Anda di halaman 1dari 5

ISSN 2085-9937

Patanjala
Volume 1 Nomor 2 Juni 2009
Patanjala bermakna air sungai yang tiada hentinya mengalir mengikuti alur yang dilaluinya hingga ke
muara. Seperti halnya karakteristik air sungai, manusia harus bekerja dan beramal baik, serta fokus pada
cita-citanya. Patanjala adalah media penyebarluasan tentang Nilai Budaya, Seni, dan Film serta Kesejarahan
yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung di wilayah kerja Jawa Barat,
DKI Jakarta, Banten, dan Lampung. Patanjala diterbitkan secara berkala dalam satu tahun. Siapapun dapat
mengutip sebagian isi dari Jurnal Penelitian ini dengan ketentuan menuliskan sumbernya.
Pelindung
Direktur Tradisi Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

Penanggung Jawab
Kepala Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung

Mitra Bestari
Dr. T.M. Marwanti, Dra., M.Si
Drs. Mumuh Muhsin Z., M.Hum
Editor Ahli
Prof. Dr. A. Sobana Hardjasaputra, S.S., M.A.
Dr. Ade Makmur K., M.Phil
Redaksi
Ketua : Iim Imadudin, S.S.
Anggota : 1. Irvan Setiawan, S.Sos.
2. Dra. Ria Intani Tresnasih
3. Dra. Lina Herlinawati
Diterbitkan oleh
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung – Bandung 40294
Telp./Faks. (022) 7804942
E-mail: jurnalpatanjala@yahoo.com

Penata Sampul, Dra. Ria Intani T.& Dra. Lina H.


Sumber: Kesenian Berokan Cirebon, Dokumentasi BPSNT Bandung

Dicetak oleh

Isi di luar tanggung jawab percetakan


PENGANTAR REDAKSI

Jurnal Patanjala yang ada di hadapan pembaca merupakan format baru.


Apabila dibandingkan dengan jurnal sebelumnya terdapat perubahan pada nama,
ukuran dan bentuk perwajahan serta format penulisan. Nama semula “Jurnal
Penelitian” menjadi Patanjala. Kemudian ukuran semula, dari 14,5 x 21 cm, menjadi
18 x 25,5 cm. Perubahan tersebut sebagai respon terhadap pedoman majalah ilmiah
yang diterbitkan Pusbindiklat Peneliti LIPI.
Diharapkan dengan perubahan ini tidak saja meningkatkan kualitas isi jurnal,
tetapi semakin tersosialisasikan hasil penelitian BPSNT kepada masyarakat luas.
Segala masukan dan saran untuk perbaikan jurnal amatlah diharapkan, dan lebih
diharapkan lagi kritik yang membangun agar penyajian jurnal menjadi lebih baik lagi.

