Yuzar Purnama
Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Jawa Barat
Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung-Bandung 42094 Tep/Fax.
e-mail: yuzarpurnama@gmail.com
Naskah Diterima: 4 Maret 2016 Naskah Direvisi: 4 April 2016 Naskah Disetujui:2 Mei 2016
Abstrak
Bangsa Indonesia adalah bangsa sejuta ragam budaya. Salah satunya kesenian Carita
Pantun, kesenian ini tumbuhkembang pada masyarakat Sunda di Provinsi Jawa Barat dan Banten.
Kini kesenian ini memprihatinkan karena jarang tampil dan pendukungnya kurang. Upaya
pelestarian dapat dilakukan dengan mendokumentasikan cerita dan mengkajinya. Pada
kesempatan ini penulis akan mengkaji Carita Pantun Sawung Galing. Batasan penelitian
melingkupi nilai budaya yang terkandung dalam Carita Pantun Sawung Galing dan apa yang
dimaksud dengan Carita Pantun? Penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang
lengkap tentang Carita Pantun Sawung Galing. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode penelitian deskriptif. Simpulan, Tokoh Sawung Galing yang bernama Raden
Rangga Sawung Galing adalah tokoh heroik Sang Penakluk karena enam kerajaan dapat direbut
dan dikuasainya. Selain perkasa kepribadian tokoh menjadi teladan bagi anak bangsa karena
memiliki jiwa religius yang tersirat dalan nilai agama, jiwa sosial yang mengagumkan tersirat
dalam nilai sosial, semangat kerja tersirat dalam nilai etos kerja.
Kata kunci: nilai budaya, carita pantun, carita pantun Sawung Galing.
Abstract
Indonesia is a nation with the abundance of cultural diversity among traditional arts. One
of the traditional arts that highlighted is Carita Pantun. This art is growing and developing in the
Sundanese people in the province of West Java and Banten. Carita Pantun is included to a
traditional art whose existence is quite alarming because it is very rarely performed and it has few
supporters. Conservation efforts should be made of them by documenting the stories are superbly
presented and assess the value of culture. Here, the writer examines Carita Pantun Sawung
Galing. The limitation of the study is poured in the form of a question that what are the cultural
values contained in Carita Pantun Sawung Galing? What is meant by Carita Pantun? The
research aims to obtain a complete picture of Carita Pantun Sawung Galing. In conclusion, there
are many cultural values of the nation which has not been revealed so that the younger generation
does not recognize and know more about the foreign characters. Galing Sawung figure, whose full
name is Raden Rangga Sawung Galing, is a conqueror heroic figure since there are six captured
and mastered kingdoms.
Keywords: cultural values, carita pantun, carita pantun Sawung Galing.
188 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 187 - 202
Kumendung, Liman Jaya Mantri, Lutung tentang kesenian carita pantun Sawung
Leutik/Ratu Bungsu Karma Jaya, Malang Galing juga diharapkan generasi muda
Sari, Manggung Kusuma, Matang Jaya, sedikit demi sedikit mengenal tokoh heroik
Munding Jalingan, Munding Kawangi, bangsanya sendiri sehingga dapat meniru
Munding Kawati, Munding Liman, dan berjuang sesuai iklim budaya daerah
Munding Mintra, Munding Sari Jaya atau budaya bangsa.
Mantri, Munding Wangi, Nyi Sumur
Bandung, Paksi Keling/Wentang Gading, B. METODE PENELITIAN
Panambang Sari, Panggung Karaton, Penelitian ini menggunakan metode
Parenggong Jaya, Raden Mangprang di kualitatif dengan pendekatan deskriptif
Kusumah, Raden Tanjung, Raden Tegal, analitik. Istilah penelitian kualitatif
Rangga Sawung Galing, Rangga Gading, menurut Kirk dan Miller (1986: 9) pada
Rangga Katimpal, Rangga Malela, Rangga mulanya bersumber pada pengamatan
Sena, Ratu Ayu, Ratu Pakuan, Ringgit kualitatif yang dipertentangkan dengan
Sari, Senjaya Guru, dan carita pantun pengamatan kuantitatif. Selanjutnya
Siliwangi. penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
Salah satu cerita yang akan diangkat dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
dalam tulisan ini yaitu carita pantun fundamental bergantung pada pengamatan
Sawung Galing atau lengkapnya Carita manusia dalam kawasannya sendiri dan
Pantun Raden Rangga Sawung Galing. berhubungan dengan orang-orang tersebut
Diharapkan dari pengkajian nilai-nilai dalam bahasanya dan dalam peris-
budaya dari carita pantun ini dapat tilahannya. Sementara Bogdan (1972: 5)
dijadikan acuan bagi generasi muda mendefinikan bahwa metode kualitatif
terutama tentang etos kerja. sebagai prosedur penelitian yang mengha-
Di Kota Bandung ada nama jalan silkan data deskriptif berupa kata-kata
Sawung Galing, kalau ditanyakan kepada tertulis atau lisan dari orang-orang dan
generasi muda tingkat SMA atau perilaku yang dapat diamati. Taylor
mahasiswa, siapa Sawung Galing? Yakin mengatakan bahwa penggunaan metode
sebagian besar tidak mengetahui siapa kualitatif dipandang sebagai prosedur
Sawung Galing itu. Bagi mereka, tokoh penelitian yang dapat diharapkan akan
heroik dari mancanegara lebih akrab di menghasilkan data deskriptif, berupa kata-
telinganya daripada tokoh heroik kata tertulis atau lisan dari sejumlah orang
daerahnya sendiri. Mereka lebih mengenal dan perilaku yang dapat diamati (dalam
Superman, Batman, Kapten Amerika, Dadang Kahmad, 2000: 97).
