan tertentu.
Ada tiga jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepak, wayang golek purwa, d wayang golek
menak, dan wayang golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan
cerita babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon. Wayang golek purwa dengan
cerita Ramayana Mahabrata. Wayang golek menak dengan cerita Amir Hamzah. Sedangkan,
wayang golek modern adalah wayang golek kreasi baru dengan menggabungkan teknologi
modern dalam pertunjukan seperti asap, pencahayaan warna warni dll.
Beberapa jenis Wayang Golek yang populer:
2. Wayang golek gaya Cirebon dengan cerita purwa, cepak dan menak
Wayang golek lebih rumit pembuatannya dibanding wayang kulit. Selain karena bentuknya yang
3 dimensi memerlukan tingkat presisi pengukiran yang lebih mumpuni dan lama.
Selain juga harus mampu membuat perangkat pakaian tokoh wayang dengan manik-manik dan
mahkota tokoh wayang dengan beragam warna-warni yang harmonis.
Hanya pengrajin dengan kehalusan jiwa dan tingkat seni yang tinggilah yang bisa memadukan
karakter tokoh dengan desain baju yang tepat seperti itu.
Wayang golek terbuat dari kayu Albasia atau kayu Lame. Cara pembuatannya adalah dengan
meraut dan mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan
menggambar mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko.
Cat ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian penting
karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang biasa digunakan
dalam wayang ada empat yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.
Perkembangan selanjutnya adalah wayang golek purwa yang tidak bisa dilepaskan dari
peran Wiranata Koesoemah III (Bupati Bandung ke-6). Beliau sangat menggemari wayang,
tetapi ia menginginkan suatu pertunjukan yang lebih menarik dan memiliki nilai-nilai keSunda-
an. Akhirnya ia meminta salah seorang pengrajin wayang kulit bernama Ki Darman (pegiat
wayang kulit asal Tegal) di daerah Cibiru, Ujungberung, Bandung untuk membuat bentuk
wayang golek yang lebih menarik dengan bentuk kepala / rupa yang benar-benar menyerupai
manusia. Maka lahirlah bentuk Wayang Golek Sunda seperti yang kita lihat sekarang.
TRADISI LOKAL JAWA BARAT (BOGOR)
CUCURAK
Bulan Ramadhan menjadi waktu yang dinanti seluruh umat muslim. Suka cita dalam menyambut
bulan suci itu tergambar dalam bentuk perayaan atau tradisi yang dilakukan masyarakat jelang
ibadah puasa. Di Bogor, Jawa Barat, tradisi Cucurak menjadi bagian tak terpisahkan dalam
menyambut Ramadhan. Secara turun temurun, tradisi itu terus dipertahankan oleh masyarakatnya
hingga saat ini. Cucurak atau curak-curak (bahasa sunda) memiliki arti senang-senang atau
bersenang-senang. Dalam tradisinya, cucurak dilakukan dengan berkumpul bersama keluarga
besar atau kolega.
Hal yang membuat tradisi cucurak semakin menyenangkan adalah adanya hidangan makanan
sederhana seperti nasi liwet, tahu, tempe, ikan asin, serta lalapan dan sambal yang disajikan di
atas daun pisang. Hidangan itu kemudian dinikmati bersama-sama secara lesahan. Dalam
masyarakat Sunda, cucurak bukan hanya sekadar kegiatan kumpul-kumpul dan makan bersama.
Tradisi ini dimaknai sebagai bentuk silaturahim. Cucurak juga mengajarkan cara untuk
mensyukuri rezeki dan saling berbagi.
Dalam perkembangannya tradisi cucurak kini juga sudah menjadi gaya hidup kalangan atas,
seperti artis-artis atau para pejabat dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Ini bisa dilihat pada media sosial saat ini, banyak dari kalangan artis atau pejabat yang
mengadakan acara cucurak dengan orang-orang sekitarnya.
Namun tidak lagi makan secara lesehan, hidangan sederhana, beralaskan daun pisang dan
diadakan di tempat seadanya, melainkan diadakan di tempat-tempat makan dengan hidangan
yang spesial.
Minuman bandrek diketahui sudah ada sejak abad 10 hingga abad ke 20. Bandrek saat itu
begitu dikenal sebagai minuman khas Sunda yang menggunakan bahan dasar rempah
yakni jahe.
Rempah memang menjadi primadona kala itu. Bahkan orang-orang Eropa rela
menukarkan barang berharga mereka demi mendapat rempah. Di Eropa, rempah memang
sulit didapat.
Bahkan dulu, bandrek tergolong minuman yang mewah dan mempunyai harga tinggi. Itu
karena kandungan rempah-rempah dalam bandrek itu sendiri.
Di beberapa tempat, bahan dasar bandrek tidak hanya jahe dan gula merah. Ada yang
menambahkan bandrek dengan cengkeh, telur ayam kampung hingga susu sesuai dengan
selera.
Manfaat Bandrek
Selain dapat menghangatkan tubuh, bandrek juga memiliki manfaat untuk kesehatan
lainnya. Kandungan jahe dalam bandrek mampu meredakan peradangan dan membantu
meringankan gejala batuk, flu, demam, mual, pusing hingga nyeri sendi.
