Anda di halaman 1dari 164

ISSN 2085-9937

Patanjala
Volume 10 Nomor 1 Maret 2018
Patanjala bermakna air sungai yang tiada hentinya mengalir mengikuti alur yang dilaluinya hingga ke
muara. Seperti halnya karakteristik air sungai, manusia harus bekerja dan beramal baik, serta fokus
pada cita-citanya. Patanjala adalah majalah ilmiah yang memuat hasil-hasil penelitian tentang nilai
budaya, seni, dan film serta kesejarahan yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa
Barat di wilayah kerja Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Lampung. Redaksi juga menerima artikel hasil
penelitian di Indonesia pada umumnya. Patanjala diterbitkan secara berkala tiga kali setiap Maret, Juni,
dan September dalam satu tahun. Siapa pun dapat mengutip sebagian isi dari jurnal penelitian ini dengan
ketentuan menuliskan sumbernya.
Pelindung
Direktur Jenderal Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Penanggung Jawab
Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
Redaksi
Ketua : Iim Imadudin, S.S., M.Hum (Sejarah)
Anggota : 1. Dra. Ria Intani T. (Antropologi)
2. Dra. Lina Herlinawati (Sastra Indonesia)
3. Dra. Lasmiyati (Sejarah)
4. Hary Ganjar Budiman, S.S. (Sejarah)
5. Erik Rusmana, S.S., M.Hum
(Editor Bahasa Inggris)
Redaktur Pelaksana
Titan Firman, S.Kom.
Mitra Bestari
Prof. Dr. A. Sobana Hardjasaputra, S.S., M.A.
Dr. Ade Makmur K., M.Phil (Antropologi, UNPAD)
Dr. T.M. Marwanti, Dra., M.Si (Antropologi, STKS)
Dr. Mumuh Muhsin Z., M.Hum (Sejarah, UNPAD)
Dr. Bambang Rudito (SBM, ITB)
Dr. Dade Mahzuni, M.Si (Kajian Budaya, UNPAD)

Diterbitkan oleh
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung – Bandung 40294
Telp./Faks. (022) 7804942
e-mail: jurnalpatanjala@yahoo.com
http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id
http://bpsnt-bandung.blogspot.com
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar

Penata Sampul: Titan Firman


Gambar: Salah satu gerakan Penca Ameng Timbangan
Sumber: BPNB Jawa Barat

Dicetak oleh
CV. HALIMAH
Jl. Dengki Selatan V No. 20
Bandung

Isi di luar tanggung jawab percetakan


PENGANTAR REDAKSI

Fokus kajian pada sejumlah artikel yang diterbitkan Jurnal Patanjala Vol. 10 No.
1 mencuatkan keragaman dalam berbagai aspeknya. Keragaman merupakan suatu
yang given dan inheren dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena, itu upaya
penyeragaman dalam keragaman merupakan anakronisme, jika bukannya dianggap
menentang kodrat dari kehidupan itu sendiri. Bahkan, sering terjadi upaya
memberi makna tunggal dalam suasana multimakna itu menghadirkan kegagalan.

Pesan keragaman cukup kuat terekam dalam sembilan artikel di bawah ini. Nilai
kebinekaan itu teridentifikasi pada hubungan antaretnis, adaptasi masyarakat,
interpretasi sejarah yang tidak pernah tunggal, dan tradisi yang berkembang
dinamis.

Suciyadi Ramdhani menganalisis proses pembentukan nilai multikulturalisme


pada masyarakat Haurgeulis Indramayu. Kelompok etnik Jawa, Sunda, Arab, dan
Tionghoa telah menetap di Haurgeulis sejak awal abad ke-20. Hubungan di antara
kelompok etnik tersebut berlangsung secara harmonis. Hal tersebut terjadi bukan
saja karena adanya kesadaran bersama, tetapi juga ada pola saling membutuhkan
sesama mereka. Keturunan etnik Jawa dan Sunda bekerja di bidang pertanian, serta
keturunan Arab dan Tionghoa di bidang perdagangan. Nilai-nilai multikultur
masyarakat Haurgeulis tumbuh dalam suasana toleran dan antidiskriminasi.

Risa Nopianti, Triesya Melinda, Junardi Harahap mengungkap pengelolaan


lingkungan warga Dusun Cipondoh Desa Pawenang Kecamatan Jatinunggal
Kabupaten Sumedang. Pengelolaan lingkungan dan sanitasi menjadi strategi
adaptasi masyarakat yang terkena relokasi sejak berlangsungnya pembangunan
Waduk Jatigede. Di lokasi yang baru, mereka berhadapan dengan berbagai
masalah, antara lain pengetahuan yang minim, perubahan kondisi, dan mata
pencaharian yang terbatas. Mereka menyusun strategi adaptasi terutama untuk
pemenuhan kebutuhan sanitasi.

Iim Imadudin melakukan eksplanasi terhadap konflik tentara dengan laskar dan
jago di wilayah Karawang. Kelompok-kelompok perjuangan yang awalnya
memiliki semangat yang sama ternyata mengambil jalannya masing-masing.
Konflik antara tentara, laskar, dan jago terjadi disebabkan adanya keyakinan yang
besar terhadap janji-janji revolusi, perbedaan ideologis mengenai bagaimana
perjuangan harus dimenangkan, faktor ketidakpercayaan yang mengakibatkan
hubungan-hubungan yang tidak harmonis antarfaksi perjuangan di Karawang.

Yeni Mulyani Supriatin mengkaji resepsi sastra yang terkait dengan Peristiwa
Bubat yang terjadi pada abad ke-14. Resepsi sastra terhadap Perang Bubat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu resepsi dari aspek kesejarahannya,
pengaruhnya terhadap penciptaan karya baru, dan resepsi terhadap struktur sastra.
Peristiwa Bubat diresepsi setelah dua abad berlalu, yaitu pada abad ke-16 dan
peristiwa tersebut diresepsi ulang pada abad ke-20-an. Hasil resepsi sastra dari
abad ke-18 sampai dengan abad ke-20 cukup beragam. Keberagaman resepsi itu
menunjukkan terdapat perbedaan horizon harapan pembaca. Resepsi tersebut tidak
bersifat tunggal tergantung pada jiwa zamannya.

Ria Intani T. mengungkap tradisi mendongeng pada masyarakat Cisaranten


Wetan Kecamatan Cinambo Kota Bandung. Dongeng merupakan salah satu media
yang sangat efektif dalam membentuk karakter anak sejak dini. Tradisi
mendongeng merupakan upaya internalisasi nilai-nilai dalam keluarga. Beberapa
keluarga masih memelihara tradisi mendongeng. Hal tersebut didorong oleh
pewarisan kebiasaan mendongeng secara turun-temurun.

Irvan Setiawan mengulas pengobatan tradisional di Desa Lemahabang Kulon,


Kec. Lemahabang, Kab. Cirebon. Selaras dengan perkembangan teknologi di
bidang kesehatan, rupanya pengobatan tradisional masih mendapat tempat pada
masyarakat pendukungnya. Lestarinya pengobatan tradisional ditentukan oleh
pewarisan nilai yang diterima dalam keluarga. Pengobatan tradisional merupakan
sebuah kearifan lokal dari generasi terdahulu yang didapat melalui berbagai
proses. Nilai kepasrahan dan keyakinan menjadi modal utama masyarakat
menjalani pengobatan tradisional sebagai media alternatif.

I Made Purna menganalisis makna multikulturalisme dan pluralisme dalam


tradisi baunyale pada etnik Sasak. Tradisi ini dibentuk oleh sinkretisme Islam dan
Hindu yang mewujud dalam ajaran Islam Wetu Telu. Tradisi baunyale merupakan
tradisi masyarakat suku Sasak yang diperingati setiap tahunnya untuk mengenang
jasa Putri Mandalika yang rela mengorbankan diri. Baunyale berfungsi sebagai
penguat identitas etnis Sasak yang sarat dengan fungsi dan nilai budaya.

Hary Ganjar Budiman membedah hubungan sipil-militer dalam muatan


ideologis yang terdapat dalam serial televisi Patriot. Dalam perjalanan sejarah
setelah kemerdekaan, hubungan sipil-militer terdapat pasang-surut. Sejak
tumbangnya Orde Baru, paradigma profesionalisme tentara dicuatkan dan peran
masyarakat sipil dikuatkan. Serial Patriot menjadi serial televisi pertama yang
mengangkat kisah militer sejak jatuhnya Orde Baru pada 1998. Serial Patriot
memiliki nilai ideologis yang melekat pada profil tentara, seperti nasionalisme,
patriotisme, didaktisme, dan menempatkan tentara sebagai penjaga “moral
bangsa”.

Agus Heryana menganalisis hubungan antara ajaran dan gerak Ameng


Timbangan di Jawa Barat. Pencak silat Ameng Timbangan yang diciptakan R.
Moezni Anggakoesoemah bersumber pada ajaran Timbangan. Pencak silat ini
berbeda dengan kebanyakan bela diri pada umumnya yang cenderung keras dan
kasar. Ameng Timbangan bersumber dari ajaran Timbangan yang berisi ajaran
kerohanian Islam. Ajaran ini menjadi jiwa dalam gerak lahiriah Ameng
Timbangan.

Selamat membaca!
ISSN 2085-9937

Patanjala
Volume 10 Nomor 1 Maret 2018

DAFTAR ISI

Konstruksi Nilai Multikulturalisme pada Masyarakat Haurgeulis 1- 16


Kabupaten Indramayu
The Construction of Multiculturalism Values in Haurgeulis Society,
Indramayu Regency
Suciyadi Ramdhani

Strategi Adaptasi Masyarakat Terdampak Pembangunan Waduk Jatigede 17 - 34


di Dusun Cipondoh Desa Pawenang, Kecamatan Jatinunggal,
Kabupaten Sumedang
The Adaptation Strategy of Society in The Impact of Dam Contruction of
Jatigede in Cipondoh, Pawenang Village, Jatinunggal Sub-District,
Sumedang Regency
Risa Nopianti, Triesya Melinda, Junardi Harahap

“Revolusi dalam Revolusi”: Tentara, Laskar, dan Jago 35 - 50


di Wilayah Karawang 1945-1947
“Revolutions in Revolutions”, Soldier, Laskar (Paramilitart Troops),
and Jago (Warior) in Karawang Area in 1945-1947
Iim Imadudin

Perang Bubat, Representasi Sejarah Abad ke- 14 dan Resepsi Sastranya 51 - 66


Bubat War, The 14th Century’s Representation of Historical
and Literature Reception
Yeni Mulyani Supriatin

Tradisi Mendongeng Sebagai Upaya Pembudayaan Nilai-Nilai 67 - 82


dalam Keluarga di Kelurahan Cisaranten Wetan
Kecamatan Cinambo Kota Bandung
Storytelling Tradition as An Effort in Civilizing Values in Family
in East Cisaranten Urban Village, Cinambo Sub-District, Bandung City
Ria Intani T.

Pengobatan Tradisional di Desa Lemahabang Kulon, 83 - 98


Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon
Traditional Medicine in West Lemahabang Village,
Lemahabang Sub-District, District of Cirebon
Irvan Setiawan
Bau Nyale: Tradisi Bernilai Multikulturalisme dan Pluralisme 99 - 114
Bau Nyale: The Valuable Tradition of Multiculturalism and Pluralism
I Made Purna

Representasi Tentara dan Relasi Sipil-Militer dalam Serial Patriot 115 - 130
The Representation of Army and Civil-Military Relations in Patriot Series
Hary Ganjar Budiman

Pencak Silat Ameng Timbangan di Jawa Barat: 131 - 148


Hubungan Antara Ajaran dan Gerak Ameng Timbangan
Pencak Silat Ameng Timbangan in West Java:
The Relations Between Teachings and Movements of Ameng Timbangan
Agus Heryana

Tinjauan Buku 149 - 152

Biodata Penulis

Pedoman Penulisan
Konstruksi Nilai Multikulturalisme..... (Suciyadi Ramdhani) 1

KONSTRUKSI NILAI MULTIKULTURALISME PADA


MASYARAKAT HAURGEULIS KABUPATEN
INDRAMAYU
THE CONSTRUCTION OF MULTICULTURALISM VALUES
IN HAURGEULIS SOCIETY, INDRAMAYU REGENCY

Suciyadi Ramdhani
IKKON Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf)
Jln. Merdeka Selatan No.13 - Jakarta Pusat
e-mail: suciyadiramdhani@gmail.com

Naskah Diterima:9 Januari 2018 Naskah Direvisi:16 Februari 2018 Naskah Disetujui:3 Maret 2018

Abstrak
Tulisan ini menjelaskan proses pembentukan nilai multikulturalisme pada masyarakat
Haurgeulis, Indramayu yang dikaji melalui metode kualitatif. Pengumpulan data menggunakan
teknik pengamatan terlibat, wawancara mendalam, dan studi literatur. Hasilnya menunjukkan
bahwa kehidupan multikultural di Haurgeulis dibentuk oleh empat kelompok etnik pendatang:
Jawa, Sunda, Arab, dan Tionghoa di awal abad ke-20. Setiap kelompok etnik memiliki
keahliannya masing-masing, seperti pertanian yang didominasi keturunan Jawa dan Sunda,
sebagaimana keturunan Arab dan Tionghoa di bidang perdagangan. Adanya keahlian pekerjaan
membentuk hubungan antaretnik menjadi saling ketergantungan dalam kehidupan ekonomi.
Dengan saling ketergantungan, masyarakat di Haurgeulis menunjukkan sikap penerimaan dan
tidak diskriminatif kepada liyannya. Pengalaman hidup bersama tersebut semakin membentuk
nilai-nilai multikulturalisme pada masyarakat Haurgeulis.
Kata kunci: etnisitas, multikultural, Haurgeulis.

Abstract
This paper describes the process of value creation of multiculturalism in Haurgeulis
Indramayu society which is studied through qualitative method. The Data is collected through
observational techniques, in-depth interviews, and literature studies. The results show that
multicultural life in Haurgeulis was formed by four ethnic groups of immigrants: Java, Sunda,
Arabian and Chinese in the early 20th century. Each ethnic group has its own expertise, such as
agriculture that dominated by Javanese and Sundanese descent, while the Arab and Chinese
descendants of trade. The existence of job skills forms inter-ethnic relations into interdependence
in economic life. With interdependence, people in Haurgeulis shows acceptance and non-
discriminatory attitude to the others. Life experience in living together increasingly shapes the
values of multiculturalism in Haurgeulis society.
Keywords: ehnicity, multicultural, Haurgeulis.

A. PENDAHULUAN
Tulisan ini mengkaji proses Multikulturalisme menekankan
pembentukan nilai multikulturalisme pada pemahaman dan penerimaan terhadap
masyarakat Haurgeulis, yang telah hidup perbedaan hidup dalam konteks sosial-
bersama dalam perbedaan sukubangsa dan budaya, baik secara individu maupun
agama serta disatukan oleh adanya kelompok (Kymlicka, 2002). Dalam
kemajemukan. masyarakat multikultural setiap golongan
2 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 1-16

etnik yang ada akan selalu dihadapkan 2006; Klinken, 2007; Hoon, 2012). Namun
pada hubungan dengan liyan, dan banyaknya pendatang (migran) di kota
perbedaan itu muncul ketika berhadapan Kecamatan Haurgeulis dalam rangka
dalam interaksi sosial yang dicirikan oleh penghidupan, tidak memunculkan
adanya persamaan, atau perbedaan secara persoalan tersebut. Kota Kecamatan
fisik maupun kultural (Lewellen, Haurgeulis terkesan damai meskipun
2003:166-167). terdiri atas beragam sukubangsa, sehingga
Kajian ini banyak ditemukan di itu mencerminkan masyarakat
Indonesia, khususnya di perkotaan atau multikulturalis, yang cenderung memiliki
tempat yang biasanya memiliki nilai sikap toleran dalam memandang individu
ekonomis berkat letaknya atau fungsinya atau kelompok lain yang berbeda latar
yang mempertemukan berbagai golongan belakang budayanya.
sosial budaya, sebagaimana fokus dalam Samovar dkk. (2014:200)
tulisan ini yaitu pada masyarakat menjelaskan hubungan antaretnik yang
multikultural. salah satunya dicirikan oleh adanya sikap
Haurgeulis merupakan kota kecil toleran akan meningkatkan percampuran
dengan cerminan masyarakat multietnik, budaya dan percampuran ini menghasilkan
yang penduduknya terdiri atas beragam orang-orang yang memiliki berbagai jenis
sukubangsa, di antaranya orang Sunda, identitas budaya, sehingga dapat
Jawa, Minangkabau, Arab dan Tionghoa. meminimalisasi konflik antargolongan.
Banyak penelitian di beberapa wilayah Sehubungan dengan pemahaman tersebut,
multietnik lain memaparkan tentang maka tulisan ini hendak mendeskripsikan
potensi konflik di kota-kota kecil (Klinken, bagaimana proses akulturasi budaya
2007). antargolongan sosial yang ada di
Di Kota Kecamatan Haurgeulis Haurgeulis.
walaupun terdiri atas beragam golongan Penelitian ini memerhatikan
budaya, konflik cenderung jarang terjadi beberapa konsep, yaitu (1) masyarakat
atau hanya dalam skala kecil, meskipun di multikultural; (2) mayoritas-minoritas dan
sekitar wilayah Haurgeulis terdapat dominan; (3) identitas dalam kerangka
beberapa tempat yang berstigma dan etnisitas; (4) struktur dan agen dalam
memiliki potensi konflik seperti adanya praktik kehidupan multikultural; (5)
tradisi dan lokalisasi PSK dan pesantren konflik dan resolusi konflik pada
Al-Zaytun yang dianggap kontroversi masyarakat multikultural.
karena diisukan memiliki visi meneruskan Tinjauan pertama mengenai
Negara Islam Indonesia (NII) (Hadi, 2013; masyarakat multikultural untuk
Humardhani, 2015; Santoso, 2013). mengetahui pola hubungan antaretnik pada
Selain itu, kota Kecamatan wilayah yang ditempati beragam
Haurgeulis yang secara geografis berada di sukubangsa. Tinjauan kedua tentang
wilayah pertanian, diimbangi juga oleh konsep mayoritas-minoritas dan dominan
perdagangan bersamaan dengan digunakan untuk mengetahui situasi
kedatangan penduduk dari berbagai latar budaya pada masyarakat multikultural,
belakang sosial budaya, sehingga karena di wilayah multikultural terdapat
hubungan di antara penduduknya yang dua kemungkinan yaitu memiliki atau
beragam itu menonjol pada aspek tidak memiliki kebudayaan dominan
perekonomian. Kajian-kajian lain sebagai bagian dari relasi antara mayoritas-
menunjukkan bahwa pertemuan antaretnik minoritas. Tinjauan ketiga, konsep
dengan kepentingan ekonomi dapat identitas dalam kerangka etnisitas
menjadi sumber-sumber konflik, terutama dimaksudkan untuk menguraikan
jika terdapat kesenjangan ekonomi identifikasi anggota suatu golongan etnik
antargolongan (Suparlan, 2005; Salim, yang memiliki budaya berbeda dengan
Konstruksi Nilai Multikulturalisme..... (Suciyadi Ramdhani) 3

liyan, dan pola relasi antaretnik yang masyarakat, kemudian dilembagakan


berpengaruh terhadap pembentukan dalam sejumlah bidang kehidupan.
identitas suatu masyarakat multukultural. Selanjutnya, pengetahuan tersebut
Tinjauan keempat membantu peneliti melahirkan pandangan-pandangan yang
dalam memandang kehidupan memengaruhi hubungan individu dengan
multikultural dan individu-individu liyan, untuk kemudian digunakan sebagai
sebagai aktor yang ada di dalamnya landasan dalam merumuskan tindakan
melalui pendekatan konstruksi sosial dari yang akan dilakukan terhadap liyan. Dalam
Berger dan Luckmann. Tinjauan kelima, proses itulah, terjadi internalisasi, yaitu
terkait konflik dan resolusi konflik suatu pemahaman dan penafsiran yang
menguraikan bagaimana konflik bisa langsung dari peristiwa-peristiwa sebagai
terjadi di kota-kota kecil, dan setelah suatu pengungkapan makna dari individu
identifikasi sumber konflik maka akan untuk selanjutnya disosialisasikan kembali.
ditemukan cara-cara untuk menghindari Dengan demikian masyarakat multikultural
konflik. ini bukan hanya sebagai hasil pengalaman
Kajian ini menggunakan teori hidup interaksi antargolongan etnik
konstruksi sosial. Dalam pendekatan ini, (masyarakat sebagai produk individu),
masyarakat adalah sebagai kenyataan melainkan juga kembali membentuk pola
objektif sekaligus kenyataan subjektif. hubungan individu dengan liyannya dalam
Dengan kata lain, individu adalah berinteraksi (individu sebagai produk
pembentuk masyarakat dan masyarakat masyarakat).
adalah pembentuk individu. Untuk Sebagai suatu proses, pengalaman
menghubungkan dialektika tersebut, hidup pada masyarakat multikultural ini
penelitian ini menggunakan konsep membentuk dan membentuk-ulang cara
eksternalisasi, objektivasi, dan orang dalam memandang dan memahami
internalisasi. Eksternalisasi adalah liyan yang berbeda identitas budayanya.
penyesuaian diri dengan dunia Pengalaman hidup ini dikonstruksi oleh
sosiokultural sebagai produk manusia, dan individu menjadi sebuah nilai kehidupan
objektivasi adalah interaksi sosial dalam multikultural yang diwujudkan melalui
dunia intersubjektif yang dilembagakan pandangan dan tindakan dalam suatu
atau mengalami proses intitusionalisasi. hubungan sosial. Pandangan dan tindakan
Sedangkan internalisasi adalah ini tergantung dari pengalaman individu
pengidentifikasian diri individu di tengah terkait pengetahuan yang didapat selama
lembaga-lembaga sosial yang selanjutnya berlangsungnya interaksi. Pengalaman
menjadi bermakna (Berger dan Luckmann, tersebut dapat digolongkan menjadi dua
2013:177). kategori, yakni kategori kultural, dan
Eksternalisasi memerhatikan struktural. Kategori kultural dibentuk oleh
bagaimana individu-individu dari tiap keyakinan agama, konsep diri dan liyan,
golongan etnik menempatkan diri dalam masyarakat asli dan pendatang, serta
lingkungan sosial di Haurgeulis, pengetahuan tentang kerjasama dan konflik
sebagaimana hakikat manusia sebagai dalam kehidupan masyarakat. Adapun
makhluk sosial. Eksternalisasi tersebut kategori struktural terdapat dalam
menghasilkan interaksi sosial yang mobilitas sosial yang terkait dengan
berulang-ulang dalam kehidupan sehari- pendidikan, dan pembagian kerja di antara
hari, baik di lingkungan keluarga, kerja, golongan-golongan etnik. Oleh karena itu,
sekolah, dan pemukiman. Melalui penelitian ini juga memfokuskan pada
interaksi, individu belajar tentang liyan hubungan antarindividu yang mana dalam
yang menjadi pengetahuan baru baginya. penelitian sebelumnya hanya berbicara
Pengetahuan tentang liyan menjadi pada ranah antarkelompok.
kesadaran umum yang diketahui
4 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 1-16

B. METODE PENELITIAN berlangsung. Analisis data diawali dengan


Kajian ini menekankan pada aspek mengumpulkan informasi di lapangan
pemahaman proses dan makna terutama melalui pengamatan terlibat dengan
dalam kaitannya dengan kehidupan mengikuti beragam aktivitas pelaku,
masyarakat multikultural, sebagaimana wawancara mendalam dengan memberikan
Creswell (2013:4) menjelaskan bahwa pertanyaan lanjut dari jawaban informan
penelitian kualitatif merupakan metode dan dikuatkan dengan studi literatur. Hasil
untuk mengeksplorasi dan memahami wawancara kemudian ditranskrip dan hasil
makna oleh sejumlah individu atau pengamatan ditulis dalam catatan lapangan
sekelompok orang. Penerapan metode untuk selanjutnya dianalisis lebih rinci
tersebut diwujudkan melalui pemilihan dengan mensegmentasi kalimat-kalimat
informan, teknik pengumpulan data, (atau paragraf) atau gambar-gambar ke
analisis data. dalam kategori-kategori yang berorientasi
Pemilihan informan dilakukan pada topik penelitian, kemudian melabeli
berdasarkan kerangka purposive random kategori-kategori ini dengan istilah-istilah
sampling, yaitu dengan memilih subjek khusus berdasarkan ide-ide penelitian
yang memiliki pengetahuan dan menguasai sebelum diinterpretasi. Selanjutnya
informasi yang berkaitan dengan menyajikan data ke dalam teks naratif,
kehidupan multikultural di Haurgeulis. serta visualisasi lain. Langkah berikutnya,
Mengingat keterbatasan peneliti tentang menginterpretasi atau memaknai setiap
kualitas informan di Haurgeulis, maka pengetahuan masyarakat dan peneliti
diputuskan penelitian ini menggunakan ketika di lapangan, untuk selanjutnya
informan kunci. Melalui informan kunci ditulis sebagai hasil penelitian. Tahapan-
ini peneliti mendapatkan sejumlah tahapan dalam analisis data di atas
informan yang berasal dari sukubangsa merupakan bagian yang tidak saling
yang berbeda dengan beragam profesi dan terpisahkan, sehingga saling berhubungan
latar belakang budaya seperti pengusaha, antara tahapan yang satu dengan tahapan
petani, pedagang pasar, PNS, veteran TNI, yang lainnya. Analisis dilakukan secara
guru, mahasiswa, pelajar SMA/SMK, dan bertahap (kontinyu) dari awal sampai akhir
pengrajin. penelitian.
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini berupa riwayat masyarakat
Haurgeulis, berbagai aktivitas yang
melibatkan warga dari beragam
sukubangsa, pandangan individu terhadap
liyan, bidang-bidang kehidupan yang
menjadi batas-batas kelompok etnik
setempat, serta peristiwa-peristiwa yang
pernah terjadi terkait hubungan
antargolongan di Haurgeulis. Data tersebut
telah dikumpulkan melalui teknik
pengamatan terlibat, wawancara
mendalam, dan studi literatur, dengan
bantuan alat berupa data set, perekam Gambar 1. Pola Pemukiman
suara, kamera, dan catatan lapangan. Sumber: Hasil Penelitian, 2015.
Pengumpulan data ini selanjutnya
dianalisis, serta ditriangulasikan satu sama Lokasi penelitian secara umum
lain untuk mendukung keabsahan datanya. dilakukan di pusat kota kecamatan (Desa
Dalam penelitian ini, analisis data Haurgeulis, Desa Mekarjati, Desa Sukajati,
dilakukan sepanjang penelitian Desa Cipancuh). Ditetapkan sebagai fokus
lokasi penelitian dengan pertimbangan
Konstruksi Nilai Multikulturalisme..... (Suciyadi Ramdhani) 5

desa-desa tersebut merupakan kota tinggal sebelumnya. Terutama disebabkan


kecamatan yang di dalamnya terdapat oleh adanya tekanan pajak di era
beberapa golongan etnik yang tinggal atau penjajahan Hindia Belanda yang dianggap
menetap, sehingga dapat digolongkan memberatkan, sehingga warga yang tidak
sebagai masyarakat multikultural. mampu memilih untuk hidup berpindah-
pindah (nomaden), mengingat sebagian
C. HASIL DAN BAHASAN besar orang-orang dari Karawang, Tegal,
1. Asal Usul Keragaman di Haurgeulis dan Brebes adalah petani dan peladang.
Haurgeulis merupakan bagian Alasan-alasan itulah yang diketahui
kecamatan yang terletak jauh di sebelah memberikan dorongan orang-orang di
barat Ibukota Kabupaten Indramayu. masa itu memutuskan untuk berpindah-
Jaraknya mencapai sekitar 65 kilometer pindah dengan membuka lahan tempat
dari pusat Kota Indramayu. Namun, letak mereka tinggal sementara. Kehidupan
wilayahnya yang berada di perbatasan orang-orang di masa itu sangat sulit,
Subang dan Sumedang membuat sehingga mereka menempuh jarak dari
Haurgeulis memiliki karakteristik Karawang dan Tegal ke Haurgeulis dengan
masyarakat yang beragam. Kultur Jawa berjalan kaki, bahkan sebagian dari mereka
(Tegal) yang bertemu dengan kultur Sunda membawa serta binatang ternaknya.
(Karawang) menjadikan Haurgeulis Perjalanan mereka menelusuri hutan-hutan
memiliki 2 (dua) bahasa yang umum untuk menghindari pasukan Hindia
digunakan dalam keseharian Belanda yang dianggap bisa saja
masyarakatnya, yakni bahasa Jawa dan merampas barang-barang dan ternak-
Sunda. ternak bawaannya. Sampai akhirnya
Masyarakat Haurgeulis yang banyak sekelompok orang membuka
ditandai oleh penduduknya yang lahan-lahan yang ada untuk dijadikan
multikultural ini memiliki asal-usul lahan perkebunan dan pertanian, di mana
masyarakat yang diawali terjadinya lahan tersebut saat ini masuk ke wilayah
migrasi dari beberapa wilayah di luar Kecamatan Haurgeulis.
kawasan Indramayu. Pada dasarnya Berkat kesungguhan dan keuletan
kedatangan orang-orang ke Haurgeulis para pendatang dari berbagai wilayah
dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) masa, yakni tersebut dalam mengelola lahan, maka
masa awal, masa pertengahan, dan masa hasil perkebunan dan pertanian pun
sekarang. Ketiga masa ini menggambarkan berlimpah ruah, sehingga banyak yang
asal-usul masyarakat Haurgeulis yang memutuskan untuk menetap di wilayah
sesungguhnya merupakan pendatang di yang sekarang menjadi bagian selatan dari
awal abad 20. Kecamatan Haurgeulis (sekitar Desa
Haurkolot) dan Kecamatan Gantar (sekitar
a. Masa Awal perkampungan Wagir dan Situraja). Di sisi
(sekitar tahun 1890-1940) lain, wilayah yang saat ini menjadi pusat
Pada masa ini kebanyakan kota kecamatan masih dipenuhi hutan dan
pendatang adalah orang-orang asal memang diketahui ada sekelompok
Karawang, Tegal, Brebes, dan Banten. pasukan Hindia Belanda saat itu di wilayah
Kedatangan mereka pada masa-masa awal dekat Stasiun Haurgeulis.
ini tidak serta merta orang-orang datang Pemerintah Kolonial sendiri
bersamaan. Orang Karawang, Brebes, dan memiliki kepentingan di wilayah
Tegal diketahui datang paling awal ke Haurgeulis sejak tahun 1890-an. Hal ini
wilayah Haurgeulis saat itu. Menurut dibuktikan dengan adanya pembangunan
sebagian besar cerita masyarakat setempat, stasiun kereta api dan bendungan yang
kepindahan sesepuh mereka disebabkan diberi nama Waduk Cipancuh.
oleh adanya ancaman di wilayah mereka Pembangunan Stasiun Haurgeulis ini selain
6 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 1-16

menjadi syarat standar jarak sebuah stasiun Pada masa-masa ini pula (sekitar
ke stasiun lainnya, juga digunakan sebagai tahun 1910-1920-an) banyak kelompok
akses pengiriman komoditas yang orang dari beberapa wilayah berdatangan,
dihasilkan seperti beras dan kayu jati. khususnya Garut, Banten, Purwakarta.
Menurut informasi warga setempat, Orang-orang yang berasal dari Karawang,
pada masa itu (sekitar 1910-1940-an) Garut, dan Banten tergolong dalam
Pemerintah Hindia Belanda membangun golongan etnik Sunda, sedangkan Tegal
gudang produksi beras di bagian utara dan Brebes tergolong dalam etnis Jawa.
stasiun kereta yang sekarang telah menjadi Kendati tergolong dalam etnik Sunda dan
perumahan di wilayah Desa Cipancuh. Jawa, karakteristik bahasa maupun dialek
Pembangunan ladang-ladang sawah di yang digunakan cukup beragam sesuai dari
sekitar Kecamatan Haurgeulis dan Gantar wilayahnya masing-masing. Dengan kata
sudah menjadi rencana pemerintah lain, golongan etnik Sunda dari Garut,
Kolonial Hindia Belanda, sehingga Karawang, dan Banten memiliki dialek dan
mendatangkan pekerja-pekerja dari sekitar penggunaan kalimat yang berbeda, begitu
Indramayu, Cirebon, sampai Tegal. pun etnik Jawa. Kedatangan Orang Banten
Memang menurut informasi, pekerja- dan Garut memang tidak sebanyak Orang
pekerja ini dibayar oleh Pemerintah Hindia Karawang, karena saat itu kedatangan
Belanda dengan fasilitas sebidang tanah mereka hanya sebagai migrasi yang
untuk dijadikan tempat tinggal, yang didasari adanya perintah sesepuh untuk
sekarang ditengarai berada di wilayah berpindah karena merasakan wilayah
Desa Kertanegara dan Desa Karang asalnya itu sudah tidak aman.
Tumaritis, yang merupakan bagian dari Lain halnya dengan Orang Banten,
Kecamatan Haurgeulis. Garut, dan Karawang. Pendatang dari
Purwakarta merupakan kelompok orang
keturunan Arab yang sebagian besar sudah
berbahasa Sunda. Keturunan Arab yang
berasal dari Purwakarta merupakan suku
Arab Bajri/Bajre, Sungkar, dan Basefan.
Kedatangan keturunan Arab ke Haurgeulis
pada sekitar tahun 1920-an ini masih
tergolong kecil, atau hanya beberapa
kelompok keluarga saja. Begitu pun
perekonomian mereka di masa awal ini
terbilang sulit, karena hanya mampu
menjual benang kain dalam jumlah yang
Gambar 2. Waduk Cipancuh relatif sedikit, kecuali pada masa setelah
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2015 keturunan Orang Arab banyak berdatangan
ke Haurgeulis untuk berdagang terutama di
Untuk mendukung produksi sektor meubel.
komoditas pertanian tersebut, Hindia
Belanda membangun sebuah waduk yang b. Masa Pertengahan
sekarang masuk dalam wilayah perbatasan (tahun 1940-1980)
Kecamatan Gantar dengan Kecamatan Masa ini masuk dalam masa pra dan
Haurgeulis. Waduk tersebut memanfaatkan pasca kemerdekaan Indonesia, sehingga
air hujan untuk kemudian ditampung dan campur tangan dan kekuasaan Belanda
dialirkan ke pesawahan lebih dari 6.000 sudah berkurang di Indonesia, karena
hektar di wilayah Kecamatan Haurgeulis, sebagian wilayahnya diduduki kolonial
sebagian Kecamatan Gantar, Kroya, dan Jepang termasuk di sejumlah wilayah
Anjatan. Indramayu, yang dalam masanya muncul
Konstruksi Nilai Multikulturalisme..... (Suciyadi Ramdhani) 7

gerakan perlawanan Petani Indramayu saat itu berkelompok di Kampung Wagir,


terhadap kependudukan Jepang pada tahun sekitar Kecamatan Gantar dan Haurgeulis.
1944 (lihat Nopy Yanti, 2011). Masyarakat Selain bertambah banyaknya
Haurgeulis pada umumnya saat itu kedatangan kelompok-kelompok keluarga
menyebut Tentara Jepang sebagai „pasukan dari Karawang, Tegal, dan Brebes, pada
gundul‟. masa pertengahan ini diketahui juga
Sekitar tahun 1949 pernah terjadi banyak pendatang dari Pekalongan,
pengeboman di sekitar stasiun Haurgeulis Cirebon, Solo, dan Kalimantan.
yang berasal dari sebuah pesawat. Menurut Kedatangan di masa pertengahan ini lebih
cerita informan, dalang pemboman itu didasarkan atas kepentingan untuk
justru adalah Pasukan Belanda yang berdagang. Kedatangan sekelompok orang
melancarkan agresi keduanya pasca dari berbagai wilayah tersebut membuat
kemerdekaan Indonesia. Terjadinya karakteristik masyarakat Haurgeulis
pengeboman itu diduga terkait semakin beragam. Seperti orang Arab dari
pembangunan yang telah dilakukannya di Pekalongan yang bermarga Arab Baraba.
sejumlah wilayah Indramayu termasuk Berbeda dengan orang Arab dari
Haurgeulis. Dampak dari pengeboman itu Purwakarta, orang Arab Baraba memiliki
sebenarnya tidak terlalu besar, karena warna kulit yang lebih gelap dibanding
hanya mengenai bangunan di pinggiran suku/marga Arab lainnya yang ada di
stasiun yang tidak ada penghuninya. Haurgeulis. Selain itu, orang Tionghoa pun
Di sisi lain, pada masa ini ditandai sudah semakin banyak yang sebagian besar
dengan banyaknya orang berdatangan ke berasal dari Kalimantan Barat. Orang-
Haurgeulis. Mereka berbondong-bondong orang keturunan Arab dan Tionghoa ini
datang dari sebagian kampung-kampung di banyak menetap di sekitar stasiun dan
Jawa Barat dan sekitarnya yang pasar, berbeda dengan orang-orang dari
menyelamatkan diri dari ancaman wilayah lainnya yang tinggal di pinggiran
perampok dan penjahat, yang saat itu Haurgeulis.
disebut dengan zaman “werit”. Pada zaman Setelah melemahnya kekuatan Darul
“werit” ini banyak kasus terkait Islam, hal yang membuat resah masyarakat
pemberontakan-pemberontakan yang Haurgeulis saat itu adalah pemberontakan
datangnya dari warga lokal sendiri, PKI yang beroperasi di pinggiran pusat
sebagaimana masyarakat Haurgeulis Kota Kecamatan. Di masa-masa ini,
mengatakan pemberontakan DI (Darul pasukan Tentara Rakyat sudah memiliki
Islam), PKI, dan preman-preman lokal. kantor/markas di Haurgeulis, sehingga
Seperti orang Betawi yang “hijrah” dari kelompok seperti DI dan PKI lebih
Cikarang ke Haurgeulis karena banyaknya terdesak ke pinggiran atau di hutan.
pemberontakan di masa itu. Generasi Keresahan masyarakat, menurut kesaksian
pertama kedatangan orang Betawi itu warga setempat yaitu banyak orang-orang
berkelompok di sekitar wilayah Kecamatan dari PKI mencatut nama-nama warga
Gantar, yang saat ini sudah diabadikan menjadi seolah bergabung dengan PKI.
menjadi sebuah nama jalan yang disebut Sedangkan di masa DI banyak terjadi
Babakan Betawi. Generasi-generasi orang pembakaran rumah yang dianggap pro
Betawi berikutnya sudah bercampur baur terhadap militer Indonesia.
dengan golongan etnik lain, sehingga Pemberontakan-pemberontakan ini
bahasa yang digunakan pun sudah menjadi sebenarnya merupakan faktor yang
seperti masyarakat umumnya, yakni menyebabkan pusat keramaian saat ini
bahasa Jawa atau Sunda. Hal ini dialami berada di wilayah Desa Haurgeulis.
juga oleh sebagian orang dari Garut yang Korban-korban pemberontakan saat itu
menjadi basis pemberontakan DI (Darul memilih untuk tinggal di sekitaran stasiun
Islam). Sebagian keturunan orang Garut (yang masuk wilayah Desa Haurgeulis)
8 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 1-16

karena alasan keamanan yang lebih baik. banyak pula pendatang yang berdagang
Untuk memenuhi kebutuhan ekonominya dari sektor usaha lain, mengingat nama
mereka menjual hasil pertanian pada warga Haurgeulis semakin terdengar setelah
yang sudah lebih dulu tinggal di sekitaran maraknya pemberitaan tentang bisnis
stasiun. Masa-masa pemberontakan walet. Seperti kedatangan dari wilayah
(zaman werit) ini dianggap selesai pada lainnya berdasarkan etnik adalah
tahun 1970-an seiring secara nasional Minangkabau, Batak, dan Tionghoa dari
dilakukan penangkapan-penangkapan Kalimantan Barat. Kedatangan mereka
terhadap pemberontak tersebut oleh bukan secara khusus untuk berbisnis walet,
Tentara Republik (saat ini TNI). melainkan memenuhi kebutuhan lainnya
Penumpasan anggota-anggota DI sendiri karena mereka menyadari semakin besar
selesai dengan susah payah pada tahun perputaran uang di suatu wilayah, maka
1962 di berbagai wilayah seiring semakin besar kebutuhan suatu masyarakat
diputuskannya vonis hukuman mati bagi sekalipun wilayah tersebut adalah kota
Kartosuwiryo (Santoso, 2013:15). Adapun kecil seperti Haurgeulis.
anggota-anggota PKI menurut pernyataan Mobilitas yang cukup tinggi
informan ditangkap dan “dibuang” di laut ditunjukkan oleh kedatangan orang Arab
Pantai Utara Indramayu. dan Tionghoa di Haurgeulis pada masa ini.
Sebagai golongan etnik yang dalam sejarah
c. Masa Sekarang kedatangannya cukup panjang di
(tahun 1980-sekarang) Indonesia, orang Tionghoa dan Arab di
Pada masa ini pemerintahan di Haurgeulis sebenarnya sudah berinteraksi
Haurgeulis sudah semakin baik, tata kota dengan masyarakat lokal. Hal ini
sudah semakin jelas dan memiliki didasarkan pada asal muasal mereka yang
organisasi atau kelembagaan yang sebelum bermigrasi ke Haurgeulis sudah
berfungsi dengan baik. Begitu pun peran tinggal di lingkungan yang ciri-ciri sosio-
masyarakat dalam membangun kulturalnya lokal seperti Jawa dan Sunda
perekonomian berjalan dengan pesat. (Arab dan Tionghoa), serta Melayu
Perekonomian masyarakat Haurgeulis pada (Tionghoa Kalimantan), sehingga
masa awal 1980-an terangkat oleh usaha kebiasaan-kebiasaan mereka sudah
sarang walet. Haurgeulis terkenal dengan menyerupai masyarakat Jawa, Sunda dan
kualitas sarang walet yang banyak diminati Melayu pada umumnya.
pasar, sehingga bermunculan pengusaha Mobilitas yang tinggi juga
lokal dan investor dari luar kota. Begitu ditunjukkan oleh kedatangan orang
banyaknya burung walet yang Minangkabau di Haurgeulis yang sebagian
berdatangan, sehingga para pengusaha dari mereka sudah menikah dengan orang
dadakan ini membuat gedung-gedung keturunan Jawa dan Sunda, sehingga
tinggi untuk dijadikan tempat atau kandang memilih untuk menetap di Haurgeulis dan
untuk burung walet. merasa dirinya sudah menjadi orang
Maraknya perdagangan sarang Haurgeulis. Sebagian besar orang
walet, menarik minat sebagian orang untuk Minangkabau sudah memiliki spesialisasi
berdatangan ke Haurgeulis, dan menetap perdagangan/jasa di sektor tertentu,
hingga sekarang. Walaupun bisnis sarang sehingga usahanya dengan cepat dapat
walet semakin menurun, warga pendatang berkembang di kota kecil ini. Selain itu,
ini sebagian besar tetap tinggal di spirit orang Minangkabau untuk merantau
Haurgeulis karena sudah memiliki bisnis pada dasarnya cukup tinggi. Ihwal spirit
sampingan yang bisa menghidupi tersebut, orang Minangkabau di Haurgeulis
kesehariannya. cenderung merujuk pada struktur etnik
Semakin ramainya perdagangan di mereka yang sejatinya harus merantau.
Kota Kecamatan Haurgeulis, semakin Ketika mereka sudah ada di tanah
Konstruksi Nilai Multikulturalisme..... (Suciyadi Ramdhani) 9

perantauan maka biasanya mereka yang berbeda seiring antargolongan etnik


membaur dengan warga „lokal‟. Hal ini ini hidup bersama dalam waktu yang
pada dasarnya diakui untuk memudahkan cukup lama.
usaha perdagangan/jasa mereka yang
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
setempat.