Naruto, Hulk dan Peter Pan. Padahal Lexy J. Moleong mengatakan, pada
perjuangan tokoh mancanegara belum penelitian kualitatif, teori dibatasi pada
tentu cocok dengan budaya bangsa. pengertian: suatu pernyataan sistematis
Sementara itu mereka mengagungkan yang berkaitan dengan seperangkat propo-
tokoh dunia lain sedangkan tokoh daerah sisi yang berasal dari data dan diuji
sendiri tidak dikenalnya. kembali secara empiris (1989: 9). Adapun
Tulisan ini akan menggali nilai yang Zulyani Hidayah menjelaskan, pendekatan
terkandung dalam carita pantun Sawung kualitatif digunakan untuk memahami
Galing terutama untuk melihat tokoh persoalan sosial atau budaya manusia
Sawung Galing Sang Penakluk. Jadi ruang berdasarkan pada suatu pengembangan
lingkup penelitian ini selain nilai budaya gambaran yang kompleks dan holistis,
dalam carita pantun Sawung Galing juga dibangun dengan susunan kata-kata,
mencari tahu apa itu kasenian carita menyajikan pandangan detail dari
pantun. informan dan dilaksanakan di lingkungan
Tujuan penelitian ini selain menda- alamiah (2006). Sementara itu Surakhmad
patkan gambaran yang lengkap dan jelas mengatakan bahwa pendekatan kualitatif,
190 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 187 - 202
yakni suatu cara yang digunakan untuk ku juru pantun bari dipirig ku kacapi
menyelidiki dan memecahkan masalah (cerita atau dongeng berbentuk prosa liris
yang tidak terbatas pada pengumpulan data yang diucapkan oleh juru pantun sambil
yang bersifat kualitatif, melainkan meliputi diiringi kecapi).
analisis dan interpretasi sampai pada Carita pantun menurut Ajip Rosidi
simpulan yang didasarkan atas penelitian adalah semacam cerita yang dideklama-
tersebut (1985: 139). sikan oleh juru pantun sambil diiringi oleh
Wardi Bachtiar mengatakan bahwa petikan pantun yaitu semacam kecapi yang
metode deskriptif adalah kegiatan bentuknya seperti perahu. Biasanya carita
pengumpulan data dengan melukiskannya pantun itu dideklamasikan sepanjang
sebagaimana adanya, tidak diiringi dengan malam, dimulai sejak bada salat Isa dan
ulasan atau pandangan atau analisis dari diakhiri menjelang salat Subuh. Pendekla-
penulis (1987: 60-61). Langkah-langkah masian itu dilakukan di luar kepala (1966:
penelitian ini dimulai dengan studi 1).
pustaka, dilanjutkan dengan pengumpulan Dengan demikian dapat dikatakan
data, pengklasifikasian data, analisis, dan bahwa kesenian carita pantun adalah cerita
pembuatan artikel. atau dongeng berbentuk prosa liris (prosa
berirama) yang dideklamasikan atau
C. HASIL DAN BAHASAN dinyanyikan oleh juru pantun dengan
1. Carita Pantun diiringi instrumen kecapi. Bagi juru
Carita pantun tidak sama dengan pantun, cerita ini hapal di luar kepala,
pantun dalam kesenian Melayu. Carita pertunjukannya biasa dilakukan sepanjang
Pantun dalam kebudayaan Sunda adalah malam dimulai dari bada salat Isa sampai
sejenis kesenian tradisional dengan menjelang salat Subuh. Isi carita pantun
menampilkan seorang penutur (juru biasanya mengisahkan perjalanan hidup
pantun) yang membawakan cerita seputar para ksatria putra raja di dalam
kerajaan Pajajaran dengan diiringi alat mengemban tugas. Bagaimana dalam
musik kecapi. menghadapi tantangan dan rintangan hidup
Kelahiran kesenian carita pantun termasuk harus bertempur melawan
tidak diketahui dengan pasti hanya di musuh.