Resep Bandrek
Bahan:
• 150 g jahe tua
• 100 g gula merah, sisir
• 2 sdm gula pasir
• 1 batang serai, memarkan
• 1 lembar daun pandan, potong-potong
• 4 cm kayu manis
• 3 butir cengkih
• 1/2 sdt garam
• 1 liter air
Cara Membuat:
1. Cuci bersih jahe lalu panggang di atas bara api hingga kering dan agak gosong
kulitnya. Kupas kulitnya lalu geprek jahe.
2. Taruh jahe dalam panci, beri gula merah, gula pasir, pandan, serai, kayu manis,
cengkih dan garam.
3. Masak di atas api kecil hingga mendidih perlahan dan airnya sedikit susut.
4. Angkat lalu saring dan sajikan hangat.
B. MAKANAN KAREDOK
Racikan sayuran segar berkuah kacang ini dikenal sebagai selada Sunda. Bumbu kacang
dengan kencur yang harum jadi ciri khas sajian sederhana dan sedap ini.
Berbeda dengan gado-gado atau lotek, karedok Sunda dibuat hanya dengan campuran
sayuran yang mentah atau segar. Tidak direbus, diracik saat akan disantap hingga rasanya
renyah segar. Ciri khasnya memakai bumbu kacang yang memakai bawang putih dan
kencur serta sedikit asam jawa dan gula merah. Pedas, manis dan gurih rasanya. Cocok
diaduk dengan sayuran segar. Sebagai toppingnya ditambahkan kerupuk atau emping.
Awug adalah satu dari sekian banyak penganan khas masyarakat Sunda atau Jawa Barat. Diolah
dari tepung beras (paré) yang dicampur dengan air, garam, gula merah dan kelapa parut serta
dimasak dengan cara dikukus. Akan tetapi, dikukus dengan perabot dapur beranyam bambu
bernama aseupan, awug menjadi makanan khas.
Awug adalah satu dari sekian banyak penganan khas masyarakat Sunda atau Jawa Barat. Diolah
dari tepung beras (paré) yang dicampur dengan air, garam, gula merah dan kelapa parut serta
dimasak dengan cara dikukus.
Akan tetapi, dikukus dengan perabot dapur beranyam bambu bernama aseupan, awug menjadi
makanan khas. Selain bentuknya serupa kerucut, juga telah menjadi tradisi turun-temurun.
Berbeda jika dikukus seperti biasa dengan perabot yang lebih modern. Lain pula aroma dan
auranya.
Adonan awug lazimnya dibuat berlapis. Lapisan ini terbentuk dari dua warna. Warna putih dari
tepung beras dan warna merah kecokelatan berasal dari gula merah (aren).
“Kuncinya terletak pada resep dan bahan dasar yang berkualitas. Dikukus dengan aseupan,
aroma awug akan lebih wangi,” dengan dialasi daun pisang terlebih dahulu. Apa sebab? Katanya,
daun ini pun akan memunculkan harum yang menggugah selera, tak hanya dari daun pandan.
PRODUK/KERAJINAN LOKAL
CIOMAS, BOGOR, JAWA BARAT
Sejak dulu, perkampungan di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, dikenal sebagai sentra
perajin sepatu dan sandal. Entah sejak kapan, yang jelas, saat ini semakin banyak saja penduduk
disana yang beralih profesi membuka bengkel sepatu dan sandal rumahan skala kecil. Di tengah
ancaman persaingan produk-produk luar yang terus membanjiri bisnis dalam negeri, nyatanya,
ada saja peminat yang masih mencintai buatan lokal industri rumahan Ciomas ini.
Sejak dulu, perkampungan di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, dikenal sebagai sentra
perajin sepatu dan sandal. Entah sejak kapan, yang jelas, saat ini semakin banyak saja penduduk
disana yang beralih profesi membuka bengkel sepatu dan sandal rumahan skala kecil. Di tengah
ancaman persaingan produk-produk luar yang terus membanjiri bisnis dalam negeri, nyatanya,
ada saja peminat yang masih mencintai buatan lokal industri rumahan Ciomas ini.
Meski perajinnya ada di Ciomas, namun pusat perdagangan sepatu justru ada di Pasar Anyar
yang dekat dengan stasiun Bogor. Sepatu dari Pasar Anyar ini kemudian dikirim ke seluruh
Indonesia. Di lain sisi, masuknya produk dan merek terkenal menimbulkan persaingan bisnis
yang cukup ketat. Bagi perajin, kondisi tersebut harus disiasati dengan pintar. Tidak mau kalah
dengan merek ternama, para pengrajin pun merubah model sepatu dan sandal mengikuti trend
pasar. Harga pun disebut jauh lebih murah ketimbang produk beken lainnya.
MENGHARGAI DAN MELESTARIKAN
BUDAYA LOKAL JAWA BARAT
(TUGAS PPKn)
Nama : Nursya’bani
Kelas : 7.2
No. Absen : 34
SMP NEGERI 1