2. Tidak Adanya Kebudayaan Dominan


Masyarakat multikultural terwujud
di tempat-tempat yang menjadi pusat
pertemuan antargolongan sosial-budaya
dan salah satu tempat demikian yang
terpenting biasanya adalah kawasan
perkotaan (Parekh, 2008). Kehidupan di
kota kecil ini diwarnai berbagai faktor
sosial-ekonomi-politik yang melatari Gambar 3. Iring-iringan Perkawinan
terjadinya migrasi ke Haurgeulis Sumber: Dokumentasi Peneliti,2015
sebagaimana dijelaskan di awal.
Masyarakat di Haurgeulis Sebagai masyarakat yang
merupakan pendatang dari beberapa merupakan keturunan pendatang dari
wilayah yakni Tegal (orang Jawa dan Arab beberapa wilayah, warga masyarakat
Baraba), Karawang (orang Sunda), Haurgeulis sulit mengidentifikasi diri
Purwakarta (Arab Bajri), serta Semarang sebagai penduduk asli atau pendatang
dan Kalimantan (Tionghoa) yang datang berdasarkan sukubangsa tertentu (kecuali
pada kisaran akhir abad ke-19 dan awal orang Minangkabau dan Batak yang baru
abad-20. Pengalaman golongan-golongan datang ke Haurgeulis pada tahun 1990-an)
etnik yang telah hidup bersama di mengingat gelombang pendatang orang
Haurgeulis sejak masa awal kedatangannya Sunda, Jawa, Arab, dan Tionghoa masuk
semakin membentuk pandangan baru pada hampir dalam masa yang bersamaan di
individu yang diwujudkan melalui awal abad ke-20. Itu pula yang
penerimaan-penerimaan terhadap liyan. menyebabkan warga setempat mengakui
Penerimaan ini merupakan bentuk bahwa mereka adalah keturunan
kesediaan individu dalam berhubungan pendatang.
dengan orang lain yang berbeda Beberapa studi tentang etnisitas
sukubangsa dalam berbagai bidang pada masyarakat multikultural
kehidupan. Salah satu penerimaan yang menjelaskan bahwa hubungan antaretnik
paling tinggi adalah adanya perkawinan dipengaruhi oleh dominasi kebudayaan.
antaretnik (lihat Seo, 2013). Melalui Dominasi kebudayaan pada masyarakat
perkawinan, hubungan kekerabatan di multikultural ini akan terkait dengan
antara golongan etnik di Haurgeulis kedudukan suatu sukubangsa dengan
semakin luas, dan hal ini pula yang sukubangsa lainnya, yang utamanya terjadi
menyebabkan pola pemukiman pengkategorian sebagai penduduk “asli”
berdasarkan golongan etnik di Haurgeulis (pribumi) dengan pendatang.
semakin tersebar, khususnya di wilayah Sebagaimana bertolak dari hipotesis
pusat kecamatan. kebudayaan dominan (Bruner, 2000; lihat
Pola pemukiman yang semakin juga Suparlan, 2005) bahwa syarat atas
menyebar, membuat warga dari beragam adanya kebudayaan dominan di suatu
golongan etnik ini berinteraksi lebih intens. wilayah multikultural adalah: (1)
Oleh karena itu pertemuan antargolongan komponen demografi sosial, yang dilihat
etnik ini melahirkan kosakata atau dialek berdasarkan adanya penduduk “asli”
mayoritas dari satu golongan etnik; (2)
10 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 1-16

kebudayaan daerah, di mana penduduk sukubangsa. Namun, karena orang Arab


“asli” tersebut memiliki kebudayaan yang dan Tionghoa di Haurgeulis sebelum
mapan; dan (3) letak kekuasaan yang kedatangannya ke Haurgeulis sudah
memengaruhi pola-pola hubungan. berasimilasi dengan masyarakat lokal di
Bila ketiga komponen itu Karawang (Arab Bajri) dan Tegal (Arab
didominasi oleh satu golongan etnik, maka Baraba), maka identitas Jawa dan Sunda
dalam wilayah multikultural dianggap lebih kuat. Itu pula mengapa bahasa
memiliki kebudayaan dominan. Dengan dominan di Haurgeulis adalah Jawa dan
adanya kebudayaan dominan di suatu Sunda. Etnisitas tersebut dikonstruksi oleh
wilayah, maka orang-orang dengan status para pendatang di Haurgeulis menjadi
pendatang akan berorientasi pada sebuah masyarakat multikultural yang
kebudayaan dominan, mengikuti kebiasaan dalam perkembangannya memiliki
tuan rumah yang kebudayaannya dominan. perbedaan karakteristik budaya dengan
Sementara bila tidak ada kebudayaan tempat sebelumnya.
dominan, maka pendatang akan mengikuti
3. Ruang Etnisitas dalam Hubungan
keragaman etnik yang ada.
Multikultural
Mengacu pada hipotesis di atas,
Etnisitas dalam perkembangannya
maka Haurgeulis merupakan kota kecil
dipengaruhi oleh unsur-unsur lain yang
yang memiliki golongan etnik mayoritas di
membentuk pandangan dan tindakan
antara penduduknya. Namun penduduk
individu/kelompok. Di antaranya pribumi-
dari golongan mayoritas tersebut tidak
pendatang dan agama. Kedua unsur
menganggap dirinya sebagai penduduk
tersebut tak jarang menjadi acuan
“asli”. Anggapan tersebut muncul
meluasnya konflik antargolongan sosial.
disebabkan Haurgeulis merupakan tanah
Perihal itu tidak selalu bisa dihindari
yang awal mulanya dihuni oleh penduduk
terutama pada masyarakat multikultural di
dari beragam latar belakang budaya.
kota kecil.
Tidak adanya masyarakat “pribumi”
Namun, ada beberapa pengecualian
dan kebudayaan dominan di Haurgeulis,
di Haurgeulis terkait kedua unsur di atas.
menyiratkan bahwa masyarakat Kota
Fenomena semakin bertambahnya jumlah
Kecamatan Haurgeulis pada dasarnya
pendatang baik atas kemauan sendiri
dibangun oleh pendatang (settler society).
maupun mengikuti kawan atau kerabat
Menurut Razack (2002, dirujuk Cormack,
yang sudah terlebih dahulu datang, justru
2010), etnisitas pada masyarakat
dianggap warga memberikan kontribusi
pendatang tidak memberlakukan hak-hak
besar terhadap perekonomian di
yang sifatnya memarginalisasikan
Haurgeulis, alih-alih sebagai ancaman.
golongan minoritas, kebijakan eksploitasi,
Begitupun bagi pendatang, tidak
dan pengucilan non-dominan lainnya di
pernah merasakan perlakuan diskriminatif
antara kehidupan masyarakat.
sekalipun termasuk golongan etnik
Hal ini mengindikasikan bahwa
minoritas. Haurgeulis merupakan kota
konsep dari Bruner (2000) tentang ekspresi
kecil yang sedang berkembang untuk
kesukubangsaan tidak cukup memberikan
dijadikan tempat hidup atau pun hanya
penjelasan secara utuh untuk gejala seperti
tinggal sementara. Peluang untuk
di Kota Kecamatan Haurgeulis. Realitas
membuka usaha di Haurgeulis masih
multikultural yang terjadi di Haurgeulis
terbuka lebar dibandingkan di tempat
memberikan pandangan lain bahwa telah
mereka tinggal sebelumnya yang relatif
terjadi negosiasi identitas etnik, karena
padat, dengan tingkat persaingan lebih
tidak ada rujukan kebudayaan dominan
tinggi. Atas pertimbangan itu Kota
bagi golongan etnik yang ada di
Kecamatan Haurgeulis ini banyak diminati
Haurgeulis. Negosiasi identitas tersebut
oleh pendatang di masa sekarang (selain
bersifat saling tarik-menarik kebudayaan
sejarah mencatat kedatangan awal orang
Konstruksi Nilai Multikulturalisme..... (Suciyadi Ramdhani) 11

Haurgeulis yang merupakan kelompok Kendati orang Arab merupakan


migran) yang berasal dari luar wilayah golongan yang berasal dari bangsa Timur
Indramayu untuk sekadar berdagang tanpa Asing (seperti Tionghoa), namun mereka
menetap atau secara permanen menetap. (keturunan Arab) berada pada posisi yang
Pandangan warga tersebut berpengaruh lebih tinggi dalam berhubungan dengan
terhadap keberlangsungan hubungan golongan etnik lainnya di Haurgeulis
antaretnik, yang setidaknya dapat karena adanya kesamaan agama, yakni
meminimalisasi konflik. Islam. Sebaliknya Tionghoa berada pada
Selain masalah kategorisasi pribumi- posisi berbeda antara Pri dan Non-Pri
pendatang, masalah kategori agama juga karena dilabeli sebagai agama yang
dapat menimbulkan konflik. Sejumlah penganutnya lebih sedikit, yakni Kristen.
masyarakat menempatkan agama yang Menurut De Jonge dan Kaptein
dianutnya sebagai inti atau puncak (2002:185), bagian budaya Arab secara
kebudayaan, yang biasanya menjadi tradisional di Asia Tenggara termasuk di
pedoman bagi kehidupan masyarakat wilayah Indonesia sebagai negara
sukubangsa yang bersangkutan (Suparlan, mayoritas Muslim menjadi model peranan
2005:71). Agama dapat menambah yang diikuti kebanyakan Muslim lokal,
„ketebalan‟ batas anggota golongan etnik seperti pakaian orang Arab dan pemberian
dengan anggota dari golongan etnik nama Arab. Hal ini tidak mengejutkan
lainnya, terutama yang memiliki keyakinan bahwa Arab dimanifestasikan ke dalam
agama berbeda. Besar kecilnya pengaruh ranah agama, yakni Islam.
agama, atau kuat lemahnya posisi agama Haurgeulis sebenarnya memiliki
dalam kehidupan multikultural bergantung catatan khusus terkait konflik, yaitu adanya
pada hasil interpretasi atas agama tersebut dua peristiwa yang berkaitan dengan
oleh anggota golongan etnik. sentimen agama. Peristiwa pertama
Merujuk pada keragaman pembakaran gereja yang didalangi
sukubangsa dan agama di Haurgeulis, segelintir “preman” yang berseteru dengan
maka golongan etnik Arab, Minangkabau, orang Tionghoa di Haurgeulis pada tahun
Sunda, dan Jawa merupakan golongan 2008. Peristiwa lainnya pada tahun 2005,
etnik yang mayoritas anggotanya beragama ketika Haurgeulis menjadi sorotan media
Islam, sedangkan Tionghoa memiliki label terkait perseteruan antara MUI setempat
agama Kristen atau agama dengan seorang Tionghoa dan dua orang
Budha/Konghucu pada anggotanya. Secara keturunan Jawa/Sunda yang dituduh
nasional, kenyataan tersebut telah sebagai misionaris Kristen yang
menimbulkan banyak gesekan antara melakukan kristenisasi terhadap anak-anak
Tionghoa dengan golongan etnik lainnya beragama Islam melalui sebuah program
(Hoon, 2010). anak bernama Minggu Ceria, dan
kristenisasi terhadap pasien pelayanan
kesehatan gratis (Crouch, 2006; lihat juga
Mubarok, 2014).
Namun, peristiwa-peristiwa yang
melibatkan sentimen sukubangsa dan
agama tersebut dapat diredam dengan
cepat oleh warga dari golongan etnik
lainnya, sehingga konflik tidak meluas ke
tingkat komunal. Bahkan sebagian warga
lain yang notabene beragama Islam dan
non-Tionghoa membantu melindungi
warga Tionghoa tersebut dari ancaman
Gambar 4. Pemakaman Antaragama konflik. Warga mengasosiasikan peristiwa-
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2015.
12 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 1-16

peristiwa itu bukan antara warga beragama yang ada, sekalipun warga dari golongan
Islam dengan warga Kristen, melainkan etnik minoritas. Namun, hal yang perlu
hanya sekelompok orang atau organisasi ditandai terkait preferensi pekerjaan
dengan warga agama lain yang kebetulan golongan etnik di Haurgeulis adalah
seorang Tionghoa atau Kristen. kedatangan mereka (generasi awal) yang
Ungkapan-ungkapan informan sudah memiliki keahlian-keahlian khusus.
terkait hubungan antara etnik dan agama Warga keturunan Sunda dan Jawa,
menyiratkan dua pandangan. Pertama, sejak awal kedatangannya berprofesi
bahwa agama dapat menumbuhkan rasa sebagai petani. Tidak heran mengapa jenis
kebersamaan atau membatasi antara satu pekerjaan penduduk Haurgeulis sampai
golongan etnik dengan etnik lainnya. sekarang yang paling banyak adalah di
Pandangan ini sebenarnya diungkapkan bidang pertanian. Itu karena orang Jawa
oleh informan-informan yang sebagian dan Sunda di Haurgeulis juga adalah
besar beragama Islam. Pandangan ini juga penduduk yang hampir berimbang dan
umumnya dilembagakan oleh masyarakat lebih besar dibandingkan golongan etnik
dalam masalah perkawinan, seperti “siapa lainnya. Demikian juga bagi orang Arab
dapat menikah dengan siapa”. Pernyataan dan Tionghoa, yang sejak masa awal
tersebut merupakan hal yang umum dalam kedatangannya berprofesi sebagai
kehidupan masyarakat Haurgeulis. Dengan pedagang. Mereka mengisi beragam jenis
kata lain, kriteria agama hanya berlaku perdagangan di pusat Haurgeulis.
dalam pengambilan keputusan perkawinan, Distribusi pekerjaan berdasarkan
dalam hubungan lainnya tidak begitu sukubangsa ini sangat penting, karena
dipermasalahkan. sumber masalah yang sering menjadi
Kedua, pandangan bahwa agama konflik adalah persoalan mendapatkan
tidak memengaruhi hubungan antaretnik. peluang yang sama dalam pekerjaan.
Hal ini diilustrasikan oleh informan Klinken (2007) mengingatkan bahwa
melalui penafsirannya bahwa sesama Islam konflik-konflik yang melibatkan etnisitas
atau sesama Kristen dapat terjadi konflik. salah satunya adalah akibat adanya
Artinya, konflik-konflik yang terjadi dalam ketimpangan distribusi pekerjaan antara
masyarakat multikultural bukan karena kelompok etnik satu dengan kelompok
dipersatukan atau dibedakan oleh agama, etnik lainnya, terutama antara tuan rumah
melainkan relativitas dari bagaimana cara dan pendatang. Jika merujuk analisis
individu memandang yang „liyan‟. Dengan Klinken tersebut, hal pertama yang tidak
demikian, bentuk-bentuk kerjasama berlaku di Haurgeulis adalah tidak adanya
antargolongan etnik di Haurgeulis lebih pembedaan antara tuan rumah dan
besar daripada konflik yang terjadi. pendatang berdasarkan sukubangsa; kedua,
Konflik itu pun hanya melibatkan bidang-bidang pekerjaan yang secara
kelompok dengan individu, alih-alih umum menjadi preferensi bagi masing-
meluas menjadi konflik antargolongan. masing golongan etnik di Haurgeulis sudah
jelas, sehingga distribusi pekerjaannya
tidak menimbulkan ketimpangan. Dengan
4. Distribusi Pekerjaan: Faktor kata lain, kecenderungan tersebut
Mutualisme Antargolongan Etnik mempersempit ruang konflik antaretnik di
Tidak adanya kebudayaan dominan Haurgeulis, karena masing-masing
di Haurgeulis, memberikan keleluasaan golongan etnik memiliki posisi di sektor
warga dari beragam golongan etnik pekerjaan tertentu yang satu sama lain
tersebut untuk berkompetisi dalam saling berperan.
menentukan pekerjaan. Dominasi- Prinsip saling membutuhkan tanpa
dominasi di berbagai sektor pekerjaan melihat latar belakang budaya, menjadi
lebih terbuka bagi setiap golongan etnik acuan terjadinya hubungan mutualis yang
Konstruksi Nilai Multikulturalisme..... (Suciyadi Ramdhani) 13

melahirkan integrasi antaretnik di semakin membangun pengetahuan-


Haurgeulis. Integrasi ini dapat dilihat pengetahuan baru tentang kebudayaan
dalam aktivitas perdagangan di pasar liyannya, sehingga dalam interaksinya
maupun di tempat perdagangan lainnya. seseorang menjadi lebih paham tentang
Mutualisme hubungan antaretnik ini liyannya. Dengan demikian, membangun
memberikan gambaran bahwa tidak adanya nilai multikulturalisme pada masyarakat
ketimpangan dalam distribusi pekerjaan Haurgeulis tidak terlepas dari adanya
dapat berdampak positif terhadap pengalaman hidup masing-masing yang
hubungan antarindividu maupun diinteralisasikan oleh individu dalam
antarkelompok, sehingga konflik dapat menjalani kehidupan sosial-budayanya dan
dikurangi atau diredam. keseimbangan dalam pengelolaan
sumberdaya, serta adanya peranan masing-
masing golongan etnik dalam distribusi
D. PENUTUP
pekerjaan. Batas-batas dalam hubungan
Masyarakat kota Kecamatan
sosial dengan liyan semakin kecil, ketika
Haurgeulis merupakan tipikal masyarakat
sumber-sumber konflik tidak begitu
multikultural di kota kecil yang dibentuk
melekat pada masyarakatnya. Maka, sikap
oleh para pendatang keturunan Jawa,
berprasangka, diskriminatif, atau lebih jauh
Sunda, Arab, dan Tionghoa di awal abad
konflik antaretnik pada masyarakat
ke-20. Selain itu, kedatangan Hindia
multikultural di Haurgeulis dapat diredam
Belanda di Kota Kecamatan Haurgeulis
dengan cepat dan tidak meluas menjadi
merupakan faktor lain terbentuknya
konflik komunal.
masyarakat multikultural.
Oleh karena itu, harmonisnya
Sebagai masyarakat yang dibangun
hubungan antaretnik di Kecamatan
oleh kelompok pendatang, kehidupan
Haurgeulis merupakan tanggung jawab
multikultural di Haurgeulis dicirikan oleh
seluruh warga masyarakat Kecamatan
tidak adanya kebudayaan dominan. Hal ini
Haurgeulis. Hubungan antarwarga yang
berdampak pada tidak adanya klaim
sejauh ini telah berlangsung dengan baik
sebagai tuan rumah atau golongan etnik
merupakan keadaan positif yang perlu
“asli”, sehingga kesadaran berpandangan
dipertahankan oleh warga, organisasi
positif dan bersikap menghargai dari
masyarakat, dan pemerintah di Haurgeulis.
anggota-anggota golongan etnik terhadap
Namun, bukan tidak mungkin keadaan
golongan etnik lainnya menjadi lebih
positif tersebut dapat berubah sewaktu-
besar.
waktu ke arah hubungan antaretnik yang
Sikap menghargai tersebut,
negatif, yakni konflik. Oleh karena itu,
sebenarnya dipengaruhi juga oleh adanya
ditemukan sejumlah implikasi yang
keadilan dalam mengisi jenis-jenis
sekiranya dapat menjadi rujukan bagi
pekerjaan di Haurgeulis. Setiap golongan
pihak-pihak yang bersangkutan.
etnik di Haurgeulis memiliki spesialisasi
Keadaan positif dapat tercapai jika,
atau keahlian dalam pekerjaannya. Orang
Pemerintah membentuk forum diskusi
Jawa dan Sunda mayoritas bekerja di
rutin bagi tokoh-tokoh agama atau
bidang pertanian dan perkantoran, serta
sukubangsa setempat, dan sedianya dapat
orang Arab, Tionghoa, dan Minangkabau
bekerjasama dalam mendokumentasikan
yang mayoritas bekerja di bidang
keragaman budaya di Haurgeulis, agar
perdagangan. Hal ini berdampak positif, di
tradisi multikulturalis pada warga
mana masing-masing golongan etnik
masyarakat tetap terwariskan; organisasi
memiliki peranan dalam kehidupan sosial,
masyarakat dapat menjadi media yang
ekonomi, maupun politik.
memfasilitasi warga dari beragam
Pengalaman historis hidup bersama
sukubangsa dalam menjaga kerukunan
yang dieksternalisasikan beragam
antarwarga di Haurgeulis; warga (orang
sukubangsa yang menetap di Haurgeulis
14 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 1-16

tua) dari beragam golongan etnik dapat kita tetap menjadi manusia yang
menyekolahkan anaknya di sekolah umum, bermanfaat dengan caranya masing-
karena kerukunan antarwarga multikultural masing.
di Haurgeulis salah satunya terbentuk dari
sejak masa sekolah yang siswanya
beragam latar belakang sukubangsa. DAFTAR SUMBER
Lalu keadaan negatif dapat muncul 1. Jurnal dan Skripsi
jika, organisasi-organisasi agama di Crouch, Melissa. 2006. “The Proselytisation
Kecamatan Haurgeulis bersikeras Case: Law, the Rise of Islamic
membawa nama kelompok etnik dan Conservatism and Religious
Discrimination in West Java”.
agamanya dalam setiap masalah sosial-
Australian Journal of Asian Law, Vol. 8
individu (seperti dapat dilihat dalam No.3.
riwayat konflik Haurgeulis); pemerintah
setempat bersikap tidak adil dalam Hadi, Syofyan. 2013. “Negara Islam Indonesia:
memberikan keleluasaan upacara Konsepsi Shajarah Tayyibah dalam
keagamaan khususnya pada golongan Konstruk Negara Islam”. Journal of
Qur’an and Hadith Studies, Vol. 2, No.
minoritas; terjadi ketimpangan antara lahan
1.
pertanian dan lahan perdagangan, karena
saat ini sedang banyak dibangun ruko Humardhani, Fiali. 2015. Tradisi Luruh Duit:
modern di bekas lahan pertanian. Maka, Studi Kasus tentang Ayla (Anak yang di
pemerintah bertanggung jawab dalam Lacurkan) di Kecamatan Haurgeulis
Kabupaten Indramayu. Skripsi.
mengelola masalah penggunaan lahan ini.
Purwokerto: Universitas Jendral
Soedirman.

UCAPAN TERIMA KASIH Mubarok, Husni. 2014. “Babak Baru


Tulisan ini tidak lepas dari kebaikan Ketegangan Islam dan Kristen di
dan kesabaran berbagai pihak yang telah Indonesia”. Studia Islamika, Vol. 21 No.
3.
banyak membantu dalam mengarahkan
tulisan menjadi lebih baik. Oleh karena itu, Nopy Yanti, Eny. 2011. Pendudukan Jepang di
selayaknya penulis ucapkan terima kasih Jawa Barat Tahun 1942-1945. Skripsi.
kepada Bapak Prof. Haryo S. Martodirdjo, Jember: Universitas Jember.
Drs Budhi Gunawan, M.A., Ph.D., Dr. Seo, Myengkyo. 2013. “Falling in Love and
Budi Rajab, M.Si., Ibu Dr. Dra. Selly Changing God: Inter-Religious
Riawanti, M.A., dan Dr. Dra. Budiawati Marriage and Religious Conversion in
Supangkat. M.A., selaku dosen yang Java, Indonesia”. Routledge Vol. 41, No.
begitu sabar dan teliti mengantarkan 119.
penulis menuju gerbang Antropologi. Serta
kepada Bapak Drs. Asep Kusdianti, M.Si., 2. Buku
selaku Camat Haurgeulis, yang telah Berger, L. Peter dan Luckmann, Thomas. 2013.
Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah
memberikan informasi awal tentang
tentang Sosiologi Pengetahuan
Haurgeulis. Bapak Tarmo, selaku Kepala (Cetakan kesepuluh). Terjemahan Hasan
Statistik Kecamatan Haurgeulis, yang Basari. Jakarta: LP3ES.
bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan data-data relevan dan kepada Bruner, Edward. 2000.
“Kerabat dan Bukan Kerabat”. Dalam
Kang Dede, Uda Edi, Mas Rudi, Pak Agus,
T.O. Ihromi (Penyunting). Pokok-pokok
Ibu Sri, Ibu Hj. Sophiah, serta segenap Antropologi Budaya, hlm 159-179.
warga Kecamatan Haurgeulis yang Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
memiliki keterlibatan langsung dengan
peneliti selama di lapangan. Akhir kata, Cormack D. 2010.
peneliti haturkan terima kasih, dan semoga The Practice and Politics of Counting:
Ethnicity Data in Official Statistics in
Konstruksi Nilai Multikulturalisme..... (Suciyadi Ramdhani) 15

Aotearoa/New Zealand. Wellington: Te


Rōpū Rangahau Hauora a Eru Pōmare.
Creswell, W. John. 2013.
Research Design: Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (edisi
ketiga). Terjemahan Achmad Fawaid.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
De Jonge, Huub dan Kaptein, Nico. 2002.
Transcending Borders: Arabs, Politics,
Trade and Islam in Southeast Asia.
Leiden: KITLX Press.
Hoon, Chang Yau. 2012.
Identitas Tionghoa Pasca Suharto:
Budaya, Politik dan Media. Terjemahan
Budiawan. Jakarta: LP3ES.
Klinken, Van. G. 2007.
Perang Kota Kecil: Kekerasan Komunal
dan Demokratisasi di Indonesia.
Terjemahan Bernard Hidayat. Jakarta:
Yayasan Obor.
Kymlicka, Will. 2002.
Kewargaan Multikultural. Terjemahan
Edlina Hafmini Eddin. Jakarta: LP3ES.
Lewellen, Ted. C. 2003.
Political Anthropology : An
Introduction (edisi etiga). London:
Praeger Publisher.
Parekh, Bikhu. 2008.
Rethinking Multiculturalism:
Keberagaman Budaya dan Teori.
Terjemahan Bambang Kukuh Adi.
Yogyakarta: Kanisius.
Salim, Agus. 2006.
Stratifikasi Etnik: Kajian Mikro
Sosiologi Interaksi Etnis Jawa dan
Cina. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Samovar, L.A, Richard E.P, & Edwin R.M.
2014.
Komunikasi Lintas Budaya (edisi
ketujuh). Terjemahan Indri Margaretha.
Jakarta: Salemba Humanika.
Santoso, Budi M.H. 2013.
Darul Islam: Pemberontakan di Jawa
Barat. Bandung: Pustaka Jaya.
Suparlan, Parsudi. 2005.
Sukubangsa dan Hubungan Antar-
Sukubangsa (Edisi kedua). Jakarta:
YPKIK Press.
16 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 1-16
Strategi Adaptasi..... (Risa Nopianti, Triesya Melinda, Junardi Harahap) 17

STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT


TERDAMPAK PEMBANGUNAN WADUK JATIGEDE
DI DUSUN CIPONDOH DESA PAWENANG
KECAMATAN JATINUNGGAL KABUPATEN SUMEDANG
THE ADAPTATION STRATEGY OF SOCIETY
IN THE IMPACT OF DAM CONTRUCTION OF JATIGEDE IN CIPONDOH,
PAWENANG VILLAGE, JATINUNGGAL SUB-DISTRICT, SUMEDANG REGENCY

Risa Nopianti, Triesya Melinda, Junardi Harahap


Program Studi Antropologi Pasca Sarjana Fisip Unpad
Jln. Bukit Dago Utara No.25, Bandung 40135
e-mail : risanopianti@gmail.com, melindatriesya@gmail.com, junardiharahap@gmail.com

Naskah Diterima:16 Januari 2018 Naskah Direvisi:13 Februari 2018 Naskah Disetujui:3 Maret 2018

Abstrak
Pasca penggenangan Waduk Jatigede pada tahun 2015, sejumlah permasalahan muncul
pada masyarakat terdampak, seperti kesulitan dalam beradaptasi di lingkungan baru, antisipasi
pengetahuan yang minim, perubahan kondisi, dan mata pencaharian yang terbatas. Keterbatasan
juga terjadi pada kondisi sanitasi di lingkungan tempat tinggal mereka. Adaptasi dilakukan untuk
menyiasati keadaan alam dan lingkungan yang berimbas pada pemenuhan sarana sanitasi. Maka,
penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana kondisi lingkungan dan sanitasi masyarakat
Dusun Cipondoh Desa Pawenang Kecamatan Jatinunggal sebagai akibat pemukiman kembali
pembangunan Waduk Jatigede, dengan menggunakan metode etnografi dan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa pengelolaan lingkungan dan sanitasi warga Dusun
Cipondoh merupakan bagian dari proses adaptasi mereka di lingkungan barunya. Proses adaptasi
ini merupakan sebuah tindakan yang diawali oleh adanya pengetahuan mengenai keterbatasan
yang dihadapi, kemudian disusunlah strategi untuk memunculkan tindakan yang nyata dalam
menyikapi keterbatasan tersebut yang dioperasionalkan dengan pengelolaan lingkungan dan
sanitasi warga terdampak.
Kata kunci: strategi, adaptasi, sanitasi, dan lingkungan.

Abstract
After the flooding of Jatigede dam in 2015, a number of problems arise in impacted
communities in their daily activities, such as difficulties in adapting to a new environments,
minimizing knowledge anticipation, changing conditions, and limited livelihoods. This limitation
also occurs in sanitary conditions in their neighborhoods. Adaptation is done to deal with the
natural and environmental conditions that impact on the fulfillment of sanitation facilities. So, this
research is done to see how the environmental condition and sanitation of Cipondoh Village
Pawenang Village Jatinunggal Subdistrict as a result of resettlement of Jatigede dam development
by using ethnography approach to capture the point of view of indigenous people, their
relationship with life, and to realize their vision and world. The results of this study is that
environmental management and sanitation of Dusun Cipondoh residents is part of their adaptation
process in their new environment. This adaptation process is an action initiated by the knowledge
of the constraints faced, and then devised a strategy to bring tangible action in addressing the
limitations that are operated with environmental management and sanitation of affected people.
Keywords: strategy, adpatation, sanitation, and environment.
18 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 17-34

A. PENDAHULUAN maupun immaterial terhadap


Waduk Jatigede yang terletak di pembangunan Waduk Jatigede. Kerugian
Kabupaten Sumedang merupakan waduk material mencakup pemberian ganti rugi
buatan terbesar kedua di Indonesia setelah lahan dan bangunan yang menurut
Waduk Jatiluhur yang telah ada sebagian masyarakat tidak sepadan dengan
sebelumnya. Waduk ini mampu apa yang dahulu mereka miliki. Adapun
menampung 6,7 juta m3 (Wiryawan, 2017) kerugian immaterial berkaitan dengan
air yang berfungsi untuk irigasi, hilangnya warisan budaya masyarakat
pengendali banjir, pembangkit listrik, dan terdampak seperti situs-situs bersejarah
penyedia air baku. Air Waduk Jatigede yang akhirnya harus tergelam bersama
sekiranya dapat difungsikan untuk kenangan mereka terhadap warisan
mengaliri irigasi pesawahan seluas 90.000 leluhurnya. Setiawan (2016) mengatakan
ha lahan pertanian yang berada di bahwa kesulitan terbesar pembangunan
Sumedang, Majalengka, dan Cirebon, dan Waduk Jatigede adalah relokasi warga
potensi listrik yang dihasilkan oleh PLTA yang memiliki adat dan kebiasaan yang
Jatigede sebesar 110 megawatt (MW) yang dijalankan secara turun temurun. Adat dan
sampai tahun ini masih dalam tahap kebiasaan mereka sangat terkait dengan
rekonstruksi1. kondisi alam yang sekaligus menjadi
Tahap persiapan pembangunan lokasi tinggal para leluhur mereka.
Waduk Jatigede yang sekiranya Pada tataran keilmuan berbagai
direncanakan pada tahun 1963, yaitu pada kontroversi juga muncul terkait adanya
masa kepemimpinan Presiden RI pertama studi-studi terhadap pembangunan Waduk
Ir. Soekarno ternyata terkendala berbagai Jatigede terutama pada bidang-bidang ilmu
masalah hingga pembangunannya bumi, teknik, dan lingkungan yang banyak
tersendat. Pada tahun 1986, SMEC sebuah mengkaji dampak yang diakibatkan oleh
konsultan dari Australia kemudian pembangunan Waduk Jatigede terhadap
melanjutkan pembuatan detail design. kondisi ekologis wilayah genangan.
Selanjutnya pada tahun 2004 pekerjaan ini Permasalahan lingkungan yang mencuat
direview kembali oleh PT. Indra Karya JO adalah mengenai hilangnya ekosistem alam
dan PT. Wiratman, (konsultan yang telah serta lahan subur petanian seluas 4.891,13
memegang sertifikat dari Kementerian ha. Di sisi lain masalah geologi juga
Pekerjaan Umum). (Nurlela, 2012: 4). muncul terkait dengan resistensi
Akhirnya setelah lebih dari 50-an tahun bendungan terhadap kondisi tanah yang
kemudian dapat direalisasikan meski masih ada di daerah Jatigede.
menyisakan kontroversi dan permasalahan Seiring dengan berjalannya waktu,
lain yang belum terselesaikan. di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi,
Kondisi pembangunan Waduk akhirnya pembangunan Waduk Jatigede
Jatigede telah banyak menyedot perhatian terealisasi juga setelah melalui masa
banyak orang, hingga isu tersebut menjadi konstruksi selama 6 tahun. Tepat pada
isu nasional yang dalam beberapa tahun tanggal 31 Agustus 2015 Waduk Jatigede
terakhir ini ramai dipebincangkan baik resmi digenangi oleh aliran Sungai
dalam tataran praktis maupun kajian-kajian Cimanuk-Cisanggarung yang dibendung.
keilmuan. Pada tataran praktis isu-isu Proses penggenangan ini dilakukan selama
pembangunan Jatigede dikaitkan dengan 219 hari oleh Kementerian Pekerjaam
kondisi sosial ekonomi masyarakat Umum dan Perumahan Rakyat.
terdampak yang pada saat itu harus Waduk Jatigede berada pada
menanggung kerugian secara material kilometer 19 arah timur Kabupaten
Sumedang serta memiliki luas 3.035,34 ha.
1
http://properti.kompas.com/read/2017/04/07/2 Ada 23 desa yang harus tergenang oleh
20000521/waduk.jatigede.beroperasi.penuh Waduk Jatigede yang berasal dari empat
diakses 6 November 2017
Strategi Adaptasi..... (Risa Nopianti, Triesya Melinda, Junardi Harahap) 19

kecamatan di Kabupaten Sumedang yaitu tempat mereka dahulu yang sangat subur
Wado, Darmaraja, Jatigede, dan dan hijau, kondisinya saat ini gersang dan
Jatinunggal. Dari total 23, hanya 6 desa panas. Perubahan ini terjadi setelah mereka
yang benar-benar harus tenggelam, sisanya direlokasi ke tempat baru.
tenggelam sebagian. Keenam desa tersebut Seperti halnya yang terjadi pada
adalah Desa Sukakarta (Kecamatan masyarakat relokasi di Dusun Cipondoh,
Jatigede), Desa Padajaya (Kecamatan Desa Pawenang Kecamatan Jatigede,
Wado), Desa Leuwihideung, Cibogo, mereka adalah masyarakat yang direlokasi
Cipaku, dan Cibungur (Kecamatan secara bedol desa yang berasal dari Desa
Darmaraja). Padajaya Kecamatan Wado yang
Pembangunan Waduk Jatigede tenggelam bersamaan dengan
merupakan sebuah musibah komunal yang pembangunan Waduk Jatigede. Sebagian
dirasakan oleh masyarakat Jatigede, besar dari mereka kembali berkumpul di
khususnya bagi mereka warga terdampak. Dusun Cipondoh, namun sebagian lainnya
Buktinya setelah dua tahun berselang memilih untuk tinggal di tempat lain.
pasca penggenangan, masih menyisakan Permasalahan yang mereka hadapi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi di tempat tinggal barunya tidaklah ringan,
masyarakat terdampak khususnya dalam selain berhadapan dengan kondisi alam
menjalani aktivitas mereka sehari-hari. yang tidak sama dengan sebelumnya,
Perubahan sosial budaya, ekonomi dan mereka juga harus mampu bertahan
lingkungan yang terjadi pada masyarakat dengan mata pencaharian yang terbatas
terdampak, secara otomatis menuntut demi kelangsungan hidupnya. Kondisi
perlunya sebuah strategi adaptasi untuk serba terbatas ini juga terjadi pada kondisi
menyikapi kesulitan-kesulitan yang sanitasi di lingkungan tempat tinggal
dihadapi. Strategi adaptasi secara sosial mereka. Adaptasi dilakukan untuk
juga diperlukan untuk mengantisipasi menyiasati keadaan alam dan lingkungan
pengetahuan masyarakat dalam yang berimbas pada pemenuhan kebutuhan
menghadapi situasi-situasi kritis yang hidup dasar.
terjadi pasca pemindahan lokasi dengan Penelitian ini dilakukan untuk
fasilitas pendukung yang sangat minim, melihat strategi adaptasi khususnya yang
yang tentunya dapat meningkatkan stress berkenaan dengan kondisi lingkungan dan
sehingga berakibat pada menurunnya sanitasi yang dilakukan oleh masyarakat
tingkat kesehatan pada masyarakat. Dusun Cipondoh Desa Pawenang
Masyarakat terdampak Kecamatan Jatigede sebagai akibat dari
pembangunan Waduk Jatigede terutama adanya program pemukiman kembali
yang berasal dari enam desa yang lingkungan tempat tinggal warga
tenggelam adalah yang paling merasakan terdampak pembangunan Waduk Jatigede.
dampak secara langsung dan berat dari Titik fokus penelitian ini adalah untuk
pembangunan Waduk Jatigede. Selain melihat bagaimana kondisi sanitasi dan
kehilangan mata pencaharian utama2 lingkungan yang mereka kembangkan
sebagai petani, mereka juga belum dapat dapat membantu mereka memenuhi
mengembangkan mata pencaharian lain di kebutuhan-kebutuhan hidup sebagai salah
tempat barunya hingga kemudian banyak satu upaya beradaptasi dengan lingkungan
dari mereka yang menganggur tanpa barunya.
pekerjaan yang jelas. Belum lagi Penelitian-penelitian mengenai
lingkungan alam tempat mereka tinggal kondisi sanitasi yang berhubungan dengan
saat ini kondisinya sangat berbeda dengan penyakit-penyakit endemik tertentu telah
banyak dilakukan oleh beberapa orang
2
Menurut hasil penelitian Wiryawan (2017) peneliti, seperti Kasnodihardjo, dkk.
sebanayak 88% warga terdampak kehilangan (2009), Yuliati, dkk. (2010), Amaliah
pekerjaannya.
20 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 17-34

(2010), Sajida, dkk. (2012), dan 1. Resettlement (Pemukiman Kembali)