Bandung, Juni 2009


Redaksi
PENGANTAR EDITOR

Dalam edisi yang kini ada di tangan pembaca, Patanjala Jurnal Penelitian
Sejarah dan Budaya yang diterbitkan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai
Tradisional Bandung, menyajikan berbagai artikel yang bersumber dari hasil kajian
kebudayaan dan kesejarahan. Tulisan-tulisan yang disajikan dalam Patanjala Vol. 1,
No. 2 Juni 2009, lebih mengedepankan kupasan yang terkait dengan tradisi dan nilai-
nilai budaya yang hidup serta menjadi pedoman bertingkah laku segenap warga
komunitasnya.
Analisis hubungan antara lama bermukim dengan persepsi transmigran asal
Jawa tentang kepemimpinan ideal kepala desa, yang ditulis T. Dibyo Harsono,
menjadi pembuka jurnal ini. Penulis artikel ini, mengajak pembaca untuk menyimak
bagaimana tradisi kepemimpinan di tempat asal daerah transmigran dalam hal ini
transmigran asal Jawa berpengaruh terhadap kepemimpinan kepala desa yang ideal.
Pembentukan kepemimpinan kepala desa yang ideal itu tidak dapat dilepaskan dari
hubungan antara lama bermukim dan persepsi atas ajaran raja yang bijaksana
sebagaimana terbentuk di tempat asal. Oleh karena itu, T. Dibyo Harsono,
menyarankan agar transmigran tetap mempertahankan nilai-nilai yang mereka miliki
sebagai kontrol sosial terhadap kepemimpinan kepala desanya.
Tulisan-tulisan lainnya juga dalam jurnal ini, mengedepankan gambaran,
penjelasan, dan analisis atas tradisi dan nila-nilai budaya yang membentuk keselarasan
antara manusia dan alam sebagai tempat berpijak dan menggali kehidupan.
Keselarasan yang membangun harmoni seperti yang ditunjukkan oleh tulisan Enden
Irma R. yang berjudul Nilai-nilai Budaya dalam Kesenian Gondang di Kecamatan
Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Demikian juga Nandang Rusnandar
mengemukakan tulisan yang berjudul Arsitektur Rumah Tradisional Kampung Naga.
Nandang Rusnandar, dalam artikelnya ini mengemukakan bawa rumah tradisional
warga Kampung Naga benar-benar didirikan selaras dengan lingkungan alam atau
fisik yang ada di sekitarnya sehingga untuk bahan baku pembuatan rumahnya pun
terikat kuat pada sumber alam yang tersedia. Demikian pula teknik dan tata cara
pembuatannya merujuk kepada aturan alam, karena itulah dalam konteks kekinian
rumah tradisional Kampung Naga boleh dinyatakan sebagai rumah tahan gempa, yang
memang alam telah mengujinya.
Pewarisan tradisi dan nilai-nilai budaya dalam prakteknya tidak bisa lepas dari
seni,karena itulah tulisan Rosyadi mengulas dengan jelas bagaimana Wayang Golek
agar tetap eksis sebagai pembentuk identitas budaya bagi pendukungnya. Meski fungsi
wayang golek itu menurut Rosyadi telah berubah dari seni pertunjukan menjadi seni
griya. Perubahan fungsi wayang golek itu diungkapkan dalam tulisannya berjudul
Wayang Golek: Dari Seni Petunjuan ke Seni Kriya Studi tentang Perubahan Fungsi
Wayang Golek di Kota Bogor.
Tulian Adeng, di bawah judul Kerajaan Tradisional Cirebon pada Abad XV – XIX,
mencoba menapak perjalanan panjang kerajaan tradisional Cirebon yang dikenal
dengan sebutan kerajaan Islam yang kemudian menjadi Kesultanan Cirebon yang
mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Syekh Syarif Hidayatullah Kerajaan
Islam di Tatar Sunda yang kini dikenal sebagai wilayah Provinsi Jawa Barat, suatu
kerajaan yang lebih mengedepankan syiar dan pegembangan agama ketimbang
bergerak dalam aktivitas politik maupun pemerintahan. Dari tulian ini tampaknya
penulis ingin mengajak pembaca merenungkan bagaimana konsep pelayanan dalam
kepemimpinan Syekh Syarif Hidayatullah lebih berjaya daripada konsep pemerintahan
dalam rangka menjalankan roda kesultanan. Konsep serupa dengan yang diungkap
Adeng sepetinya juga tampak dalam perspektif lain, tulisan Yudi Putu Satriadi
mengemukakan bahwa dalam pengaturan masarakat tradisional tidak lepas dari upaya
dan tindakan kepemimpinan leluhur. Judul tulisan Yudi Putu Satriadi, adalah Sistem
Pelapisan Sosial pada Kasepuhan Cicarucub Kabupaten Lebak Banten. Demikian juga
tulisan Euis Tresnawati di bawah judul Sejarah Pemerintahan Kabupaten Serang,
hampir sejalan dengan tulian sebelumnya dalam konteks pemerintahan meski sudah
diwarnai sistem pemerintahan kolonial untuk mempraktekkan kepemerintahannya.
Irvan Setiawan, dalam judul Mitos Nyi Roro Kidul dalam Kehidupan
Masyarakat Cianjur Selatan, mengupas legenda yang sangat populer pada masyarakat
di Pulau Jawa khususnya di bagian selatan. Dalam konteks ini Nyi Roro Kidul tidak
bisa dilepaskan dari persepsi masyarakat terhadap lautan, yang mempersepsi lautan
itu penuh mitos dan mistik. Karena itu, berbagai upacara persembahan selalunya
ditujukan kepada Nyi Roro Kidul, agar harmoni diraih.
Akhirnya jurnal ini ditutup oleh tulisan Ani Rostiyati dengan judul Peranan
Pemimpin Informal pada Masyarakat Guradog. Ani Rostiyati, mencoba menelusur
bagaimana masyarakat bisa selalu tergantung kepada seorang pemimpin informal
dalam menjalankan kehidupan bermasyarakatnya. Dalam konteks ini, pemimpin
formal oleh penulis ternyata terkaitkan dengan pemimin adat. Menurut penulis,
pemimpin adat memiliki kemampuan tertentu untuk menggerakkan warga
masyarakatnya, bebeda dengan pemimpin formal yang memliki pelbagai keterbatasan
dalam menjalankan praktek kepemimpinannya. Karena itu, bagi penulis tulisan ini,
pemimpin informal pada masyarakat Guradog identik dengan pemimpin adat, yang
memliki fungsi selain sebagai pewaris tradisi dalam hal menjaga keberlangsungan
tradisi juga berfungsi sebagai penggerak pembangunan masyarakat.
Pada kesempatan ini redaksi mengucapkan terima kasih kepada Kepala
BPSNT Bandung, Direktur Tradisi Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata serta segenap partisipan yang memungkinkan
penerbitan ini berada di tangan pembaca. Tentulah menjadi harapan bersama bahwa
jurnal ini dapat lebih berdaya guna sebagai wahana penyebar luas berbagai gagasan
dan temuan baru yang bermanfaat bagi pengembagan kesejahteraan dan nilai-nilai
tradisional sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Selamat membaca!
ISSN 2085-9937

Patanjala
Volume 1 Nomor 2 Juni 2009

DAFTAR ISI

Persepsi Transmigran Jawa tentang Kepemimpinan Lokal Kepala Desa di 111 - 120
Kecamatan Baradatu, Lampung Utara
T. Dibyo Harsono

Arsitektur Rumah Tradisional Kampung Naga 121 - 134


Nandang Rusnandar

Wayang Golek dari Seni Pertunjukan ke Seni Kriya (Studi tentang Perkembangan 135 -148
Fungsi Wayang Golek di Kota Bogor)
Rosyadi

Kerajaan Tradisional Cirebon Abad XV-XIV 149 - 162


Adeng

Sistem Pelapisan Sosial dan Dampaknya pada Masyarakat Kasepuhan Cicarucub 163-174
Kabupaten Lebak-Banten
Yudi Putu Satriadi

Lintasan Sejarah Pemerintahan Kabupaten Serang Abad XVI-XX 175 - 187


Euis Thresnawaty

Mitos Nyi Roro Kidul dalam Kehidupan Masyarakat Cianjur Selatan 188 - 200
Irvan Setiawan

Peranan Pemimpin Informal pada Masyarakat Guradog 201-214


Ani Rostiyati

Anda mungkin juga menyukai