dalam naskah Sunda Sanghyang Siksa Berdasarkan cara penyajiannya, ada
Kanda Ng Karesian yang ditulis pada dua unsur yang menjadi pokok dalam
tahun 1440 Caka atau 1518 Masehi kesenian carita pantun, yaitu juru pantun
disebut-sebut namanya dengan orang yang (vokalis) yang membawakan cerita dan
suka membawakannya. Pada tahun kecapi pantun. Kecapi pantun dapat
tersebut kesenian carita pantun sudah dibedakan dengan kecapi biasa karena
memasyarakat dan menjadi bagian dalam bentuknya yang lebih besar serta mirip
salah satu kesenian rakyat di Kerajaan perahu tanpa layar dan di beberapa daerah
Pajajaran (Purnama, 2009: 6). alat pengiring biasanya ditambah misalnya
Kesenian carita pantun merupakan di Karawang dan Cikampek ditambah
salah satu karya kesusastraan Sunda yang dengan suling (seruling), di daerah
masih “asli”, karena jenis sastra ini relatif Sumedang ditambah dengan alat musik
belum terpengaruh oleh kesusastraan dari tarawangsa; sejenis alat musik tradisional
luar seperti kesusastraan Jawa dan Melayu. yang mirip rebab namun bentuknya lebih
Kesenian ini disajikan secara khusus sederhana.
dengan diiringi alat musik kecapi Secara etimologis kata “pantun”
(Purnama, 2009: 12). berasal dari beberapa arti. Pertama, kata
Carita pantun menurut Maryati pantun adalah sinonim kata yang lebih
(1979:1) adalah carita atawa dongeng halus dari kata “pari”. Kata “pari” dalam
winangun prosa liris anu digorolangkeun bahasa Jawa artinya parek atau dekat, hal
Kajian Nilai Budaya Carita Pantun Sawung Galing (Yuzar Purnama) 191
ini terbukti bahwa kata-kata yang perlindungan kepada leluhur yang kisah-
membentuk kalimat di dalam carita pantun nya akan dibangkitkan lagi, diharapkan
memiliki unsur bunyi yang berdekatan atau tidak salah menyebut nama atau keduduk-
bersajak antara kata-kata dalam satu baris annya serta disebutkan jasa dan wilayah
(larik) ataupun antarbaris (antarlarik) kekuasaannya. Adapun rajah penutup
pertama dengan larik selanjutnya. Kedua, (pamungkas/pamunah) diucapkan pada
kata “pantun” berasal dari nama alat musik saat cerita selesai, rajah ini berisi tentang
tradisional semacam kecapi yang ukuran- permohonan agar dengan selesainya
nya lebih besar daripada kecapi biasa dan penuturan cerita tadi, semua leluhur yang
bentuknya seperti perahu sehingga sering dipanggil atau diseru kembali ke tempat
disebut kecapi perahu. Ketiga, kata asalnya serta memohon keselamatan dan
“pantun” berasal dari kirata basa; perlindungan bagi semua yang hadir pada
semacam akronim yang menunjukkan pertunjukan itu khususnya keluarga yang
kesesuaian dengan benda nyata atau secara mengadakan acara.
harfiah berarti dikira-kira tapi nyata, yaitu Kesenian carita pantun adalah
dengan melihat dari kondisi para juru sebuah bentuk kesenian yang isinya
pantun yang pada umumnya tuna netra. menyuguhkan cerita dengan cara dilan-
Mereka apabila berjalan suka meng- tunkan atau dideklamasikan dengan iringan
gunakan papan „tongkat‟ yang ditungtun- alat musik kecapi. Seorang juru pantun
tungtun (dituntun) sehingga muncullah atau vokalis harus bercerita dengan
kata “pantun” (Maryati S., 1979: 2). dideklamasikan semalam suntuk dengan
Struktur carita pantun berbeda cerita yang sudah hapal di luar kepala.
dengan struktur karya sastra lainnya. Kesenian ini biasa dipagelarkan
Perbedaannya cukup unik karena di dalam pada acara-acara seperti pernikahan,
carita pantun diawali dengan rajah khitanan, dan syukuran. Para penonton
pembuka (pamuka) dan diakhiri dengan biasanya mengikuti acara ini sampai
mantera rajah penutup (pamungkas/ selesai. Namun pada perkembangannya,
pamunah). Kehadiran rajah dalam karya sekarang ini (2016) sudah sangat jarang
sastra ini diduga karena jenis kesenian ini ada pagelaran atau pertunjukan kesenian
berhubungan dengan kepercayaan carita pantun, baik di perkotaan maupun
setempat. Idat Abdulwahid mengatakan pedesaan. Biasanya kalaupun ada
struktur carita pantun dibagi menjadi tiga merupakan permintaan sebuah instansi
bagian besar yaitu rajah pembuka, cerita, yang ingin mengetahui kesenian carita
dan rajah penutup (1986:31). Namun tidak pantun. Penontonnya pun biasanya para
semua carita pantun diakhiri dengan rajah seniman, budayawan, wartawan, para
penutup (Maryati S., 1979: 1). pejabat dan wisatawan.