Puspitawati (2013), yang membahas Menurut Bartolome, et.al (2000: 5),
mengenai hubungan antara kondisi sanitasi saat ini program pemukiman kembali lebih
dan higienitas tempat tinggal atau banyak difokuskan pada proses relokasi
lingkungan dengan penyakit-penyakit fisik saja, bukan pada perkembangan
seperti flariasis, demam berdarah, penyakit ekonomi dan sosial masyarakat terdampak.
kulit, cacingan, dan gizi buruk. Artikel Hal ini tentunya meningkatkan risiko
tersebut juga memaparkan mengenai pemiskinan bagi para pemukimnya.
hubungan sanitasi dengan gaya hidup dan Risiko ekonomi utama yang
perilaku hidup bersih. dihadapi masyarakat terdampak berasal
Penelitian lain yang mengkhususkan dari hilangnya mata pencaharian dan
pada penelitian pembangunan Waduk sumber pendapatan seperti lahan subur,
Jatigede serta dampak sosial, budaya dan hutan, penggembalaan ladang, tanah dan
lingkungan yang ditimbulkan pernah air permukaan, perikanan, dan lain-lain.
dibahas juga oleh beberapa orang peneliti Mereka juga mengalami perubahan dan
di antaranya Nureni (2011), Nurlela pengurangan akses dan kontrol terhadap
(2012), Setianto (2014), Mulyani (2016), sumber daya produktif.
Setiawan (2016), Wiryawan (2017). Menurunnya kekuatan ekonomi
Kumpulan penelitian tersebut berkisar masyarakat terdampak dapat menyebabkan
pada dampak kebijakan, konflik sosial, ancaman terhadap keamanan pangan
kondisi budaya, serta dampak rumah tangga, yang menyebabkan
permasalahan ekonomi dan kekurangan gizi. Timbulnya penyakit-
ketenagakerjaan yang ditimbulkan dalam penyakit yang terkait dengan kualitas air
pembangunan Waduk Jatigede. yang memburuk, juga dapat menyebabkan
Dari keseluruhan hasil-hasil angka morbiditas dan mortalitas
penelitian yang telah dipublikasikan di meningkat. (Bartolome, et.al. 2000: 5).
atas, hampir tidak ada yang membahas
mengenai kondisi sanitasi dan lingkungan 2. Kesehatan Lingkungan Pemukiman
masyarakat di wilayah resettlement3, Perumahan memiliki arti beberapa
khususnya di Jatigede. Oleh sebab itu rumah tempat tinggal. Perumahan juga
penelitian ini dilakukan untuk melihat merupakan kebutuhan primer manusia,
bagaimana kondisi sanitasi dan lingkungan yang meliputi sandang, pangan dan papan.
masyarakat yang terkena dampak Perumahan menjadi kebutuhan dasar untuk
pemukiman kembali, supaya diperoleh memenuhi kebutuhan papan. Dalam ilmu
hasil yang komprehensif mengenai kajian- kesehatan masyarakat, perumahan
kajian terkait pembangunan Waduk merupakan sarana dan prasarana manusia
Jatigede secara keseluruhan. untuk bisa mendapatkan hidup sehat. 4
Untuk menjelaskan fenomena Perumahan tidak terlepas juga dari
tersebut, berikut ini dipaparkan sejumlah istilah pemukiman. Secara harfiah
konsep yang sekiranya berhubungan pemukiman memiliki kata dasar dari
dengan permasalahan penelitian yang akan mukim yang berarti tempat tinggal.
dibahas. Pemukiman ialah proses di mana manusia
akan menempati tempat tinggalnya. Jadi,
kata perumahan dan pemukiman tidak
akan terlepas karena dapat disimpulkan
3
Resettlement adalah Proses pemindahan
sebagai bangunan untuk tempat tinggal
penduduk untuk bertempat tinggal di tempat yang akan ditempati oleh manusia untuk
lain, karena tempat sebelumnya sudah tidak
dapat lagi atau tidak diperbolehkan lagi untuk 4
ditempati atau digunakan. Krieger dan Higgins (2002) dalam Keman
(2005: 30-32)
Strategi Adaptasi..... (Risa Nopianti, Triesya Melinda, Junardi Harahap) 21

hidup dan tinggal. Pemukiman memiliki dan lapangan lainnya untuk sarana rekreasi
fungsi sebagai lingkungan untuk manusia dan olah raga untuk manusia, lalu juga
bisa beraktivitas. adanya pertamanan dan pemakaman.
Area pemukiman dapat memiliki
fungsi sebagai lingkungan perumahan 3. Sanitasi Lingkungan
dengan adanya sarana dan prasarana yang Dalam mengamati kondisi kesehatan
memadai untuk kehidupan manusia. suatu masyarakat, perlu diperhatikan juga
Pemukiman juga akan membentuk kondisi lingkungan yang ada di sekitar
lingkungan perumahan yang lebih masyarakat bersangkutan. Karena pada
terstruktur dan lebih efisien untuk dasarnya lingkungan memberikan dampak
kehidupan manusia di mana ia tinggal. yang cukup besar terhadap kondisi
Pemukiman akan lebih terstruktur dan kesehatan masyarakat. Selain lingkungan,
efisien jika ada prasarana atau penunjang perilaku masyarakat juga ikut menentukan.
yang memungkinkan untuk berjalannya Menurut Kasnodihardjo (2013: 415-416)
suatu lingkungan perumahan. Prasarana “kesehatan lingkungan adalah suatu
utama dalam lingkungan pemukiman yaitu kondisi lingkungan yang berada pada tahap
dengan adanya jalan yang memadai di area optimum, yang memiliki pengaruh baik
perumahan, pembuangan air limbah dan terhadap status kesehatan masyarakat”.
sampah yang baik di area perumahan, Sanitasi berasal dari bahasa Inggris
pembuatan saluran air/drainase air hujan yang berarti sanitation, secara harfiah
yang baik, pengadaan prasarana diartikan sebagai upaya-upaya menjaga
komunikasi, jaringan listrik, ketersediaan kesehatan. Dalam hubungannya dengan
bahan bakar, serta ketersediaan air bersih lingkungan terdapat istilah yang disebut
sebagai syarat untuk menjadi pemukiman sanitasi lingkungan. Sanitasi lingkungan
yang memadai bagi masyarakat. merupakan sebuah upaya untuk menjaga,
Pengadaan prasarana ini bisa didapatkan mencegah, dan memelihara status kesehatan
jika suatu pemukiman dikelola dengan baik pada lingkungan budaya, ekonomi,
baik oleh suatu badan usaha tertentu sosial, maupun lingkungan fisiknya secara
(Keman, 2005: 30-32). baik dan normal (Notoatmodjo, 2003: 5).
Setelah prasarana di dalam area Senada dengan Notoatmodjo,
pemukiman sudah memadai, akan lebih Slamet (2001: 67) juga mengungkapkan
memadai jika ada alat atau sarana yang bahwa dalam rangka mengendalikan
berupa fasilitas-fasilitas atau kemudahan- sanitasi lingkungan yang baik maka harus
kemudahan untuk melancarkan kehidupan lebih ditekankan kepada faktor
manusia dalam sisi sosial, ekonomi, dan pengawasan, pengendalian, serta kontrol
budaya; seperti adanya instansi-instansi terhadap situasi lingkungan manusianya
pemerintahan dalam pelayanan umum, seperti: kebersihan air minum; saluran
adanya tempat pendidikan seperti sekolah, pembuangan kotoran dan limbah; makanan
pesantren, madrasah dan lain-lain, adanya yang bersih dan sehat; perilaku hidup
sarana kesehatan seperti bangunan bersih; sterilisasi dari hewan pengerat; dan
Puskesmas, UPT, Posyandu, dan sarana kondisi udara yang bersih dan bebas dari
kesehatan lainnya, adanya tempat ibadah pencemaran.
seperti masjid, musala, gereja, pura, vihara, Untuk mengetahui kondisi sanitasi
dan tempat ibadah sesuai agama yang suatu masyarakat maka harus diperhatikan
dijadikan pedoman oleh manusia, adanya kondisi sanitasi lingkungannya. Terdapat
pusat perbelanjaan seperti pasar, mini beberapa hal yang penting untuk
market, warung kelontongan, supermarket, diperhatikan, yaitu MCK (Mandi Cuci,
mall dan tempat jual beli untuk kebutuhan Kakus) atau jamban, saluran pembuangan
manusia, adanya sarana rekreasi dan olah air limbah, air bersih, dan sarana
raga seperti lapangan bola, lapangan voli,
22 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 17-34

pembuangan sampah” (Kasnodihardjo dan peraba, dan pencium) terhadap sebuah


Elsi, 2013: 416). objek yang ditentukan.
2. Sikap (attitude), adalah respon individu
4. Perilaku, Pengetahuan, Sikap, dan yang cenderung belum terpengaruh
Tindakan oleh stimulus dari luar yang
Kondisi sanitasi lingkungan yang berhubungan dengan pengetahuan yang
sehat tidak dapat terlepas dari campur dimilikinya terhadap sesuatu hal.
tangan manusia sebagai subjek perubahan. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap
Oleh sebab itu diperlukan adanya perilaku merupakan kesiapan seseorang untuk
dan pengetahuan yang baik dan benar melakukan tindakan.
mengenai pengelolaan sanitasi lingkungan 3. Tindakan atau praktik (practice).
sehingga diperoleh status kesehatan yang pengetahuan atau sikap ini tidak selalu
ideal. dapat diwujudkan melalui sebuah
Secara umum perilaku menurut tindakan. Namun untuk dapat
Bloom (dalam Surahman dan Supardi, mewujudkan sebuah sikap menjadi
2016: 35) “mencakup perilaku kognitif tindakan memerlukan adanya faktor
(pengetahuan), afektif (emosi), dan pemungkin dan pendukung utama yaitu
psikomotor (gerakan, tindakan)”. tindakan.
Perilaku terhadap lingkungan
kesehatan (environmental health 5. Adaptasi
behavior), adalah tingkah laku individu Konsep adaptasi ditujukan pada
terhadap lingkungannya yang dapat cara-cara penyesuaian hidup sebuah
mempengaruhi kesehatan manusia yang organisma atau sekelompok orang
meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap lingkungannya. Penyesuaian ini
yang berhubungan dengan pembuangan dilakukan organisma untuk menghadapi
air limbah, kebersihan rumah, air bersih, tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya
pembersihan vektor sarang nyamuk, dan sehingga mereka harus mampu keluar dari
lainnya (Surahman dan Supardi, 2016: tekanan tersebut untuk kemudian bertahan
35). hidup di dalam lingkungannya.
Perilaku terhadap lingkungan Untuk dapat bertahan hidup seorang
kesehatan ini merupakan salah satu bagian individu atau kelompok orang harus
saja dari keseluruhan perilaku kesehatan mampu menanggulangi kesulitan-
secara umum yang juga mencakup perilaku kesulitan yang dialaminya terutama yang
sakit, perilaku terhadap layanan kesehatan, berasal dari lingkungan alam dan
dan perilaku terhadap makanan (Surahman lingkungan sosialnya. Dalam tahapan ini
dan Supardi, 2016). individu harus mampu untuk: bertahan
Konsep perilaku pada dasarnya tidak hidup sebagai resisten terhadap musuh
dapat berdiri sendiri namum harus juga alaminya; memperoleh sumber daya
didukung dengan konsep-konsep lain pemenuhan kebutuhan primernya yaitu
untuk membuat sebuah pemahaman yang makanan, air dan udara; memperoleh air,
lebih komprehensif berkaitan dengan udara dan makanan; membentuk keluarga
adanya upaya-upaya untuk memperoleh dan keturunan; serta siap menghadapi
kondisi sanitasi lingkungan yang sehat dan segala perubahan yang terjadi di sekitar
ideal. Beberapa hal tersebut menurut lingkungannya. Keseluruhan proses
(Surahman dan Supardi, 2016: 36) adalah: pertahanan diri ini disebut sebagai proses
1. Pengetahuan (knowledge), berasal dari adaptasi.
kata ”tahu” yang berarti merasakan Konsep adaptasi menurut Bennett
pengalaman baru setelah menggunakan (1976) berkembang dari adanya teori
indera (perasa, pelihat, pendengar, evolusi yang berisi tentang berkembangnya
manusia secara biologis dan fisik untuk
Strategi Adaptasi..... (Risa Nopianti, Triesya Melinda, Junardi Harahap) 23

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang memerlukan waktu yang


alam maupun lingkungan budayanya. cukup lama serta harus melalui
Konsep adaptasi menurut Bennett dalam serentetan tindakan yang
Saharuddin (2007: 46-47) terbagi menjadi dilakukan secara berulang-
tiga yaitu ada adaptasi tingkah laku yaitu ulang.”
suatu tindakan atau tingkah laku dengan Dari uraian di atas dapat diambil
mempertimbangkan baik buruknya hasil kesimpulan untuk menganalisa hasil
yang akan didapat, lalu ada adaptasi penelitian ini dibutuhkan konsep
strategi yang merupakan suatu proses atau adaptasi lingkungan sebagai upaya
cara di mana manusia merespon masyarakat terdampak
pertimbangan yang sudah dipilih dan mengembangkan strategi-strategi
memikirkan cara lain agar sesuai dengan adaptif sebagai bentuk penyesuaian
kebutuhan dan tidak menimbulkan masalah dirinya terhadap perubahan lingkungan
dengan pihak lain, dan yang terakhir yang tentunya juga berimbas pada
adaptasi proses yaitu perubahan-perubahan perubahan sosial dan ekonomi mereka
yang muncul dengan menyesuaikan di wilayah resettlement.
strategi yang sudah dipilih dan ditunjukkan
dalam waktu yang panjang. B. METODE PENELITIAN
Menurut Bennett (1976: 249-250) Penelitian ini ditulis menggunakan
dalam memandang ekologi faktor-faktor metode etnografi dengan pendekatan
yang ada di lingkungan baik eksternal kualitatif 5. Adapun data diperoleh dengan
maupun internal harus diidentifikasi mana melakukan proses wawancara dan
hal-hal yang dianggap penting, mana yang observasi lapangan, yang diperkuat oleh
jadi penghambat, dan mana yang bisa data-data sekunder sebagai pendukung.
dikembangkan pada tingkah laku manusia. Pemilihan informan penelitian
Konsep ini mengasumsikan bahwa dikhususkan pada warga terdampak
organisasi sosial budaya merupakan hasil resettlement pembangunan Waduk
dari proses adaptasi manusia dalam Jatigede di Dusun Cipondoh Desa
mengantisipasi masalah yang akan datang. Pawenang Kecamatan Sumedang.
Bennett (1976: 250) mengemukakan Pemilihan informan kunci sebanyak empat
bahwa: orang, didasarkan pada keterkaitan
“Basis ekologi manusia adalah lingkungan pemukiman mereka di tempat
kapasitas manusia untuk baru dengan pengalaman mereka sebagai
melakukan self objectification, warga terdampak pembangunan Waduk
belajar, dan mengantisipasi. Jatigede.
Manusia mengkonseptualkan Hasil pengumpulan data lapangan
diri mereka sendiri agar dapat kemudian diolah dengan tahap reduksi
bertindak terhadap lingkungan data, yaitu merangkum, memilah-milah,
mereka.” dan memfokuskan hasil yang telah
Berdasarkan konsep yang diperoleh kepada hal-hal yang dianggap
dikemukakan Bannet, Ahimsa Putra dalam
Saharuddin (2007: 46-47) menyatakan 5
bahwa: Creswell (2008) dalam Semiawan (2010: 67).
Analisis data kualitatif dengan menggambarkan
“Adaptasi merujuk pada adanya
proses penentuan metode yang akan digunakan
sebuah proses penyesuaian berdasarkan fakta, realita, masalah, peristiwa
terhadap suatu kondisi yang dan gejala, secara luas dan dalam untuk
berubah. Adaptasi merupakan mendapatkan subuah pengalaman anyar yang
proses perubahan yang terjadi akan dijawab oleh peneliti. Masalah penelitian
pada diri individu maupun bisa saja berasal dari masukan orang lain,
individu dengan lingkungannya, pengalaman orang lain, atau pengalaman
individu si penulis.
24 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 17-34

penting, untuk selanjutnya disajikan yang berada di bawah wilayah


dengan uraian deskriptif sesuai data yang administratif Desa Pawenang Kecamatan
ada. Langkah selanjutnya adalah verifikasi Jatinunggal Kabupaten Sumedang.
dan analisa terhadap data dan konsep yang Desa Pawenang dikelilingi oleh
disajikan untuk kepentingan penarikan beberapa desa yang satu sama lain
kesimpulan dan rekomendasi hasil berbatasan langsung secara administratif.
penelitian. Di wilayah utara berbatasan
dengan Desa Mekarasih Kecamatan
1. Kerangka Pemikiran
Jatigede; wilayah timur dibatasi oleh Desa
Dari uraian konsep mengenai
Sirnasari dan Desa Tarikolot Kecamatan
sanitasi dan lingkungan serta adapatasi di
Jatinunggal; sebelah selatan berbatasan
atas, dapat ditarik sebuah analisa terhadap
langsung dengan Desa Mulyajaya
persoalan yang dihadapi masyarakat di
Kecamatan Wado; dan sebelah barat
Dusun Cipondoh Desa Pawenang
dibatasi secara administratif oleh Desa
Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang.
Wado Kecamatan Wado.
Hal ini terkait kondisi sanitasi
lingkungannya untuk mendukung pola
adaptasi penyesuaian dirinya terhadap
lingkungan alamnya.
Persoalan resettlement yang
dihadapi oleh masyarakat Cipondoh akibat
pembangunan Waduk Jatigede berdampak
besar terhadap perubahana sosial budaya,
ekonomi, dan lingkungan masyarakat.
Fokus kajian artikel ini adalah kondisi
sanitasi dan lingkungan yang mereka
kembangkan di pemukiman barunya
merupakan bentuk dari adaptasi tingkah
laku dalam menyesuaikan diri dengan Gambar 1. Peta Desa Pawenang
keadaan lingkungannya. Proses adaptasi Sumber: http://sumedangtandang.com/
tingkah laku ini diperoleh melalui direktori/detail/desa-pawenang
pengetahuan dan diwujudkan dengan
tindakan-tindakan adaptif dalam Secara geografis, Desa Pawenang
menyikapi lingkungan dan sanitasinya berada pada wilayah paling barat
untuk menciptakan sebuah lingkungan Kecamatan Jatinunggal. Lokasinya yang
baru yang lebih ideal untuk ditempati cukup strategis sangat berpotensi untuk
dengan layak. dikembangkan dalam pembangunan. Jarak
tempuh Desa Pawenang ke kantor
C. HASIL DAN BAHASAN Kecamatan Jatinunggal sekitar 1,5 km
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian dengan lama waktu tempuh sekitar 10
Dusun Cipondoh Desa Pawenang hingga 15 menit menggunakan kendaraan.
Kecamatan Jatinunggal Jumlah penduduk Desa Pawenang
a. Letak Geografis sebanyak 5.542 jiwa dengan jumlah KK
Desa Pawenang memiliki wilayah sekitar 1.909 yang terdiri atas 2.838 laki-
seluas 275,255 ha. Desa ini terdiri atas 4 laki, serta 2.704 perempuan. Adapun
dusun (Sukahening, Sukahurip, Sukajaya, penambahan dari relokasi beberapa desa di
dan Sukamulya) dengan 9 RW dan 31 RT. genangan Waduk Jatigede sebanyak 1.118
Ditambah satu dusun baru hasil relokasi jiwa dengan 370 KK. Komposisi kepala
warga yang terkena dampak pembangunan keluarga relokasi terbesar berada di Dusun
Waduk Jatigede yang bernama Dusun Cipondoh.
Cipondoh. Jadi saat ini total ada 5 dusun
Strategi Adaptasi..... (Risa Nopianti, Triesya Melinda, Junardi Harahap) 25

b. Dusun Bedol Desa6 Cipondoh orang beruntung saja8 bisa pindah.


Dusun Cipondoh merupakan dusun Lebihnya sebanyak 170 keluarga menyebar
bedol desa pindahan dari Desa Padajaya ke berbagai tempat. Sebagian ada yang
Kecamatan Wado yang saat ini telah mengontrak, membangun rumah di tempat
tenggelam di dasar Waduk Jatigede. Dari lain, atau menumpang di rumah kerabat.
23 desa yang terkena dampak Sebelum warga Desa Padajaya
penggenangan, hanya 6 desa yang total direlokasi, mereka mendapatkan uang
tenggelam di dasar Waduk Jatigede, kerohiman sebesar 29 juta per KK, namun
sementara desa-desa yang lain hanya itu hanya diperuntukkan bagi mereka yang
tergenang sebagian. Oleh sebab itu 6 desa tidak memiliki rumah, sedangkan bagi
ini yang mendapat prioritas relokasi. mereka yang memiliki rumah uang
Keenam desa yang tenggelam tersebut penggantian sebesar 122 juta.
kemudian direlokasi ke beberapa daerah di “kompensasina anu disebat
sekitarnya, seperti Desa Sukakarta ke kerohiman 29 juta. Anu gaduh
Dusun Panyariban, Desa Mekarsari, tunggul nyaeta anu digentos
Jatigede; Desa Leuwihideung ke Desa bumina eta mah 122 juta. Tah
Mekarsari, Cihegarmekar; Desa Cibogo ke upami nu digentos bumina,
Cinawing, Darmaraja; Desa Cipaku dan kerohiman teu kenging9.”
Cibungur ke Cisema, dan Pakualam Berangkat dari pengertian tunggul
Kecamatan Darmaraja; dan terakhir Desa yang dimaksud oleh warga Cipondoh
Padajaya ke Dusun Cipondoh, Pawenang, dituturkan menurut kronologis sejarah
Jatinunggal. pembebasan lahan yang telah berlangsung
Berada di atas ketinggian 263-304 sejak tahun 1980-an. Tunggul adalah tanah
mdpl, Dusun Cipondoh memiliki dan bangunan yang telah dibebaskan oleh
penduduk sebanyak 260 KK. Penduduknya pemerintah pada tahun 1984 sebagai
telah mendiami Dusun Cipondoh yang realisasi dari Permendagri No.15 tahun
sebelumnya berupa tanah kas Desa 1975. Dalam Permendagri disebutkan
Pawenang yang masih berupa perbukitan bahwa pemerintah berkewajiban untuk
seluas 20 ha ditambah dengan tanah milik memukimkan kembali masyarakat yang
warga 40 ha. Jadi, total keseluruhan Dusun terkena dampak pembangunan Waduk
Cipondoh 60 ha. Seharusnya ada 530 KK Jatigede. Harga ganti rugi tanah saat itu
dari Desa Padajaya yang akan dipindahkan Rp.6.200/14 m2, sedangkan sawah Rp.
ke tanah kas Desa Pawenang, namun 9.200/14 m2. Proses pencairan dilakukan
karena terjadi kendala teknis7, hanya 260 dengan dua tahap, uang muka dan
dibagikan secara langsung di desa,
sedangkan pelunasan baru sebulan sampai
dua bulan kemudian di kabupaten. Kondisi
6
Bedol desa adalah pemindahan seluruh
penghuni desa ke tempat lain. Sumber :
8
https://www.kamusbesar.com/bedol-desa. 260 KK yang beruntung menempati lahan
baru di Dusun Cipondoh dilakukan dengan
7
Pembukaan tanah (cut and fill) menelan biaya mekanisme kocokan. Mekanisme pengocokan
sebesar 1,5 milyar tersebutdikerjakan selama 2 kavling didasarkan siteplan yang telah ada
bulan, namun belum seluruhnya diselesaikan sebelumnya untuk 530 KK Desa Padajaya,
oleh pihak pelaksana yaitu PT Garuda dan kemudian diprioritaskan terlebih dahulu bagi
PT.Trisandi, padahal untuk mempercepat yang sangat memerlukannya, kemudian
prosesnya warga telah berkontribusi sebesar dikocok dan ditempatkan pada petak-petak
2,5 juta/KK untuk pembuatan cut and fill lahan kavling pada siteplan sebayak 260 KK terlebih
supaya bisa dibangun dan ditempati. Akibatnya dahulu.
sebagian warga terkatung-katung nasibnya
9
hingga saat ini. Wawancara dengan Bapak Carli Supriatna 17
Oktober 2017
26 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 17-34

pemerintah saat itu tidak memiliki yang layak huni dengan model-model
kemampuan dana yang cukup untuk rumah modern seperti di kota.
membayar kompensasi, maka pembebasan
lahan tersebut akhirnya jalan di tempat. 2. Kondisi Lingkungan dan Sanitasi
Pada akhirnya warga hanya diberikan ganti Masyarakat Terdampak di Dusun
rugi atas tanah dan bangunan yang nilainya Cipondoh12
tidak sesuai dengan ketentuan. Kondisi lingkungan dan sanitasi di
Masih banyak permasalahan yang Dusun Cipondoh Kecamatan Jatigede
belum terselesaikan saat itu sehingga masih minim. Hasil temuan di lapangan,
berakibat secara umum terhadap warga Dusun Cipondoh masih kekurangan
terhambatnya pembangunan waduk. pasokan air bersih terutama untuk minum.
“Jadi sebenarnya pembebasan waktu Air diperoleh dari sumur-sumur gali milik
itu masih bermasalah, banyak hak warga dan sumur umum. Rata-rata
masyarakat yang belum diberikan. kedalaman sumur gali yang baik untuk
Entah itu tentang harga, entah itu menghasilkan air yang layak minum
tentang kekurangan bayar, entah adalah 11-15 m untuk hasil yang
tentang kekurangan luasan. Karena maksimal. Ongkos pembuatan sumur gali
pada zaman itu, masyarakat nggak yang cukup mahal membuat keberadaan
tahu ini teh mau diapain, mau sumur-sumur dengan air layak minum
diapakan, diukur aja10.” masih sedikit, hanya beberapa rumah
Kemudian peraturan baru tangga saja yang memilikinya, bahkan ada
diterbitkan untuk menindaklanjuti kondisi yang sama sekali tidak memilikinya. Untuk
tersebut, yaitu dengan terbitnya Peraturan mengantisipasi hal tersebut dibuatlah
Presiden No.1 Tahun 2015 yang poin beberapa sumur umum yang dibangun di
utamanya adalah konversi relokasi sekitar wilayah permukiman mereka.
pemukiman, yang seharusnya masyarakat Biaya yang dibutuhkan untuk membuat
dimukimkan kembali dengan penggantian sebuah sumur umum sebesar 15 juta
tanah seluas 28 bata11, rumah setara tipe rupiah, yang dikumpulkan dari sumbangan
36, dan biaya hidup, kemudian dikonversi warga.
dalam bentuk uang sebesar 122 juta,
merata untuk setiap KK.
Di lokasi barunya yang kemudian
dinamakan Dusun Cipondoh, mereka
membangun rumah di lahan seluas 110 m2
dengan dana yang telah mereka terima dari
hasil ganti rugi. Sebagian masih
menempati tanah kas Desa Pawenang, dan
sebagian pada tanah miliknya sendiri.
Keterbatasan biaya bagi beberapa keluarga
menyebabkan pembangunan rumah tinggal
banyak yang tersendat (belum selesai), ada Gambar 2. Sumur dan MCK Umum
pula yang meminimalisir biaya dengan Sumber: Dok. Pribadi, 2017.
membangun rumah semi permanen. Rata-
rata mereka membangun rumah permanen Beberapa rumah tangga tidak
memiliki akses terhadap sumur dengan air
siap konsumsi karena kedalaman sumur
10 yang mereka miliki kurang. Oleh sebab itu
Wawancara dengan Bapak Teten Informan
Dusun Cipondoh, Desa Pawenang Tanggal 17 mereka hanya memanfaatkan air untuk
Oktober 2017
11
1 bata setara dengan luas 14 m2. Jadi 28 bata
12
berarti 28x14=392 m2 Disarikan dari wawancara dan observasi
Strategi Adaptasi..... (Risa Nopianti, Triesya Melinda, Junardi Harahap) 27

keperluan cuci dan kakus saja. Sedangkan penampungan sampah sementara di Dusun
untuk pemenuhan kebutuhan air bersih Cipondoh, untuk membuang sampah.
siap minum, bagi rumah tangga yang tidak Biasanya mereka membakarnya atau
memiliki sumur yang layak minum, membuangnya begitu saja di lahan kosong
mereka akan memintanya kepada tetangga yang ada.
yang memilikinya. Sebagian lainnya
mengambil ke sumur umum. Ada pula
yang melakukan kegiatan mencuci di
sungai, jarak tempuh dari perkampungan
sekitar 500 m. Air yang mereka sudah
ambil dari sumur masih dikumpulkan di
dalam jerigen-jerigen sebagai pasokan air
mereka untuk kebutuhan sehari-hari,
namun bagi rumah tangga yang memiliki
akses terhadap air yang cukup, mereka
menampungnya di dalam torn yang lebih
besar. Gambar 4. Genangan Air hasil Pembuangan
Limbah Rumah Tangga
Sumber: Dok. Pribadi, 2017.

Sarana dan prasarana di Dusun


Cipondoh juga masih sangat minim.
Pembangunan infrastruktur berupa jalan
desa belum rampung. Sejak masyarakat
menempati kawasan tersebut pada tahun
2015, hingga saat ini perhatian pemerintah
belum ada, khususnya untuk memperbaiki
jalan desa yang masih berupa tanah. Oleh
Gambar 3. Sumur Gali Umum sebab itu akses jalan untuk mencapai
Sumber : Dok. Pribadi, 2017. Dusun Cipondoh masih sulit, jalan tanah
yang licin ketika hujan cukup sulit untuk
Sanitasi berupa jamban dan dilalui kendaraan. Pengerasan jalan
pembuangan limbah rumah tangga belum menggunakan batu diinisiasi warga baru-
tertata dengan baik. Hampir semua rumah baru ini. Musyawarah warga
memang telah difasilitasi jamban yang merekomendasikan masing-masing kepala
dilengkapi dengan WC di dalam rumah. keluarga untuk berkontribusi dalam
Begitu pula septic tank rata-rata setiap pembuatan jalan dengan menyumbang 2,5
rumah membuatnya dan ditempatkannya di m3 batu kali.
luar rumah, baik itu di depan, belakang, Kondisi infrastruktur yang masih
ataupun pinggir rumahnya masing-masing. belum memadai membuat akses
Hanya saja pembuangan limbah rumah transportasi umum menuju Dusun
tangga yang berasal dari jamban tidak Cipondoh juga belum ada. Mereka masih
disalurkan ke saluran pembuangan limbah mengandalkan transportasi pribadi berupa
yang layak. Hampir tidak ada sistem mobil atau motor, bahkan berjalan kaki.
saluran pembuangan limbah rumah tangga Anak-anak Dusun Cipondoh yang masih
yang ditemukan di Dusun Cipondoh. bersekolah, bagi siswa SD mereka masih
Mereka membuang limbah begitu saja bisa bejalan kaki karena sarana pendidikan
keluar rumah hingga menciptakan SD masih relatif dekat ditempuh. Namun
genangan-genangan air di sekitar bagi siswa setara SMP/SLTA mereka
rumahnya. Begitu pula halnya dengan harus ke pusat kecamatan untuk bisa
sampah, hampir tidak ada tempat bersekolah, sehingga motor digunakan
28 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 17-34

sebagai sarana transportasi yang relatif pemukiman, seperti Telkomsel dan XL.
lebih cepat untuk menempuh jarak jauh. Bahan bakar yang biasa digunakan oleh
Terdapat sebuah masjid di Dusun warga Cipondoh berupa gas elpiji tabung 3
Cipondoh, namun sarana rekreasi dan olah kg, namun masih ada keluarga yang
raga, seperti taman atau lapangan olah raga menggunakan kayu bakar untuk keperluan
belum tersedia. Fasilitas kesehatan umum dapur. Kayu-kayu bakar itu mereka
seperti Puskemas juga belum ada, apabila peroleh di lahan-lahan kosong sekitar
ada warga yang membutuhkan pengobatan, kampung.
mereka harus pergi ke layanan kesehatan Geliat perekonomian dan mata
terdekat yang berada di Kecamatan Wado. pencaharian warga Dusun Cipondoh masih
Jarak tempuh menuju tempat itu ditempuh sangat relatif. Setelah resettlement
sekitar kurang lebih satu jam. Kondisi ini dilakukan pada tahun 2015, masih banyak
mengakibatkan masyarakat Dusun warga tanpa memiliki mata pencaharian
Cipondoh kurang mendapatkan akses tetap. Usaha-usaha produktif yang biasa
pelayanan kesehatan yang cepat dan mereka lakukan sebagai petani di Desa
memadai agar bisa beradaptasi di dalam Padajaya sebelumnya tidak dapat lagi
kondisi lingkungan alam yang masih dikerjakan di tempat baru mereka, karena
terbilang cukup ekstrim. tidak adanya lahan garapan. Dengan luas
tanah 110 m2, sangat sulit bagi mereka
untuk bercocok tanam, sehingga mereka
membutuhkan usaha-usaha produktif lain
untuk bertahan hidup. Seperti misalnya
menggarap lahan kosong di bukit sebelah,
menangkap ikan di waduk, atau wiraswasta
berupa warung, atau toko-toko kecil
lainnya. Keterbatasan lahan pekerjaan dan
tingkat pendidikan, mengharuskan mereka
untuk mencari alternatif pekerjaan lain.
Buruh merupakan pekerjaan yang paling
Gambar 5. Infrastruktur Jalan Dusun Cipondoh banyak dilakukan oleh warga Dusun
Sumber: Dok. Pribadi, 2017. Cipondoh, sehingga sebagian besar tenaga
produktif di Dusun Cipondoh bekerja
Utilitas umum seperti listrik, menjadi buruh kayu, atau bangunan ke
telepon, dan bahan bakar sudah ada hanya kota kabupaten, sehingga hanya kaum tua,
dalam kondisi yang terbatas. Jaringan ibu-ibu rumah tangga dan anak-anaklah
listrik sudah terpasang. Aturan yang tinggal. Ibu-ibu yang masih berusia
pemasangan jaringan listrik di Dusun produktif beberapa di antaranya berdagang
Cipondoh, jika warga mempunyai Kartu bakulan keliling untuk menambah
Indonesia Sejahtera (KIS) maka dapat penghasilan.
dipasang listrik sebesar 450 atau 900 Watt Keberadaan Waduk Jatigede belum
di rumahnya. Sedangkan warga yang tidak mampu memberikan dampak yang
mempunyai KIS hanya boleh memasang signifikan terhadap peningkatan
listrik sebesar 1300 watt. Biaya listrik yang kesejahteraan masyarakat, khususnya
harus mereka keluarkan bagi rumah tangga mereka yang terkena dampak relokasi dan
dengan daya 1300 watt adalah 50 ribu resettlement. Kebijakan pemerintah
untuk 2 minggu hingga 300 ribu, setempat untuk melarang keberadaan
tergantung pemakaian. Jaringan
komunikasi telepon sudah masuk, dengan
dibangunnya beberapa tower
telekomunikasi swasta di sekitar
Strategi Adaptasi..... (Risa Nopianti, Triesya Melinda, Junardi Harahap) 29

kolam ikan terapung13, membuat pilihan jantan tah tos upami tos anakan
mata pencaharian semakin terbatas. engke dialihkeun deui ka nu
Pemberdayaan perekonomian sanes.”15
khususnya pertanian pernah dilakukan oleh Adanya peternakan domba sedikit
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan banyak telah membantu perekonomian
Jawa Barat yang bekerja sama dengan masyarakat setempat. Domba-domba yang
ALG (Academic Leadership Grant) Unpad telah cukup umur dapat dijual, sedangkan
pada tahun 21017 ini, memberikan kotorannya dimanfaatkan sebagai pupuk
pelatihan terkait pemanfaatan lahan kosong kompos. Pembuatan kompos dilakukan
yang ada di sekitar rumah. Seperti, dengan cara menimbun kotoran ternak
halaman atau pekarangan, untuk dengan plastik terpal atau menguburnya
dimanfaatkan menjadi kebun tanaman dalam lubang buatan. Penimbunan
pangan sebagai bahan konsumsi sehari- dilakukan untuk menimbulkan efek panas,
hari. sehingga kotoran lebih cepat terurai.
“Eta kanggo pemerdayaan Pemanfaatan pupuk in masih sebatas untuk
lingkungan, misalkeun ayeuna konsumsi pribadi warga, yang biasa
gaduh pekarangan rumah, digunakan sebagai pupuk organik untuk
dipelakan naon kitu. Eta nembe ka berbagai tanaman pangan yang mereka
dinya wungkul teu ngaieukeun tanam halaman rumahnya.
pemberdayaan. Dina gaduh
pakarangan sakieu ku poly bag
dipelakan naon, kanggo kabutuhan
sehari-hari.”14
Bantuan dari beberapa lembaga
nirlaba juga pernah diperoleh warga
Dusun Cipondoh sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat dengan
menggulirkan peternakan domba. Bantuan
domba pertama kali diberikan sebanyak 5
ekor betina dan 1 jantan untuk 10 KK.
Domba-domba tersebut kemudian Gambar 6. Pembuatan Kompos dari
digulirkan kepada KK yang lain apabila Kotoran Domba
telah menghasilkan keturunan. Sumber: Dok. Pribadi, 2017.
“Ayeuna misalkeun dipasihan
saurang teh 5 betina sareng 1 Adanya perubahan pada kondisi
kesehatan merupakan ekses nyata yang
13
Di Waduk Saguling dan Cirata, warga dirasakan warga Dusun Cipondoh. Kondisi
terdampak dibolehkan membuat keramba lingkungan alam yang cukup ekstrim dari
terapung sebagai alternatif mata pencaharian cuaca yang cukup panas pada saat siang
pasca penggenangan, tidak demikian dengan hari dan dingin menggigit ketika malam
Waduk Jatigede. Hal ini disebabkan menurut tiba, memungkinkan terjadinya berbagai
pendapat pemerintah setempat seringkali macam penyakit baru yang sebelumnya
terjadi over capacity atau terlalu banyaknya jarang mereka rasakan di tempat tinggal
keramba dari yang seharusnya dibolehkan sebelumnya. Penyakit seperti batuk, flu,
untuk dibangun diatas waduk, sehingga
dan demam lebih sering menyerang. Anak-
kualitas air menjadi jenuh yang berakibat pada
kualitas dan kuantitas ikan yang dihasilkan anak berpotensi lebih rentan terkena
kurang baik. dampaknya, penyakit batuk flu dan demam

14 15
Wawancara dengan Bapak Teten, 17 Oktober Wawancara dengan Bapak Teten, 17 Oktober
2017. 2017.
30 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 17-34

ini lebih sering menghinggapi mereka penghuninya terpaksa pindah ke tempat


terutama apabila cuaca sangat panas, lain yang lebih aman.
penyakit dapat menyerang kurang lebih
tiga kali dalam setahun. Bagi manula
penyakit linu atau ngilu pada tulang dan
persendian lebih sering terasa. Belum lagi
gangguan binatang seperti nyamuk
merupakan hal yang paling lumrah di
kondisi cuaca panas. Peningkatan suhu
dimungkinkan karena masih kurangnya
penghijauan sebagai efek dari cut and fill16
lahan manjadi perumahan.
Dalam rangka menyikapi kondisi
lingkungan yang ekstrim tersebut
masyarakat Dusun Cipondoh
mengembangkan penghijauan lahan. Gambar 7. Rumah Amblas di Dusun
Usaha-usaha penghijauan telah dimulai Cipondoh
sejak 2015 melalui penanaman tanaman Sumber : Dok. Pribadi, 2017.
keras jenis sengon yang diperoleh dari
bantuan sosial dari sebuah lembaga 3. Upaya Adaptif Masyarakat Cipondoh
nirlaba. Bibit-bibit pohon tersebut ditanam di Lingkungan Baru
warga di lahan-lahan kosong sekitar Sarana sanitasi dalam sebuah
kampung. Selain itu baru-baru ini pemukiman memegang peranan yang
pemerintah daerah setempat juga sangat penting, khususnya untuk
memberikan bantuan penghijauan berupa mengontrol kondisi kesehatan masyarakat
pohon mangga gedong yang dibagikan yang menempati pemukiman tersebut.
merata kepada seluruh kepala keluarga Sebuah pemukiman yang baik dan sehat
untuk ditanam di pekarangan rumah warga. sebagaimana di ungkapkan Krieger dan
Perataan tanah bukit yang saat ini Higgins (2002) dalam Keman (2005: 30)
telah berubah menjadi pemukiman melalui harus mengutamakan keberadaan sarana
mekanisme cut and fill lahan, ternyata sanitasi seperti penyediaan air bersih,
tidak seluruhnya sempurna. Di beberapa pembuangan sampah, dan tentunya utilitas
titik pemukiman tanah masih relatif labil. sanitasi itu sendiri seperti MCK, dan
Ini dibuktikan dengan adanya beberapa pembuangan limbah rumah tangga. Apa
rumah yang tanahnya amblas, sehingga yang ada di Dusun Cipondoh pada
bangunan di atasnya pun ikut amblas. dasarnya telah memenuhi unsur-unsur
Terutama, mereka yang menempati lahan sebuah pemukiman seperti terdapatnya
di bibir lembah. Rumah-rumah yang baru MCK di semua rumah tangga yang ada,
saja dibangun dari uang kerohiman, serta sarana pembuangan limbah dan
sebagian harus rubuh dan rata dengan kotoran seperti septic tank, hanya justru
tanah, hingga kerusakannya cukup parah sarana-sarana yang lain belum sepenuhnya
dan tidak dapat ditempati lagi. Para mendukung.
Supaya dapat dikategorikan sebagai
16
pemukiman sehat, sepertinya air bersih
Cut and fill merupakan sebuah masih memegang peranan yang sangat
proses pengerjaan tanah yang terdiri dari dua penting. Keberadaan air bersih yang
kata yaitu cut (penggalian) dan fill mudah diakses untuk kepentingan sehari-
(penimbunan). Artinya pengerjaan tanah ini
hari khususnya konsumsi rumah tangga
dilakukan dengan mengambil atau menggali
sejumlah massa tanah disuatu wilayah untuk masih sulit diakses oleh beberapa rumah
kemudian dipindahkan atau ditimbun di tempat tangga yang tidak memiliki sumur.
lain. Kualitas air yang kurang baik apabila
Strategi Adaptasi..... (Risa Nopianti, Triesya Melinda, Junardi Harahap) 31

dikonsumsi dapat saja berakibat pada sanitasi kurang berperan, sebaliknya kedua
terjadinya penurunan tingkat kesehatan. hal ini sangat penting, karena efeknya
Hal yang sama dapat terjadi juga pada terhadap kondisi kesehatan warga di
saluran pembuangan air kotor dan limbah, Dusun Cipondoh.
yang menurut hasil pengamatan masih Adaptasi atau bentuk-bentuk
belum memadai. Limbah dan kotoran penyesuaian ini telah dilakukan selama dua
rumah tangga yang dibuang begitu saja di tahun, tantangan-tantangan yang dihadapi
sekitar pemukiman tanpa adanya saluran dengan segala keterbatasan telah mampu
pembuangan yang representatif dapat pula mereka lalui dengan pola-pola tindakan
menimbulkan dampak kesehatan yang yang dilakukan secara berulang-ulang.
cukup serius. Perilaku masyarakat terhadap lingkungan
Hal ini sebenarnya dapat difahami dan sanitasinya, seperti pemenuhan
mengingat pemukiman Dusun Cipondoh kebutuhan air untuk makan dan minum.
dibangun hanya berdasarkan site plane Strategi mereka tidak terfokus pada
melalui cut and fill lahan supaya dapat sumber air bersih yang berasal dari sumur-
dibangun pemukiman secara mandiri oleh sumur warga saja, tetapi mengembangkan
masyarakat, tanpa ada perencanaan alternatif pilihan lain seperti pembangunan
pembuatan dan pembangunan infrastruktur sumur umum, atau sungai sebagai sarana
lebih lanjut. Tidak adanya pengelola MCK, pembuangan limbah rumah tangga
pemukiman yang profesional sebagaimana juga merupakan perilaku adaptif mereka
diungkapkan oleh Keman (2005: 32), terhadap kondisi ketidakberdayaan
mengakibatkan kenyamanan sebuah ekonomi, begitu pula halnya dengan
lingkungan pemukiman menjadi hal yang pembuangan sampah. Sampah rumah
sulit untuk dicapai. Kenyamanan yang tangga merupakan sampah domestik paling
didasarkan pada kelengkapan sarana dan banyak yang diproduksi oleh setiap rumah
prasarana dasar, serta pembangunan tangga, untuk meminalisirnya mereka
infrastruktur masih jauh dari harapan membakar sampah-sampah tersebut atau
seluruh warga Dusun Cipondoh. Saat ini membuangnya di lahan-lahan kosong. Hal
mereka hanya berharap pada bantuan- ini dilakukan semata karena di
bantuan pemerintah dan lembaga-lembaga lingkungan pemukiman dengan akses yang
swasta untuk mengatasi kesulitan mereka sangat terbatas itu, pelayanan kebersihan
terhadap akses-askes infrastruktur, tidak dapat diharapkan, sehingga mereka
ekonomi, kesehatan, pendidikan, mengembangkan sendiri pola-pola
lingkungan, dan sanitasi. penanggulangannya.
Harapan-harapan yang digantungkan Begitu pula halnya dalam
pada asa dan kemurahan hati pemerintah menanggulangi kondisi lingkungan alam,
daerah setempat untuk setidaknya warga Dusun Cipondoh mengembangkan
meringankan beban hidup warga Dusun penghijauan sebagai bagian dari strategi
Cipondoh, ternyata tidak juga kunjung adaptasi mereka terhadap kondisi cuaca
datang. Di sisi lain kehidupan harus terus yang ekstrim. Dengan dilakukannya
berjalan, dan mereka harus tetap dapat penanaman pohon, warga berharap
bertahan dengan segala keterbatasan. lingkungan alam mereka menjadi lebih
Upaya-upaya adaptasi pun dilakukan untuk sejuk dan lebih hijau. Eksesnya penyakit-
menjamin keberlangsungan hidupnya. penyakit yang timbul dari kondisi cuaca
Adaptasi ekonomi memang memegang panas dapat diminimalkan. Pada kondisi
peranan penting dalam menjaga yang lain tanaman mangga yang ditanam
keberlangsungan hidup warga, dengan di pekarangan-pekarangan rumah warga
adanya penghasilan mereka bisa makan suatu saat akan berbuah, dan buahnya
untuk bertahan hidup. Namun demikian dapat dijual untuk pemenuhan kebutuhan
tidak berarti adaptasi lingkungan dan sehari-hari. Konsep yang sama mereka
32 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 17-34

terapkan juga dalam membuat infrastruktur Cipondoh pada dasarnya memiliki hak
jalan. Sistem gotong royong yang mereka yang sama dengan warga lainnya sebagai
lakukan untuk membuat pengerasan jalan sesama warga negara di republik ini, dalam
menggunakan batu kali secara swadaya mengakses kehidupan yang layak
merupakan upaya adaptif warga Dusun sebagaimana diamanatkan dalam UUD
Cipondoh untuk memperoleh akses jalan 1945 pasal 27 dan pasal 34 yaitu dengan :
perkampungn yang lebih layak daripada 1. Mengoptimalkan sumber daya
jalan tanah. manusia yang ada dengan membuka
lahan-lahan pekerjaan yang layak
D. PENUTUP sebagai upaya pemenuhan
Tindakan maupun strategi yang kebutuhan dasar mereka;
dilakukan warga Dusun Cipondoh untuk 2. Mengupayakan pemenuhan sarana
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan prasana lingkungan dan sanitasi
tidak terjadi begitu saja, melainkan telah yang baik untuk mendukung
terpola karena tersusun dari sejumlah kesejahteraan fisik dan mental
tindakan-tindakan yang sama yang warga terdampak;
dilakukan berulang-ulang. Pola-pola 3. Memenuhi kebutuhan infrastruktur
tindakan ini muncul karena sebelumnya jalan yang sangat penting bagi
ada pengetahuan. Pengetahuan tentang aksesibilitas dan mobilitas warga
kondisi lingkungan alam, sanitasi, terdampak.
kesehatan, maupun sarana dan prasarana
dasar penunjang kehidupan suatu DAFTAR SUMBER
masyarakat diperoleh dengan cara melihat, 1. Jurnal, Makalah, Laporan
mendengar, dan merasakan sendiri Penelitian, Skripsi, dan Tesis
pengalaman-pengalaman lainnya, ketika Amaliah, Siti. “Hubungan Sanitasi Lingkungan
mereka mulai hidup dan menetap di Dusun dan Faktor Budaya Dengan Kejadian
Cipondoh. Mereka melihat ada hal-hal Diare Pada Anak Balita di Desa Toriyo,
yang kurang, mereka mendengar keluhan- Kecamatan Bendosari, Kabupaten
keluhan, dan mereka juga merasakan Sukoharjo” Makalah dalam Prosiding
adanya ketidaknyamanan. Konsep tahu ini Seminar Nasional Universitas
kemudian diwujudkan dalam sikap sebagai Muhammadiyah, Semarang, 2010.
reaksi atau respon terhadap segala Bartolome, Leopoldo Jose., Chris de Wet,
keterbatasan yang mereka alami. Harsh Mander, Bijay Kumar Nagraj.
Pengetahuannya mengenai kondisi 2000. “Displacement,
lingkungan dan segala keterbatasannya, Resettlement,Rehabilitation, Reparation,
membuat mereka menyusun strategi- and Development”. Makalah dalam
strategi untuk bertindak. Tahapan WCD Thematic Review Social Issues I.3.
penyusunan strategi tindakan inilah yang Cape Town : World Commission on
Dams (WCD).
dimaknai dengan sikap. Pada tahap
berikutnya pengetahuan dan sikap ini Kasnodiharjo dan Musadad, Anwar “Perilaku
dimekanisasi dalam bentuk tindakan, untuk Hidup Bersih dan Sehat yang Terkait
mewujudkan strategi adaptasi mereka dengan Hygien Perorangan, Gaya Hidup
terhadap lingkungan alam, dan sosialnya. dan Kondisi Sanitasi Lingkungan di
Berdasarkan pemaparan hasil Kepulauan Seribu, DKI Jakarta” dalam
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8 No.1.
penelitian di atas perlu kiranya dibuat
Maret 2009. Hlm. 886-894.
beberapa rekomendasi mengenai hal-hal
yang harus dilakukan terkait dengan Kasnodihardjo dan Elsi, Elsa. “Deskripsi
keberadaan dan kondisi masyarakat Sanitasi Lingkungan, Perilaku Ibu, dan
terdampak pembangunan Waduk Jatigede. Kesehatan Anak” dalam Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7
Walau bagaimanapun masyarakat Dusun
No. 9. April 2013. Hlm. 415-420.
Strategi Adaptasi..... (Risa Nopianti, Triesya Melinda, Junardi Harahap) 33

Keman, Soedjadji. “Kesehatan Perumahan dan Masyarakat Indonesia. Vol.6 No.1


Lingkungan Pemukiman” dalam Jurnal Januari 2010 Hal. 22-27.
Kesehatan Lingkungan Vol. 2 No.1. Juli
2005. Hlm. 29-42. 2. Buku
Mulyani, Tri. 2016 Bennett, John W. 1976.
Kebijakan Pemerintah Terhadap The Ecological Transition : Cultural
Masyarakat yang Terkena Dampak Anthropology And Human Action. New
Pembangunan Waduk Jatigede di York : Pergamaon Press Inc.
Kabupaten Sumedang. Skripsi. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.
Yogyakarta : FIS UNY. Ilmu kesehatan masyarakat (prinsip-
Nureni, Lela. 2011. prinsip dasar). Jakarta: PT Rineka
Dampak Pembangunan Bendungan Cipta.
Jatigede terhadap Reorientasi Mata Saharuddin. 2007. Antropologi Ekologi dalam
Pencaharian Masyarakat di Daerah Adiwibowo, Soeryo (Ed). Ekologi
Calon Genangan Bendungan Jatigede Manusia. Bogor : Fakultas Ekologi
Kabupaten Sumedang. Skripsi. Bandung Manusia IPB.
: FPIPS UPI.
Semiawan, Conny R. 2010
Nurlela, Ela. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta :
Dampak Pembangunan Waduk Jatigede Grasindo.
Terhadap Masyarakat Calon Genangan
(Studi Sosiologi Pembangunan Desa Surahman, dan Supardi, Sudibyo. 2016.
Leuwihideung, Sumedang). Bandung. Ilmu Kesehatan Masyarakat PKM.
Sripsi. FPIPS UIN Sunan Gunung Jati. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Puspitawati, Natalia. “Sanitasi Lingkungan
yang Biak Mempengaruhi Status Gizi 3. Internet
Buruk pada Balita” dalam Jurnal Stikes. Pitoko, Ridwan Aji. “Waduk Jatigede
Vol.6 No.1 Juli 2013.Hlm. 74-83. Beroperasi Penuh “ diakses dari
Sajiada, Agsa., Santi, Devi Nuraini Santi., dan http://properti.kompas.com/read/2017/0
Naria, Evi. “Hubungan Personal Hygien 4/07/220000521/waduk.jatigede.beroper
dan Sanitasi Lingkungan dengan asi.penuh. Tanggal 6 November 2017,
Keluhan Penyakit Kulit di Kelurahan Pukul 10.25 WIB.
Denai, Kecamatan Medan Denai, Kota “Bedol Desa” diakses dari
Medan Tahun 2012” dalam Jurnal https://www.kamusbesar.com/bedol-
Usu. Vol.2 No.2. Maret 2013. Hlm. 1-8. desa. Tanggal 7 November 2017, Pukul
Setiawan, Irvan. “Mengenang Upacara 09.45 WIB.
Ngalokat Walungan Cimanuk di
Wilayah Genangan Waduk Jatigede
Kabupaten Sumedang” dalam
Patanjala. Vol.8 No.1 Maret 2016.
Hlm. 101-116.

Wiryawan. Bangkit A. “Social Impact of


Jatigede Dam Construction”. Makalah
dalam IAIA Symposium, Manila, 20-22
February 2017.
Yuliati, Rafael Djajakusli, Burhanudin Bahar.
“Hubungan Sanitasi Lingkungan dan
Hygien Perorangan dengan Kejadian
Infestasi Kecacingan pada Murid SD di
Kelurahan Pannampu, Kota Makasar”
dalam Jurnal Media Kesehatan
34 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 17-34
“Revolusi dalam Revolusi”: Tentara, Laskar..... (Iim Imadudin) 35

“REVOLUSI DALAM REVOLUSI”:


TENTARA, LASKAR, DAN JAGO
DI WILAYAH KARAWANG 1945-1947
“REVOLUTIONS IN REVOLUTIONS”, SOLDIER, LASKAR (PARAMILITART
TROOPS), AND JAGO (WARIOR) IN KARAWANG AREA IN 1945-1947

Iim Imadudin
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
Jln. Cinambo No.136 Ujungberung-Bandung 42094
e-mail: imadudin1975@gmail.com

Naskah Diterima:12 Januari 2018 Naskah Direvisi:18 Februari 2018 Naskah Disetujui: 3 Maret 2018

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengungkap konflik tentara dengan laskar dan jago di wilayah
Karawang. Penelitian ini mempergunakan metode sejarah yang terdiri atas heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi. Sama seperti halnya di daerah lain, revolusi kemerdekaan di
wilayah Karawang berlangsung dengan sengit. Dinamika perjuangan kemerdekaan di Karawang
terasa lebih keras lagi setelah proklamasi kemerdekaan. Pada masa perjuangan Karawang
merupakan “rumah” bagi tentara dan laskar perjuangan. Banyaknya kelompok laskar dan
kelompok jago yang sering menghadirkan kerusuhan menimbulkan permasalahan tersendiri
sebagaimana digambarkan pada artikel ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik antara
tentara, laskar, dan jago terjadi disebabkan adanya keyakinan yang besar terhadap janji-janji
revolusi, perbedaan ideologis mengenai bagaimana perjuangan harus dimenangkan, faktor
ketidakpercayaan yang mengakibatkan hubungan-hubungan yang tidak harmonis antarfaksi
perjuangan di Karawang.
Kata kunci: revolusi, kemerdekaan, konflik, Karawang.

Abstract
This study aims to reveal the conflict of soldiers with paramilitary troops and warior in
the area of Karawang. This study uses historical methods consisting of heuristics, criticism,
interpretation, and historiography. Just as in other areas, the revolution of independence in the
Karawang was fierce. The dynamics of the struggle for independence in Karawang was even
harder after the proclamation of independence. Karawang is a "home" for the army and the
paramilitary-troops struggle. The large number of paramilitary troops groups and groups of
warior often caused riots that raise their own problems as illustrated in this article. The results
show that the conflict between the army, the paramilitary troops and the warior occurred due to
the great conviction of the promises of the revolution, the ideological differences about how the
struggle should be won. The unbelieving factor resulted an unharmonious relationships between-
fraction struggle in Karawang.
Keywords: revolution, independence, conflict, Karawang

A. PENDAHULUAN yang tidak mampu melepaskan diri dari


Revolusi nasional merupakan rite de cengkraman revolusi mengalami
passage (ritus peralihan). Revolusi secara kekecewaan. Realitas sosial dan politik
formal telah dimenangkan dengan yang dihadapinya semakin jauh
diproklamasikannya kemerdekaan meninggalkan kesadarannya (Majid dan
Indonesia. Akan tetapi, ada pihak-pihak Darmiati, 1999: xiv).
36 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 35 - 50

Realitas sosial dan politik yang antikolonial. Apabila Anton Lucas (1989)
terjadi menimbulkan ketidakpuasan umum. mengemukakan istilah “revolusi dalam
Namun yang paling penting adalah revolusi” dalam konteks pembongkaran
kekecewaan terhadap janji-janji struktur birokrasi lama dengan yang baru,
kemerdekaan bahwa nasib rakyat akan penelitian ini melihat adanya tujuan-tujuan
berubah secepatnya (Kahin, 1979: 101). tertentu dalam tujuan bersama
Kekecewaan tersebut berkembang mempertahankan kemerdekaan.
menjadi radikalisasi yang cenderung Kedua, terkait dengan perluasan
mengarah anarki. Sementara, pemerintah tema sejarah yang lokal sentris.
baru yang sedang berkuasa hampir tidak Kecenderungan penulisan sejarah lokal di
memiliki kemampuan mengendalikan Karawang2, khususnya periode perjuangan
seluruh dinamika revolusi yang sedang kemerdekaan lebih menitikberatkan pada
bangkit tersebut. Tindakan anarki bersifat Peristiwa Rengasdengklok. Hal tersebut
antiasing (kolonial), antifeodal, menimbulkan kesan bahwa hanya itulah
antipangreh praja. Oleh karena itu, tidak satu-satunya peristiwa penting yang terjadi
dapat dihindari pada fase-fase permulaan di Karawang. Peristiwa lain seakan-akan
revolusi, muncul huru-hara dan berbagai kurang memiliki makna penting. Banyak
pergolakan sosial (Ibrahim, 2010: 4-5). peristiwa menarik yang terjadi pada
Pada gilirannya beberapa pergolakan periode itu, antara lain Peristiwa Cikampek
sosial yang terjadi merepresentasikan dan Pembantaian Rawagede. Peristiwa
corak revolusi Indonesia yang tidak hanya yang disebut belakangan bahkan menjadi
memperjuangkan eksistensinya, tetapi salah satu isu kesejarahan dan politik yang
mengandung permasalahan-permasalahan cukup panas, baik di Indonesia maupun di
sosial di dalamnya. Revolusi Indonesia Negeri Belanda.
tidak hanya menghadirkan konflik politik, Kecenderungan tersebut agaknya
tetapi juga konflik sosial (Ibrahim, 2010: karena masyarakat, khususnya peminat
5). Dalam hal ini terjadi revolusi sosial sejarah, lebih tertarik pada peristiwa yang
yang ditandai dengan kemunculan berada pada level nasional. Padahal
kelompok-kelompok sosial penentang keberadaan sejarah lokal akan
penguasa yang sering bertindak kriminal memperkaya sejarah nasional. Sejarah
(Ibrahim, 2010: 16). nasional cenderung mengalami pemitosan
Ada dua alasan mengapa artikel ini
ditulis dari segi interesting (menarik) dan 2
Karawang memiliki tiga varian dalam
significant (penting).1 Pertama, dalam
penyebutannya, yaitu ”Kerawang”, ”Krawang”
konteks Karawang, revolusi sosial menjadi
dan ”Karawang”. Dari segi toponimi, istilah
menarik dilihat dari hubungan tentara, Karawang memiliki beberapa versi. Istilah
laskar, dan jago. Revolusi sosial bukan “Karawang” berasal dari kata 'Karawaan' yang
sekadar kekacauan dan avonturirisme mengandung arti daerah ini banyak terdapat
politik, tetapi bagaimana massa berperan rawa (Sudaryat, 2009: 65). Selanjutnya,
dalam jalannya suatu perubahan. Ada “Karawang” berasal dari perubahan pelafalan
ikhtiar untuk mengisi kekosongan politik „Caravan‟. Sejak abad ke-16 orang-orang
berlandaskan tatanan baru yang Portugis menyebut kawasan yang sebagian
tanahnya berawa tersebut dengan caravan atau
caravaon (Lubis, 2011: 86). Berikutnya,
1
Menurut Sobana Hardjasaputra (2013), topik “Karawang” berasal dari kata "Quro-wang".
yang dipilih untuk menulis sejarah, tidak Quro berasal dari tempat Syeh Quro yang
sembarang topik, tetapi harus memenuhi syarat merupakan pasantren yang pertama ada di
tertentu, yaitu: menarik (interesting topic), wilayah Tatar Sunda. Kata "wang” berasal dari
memiliki arti penting (significant topic), dan “wong” yang berarti orang". Karawang juga
dapat dikerjakan karena sumber-sumbernya berarti “dikarawang” yang bermakna tepi kain
tersedia dan dapat diperoleh (selendang) yang diberi ornamen berlubang
(manageable topic). agar menjadi indah.
“Revolusi dalam Revolusi”: Tentara, Laskar..... (Iim Imadudin) 37

dan generalisasi. Sementara, sejarah lokal cukup banyak, tetapi masih merupakan
(local voice) memberikan corak peristiwa tulisan yang lepas dan terpencar-pencar.
yang lebih dinamis dan unik. Kebanyakan buku-buku yang diterbitkan
Ruang lingkup spasial adalah membahas kronologi sejarah yang panjang.
Karawang sebagai wilayah administratif Meski demikian, ada juga buku yang lebih
setingkat kabupaten. Karawang menjadi khusus, seperti biografi, namun bersifat
kabupaten dengan bupati pertama Raden deskriptif dan terfokus pada peran
Singaperbangsa bergelar Kertabumi IV tokohnya.
yang dilantik 14 September 1633. Tanggal Buku pertama yang patut disebut
ini menjadi hari jadi Kabupaten Karawang. adalah Sejarah Purwakarta (2008) yang
Kemudian bupati berikutnya adalah R. ditulis Sobana Hardjasaputra. Buku ini
Anom Wirasuta 1677-1721, R. Jayanegara membahas perkembangan Purwakarta
(gelar R.A. Panatayuda II) 1721-1731, R. sejak masa penjajahan hingga Orde Baru.
Martanegara (R. Singanagara dengan gelar Dalam buku ini dijelaskan perjuangan
R.A. Panatayuda III) 1731-1752, R. kemerdekaan di wilayah Purwakarta yang
Mohamad Soleh (gelar R.A. Panatayuda ketika itu memiliki keterkaitan yang erat
IV) 1752-1786. Pada periode ini terjadi dengan Karawang secara kewilayahan.
peralihan penguasa dari Mataram kepada Selanjutnya, Sejarah Kabupaten
VOC. Karawang yang ditulis Nina Herlina Lubis
Hingga tahun 1809, Karawang et al (2011). Buku ini mengungkap
menjadi keresidenan, berubah menjadi perjalanan sejarah yang panjang sejak
kabupaten pada 1810, dan kembali menjadi masa prasejarah hingga kemerdekaan.
keresidenan pada 1811. Pada 1813 status Secara khusus, ada bab tentang perjuangan
keresidenan dihapus. Selanjutnya, pada kemerdekaan di Karawang. Meski
1818 Karawang menjadi keresidenan demikian, agak kurang mengungkap relasi
kembali. Pada 1901 Karawang berubah tentara, jago, dan laskar.
lagi menjadi kabupaten di bawah Robert Cribb menulis Para Jago
Keresidenan Batavia, pada 1925 Karawang dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945-
kembali menjadi keresidenan, dan 1931 1949 (2010). Buku ini mengkaji secara
Karawang menjadi kabupaten. Pada masa khusus milisi rakyat yang tergabung dalam
Pendudukan Jepang, ibu kota Karawang perjuangan kemerdekaan Indonesia pada
Syi/Ken berada di Purwakarta (Yulifar, 1945, yaitu Laskar Rakyat Jakarta Raya
2016: 217). Pada masa revolusi, pusat (LRJR). Laskar ini mengalami kehancuran
Pemerintahan Kabupaten Karawang di tangan tentara pada akhir 1940-an. Buku
dipindahkan dari Purwakarta ke Subang. ini terfokus pada peran LRJR.
Ketika itu Kabupaten Karawang dipimpin Referensi berikutnya yang berbicara
Raden Juarsa. mengenai gejolak revolusi di Karawang
Ruang lingkup temporal mencakup dan sekitarnya adalah Jakarta-Karawang-
1945-1947. Pada rentang waktu ini, Bekasi dalam Gejolak Revolusi:
eskalasi perjuangan kemerdekaan di Perjuangan Moeffreni Moe‟min yang
Karawang semakin meningkat. Saat itu ditulis Dien Majid dan Darmiati (1999).
dapat dikatakan bahwa Karawang Buku yang bersifat biografis tersebut yang
merupakan “rumah” bagi tentara dan memberi gambaran kelahiran para laskar
laskar perjuangan. Banyaknya kelompok dengan kelompok nasionalis muda radikal.
laskar, khususnya yang berhaluan kiri, Buku ini merekam perjuangan
mengakibatkan konflik dengan tentara. kemerdekaan dalam perspektif pelakunya.
Selain itu, kehadiran para jago juga sering Her Suganda menulis
menimbulkan kekacauan. Rengasdengklok, Revolusi dan Peristiwa
Sejauh ini sumber sejarah tertulis 16 Agustus 1945 (2009). Buku ini
yang tersedia selama periode tersebut mengulas perjalanan sejarah
38 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 35 - 50

Rengasdengklok mulai masa kemerdekaan Tahap selanjutnya adalah tahap


hingga terjadinya kerusuhan 1997. Secara kritik, yakni memilah, memilih, dan
khusus meski terbatas, ada informasi menyaring keotentikan sumber-sumber
mengenai penculikan Suroto Kunto oleh yang telah diperoleh. Peneliti mengkaji
LRJR. sumber-sumber yang didapat untuk
Sukarman HD, U. Warliayah, dan Ii mendapatkan kebenaran sumber. Pada
Wahyudin menulis Sejarah Perjuangan tahap ini peneliti meneliti otentisitas
Suroto Kunto Bersama Rakyat Karawang sumber yang disebut kritik, dan
(2006). Buku biografi mengulas riwayat kredibilitas sumber yang disebut kritik
hidup Suroto Kunto sejak menjadi internal (Kuntowijoyo, 2013: 77-78).
mahasiwa hingga peristiwa penculikan Selanjutnya dilakukan koroborasi suatu
1947. data dari suatu sumber sejarah dengan
Warliyah et al. menulis Sejarah sumber lain (dua atau lebih) sehingga
Perjuangan Masyarakat Karawang dan didapatkan fakta sejarah yang mendekati
Sekitarnya 1945-1950 (2003). Buku ini kebenaran.
mendeskripsikan episode penting mulai Tahap ketiga adalah interpretasi,
dari Peristiwa Rengasdengklok hingga yaitu proses menafsirkan berbagai fakta
upaya mempertahankan kemerdekaan. menjadi sebuah rangkaian yang logis.
Secara praksis, interpretasi dilakukan
B. METODE PENELITIAN secara analitis (menguraikan fakta) dan
Penelitian ini menggunakan metode sintesis (menghimpun fakta).
sejarah. Metode sejarah adalah proses Tahap terakhir adalah penulisan
menguji dan menganalisis secara kritis sejarah atau historiografi. Historiografi
rekaman dan peninggalan masa lampau didefinisikan sebagai pengkajian tentang
berdasarkan data yang diperoleh penulisan sejarah. Fakta-fakta yang telah
(Gottschalk, 1985: 39). Gilbert J. diinterpretasikan dituliskan dalam suatu
Garraghan (1957: 33) mendefinisikan penulisan yang sistematis dan kronologis.
metode sejarah sebagai seperangkat aturan Istilah “revolusi dalam revolusi”
dan prinsip-prinsip yang sistematis untuk adalah suatu kerangka pemikiran.
mengumpulkan sumber-sumber sejarah Kerangka pikir bagaimana nilai-nilai
secara efektif, menilainya secara kritis, dan bersama suatu revolusi sering mengalami
menyajikan sintesis dari hasil-hasil yang pengerasan dan pembiasan. Perubahan
dipakai dalam bentuk tertulis. yang berlangsung secara cepat
Metode sejarah terdiri atas empat menimbulkan gejolak di dalamnya, yang
tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, sering tidak seiiring sejalan dengan nilai-
dan histriografi (Garraghan, 1957: 34; nilai yang dihayati bersama.
Kosim, 1984: 36; Gottschalk, 1985: 32; Eisentadt (1986: 5) menyebutkan
Renier, 1997: 113; Lubis, 2015: 15). Tahap lima citra revolusi yang berkembang dalam
pertama, heuristik, yaitu kegiatan pandangan masyarakat dan literatur
menemukan dan menghimpun sumber, sebagai berikut:
informasi, dan jejak masa lampau. Pada 1) Perubahan dengan cara kekerasan
tahap ini dilakukan pencarian sumber terhadap rezim politik yang ada, yang
terhadap objek yang diteliti melalui didasari oleh legitimasi masyarakat.
penelitian di perpustakaan (library 2) Penggantian elit politik atau kelas yang
research). Literatur diperoleh melalui studi sedang berkuasa dengan kelas yang
pustaka di Perpustakaan Dispusipda Jawa baru.
Barat, Perpustakaan BPNB Jawa Barat, 3) Perubahan secara mendasar seluruh
Perpustakaan Nasional Republik bidang kelembagaan utama – terutama
Indonesia, dan Perpustakaan Universitas dalam hubungan kelas dan sistem
Indonesia. ekonomi – yang menyebabkan
“Revolusi dalam Revolusi”: Tentara, Laskar..... (Iim Imadudin) 39

modernisasi di segenap aspek Laskar gerilya membantu tentara resmi di


kehidupan sosial, pembaharuan semua tempat yang ditunjukkan oleh
ekonomi dan industrialisasi, serta tentara resmi revolusioner (Nasution,
menumbuhkan desentralisasi dan 1968: 225).
partisipasi dalam dunia politik. Di wilayah yang dikuasai Belanda
4) Pemutusan secara radikal dengan atau pegunungan yang terkepung oleh
segala hal yang telah lampau. tentara musuh, laskar gerilya adalah
5) Memberikan kekuatan ideologis dan sumber kekuatan RI non-TNI. Laskar
orientasi untuk melakukan perubahan. gerilya memimpin pertempuran, politik,
Proses revolusi dipahami sebagai sosial, dan perekonomian rakyat (Nasution,
proses yang amat luar biasa, amat kasar, 1968: 225-226).
dan merupakan gerakan yang paling Sejak akhir Mei 1945, sebutan
terpadu dari seluruh gerakan sosial apa laskar dipakai untuk menyebut kelompok-
pun. Dalam bahasa Alexis de Tocqueville, kelompok yang tadinya dikenal sebagai
revolusi merupakan diskontinuitas yang badan perjuangan, namun kemudian
relatif (pemutusan hubungan dengan masa memiliki kondisi internal yang lebih luas
lampau). Samuel P. Huntington dalam (Cribb, 2010: 96).
(Adisusilo, 2014: 1-25) menulis menyebut Jago, bandit, atau jagoan merupakan
revolusi sebagai penjungkirbalikan nilai- istilah yang disematkan kepada pelaku
nilai, mitos, lembaga-lembaga politik, kejahatan atau mereka yang bergerak
struktur sosial, kepemimpinan, serta dalam “dunia bawah” (onderwereld).
aktivitas maupun kebijaksanaan “Dunia bawah” disebut juga “dunia hitam”
pemerintah yang dominan di masyarakat. yang ditandai dengan lingkungan sosial
Dalam kerangka memahami yang melawan norma hukum yang berlaku;
hubungan tentara, jago (bandit), dan laskar dan kehidupan orang-orang yang
dapat dilihat dari perspektif konflik. melakukan kejahatan dan pelacuran (Fauzi,
Konflik dapat disebabkan oleh faktor 2010: 5).
internal maupun tekanan dari luar. Dapat Peranan kelompok bandit sosial
dikatakan bahwa konflik tentara dengan merupakan counter-elite yang bergerak di
jago dan laskar bersifat kronis dan bawah tanah sehingga merupakan
sporadis. Oleh karena itu, penting ancaman laten bagi yang sedang
dipahami kedudukan dan peranan masing- berkuasa. Seseorang menjadi bandit
masing. karena ia melakukan sesuatu yang oleh
Laskar berasal dari Bahasa Urdu adat kebiasaan di daerahnya tidak
Lashkar yang berarti tentara, pasukan, atau dianggap sebagai tindakan kejahatan,
milisi. Selama masa Pendudukan Jepang, melainkan negara atau penguasa setempat
istilah laskar rakyat digunakan untuk yang menganggapnya demikian
menyebut Gyugun (pasukan sukarela), (Hobsbawm, 1984: 76).
PETA versi lokal (Cribb, 2010: 96). Laskar Perbanditan sosial dapat
terdiri atas satuan-satuan kecil atau dikategorikan sebagai gerakan sosial yang
gabungan dari beberapa satuan kecil. bertentangan dengan pihak yang berkuasa
Laskar gerilya membantu tentara rakyat di atau tertib masyarakat (Simandjuntak,
kedua sayap atau di belakang front musuh, 2005: 49). Dilihat dari segi dampaknya ada
mengacaubalaukan pos, konvoi, perbedaan antara perbanditan di pedesaan
perlengkapan, dan persiapan musuh dan perkotaan. Meski di perkotaan sering
(Nasution, 1968: 222-223). terjadi perbanditan, namun di pedesaan
Laskar membentuk pemimpin dan lebih memberikan dampak pada
mengerahkan laskar rakyat secara besar- masyarakat dalam skala luas (Pranoto,
besaran atas dasar taktik gerilya dan 2010: 9).
dengan laskar gerilya sebagai pelopor.
40 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 35 - 50

Pada masa revolusi, para bandit atau 1979: 23). Khususnya di Karawang berdiri
jagoan dihadapkan pada dua pilihan: beberapa badan kelaskaran yang berafiliasi
menjadi seorang kriminal atau dengan garis induknya sebagai berikut:
revolusioner. Namun, pada kenyataannya 1. Barisan Banten Republik Indonesia
para jagoan itu mencampuradukkan dua (BBRI) pimpinan Moh. Kosim yang
dunia yang bertolak belakang itu untuk bermarkas di Gedung Pegadaian
kepentingan pribadinya. Seorang penjahat Cinangoh;
sejati menganggap revolusi sebagai 2. BPRI (Barisan Pejuang Republik
kesempatan baik untuk melakukan Indonesia) pimpinan H. Agil Ahmad,
kejahatan. Seringkali, pemimpin bandit bermarkas di sebelah markas BBRI
mencari legitimasi untuk revolusi dengan (bekas Gedung Pagadaian);
cara mengadopsi status formal seorang 3. Hisbulah pimpinan MO Sobandi,
penguasa (Ibrahim: 2004, 221). Perlu bermarkas di Gang Yanten (bekas
dipahami bahwa gerakan revolusioner dan pabrik penggilingan padi);
gerakan sosial dalam menumbangkan 4. Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia),
rezim tertentu diboncengi oleh kekuatan dipimpin oleh Taryono Cayong,
kaum kriminal. Kadang-kadang pejuang bermarkas di Pengasinan (sekarang
menjadi kriminal, tidak jarang pula Jalan Dr. Taruno);
kriminal terlibat dalam perjuangan 5. SP 88 (Satuan Pemberontak) pimpinan
(Ibrahim, 2010: viii). A.S. Wagianto/Usman Somantri;
6. BR (Bambu Runcing) pimpinan Doyot;
C. HASIL DAN BAHASAN 7. Laskar Buruh;
1. Kelahiran BKR dan Laskar-Laskar 8. Sabilillah; dan
Perjuangan 9. Laskar Rakyat Jakarta Raya, dipimpin
Setelah proklamasi kemerdekaan oleh J. Hasibuan (Idris, 2001: 9).
kebutuhan akan adanya kekuatan militer Salah satu isu penting yang mencuat
yang cukup untuk menjaga keamanan dan pasca proklamasi kemerdekaan adalah
ketentraman dirasakan semakin mendesak. pengambilalihan kekuasaan dari tangan
Bahkan Oerip Soemohardjo pernah Jepang. Jepang tidak mau menyerahkan
berujar, “aneh, sebuah negara zonder kekuasaannya ke pihak Indonesia,
tentara”. Pada 23 Agustus 1945 dibentuk melainkan ke pihak Sekutu. Dalam situasi
BKR (Badan Keamanan Rakyat), yang demikian, di daerah-daerah rakyat
bertujuan menjamin ketentraman umum. mengambil gerakan sendiri untuk melucuti
Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut, tentara Jepang, termasuk di Karawang. Di
Presiden Soekarno melalui RRI antara laskar-laskar saling berlomba
mengumumkan agar di daerah-daerah memperbanyak jumlah senjata sehingga
sesegera mungkin dibentuk Badan sering terjadi konflik sesama mereka
Keamanan Rakyat (Ekadjati et al., 1980: (Kosoh et al., 1994: 217).
94). Pejuang di wilayah Karawang sejak
Pembentukan BKR di Jawa Barat, meluasnya kabar penyerahan Jepang
terutama dipelopori para bekas PETA, terhadap Sekutu sudah lebih dulu
Chudancho, dan Heiho. Para pejuang di melakukan perlucutan tentara Jepang
Karawang menyatukan tekad bergabung dibandingkan wilayah lain di Jawa Barat.
dalam BKR di bawah pimpinan Nagdon Menjelang “penculikan” Soekarno-Hatta,
Suraji. Rengasdengklok sudah berada di tangan
Pembentukan BKR dibarengi pula pasukan PETA. Tentara Jepang berhasil
dengan lahirnya badan-badan kelaskaran. ditawan dan dilucuti. Bendera Hinomaru
Tidak kurang dari 18 badan kelaskaran diturunkan dan bendera merah putih
yang pernah muncul dan aktif di wilayah dinaikkan. Dengan demikian, dapat
Jawa Barat (Disjarahdam VI Siliwangi, dikatakan bahwa Rengasdengklok
“Revolusi dalam Revolusi”: Tentara, Laskar..... (Iim Imadudin) 41

merupakan daerah pertama di Indonesia Purwakarta dan Wanayasa dari berbagai


yang mengibarkan bendera merah putih. arah. Tentara Jepang tidak dapat menahan
Perlucutan terhadap tentara Jepang serbuan rakyat, karena jumlah penyerbu
tidak hanya terjadi di Rengasdengklok, melebihi jumlah tentara Jepang. Dengan
tetapi juga di Kota Karawang. Markas terpaksa, tentara Jepang menyerahkan
tentara Jepang yang diserang rakyat, antara senjata. Senjata rampasan itu kemudian
lain Gedung Hongbu (sekarang menjadi dikumpulkan di Kantor Polisi Cipaisan
Hotel Surya Kencana di Jalan Tuparev); (Hardjasaputra, 2008: 135).
Gedung Ho Ceng Po (sekarang di sebelah Setelah peristiwa tersebut,
Swalayan Hero); Gedung Pegadaian sepasukan tentara Jepang bersenjata
tempat perwira tinggi Jepang atau memasuki Kota Purwakarta dari arah
Kempetai (sekarang dipakai oleh Corps selatan. Pasukan Jepang menawan bupati
Polisi Militer atau CPM), dan kantor Polisi dan kepala polisi. Pimpinan pasukan
setingkat resort di Gang Buntu Jalan Jepang menyatakan bupati dan kepala
Brikpol Nasuha. Tempat strategis tentara polisi akan dilepaskan, apabila senjata
Jepang tersebut dapat direbut tanpa yang dirampas oleh para pemuda
perlawanan yang berarti (Idris, 2001: 9; dikembalikan. Akhirnya, senjata yang telah
Lubis, 2011: 199). dirampas dikembalikan, demi keselamatan
Rakyat Karawang mencegat bupati dan kepala polisi.
rombongan kolone Kaigun (Angkatan Laut
Jepang) berkekuatan seratus orang yang 2. Gerakan Laskar dan Penyelesaian
melarikan diri dari Jakarta menuju Ciater Konflik
(Hardjasaputra, 2008: 132). Pasukan Kedatangan Sekutu menciptakan
Jepang tersebut dilucuti senjatanya, lalu situasi yang semakin meningkatkan konflik
dibunuh. Rakyat juga melakukan aksi tidak hanya antara Sekutu dan NICA
penghadangan. Setiap kereta api dan mobil dengan kaum republiken, tetapi juga
yang lewat harus melalui pemeriksaan “kekuatan militer resmi” dengan
ketat. Aksi rakyat bahkan lebih dengan “kelompok nonresmi”. Pertempuran
menangkap dan membunuh pegawai polisi meletus di mana-mana. Di Karawang,
dan pamongpraja yang dicurigai memihak konflik antara tentara Sekutu dan Belanda
Jepang. Karena diketahui meminjam pistol dengan para pejuang telah melahirkan
dari Kamp Kaigun, rakyat menangkap peristiwa penting, antara lain Peristiwa
Camat Wanayasa. Cikampek dan Peristiwa Rawagede.
Di wilayah Purwakarta juga Konflik antara “kekuatan resmi”
berlangsung perebutan senjata Jepang. dengan “kelompok laskar” melibatkan TRI
Pada mulanya perlucutan senjata melalui (Tentara Republik Indonesia) dengan
aksi damai sebagaimana disepakati dalam Laskar Rakyat Jakarta Raya. Laskar ini
rapat pimpinan KNID Purwakarta dengan hijrah ke Karawang setelah pemerintah
sejumlah tokoh masyarakat dan pemuda di menetapkan bahwa Jakarta menjadi kota
Pasar Jumat. KNID Purwakarta meminta internasional. Para pejuang tidak diizinkan
Bupati Juwarsa, Kepala Polisi Hidayat berada di Jakarta. Pasukan yang hijrah
Sukarmawijaya untuk berunding dengan sekitar tujuh ratus orang bersenjatakan
pimpinan tentara Jepang di Markas Honbu paling lengkap dibandingkan laskar yang
Kempetai Purwakarta. Misinya, agar lain.
semua persenjataan tentara Jepang Ketegangan berlangsung karena
diserahkan. Akan tetapi, perundingan adanya perbedaan pendapat antara TRI
dengan Jepang mengalami jalan buntu. dengan Laskar Rakyat Jakarta Raya.
Mendengar kabar demikian, Laskar Rakyat Jakarta Raya menentang
kelompok pemuda menyerbu markas dengan keras Perjanjian Linggajati yang
Rikugun (Angkatan Darat Jepang) di melibatkan pemerintah Indonesia dengan
42 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 35 - 50

Belanda. Persoalan lain adalah penolakan TRI. Dalam perundingan itu, Laskar
mereka untuk diintegrasikan ke dalam Rakyat Jakarta Raya tetap menolak untuk
tubuh TRI. Laskar bahkan sering menggabungkan diri.
memancing ketegangan dengan TRI
(Sukarman et al., 2006: 47). Laskar Rakyat
Jakarta Raya menentang kebijakan yang
ditempuh oleh Soekarno-Hatta yang
dikatakannya "Soekarno penjual Bangsa,
pengkhianat proklamasi" dan seterusnya.
Perihal tidak selarasnya Laskar
Rakyat dengan tentara memang dapat
dilihat dari status para pemimpinnya.
Beberapa pimpinan Laskar Rakyat
merupakan anggota dinas rahasia Belanda
di bawah pimpinan Letkol. Agerbeel dan
Kol. Drost.
Di sepanjang jalan Karawang, Gambar 1. Tugu Pimpinan Resimen V
Laskar Rakyat sering pamer kekuatan Cikampek
sambil menyanyikan lagu Darah Rakyat Sumber: Dok. Iim Imadudin, Januari 2018.
(Sukarman et al., 2006: 48).
Darah rakyat masih berjalan Salah satu Laskar Rakyat yang
Menderita sakit dan miskin berkedudukan di Lamaran yang dipimpin
Pada datangnya pembalasan Sujono memasuki kota untuk bergabung
Kita yang menjadi hakim. dengan laskar yang lain. Tujuannya untuk
Hayo. Hayo bergerak sekarang merebut kota yang dikuasai TRI. Komando
Kemerdekaan „tlah datang Keamanan Kota (K3) Karawang tidak
Merahlah panji-panji kita mampu menghadapi kekuatan LRJR yang
Merah warna darah rakyat (2x) menciptakan kekacauan di penjuru kota.
Pertahanan Jakarta Timur Pimpinan Resimen Cikampek
(Karawang) tidak mudah untuk menjadi sasaran tindakan liar Laskar
dikendalikan. Laskar Rakyat Jakarta Raya Rakyat Jakarta Raya. Sejumlah perwira
bukan saja tidak mau bergabung, malahan diculik dan dibunuh pada tanggal 28
memperlihatkan sikap permusuhan dengan November 1946 setelah kembali dari
pihak TRI. Aksi liar Laskar Rakyat perundingan di Kedung Gede. Mayor
Jakarta Raya (LRJR) semakin tidak Suroto Kunto dan Kepala Staf Kapten Adil
terkendali. Mereka menyerang pos-pos Sofyan beserta dua orang pengawal
TRI di sekitar Lemahabang-Cikarang. masing-masing bernama Kopral Muhajar
Konflik bersenjata berlangsung dengan dan Prajurit Murad menjadi sasaran
hebat. kekejaman laskar rakyat (Rivai, 1983: 160;
Pada pertengahan tahun 1947, Warliyah, 2003: 77; Lasmiyati et al., 2012:
berlangsung pertemuan di Kedung Gede. 69). Agaknya kejadian tersebut dipicu oleh
Menteri Pertahanan RI memutuskan agar gaya Suroto Kunto yang cenderung tegas
di Karawang dibentuk Detasemen Gerak dan memaksa dibandingkan upaya yang
Cepat untuk menyatukan wadah lebih halus untuk meminta bantuan para
perjuangan rakyat. Anggotanya berjumlah laskar. Suroto Kunto 3 berbeda dengan
150 orang, dari berbagai unsur, antara lain
BPRI, PBRI, PESINDO, Laskar Buruh, 3
Dilihat dari riwayat hidupnya, Suroto Kunto
Hizbullah, dan Sabilillah. Hal tersebut
juga sebagai upaya membangun termasuk pemuda radikal yang tidak mau
komunikasi yang lebih baik dengan pihak kemerdekaan Indonesia dipengaruhi Jepang.
Sejak menjadi mahasiswa Ikadaigaku (sekolah
“Revolusi dalam Revolusi”: Tentara, Laskar..... (Iim Imadudin) 43

Mufreni. Hubungan tentara dengan LRJR terhadap Laskar Rakyat Jakarta Raya.
semakin memburuk (Cribb, 2010: 153). Komandan Brigade Purwakarta, Letkol
Beredar spekulasi bahwa Suroto Daan Jahja segera bergerak ke Karawang.
Kunto tidak dibunuh oleh laskar rakyat Kekerasan berdarah antara TRI dengan
yang iri dengan pengangkatannya selaku Laskar Rakyat Jakarta Raya berlangsung
komandan resimen, namun oleh intel-intel dengan sengit.
Belanda (Matanasi, 2012: 43). Pendapat ini Pasukan Laskar Rakyat Jakarta Raya
diperkuat oleh Robert Cribb, bahwa upaya berhasil dilumpuhkan. Pemimpin-
pembunuhan tersebut sebagai cara untuk pemimpin dan anggota-anggota yang
melemahkan kekuatan Republik. tertangkap atau menyerahkan diri dibawa
Penculikan tersebut berlangsung ke Kalijati Subang untuk
sepulang melakukan perundingan dengan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dewan Pimpinan Laskar Rakyat Jakarta Pasukan laskar yang berhasil melarikan
Raya (LRJR) di Bekasi. Namun diri bergabung dengan HAMOT (Hare
sekembalinya dari berunding keempatnya Majesteit‟s Ongeregelde Troepen) atau
diculik di daerah Warungbambu, sebuah Laskar Sri Ratu.
daerah yang terletak di sisi jalan raya Bersama anak buahnya, Daan Jahja
Karawang-Cikampek. Keempatnya menahan salah satu pemimpin laskar
dinyatakan hilang. Mobil yang bernama Darwis, agar dapat ditukar bila
ditumpanginya ditemukan penuh bercak Suroto Kunto diculik dalam keadaan
darah oleh salah satu ajudannya, Kapten hidup (Cribb, 2010: 129).
Mursyid, pada 28 November 1946 sekitar Kabar keberadaan Suroto Kunto
pukul 01.00 dini hari. Jasadnya dan jasad belum menemukan titik terang. Darwis
para pengawalnya tidak pernah ditemukan hampir dibunuh bila AH Nasution tidak
sampai sekarang ini. Keberadaan Suroto mencegahnya. Akibat kejadian itu, Daan
Kunto dinyatakan vermist (hilang). Jahja dipindahkan dari Brigade Purwakarta
ke Tasikmalaya, dan digantikan Letkol
Sidik Brotoatmodjo.
Upaya pembersihan laskar-laskar
yang membangkang tidak dapat berjalan
dengan mudah. Belanda terus mengganggu
di sejumlah titik garis demarkasi antara
tentara Belanda dan TRI di pinggir timur
Kota Jakarta, tepatnya antara Tambun
sampai Karawang.
Gambar 2. Tugu Suroto Kunto Oleh karena itu, TRI meminta
Sumber: Dok. Iim Imadudin, Januari 2018. pemakluman tentara Belanda agar tidak
membuka front pertempuran sampai
Aksi Laskar Rakyat Jakarta Raya urusan dengan laskar selesai. Sidik
semakin membahayakan persatuan dan Brotoatmodjo mengirim telegram ke
kesatuan Republik Indonesia. Pimpinan Komandan Brigade II dari Divisi 7
pihak TRI melakukan tindakan tegas Desember Kolonel Thompson di Bogor
dan panglimanya di Jakarta. Pada April
1947, TRI bergerak mengepung LRJR,
kedokteran), ia terkenal pemberani, vokal, BPRI dan KRIS. Mereka digempur TRI
bahkan Jepang menyebutnya pemberontak Siliwangi atas perintah Nasution.
(Sukarman et al., 2006: 14). Ia juga bagian dari Selain aksi anarkis LRJR, Polisi-
kelompok muda yang mendesak Bung Karno Tentara (PT) pimpinan Wiwiek Hadi Bei
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. pada bulan November 1945, menangkap
lima anggota laskar rakyat Karawang
44 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 35 - 50

(mungkin anggota KRIS), karena Banyak mayat ditemukan setelah kuburan


melakukan kerusuhan, perampasan, digali. Demikian pula, barang dan hewan
bahkan pembunuhan di Purwakarta. ternak milik rakyat yang dirampas
Mereka yang ditangkap kemudian kelompok ini (Nasution, 1973: 529).
ditembak mati. Kejadian ini menimbulkan Pada masa revolusi, laskar memiliki
ketegangan antara TKR dengan laskar kekuasaan yang besar. Mereka memiliki
rakyat Karawang (Hardjasaputra, 2008: pengaruh dan kontrol atas keluar-masuk
142). barang dari dan ke suatu daerah di wilayah
Konflik tentara pemerintah dengan kekuasaan mereka. Di Karawang, laskar
laskar sebenarnya merupakan bagian dari setempat melakukan tugas atau bertindak
dinamika perjuangan. Dalam proses seperti polisi. Stasiun Karawang yang
keberadaannya, TKR dan laskar rakyat menjadi salah satu pintu masuk arus
mempunyai tugas masing-masing yang barang ke kota ini berada di bawah
jelas. Tentara harus disusun sebagai tentara penguasaan laskar. Barang-barang yang
dan rakyat sebagai partisan rakyat tiba di Stasiun Karawang tidak dapat
(Ekadjati et al, 1980: 123). diambil langsung oleh pemilik tanpa seizin
Konflik antarfaksi perjuangan dan mempergunakan nama badan
sebenarnya sudah dapat diperkirakan. perjuangan, atau setidaknya atas
Pemimpin Laskar Hizbullah, KH Noer Ali sepengetahuan badan perjuangan setempat.
tidak mendukung keputusan laskar-laskar Selain itu, di tapal batas wilayah
di Bekasi-Karawang, untuk berpolitik dan musuh tumbuh beberapa pasar gelap
mengambil kebijakan sendiri di luar seperti Rawaroke, Jarakesta, dan
pemerintah. KH Noer Ali memutuskan Pasirlimun. Pasar gelap tersebut beroperasi
mundur sebagai Ketua Laskar Rakyat atas perlindungan orang-orang yang
Bekasi sebelum berlangsung konflik antara berpengaruh di tempat seperti Djole
TRI dan LRJR. KH Noer Ali tidak (Rawaroke) dan Camat Cibitung, Nata,
berterima LRJR memprakarsai Persatuan dibantu oleh Komin alias Akang. Diduga
Perjuangan (PP) dan upaya menarik Laskar kuat Komin adalah jagoan setempat yang
Rakyat Bekasi ke dalamnya. 4 membantu pekerjaan Camat Nata di
Sebagai upaya mengendalikan wilayah kekuasaannya.
situasi, Jenderal Kartasasmita mendirikan Para tokoh masyarakat tidak
markas komandemen di Purwakarta. Ia memakai pengaruhnya untuk
melakukan tindakan pembersihan dan menghentikan penyelundupan ini, bahkan
penertiban situasi di wilayah Karesidenan ada yang menjadi pelindung. Termasuk
Jakarta yang penuh kekeruhan. Rust en ketika polisi akan membubarkan pasar
orde diutamakannya. Panglima gelap tersebut.
komandemen melindungi pegawai dan Polisi sering merasa kesulitan ketika
pejabat administrasi yang sering diancam melakukan pemeriksaan di kereta api
para jago dan laskar. Komandemen karena dirintangi laskar dari Karawang.
menangkap kelompok Mayor Baron, Pihak Djawatan Kereta Api dan Polisi
penyelidik militer MTTKR Yogyakarta Kereta Api memeroleh perlakuan yang
yang bermarkas di Gunung Puteri, sebelah tidak mengenakkan (Fauzi, 2010: 71-72).
selatan Purwakarta. Mereka membunuh
Kepala Stasiun Padalarang setelah terjadi 3. Aksi-aksi para Jago dan Penyelesaian
pertengkaran. Kelompok ini membunuh Konflik
orang-orang yang menjadi musuhnya. Pada permulaan revolusi, para
pejuang di Karawang tidak hanya
4
https://news.okezone.com/read/2017/03/03/33 berhadapan dengan tentara Jepang, tetapi
8/1633102/news-story-konflik-pelik-tentara- juga kelompok-kelompok yang
republik-vs-laskar-di-pinggir-jakarta, diakses 5 merongrong kemerdekaan. Mereka
Januari 2018 Pukul 10: 23 WIB.
“Revolusi dalam Revolusi”: Tentara, Laskar..... (Iim Imadudin) 45

mencari kesempatan dalam kesempitan Tambun-Klender (Nasution, 1992: 334).