Rajah adalah kata-kata atau ucapan Pendukung kesenian carita pantun
yang merupakan salah satu jenis mantera. baik di kota maupun di pedesaan sudah
Mantera ini di dalam carita pantun sangat kurang, apalagi generasi muda baik
diucapkan oleh juru pantun. Rajah pelajar maupun mahasiswa tidak mengenal
pembuka (pamuka) diucapkan sebelum dan mengetahui apa itu kesenian carita
melangkah pada tahap pengisahan isi cerita pantun.
yang dimaksudkan untuk meminta izin
2. Carita Pantun Sawung Galing
kepada para karuhun (leluhur) atau
a. Sumber Cerita
makhluk gaib yang menguasai bukit, hulu,
Carita pantun Sawung Galing dan
sungai, gunung, pohon besar, dan tempat-
carita-carita pantun lainnya banyak
tempat yang dianggap keramat agar
tersebar dalam buku baik di perpustakaan,
mendapatkan keselamatan dan tidak ada
media elektronik, maupun media cetak
halangan yang akan menghadang. Juga
seperti dalam buku pelajaran, majalah dan
berisi tentang permintaan maaf dan
surat kabar. Dalam tulisan ini, penulis
192 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 187 - 202
mengambil sumber cerita dari transkrip dan budaya Batak. Pada tahun 1905,
yang dilakukan oleh ilmuwan Belanda minatnya beralih ke kajian budaya Sunda.
yang bernama CM. Pleyte. Beliau banyak Peralihan minat ini berawal ketika Fakultas
mengumpulkan dan mentranskrip cerita Sastra Leiden merekomendasikan untuk
carita pantun yang ada di Jawa Barat dan menjadi pengajar etnografi dan geografi di
Banten. Pengumpulan cerita carita pantun Gymnasium Willem III di Batavia, Hindia
di Jawa Barat dilakukan oleh beliau ketika Belanda. Oleh karena posisi kerja Pleyte di
berada di Indonesia saat Pemerintahan Batavia yang notabene berada di wilayah
Kolonial Belanda masih menguasai tatar Sunda, ketertarikan akan budaya
Indonesia. Sunda kian meningkat intensitasnya di
Naskah carita pantun Raden Rangga dalam diri Pleyte.
Sawung Galing yang akan dikaji dalam Ada tiga hal yang sebenarnya
tulisan ini diambil dari internet yang dipelajari Pleyte dari kebudayaan Sunda,
diakses pada tanggal 28 Januari 2016 yakni dari sisi bahasa Sunda, sejarah tatar
pukul 08.46, dengan alamat: Sunda, dan industri di tatar Sunda. Oleh
http://kandaga-caritapantun.blogspot.co.id/ karena itu, fokus kajiannya agak melebar
2010/05/raden-rangga-sawung-galing.html. ke mana-mana: naskah Sunda kuno,
Tulisan ini dimuat tertanggal Minggu, 30 dongeng, bahasa Sunda, industri enau, dan
Mei 2010 dengan judul Raden Rangga lain-lain yang semuanya dia tulis antara
Sawung Galing. Dalam teks naskah 1905 hingga 1915.
disebutkan tulisan ini diambil dari sumber Pleyte bekerja di Dewan Sekolah
Tijdschrift voor Indische Taal Land en Batavia dari 1915 hingga dia meninggal di
Volkenkunde, ed C.M. Pleyte. Batavia pada 22 Juli 1917 dalam usia 54
Siapa Pleyte ini? Perlu kiranya tahun karena asma yang parah (Atep
diketahui sosok Pleyte yang banyak Kurnia, 2010).
berjasa dalam koleksi sastra lisan Sunda.
CM Pleyte nama lengkapnya Cornelis b. Ringkasan Cerita Carita Pantun
Marinus Pleyte. C.M. Pleyte termasuk Sawung Galing
ilmuwan Belanda yang banyak mengkaji Putra Prabu Siliwangi raja di
perihal kesundaan. Dia menulis perihal Pajajaran yang bernama Begawat Iman
bahasa, folklor, prasasti, piagam, dan Sonjaya, meminta izin kepada ayahnya
naskah Sunda. Padahal, semua itu dia untuk mengembara ke daerah sebelah
lakukan dalam waktu yang relatif tidak timur.