untuk memeroleh kekuasaan dan Lama kelamaan terbukalah identitas yang
keuntungan. sesungguhnya dari gerakan Ki Bubar.
Upaya perlucutan tidak hanya Mereka tidak lebih dari sekumpulan
dilakukan “tentara resmi”, tetapi juga oleh perampok yang melakukan aksinya di
kelompok-kelompok liar yang daerah Pangkalan, Teluk Jambe, dan
dikategorikan E.J. Hobsbawn sebagai Gorowong (Idris, 2001: 5).
bandit sosial (Kartodirdjo, 1984: 74). Aksi Ki Bubar telah menimbulkan
Di Karawang jawara memiliki keresahan di kalangan masyarakat. Para
peranan yang sangat kuat. Kelompok pemimpin mengadakan perundingan untuk
jawara sering membuat suasana menjadi meminta bantuan pejuang yang ada di
kacau. Pamongpraja dan polisi tidak Purwakarta. KNID Purwakarta selaku
mampu mengatasi keadaan. Kebanyakan otoritas resmi mengambil tindakan tegas.
dari mereka ragu mengambil keputusan, Akhirnya disiapkan rencana
bahkan tidak sedikit yang meninggalkan penyergapan dengan berpura-pura
tugasnya (Ekadjati et al., 1980/1981: 91). mengadakan latihan baris-berbaris untuk
Salah satunya adalah sekelompok mengelabui gerombolan Ki Bubar. Operasi
jawara yang dipimpin oleh Ki Bubar. penangkapan dipimpin eks Chudanco
Pemimpin para jawara melaksanakan Sumarna dan perwira-perwira PETA.
kedaulatan republik dengan bertindak Sebagian tentara pelajar dan Barisan
sendiri. Kekuasan lokal seperti republik- Pelopor ikut serta dalam operasi tersebut.
republik sendiri. Mereka memiliki Latihan baris-berbaris diadakan di alun-
kemampuan memengaruhi rakyat. Para alun kawedanaan, dekat dengan kantor
pamongpraja yang berasal dari warisan kawedanaan yang dikuasai gerombolan
zaman kolonial atau kaum feodal menjadi (Idris, 2001: 6).
sasaran kemarahan kelompok jawara Siasat tersebut sesuai dengan
(Nasution, 1973: 527, 529). harapan. Anggota gerombolan yang berada
Mereka bertindak sangat agresif di gedung kawedanaan tidak menyadari
dengan memegang senjata eks polisi adanya bahaya. Mereka asyik menonton
(steyer) yang sudah dimodifikasi. Dengan latihan berbaris. Pasukan yang sedang
pengikut sebanyak 150 orang, Ki Bubar latihan berbaris sudah bersiap menunggu
melakukan aksi pengambilalihan komando. Tidak lama, terdengar komando
kekuasaan dari tangan Jepang dengan cara agar pasukan bertiarap dan menembak.
yang membabi-buta. Hal tersebut sering Benar saja, berondongan peluru diarahkan
membuat suasana menjadi tidak terkendali ke posisi gerombolan Ki Bubar.
(Idris, 2001: 9). Mereka menghadang Pada mulanya pasukan Ki Bubar
iring-iringan tentara Angkatan Laut Jepang menduga bahwa aksi ini merupakan latihan
dalam perjalanan dari Jakarta menuju militer biasa. Namun, setelah menyadari
Ciater. Pasukan Jepang yang dilucuti telah terjadi sesuatu yang tidak beres,
dibunuh semuanya (Ekadjati et al., pasukan Ki Bubar benar-benar panik.
1980/1981: 91). Sebagian anggota gerombolan tertembak,
Sasaran serangan mereka tidak dan sebagian lain melarikan diri, terutama
hanya orang Jepang, termasuk juga orang- ke arah Kali Citarum. Namun ternyata,
orang pribumi. Para pegawai kawedanaan pinggiran Kali Citarum sudah dijaga
mereka usir, dan kantornya diambil alih, tentara dan laskar. Muncul peringatan
bahkan detasemen polisi senjatanya bahwa siapa saja yang mencoba terjun ke
mereka lucuti. Aksi-aksi sepihak dari Kali Citarum akan ditembak mati. Mereka
kelompok Ki Bubar menjurus pada yang tertangkap kemudian dibawa ke
kriminalitas, seperti perampokan dan Gedung Hongbu, markas Barisan Pelopor.
pembunuhan di sepanjang jalan Karawang- Di markas, anggota gerombolan
46 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 35 - 50

diinterogasi. Mereka yang bersalah karena dapat dilakukan di tempat mereka


ditembak mati dan mayatnya dibuang ke sendiri (Nasution, 1973: 528). Mereka
Kali Citarum (Idris, 2001: 6). menyerang markas tentara sambil
Ketika serangan dilancarkan, Ki mengacungkan tongkat serta melambai-
Bubar dalam perjalanan kembali menuju lambaikan kain, yang menurut anak-anak,
kantor kawedanaan dengan menunggang “nampaknya berkilat-kilat dan berwarna
kuda. Saat dilihatnya tentara sudah kemerah-merahan”. Mereka yakin tidak
memasuki kantor kawedanaan, ia mempan ditembak. Pada mulanya memang
menyelinap masuk melalui bagian tidak jatuh korban. Namun, pasukan eks
belakang gedung. Begitu mengetahui PETA dan HEIHO berhasil melumpuhkan
keberadaan Ki Bubar, tentara langsung gerombolan Pa Gelung. Pa Gelung berhasil
mengejarnya. Ki Bubar mencoba ditangkap dan dibawa ke markas para
melarikan diri dengan cara menghilang. Ia pejuang (gedung Ho Ceng Po). Pimpinan
memiliki keyakinan terhadap hal-hal yang gerombolan tersebut diarak keliling kota,
bersifat spiritual. Namun, tindakan tersebut dan akhirnya tewas dengan cara
tidak berhasil. Ia terus berlari menuju Kali mengenaskan di depan Stasiun Kereta Api
Citarum. Tentara dan rakyat Karawang (Idris, 2001: 6).
menghabisinya ketika muncul. Gerakan Ki Kelompok jago Pa Belah berkuasa
Bubar dan anak buahnya berhasil ditumpas di kawasan Cikampek. Ia sering
(Cribb, 2010: 123; Nasution, 1973: 528: menyamun kendaraan yang melintasi
Suganda, 2009: 98). Di sekitar Cikampek wilayah kekuasaannya. Ia mencegat Abdul
dan Rengasdengklok ada seorang jago Kadir, anggota Panitia Persiapan
bernama Lempoeg Bapa Emah. Lempoeg Kemerdekaan Indonesia, saat melintasi
merupakan narapidana yang lari dari wilayah Karawang. Abdul Kadir
penjara Cirebon pada pertengahan Juni diprovokasi sebagai NICA yang menjadi
1946. tangan kanan van Mook (Nasution, 1973:
Ia tertangkap dalam aksi 528). Ia memanfaatkan ketakutan rakyat
penangkapan di Kampung Plawad, Desa dengan berganti-ganti istri di daerahnya.
Selang, Kecamatan Telagasari, Cikampek, Tentara terpaksa melakukan aksi
pada 28 September 1946. Ketika itu, polisi penumpasan. Tentara mencoba
meminta informasi dari penduduk sekitar menangkapnya, ketika Pa Belah sedang
tentang tempat persembunyian Lempoeg. melangsungkan perkawinan. Ia ditembak
Karena ketakutan, penduduk bukan saja mati di bawah tempat tidur, tempatnya
tidak mengetahui lokasi persembunyian menyembunyikan diri (Nasution, 1973:
Lempoeg, bahkan tidak mengenalnya. 528).
Namun polisi berhasil mengepungnya, Di penghujung September 1945,
Lempoeg melawan dan mencoba beberapa orang yang mengaku “utusan
menghunuskan golok ke arah polisi yang republik” dari Kota Jakarta. Mereka
berusaha meringkusnya. Aparat keamanan membawa “instruksi” yang harus
menembaknya hingga tewas (Fauzi, 2010: diindahkan rakyat Purwakarta
71). (Hardjasaputra, 2008: 133).
Gerombolan Pa Gelung juga sering Tidak lama setelah itu masuk satu
melakukan kekacauan. Markas Pa Gelung pasukan dari Jakarta yang menyebut
berada di Desa Kuta Gandok dirinya “Barisan Berani Mati” datang ke
Rengasdengklok. Jumlahnya ratusan Purwakarta. Mereka terdiri atas orang-
orang. Kelompok Pa Gelung merupakan orang bekas narapidana di Cipinang.
kelompok sekte keagamaan bercampur Mereka melakukan agitasi di Purwakarta,
mistik. Anggotanya gemar memakai jimat. berusaha memengaruhi rakyat mengusir
Bahkan, ada laporan dari TKR, mereka pasukan Sekutu yang datang 29 September
tidak perlu beribadah haji ke Ka‟bah, 1945 (Hardjasaputra, 2008: 133).
“Revolusi dalam Revolusi”: Tentara, Laskar..... (Iim Imadudin) 47

Upaya memprovokasi rakyat terus melainkan ditunjuk KNID. Pernyataan


dilakukan. Salah satunya, mobilisasi massa Simanjuntak menimbulkan kerusuhan. Ia
di gedung bioskop. Pemimpin barisan ditangkap dan pasukan pengawalnya
tersebut berpidato dengan berapi-api dilucuti. Kerusuhan tersebut berdampak
memanaskan suasana. Seraya pada penggantian Ketua KNID
mengacungkan pistol, ia mengeritik sikap (Hardjasaputra, 2008: 134).
para pemimpin Indonesia yang Situasi masih tetap kacau. Setelah
dianggapnya lemah. Sikap dan tindakan berdirinya Komandemen TKR dan laskar-
“Barisan Berani Mati” itu tidak memeroleh laskar rakyat di Purwakarta, keadaan
dukungan rakayat (Hardjasaputra, 2008: menjadi kondusif. Satu per satu aksi
133). kelompok pengacau ditumpas, antara lain
Komandan Barisan Pelopor kelompok Pak Bubar, gerombolan Pak
Purwakarta, Ishak Iskandar, menentang Belah, kelompok jawara Sukamandi
aksi-aksi “Barisan Berani Mati”. Keadaan pimpinan Pak Bontan, dan para pengacau
makin memanas. Serombongan pemuda di daerah Gunung Putri sampai Padalarang.
dari Jakarta menuntut mati pemimpin
4. Analisis
“Barisan Berani Mati”. Bupati dan kepala
polisi, bereaksi dengan menangkap
pemimpin “Barisan Berani Mati”. Namun,
kemudian dilepaskan dengan syarat harus
ke luar dari daerah Purwakarta. Kelompok
ini tidak boleh menghasut rakyat
(Hardjasaputra, 2008: 133).
Setelah lenyapnya “Barisan Berani
Mati”, muncul gerakan lain. Pegawai
kehakiman bernama Simanjuntak
bergabung dengan Barisan Pelopor
Aksi-aksi para laskar dan jago
Karawang. Bersama teman-temannya, ia
dapat dilihat dalam tiga perspektif.
melakukan tindakan di luar kontrol KNID
Pertama, negara belum sepenuhnya
setempat dengan membentuk “kantor
menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan
keresidenan” di Karawang (Hardjasaputra,
secara baik. Pascarevolusi, pemerintah
2008: 134).
tidak menjamin kehidupan di masyarakat
Simanjuntak mendeklarasikan
berjalan normal dan damai. Janji-janji
dirinya sebagai “residen”. Ia membentuk
revolusi dan harapan kesejahteraan tak
pasukan, terdiri atas para jawara. Mereka
kunjung tiba. Di bidang ekonomi tidak ada
mengangkat Pak Bubar menjadi “bupati”
perubahan yang memadai. Makanan dan
yang berkedudukan di kantor Kewedanan
pakaian menjadi kebutuhan yang sulit
Karawang yang telah kosong sejak awal
terpenuhi. Realitas politik dan ekonomi
kemerdekaan. Untuk menguatkan
yang berlangsung saat itu meredupkan
eksistensinya, mereka menciptakan teror di
harapan, padahal kemerdekaan sudah
kalangan rakyat.
diproklamasikan.
Simajuntak berkirim utusan ke
Rakyat belum siap menyambut
Purwakarta untuk menyelenggarakan rapat
kehidupan damai atau normal
dengan rakyat. Pada rapat pertama,
pascarevolusi. Eks pejuang atau laskar
dijelaskan oleh Simanjuntak mengenai
masih membayangkan hidup seperti di
pengangkatannya “residen” oleh presiden
masa perjuangan dulu. Kedaruratan
(Hardjasaputra, 2008: 134).
tampak dalam hal respons mereka terhadap
Tentu saja pernyataan Simanjuntak
situasi baru ini. Senjata api sisa-sisa
tidak dipercayai oleh rakyat. Pada waktu
perjuangan masih ada dalam genggaman
itu residen tidak diangkat oleh presiden,
mereka (Fauzi, 2010: 61). Kebanyakan
48 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 35 - 50

anggota laskar rakyat berasal dari efisien dengan komando yang ketat.
golongan tidak terpelajar. Mereka tidak Didirikannya laskar-laskar bersenjata
terbiasa dengan kedisplinan tinggi, apalagi justru menjadi hambatan alam perjuangan.
saat membawa senjata. Masuknya laskar Laskar bersenjata bertempur mengikuti
dalam distribusi sandang dan pangan di garis induknya, tanpa komando sentral di
Karawang dipengaruhi oleh kebutuhan tangan tentara.
ekonomi. Anggota laskar secara sepihak Ketidakpercayaan demikian yang
mengambil alih peran dan wewenang membuat Ki Bubar dan Pak Belah
aparat keamanan. menyerang tentara dan pejabat pribumi
Dalam kaitan ini, sebagaimana yang dianggapnya sebagai antek kolonial.
dikatakan Taufik Abdullah dalam (Majid Pimpinan Barisan Berani Mati dan
dan Darmiati, 1999: xiii), para laskar perlu Simanjuntak yang menetapkan dirinya
melakukan reinterpretasi kreatif dan sebagai penguasa baru menunjukkan
konstruktif di dalam suasana revolusi yang ketidakpercayaan terhadap pejabat lokal
hidup dalam dirinya ke dalam kehidupan yang dianggapnya tidak memiliki
sehari-hari yang terus berubah. legitimasi.
Kedua, secara ideologis, para Dalam kasus LRJR terdapat
pemimpin laskar umumnya menganut gambaran yang jelas bagaimana
aliran politik kiri dan radikal. Mereka bersekutunya para jago dengan tokoh
sering melakukan oposisi terhadap laskar yang berasal dari kaum nasionalis
pemerintah. Laskar terbesar di front timur kiri. Relasi yang terjadi di antara mereka
Jakarta memiliki garis politik bersifat simbiosis mutualistis. Para jago
berseberangan dengan pemerintah Perdana berharap di masa depan dengan
Menteri Sjahrir. Laskar Rakyat Jakarta keterlibatan kaum nasionalis kiri akan
Raya (LRJR) dengan tegas menolak memberi legitimasi bagi keberadaan
Perjanjian Linggajati. Keterdesakan mereka. Sementara itu, bagi kaum
mereka dari Jakarta sehingga memasuki nasionalis kiri, para jago mampu memberi
Karawang sedikit-banyaknya dipengaruhi perlawanan fisik yang dapat diandalkan.
oleh adanya tekanan yang kuat di Jakarta. Aksi-aksi sepihak para laskar rakyat
Kecenderungan ini menunjukkan bahwa dan jago tidak saja meresahkan
katup-katup konflik menyumbat di Jakarta masyarakat, tetapi juga menciptakan
sehingga merembes ke wilayah pinggiran. instabilitas. Tentara dalam situasi sulit,
Ketiga, konflik yang terjadi antara karena di saat yang sama mereka
tentara dan laskar banyak dipengaruhi oleh menghadapi kekuasaan asing yang hendak
cara pandangnya. Para nasionalis kiri yang berkuasa kembali. Kontrol yang cenderung
menjadi pimpinan laskar menunjukkan lemah terhadap daerah-daerah yang
ketidakpercayaannya pada tentara nasional. bergolak memudahkan laskar rakyat dan
Pimpinan tentara yang berasal dari eks jago melakukan kekerasan.
KNIL dan PETA dianggap sebagai warisan
D. PENUTUP
penjajah yang berjiwa fasis. Fasisme
Di wilayah Karawang, tentara tidak
dipandang lebih berbahasa dari
saja berhadapan dengan kekuatan asing
kolonialisme. Pimpinan tentara seperti
yang mencoba berkuasa kembali, tetapi
Nasution dianggap tidak ubahnya “agen
juga tantangan internal. Tantangan yang
NICA” yang ingin melumpuhkan
dimaksud aktivitas para jago dan pihak
pertahanan rakyat (Gie, 1999: 93).
laskar yang bergerak liar.
Sementara itu, pimpinan tentara
Kemunculan gerakan-gerakan
memandang pentingnya tentara memiliki
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.
wawasan politik yang luas dan tidak hanya
Pertama, aksi-aksi anarkis merupakan
menjadi alat yang mati dari pemerintah.
respons terhadap situasi pada permulaan
Pertahanan negara harus disusun secara
revolusi kemerdekaan. Keyakinan yang
“Revolusi dalam Revolusi”: Tentara, Laskar..... (Iim Imadudin) 49

kuat pada masa perjuangan kemerdekaan Makalah disampaikan pada acara Temu
dihadapkan dengan suasana ketidakpastian Tokoh dan Seminar Sejarah “Refleksi
dan eforia yang terus memuncak. Pada Nilai-nilai Juang „45” di Karawang.
gilirannya menimbulkan konflik. Cita Simandjuntak, Peninna.
revolusi yang tidak kunjung terealisasikan “Gerakan Sosial sebagai Peristiwa
dan kegagalan pemerintah mengontrol Sejarah”, dalam Historisme, Edisi No.
keadaan menimbulkan anarkisme di tengah 21 Agustus 2005, hlm. 46-55.
upaya mempertahankan kemerdekaan yang Yulifar, Leli.
belum lama diproklamasikan. “Purwakarta: Dari Ibukota Kabupaten
Kedua, pimpinan laskar yang Karawang Menjadi Kabupaten
berhaluan kiri cenderung mengambil peran Mandiri”, dalam Jurnal Pendidikan
sebagai oposisi pemerintah. Dengan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 9 (2)
kondisi demikian, mereka juga tidak November 2016, hlm. 213-220.
sejalan dengan kebijakan pimpinan tentara.
Ketiga, ada stigma yang melekat 2. Buku
kuat dalam pemikiran masing-masing. Cribb, Robert. 2010.
Pimpinan laskar memperlihatkan Para Jago dan Kaum Revolusioner
ketidakpercayaannya terhadap pimpinan Jakarta 1945-1949. Jakarta: Masup.
tentara yang dianggapnya fasis. Sementara, ________. 1986.
pimpinan tentara beranggapan, keberadaan Revolusi dan Transformasi Masyarakat.
laskar dan jago menjadi hambatan dalam Terj. Candra Johan. Jakarta: Rajawali.
perjuangan.
Ekadjati, Edi, Sobana Hardjasaputra, Ian
Kombinasi ketiga faktor menjadi Tiansah, Emon S. 1980/1981.
penyebab mengapa keadaan di wilayah Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah
Karawang menjadi demikian dinamis. Jawa Barat. Jakarta: Ditjarahnitra
Wilayah yang menjadi “pangkal Depdikbud.
perjuangan” menyimpan revolusi sosial
Garraghan, Gilbert J. 1957.
yang hebat, terutama pada tahun-tahun A Guide To Historical Method. New
pertama setelah kemerdekaan. York: Fordham University Press.

DAFTAR SUMBER Gie, Soe Hok. 1999.


1. Jurnal, Tesis, dan Makalah Orang-orang di Persimpangan Kiri
Jalan. Yogyakarta: Bentang.
Adisusilo, Sutarjo J.R.
“Revolusi Bolsheviks”, dalam Historia Gottschalk, Louis. 1985.
Vitae Seri Pengetahuan dan Pengajaran Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas
Sejarah, Vol. 28, No. 1, April 201, hlm. Indonesia Press.
1-25.
Hardjasaputra, A. Sobana. 2008.
Fauzi, Muhammad. 2010. Sejarah Purwakarta. Purwakarta:
Jagoan Jakarta dan Penguasaan di Pemerintah Kabupaten Purwakarta
Perkotaan, 1950-1966. Tesis. Depok: Badan Pariwisata.
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Program Studi Ilmu Sejarah. Hobsbawm, E.J., “Bandit Sosial”, dalam
Sartono Kartodirdjo, (1990),
Hardjasaputra, Sobana. Kepemimpinan dalam Dimensi Sosial,
“Metode Penulisan Sejarah”, Makalah Jakarta : LP3ES, hlm: 74-94.
Seminar “Penanaman Nilai-Nilai
Kesejarahan di Jawa Barat” tanggal 26- Ibrahim, Julianto. 2002.
27 Maret 2013 di Hotel Savoy Homann, Bandit dan Pejuang di Persimpangan
Bandung. Bengawan: Kriminalisasi dan
Kekerasan Masa Revolusi di Surakarta
Idris, HM. 2001. 1945-1950. Yogyakarta: Bina Citra
“Peristiwa Karawang Kota dan Pustaka.
Sekitarnya pada Masa Revolusi”,
50 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 35 - 50

Kahin, Audrey. 1979. Pranoto, Suhartono W. 2010.


Perjuangan Kemerdekaan: Sumatera JAWA (Bandit-bandit Pedesaan); Studi
Barat dalam Revolusi Nasional Historis 1805-1942. Yogyakarta: Graha
Indonesia. Terj. Tim MSI Sumbar. Ilmu.
Padang: MSI Sumbar-ex Tentara Pelajar
Renier, G. J. 1997.
Sumatera Tengah.
Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah.
Kosim, E. 1984. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Metode Sejarah: Asas dan Proses.
Sudaryat, Y. 2009.
Bandung: Universitas Padjadjaran
Toponimi Jawa Barat (Berdasarkan
Fakultas Sastra.
Cerita Rakyat). Bandung: Disbudpar
Kosoh S., Suwarno K, Syafei. 1994. Provinsi Jawa Barat.
Sejarah Jawa Barat. Jakarta:
Suganda, Her. 2009.
Depdikbud.
Rengasdengklok, Revolusi dan
Kuntowijoyo, 2013. Peristiwa 16 Agustus 1945. Jakarta:
Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Kompas.
Tiara Wacana.
Sukarman HD, U. Warliyah, Ii Wahyudin.
Lasmiyati, Adeng, Iim Imadudin, M. Halwi 2006.
Dahlan, Euis Thresnawaty. 2012. Sejarah Perjuangan Suroto Kunto
Tokoh-tokoh Perjuangan Rakyat Jawa bersama Rakyat Karawang. Karawang:
Barat. Bandung: Balai Pengelolaan Dinas Penerangan Pariwisata dan
Kepurbakalaan, Sejarah dan Nilai Budaya Kabupaten Karawang.
Tradisional.
Warliyah, Uwar, Ii Wahyudin, Udju Sudjono,
Lubis, Nina Herlina et al. 2011. Sudirman, Fadly. 2003.
Sejarah Kabupaten Karawang. Sejarah Perjuangan Masyarakat
Karawang: Disbudpar Kabupaten Karawang dan Sekitarnya 1945-1950.
Karawang. Karawang: Dinas Pendidikan Kabupaten
Lubis, Herlina. 2015. Karawang.
Metode Sejarah. Jawa Barat: Yayasan 3. Internet
Sejarawan Masyarakat Indonesia. “Konflik Pelik Tentara Republik vs laskar-di
Lucas, Anton E. 1989. Pinggir Jakarta”, dalam https://
Peristiwa Tiga Daerah. Jakarta: Pustaka news.okezone.com/read/2017/03/03/338
Utama Grafiti. /1633102/news-story, diakses 5 Januari
2018 Pukul 10: 23 WIB.
Majid, Dien dan Darmiati. 1999.
Jakarta-Karawang-Bekasi Dalam “Laskar-rakyat-dalam-sejarah-perang-
Gejolak Revolusi: Perjuangan nasional”, dalam https://cenya95.
Moeffreni Moe‟min. Jakarta: Keluarga wordpress.com/2009/07/07/ , diakses 3
Moefreni Moe‟min. Januari 2018 Pukul 15: 08 WIB.

Matanasi, Petrik. 2012. “Mayor Surotokunto”, diakses dari


Prajurit-prajurit di Kiri Jalan. http://sundakarawang.blogspot.com/200
Yogyakarta: Trompet Book. 9/10/ mayor-surotokunto.html, diakses
11 Desember 2017, pukul 9.41WIB.
Nasution, A.H. 1968. Tentara Nasional
Indonesia II. Jakarta: seruling Masa. “Sejarah Singkat Kota Karawang”, dalam
http://www.potretkarawang.com,
________. 1973. diakses 11 Januari 2018 Pukul 10: 01
Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia WIB.
2: Diplomasi atau Bertempur. Bandung:
Disjarah AD-Angkasa.
Perang Bubat..... (Yeni Mulyani) 51

PERANG BUBAT, REPRESENTASI SEJARAH


ABAD KE-14 DAN RESEPSI SASTRANYA
BUBAT WAR, THE 14TH CENTURY’S REPRESENTATION
OF HISTORICAL AND LITERATURE RECEPTION

Yeni Mulyani Supriatin


Balai Bahasa Jawa Barat, Jln. Sumbawa Nomor 11, Bandung
e-mail: yeni.mulyani@yahoo.com

Naskah Diterima:15 Januari 2018 Naskah Direvisi:18 Februari 2018 Naskah Disetujui:3 Maret 2018

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengungkap peristiwa Perang Bubat yang terjadi pada abad ke-14
atau tahun 1357 M dan resepsi sastranya. Masalah yang dibahas adalah bagaimana latar
belakang terjadinya Perang Bubat, reaksi, dan tanggapannya. Teori yang digunakan adalah
resepsi sastra. Metode untuk pengumpulan data adalah kualitatif dengan menerapkan prinsip
resepsi sastra. Hasil penelitian menggambarkan bahwa terjadinya Perang Bubat disebabkan Raja
Sunda tidak tunduk pada kehendak Gajah Mada dan Gajah Mada ingin menyatukan Nusantara.
Resepsi sastra terhadap Perang Bubat dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu resepsi dari aspek
kesejarahannya, resepsi pengaruhnya terhadap penciptaan karya baru, dan resepsi terhadap
struktur sastra. Simpulan penelitian ini adalah peristiwa Bubat diresepsi setelah dua abad berlalu,
yaitu pada abad ke-16 dan peristiwa tersebut diresepsi ulang pada abad ke-20-an. Hasil resepsi
sastra dari abad ke-18 sampai dengan abad ke-20 cukup beragam. Keberagaman resepsi itu
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan horizon harapan pembaca.
Kata kunci: Perang Bubat; resepsi sastra; dan horizon harapan.

Abstract
This study aims to reveal the events of the Bubat War that occurred in the 14th century or
the year 1357 AD and literary receptions that emerged after the incident occurred. The issue
discussed is how the background of the Bubat War and the reactions and responses to the event
through literary receptions. The theory used in analyzing data is literary receptions. The method
used for data collection is qualitative by applying the principle of literary receptions. The results
of this study illustrate that the background of the Bubat War have two versions and both
controversial, the first version because the King of Sunda entourage do not obey to the will of
Gajah Mada, on the other hand, the second version is that Gajah Mada tactics in unifying the
archipelago while the Kingdom of Sunda is a state that has not been submitted. Literary receptions
to the War of Bubat can be grouped into three, they are the reception of its historical aspect, the
reception of its influence on the creation of new works, and the reception of the literary structure.
The conclusion of this research is Bubat event was perceived after two centuries passed, in the
16th century and the event was redrawn in the 20th century. Results of literary receptions in the
18th century until the 20th century quite diverse. The diversity of the receptions shows the
difference in the horizon of readers' expectations.
Keywords: Bubat War; literary receptions; and the expectation horizon.

A. PENDAHULUAN pada abad ke-14. Perang Bubat berawal


Hingga abad ke-14, Kerajaan Sunda dari keinginan Prabu Hayam Wuruk
masuk kategori kerajaan besar dan tidak memperistri Dyah Pitaloka Citraresmi,
terkalahkan. Sampai akhirnya pecah Putri Prabu Linggabuana. Selain terpesona
Perang Bubat pada tahun 1357 M atau pada wajah putri yang cantik, Prabu
52 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 51 - 66

Hayam Wuruk ingin mengikat persekutuan Mada, tetapi ada juga yang berpendapat
dengan Negeri Sunda. Setelah melamar bahwa dalam peristiwa tersebut Gajah
Dyah Pitaloka, Prabu Hayam Wuruk Mada hanyalah korban.
memutuskan bahwa upacara pernikahan Yang menjadi masalah dalam
akan berlangsung di Majapahit. penelitian ini adalah bagaimana terjadinya
Meskipun mendapat tantangan dari peristiwa Perang Bubat dan bagaimana
dewan kerajaan, Prabu Linggabuana, Dyah resepsi sastranya. Tujuan penelitian adalah
Pitaloka, dan rombongan pergi ke menunjukkan latar belakang terjadinya
Majapahit. Rombongan itu diterima dan Perang Bubat dan untuk mengungkapkan
ditempatkan di Pesanggrahan Bubat. peristiwa Perang Bubat atas resepsi
Mahapatih Gajah Mada yang ingin sastranya.
mewujudkan Sumpah Palapa, menyatukan Penelitian terhadap pembaca, baik
Nusantara memanfaatkan situasi yang pembaca sejarah (dalam hal ini Perang
tengah terjadi. Kedatangan rombongan itu, Bubat) maupun pembaca karya sastra
dipandang sebagai tanda takluk Kerajaan masih terbatas. Hal ini, antara lain karena
Sunda dan Dyah Pitaloka dipandang peneliti terfokus pada teks yang terdapat
sebagai upeti. Prabu Linggabuana menolak dalam karya sastra. Padahal, peranan
tawaran Gajah Mada. Sebagai ksatria pembaca yang tidak mengetahui proses
Sunda, ia lebih baik mati memertahankan kreatif pengarang memegang peran
kehormatan daripada takluk pada penting.
superioritas Majapahit. Pembaca sebagai peresepsi atau
Perang pun terjadi. Perang yang penerima, yang menerima sebuah karya
tidak seimbang antara prajurit Gajah Mada dapat menikmati, menilai, dan
dan rombongan Raja Sunda memanfaatkan pesan yang terkadung di
mengakibatkan gugurnya Prabu dalam karya itu. Bahkan, dalam resepsi
Linggabuana dan rombongannya. sastra, penulis atau pengarang yang
Peristiwa Perang Bubat pada abad mengetahui seluk-beluk karyanya tidak
ke-14 tersebut mendapat sambutan dan dipandang keberadaannya.
tanggapan masyarakat Sunda dan Penelitian ―Perang Bubat pada Abad
masyarakat Jawa berupa tulisan-tulisan, ke-14 dan Resepsi Sastranya‖ secara
baik berupa kritik, artikel, dan karya sastra. kepustakaan belum ada yang meneliti.
Tulisan-tulisan yang berkaitan dengan Yang ada adalah penelitian tentang novel-
Perang Bubat tersebut dapat dipandang novel Indonesia yang bertema Perang
sebagai respon masyarakat (pembaca) yang Bubat, kritik tentang Perang Bubat yang
dalam istilah sastra disebut dengan resepsi dipublikasikan dalam surat kabar, resensi
sastra. Sambutan dan tanggapan terhadap tentang Perang Bubat dalam surat kabar.
Perang Bubat yang disebut resepsi sastra Hidayat (2015) meneliti ―Pandangan
itu wujudnya, antara lain lahirnya Dunia Orang Sunda dalam Tiga Novel
penciptaan karya satra atas peristiwa Indonesia tentang Perang Bubat‖.
Perang Bubat, kritik sastra, resensi, dan Kemudian, Asmalasari (2010) meneliti
penelitian yang terbit dalam bentuk artikel ―Peristiwa Perang Bubat dalan Novel
jurnal. Perang Bubat Karya Yoseph Iskandar dan
Peristiwa Bubat pada abad ke-14 Novel Gajah Mada, Perang Bubat Karya
dan resepsi sastranya yang muncul Langit Kresna Hariadi (Kajian Sastra
beberapa abad kemudian menarik Bandingan)‖.
dibicarakan karena menggambarkan Sementara itu, tulisan tentang
konfigurasi pendapat, tanggapan, kritik Perang Bubat yang lain didominasi oleh
dan pandangan. Di antara tanggapan resensi, artikel dalam surat kabar, dan
tersebut ada yang berpandangan bahwa artikel dalam majalah. Sumarjo (2013)
perang itu terjadi karena ambisi Gajah menulis artikel tentang ―Sekitar Perang
Perang Bubat..... (Yeni Mulyani) 53

Bubat‖ dan Imran (2009) menulis artikel lewat sistem konvensi sastra yang
tentang ―Perang Bubat yang Lain‖. dimanfaatkan dalam karyanya.
Penelitian dan artikel dalam surat kabar Sastriyani (2001: 253)
serta majalah tersebut meneliti serta mendeskripsikan bahwa teks memiliki
memberi ulasan atau kritik tentang ―tempat-tempat terbuka‖ atau yang dikenal
peristiwa Perang Bubat yang terdapat dengan istilah openness atau blank. Proses
dalam novel karya Yoseph Iskandar atau pembacaan adalah mengisi tempat-tempat
tentang Perang Bubat karya Langit Kresna terbuka tersebut. Ternpat terbuka tejadi
Hariadi. karena sifat karya sastra yang asirnetris
Sementara itu, penelitian ini sehingga apabila pernbaca berhasil
mengkaji Perang Bubat dari sisi resepsi rnenjembatani kesenjangan tersebut
sastranya, yaitu melakukan penelitian komunikasi antara teks karya sastra dan
terhadap karya-karya yang berupa pernbaca dapat dilakukan (Iser, 1980: 12).
penelitian, kritik, artikel, karya sastra, Dalam kenyataan sejarah, tarnpak
resensi yang berkaitan dengan Perang bahwa teks cenderung berubah dan tidak
Bubat. Para penulisnya, dipandang sebagai stabil wujudnya sepanjang masa (Teeuw,
peresepsi atau penerima Perang Bubat. 1984: 250). Teks terbuka untuk mengalami
Penelitian resepsi sastra terhadap perubahan. Perubahan yang diadakan
Perang Bubat dipandang penting dalam sebuah teks dapat dibedakan,
sebagaimana diungkapkan oleh Wati perubahan rnungkin tejadi dalam ha1
(2013:3) bahwa penelitian resepsi sastra itu transliterasi dan penggarapan kembali
baru bermakna apabila suatu teks sebuah teks. Adakalanya teks diubah atas
mempunyai hubungan dengan pembaca. anjuran penerbit atau penyunting dengan
Suatu teks membutuhkan adanya kesan alasan politik atau moralitas.
yang tidak mungkin ada jika tidak ada Sastriyani (2010) mengutip pendapat
pembacanya. Chamamah bahwa penelitian resepsi dapat
Jadi, jika suatu teks tidak ada dilakukan dengan mempertimbangkan
pembacanya, teks tersebut tidak bermakna. kedudukan peneliti yang berupa penelitian
Abdullah (1991: 73) mengatakan eksperimental, penelitian melalui kritik
bahwa resepsi sastra adalah aliran yang sastra, keberadaan struktur teks, dan proses
meneliti teks sastra dengan bertitik tolak penyalinan. Penelitian eksperimental
pada pembaca yang memberi reaksi atau menerapkan objek estetik yang bermacam-
tanggapan terhadap teks. Pembaca selaku macam, menetapkan perbedaan dan
pemberi makna adalah variabel menurut persamaan antara objek estetik, dan
ruang, waktu, dan sosial-budaya. Hal itu menetapkan relasi antarobjek estetik yang
berarti bahwa karya sastra tidak sama ditemukan dari artefak.
pembacaan, pemahaman, dan penilaiannya Penelitian yang didasarkan pada
sepanjang masa atau dalam seluruh kritik yang ada tidak mengacu pada karya
golongan tertentu. individual, tetapi tanggapan yang mewakili
Menurut teori ini sambutan norma yang terikat pada masa tertentu dan
terhadap karya sastra diarahkan oleh waktu tertentu. Dalam penelitian ini, dapat
―horizon harapan‖. Horizon harapan ini diungkap apabila ada pertentangan dan
merupakan interaksi antara karya sastra ketegangan antara suatu pemakaian di luar
dan pembaca secara aktif, sistem atau konvensi dan suatu konvensi yang telah
horizon harapan karya sastra di satu pihak mapan dalam suatu masyarakat dengan
dan sistem interpretasi dalam masyarakat inovasi yang dilakukan oleh pengarang.
penikmat di lain pihak. Horizon harapan Penelitian resepsi dilihat dari fisik teks
karya sastra yang memungkinkan pembaca dapat berupa intekstual, penyalinan,
memberi makna terhadap karya tersebut penyaduran, dan penerjemahan
sebenarnya telah diarahkan oleh penyair (Charnamah, 2001: 162-163).
54 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 51 - 66

Pradipta (2009: 13) menyitir Konkretisasi yang tidak didasarkan pada


pendapat Luxemburg (1989: 62) dan struktur teks dan struktur sistem nilai tidak
Nyoman Kutha Ratna (2007: 167) bahwa relevan.
resepsi atau penerimaan dibedakan dengan Penerapan metode penelitian resepsi
penafsiran. Resensi novel di surat kabar sastra bertolak dari uraian di atas dapat
termasuk penerimaan, sedangkan dirumuskan ke dalam tiga pendekatan,
pembicaraan novel tersebut di majalah yakni (1) pendekatan resepsi sastra secara
ilmiah termasuk penafsiran. Penerimaan eksperimental, (2) penelitian resepsi sastra
pembaca akan menjadi sumber energi lewat kritik sastra, dan (3) penelitian
kreativitas. Dari konkretisasi yang resepsi intertekstualitas.
dilakukan pembaca terhadap suatu karya Dalam penelitian ini digunakan cara
sastra, akan lahir teks-teks baru yang bisa yang kedua, yaitu penelitian resepsi satra
mencerminkan horizon harapan pembaca. lewat kritik sastra. Langkah penelitian ini
Dalam penelitian ini akan dibahas dilakukan dengan dua cara. Pertama,
resepsi melalui kritik sastra, resepsi satra secara sinkronik dan kedua, secara
dalam bentuk penelitian, dan resepsi sastra diakronik. Secara sinkronik maksudnya
melalui resensi. meneliti resepsi sastra dalam satu masa
atau satu periode sehingga akan
B. METODE PENELITIAN menggambarkan horizon harapan pada
Penelitian yang dilakukan terhadap masa itu. Lalu, secara diakronik dapat
Perang Bubat pada Abad ke-14 dan meneliti resepsi sastra terhadap suatu karya
Resepsi Sastranya menerapkan metode sepanjang perjalanan sejarahnya.
resepsi sastra. Di dalam metode ini, peran Penelitian ini menerapkan resespsi
pembaca sangat menonjol, tetapi tetap sastra secara diakronik atau sepanjang
dalam koridor pengarang dan karya sastra. masa. Peristiwa Perang Bubat terjadi pada
Abdullah (1991: 75) mengutip pendapat abad ke-14. Resepsi sastra tentang perang
Jauss (1992: 12-14) bahwa pembaca Bubat muncul pada abad ke-16 dan pada
berperan aktif bahkan pembuat sejarah. abad-abad berikutnya. Resepsi sastra
Sejarah sastra adalah proses resepsi estetik terhadap Perang Bubat pada abad ke-16
dan produksi yang bertempat dalam dan abad-abad berikutnya inilah yang
realisasi teks sastra sebagai bagian dari akan menjadi pengamatan.
resepsi sastra, refleksi kritikus, dan Pengumpulan data dilakukan dengan
pengarang dalam kesinambungan cara melacak data resepsi sastra atau
kreativitasnya. tanggapan pembaca terhadap Perang Bubat
Metode resepsi sastra mendasarkan setelah abad ke-14. Sumber tua yang
diri pada teori bahwa karya sastra sejak menceritakan adanya peristiwa Perang
terbit selalu mendapat tanggapan dari Bubat pada abad ke-16 adalah Kidung
pembacanya. Menurut Jauss, apresiasi Sunda dan Pararaton yang berbahasa Jawa
pertama pembaca terhadap karya sastra kuno dan Carita Parahiyangan yang
akan dilanjutkan dan diperkaya melalui berbahasa Sunda kuno. Akhir-akhir ini
tanggapan-tanggapan lebih lanjut dari muncul naskah Pangeran Wangsakerta
generasi ke generasi. dari Cirebon yang berbahasa Jawa yang
Tugas resepsi estetik berkenaan juga menyambut adanya peristiwa Bubat.
dengan interpretasi adalah meneliti Kidung Sunda yang menjadi data
konkretisasi pembaca terhadap sebuah teks penelitian ini berupa terjemahan Hasan
sastra. Pakar yang mengetahui Wirasutisna terbitan 1980. Kemudian,
kemungkinan konkretisasi akan mampu Carita Parahyangan yang disalin pada
memberikan interpretasi yang lebih masuk abad ke-16 atau awal abad ke-17 yang
akal, apalagi jika konkretisasi itu diberikan disusun oleh Noorduyn tahun 1962. Carita
oleh pembaca-pembaca canggih. Purwaka Caruban Nagari karya Pangeran
Perang Bubat..... (Yeni Mulyani) 55

Arya yang ditulis tahun 1720 dan sastra dari Yosep Iskandar pada abad ke-
diterbitkan tahun 1972. Buku Sejarah 20 akan menunjukkan persamaan dan
Jawa Barat karya Saleh Danasasmita, dkk. perbedaan. Persamaan dan perbedaan
diterbitkan oleh Pemda Jabar tahun 1984. tersebut karena horizon harapan pembaca
Pengumpulan data tersebut tidak sama. Di samping itu, ruang dan
menghasilkan data yang cukup beragam, waktu akan menentukan hasil peresepsian.
antara lain berupa buku, artikel jurnal, Dengan demikian, resepsi sastra
kritik sastra dan resensi dalam surat kabar terhadap Perang Bubat akan cukup
dan majalah, dan karya sastra Indonesia beragam mengingat horizon harapan
modern. masyarakat datang dari berbagai kalangan.
Data yang terkumpul diklasifikasi Berkaitan dengan sejarah,
berdasarkan jenis tanggapan. Kemudian, dipertanyakan apakah Perang Bubat itu
dianalisis substansinya. Penganalisisan pernah terjadi atau hanya rekaan?
data dilakukan terhadap tanggapan- Sumarjo (2013: 1) menerima Perang
tanggapan. Analisis resepsi sastra terhadap Bubat sebagai peristiwa sejarah karena ada
Perang Bubat itu diarahkan pada substansi tiga sumber tua yang menceritakan adanya
dan horizon harapan si peresepsi. peristiwa tersebut, yaitu Kidung Sunda,
Analisis resepsi pembaca terhadap Pararaton yang berbahasa Jawa kuno, dan
Perang Bubat akan memperlihatkan makna Parahiyangan yang berbahasa Sunda
peristiwa Perang Bubat secara lengkap. kuno. Akhir-akhir ini muncul naskah
Pangeran Wangsakarta dari Cirebon yang
C. HASIL DAN BAHASAN berbahasa Jawa. Menilik sumber tua yang
1. Perang Bubat dan Resepsi Sastranya berasal dari dua masyarakat yang terlibat
Perang Bubat mengundang berbagai dalam Perang Bubat (Sunda dan
tanggapan dan reaksi masyarakat terutama Majapahit) kemungkinan besar tidak
setelah peristiwa itu diceritakan atau saling berhubungan, dapat ditafsirkan
dicatat dalam buku yang berbahasa Sunda bahwa Perang Bubat adalah peristiwa
dan Jawa. Resepsi masyarakat terhadap sejarah.
muncul abad ke-16 sampai dengan abad Sumber tertulis tersebut berasal dari
ke- 21. Secara umum resepsi sastra dari abad ke-16, sedangkan Perang Bubat
abad ke abad nyaris menanggapi terjadi pada abad ke-14. Jadi, terdapat
kepahlawan Raja Sunda, keberanian Putri selisih dua abad antara peristiwa itu terjadi
Dyah Pitaloka, kebesaran Kerajaan dan tuturannya. Meskipun demikian,
Majapahit, dan kekuatan Patih Gajah ingatan kolektif masyarakat pada peristiwa
Mada. tersebut masih cukup kuat yang kemudian
Resepsi sastra terhadap Perang tertuang dalam tradisi sastra kedua
Bubat tersebut berupa penceritaan kembali, masyarakat.
komentar dan tanggapan tentang sejarah Ekajati dalam Hidayat (2015: 103)
Sunda, karya sastra, penilaian atau resensi, berpendapat bahwa Perang Bubat adalah
dan kritik sastra. Tanggapan terhadap peristiwa sejarah yang pernah terjadi pada
Perang Bubat tercatat pada abad ke-16, abad ke-14 yang melibatkan Kerajaan
abad ke-17, abad 19, dan muncul kembali Sunda dan Kerajaan Majapahit. Disebut
abad ke-20. peristiwa sejarah karena Perang Bubat
Resepsi sastra terhadap Perang tercatat dalam beberapa sumber tradisional
Bubat secara substansi sangat bergantung historiografi Nusantara seperti dalam kitab
pada horizon harapan pembacanya saat Pararaton, Kidung Sunda, Kidung
tanggapan itu dikemukakan, misalnya Sundayana, dan Carita Parahiyangan.
resepsi sastra dari Hasan Wirasutisna pada Sementara itu, Anugrah (2015: 3)
abad ke-16, resepsi sastra dari Pangeran menyitir pendapat Aminuddin Kasdi,
Wangsakerta abad ke-18, dan resepsi sejarawan Universitas Negeri Surabaya,
56 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 51 - 66

bahwa sebagai sumber sejarah, Kidung Yoseph Iskandar, Dyah Pitaloka: Senja di
Sunda, merupakan sumber sekunder, langit Majapahit (2005) karya Hermawan
bahkan tersier. Berbagai fakta sejarah di Aksan, Perang Bubat: Tragedi di Balik
dalamnya tidak sesuai dengan sumber- Kisah Cinta Gajah Mada dan Dyah
sumber lain yang lebih kredibel seperti Pitaloka (2009) karya Aan Merdeka
prasasti. Perlu diperhatikan pula bahwa Permana, Gajah Mada, Perang Bubat
pada abad ke-19, kurun waktu penulisan (2006) karya Langit Kresna Hariadi.
Kidung Sunda, merupakan masa Hadirnya karya sastra yang
munculnya beberapa karya sastra bertema Perang Bubat, dapat dipandang
kontroversial. sebagai bentuk resepsi sastra yang
Edi Sedyawati dalam (Anugrah, mengimplikasikan bahwa Perang Bubat
2015: 4) bahkan menyoroti peran mendapat perhatian tidak saja oleh
Pemerintah Kolonial dalam masyarakat sezaman, tetapi menembus
memperkenalkan Peristiwa Bubat kepada zaman hingga masyarakat modern.
khalayak. ―Oleh Pemerintah Belanda, Kidung Sunda ditampilkan dalam
Kidung Sunda dijadikan bahan ajar bagi bentuk puisi yang ditembangkan. Peresepsi
siswa di Algemeene Middelbare School Kidung Sunda mendeskripsikan Raja
(AMS). Mengapa tidak menggunakan Hayam Wuruk yang masih muda mengutus
karya sastra yang lebih dikenal seperti patih muda melamar putri Maharaja di
Ramayana dan Bharatayudha. Ada Galuh setelah melihat gambar putri dalam
kepentingan Belanda di dalamnya,‖ ujar lukisan karya Arya Prabangkara. Maharaja
Sedyawati, mengaitkan terbitnya teks-teks Sunda bersyukur kepada Yang Maha
Sunda yang dekat dengan peristiwa Kuasa karena mendapat anugerah, putrinya
Sumpah Pemuda. Pasundan-Bubat diambil sebagai permaisuri Raja Agung
menjadi misteri yang butuh dipecahkan. Majapahit yang menguasai tujuh raja di
Karena peristiwa itu tertanam dalam Pulau Jawa. Raja Galuh memimpin
ingatan kolektif masyarakat. rombongan pengantin perempuan menuju
Beberapa pendapat tersebut Majapahit.
mengimplikasikan adanya kontroversi Sampai di Pesisir Galuh, Raja
tentang peristiwa Perang Bubat, yaitu Galuh termenung memandang laut
antara peristiwa sejarah yang benar terjadi berwarna merah darah dan gagak
dan suatu rekayasa demi kepentingan melayang-layang di udara meneteskan
politik. darah ke laut. Raja Galuh menangkap
Terlepas dari itu, Perang Bubat gelagat buruk bakal datangnya
yang terjadi pada abad ke-14 telah malapetaka. Raja Galuh pasrah, kalaupun
meramaikan jagat sastra Sunda dan hal itu terjadi, ia menerimanya sebagai
Indonesia. takdir. Memasuki pedalaman dari
pelabuhan Ujung Galuh menyusuri sungai
2. Resepsi Sastra Berupa Pengaruh dan sampailah di Bubat menunggu
terhadap Lahirnya Karya Baru jemputan Raja Hayam Wuruk. Raja dan
Peristiwa Perang Bubat pada abad yang lain gembira Raja Sunda tiba dengan
ke-14 mendapatkan tanggapan dan selamat , tetapi Patih Gajah Mada kecut
sambutan dari masyarakat. Masyarakat karena tidak menyetujui kehendak Raja
merespon peristiwa tersebut melalui karya- beristri Putri Galuh. Ia usul kepada Raja
karya sastra. agar menunda pertemuan dengan Raja
Karya sastra daerah adalah Carita Sunda dengan pertimbangan wibawa dan
Parahyangan, Kidung Sunda, Pararaton, keagungan raja serta Kerajaan Majapahit
Carita Purwaka Caruban Nagari. akan turun di mata raja-raja Pulau Jawa
Kemudian, karya sastra Indonesia modern, dan Nusantara. Kata-kata Gajah Mada
yakni Sang Mokteng Bubat (1991) karya memengaruhi sikap Hayam Wuruk.
Perang Bubat..... (Yeni Mulyani) 57

Desas-desus tersebut terdengar Wangsakerta. Oleh karena itu naskah


oleh Raja Galuh. Ia mengutus para tersebut disebut dengan naskah
patihnya ke istana Hayam Wuruk. Di Wangsakerta. Wangsakerta dipandang
Gerbang istana, mereka melihat Gajah masih berharga untuk mengetahui tentang
Mada sedang rapat dengan petinggi negara. Perang Bubat. Wangsakerta menurut
Gajah Mada mengabaikannya meskipun ia Sumarjo (2013: 15) menambah informasi
melihat ke arah rombongan. Gajah Mada bahwa Raja Majapahit, Hayam Wuruk
menegur utusan Raja Sunda sebagai orang meminta maaf kepada Prabu Maharaja
tidak paham tata krama. Terjadilah Sunda atas peristiwa Perang Bubat.
perdebatan sengit. Gajah Mada menyindir Kemudian, dilakukan rekonsiliasi
Raja Sunda yang datang tidak membawa kedua kerajaan. Kidung Sunda, Pararaton,
persembahan. Utusan Raja Sunda tidak dan Carita Parahyangan tidak
menerima tuduhan itu. Karena Gajah Mada menyebutkan kelanjutan kisah setelah
meminta Putri Galuh sebagai terjadinya Perang Bubat. Jadi, hanya
persembahan, sedangkan Raja Sunda naskah Wangsakerta yang
menolak keinginan itu maka terjadilah menggambarkan beberapa peristiwa yang
perang. berbeda dengan karya-karya itu, seperti
Kisah yang disajikan dalam menunjuk biang kesalahan pada Patih
Kidung Sunda dapat ditafsirkan bahwa Gajah Mada. Perbedaan dan persamaan
terjadinya Perang Bubat karena tanggapan tersebut menunjukkan bahwa
pengkhianatan Gajah Mada. Horizon horizon harapan si peresepsi tidak sama.
harapan peresepsi Kidung Sunda Peresepsian yang tidak sama menambah
menjunjung nilai-nilai sebuah harga diri wawasan masyarakat yang ingin
dan martabat seorang raja dan putri raja mengetahui tentang Perang Bubat.
yang lebih baik mati berkalang tanah Tanggapan masyarakat yang
daripada selamat, tetapi tidak berkaitan dengan Perang Bubat terdapat
membanggakan rakyat dan negaranya. pula dalam Pararaton, sebuah naskah kuno
Peresepsi Kidung Sunda juga meyakini yang berasal dari Jawa Timur.
adanya suatu firasat buruk yang akan Secara garis besar horizon
menimpa rombongan jika ada yang harapan yang tertuang di dalam kitab ini
melihat tanda-tanda merah, darah, gagak tidak jauh berbeda dengan Kidung Sunda
yang dalam perjalanan sudah tampak. dan Carita Parahyangan. Hanya di bagian
Namun, hal itu tidak diterima secara akhir terdapat pernyataan bahwa…
marah, panik, dan gusar. Tanda-tanda alam ―Menikmati masa istirahat menjadi
yang diyakini sebagai kearifan lokal. Mangkubumi selama 11 tahun di
Carita Parahyangan meresepsi Majapahit‖. Implikaisnya adalah Gajah
terjadinya Perang Bubat sebagai ulah Patih Mada selama menjadi Patih yang dalam
Gajah Mada. Anugrah (2015: 2) Pararaton disebut Mangkubumi dipandang
menyatakan bahwa pada abad ke-20, Berg, berhasil menaklukkan raja-raja Jawa dan
sejarawan Belanda, menerbitkan teks dan menyatukan Nusantara dan Perang Bubat
terjemahan Kidung Sunda pada tahun 1927 merupakan usaha terakhir Gajah Mada
yang mengurai peristiwa Bubat dalam membawa Kerajaan Galuh berada di
versi yang lebih pendek. Berg menyebut bawah naungan Majapahit. Jadi, dalam
Kidung Sunda mengandung fakta sejarah. Kitab Pararaton, Gajah Mada yang
Beberapa abad kemudian, tepatnya dijuluki Mangkubumi dipandang sebagai
tahun 1972, Pangeran Arya meresensi pahlawan.
Perang Bubat dengan melakukan penulisan Seiring waktu dan perubahan
Purwaka Caruban Nagari yang bersumber zaman muncul resepsi masyarakat terhadap
pada naskah yang lebih tua, yaitu Negara Perang Bubat dalam bentuk sastra modern
Kertabumi (1677) karya Pangeran seperti novel.
58 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 51 - 66

Lahirnya novel Indonesia modern pernikahan itu untuk mempererat tali


yang bersumber pada peristiwa Perang persaudaraan antara Majapahit dan Sunda.
Bubat merupakan penerimaan atau respon Perbedaannya adalah ketika
masyarakat terhadap Perang Bubat dari rombongan Dyah Pitaloka tiba di Bubat,
generasi yang lebih kemudian atau dapat dalam novel Perang Bubat, Hayam Wuruk
dikatakan pandangan dan tanggapan tidak hadir dalam penjemputan
pembaca yang paling mutakhir. Resepsi rombongan karena dilarang oleh Gajah
sastra atas novel-novel tersebut dapat Mada, tetapi dalam novel Gajah Mada,
diketahui dalam bagian 3.1. Perang Bubat, Hayam Wuruk tidak hadir
dalam rombongan penjemputan karena
3. Resepsi Sastra Berupa Unsur Karya direkayasa oleh Lurah Arya Sentong.
Setelah data diklasifikasi terdapat Kemudian, dalam aspek
resepsi sastra terhadap novel Indonesia pengkhianatan yang menceritakan
modern yang menanggapi unsur terjadinya Perang Bubat adalah kedua
pembentuk struktur, seperti tokoh, alur, novel memiliki persamaan, yaitu terjadinya
dan latar. Perang Bubat yang menyebabkan
Peresepsian sastra yang gugurnya rombongan Sunda karena
membandingkan unsur struktur novel, pengkhianatan. Pengkhianatan itu terletak
yaitu antara novel Perang Bubat Karya pada anggapan bahwa kedatangan
Yoseph Iskandar dan novel Gajah Mada, rombongan Sunda ke Bubat dipandang
Perang Bubat karya Langit Kresna sebagai tanda takluk dan mengakui
Hariadi. Asmalasari (2010: 107)) kekuasaan Majapahit. Hal itu ditolak oleh
meresepsi dua novel tersebut dengan Raja Sunda. Perbedaannya, dalam novel
membandingkan tokoh dalam Perang Perang Bubat, Hayam Wuruk mengetahui
Bubat karya Yoseph Iskandar dengan siasat Gajah Mada yang menjadikan Dyah
tokoh dalam novel Gajah Mada, Perang Pitaloka sebagai putri persembahan.
Bubat karya Langit Kresna Hariadi. Tokoh Hayam Wuruk berada di bawah kendali
yang dibandingkan adalah Hayam Wuruk, patihnya. Gajah Madalah yang mengatur
Raja Sunda, Dyah Pitaloka, dan Gajah pemerintahan. Gajah Mada memegang hak
Mada. atas sabda pandita ratu, yang
Perbandingan tokoh dalam dua diperintahkannya harus terwujud .
novel tersebut ditanggapi dari sudut Hayam Wuruk dalam novel Gajah
pandang pengarang dengan memerhatikan Mada, Perang Bubat tidak mengetahui apa
latar belakang pengarangnya. pun tentang rencana Dyah Pitaloka
Adanya tanggapan bahwa latar dijadikan upeti. Oleh karena itu, ia tetap
belakang pengarang dan kultur etnik yang menjalankan berbagai ritual prapernikahan.
berbeda, yaitu Sunda dan Jawa akan Dalam aspek Ambisi, Gajah Mada
menghasilkan sudut pandang yang berambisi ingin menyatukan Nusantara di
berbeda. Asmalasari menyoroti persamaan bawah panji-panji Majapahit. Kedua novel
dan perbedaan sudut pandang dua tersebut sama-sama memiliki ambisi Gajah
pengarang tersebut melalui aspek rencana Mada. Saat itu, hampir seluruh wilayah
pernikahan, pengkhianatan, dan ambisi. Nusantara bersatu kecuali Sunda. Gajah
Dalam rencana pernikahan, novel Mada sangat ingin menaklukkan Sunda.
Perang Bubat dan Gajah Mada, Perang Momen Bubat dijadikan jalan untuk
Bubat memiliki persamaan, yaitu sama- mewujudkan cita-citanya.
sama menceritakan keinginan Hayam Perbedaan kedua novel tersebut
Wuruk menikahi Dyah Pitaloka karena adalah dalam novel Perang Bubat, Gajah
Raja Majapahit itu terpikat oleh Mada adalah ―dalang‖ terjadinya Perang
kecantikannya. Tujuan lain rencana Bubat. Pernikahan Hayam Wuruk dan
Dyah Pitaloka dimanfaatkan untuk
Perang Bubat..... (Yeni Mulyani) 59

menaklukkan Sunda, sedangkan dalam Pandangan dunia tentang


novel Gajah Mada, Perang Bubat, tokoh kepemimpinan dan harga diri terdapat
Gajah Mada digambarkan sebagai korban. pada novel Sang Mokteng Bubat. Tokoh
Ia diperalat oleh sebagian pendukungnya yang dijadikan acuan untuk
yang tidak menginginkan adanya mengidentifikasi pandangan dunia adalah
pernikahan itu. tokoh utama. Dalam novel itu, tokoh utama
Adanya persamaan dalam novel adalah sang Prabu. Ketika sang Prabu
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menghadapi masalah di Palagan Bubat,
kedua pengarang, yaitu Yosep Iskandar yaitu ia dihadapkan pada dua pilihan yang
dan Langit Hariadi Kresna dalam proses harus segera diputuskan: menerima atau
kreatifnya mengacu pada sumber yang menolak usulan tokoh Mahapatih Gajah
sama, yaitu peristiwa Perang Bubat, Mada agar tunduk pada Kerajaan
sedangkan terjadinya perbedaan Majapahit. Jika menerima, sang Prabu
penerimaan yang berkaitan dengan tokoh- menjadi hina karena itu mengimplikasikan
tokoh dalam novel menunjukkan bahwa tunduk kepada Raja Majapahit, jika
selain horizon harapan terhadap Perang menolak berarti harus perang melawan
Bubat yang tidak sama juga latar belakang prajurit Majapahit. Putusan yang diambil
kultur pengarang cukup memengaruhi sang Prabu adalah memertahankan harga
pencitraan tokoh. diri sebagai raja dan orang Sunda.
Hariadi sebagai orang Jawa Dipandang dari resepsi pembaca,
mencitrakan Gajah Mada sebagai Hidayat menerima Sang Mokteng Bubat
protagonis yang menjadi korban sehingga sebagai pandangan dunia orang Sunda
nama baiknya tetap terjaga, sedangkan yang berkaitan dengan jati diri orang
Yoseph Iskandar sebagai orang Sunda Sunda yang lebih suka memertahankan
memandang Gajah Mada sebagai penyebab harga diri daripada tunduk atau berada di
terjadinya peristiwa Perang Bubat. bawah kekuasaan orang lain.
Peresepsi sastra lain yang Pandangan dunia nomor 2, yaitu
menanggapi dan menyambut novel yang pandangan dunia tentang perempuan yang
bertema Perang Bubat secara stuktural teresepsikan melalui novel Dyah Pitaloka.
adalah hasil penelitian Hidayat. Hidayat Protagonis novel, Dyah Pitaloka adalah
(2015: 117) secara khusus menanggapi perempuan Sunda yang bertekad
pandangan tokoh dalam tiga novel tentang mengangkat derajat perempuan Sunda agar
Perang Bubat, yaitu dalam Sang Mokteng sejajar dengan pria. Citra perempuan
Bubat (1991) karya Yoseph Iskandar, Sunda yang dicita-citakannya tidak lagi
Dyah Pitaloka: Senja di langit Majapahit seperti Dayang Sumbi atau Purbasari,
(2005) karya Hermawan Aksan, dan tetapi seorang perempuan yang cakap,
Perang Bubat: Tragedi di Balik Kisah pintar, dan ngelmu ‗ilmu olah tubuh‘.
Cinta Gajah Mada dan Dyah Pitaloka Dyah Pitaloka berjuang
(2009) karya Aan Merdeka Permana. memertahankan kehormatan negerinya
Hasil analisis terhadap pandangan sampai titik darah penghabisan.
tokoh dalam menghadapi berbagai masalah Pendirian dan pandangan Dyah
yang dihadapinya dipandang sebagai Pitaloka dipandang sebagai pandangan
pandangan dunia orang Sunda. Pandangan dunia orang Sunda yang berkaitan dengan
dunia orang Sunda dalam tiga novel perempuan. Perempuan Sunda harus
tersebut adalah (1) pandangan dunia menjaga kehormatan negerinya sebagai
tentang kepemimpinan dan harga diri, (2) yang utama, sedangkan urusan pribadi
pandangan dunia tentang perempuan, dan harus menjadi nomor dua.
(3) pandangan dunia tentang arti cinta, Pandangan dunia nomor 3 adalah
kepasrahan, dan kebahagiaan. tentang arti cinta, kepasrahan, dan
kebahagiaan yang teresepsikan dalam
60 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 51 - 66

novel Perang Bubat: Tragedi di Balik Yang menjadi tokoh sentral adalah
Kisah Cinta Gajah Mada dan Dyah Dyah Pitaloka. Ia digambarkan sebagai
Pitaloka. putri Linggabuawana yang cantik, cerdas,
Protagonis novel, yaitu Dyah dan baik hati. Setelah menerima lamaran
Pitaloka berpandangan bahwa sebagai Raja Hayam Wuruk, Dyah Pitaloka pergi
perempuan apalagi perempuan putri raja, bersama rombongan Kerajaan Sunda
harus menerima apapun yang menimpa menyongsong masa depan ke Tanah Jawa.
pada dirinya dan harus pasrah. Sementara Masa depan yang disambutnya di
itu, Gajah Mada Muda atau Ramada luar dugaannya, Ia tidak sekadar
berkelana mencari kebahagiaan sampai ke menyerahkan diri, tetapi mengantar
Tanah Sunda. Ketika ―menjalin cinta‖ nyawanya. Putri Sunda itu tewas dengan
dengan Dyah Pitaloka, Ramada gagah berani di ujung tusuk konde. Ia
menemukan kebahagiaan. memilih mati bersama ayahanda dan
Namun, kebahagiaan itu tidak abadi. rakyatnya demi membela kehormatan
Sang Prabu, ayahanda Dyah Pitaloka, tidak negeri daripada takluk.
berkenan menerima Gajah Mada sebagai Penokohan novel ini dinilainya juga
menantu karena alasan kelas. Gajah Mada sebagai sesuatu yang berlebihan terutama
meneruskan perjalanan sampai ke saat menggambarkan Hayam Wuruk
Majapahit. Di sinilah, ia meniti karier sebagai Raja Majapahit yang gagah, tetapi
sampai mencapai patih. Patih Gajah Mada menangis meratapi kematian Dyah
menemukan kebahagiaan setelah berhasil Pitaloka, calon permaisuri yang tewas di
menyatukan Nusantara dengan sumpahnya medan laga.
yang termasyur, Sumpah Palapa. Sulwesi sebagai penerima dan
Hermawan Aksan meresepsi pembaca novel Senja di Langit Majapahit
peristiwa Perang Bubat sangat berbeda karya Hermawan Aksan juga menyoroti
dengan novel-novel lainnya. Ia aspek alur cerita yang diterimanya adanya
menggambarkan hubungan asmara antara pengembangan alur. Pengembangan alur
Dyah Pitaloka dan Gajah Mada sebelum dalam novel ini dipandang sebagai sesuatu
Gajah Mada menjadi Patih Majapahit. Jadi, yang menarik. Menurutnya,
dalam novel ini sesungguhnya Gajah Mada pengembangan alur tampak dari upaya
sudah mengenal Dyah Pitaloka ketika pengarang yang leluasa menggabungkan
Rombongan Raja Sunda mendatangi antara fakta dan imajinasi. Fakta diperoleh
Kerajaan Majapahit. Gajah Mada tidak rela dari peristiwa Perang Bubat, sedangkan
kekasihnya akan diperistri Raja Hayam fiksi sebagai imajinasi dan kreativitas
Wuruk. Hal ini antara lain yang menjadi pengarang.
latar belakang terjadinya Perang Bubat. Peresepsi sastra lain adalah Satria
Kemudian, Sulwesi (2006: 1-3) (2008:1) menyoroti tokoh Dyah Pitaloka
meresensi novel Senja di Langit Majapahit yang tidak menyerah pada keingingan
karya Hermawan Aksan. Secara khusus Gajah Mada supaya takluk pada Raja
Sulwesi meresensi tokoh Gajah Mada dan Hayam Wuruk, sebagai upeti. Namun,
Dyah Pitaloka. Ia menggambarkan Gajah Satria menyayangkan perempuan ini bunuh
Mada dengan penokohan yang memiliki diri. Menurut Satria, Dyah Pitaloka
dua sisi, yaitu sisi baik dan sisi buruk. Sisi seharusnya tidak bunuh diri. Ia harus tetap
baiknya, Gajah Mada adalah seorang patih tegar dan meneruskan perjuangan ayahnya
yang setia. Kesetiaannya kepada kerajaan yang membela negara sampai titik darah
tidak perlu diragukan. Hidupnya pun penghabisan.
dibaktikan demi kejayaan Majapahit. Sisi Di sisi lain, Satria juga meresepsi
buruknya, Gajah Mada adalah tokoh yang asal-muasal terjadinya Perang Bubat.
ambisius, licik, dan keji. Penulis artikel ini membuat semacam
sinopsis yang isinya mengungkapkan latar
Perang Bubat..... (Yeni Mulyani) 61

belakang terjadinya perang. Analisis Satia Raksa (2012) secara khusus meresepsi
diawali dengan ketertarikan Hayam Wuruk buku Kidung Sunda dengan judul ―Analisa
kepada putri Sunda Galuh yang bernama Kidung Sunda‖. Ia membahas isi Kidung
Dyah Pitaloka. Sunda dengan detail. Bahasan Raksa lebih
Namun, ketika antarkeluarga sudah tepatnya berupa kritik.
saling menyetujui, Mahapatih Gajah Mada Hal pertama yang dikritik oleh
memiliki pemikiran lain. Ia memandang Raksa (2012: 1) adalah jumlah armada dan
bahwa Sunda Galuh harus takluk kepada rombongan Raja Galuh ketika berkunjung
Kerajaan Majapahit dan Dyah Pitaloka ke Kerajaan Majapahit. Armada kapal
dianggap putri seserahan. Putri itu bukan kecil berjumlah 200 dan sejumlah kapal
calon istri yang sederajat dengan Raja berukuran besar. Hitungan matematis
Hayam Wuruk. sederhana menurut Raksa jumlah itu
Dalam kaitannya dengan mengimplikasikan bahwa satu perahu rata-
penerimaan pembaca, penulis artikel ini rata membawa 10 orang, berarti
mempertanyakan mengapa tokoh Dyah rombongan berjumlah 20.000 orang. Itu
Pitaloka sampai bunuh diri? Untuk bukan jumlah sedikit. Boleh dikatakan
menjawab pertanyaan itu agak sulit karena 20.000 orang adalah jumlah yang
tidak ada sumber sejarah yang berlebihan untuk sebuah acara pernikahan.
menerangkan secara detail apa motivasi Jumlah orang sebanyak itu cukup
Dyah Pitaloka bunuh diri. Pemahaman untuk sebuah rencana penggempuran atau
umum yang berkembang adalah karena penyerangan suatu negara atau kerajaan
semua keluarga tewas di medan laga, Dyah lain pada saat itu.
Pitaloka putus asa lalu bunuh diri. Jika rencana penyerangan terhadap
Satria juga menilai Langit Krisna kerajaan lain itu benar, yang menjadi
Hariadi termasuk pengarang kreatif yang pertanyaan adalah mengapa istri dan putri
memanfaatkan peristiwa Perang Bubat Raja Galuh ikut dalam perjalanan itu?
sebagai novel yang di dalamnya Raksa menerimanya sebagai sesuatu
mengandung kisah cinta romantik dengan yang biasa atau lumrah. Keikutsertaan istri
akhir yang tragis. Ia menampilkan kisah dan putri raja dalam perjalanan
hidup Dyah Pitaloka yang sebenarnya pertempuran hal yang wajar seperti yang
sudah terlanjur jatuh cinta kepada seorang dilakukan oleh pasukan Mongol—yang
rakyat jelata yang bernama Saniscara. melakukan perjalanan panjang ke negara
Saniscara adalah seorang pemuda lain sering membawa keluarga--. Mereka
yang pandai melukis. Ia selalu membawa keluarga sekaligus
mencurahkan rasa cintanya pada Dyah memanfaatkannya untuk persiapan upacara
Pitaloka melalui lukisan. Lukisan yang sebelum memulai perang. Keluarga juga
mengabadikan Dyah Pitaloka inillah yang dalam perjalanan panjang dapat menjadi
akhirnya sampai ke tangan Hayam Wuruk. motivator, menambah semangat tempur
Kisah cinta Dyah Pitaloka dengan bagi raja dan pasukan.
Saniscara gagal di tengah jalan. Dyah Interpretasi bahwa Raja Galuh
Pitaloka dan Saniscara tidak mungkin berangkat ke Bubat akan perang diperkuat
sampai ke pernikahan karena faktor politik oleh sebuah pernyataan dalam Kidung
dan status sosial yang berbeda. Sunda:
Hal ini memberikan ruang bagi ―Orang Sunda akan
pembaca untuk bereksplorasi tentang mempersembahkan putri raja, tetapi
apakah sesungguhnya cinta harus dihalangi tidak diperkenankan oleh
oleh norma-norma seperti politik dan bangsawan-bangsawannya. Mereka
status sosial? sanggup gugur di medan perang,
Pembaca lain yang juga menanggapi tidak akan menyerah, akan
peristiwa Perang Bubat adalah Raksa. mempertaruhkan darahnya.‖
62 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 51 - 66

Pernyataan tersebut memberikan menunjukkan superioritas perekonomian


informasi adanya pemberitahuan dari Raja dan kemampuan dana yang besar.
Sunda Galuh kepada para bangsawannya Kemudian, Raksa (2012: 4) juga
tentang penyerahan putri raja sebagai tidak menerima isi Kidung Sunda yang di
persembahan bagi Raja Majapahit dalamnya mendeskripsikan perjalanan
Para bangsawan menolak pilihan itu. Raja Sunda Galuh menuju Kerajaan
Artinya, teori rencana penyerahan sang Majapahit untuk menemui Raja Hayam
putri yang akan dinikahkan dengan Raja Wuruk.
Hayam Wuruk tidak pernah terjadi. Yang Menurut Raksa, tradisi Jawa atau
ada Raja Sunda Galuh dan pembesar istana Sunda, dan di mana pun dalam pernikahan,
sepakat menyatakan perang terhadap laki-laki pihak laki-laki yang harus datang
Majapahit. ke tempat calon istri. Ini sebaliknya. Jika
Simpulannya, Perang Bubat ini Raja Sunda Galuh dan pasukannya yang
sudah direncanakan sebelumnya. Daerah digambarkan dalam Kidung Sunda
Bubat sengaja dipilih karena lokasi ini dikatakan merasa terhina sebagai alasan
dipandang sebagai daerah strategis yang untuk berperang pada saat itu karena
sudah ditetapkan untuk menggepur dminta takluk secara miliiter oleh Gajah
Kerajaan Majapahit Mada, secara logika itu tidak mungkin.
Perumpamaan yang lain menurut Jika alasan perang seperti itu, sebenarnya
teori Raksa adalah perjalanan berlayar dari sejak awal dia sudah menghinakan diri
tanah Sunda ke tanah Jawa ujung timur dengan datang mengantar Putri Citraresmi
dipastikan menggunakan perahu yang sebagai calon istri Raja Majapahit, Hayam
memuat jumlah personil lebih dari tiga Wuruk.
puluh orang dalam satu perahu. Jika Jadi, hal ini merupakan paradoks
dijumlahkan dari rata-rata satu buah, total yang tidak dapat diterima. Jika memang di
jumlah orang mencapai 60.000 orang. daerah tertentu terdapat pihak perempuan
Jumlah yang fantastis untuk sebuah mendatangi pihak laki-laki dalam
rencana penyerangan sekaligus kaitannya dengan pernikahan, itu
membumihanguskan Kerajaan Majapahit merupakan kebenaran yang tidak dapat
yang sedang melakukan invansi ke luar diterima.
wilayah kerajaan. Kemudian, Raksa (2012: 8)
Raksa memberi dua kemungkinan mengungkapan satu nilai yang paling
tentang perahu yang digunakan rombongan menonjol dalam Kidung Sunda, yaitu nilai
Sunda Galuh. Perahu itu produksi rakyat kepahlawanan. Nilai ini tampak dari
Sunda Galuh dengan teknologi pada masa pasukan Sunda Galuh. Kepahlawanan
itu yang sangat dimungkinkan atau bisa pasukan Sunda Galuh tidak mengenal kata
jadi hasil membeli dari negara lain karena menyerah. Mereka perang seperti model
perahu yang digunakan adalah perahu perang puputan, yaitu perang sampai
besar yang mirip dengan perahu tentara habis-habisan. Mereka memiliki semangat
Mongol waktu menyerang Kerajaan perang sampai titik darah terakhir. Mereka
Kediri pada masa pemerintahan gugur sebagai pahlawan perang.
Jayakatwang. Nilai kepahlawan ini sangat
Raksa menduga perahu dibeli dari membanggakan dan mengharukan bagi
Kerajaan Sriwijaya karena kerajaan itu siapa pun yang membacanya. Di sini pun
terkenal mempunyai teknologi maritim digambarkan pihak lawan, yaitu pasukan
yang unggul. Selain itu, sesuatu yang wajar Kerajaan Majapahit merasa terharu kepada
jika kapal yang digunakan merupakan pasukan Sunda Galuh. Untuk itu, pasukan
kapal megah yang sangat luar biasa karena Kerajaan Majapahit memberi
Kerajaan Sunda Galuh hidup makmur dan penghormatan pada pasukan yang gugur.
besar wilayah kekuasaannya ingin
Perang Bubat..... (Yeni Mulyani) 63

Hal terakhir yang diresepsi oleh Ramadhan menerima adanya benang


Raksa (2012: 12) adalah perihal merah antara Bhayangkara saat ini dengan
kekalahan pasukan Sunda Galuh. Raksa Bhayangkara pada masa Kerajaan
menginterpretasi kekalahan tersebut Majapahit. Realitas polisi saat ini
disebabkan pasukan Sunda Galuh tidak mengingatkan kembali pada sepak terjang
terlatih dalam perang, sedangkan pasukan Patih Gajah Mada beserta pasukan
Kerajaan Majapahit yang sedang Bhayangkaranya yang berambisi untuk
menginvasi negara lain sering perang. menaklukkan seluruh Nusantara. Bahkan,
Bahkan dalam Kidung Sunda dinyatakan pada masa kejayaannya hampir seluruh
bahwa Gajah Mada mempunyai pasukan kerajaan di Asia Kecil berada di bawah
elit intelejen yang bernama Bayangkara. kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Pasukan yang telah terlatih dan terdidik Penaklukkan tersebut harus terhenti ketika
mendekati sempurna. terjadi tragedi pembantaian rombongan
Mahapatih Gajah Mada dan pengantin dari Kerajaan Sunda di Tanah
pasukannya bekerja keras mencari strategi Bubat oleh ambisi Gajah Mada yang tidak
perang dalam menghadapi pasukan musuh rela akan adanya pernikahan antara putri
yang jumlahnya cukup banyak. kerajaan musuhnya dengan Raja
Peresepsian Raksa terhadap Kidung Majapahit. Pada masa itu Kerajaan Sunda
Sunda dengan peresepsian pencipta Kidung merupakan kerajaan yang sulit untuk
Sunda yang diterjemahkan oleh Hasan dikalahkan.
Wirasutisna terhadap terjadinya Perang Raden Wijaya sebagai Raja
Bubat menunjukkan perbedaan yang Majapahit merasa kecewa dan dikhianati
sangat mencolok. Pencipta Kidung Sunda hingga harus memberi sanksi pada
yang meresepsi peristiwa Perang Bubat panglima dan pasukannya. Kisah Gajah
pada abad ke-16 memandang kepergian Mada dan pasukan Bhayangkara pada
rombongan Raja Sunda memenuhi masa penaklukkan Majapahit seperti
pinangan Raja Majapahit, sedangkan terulang kembali pada masa modern. Polisi
Raksa yang meresepsi peristiwa Perang kini lebih ditakuti oleh masyarakat karena
Bubat pada abad ke 22 atau tepatnya tahun cenderung melakukan tindakan di luar
2012 memandang tujuan keberangkatan wewenangnya. Demikian penerimaan
rombongan Raja Sunda Galuh yang Ramadhan dalam penafsiran ulang
disertai istri dan putrinya serta membawa terhadap peristiwa Perang Bubat.
sejumlah prajurit ke Jawa sengaja akan
berperang. Raksa sebagai peresepsi dari 4. Resepsi Sastra terhadap Unsur Luar
generasi modern yang horizon harapannya Karya
lebih luas dan hidup pada zaman Yang dimaksud resepsi sastra
modernisasi dapat menilai alat transportasi secara sosiologis adalah tanggapan
yang digunakan rombongan Raja Sunda pembaca terhadap unsur di luar struktur
sebagai produksi Sunda Galuh atau sastra seperti pengarang dan pembaca.
mungkin saja dibeli dari Kerajaan Firdaus (2006: 3) melaporkan hasil diskusi
Sriwijaya yang pada saat itu sudah dan peluncuran novel ke-4 tentang Perang
mempunyai teknologi maritim yang Bubat karya Langit Kresna Hariadi (LHK)
unggul. yang berjudul Gajah Mada: Perang Bubat
Resepsi terhadap Perang Bubat yang yang diselenggarakan oleh Universitas
menarik dan berbeda dari yang lain adalah Parahyangan dalam rangka ―Pekan
yang ditulis oleh Ramadhan (2017: 16) Sejarah‖. Dalam diskusi tersebut
menyoroti penamaan Bhayangkara untuk peresepsian lebih diarahkan kepada
Korps Kepolisian RI yang berasal dari pengarang. Diungkapkan bahwa LKH di
nama pasukan khusus yang dipimpin oleh dalam novelnya menyampaikan
Gajah Mada pada saat Perang Bubat. keberpihakan bukan kepada dua kubu yang
64 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 51 - 66

berkonflik, melainkan kepada nalar dan Permana dalam novelnya Perang Bubat
dan logika yang diproses dari fakta-fakta yang diterbitkan oleh penerbit Qanita.
sejarah, misalnya saat di lapang Bubat, Narasi lain yang dilakukan Aan
pihak mana yang menyerang lebih dulu? tidak hanya peristiwa tentang Perang
Tentunya nalar dan logika akan berpihak Bubat seperti yang termaktub dalam
pada pihak yang tersinggung yang berbagai sumber sejarah seperti Pararaton,
menyerang terlebih dahulu. Kidung Sunda atau Kidung Sundayana.
LHK juga menggambarkan Imran juga menerangkan bahwa
penokohan Gajah Mada sebagai orang ketidaklaziman ini bukannya tidak disadari
yang bijkasana, strategis, dan taktis dalam oleh Aan Merdeka Permana. Berbeda
bidang politik kemiliteran. Digambarkan dengan para pengarang lain yang menulis
pula bahwa sikap Gajah Mada itu selalu novel yang berkonteks sejarah lewat
diselaraskan dengan sumpah saktinya yang berbagai riset dan pembacaan berbagai
termasyur. referensi. Aan Merdeka Permana menulis
Perepsesian sastra yang novel Perang Bubat berdasar pada sumber
mempertimbangkan pengarang juga lisan sejumlah orang dalam perjalanannya
disampaikan oleh Imran (2009: 2) yang dari Bandung Selatan, Garut sampai ke
meresepsi novel tentang Perang Bubat Bubat di Kecamatan Trowulan, Mojokerto,
yang berjudul Perang Bubat karya Aan Jawa Timur.
Merdeka Permana. Resensi tersebut Bahkan, kisah ini bertolak belakang
berjudul ―Perang Bubat yang Lain‖ yang dengan babon sejarah. Hal ini tentu tidak
dipublikasikan pada tanggal 31 Mei 2009 perlu dirisaukan karena data yang
di surat kabar Pikiran Rakyat. Judul artikel ditemukan tidak memiliki bukti otentik
mengisyaratkan ada peristiwa yang seperti yang diisyaratkan ahli sejarah.
berbeda atau lain dengan yang sudah ada. Aan Merdeka Permana secara tegas
Peresensi mengatakan bahwa ketika mengatakan bahwa novel Perang Bubat
imajinasi kolektif ihwal Perang Bubat itu bukan novel sejarah. Meskipun begitu,
hadir dari sudut pandang narasi yang lain, novel ini dipandang kontroversial. Dapat
hasilnya pun tidak sama. saja novel ini mengidentifikasi diri sebagai
Dalam novel ini Aan karya fiksi, tetapi ia bertutur tentang
menggambarkan bahwa di balik perang peristiwa yang ada dalam berbagai sumber
tersebut ternyata menyimpan kisah cinta tertulis dan menjadi bagian utuh dalam
antara Gajah Mada dan Dyah Pitaloka. imajinasi kolektif masyarakat.
Selain itu disebutkan bahwa Prabu Mahayana (2009: 1-2) meresepsi
Linggabuana dan Dyah Pitaloka novel Perang Bubat: Tragedi di Balik
sesungguhnya tidaklah gugur di Bubat. Kisah Gajah Mada dan Dyah Pitaloka
Diungkapkan pula latar belakang Gajah karya Aan Merdeka Permana. Dalam
Mada yang berasal dari Banten serta pengantar buku itu Mahayana
keturunan Cina. Semasa muda Gajah Mada menyampaikan bahwa novel tersebut
bernama Ramada. Ia pernah mengabdi di mengangkat kembali peristiwa Perang
Kerajaan Sunda Kawali. Bubat dalam jalinan kisah yang memukau,
Peresensi menjelaskan pula tentang filmis, dan asyik.
sebuah narasi yang mengatakan bagaimana Kritikus sastra dari FIB-UI itu
perang serta peristiwa tragis itu terjadi. mengatakan bahwa Perang Bubat adalah
Perang Bubat terjadi bukan semata-mata peristiwa sejarah yang menjadi kontroversi
ambisi politik Gajah Mada, melainkan di antara budaya Sunda dan Jawa.
adanya intrik politik di kalangan istana. Kontroversi ini melahirkan berbagai
Itulah narasi lain tentang Perang prasangka di antara keduanya. Misalnya,
Bubat yang diangkat Aan Merdeka mengapa rombongan Kerajaan Sunda yang
datang ke Bubat, Majapahit untuk
Perang Bubat..... (Yeni Mulyani) 65

mengantar Putri Dyah Pitaloka menjadi Di samping itu, peristiwa Perang


istri Prabu Hayam Wuruk diserang Bubat juga mendapat sambutan atau
pasukan Majapahit yang bersenjata tanggapan yang luar biasa dari pengarang-
lengkap? pengarang modern yang tertuang dalam
Peran Mahapatih Gajah Mada bentuk novel. Hadirnya novel-novel
dalam tragedi itu juga menjadi bahan modern yang sumber penciptaannya dari
perdebatan. Ambisi Gajah Mada untuk peristiwa Perang Bubat membuka peluang
menyempurnakan Sumpah Palapa dengan bagi pembaca dalam menambah horizon
menaklukkan Sunda? Ataukah ia harapan tentang peristiwa Perang Bubat.
sebenarnya hanya dikambinghitamkan Lahirnya karya-karya sastra daerah
oleh orang-orang yang dengki atas dan novel-novel modern yang bersumber
ketenarannya? Benarkah sesungguhnya di pada peristiwa Perang Bubat tersebut di
antara Dyah Pitaloka dan Gajah Mada sisi lain menimbulkan perbincangan dan
pernah terjalin hubungan asmara? perdebatan yang ditandai dari munculnya
Berbagai sumber sejarah resesnsi-resensi, kritik, artikel-artikel yang
memberikan versi yang berbeda tentang muncul di surat kabar dan majalah yang
kejadian tersebut. Penulis novel ini, merespon novel-novel tersebut.
seorang pemerhati Sejarah Sunda, Hadirnya resepsi peristiwa Perang
menggali sumber-sumber sastra lisan yang Bubat dalam wujud novel ini juga
tersebar di berbagai daerah, mulai dari membuka peluang bagi para peneliti sastra
Bandung Selatan, Garut, Lawang Sumber untuk melakukan berbagai kajian terhadap
di tepian Kota Surabaya hingga ke Bubat novel-novel tersebut, termasuk ke
di Trowulan, Kabupaten Mojokerto. dalamnya kritik sastra terhadap Perang
Hasilnya adalah kisah Perang Bubat Bubat.
yang sangat berbeda dari versi yang selama Resepsi atau tanggapan terhadap
ini kita ketahui dari sejarah. sturktur karya cukup beragam, seperti
terhadap tokoh, alur, latar, dan sudut
D. PENUTUP pandang pengarangnya. Yang menjadi
Dapat disimpulkan bahwa Perang pusat perhatian adalah tokoh Gajah Mada,
Bubat, peristiwa sejarah yang terjadi pada Dyah Pitaloka, Raja Sunda, dan Hayam
abad ke-14 itu mendapat tanggapan dan Wuruk. Gajah Mada sebagai tokoh sentral
sambutan yang besar dari masyarakat diresepsi memiliki karakter yang berbeda.
Indonesia, khususnya Sunda dan Jawa. Perbedaan penggambaran tokoh Gajah
Pada saat perang itu pecah pada Mada dan juga tokoh-tokoh lainnya sangat
abad ke-14, tidak ditemukan resepsi atau bergantung pada ruang, waktu, dan horizon
tanggapan dari masyarakat. Tanggapan harapan si peresepsi. Kemudian tanggapan
tercatat setelah peristiwa itu berlalu dua terhadap sudut pengarang juga cukup
abad, yaitu pada abad ke-16. mendapat perhatian. Pengarang sebagai
Tanggapan atau resepsi masyarakat pencipta karya dalam proses kreatifnya
dan pembaca sastra terhadap peristiwa cukup dipengaruhi oleh latar belakang
Perang Bubat menjadi tiga kelompok, yaitu budayanya.
Resepsi Perang Bubat dan pengaruhnya Sementara itu, tanggapan terhadap
Lahirnya Karya Baru, Resepsi Sastra unsur di luar struktur karya lebih
terhadap Unsur Karya, dan Resepsi Sastra didominasi dengan tanggapan terhadap
terhadap Unsur Luar Karya. pengarang, budaya, dan situasi yang terjadi
Peristiwa Perang Bubat dianggap pada saat Patih Gajah Mada Berjaya di
memberi pengaruh terhadap perkembangan Kerajaan Majapahit dengan pasukan
karya sastra yang memiliki unsur sejarah, tentaranya yang dinamai Bhayangkara.
misalnya Sang Mokteng Bubat (1991) Yang sekarang namanya digunakan
karya Yoseph Iskandar. sebagai Korps Kepolisisian RI.
66 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 51 - 66

DAFTAR SUMBER 4. Surat Kabar/Majalah


1. Jurnal dan Laporan Penelitian Anugrah, Yudi. 2015.
Abdullah, Imran T. 1991. ―Perang Bubat Dalam Memori Orang
―Resepsi Sastra Teori dan Sunda.‖ : Historia, 22 Mei 2015, h. 1–4.
Penerapannya.‖ Humaniora No. 2(199 Firdaus, Yulian. 2006.
1): 71--76. Diskusi Perang Bubat, Unpar. Bandung.
Asmalasari, Devyanti. 2010. Nusantara, 23 Desember 2006.
―Peristiwa Bubat dalam Novel Perang Imran, Ahda. 2009.
Bubat Karya Yoseph Iskandar dan Novel ―Perang Bubat Yang Lain.‖ : 1–5.
Gajah Mada, Perang Bubat Karya Langit Khazanah, Pikiran Rakyat, Minggu, 31
Kresna Hariadi (Kajian Sastra Mei 2009.
Bandingan).‖ Metasastra: Jurnal
Penelitian Sastra 3(Nomor 2, Desember Sulwesi, Endah. 2006.
2010): 93--105. DYAH PITALOKA : Senja di Langit
Majapahit. Bandung. Klub Sastra
Hidayat, Sarip. 2015. Bandung
―Pandangan Dunia Orang Sunda dalam
Tiga Novel Indonesia tentang Perang
5. Internet
Bubat.‖ Metasastra: Jurnal Penelitian
Sastra: 105–20. Raksa, Aji. 2012.
http://ejurnalbalaibahasa.id/index.php/me http://ajiraksa.blogspot.com/2012/05/te
tasastra. ori-perang-bubat-analisa-kitab-kid.
(diakses tanggal 17 Mei 2017).
Pradipta, Inggar. 2009.
―Resensi dan Resepsi Sastra.‖ Sumarjo, Jakob. 2013.
Universitas Indonesia. ―Sekitar Perang Bubat‖. dalam
http://borobudurwriter.com
Ramadhan, Mochamad Sigit dan Aminuddin (diakses pada tanggal 17 Mei 2017)
T.H. Siregar. 201
―Bhayangkara (Tafsir Visual Peristiwa
Sejarah Perang Bubat‖ J. Vis. Art &
Design, Vol. 9. No. 1 , 2017, 14—27,
ITB, Bandung
Sastriyani, Siti Hariti. 2001.
―Karya Sastra Perancis Abad ke-19
Madame Bovary Dan Resepsinya Di
Indonesia.‖ Humaniora XII, No. 3: 252--
29.
Wati, Noor Rahmi. 2013.
―Analisis Resepsi Pembaca Cerpen
Koroshiya Desunoyo Karya Hoshi Shin
‗Ichi ( Studi Kasus terhadap 15 Orang
Jepang ).‖ Japanese Literature 2(Nomor
3, Tahun 2013): 1--13.