lama. Ia melakukan semua kajian itu dalam Ayahnya mengizinkan dan memberi
rentang waktu antara 1905-1917. Pleyte saran agar Begawat Iman Sonjaya pergi ke
dilahirkan di Leiden, 24 Juni 1863. Ia Negara Kuta Ngagangsa, karena negaranya
adalah ahli etnografi dan kurator museum. besar dan ramai, serta putrinya cantik-
Ayahnya Willem Pleyte, arkeolog yang cantik. Begawat Iman Sonjaya pun
menjabat sebagai Kepala Direktur Museum berangkatlah mengembara menunggangi
Kerajaan Belanda. Ibunya, Catharina perahu kencana menyusuri Sungai
Margaretha Templeman. Cihaliwung. Dilewatinya daerah Pangeran
Pada tahun 1900, Belanda mengi- Jaya, raja muda di Nusa Kalapa sampai di
rim Pleyte ke Hindia Belanda berkeliling Muara Kapetakan. Dilewatinya pula Ujung
ke Sumatra dan Bali untuk mengumpulkan Tua, Muara Kancana, Pangarengan, Muara
benda-benda seni. Pleyte sangat terkesan Palayangan, Muara Cisanggarung tepian
dengan benda-benda seni antik dari Hindia. Losari, Kedung Eneng dan akhirnya ke
Dari sana pula mula-mula munculnya tepian Kuta Ngagangsa. Di situlah
minat Pleyte mempelajari budaya Bali, perahunya berlabuh.
Jawa Kuna (termasuk mengenai Candi Raden Begawat Iman Sonjaya
Borobudur dan Budha Mahayana di Jawa), mendarat di Kuta Ngagangsa dan berjalan
Kajian Nilai Budaya Carita Pantun Sawung Galing (Yuzar Purnama) 193
hingga hilang kesaktiannya dan ia pun agar mereka berhenti saja berperang, sebab
tidak sadarkan diri. mereka sebenarnya masih bersaudara.
Peristiwa itu kelihatan oleh ibunya Akan tetapi Ratu Bondan menolaknya, ia
di Kahyangan, lalu dijatuhkannya sirih menginginkan perang dilanjutkan sampai
sagulung „segulung‟. Raden Rangga ada yang kalah.
Sawung Galing siuman kembali, lalu Dewi Pohaci Wiru Mananggay
diambilnya gulungan sirih itu, ditancapkan menyarankan lagi agar mereka ditimbang,
ke dalam perut ulat, hingga ulat itu mati. barang siapa yang bobotnya berat, ialah
Setelah semua binatang yang sakti yang menang. Ratu Bondan setuju.
mati, Dipati Dalem Genggang tidak berani Ketika timbangan bergerak ke arah
berperang dengan Raden Rangga Sawung Ratu Bondan, Dewi Pohaci Wiru
Galing. Ia menyatakan takluk dan Mananggay menghentikan timbangannya
menyerahkan adiknya yang bernama Nyi dan menyuruh Ratu Bondan agar melihat
Lenggang Sari. ke atas, ke arah mata timbangan. Ketika
Raden Rangga Sawung Galing melihat mata timbangan, kaki Dewi Pohaci
meneruskan perjalanan ke Negara Kuta menginjakkan kakinya di tempat Raden
Tingkem dan Negara Marga Cina. Kedua Rangga, sehingga ketika mereka ditimbang
raja di negara itu dikalahkannya pula, dan kembali, berat Raden Rangga Sawung
adik-adik mereka, yang bernama Nyi Galing menjadi bertambah. Ratu Bondan
Badaya Cina dan Nyi Aci Kancana menerima kalah, lalu menyerahkan
diserahkan pula. Kemudian Raden Rangga adiknya yang bernama Nyi Sari Badaya,
Sawung Galing dengan raja-raja takluk- dan mereka mengabdikan diri. Selesailah
kannya menuju Negara Pasir Bondan. tugas Raden Rangga Sawung Galing,
Ratu Bondan berperang melawan menaklukkan keenam negara.
Raden Rangga Sawung Galing. Mereka Kembalilah rombongan Raden
beradu kesaktian, Ratu Bondan menjadi Rangga Sawung Galing, pulang kembali ke
merpati, Raden Rangga Sawung Galing Negara Kuta Manggala mengabdikan diri
menjadi alap-alap; Ratu Bondan menjadi kepada Begawat Iman Sonjaya.
serigala, Raden Rangga Sawung Galing Beberapa tahun berlalu, Begawat
menjadi harimau; Ratu Bondan menjadi Iman Sonjaya teringat akan ayahandanya
tikus; Raden Rangga menjadi kucing; Ratu yang berpesan agar ia tidak terlalu lama
Bondan menjadi kepiting; Raden Rangga mengembara. Lalu ia pun mengadakan
menjadi sero; Ratu Bondan menjadi persiapan untuk pulang kembali ke Negara
rumpun bambu tamiang, Raden Rangga Pakuan Pajajaran. Negara Kuta Manggala
menjadi kudi-kudi (parang); Ratu Bondan diserahkan kepada Raden Rangga Sawung
menjadi lebah sedangkan Raden Rangga Galing, sedang istri yang dibawanya hanya
menjadi karung, seterusnya berturut turut dua orang yaitu Nyi Ringgit Manik dan
Ratu Bondan menjadi: ulat kayu – gunung Nyi Rangga Dewata.