3. Buku
Mahayana.Maman S. 2009.
―Perang Bubat : Tragedi di Balik Kisah
Cinta Gajah Mada dan Dyah Pitaloka.‖
In Qanita, 339.
Tradisi Mendongeng..... (Ria Intani T.) 67

TRADISI MENDONGENG SEBAGAI UPAYA


PEMBUDAYAAN NILAI-NILAI DALAM KELUARGA
DI KELURAHAN CISARANTEN WETAN
KECAMATAN CINAMBO KOTA BANDUNG
STORYTELLING TRADITION AS AN EFFORT IN CIVILIZING VALUES IN FAMILY
IN EAST CISARANTEN URBAN VILLAGE, CINAMBO SUB-DISTRICT,
BANDUNG CITY

Ria Intani T.
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
Jalan Cinambo No. 136 Ujungberung-Bandung
e-mail: ria_intani@yahoo.com

Naskah Diterima:12 Januari 2018 Naskah Direvisi:15 Februari 2018 Naskah Disetujui: 3 Maret 2018

Abstrak
Dongeng adalah cerita rakyat yang secara lisan diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya, pengarangnya anonim, ada dalam dunia khayal atau tidak benar-benar terjadi, dan
tidak diketahui secara jelas mengenai tempat dan waktunya. Dongeng merupakan salah satu
media yang sangat efektif dalam membentuk karakter anak sejak dini. Namun demikian nilai-
nilai dalam dongeng tidak akan tersampaikan apabila dari dongeng-dongeng yang ada tidak
pernah didongengkan. Padahal banyak sekali pula manfaat yang didapat dari aktivitas
mendongeng. Permasalahannya adalah akankah tradisi mendongeng di rumah-rumah itu
sekarang ini masih berlangsung. Sehubungan dengan permasalahan tersebut maka penelitian ini
bertujuan untuk melihat bagaimana keberlangsungan dari kegiatan mendongeng di rumah-rumah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paparannya bersifat deskriptif. Hasil
dari penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi antara tradisi “orang tua” yang gemar
mendongeng dengan tradisi mendongeng pada zaman sekarang.
Kata kunci: tradisi mendongeng, pembudayaan, nilai-nilai, keluarga.

Abstract
The tale is a folktale that is orally inherited from one generation to the next, its author is
anonymous, exists in an imaginary or unreal world, and is not known clearly about the place and
the time. Tale is one of the media that is very effective in shaping the character of children from an
early age. However, the values in the fairy tales will not be conveyed if the tales that have never
been told. Though, a lot of benefits also obtained from the activity of storytelling. The problem that
still exist, will the tradition of storytelling in these homes be still going on? In connection with
these problems, this study aims to see how the continuity of storytelling activities in homes. This
study uses a qualitative approach with descriptive arrangemen. The results of the study indicates
that there was a correlation between the tradition of "parents" who love storytelling with the
tradition of storytelling today.
Keywords: storytelling tradition, civilizing, values, family.

A. PENDAHULUAN serentak akan dimulai pada semester genap


Isu penting yang mulai diangkat tahun ajaran 2017-2018. Implementasi
belakangan ini adalah tentang PPK akan dimulai di semua jenjang
implementasi program Penguatan pendidikan, mulai dari Pendidikan Anak
Pendidikan Karakter (PPK) yang secara Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah
68 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 67- 82

Menengah Kejuruan (SMK). Dengan memiliki hubungan sosial yang tetap


demikian, ke depannya, Kemendikbud (Setiadi dan Kolip, 2011: 177).
akan mencoba menerapkan rapor karakter Pendidikan di lingkungan keluarga
untuk melengkapi rapor akademis yang dapat diberikan melalui contoh perilaku
selama ini dipakai untuk menilai siswa yang dilakukan kedua orang tuanya atau
(Seftiawan, 2017: 13). nasihat yang disampaikan secara langsung,
Menurut Ditjen Mendikdasmen- ataupun nasihat yang disampaikan secara
Kementerian Pendidikan Nasional tidak langsung. Cara yang ketiga tersebut
dijelaskan bahwa karakter adalah: di antaranya dilakukan melalui tradisi
“Cara berpikir dan berperilaku yang mendongeng.
menjadi ciri khas tiap individu untuk Dongeng dan kegiatan mendongeng
hidup dan bekerjasama, baik dalam merupakan budaya yang mentradisi.
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, Heddy Shri Ahimsa Putra mengartikan
dan negara. Individu yang berkarakter tradisi sebagai berikut:
baik adalah individu yang bisa “Sebagai tindakan, tradisi berarti
membuat keputusan dan siap tindakan memberikan dari satu orang
mempertanggungjawabkan akibat dari ke orang lain secara lisan atau dengan
keputusan yang ia buat” (Rahmawati, praktik tanpa tulisan. Sedangkan
2015: 154). sebagai sesuatu yang dikenai tindakan,
Siti Dloyana Kusumah mengemukakan tradisi berarti sesuatu yang diwariskan
bahwa karakter bersifat memancar dari dari generasi ke generasi, suatu adat
dalam keluar (inside-out), artinya istiadat atau metode prosedur yang
kebiasaan baik akan dilakukan bukan atas sudah lama mapan dan diterima
permintaan atau tekanan dari orang lain umum, yang kekuatannya hampir
melainkan atas kesadaran dan kemauan seperti hukum” (Intani T., 2014: 316).
sendiri (2013: 59-60).
Elin Sjamsuri, seorang tokoh
Pendidikan karakter pada awalnya
pendidikan, mengenal dongeng sejak kecil.
diperoleh dari lingkungan keluarga yang
Ia menceritakan perihal pengenalannya
prosesnya biasa disebut dengan proses
terhadap dongeng tersebut melalui
enkulturasi. Menurut Koentjaraningrat
tulisannya yang ia muatkan dalam surat
(1996: 145-146) bahwa istilah yang sangat
kabar Pikiran Rakyat (Senin, 16 Oktober
sesuai untuk “enkulturasi” adalah
2017: 24) sebagai berikut:
“pembudayaan”. Proses enkulturasi adalah
“Ti leuleutik oge geus wanoh kana
proses belajar dan menyesuaikan alam
dongeng teh. Ti jaman kuring sakola di
pikiran serta sikap terhadap adat, sistem
Sekolah Rakyat (SR), tahun 1950-an
norma, serta semua peraturan yang
nepi ka Sekolah Guru Bantu (SGB)
terdapat dalam kebudayaan seseorang.
mah masih remen ngadengekeun aki
Proses ini telah dimulai sejak awal
ngadongeng. Bakat ku mindeng
kehidupan, yaitu dalam lingkungan
ngadengekeun jeung ngaregepkeun
keluarga, kemudian dalam lingkungan
dongeng-dongeng pangpangna ti aki
yang makin lama makin luas.
jeung guru, lila ti lila bet jadi arapal
Keluarga, merupakan institusi yang
kana dongeng-dongeng teh. Tina geus
paling penting pengaruhnya terhadap
ngarasa apal jadi sok pirajeunan
proses sosialisasi. Sebabnya, keluarga
ngadongengkeun deui ka adi-adi katut
merupakan kelompok primer yang intens
ka babaturan, pangpangna nu umurna
bertatap muka di antara anggotanya; orang
sahandapeun.”
tua memiliki kondisi yang tinggi untuk
mendidik anak-anaknya sehingga Artinya:
menimbulkan hubungan emosional; dan “Sejak kecil, sudah mengenal
dongeng. Sejak SR tahun 1950-an
Tradisi Mendongeng..... (Ria Intani T.) 69

sampai SGB senang mendengarkan semata-mata dicari dari kegiatan ini. Ibu
kakek mendongeng. Oleh karena rajin Wiwin mengatakan “Kami merasa cukup
mendengarkan dongeng terutama dari dengan apa yang kami dapatkan. Kami
kakek dan guru, lama-lama hafal. bisa mendapat kebahagiaan batin yang
Setelah hafal jadi suka mendongeng sulit dinilai dengan uang ketika kami dapat
untuk adik-adik, teman, pokoknya menghibur anak-anak.”
yang berusia di bawah.” Cerita yang sering mereka bawakan
adalah kisah-kisah yang menarik, lucu, dan
Dongeng dan tradisi mendongeng
menginspirasi anak-anak. Menurut Ibu
adalah tinggalan masa lalu. Namun
Wiwin, apabila ia bercerita kisah inspiratif,
demikian keberlangsungannya mampu
anak-anak menjadi termotivasi.
menempuh ruang yang luas dan waktu
yang cukup panjang, hingga saat ini
mampu berdampingan dengan pendidikan
formal. Di sekolah taman kanak-kanak
(TK), di sekolah pendidikan anak usia dini
(PAUD), atau juga semacam Rumah
Bermain, kegiatan mendongeng sampai
sekarang masih berlangsung.
Selain institusi resmi tersebut,
kegiatan mendongeng sudah
disebarluaskan ke hampir seluruh wilayah
Nusantara dan beberapa negara “luar” oleh
Keluarga Pendongeng dari Ciganjur.
Perihal Keluarga Pendongeng tersebut
dituliskan oleh Ginting dan Heni dan
dimuat di Tabloid Nyata pada 11 April
2014, halaman 31.
Tersebutlah keluarga pendongeng:
Wiwin, Anabel, dan Sony. Keluarga ini Gambar 1. Keluarga Pendongeng
menjadikan kegiatan mendongeng sebagai dari Ciganjur
profesi. Pada tahun 2006 mereka Sumber: Tabloid Nyata, 11 April 2014.
membentuk sanggar di rumahnya, tepatnya Keberlangsungan dongeng tersebut
di Ciganjur, Jakarta Selatan. Sanggar menurut Yoseph Yapi Taum disebabkan
tersebut diberinya nama Kampung proses inovasi terhadap dongeng sangat
Dongeng. Tujuan dari pendirian sanggar tinggi, sehingga diciptakan secara baru dan
adalah untuk melatih murid-murid diapresiasi oleh publik secara baru pula
sanggarnya agar mampu mendongeng (Asis, 2015: 133).
dalam bahasa Indonesia dan bahkan bahasa Dongeng merupakan salah satu
Inggris. Bahasa asing turut serta diajarkan media yang sangat efektif dalam
mengingat Ibu Wiwin pada awalnya membentuk karakter anak sejak dini.
berprofesi sebagai pengajar bahasa Inggris Sebuah cerita mempunyai daya tarik
di sekolah dasar dan kelas kursus di tersendiri bagi seorang anak karena adanya
rumahnya. jalan cerita yang mengundang rasa
Keluarga Pendongeng dari Ciganjur penasaran, tokoh-tokoh cerita, dan latar
tersebut menerima job baik dalam rangka cerita yang menarik dan mengasah fantasi
perayaan ulang tahun anak, maupun acara- dan imajinasi. Peniruan karakter yang baik
acara yang diadakan oleh instansi, dan merupakan bentuk pembentukan karakter
bahkan luar negeri. Menurut mereka, pada diri seorang anak (Asis, 2015: 155).
meskipun mendongeng sudah menjadi Hurlock mengatakan usia dini
pekerjaan, namun bukan materi yang merupakan masa kritis bagi perkembangan
70 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 67- 82

selanjutnya. Pun diungkapkan oleh Freud, Selanjutnya, apa yang dimaksud


bahwa masa dewasa seseorang sangat dengan dongeng itu, yang menurut para
ditentukan dan dipengaruhi oleh ahli mampu membawa pengaruh besar
pengalaman masa kecilnya. Artinya dalam karakter seseorang?
pengalaman-pengalaman pada usia Dalam bahasa Jerman, dongeng
tersebut akan membentuk kepribadiannya diartikan sebagai berikut:
di masa mendatang. Salah satu media “Dongeng adalah cerita rakyat yang
komunikasi yang efektif dalam membentuk secara lisan turun-temurun
moral anak adalah dengan “Dongeng” disampaikan kepada kita,
(Judhita, 2015: 178). pengarangnya tidak dikenal, berada
David McClealland (psikolog sosial) pada dunia khayalan, tidak jelas
mengungkapkan kalau dongeng dan cerita mengenai tempat dan waktunya,
anak memiliki fungsi lain selain daripada kemudian ditulis oleh penulis atau
sekadar membawa pesan moral. pengarang berbudaya untuk kalangan
Menurutnya, dongeng sebelum tidur berbudaya pula” (Asis, 2015: 133).
memengaruhi nasib bangsa. Ia
Brunvand (Asis, 2015: 154-155)
mengumpulkan 1.300 dongeng dan cerita
menjelaskan bahwa dongeng merupakan
anak dari berbagai negara era 1925 dan
bagian dari cerita rakyat dan cerita rakyat
1950. Ia mendapati bahwa dongeng dengan
itu sendiri merupakan bagian dari folklor
nilai n-Ach tinggi selalu diikuti
lisan. Dongeng adalah cerita yang tidak
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam
benar-benar terjadi.
kurun waktu 25 tahun kemudian
Adapun dongeng menurut Ahimsa
(Rahmawati, 2015: 155).
Putra (Rahmawati, 2015: 155) merupakan:
Menilik pada fungsi dongeng di
“Sebuah kisah atau cerita yang lahir
atas, dongeng sebagai karya sastra tidak
dari imajinasi manusia, dari khayalan
harus dipelajari melalui pendekatan
manusia, walaupun unsur khayalan
sastranya saja, melainkan juga dipelajari
tersebut berasal dari apa yang ada
melalui pendekatan pragmatik.
dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Berdasarkan pandangan Abrams,
Dongeng dalam khayalan manusia
karya sastra yang diciptakan pengarang
memperoleh kebebasan yang mutlak.”
hanyalah berupa alat atau sarana untuk
menyampaikan pendidikan (dalam arti James Danandjaja seorang tokoh
luas) kepada pembaca, dengan demikian folklor, mengatakan tentang dongeng
yang menjadi objek analisis sastra adalah:
bukanlah karya sastra tersebut, melainkan “Cerita prosa rakyat yang tidak
adalah nilai yang tercermin dalam karya dianggap benar-benar terjadi. Dongeng
sastra tersebut (Asis, 2015: 134-135). diceritakan terutama untuk hiburan,
Koentjaraningrat berpendapat bahwa walaupun banyak juga yang
nilai merupakan wujud ideel dari melukiskan kebenaran, berisikan
kebudayaan dan sifatnya abstrak. Bahwa pelajaran (moral), atau bahkan
nilai terdapat dalam alam pikiran warga sindiran” (1991: 83).
masyarakat di mana kebudayaan yang Selanjutnya dikatakan pula bahwa:
bersangkutan hidup. Nilai berfungsi untuk “Dongeng biasanya mempunyai
mengatur, mengendalikan, dan kalimat pembukaan dan penutup yang
mengarahkan kelakuan manusia dalam bersifat klise. Kalimat pembukaan
masyarakat (1990: 5-6). Menurut Bungin yang dimaksud seperti “Pada suatu
(2009: 43), nilai lazimnya menunjuk pada waktu hidup seorang….” dan kalimat
mana yang dianggap baik dan mana yang penutup seperti “…dan mereka hidup
dianggap buruk. bahagia untuk selama-lamanya” (1991:
84).
Tradisi Mendongeng..... (Ria Intani T.) 71

Adapun ciri-ciri dongeng menurut mengembangkan kemampuan bahasa,


Bascom (Asis, 2015: 155) adalah ceritanya merangsang imajinasi, fantasi, dan
dianggap rekaan, tidak dianggap sebagai kreativitas.
dogma atau sejarah, dan tidak - Melatih kemampuan konsentrasi anak
mempermasalahkan kebenaran dan meningkatkan minat baca.
peristiwanya. - Mengajarkan nilai-nilai moral,
Saat ini di zaman yang sudah serba merangsang jiwa petualang anak serta
mengglobal, banyak materi dongeng mengasah kemampuan anak sehingga
tersedia baik itu lewat media maya maupun memiliki kemampuan problem solving
media cetak, ataupun media-media lainnya, atas masalah yang dihadapi melalui
atau masih ada dalam memori para orang cerita yang didengarnya.
tua yang diturunkan dari orang tuanya pada Terkait dengan masalah dongeng
masa kecilnya. Namun demikian apabila dan mendongeng, bisa diibaratkan seperti
dongeng-dongeng yang ada tersebut tidak peribahasa “ada asap pasti ada api”. Kalau
didongengkan kepada anak-anak, sudah pada masa kecilnya seseorang tidak pernah
tentu nilai yang terkandung di dalamnya didongengkan, ia tidak atau akan kurang
tidak akan tersampaikan. mengenal dongeng. Seorang aktivis literasi
Menurut Febiana Pratomo (Tesar, di Komunitas Atap Langit, Neneng
2013: 8), psikolog pendidikan, banyak Aminah, berpendapat bahwa biasanya
sekali manfaat yang didapat dari aktivitas anak-anak yang tidak atau kurang
mendongeng di antaranya: mengenal dongeng karena pada masa
- Meningkatkan kemampuan bicara anak, kanak-kanaknya tidak pernah
terutama bagi anak di bawah tiga tahun didongengkan (Aminah, 2017: 24).
(batita) karena belum banyak kosa kata Pertanyaannya adalah, apakah
yang diketahui anak. tradisi mendongeng di rumah-rumah itu
- Meningkatkan bahasa anak dengan sekarang ini masih dilakukan, sementara
mendengarkan kalimat demi kalimat keluarga merupakan institusi yang paling
yang dibacakan melalui dongeng. penting pengaruhnya untuk penyampaian
- Mengasah pola pikir dan imajinasi anak nilai-nilai?
dengan membayangkan tokoh, dan Sehubungan dengan pertanyaan
binatang yang didongengkan. tersebut, dalam konteks penelitian ini
- Meningkatkan daya nalar dengan kebudayaan akan dilihat dari definisi
memahami inti cerita, memahami alur genetis, yakni:
cerita dan menarik kesimpulan cerita “Definisi budaya yang melihat asal
yang didongengkan. usul bagaimana budaya itu bisa eksis
- Melatih daya ingat anak dengan meminta atau tetap bertahan. Definisi ini
anak untuk menceritakan kembali cenderung melihat budaya lahir dari
dongeng yang telah dibacakan dengan interaksi antarmanusia dan tetap bisa
kata-katanya sendiri. bertahan karena ditransmisikan dari
- Mengasah keterampilan bahasa baik satu generasi ke generasi berikutnya”
secara reseptif maupun ekspresif. (Sutrisno dan Putranto, ed., 2009: 9).
Caranya dengan meminta anak untuk Tujuan penelitan ini tidak lain untuk
aktif mengemukakan pendapatnya atau mendapatkan gambaran berkenaan dengan
bergantian bercerita. keberlangsungan tradisi mendongeng di
- Dapat mengetahui perasaan dan emosi dalam keluarga.
anak seperti sedih, marah, takut, kecewa, Wilayah penelitian secara
senang, dan sebagainya. administratif berada di Kelurahan
- Menstimulasi perkembangan kognitif, Cisaranten Wetan, Kecamatan Cinambo,
dengan memicu rasa ingin tahu dan Kota Bandung. Informan berjumlah tujuh
kemampuan berpikir kritis, orang, dalam hal ini ibu bekerja dan ibu
72 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 67- 82

rumah tangga yang mempunyai anak usia Di antara sejumlah penelitian


enam (6) tahun ke bawah. Atau dengan tentang dongeng, penelitian yang ditulis
kata lain, mempunyai anak yang belum oleh Hezti sedikit ada kemiripan dengan
memasuki bangku sekolah dasar (SD). penelitian ini, namun besar dalam
Pilihan pada ibu-ibu dengan pertimbangan perbedaan. Perbedaannya, kalau Hezti
bahwa pada umumnya ibu-ibu memiliki berbicara lebih pada cara penyampaian
waktu yang lebih untuk anak-anaknya. nilai atau cara membawakan dongeng,
Penelitian tentang tradisi adapun penelitian ini lebih pada
mendongeng penting dilakukan sebabnya keberlangsungan penyampaian nilai alias
belum ditemukan penelitian yang menggali keberlangsungan tradisi mendongeng.
tentang keberlangsungan tradisi Penelitian Hesti objeknya pada
mendongeng di dalam keluarga. Sejumlah cerita rakyat dengan teknik studi pustaka.
penelitian yang pernah dilakukan, Adapun penelitian ini objeknya adalah
semuanya meneliti seputar nilai-nilai yang kalangan ibu yang masih memiliki anak
terkandung di dalam dongeng. Dengan dengan usia enam (6) tahun ke bawah atau
kata lain peneliti terdahulu menganalisis isi yang belum memasuki jenjang sekolah
dari materi dongengnya. Adapun penelitian dasar. Penggalian datanya dengan melalui
ini tidak menganalisis nilai yang teknik wawancara.
terkandung dalam dongeng, melainkan Penelitian yang lain yang terkait
pada tradisi mendongeng. Dengan dengan dongeng terdapat beberapa judul
demikian sudah tentu penelitian ini lagi. Namun demikian isinya semuanya
memiliki perbedaan dengan penelitian- sama, berbicara tentang nilai-nilai yang
penelitian sebelumnya. terkandung dalam sebuah dongeng. Judul-
Beberapa hasil penelitian terkait judul penelitian dimaksud di antaranya
dengan dongeng dipaparkan di bawah adalah:
untuk melihat adanya perbedaan antara - Cerita Rakyat Makassar sebagai Media
penelitian ini dengan penelitian-penelitian Pendidikan Karakter, ditulis oleh
terdahulu. Rahmawati.
Penelitian terdahulu, yang pertama - Fungsi Legenda Asal Mula Rumah
berjudul “Eksistensi Tula-Tula bagi Baluq pada Masyarakat Dayak Bidayuh
Masyarakat Wakatobi: Salah Satu Sumber di Kalimantan Barat, ditulis oleh
Pendidikan Karakter”, ditulis oleh Abdul Bambang H. Suta Purwana.
Asis. Penelitian ini berbicara tentang - Dongeng dan Radio (Pendidikan
pendidikan karakter yang bersumber dari Karakter dalam Dongeng Nusantara di
salah satu dongeng Nusantara, yakni yang Radio SPFM Makassar), ditulis oleh
berasal dari Wakatobi, tula-tula lakolo- Christiany Juditha.
kolopua ke la ndoke-ndoke. Disimpulkan - Nilai-nilai Ajaran dalam Ki Ageng
bahwa terdapat nilai-nilai edukatif yang Paker, ditulis oleh Indah Susilantini.
terkandung dalam dongeng tersebut, - Nilai-nilai Moral dalam Dongeng
seperti: kejujuran, kesabaran, dan tolong- Kacamata Sang Singa, ditulis oleh Th.
menolong. Esti Wuryansari.
Penelitian kedua berjudul “Cerita - Nilai Moral di Balik Dongeng Penanda
Rakyat sebagai Media Pendidikan Baka”, ditulis oleh Sri Supriyatini.
Karakter: Sebuah Upaya Pembacaan
Reflektif”, ditulis oleh Hezti Insriani. B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini berbicara tentang cerita Penelitian tentang tradisi
rakyat yang dapat dijadikan sebagai media mendongeng ini menggunakan pendekatan
pendidikan karakter melalui pembacaan kualitatif. Menurut Moleong, penelitian
secara reflektif. kualitatif (qualitative research) adalah
penelitian yang ditujukan untuk
Tradisi Mendongeng..... (Ria Intani T.) 73

mendeskripsikan dan menganalisis capek, dan tidak menganggap penting


fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kegiatan mendongeng;
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang - Tantangan yang berasal dari daya tarik
secara individual maupun kelompok yang ditawarkan oleh media televisi
(Rusnandar, 2015: 114). (TV) atau terdapatnya permainan-
Menurut Beni Ahmad Saebani, permainan modern;
pendekatan kualitatif sering disebut pula - Tantangan yang berasal dari sekolah
dengan metode naturalistis dan yang tidak lagi menganggap penting
fenomenologis. Metode penelitian ini kegiatan bercerita dibandingkan dengan
identik dengan metode penelitian yang materi pelajaran yang harus
berbasis pada pendekatan rasionalistik, disampaikan (2015: 160).
yang melihat segala sesuatu adalah sesuatu Ternyata, pendapat seperti yang
itu sendiri, tidak ada persepsi untuk disampaikan oleh Rahmawati pun pernah
mengaburkan makna gejala, kecuali gejala terjadi pada tahun 2010. Saat itu Tjetjep
itu sendiri yang menjelaskan dirinya Rosmana, melalui artikelnya yang berjudul
(2012: 69). “Mitos dan Nilai dalam Cerita Rakyat
Adapun pendekatan kualitatif Masyarakat Lampung”, mengawali
menurut Suyanto dan Sutinah, pun Tylor tulisannya dengan menyampaikan
dan Bogdan, adalah penelitian yang pendapat yang sama dengan Rahmawati.
menghasilkan data deskriptif tentang kata- Bahwa, saat itu, sudah sangat jarang orang
kata lisan ataupun tertulis dan tingkah laku tua yang meneruskan kebiasaan
yang diamati dari orang yang diteliti menuturkan dongeng ataupun cerita rakyat
(Garna, 2009: 46). kepada anak-anaknya karena
Penelitian ini diawali dengan studi kesibukannya, padahal di dalam cerita
pustaka untuk mengumpulkan referensi rakyat syarat dengan nilai-nilai luhur.
yang terkait dengan masalah dongeng dan Selain itu, tampaknya anak-anak juga
kegiatan mendongeng. Selain itu juga lebih menyukai mengisi waktu luangnya
referensi yang berkaitan dengan konsep dengan menonton televisi (TV) (2010:
tentang tradisi, pembudayaan, nilai, dan 191).
keluarga. Gambaran akan kondisi tersebut
Selanjutnya, untuk mendapatkan menggiring pada kesimpulan sementara
data terkait dengan permasalahan kalau tradisi mendongeng sepertinya sudah
penelitian, dilakukan wawancara. mulai luntur karenanya. Namun demikian
Wawancara dilakukan dengan berpedoman bagaimana dengan gambaran saat ini,
pada pedoman wawancara yang berfungsi apakah keberlangsungan kegiatan
sebagai kompas. Maksudnya agar mendongeng di rumah-rumah itu sudah
penggalian data lebih terarah. Wawancara terhenti atau berkurang seperti pendapat di
sifatnya terbuka agar informan leluasa atas?
dalam memberikan jawaban. Dikisahkan oleh Tesar (dalam MOM
Tahun 2015, Rahmawati dalam & KIDS Femina Edisi 19. Th IV. 05-18
tulisannya yang berjudul “Cerita Rakyat April 2013) bahwa Cecilia Hanafi, seorang
Makassar sebagai Media Pembentukan wanita karir, dengan keterbatasan waktu
Karakter”, menyampaikan pendapatnya yang ia miliki, ia menyempatkan diri untuk
bahwa saat itu, mengembalikan tradisi tetap menjalankan perannya sebagai
mendongeng bukanlah pekerjaan yang seorang ibu bagi kedua putrinya. Ia
mudah mengingat banyaknya tantangan. berusaha menciptakan quality time
Tantangan yang dimaksudkannya di bersama anak-anaknya. Konon ia selalu
antaranya: sempatkan untuk mendongeng untuk anak-
- Tantangan yang berasal dari orang tua anaknya dengan bantuan buku dan boneka.
itu sendiri dengan alasan kesibukan,
74 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 67- 82

Semenjak di bawah usia lima tahun negara Bandung Timur. Kelurahan


(balita) sampai anak-anaknya berumur 5-6 Cisaranten Wetan berada di sekitar 750
tahun, anak-anaknya antusias meter dari permukaan laut. Suhu udara
mendengarkan dongeng dan bahkan tidak rata-rata 190 C - 240 C dengan curah hujan
mau tidur apabila belum didongengkan. 2.400 milimeter/tahun. Kelurahan ini
Anak-anaknya menyukai cerita Si Kancil, berluas 90,14 hektar.
Bawang Merah dan Bawang Putih untuk Jumlah penduduk Kelurahan
cerita dalam negeri, sedangkan untuk cerita Cisaranten Wetan per Desember 2016
luar negeri ada Pinokio, Cinderela, atau sebanyak 5.055 jiwa dengan 1.394 kepala
Putri Salju. Menurut Cecil, dongeng keluarga (KK). Jumlah penduduk tersebut
mengajarkan anak untuk mengetahui terbagi atas laki-laki sebanyak 2.558 jiwa
makna kebenaran dan dapat dan perempuan sebanyak 2.497 jiwa.
mendisiplinkan anak. Kebiasaan Mayoritas beragama Islam, 59 orang
mendongeng menumbuhkan kedekatan beragama Kristen dan 8 orang beragama
yang berkualitas bersama anak-anaknya. Katolik.
Tesar juga mengisahkan seorang Kelurahan Cisaranten Wetan
Arzetti Bilbina, seorang model, presenter, sebagian wilayahnya merupakan
dan pelaku berbagai profesi lainnya. Ia pemukiman penduduk. Mayoritas mata
selalu menyempatkan mendongeng pencahariannya ada di bidang jasa dan
manakala anak-anaknya masih usia balita. usaha kecil menengah.
Manakala ia mendongeng, ia memilih Secara geografis, Kelurahan
karakter Budi dan Wati dengan dongeng Cisaranten Wetan berbatasan dengan:
yang dikarangnya sendiri. Melalui karakter - Sebelah Utara berbatasan dengan
itu, Arzetti menceritakan tentang Kelurahan Binaharapan, Kecamatan
kehidupan sehari-hari seperti masalah Arcamanik.
sopan santun dan persaudaraan. Konon ia - Sebelah Selatan berbatasan dengan
merasakan bahwa melalui kegiatan Kelurahan Babakan Penghulu,
mendongeng, selain ia lebih dekat dengan Kecamatan Cinambo.
anak-anaknya, anak-anaknya pun lebih - Sebelah Barat berbatasan dengan
mengerti perihal sopan santun, dan Kelurahan Cisaranten Kulon,
sebagainya (dalam MOM & KIDS Femina Kecamatan Arcamanik.
Edisi 19. Th IV. 05-18 April 2013). - Sebelah Timur berbatasan dengan
Kelurahan Pakemitan, Kecamatan
C. HASIL DAN BAHASAN Cinambo.
1. Sekilas Gambaran Lokasi Penelitian Banyak fasilitas yang terdapat di
Gambaran di atas adalah cerita di Kelurahan Cisaranten Wetan. Baik itu
tahun 2013, bagaimana dengan kondisi fasilitas berkenaan dengan pendidikan
sekarang yang mengambil kasus di maupun perkantoran, yang di antaranya
wilayah Kelurahan Cisaranten Wetan, menjadi wilayah penelitian. Berikut hasil
Kecamatan Cinambo, Kota Bandung. dari wawancara dengan informan. Nama-
Sekilas tentang kelurahan ini nama informan yang tercantum adalah
tergambarkan dari uraian berikut (diambil nama samaran.
dari Laporan Program Kerja Kelurahan
Cisaranten Wetan Kecamatan Cinambo
Tahun 2017). Kelurahan Cisaranten Wetan
termasuk wilayah Kecamatan Cinambo,
Kota Bandung. Kelurahan Cisaranten
Wetan terletak pada posisi 107042‟ Bujur
Timur dan 6054‟Lintang Selatan.
Lokasinya berada tepat di sisi utara jalan
Tradisi Mendongeng..... (Ria Intani T.) 75

2. Tradisi Mendongeng didengarnya. Dongeng yang masih ia ingat


hanyalah Cinderela. Menurutnya, dongeng
ini mengisahkan putri yang diasingkan
oleh ibu tirinya. Isi dari dongeng tersebut
adalah bahwa orang yang baik pada
akhirnya akan mendapatkan kebahagiaan.
Menurut Ibu Vina, kebiasaan
mendongeng yang dilakukan orang tua
kepada anaknya bermanfaat untuk
mendekatkan ibu dengan anak. Rupanya,
kebiasaan mendongeng ibunya itu
menurun padanya. Ibu Vina yang berputri
Gambar 2. Ibu Vina dengan Kedua Putrinya tiga, masing-masing berusia 10, 6, dan 3
Sumber: RI, 2017. tahun ini pun suka mendongeng untuk
Vina, ia seorang ibu rumah tangga. putri-putrinya.
Latar belakang pendidikan terakhir SMA, Saat ini, putrinya yang berumur 3
beragama Islam. Saat ini usianya tahun yang masih antusias mendengarkan
menginjak 38 tahun. dongeng. Adapun yang berumur 6 tahun,
Sejak kecil Ibu Vina sudah meskipun masih sekolah di PAUD, tidak
mengenal dongeng dari ibunya, selain lagi didongengkan karena ia sudah tidur
kemudian juga dari televisi (TV) dan buku. sendiri. Ibu Vina mendongeng terutama
Ibunya konon terbiasa mendongengkannya apabila putri bungsunya sedang susah tidur
manakala ia masih berumur di bawah 5 atau apabila lagi ogo „sedang manja‟. Putri
tahun hingga ia duduk di bangku kelas 3 bungsunya tersebut biasa tidur seusai isya,
sekolah dasar (SD). hingga kalau melewati waktu isya putrinya
Ibu Vina pada zamannya biasa belum juga tidur, mendongenglah Ibu Vina
didongengkan oleh ibunya pada saat tanpa harus diminta.
menjelang tidur malam, sambil tidur- Sepanjang Ibu Vina suka
tiduran di tempat tidur. Cerita yang biasa mendongeng, materi dongeng selalu ia
dibawakan oleh ibunya, yang masih ada karang sendiri. Itu dilakukannya sejak putri
dalam ingatannya adalah cerita tentang sulungnya. Ceritanya ada tentang hantu,
putri (Cinderela) dan cerita tentang Cinderela, dan tentang binatang. Binatang
binatang (gajah), yang biasa dikarang oleh yang menjadi objek cerita adalah binatang
ibunya sendiri. yang ada di sekitaran rumahnya, yang
Biasanya, ibunya mendongengkan familiar dengan anak-anaknya. Seperti,
lebih dari satu cerita, akan tetapi masing- kodok, cicak, dan burung.
masing cerita seringkali tidak tersampaikan Mendongeng selain sebagai
secara utuh. Manakala dongeng yang pengantar tidur, juga digunakannya untuk
disampaikan nyaris selesai, seringkali menyisipkan nasihat. Misalnya dalam
“harus” berganti dengan dongeng yang dongeng kodok dan cicak, diceritakan
lain. Sebabnya, Vina kecil sering tidak kalau kodok tidak suka makan cicak,
sabar untuk segera mendengarkan dongeng maksudnya agar dengan sesama teman
yang lain. Hanya sesekali apabila ibunya tidak boleh nakal, harus bersahabat.
mendongeng, bisa menyampaikan satu Adapun dongeng hantu sebenarnya
cerita sampai tuntas. Itu, kalau Vina kecil dimaksudkan untuk menasihati anaknya
sabar mendengarkan sampai akhir. yang setiap hari selalu ingin jajan permen.
Meskipun demikian, menurutnya, isi dari Ia ceritakan bahwa hantu itu suka makan
dongeng tersebut tetap tersampaikan. permen. Kalau mau jajan, jajan minuman
Ibu Vina nyaris lupa isi dari saja karena hantu takut sama minuman. Ibu
dongeng-dongeng yang pernah Vina tidak pernah mendongeng dengan
76 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 67- 82

membacakan dari buku karena putrinya mengetahui lebih dulu kisah para nabi itu,
terbiasa tidur tanpa penerang lampu. sebelum diajarkan di sekolah.
Sekarang, manakala Mita kecil telah
menjadi ibu, ia suka mendongeng untuk
putra semata wayangnya yang berusia 3
tahun. Ia mendongeng bukan saja
menjelang putranya tidur malam, tapi juga
sore hari manakala ia sudah beristirahat
sejenak sepulang dari kantor. Dongeng
yang ia bawakan lebih banyak karangan
sendiri karena memang anaknya menyukai
hal-hal yang sifatnya khayalan. Meskipun
demikian, di dalam ceritanya disisipkan
nasihat. Misalnya, tentang bagaimana anak
harus menurut nasihat orang tua yang
digambarkan lewat tokoh Budi. Selain itu
juga bagaimana seseorang tidak boleh
Gambar 3. Ibu Mita mengambil sesuatu yang bukan haknya
Sumber: RI, 2017. yang digambarkan lewat dongeng kancil
Mita, selain sebagai ibu rumah dan kura-kura. Setiap nasihat harus ada
tangga, ia juga seorang pekerja. Ia seorang alasannya karena menurutnya anak
muslim yang berpendidikan terakhir D3. sekarang lebih pintar dari generasinya.
Semasa kecil, Ibu Mita mengenal dongeng Selain dongeng karangan sendiri, ia
dari kakeknya. Ke depannya, dongeng juga juga mendongengkan dengan cara
dikenal lewat buku dan media lainnya yang membacakan buku-buku cerita. Sebut saja
kekinian. di antaranya yang berjudul: “Sayang
Semasa kecil, bersama ayah dan kepada Ibu”, “Sayang kepada Ayah”,
ibunya, ia tinggal di rumah kakek “Sayang kepada Saudara”, dan “Sayang
neneknya. Kedekatannya dengan sang kepada Paman”. Di akhir Ibu Mita
kakek oleh karena ayah ibunya bekerja, mendongeng tentang sayang kepada ibu, ia
hingga waktu untuk bersama tidak banyak. akan bertanya pada putra semata
Dari sang kakek itulah Mita kecil setiap wayangnya. Ia akan bertanya apakah
hari mendengarkan dongeng. Ia putranya sayang kepadanya atau tidak.
didongengkan dari sejak usia di bawah Juga sayang kepada yang lainnya.
lima tahun (balita) hingga sudah duduk di Menurut Ibu Mita, dengan sering
kelas 4 SD. Ia biasa didongengkan mendongengkan, putranya lebih penurut,
manakala mau tidur, sambil tidur-tiduran lebih mau mendengarkan kata-kata ibunya.
di tempat tidur. Seringkali tokoh Si Budi dalam dongeng,
Dongeng yang biasa dibawakan dibawa dalam keseharian putranya.
kakeknya adalah yang bernuansa agama, Misalnya kalau putranya ingin menaiki
yakni tentang kisah para nabi. Satu sesuatu yang posisinya tinggi padahal Ibu
dongeng yang sedikit ia ingat adalah Mita khawatir putranya jatuh. Ibu Mita
dongeng tentang Nabi Yusuf yang dibunuh cukup mengatakan “nanti kaya Budi lho
karena alasan ketampanannya. Menurut kalau nggak nurut Bunda.” Selanjutnya
Mita, kisah itu mengajarkan tentang sang anak memang tidak membatalkan
keikhlasan menerima apa yang telah keinginannya untuk memanjat, akan tetapi
diberikan oleh Allah. Ibu Mita berpendapat ia menawar untuk memanjat pada posisi
bahwa dengan dongeng-dongeng yang ia yang rendah saja supaya tidak jatuh.
dengar dari kakeknya, ia menjadi Menurut Ibu Mita, nasihat yang diberikan
Tradisi Mendongeng..... (Ria Intani T.) 77

lewat kegiatan mendongeng lebih melekat


kepada anak.