– padang alang-alang – kuda, sedangkan Raden Rangga Sawung Galing
Raden Rangga berturut turut melawannya memerintah di Negara Kuta Manggala
dengan menjadikan dirinya: pelatuk – dibantu oleh patihnya, yaitu Raden
landak – api – ketika Ratu Bondan Bondan, sedangkan Dipati Jang Manggala
menjadi kuda, Raden Rangga Sawung tetap menjadi penasihat. Semua selir
Galing memohon pelana kepada ibunya di Begawat Iman Sonjaya tak seorang pun
Kahyangan. Dipasangnya pelana pada menjadi istrinya, tetapi mereka tetap
kuda lalu ditungganginya hingga kuda itu tinggal di Negara Kuta Manggala.
tersungkur, mereka kembali menjadi Setelah Rangga Sawung Galing
manusia dan terus berperang hingga memerintah, Negara Kuta Manggala
akhirnya dipisah oleh Dewi Pohaci Wiru menjadi besar dan ramai, subur makmur
Mananggay. Dewi Pohaci menyarankan aman dan damai.
Kajian Nilai Budaya Carita Pantun Sawung Galing (Yuzar Purnama) 195
3. Nilai Budaya yang Terkandung dalam masyarakat, mengenai hal-hal yang harus
Carita Pantun Sawung Galing mereka anggap bernilai bagi kehidupan
Salah satu manfaat yang dapat manusia (1984: 25). Selanjutnya para
dipetik dari setiap cerita yang dilantunkan pakar mencoba menuangkan konsepsi nilai
dalam kesenin carita pantun adalah nilai- budaya di antaranya Gazalba dan Sutan
nilai yang terkandung dalam cerita terse- Takdir Alisyahbana. Sutan Takdir
but. Juru pantun selain ingin menghibur Alisyahbana menyusun konsepsi nilai-nilai
pendengar juga ingin menanamkan pesan- budaya dalam enam unsur pokok yaitu:
pesan yang terdapat dalam cerita. Pesan- nilai teori, nilai ekonomi, nilai agama, nilai
pesan tersebut selain untuk mencintai seni, nilai kuasa, dan nilai solidaritas
karuhun (leluhur) yang kisahnya ditutur- (1977: 10). Pendapat lainnya disampaikan
kan juga ingin mengarahkan pendengar oleh Gazalba yang membagi konsepsi nilai
agar dapat memahami, menyimak dan budaya menjadi: nilai sosial, nilai
mengambil suri teladan dari cerita tersebut. ekonomi, nilai politik, nilai ilmu, nilai
Penanaman cinta karuhun (leluhur) dalam kerja, nilai seni, nilai filsafat dan nilai
kesenian carita pantun mengingatkan agama.
kepada para penonton, pendengar dan Dari kedua pendapat di atas dapat
pembaca bahwa masyarakat Sunda itu dirangkum bahwa yang termasuk ke dalam
merupakan turunan atau keturunan dari konsepsi nilai budaya adalah nilai agama,
Siliwangi, Raja Kerajaan Pajajaran. nilai filsafat, nilai seni, nilai kerja, nilai
Pesan-pesan atau isi dari sebuah ilmu, nilai politik, nilai ekonomi, nilai
cerita lazimnya disebut nilai-nilai. sosial, nilai teori, nilai kuasa, dan nilai
Tentunya nilai-nilai yang akan digali dan solidaritas. Nilai budaya yang terungkap
didokumentasikan adalah nilai-nilai yang pada cerita carita pantun Sawung Galing
masih relevan untuk disosialisasikan dan mencakup nilai agama, nilai politik, nilai
dipraktikkan dalam kehidupan sekarang sosial, nilai ilmu dan nilai kuasa.
ini. Sesuai dengan konsep fungsi karya
sastra yang diutarakan oleh Rene Wellek a. Nilai Agama
dan Austin Warren adalah dulce et utile Secara etimologi, kata “agama”
artinya menyenangkan dan berguna. Jadi bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan
sebuah cerita atau karya sastra tidak hanya diambil dari istilah bahasa Sansekerta yang
mengandung unsur-unsur keindahan menunjuk pada sistem kepercayaan dalam
(estetis) namun ada pula unsur lain yang Hinduisme dan Budhisme di India. Agama
lebih penting yaitu tujuan tertentu yang terdiri dari kata “a” yang berarti “tidak”,
dapat menjadi pengajaran atau acuan hidup dan “gama” berarti kacau. Dengan
bagi pembacanya (1989: 24-26). Seperti demikian, agama adalah sejenis peraturan
yang dikemukakan oleh Sapardi Joko yang menghindarkan manusia dari
Damono bahwa sastra mencerminkan nilai- kekacauan, serta mengantarkan manusia
nilai yang secara sadar diformulasikan dan menuju keteraturan dan ketertiban.
diusahakan oleh karyanya dalam masya- Pendapat lain bahwa agama
rakat (1974: 4-5). Poerwadarminta menga- terangkai dari dua kata, yaitu a yang
takan bahwa yang dimaksud dengan nilai- berarti “tidak”, dan gam yang berarti
nilai yaitu kadar isi yang memiliki sifat- “pergi”, tetap di tempat, kekal-eternal,
sifat atau hal-hal yang penting atau terwariskan secara turun temurun.
berguna bagi kemanusiaan (1991: 39). Pemaknaan seperti itu memang tidak salah
Koentjaraningrat mengatakan bahwa karena dalam agama terkandung nilai-nilai
yang dimaksud dengan nilai budaya adalah universal yang abadi, tetap, dan berlaku
tingkat yang paling abstrak dari adat yang sepanjang masa. Sementara akhiran a
terdiri atas konsepsi-konsepsi, yang hidup hanya memberi sifat tentang kekekalan dan
dalam alam pikiran sebagian besar warga
196 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 187 - 202
karena itu merupakan bentuk keadaan yang Munculnya latar Kahyangan ketika
kekal. Raden Rangga Sawung Galing mati saat
Ada juga yang menyatakan bahwa melawan Dipati Dalem Ganggang, raja
agama terdiri atas tiga suku kata, yaitu: a- dari Kerajaan Gunung Karang. Waktu itu
ga-ma. A berarti awang-awang, kosong Sawung Galing keluar dari dalam gua
atau hampa. Ga berarti tempat, yang dalam milik Dipati Dalem Ganggang. Saat keluar
bahasa Bali disebut genah. Sementara ma dari dalam gua keluar pula binatang-
berarti matahari, terang atau sinar. Jadi binatang raksasa seperti binatang
dapat diambil satu pengertian bahwa penyengat, kalajengking, ulat dan binatang
agama adalah pelajaran yang menguraikan lainnya. Sawung Galing digigit ulat besar
tata cara yang semuanya penuh misteri hingga pingsan. Saat pingsan kelihatan
karena Tuhan dianggap bersifat rahasia oleh ibunya di Kahyangan, lalu
(http://penaraka.blogspot.co.id/2012/04/pe dijatuhkannya sirih sagulung. Raden
ngertian-agama.html, diakses tanggal 23 Rangga Sawung Galing siuman kembali,
Mei 2016 pukul 15.45). lalu diambilnya gulungan sirih itu dan
Dalam Kamus Besar Bahasa ditancapkan ke perut ulat, hingga ulat itu
Indonesia (KBBI) agama adalah sistem, mati.
prinsip kepercayaan terhadap Tuhan atau Istilah mantera muncul ketika
Dewa dan sebagainya dengan ajaran Sawung Galing berusaha keluar gua milik
kewajiban-kewajiban dan kebaktian yang Dipati Dalem Ganggang. Dengan mem-
bertalian dengan kewajiban itu (1995: 10). baca mantera sambil menerjang pintu gua,
Nilai agama atau nilai-nilai yang mereka pun berhasil keluar gua.
mengandung unsur keagamaan terdapat Munculnya Dewi Pohaci Wiru
pada carita pantun Sawung Galing. Cerita Mananggay saat Sawung Galing berha-
pada carita pantun pada umumnya dapan dengan raja dari Kerajaan Pasir
mengisahkan tentang kehidupan raja Prabu Bondan, Ratu Bondan. Keduanya, Sawung
Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran beserta Galing dengan Ratu Bondan bertarung
keturunannya. Disebutkan dalam beberapa tanding tidak dapat saling mengalahkan,
sumber baik lisan maupun tertulis bahwa akhirnya turunlah Dewi Pohaci Wiru
Prabu Siliwangi raja di Kerajaan Pajajaran Mananggay untuk memisah keduanya,
adalah penganut agama Hindu. Jadi cerita karena mereka berdua masih saudara
yang terdapat pada carita pantun Sawung sehingga tidak akan ada yang kalah.
Galing pun menggambarkan kehidupan Akhirnya untuk mengakhiri pertarungan
raja yang menganut agama Hindu. Dalam tersebut Dewi Pohaci Wiru Mananggay
cerita disebut-sebut adanya Kahyangan, memberi jalan keluar dengan cara
Sunan Ambu, Nyi Pohaci Wiru menimbang berat badan, barang siapa yang
Mananggay, dan mantera. Unsur-unsur berat badannya lebih unggul maka dialah
tersebut merupakan pengaruh dari ajaran yang menang. Akhirnya Sawung Galing
agama Hindu. Kahyangan adalah suatu memenangkannya dengan bantuan Dewi
tempat di atas bumi (dunia) tempat para Pohaci Wiru Mananggay.
dewa. Sunan Ambu merupakan salah satu
dewa yang berjenis kelamin perempuan b. Nilai Politik
yang berperan sebagai seorang ibu. Nyi Politik adalah sebuah tahapan untuk
Pohaci Wiru Mananggay adalah sebutan membentuk atau membangun posisi-posisi
dewi atau turunan dewa sebagai jelmaan kekuasaan di dalam masyarakat yang
padi atau disebut juga Dewi Padi. Mantera berguna sebagai pengambil keputusan-
adalah semacam doa-doa yang memiliki keputusan yang terkait dengan kondisi
khasiat tertentu untuk tujuan-tujuan masyarakat.
tertentu pula. Kata politik ini berasal dari bahasa
Yunani yaitu polis dan teta. Arti dari kata
Kajian Nilai Budaya Carita Pantun Sawung Galing (Yuzar Purnama) 197
suatu pekerjaan dan usaha ke arahnya anggap amat penting dalam hidup
merupakan suatu kebajikan dan perbuatan (http://www.zonasiswa.com/2014/07/nilai-
yang mulia. Oleh karena itu dalam sosial-pengertian-jenis-sumber.html, diak-
melaksanakan dan menunaikan pekerjaan ses tanggal 23 Mei 2016 pukul 15.21
harus dengan semangat dan motivasi yang WIB).
tinggi. Dalam Kamus Besar Bahasa
Etos kerja yang diperlihatkan Indonesia (KBBI), pengertian sosial adalah
Sawung Galing pun tidak kalah berkenaan dengan masyarakat perlu
pentingnya. Sawung Galing adalah seorang adanya komunikasi dalam usaha menun-
tokoh perkasa karena berhasil jang pembangunan ini. Sosial adalah suka
menaklukkan enam kerajaan. Sawung memperhatikan kepentingan umum seperti
Galing adalah Sang Penakluk, enam suka menolong, menderma, dan seba-
kerajaan berhasil ditaklukkan dengan gainya (1995: 958).
tangannya. Keenam kerajaan itu adalah Nilai sosial terdapat dalam carita
Gedong Waringin, rajanya Dipati Gajah; pantun. Nilai ini diperlihatkan oleh
Gunung Tilu, rajanya Lembu Wulung; Sawung Galing. Selepas Begawat Iman
Gunung Karang, rajanya Dipati Dalem Sonjaya menyerahkan kekuasaan Kerajaan
Genggang; Kuta Tingkem, rajanya Kuta Ngagangsa kepada Sawung Galing,
bernama Dipati Gajah Cina; Margacina, semenjak itu, Sawung Galing resmi
rajanya Dipati Gajah Cina; dan Pasir menjadi raja di Kerajaan Kuta Ngagangsa.
Bondan, rajanya bernama Ratu Bondan. Begawat Iman Sonjaya pulang ke
Kerajaan Pajajaran hanya membawa
d. Nilai Sosial permaisuri Ringgit Manik dan satu selir
Masyarakat adalah makhluk sosial bernama Rangga Dewata, sedangkan enam
yaitu makhluk yang tidak dapat hidup selir lainnya ditinggalkannya di Kuta
sendirian. Manusia hidup membutuhkan Ngagangsa. Keenam selir Begawat Iman
kehadiran manusia lainnya. Setiap individu Sonjaya yaitu Nyi Caringin Kembang,
dalam masyarakat memiliki pranata Panggung Wayang, Nyi Lenggang Sari,
sosialnya. Setiap pranata sosial memiliki Badaya Cina, Nyi Aci Kancana dan Nyi
peran dan fungsi dalam masyarakatnya. Sari Bondan. Keenam selir yang
Masing-masing menghormati dan meng- ditinggalkan oleh Raja Begawat Iman
hargainya. Sonjaya tidak kemudian dijadikan
Nilai sosial dapat diartikan sebagai permaisuri atau selir Sawung Galing,
sesuatu yang baik, diinginkan, diharapkan, namun mereka tetap diizinkan tinggal di
dan dianggap penting oleh masyarakat. Kerajaan Kuta Ngagangsa. Dan Raja
Hal-hal tersebut menjadi acuan warga Sawung Galing menghormati serta
masyarakat dalam bertindak. Jadi, nilai menjaga keenam selir Begawat Iman
sosial mengarahkan tindakan manusia. Sonjaya tersebut.
Wujud nilai dalam kehidupan itu
merupakan sesuatu yang berharga sebab e. Nilai Ilmu
dapat membedakan yang benar dan yang Ilmu pengetahuan secara umum
salah, yang indah dan yang tidak indah, dibagi ke dalam tiga lapangan ilmu
serta yang baik dan yang buruk. Wujud pengetahuan yaitu ilmu-ilmu alamiah,
nilai dalam masyarakat berupa penghar- pengetahuan budaya, dan ilmu-ilmu sosial.
gaan, hukuman, pujian, dan sebagainya. Masing masing terbagi dalam sejumlah
Menurut Koentjaraningrat bahwa yang bidang pengetahuan keahlian/disiplin
dimaksud dengan nilai sosial sebagai (Darmansyah M., 1986: 13). Ilmu alamiah
konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam mencakup bidang-bidang keilmuan seperti
pikiran sebagian besar warga masyarakat biologi, fisika, kimia, dan sebagainya.
mengenai hal-hal yang harus mereka Adapun ilmu-ilmu sosial mencakup ilmu
200 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 187 - 202