Gambar 5. Ibu Bunga


Sumber: RI, 2017.

Gambar 4. Ibu Alya


Bunga, seorang ibu rumah tangga,
Sumber: RI, 2017. 39 tahun, berpendidikan sekolah menengah
kejuruan (SMK). Semasa kecil,ia tidak
Alya, seorang pengajar di PAUD, pernah mengenal tradisi mendongeng di
berusia 39 tahun, berlatar pendidikan rumahnya. Ia mengenal dongeng berawal
SMA. Alya kecil mengenal dongeng hanya dari sekolah. Berikut-berikutnya dari buku
dari sekolah. Semasa kecil ia tidak pernah dan TV.
didongengkan oleh orang tuanya. Dengan Ia berputra dua, yang sulung laki-
berjalannya waktu, ia mengenal dongeng laki duduk di bangku sekolah lanjutan
dari buku danTV. pertama (SMP) dan yang bungsu,
Ibu Alya berputra dua, yang sulung perempuan berusia 6 tahun, duduk di
laki-laki dan yang bungsu perempuan yang sekolah PAUD. Berbeda dengan putrinya,
kini berumur 5 tahun dan menjadi murid di anak sulungnya tidak pernah ia
tempatnya mengajar. Meskipun di sekolah dongengkan. Konon, manakala anak
putrinya sudah sering mendengarkan sulungnya masih kecil, ia bekerja di luar
dongeng, namun demikian sesekali Ibu rumah sehingga putranya lebih lama
Alya mendongeng apabila putrinya kebersamaannya dengan sang nenek.
merengek memintanya untuk mendongeng Namun demikian, kepada anak
ulang apa yang sudah disampaikan di perempuannya pun, ia mendongeng
sekolah. Permintaan itu biasanya manakala anaknya meminta untuk
dilakukan putrinya apabila sang putri didongengkan.
membawa pulang buku cerita yang ada di Materi dongeng yang ia bawakan
sekolah. bukan pilihan ia sendiri, melainkan atas
Ibu Alya biasanya mendongeng permintaan anaknya. Seringkali anaknya
kalau putrinya akan tidur siang dan ia ingin didongengkan tentang buaya dan
sendiri sedang sengggang. Mengingat kancil atau Bawang Merah dan Bawang
kalau malam, ia disibukkan dengan Putih. Menurutnya, dari mendengarkan
pekerjaan rumah dan biasanya manakala dongeng, anak menjadi mengetahui mana
belum beres, putrinya sudah lebih dulu perilaku yang baik dan mana yang tidak.
tidur. Oleh karena di dalam dongeng ada
Ibu Alya biasa mendongeng di penggambaran tentang perilaku yang baik
tempat tidur, dengan cerita yang maupun yang tidak baik. Perilaku yang
dibawakan seputar cerita nabi dan tidak baik, selalu berujung dengan akibat
binatang. Di antara keduanya, putrinya yang kurang baik pula.
lebih menyukai cerita yang bertokoh
binatang.
78 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 67- 82

lebih baik di kemudian hari. Yeni kecil


tahu dari dongeng, kalau orang dijahati ke
depannya akan mendapatkan kehidupan
yang lebih baik.
Ibu Yeni, berusia 55 tahun. Ia
mempunyai putri semata wayang yang
berumur 6 tahun. Saat ini putrinya duduk
di bangku TK. Sehari-hari, Ibu Yeni
bekerja dan baru pulang sampai rumah di
atas pukul 17.00 WIB. Namun demikian
di sisa tenaganya, di antara rasa lelahnya,
tanpa diminta, ia masih mendongeng untuk
putri semata wayangnya. Ia absen atau
Gambar 6. Ibu Yeni tidak mendongeng hanya apabila sang
Sumber: RI, 2017. putri secara tiba-tiba sudah mengantuk dan
tidur lebih awal (sebelum pukul 19.00
Yeni, semasa kecilnya, sudah
WIB) dari jam tidur biasanya. Ini biasanya
mengenal dongeng. Pada zamannya, Yeni
terjadi kalau putrinya kelelahan bermain
kecil bersama adiknya biasa didongengkan
pada siang harinya.
oleh sang ayah saat menjelang tidur
Ibu Yeni biasa mendongeng di
malam. Meskipun demikian tempat ia
tempat tidur, pada jam-jam menjelang
mendengarkan dongeng bukanlah di
anak tidur, seusai isya. Ibu Yeni berpikir
tempat tidur, melainkan di kursi. Manakala
bahwa putrinya masih terlalu kecil
ia bersama adiknya sudah mengantuk, baru
sehingga ia memilih mendongeng dengan
masuk kamar dan tidur bersama ibunya.
materi ringan, yakni tentang binatang.
Yeni kecil biasa didongengkan sejak
Seperti “Kancil Mencuri Timun”.
sebelum berumur 5 tahun sampai dengan
Kadangkala materi dongeng atas usulan
kelas 4 SD.
putrinya. Misalnya putrinya habis
Dengan didongengkan itu kemudian
menonton film “Nemo” (ikan) maka ia
ia dan adiknya menjadi sangat dekat
akan minta didongengkan tentang ikan.
dengan sang ayah. Sampai-sampai, kakak-
Ibu Yeni selalu siap dengan cerita
kakaknya mengatakan Yeni kecil dan
yang dikarangnya sendiri, apakah cerita itu
adiknya adalah anak emas atau anak
atas inisiatifnya atau yang diminta
kesayangan sang ayah.
putrinya. Saat bercerita tentang ikan yang
Sang ayah biasa mendongeng tanpa
disampaikan secara garis besar mirip
bacaan atau dengan membaca, melainkan
dengan cerita dalam film. Hanya
mendongeng secara lisan dengan materi
kadangkala ditambah-tambahi. Kadangkala
dongengnya sesuai yang diketahui oleh
pula manakala putrinya habis diajak ke
sang ayah. Yeni kecil hanya mengingat
kebun binatang maka ia minta di
dua dongeng di antara sejumlah dongeng
dongengkan tentang gajah atau kuda.
yang didengarnya. Dongeng tersebut
Intinya, apa yang sudah dilihat dan
adalah Joko Kendil dan Klenting Kuning.
memberikan kesan yang lebih, biasanya itu
Ayahnya selalu mendongeng sampai tamat
yang minta untuk didongengkan. Namun
karena Yeni kecil dan adiknya tidak pernah
demikian, di antara beragam jenis
memotong dongeng yang sedang
binatang, putrinya paling menyukai cerita
didongengkan kemudian beralih minta
tentang ikan. Selain putrinya sangat
dongeng yang lain. Setiap dongeng, ia
menyukai film “Nemo”, Ibu Yeni juga
dengarkan sampai tuntas.
memelihara ikan di kolam rumahnya.
Pelajaran yang disampaikan lewat
Konon menurut Ibu Yeni, sesekali,
dongeng Joko Kendil adalah kalau orang
ayah sang putri juga mendongengkan.
teraniaya akan mendapat kehidupan yang
Tradisi Mendongeng..... (Ria Intani T.) 79

Biasanya baik Ibu Yeni maupun sang mendengarkan dongeng seperti anak-anak
suami mendongeng pada hari-hari lain yang didongengkan menjelang tidur
kerja/hari sekolah. Adapun di malam libur oleh orang tuanya.
atau pada hari libur lebih dimanfaatkan Meskipun kondisinya demikian,
untuk kebersamaan, saling canda, ditambah lagi akses untuk mendapatkan
menonton TV, rekreasi, dan sebagainya. buku-buku dongeng juga masih susah,
Respon sang putri manakala tidak berarti Susi kecil tidak pernah
didongengkan, sangat senang. Ia tidak mengenal dongeng. Ia masih dapat
akan terganggu dengan acara TV ataupun mendengarkan dongeng dari siaran sebuah
mainan-mainan yang dimilikinya. Bahkan radio swasta. Ini seperti yang pernah
seringkali dongeng yang sudah dilakukan oleh kakaknya sebelumnya.
disampaikan minta diulang di lain waktu. Tersebutlah sebuah radio swasta,
Ibu Yeni berpendapat bahwa dengan radio ini memiliki program yang bernama
mendongeng sesungguhnya bertujuan “Dongeng Sebelum Bobo”. Program ini
untuk mendorong putrinya mampu diputar setiap hari oleh Susi kecil seusai
berdialog. Kalau untuk nasihat yang magrib atau isya, Ibu Susi lupa lagi. Saat
tersisip di dalam cerita, kadangkala anak itu Susi kecil berumur sekitar tujuh tahun.
belum paham. Kalau ia akan menasihati Tak bosan-bosannya ia memutar program
atau menegur putrinya, ia memilih itu setiap malamnya, meskipun ada
langsung menyampaikannya tanpa melalui ceritanya yang diulang-ulang. Selain Susi
media. kecil memang suka mendengarkan
dongeng, pada zamannya radio masih
dipandang sebagai sarana hiburan yang
memadai.
Pada saat itu, dongeng yang biasa
disampaikan ada dongeng dari
mancanegara, ada dongeng lokal. Dongeng
dari mancanegara ada beberapa yang
diingatnya, di antaranya dongeng
“Cinderela” dan “Putri Salju”. Adapun
untuk dongeng lokal adalah “Bawang
Merah Bawang Putih” dan banyak lagi
legenda lainnya, sedangkan untuk dongeng
fabel di antaranya “Kancil dan Rusa”.
Di antara semua dongeng yang
Gambar 7. Ibu Susi
pernah didengarnya, dongeng yang paling
Sumber: RI, 2017.
diingat oleh Susi kecil adalah “Cinderela”.
Susi, Ibu Susi selain sebagai ibu Ia memang menyukai dongeng yang
rumah tangga, ia juga berkarir di kantor. bertemakan putri-putri. Kemungkinan
Meskipun sehari-hari disibukkan dengan karena ia seorang perempuan. Dongeng ini
urusan rumah tangga dan pekerjaannya di menggambarkan kehidupan putri kerajaan
kantor, namun demikian ia masih yang harus menderita lebih dulu sebelum
menyisihkan waktunya untuk kembali mendapatkan kebahagiaan. Menurutnya,
menempuh pendidikan ke jenjang yang semua dongeng itu, selalu berakhir dengan
lebih tinggi. happy ending „kebahagiaan‟.
Semasa kecil, kedua orang tuanya Saat ini Susi kecil sudah menjadi
bekerja. Waktu yang tersisa hanya untuk seorang istri dan menjadi ibu dari 3 orang
mengurus urusan rumah tangga dan anak. Si sulung laki-laki, berusia 14 tahun.
beristirahat. Tidak heran Susi kecil tidak Nomor 2 dan bungsu masing-masing
pernah berkesempatan untuk
80 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 67- 82

berumur 4 dan 2 tahun, keduanya


perempuan.
Diakui Ibu Susi, semasa ia masih
berputra satu yang mana waktunya masih
dapat dikatakan luang, ia selalu
mendongeng untuk putranya. Materi
dongeng yang ia bawakan bukan
karangannya sendiri, melainkan
membacakan dari buku-buku dongeng
yang bernuansakan agama Islam.
Ibu Susi menyadari betul apa
manfaat dari mendongeng. Ia mendongeng
dengan tujuan untuk menstimulasi Gambar 8. Ibu Iin
kemampuan anak agar anak terampil Sumber: RI, 2017.
berbicara dan membuka wawasan anak
lewat bacaan karena buku adalah jendela Tersebutlah seorang ibu rumah
dunia. tangga, Ibu Iin. Usianya 45 tahun dan ia
Kini, meski tidak sesering si sulung, berputra 4 orang. Putra sulungnya sudah
Ibu Susi terbiasa mendongeng untuk putri berkeluarga dan yang bungsu baru
keduanya. Sama halnya dengan putra berumur 5 tahun dan kini sekolah di
sulungnya, kepada putri keduanya, ia PAUD.
membacakan dongeng yang mengandung Awal Iin kecil mengenal dongeng
nilai-nilai keislaman. Sebagai seorang bukan dari orang tuanya atau anggota
perempuan, sudah tentu putrinya keluarga yang lain. Ia mengenal dongeng
menyukai dongeng yang bertemakan putri- dari gurunya manakala ia sudah mulai
putri. Oleh karena itu Ibu Susi memilihkan masuk sekolah. Tidak seperti anak
dongeng tentang putri (princes) namun kebanyakan, Iin kecil mengawali sekolah
tetap dalam koridor agama. Ia pilihkan di bangku SD. Ia tidak “mengenal” TK.
dongeng yang nama putri-putrinya diambil Meskipun demikian, sang kakek
dari Asmaul Husna. sering sambil lalu bercerita tentang masa
Berbeda dengan putra sulungnya, perjuangan yang mana sang kakek turut
kepada putri keduanya, Ibu Susi biasa berperan. Biasanya beliau bercerita kalau
mendongeng kapan saja di saat sedang anggota keluarga sedang berkumpul.
senggang. Biasanya pada jam makan Sejak si sulung lahir, disusul putra
malam. Sambil menyuapi, sambil yang kedua dan ketiga, Ibu Iin tidak
mendongeng. Kalau toh waktunya kurang terbiasa mendongeng. Namun tidak seperti
senggang namun melihat putrinya sudah pada ketiga putra sebelumnya, kepada si
terlalu asyik bermain gadget, ia akan bungsu, ia sesekali mau mendongeng.
alihkan perhatian putrinya dengan Mungkin frekuensinya hanya seminggu
mendongeng. sekali atau bahkan lebih dari seminggu
Mendengarkan dongeng tidak baru mendongeng. Ibu Iin mendongeng
membuat jenuh putrinya, malahan ia sering manakala anaknya sedang rewel saja.
meminta dan meminta lagi. Seperti halnya Itupun biasanya putranya yang meminta
pada putra sulungnya, kepada putrinya ia lebih dulu. Waktunya, bagaimana maunya
membiasakan mendongeng karena ada si anak saja.
tujuannya. Selain untuk menstimulasi anak Oleh karena Ibu Iin tidak biasa
agar mampu berbicara, juga agar manakala mendongeng maka apabila harus
putrinya sudah besar, ia akan terbiasa mendongeng, ia membacakan dari buku.
dengan buku dan terbiasa membaca. Biasanya tentang kisah Nabi. Menurutnya,
ada manfaatnya ia sesekali mendongeng.
Konon, karena pengaruh dari cerita yang
Tradisi Mendongeng..... (Ria Intani T.) 81

didongengkan, putranya menjadi takut memiliki alasan sendiri-sendiri. Telihat


berbohong. Dari cerita didengarnya bahwa kemudian bahwa ada korelasi antara
kalau bohong itu dosa. pengalaman masa kecil dengan
kegiatannya mendongeng sekarang.
D. PENUTUP Hasil penelitian menunjukkan
Tradisi mendongeng pada zamannya bahwa pendongeng di dalam keluarga
banyak dilakukan para orang tua. Tradisi terbagi atas dua kelompok. Kelompok
mendongeng selain berfungsi untuk pertama adalah mereka yang pada masa
menghibur, mendekatkan hubungan kecilnya terbiasa didongengkan ataupun
emosional antara orang tua (ibu) dan anak, mendengar dongeng dari media apa pun.
meningkatkan kemampuan anak dalam Adapun kelompok kedua adalah mereka
berbahasa dan sebagainya, juga secara yang pada masa kecilnya tidak pernah
tersirat berfungsi sebagai media didongengkan. Keduanya ada perbedaan.
penyampaian nilai-nilai. Sebabnya, di Kelompok pertama akan secara
dalam sebuah dongeng yang disampaikan sadar menurunkan tradisi mendongeng itu
seringkali secara samar-samar atau bahkan pada putra putrinya; Intensitas
nyata membawa pesan moral, memotivasi, mendongengnya tinggi; Mereka memiliki
membentuk karakter, dan lebih luas lagi tujuan yang jelas untuk apa mereka
konon dapat memengaruhi nasib bangsa mendongeng; Mereka cenderung mampu
dilihat dari segi pertumbuhan ekonominya. menciptakan atau mengarang materi
Dulu berbeda dengan sekarang. dongeng sendiri.
Sekarang manakala manusia harus Kelompok kedua, mereka cenderung
menyesuaikan dengan tuntutan zaman, mendongeng hanya apabila ada
“habislah” sudah waktu yang dimiliki permintaan dari putra putrinya. Dengan
orang tua (ibu) untuk keluarga. Kesibukan kata lain mendongeng tidak berangkat dari
yang dihadapi oleh mereka yang bekerja kesadaran sendiri; Intensitas
maupun mereka yang mengurus rumah mendongengnya kurang; Mereka
tangga, seperti tidak ada habisnya. mendongeng “tanpa” ada tujuan yang jelas
Kebutuhan hidup yang meningkat rupanya walaupun kemudian ternyata memberikan
yang berakibat pada sedikitnya waktu ibu dampak yang positif bagi si anak; Mereka
yang tersisa. cenderung tidak pernah menciptakan atau
Atas kondisi tersebut, seringkali ibu, mengarang materi dongeng sendiri.
“tidak memiliki” waktu untuk Apapun kondisinya, tidak ada yang
kebersamaan dengan anak-anaknya. Oleh salah dan tidak ada yang benar. Sesedikit
karena itu tidak heran kalau kemudian apapun frekuensi mendongeng, sangat jauh
orang menjadi skeptis bahwa tradisi lebih bagus daripada tidak sama sekali.
mendongeng itu akan bisa kembali lagi. Oleh karena bagaimanapun, mendongeng
Namun demikian apa yang menjadi memiliki manfaat yang besar baik bagi
kekhawatiran tersebut, ternyata tidak yang mendongeng dan terutama bagi yang
sepenuhnya benar. Hasil penelitian didongengkan.
menunjukkan bahwa dari semua informan Tradisi mendongeng merupakan
yang diwawancara, mereka “terbiasa” salah satu model untuk media pendidikan
dengan kegiatan mendongeng untuk putra karakter. Melalui kegiatan mendongeng,
putrinya. “Terbiasa” di sini diartikan nilai-nilai kehidupan akan sampai kepada
dengan dilakukan setiap hari, sering, anak-anak. Bagaimanapun kondisinya, ada
ataupun hanya sesekali. Dengan kata lain baiknya tradisi mendongeng tetap menjadi
tidak absen atau nol sama sekali. agenda dalam sebuah keluarga.Tradisi
Tidak semua orang tua (ibu) mendongeng hanya akan bertahan apabila
memiliki alasan yang sama mengapa ditransmisikan dari satu generasi ke
mereka mendongeng. Masing-masing generasi berikutnya. Oleh karena budaya
82 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 67- 82

lahir dari interaksi antarmanusia (Sutrisno Bungin, Burhan. 2009.


dan Putranto, ed., 2009: 9). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada
Media Group.
UCAPAN TERIMA KASIH Danandjaja, James. 1991.
Diucapkan terima kasih yang Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka
sedalam-dalamnya kepada ibu-ibu yang Utama Grafiti.
telah menyediakan waktunya untuk Garna, Yudistira K. 2009.
diwawancara. Terima kasih untuk Metoda Penelitian Kualitatif. Bandung:
kerjasamanya. The Judistira Foundation dan Primaco
Akademika.
DAFTAR SUMBER
Koentjaraningrat. 1990.
1. Jurnal Kebudayaan Mentalitas dan
Asis, Abdul. “Eksistensi Tula-Tula bagi Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Masyarakat Wakatobi: Salah Satu
Sumber Pendidikan Karakter” dalam ________. 1996.
Jantra Vol. 10 No. 2. Desember 2015. Pengantar Antropologi I. Jakarta:
Hlm. 133, 134, 135, 154, 155. Rineka Cipta.
Intani T., Ria. “Kiat Penjual Makanan dalam Saebani, Beni Ahmad. 2012.
Menembus Pasar” dalam Jurnal Pengantar Antropologi. Bandung:
Patanjala Vol. 6 No. 2. Juni 2014. Hlm Pustaka Setia.
316. Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011.
Judhita, Christiany. “Dongeng dan Radio Pengantar Sosiologi. Jakarta: Pranada
(Pendidikan Karakter dalam Dongeng Media Group.
Nusantara di Radio SPFM Makassar)” Sutrisno, Mudji dan Hendar Putranto, ed. 2009.
dalam Jantra Vol. 10 No. 2. Desember Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta:
2015. Hlm. 178. Kanisius.
Kusumah, Siti Dloyana. “Studi tentang Model
Pendidikan Karakter di Pesantren 3. Surat Kabar/Majalah
Modern Dinniyah Puteri “Perguruan Aminah, Neneng.
Diniyah Puteri” Padang Panjang, “Resep Dongeng, Daek Maca”.
Sumatera Barat” dalam Jurnal Pikirang Rakyat. 16 Oktober 2017, hlm.
Patanjala Vol. 5 No. 1. Maret 2013. 24.
Hlm. 59-60.
Ginting & Heni.
Rahmawati. “Cerita Rakyat Makassar sebagai “Keluarga Pendongeng dari Ciganjur”.
Media Pembentukan Karakter” dalam Nyata. 11 April 2014, hlm. 31.
Jantra Vol. 10 No. 2. Desember 2015.
Seftiawan, Dhita.
Hlm. 154-155, dan 160.
“PPK Serentak Semester Depan:
Rosmana, Tjetjep. “Mitos dan Nilai dalam Kemendikbud Siapkan Rapor Karakter
Cerita Rakyat Masyarakat Lampung” Selain Rapor Akademis”. Pikiran
dalam Jurnal Patanjala Vol. 2 No. 2, Rakyat. 17 Oktober 2017, hlm. 13.
Juni 2010. Hlm. 191.
Sjamsuri, Elin.
Rusnandar, Nandang. “Tradisi Mendirikan “Ngadongengkeun Dongeng”. Pikiran
Imah Gede dan Rumah Warga di Rakyat. 16 Oktober 2017, hlm. 24.
Kasepuhan Sinar Resmi Kabupaten
Tesar.
Sukabumi dalam Jurnal Patanjala Vol.
“Dongeng Tingkatkan Minat Baca,
7 No. 1. Maret 2015. Hlm. 114.
Kreativitas dan Imajinasi Anak”. MOM
& KIDS Femina Edisi 19. Th IV. 05-18
2. Buku April 2013, hlm. 8.
Anonim. 2017.
Laporan Program Kerja Kelurahan
Cisaranten Wetan Kecamatan Cinambo.
Pengobatan Tradisional di Kec. Lemahabang …(Irvan Setiawan) 83

PENGOBATAN TRADISIONAL
DI DESA LEMAHABANG KULON,
KEC. LEMAHABANG, KAB. CIREBON
TRADITIONAL MEDICINE IN WEST LEMAHABANG VILLAGE,
LEMAHABANG SUB-DISTRICT, DISTRICT OF CIREBON

Irvan Setiawan
Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Jawa Barat
Jl. Cinambo no. 136 Ujungberung – Bandung 40294
e-mail: kamaliasetiawan@yahoo.co.id

Naskah Diterima:8 Januari 2018 Naskah Direvisi:15 Februari 2018 Naskah Disetujui:3 Maret 2018

Abstrak
Pengobatan modern dan pengobatan tradisional merupakan dua jenis pengobatan yang
kerap dipakai untuk mengatasi sakit yang diderita. Masing-masing jenis pengobatan memiliki
keampuhan dan peminatnya. Indonesia sudah mensahkan obat tradisional sebagai media
alternatif untuk mengobati masyarakat. Obat tradisional merupakan sebuah kearifan lokal dari
generasi terdahulu yang didapat melalui berbagai proses untuk membuktikan keampuhannya.
Penelitian yang menggunakan metode deskripsi kualitatif ini bertujuan untuk menggali sumber
pengetahuan dan jenis pengobatan tradisional di lokasi penelitian. Diperoleh hasil bahwa garis
keturunan dan keingintahuan menjadi latar belakang penyembuh dalam memeroleh pengetahuan
pengobatan tradisional. Rasa percaya terhadap cara pengobatan, ikhlas, dan memasrahkan diri
pada Sang Pencipta menjadi unsur utama yang harus dimiliki pasien dan penyembuh untuk
mengobati penyakit yang sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat.

Kata kunci: pengobatan tradisional, kearifan lokal.

Abstract
Modern and traditional medicine are two types of treatment that are often used to
overcome illness. Each type of treatment has the power and also the followers. Indonesia has
legalized traditional medicine as an alternative media. Traditional medicine is a local wisdom of
previous generations that gained through various processes to prove its ability. The research uses
qualitative description method to explore and find the type of traditional medicine in the research
location. The result is obtained that the lineage and curiosity become the background of the healer
in obtaining knowledge of traditional medicine. Belief in the way of treatment, sincerity, and
surrender to the Creator becomes the main element that must be possessed by the patient and the
healer to treat the disease according to local socio-cultural conditions.
Keywords: traditional medicine, local wisdom.
84 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 83 - 98

A. PENDAHULUAN didatangkan (santet, tenung, dan lain-lain).


Men sana in corpore sano, sebuah Berbeda halnya dengan penyakit yang
pepatah dari Yunani yang maknanya disebabkan oleh pengaruh lingkungan fisik
adalah jiwa yang sehat ada di dalam badan (perubahan cuaca, salah makan, dan lain-
yang sehat. Ada dua kata dari kalimat lain) yang kemudian diistilahkan sebagai
tersebut, yaitu kesehatan tubuh dan penyakit naturalistik (Soejoeti, tt: 4).
kesehatan jiwa. Sehat yang menjadi Pemerintah RI melalui Undang-
keutamaan setiap umat manusia (tubuh dan Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
jiwa) menjadi sebuah tanda tanya besar Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan
baik tentang konsep atau pun definisinya. adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
Memang, rangkuman dari seluruh definisi dan sosial yang memungkinkan hidup
sehat yang sekian banyak bertebaran akan produktif secara sosial dan ekonomi.
mengerucut pada kesehatan tubuh dan Sementara itu, definisi sakit: seseorang
jiwa, namun bagaimana atau seperti apa dikatakan sakit apabila ia menderita
tubuh dan jiwa yang sehat, dan siapa yang penyakit menahun (kronis), atau gangguan
berhak menentukan seseorang itu sehat kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas
atau sakit? Dengan kata lain, kata “sehat” kerja menjadi terganggu. Kondisi sakit
itu menjadi sebuah definisi parsial dan yang dalam istilah sehari-hari seperti
tidak bisa dibakukan secara universal. Hal masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak
tersebut disebabkan bahwa definisi sehat mengganggu aktivitasnya, maka ia
ditentukan oleh masing-masing kelompok dianggap tidak sakit (Biro Pusat Statistik,
sosial/ budaya. Sisi biobudaya kemudian 1994).
memegang peranan penting dalam hal ini. Pengertian sehat dan sakit tersebut
Masyarakat tradisional lebih mengedepan- memperkuat kenyataan di lapangan bahwa
kan pendekatan budaya dalam menentukan ada sebentuk kekuatan dari lingkungan
seseorang sehat atau sakit. Berbeda halnya sosial dan budaya dalam mendefinisikan
dengan pendekatan dunia kedokteran sehat dan sakit terhadap individu dalam
modern yang menggunakan analisa labora- lingkungannya. Hasil analisis kedokteran
torium dan perangkat kesehatan modern modern yang menyatakan seseorang itu
untuk menentukan sehat atau sakitnya sakit kembali mentah tatkala berbeda
seseorang, baik secara fisik atau psikis. dengan definisi yang diberikan lingkungan
Kondisi psikis yang sakit kemudian sosial/budayanya (Arianto, 2001: 3).
dinamakan pula dengan istilah patologi Sakit perlu disembuhkan dan hal
sosial1, kerap dalam analisis dunia tersebut memerlukan penanganan dalam
kedokteran diartikan sebagai sakit bentuk pelayanan kesehatan. Praktek
kejiwaan dan perlu penanganan psikologis pelayanan kesehatan di Indonesia terbagi
untuk memperbaiki mental agar mereka dalam bentuk pelayanan kesehatan modern
dapat kembali berinteraksi secara normal. dan tradisional. Berdasarkan Undang-
Masyarakat tradisional memandang lain Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
untuk mendefinisikan penyakit psikis. Kesehatan didefinisikan bahwa pelayanan
Sebagian kalangan antropolog kesehatan kesehatan tradisional adalah pengobatan
mengarahkan penyakit psikis tersebut pada dan/atau perawatan dengan cara dan obat
jenis penyakit personalistik, yaitu sakit yang mengacu pada pengalaman dan
yang disebabkan intervensi energi asing keterampilan turun-temurun secara empiris
dalam baik yang datang sendiri atau pun yang dapat dipertanggungjawabkan dan
diterapkan sesuai dengan norma yang
1
Menurut Kartono (1992: 1), Patologi berasal berlaku di masyarakat.
dari kata Pathos (penderitaan/penyakit) dan Mengemukanya bentuk pelayanan
Logos (ilmu). Dengan demikian, patologi kesehatan tradisional belakangan ini di
sosial adalah perilaku laku menyimpang dari antaranya dipicu oleh kenaikan harga obat
norma sosial yang ada dalam masyarakat.
Pengobatan Tradisional... (Irvan Setiawan) 85

dan biaya perawatan di rumah sakit. Di - Obat Tradisional


Mesir contohnya, saat harga obat (modern) Penjelasan tentang obat tradisional
melonjak, masyarakat Mesir kini mulai merujuk pada Peraturan Pemerintah
beralih menggunakan pengobatan herbal Nomor 103 Tahun 2014 tentang pelayanan
sebagai salah satu media penyembuhan kesehatan tradisional utamanya dalam
(Antaranews, 2017). Pasal 1 Ayat 4 menyatakan bahwa Obat
Hal ihwal bentuk pengobatan herbal Tradisional adalah bahan atau ramuan
di Indonesia sebenarnya beberapa tahun bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
belakangan sudah mengemuka. Dan, bukan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
hanya pengobatan herbal saja untuk (galenik), atau campuran dari bahan
mengobati penyakit, ada banyak alternatif tersebut yang secara turun-temurun telah
untuk mengobati penyakit berdasarkan digunakan untuk pengobatan, dan dapat
lingkup sosial dan budaya masyarakat, diterapkan sesuai dengan norma yang
seperti halnya jenis pengobatan di Desa berlaku di masyarakat.
Lemahabang Kulon, Kecamatan - Jamu
Lemahabang, Kabupaten Cirebon yang Jamu adalah obat tradisional yang
menjadi lokasi penelitian ini. disediakan secara tradisional, misalnya
Batasan-batasan dalam sebuah dalam bentuk serbuk seduhan atau cairan
penelitian tidak lepas dari ruang lingkup yang berisi seluruh bahan tanaman yang
yang diharapkan mampu untuk menjadi menjadi penyusun jamu tersebut serta
sebuah kerangka yang menjaga peneliti digunakan secara tradisional. Pada
untuk tetap fokus dalam pencarian umumnya, jenis ini dibuat dengan
informasi dan mengemasnya dalam sebuah mengacu pada resep peninggalan leluhur
laporan penelitian. Batasan yang diartikan yang disusun dari berbagai tanaman obat
sebagai ruang lingkup dalam penelitian ini yang jumlahnya cukup banyak, berkisar
mencakup pengertian tentang pengetahuan antara 5 – 10 macam bahkan lebih.
masyarakat tentang pengobatan tradisional. Golongan ini tidak memerlukan
pembuktian ilmiah sampai dengan klinis,
- Sehat tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu
Definsi dan penjelasan tentang sehat yang telah digunakan secara turun-temurun
didasarkan atas definisi dari Pemerintah RI selama berpuluh-puluh tahun bahkan
melalui UU No. 23, 1992 tentang mungkin ratusan tahun, telah membuktikan
Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan keamanan dan manfaat secara langsung
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa untuk tujuan kesehatan tertentu.
dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. B. METODE PENELITIAN
Dalam sebuah penelitian sangat
- Pelayanan Kesehatan diperlukan sebuah metode penelitian yang
Penjelasan terhadap pelayanan dapat dipertanggungjawabkan secara
kesehatan merujuk pada Peraturan ilmiah. Penelitian mengenai pengetahuan
Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014 masyarakat tentang pengobatan tradisional
tentang pelayanan kesehatan tradisional bersifat kualitatif2 dan mengacu pada
utamanya dalam Pasal 11, yaitu: Pelayanan
Kesehatan Tradisional Komplementer 2
Menurut John W. Cresswell (dalam Somantri,
dilakukan dengan cara pengobatan/ 2005: 58), penelitian kualitatif yang dilihat dari
perawatan dengan menggunakan: a. sudut ontologis dan epistemologis berbeda
keterampilan; dan/atau b. ramuan. dengan penelitian kuantitatif. Dari sudut
ontologis, penelitian kualitatif memandang
realitas sebagai hasil rekonstruksi individu
yang terlibat dalam situasi sosial. Sudut
epistemologis, penelitian kualitatif berupaya
86 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 83 - 98

pendalaman informasi, baik melalui merujuk pada sumber data sekunder baik
sumber tertulis maupun lisan. dalam bentuk hasil penelitian, jurnal, dan
gambar serta data visual (video).
1. Metode dan Analisis
Penelitian ini berupaya untuk 3. Lokasi Penelitian
mendeskripsikan dan menganalisis Secara spesifik, fokus penelitian
beberapa permasalahan sebagai berikut: diarahkan pada wilayah yang masih
1. Sumber pengetahuan pengobatan menggunakan pengobatan dengan cara
tradisional tradisional. Kerangka ini kemudian
2. Penyebab penyakit dan jenis mengarah pada kampung adat atau pun
pengobatan tradisional. kampung yang masih memiliki aktivitas
Metode kualitatif yang menjadi ketradisionalan, yaitu di Desa Lemahabang
pilihan dalam penelitian ini berkutat pada Kulon, Kecamatan Lemahabang,
data dalam bentuk kata-kata dan gambar, Kabupaten Cirebon.
kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya
kalimat hasil wawancara antara peneliti C. HASIL DAN BAHASAN
dengan informan. Metode kualitatif 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
bergerak dengan objek yang bersifat Desa Lemahabang Kulon
fenomenologis yang dilakukan melalui merupakan salah satu dari 24 desa yang
observasi tidak terkontrol. Dengan ada di Kecamatan Lemahabang. Cuaca dan
demikian, objek yang dimaksud haruslah curah hujan di Desa Lemahabang Kulon
bersifat holistik dengan mementingkan adalah sama dengan desa lainnya di
realitas dinamis dari hasil penelitian. Kecamatan Lemahabang. Dengan curah
Kedinamisan ini amat mengutamakan hujan mencapai 219 mm pada tahun 2015
proses melalui perolehan informasi melalui untuk per 10 hari hujan per bulan. Oleh
pendekatan dengan objek atau informan karena itu, dapat dikatakan bahwa cuaca di
secara mendalam. Oleh karena itu logika Kecamatan Lemahabang dapat dikatakan
induktif menjadi pilihan dalam proses tergolong panas. Walaupun demikian,
penganalisisan sebuah data kualitatif. kondisi panas kurang begitu memengaruhi
Analisis yang digunakan intensitas air irigasi yang mengaliri area
berpedoman pada teori atau paradigma persawahan di kecamatan tersebut,
tentang fenomena dari sebuah budaya yang utamanya di Desa Cipeujeuh Kulon yang
ditambahkan dengan teori yang masuk merupakan desa penghasil padi terbanyak,
dalam kategori interaksionisme simbolik. yaitu mencapai 4.804,34 ton pada tahun
Tidak menutup kemungkinan bahwa data 2015. Berbeda halnya dengan Desa
yang masuk akan dipilah dalam sebuah Lemahabang Kulon yang tidak potensial
tabel kuantitatif namun dengan penjelasan dalam bidang persawahan. Selain bidang
kualitatif tentunya. pertanian, perekonomian Kecamatan
Lemahabang diperoleh dari unit jasa
2. Pengumpulan Data (bengkel, fotocopy, servis elektronik),
Sumber data adalah seperti yang keuangan (Bank), PNS, TNI, dan pegawai
disebutkan di atas yaitu data tidak tertulis swasta.
dan tertulis. Data tidak tertulis dapat Wilayah Desa Lemahabang Kulon
diperoleh dengan mencari data primer dapat dikatakan sebagai yang terpadat di
melalui proses wawancara dengan antara desa lainnya di Kecamatan
informan atau pun tokoh masyarakat. Lemahabang, yaitu 8.417 jiwa per km2.
Sementara data tertulis dicari dengan Sementara untuk desa dengan penduduk
terbanyak berada di Desa Cipeujeuh
Wetan, yaitu mencapai 8.658 jiwa. Apabila
menjalin interaksi dengan objek yang dilihat dari jumlah orang per keluarga,
ditelitinya.
Pengobatan Tradisional... (Irvan Setiawan) 87

Desa Cipeujeuh Kulon dan Desa Sigong dapat dilihat oleh mata biasa, dapat
memiliki anggota keluarga terbanyak, dirasakan baik dengan menggunakan
yaitu mencapai 5 orang per keluarga. tangan atau pun dengan menggunakan
Sarana pendidikan di Kecamatan peralatan medis. Sebagai contoh adalah
Lemahabang tergolong sudah lebih baik di penyakit demam yang ditandai dengan
tingkat SD, yaitu telah tersedianya 27 suhu tubuh yang lebih panas dari kondisi
Sekolah Dasar. Berbeda halnya pada normal, tubuh akan terlihat menggigil, dan
tingkat SLTP yang hanya berjumlah 2 unit rona wajah yang agak pucat.
dan SLTA sebanyak 1 unit. Hal ini Menurut informan, penyakit lahir
berdampak pada jumlah rasio mengajar. juga dapat mengakibatkan penyakit batin.
Pada tingkat SD jumlah rasio mencapai 22 Beberapa kasus yang diderita pasien
– 23 orang murid, sedangkan tingkat SLTP dengan masa sakit yang berkepanjangan
berjumlah 23 orang murid. Tingkat SLTA dapat mengakibatkan kondisi psikis pasien
mencapai 18-20 murid untuk 1 guru. menjadi jenuh, kesal, dan stress karena
Di bidang sarana kesehatan, Desa penyakitnya tidak kunjung sembuh. Dalam
Lemahabang Kulon telah tersedia beberapa kasus ekstrem, proses
Puskesmas sebanyak 1 unit, sementara penyembuhan yang tidak berkesudahan
untuk rumah sakit sama sekali belum membuat pasien mengalami depresi dan
tersedia di Kecamatan Lemahabang. memilih untuk mengakhiri hidupnya.
Hanya tersedia praktek dokter umum Penyebab dari alam, seperti angin
sebanyak 4 unit, dokter gigi sebanyak 1 merupakan salah satu penyebab penyakit
unit, dan dokter spesialis sebanyak 3 unit, yang banyak dikemukakan dan menjadi
serta Posyandu sebanyak 67 unit. penyakit yang banyak menyerang manusia,
Berdasarkan data statistik, jumlah tersebut seperti masuk angin dan angin duduk.
tidak mengalami peningkatan selama tiga Penyebab kedua penyakit tersebut
tahun berturut-turut (2013 – 2015). dilatarbelakangi oleh hawa dingin atau
angin saat sedang beraktivitas seperti
2. Pengobatan Tradisional di Desa mengendarai motor, keluar malam hari,
Lemahabang Kulon atau pun kehujanan. Penyakit masuk angin
a. Penyakit dan Penyebabnya tidak ada dalam istilah dunia kedokteran.
Penyakit yang diderita manusia Pasien menjabarkan gejala masuk angin
tidak lepas dari berbagai penyebab. melalui keluhan seperti merasa kedinginan,
Menurut penuturan informan berinisial US demam, perut kembung berisi angin,
bahwa kondisi fisik yang tidak bugar pegal-pegal, batuk, flu, dan buang angin
adalah penyebab utama yang terus-menerus. Angin juga dapat
mengakibatkan gejala penyakit itu muncul. mengakibatkan penyakit angin duduk.
Selain fisik, kondisi psikis atau mental Dalam dunia kedokteran, penyakit angin
turut menjadi penyumbang bagi sakitnya duduk disebut dengan nama Angina
manusia. Kedua penyebab tersebut secara Pectoris, atau dalam bahasa Indonesia
bersamaan akan membuat antibodi yang biasa dikenal dengan nama Sindroma
secara alami sebagai unsur utama Koroner Akut (SKA) yang merupakan
pencegah penyakit dalam tubuh manusia salah satu jenis dari penyakit jantung
akan menjadi lemah. koroner akut.
Penyakit yang menjadi masalah Berbeda halnya dengan penyakit
utama dalam diri manusia menurut lahir, penyakit batin sulit dideteksi baik
informan berinisial US terbagi dalam dua melalui panca indera atau pun
jenis, yaitu penyakit lahir dan penyakit menggunakan peralatan medis. Salah satu
batin. Penyakit lahir mengakibatkan rasa cara untuk mendeteksi penyakit batin
sakit yang diderita secara fisik dan akan menurut informan berinisial US adalah
nampak secara lahiriah. Pengertian tampak dengan melakukan pendekatan psikologis
88 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 83 - 98

pada sang pasien agar dapat diketahui jenis Utara. Di daerah tersebut masih terdapat
penyakit batin apa yang dideritanya. Patut mitos yang menyebutkan bahwa penyakit
diperhatikan bahwa penyakit batin juga panas yang disertai kejang-kejang pada
dapat menjadi penyebab terjangkitnya bayi yang masih berusia kurang dari satu
penyakit lahir. Penyakit batin yang diderita minggu dipercayai karena ulah buburuk
menurut informan disebabkan baik oleh (genderuwo hitam). Pencegahannya adalah
latar belakang psikologis maupun serangan dengan terus menemani sang bayi setiap
dari makhluk gaib. Jenis makhluk gaib saat. Panas yang menyerang bayi pada sore
yang disinyalir kerap mengganggu hari harus segera diobati. Caranya dengan
manusia adalah jin, setan, dan siluman. membakar timbunan pasak (gabah padi)
Serangan yang datang dari makhluk gaib serta menaburkan garam dan cabai di
pada diri manusia sebenarnya dapat sekeliling rumah.
diantisipasi dengan kekuatan batin yang
sudah ada dalam diri manusia. Walaupun b. Sumber Pengetahuan Pengobatan
demikian, apabila serangan dilakukan Tradisional
dengan cara yang bertubi-tubi maka lambat Pengetahuan pengobatan tradisional
laun akan mengakibatkan efek samping yang dimiliki penyembuh biasanya
pada kondisi fisik manusia. diperoleh secara garis keturunan. Dari
Hal keberadaan makhluk gaib dalam bakat yang telah ada, mereka kemudian
diri manusia juga diyakini oleh informan memperdalamnya baik dengan membaca
berinisial AC yang berprofesi sebagai referensi lalu mempraktikkannya sendiri
paraji (dukun beranak), yang menyatakan (self education) atau pun belajar langsung
bahwa penyakit juga dapat dilatarbelakangi pada penyembuh lainnya.
keberadaan makhluk gaib yang mendekam Beberapa informan yang
dalam batin manusia. Salah satu ciri yang mendapatkan pengetahuan pengobatan dari
dapat diraba secara fisik adalah suhu tubuh garis keturunannya adalah seperti yang
manusia yang meningkat namun disertai dikemukakan informan berinisial US.
dengan keringat dingin. Lebih jauh lagi, Beliau memeroleh bakat penyembuhan
keberadaan makhluk halus yang dari orangtuanya (ayah). Sebagai guru
mendampingi manusia tidak hanya terbatas kerohanian (Ustadz), orangtuanya kerap
pada usia tertentu saja. Bahkan, bayi baru memberikan pertolongan kepada siapa saja
lahir pun sudah ada tanda-tanda bahwa yang membutuhkan pengobatannya. Sejak
bayi tersebut sudah didampingi oleh kecil, keingintahuannya memang cukup
makhluk halus. Salah satu cirinya adalah besar untuk melihat dan mengetahui apa
kondisi bayi yang bersih seperti habis yang dikerjakan orangtuanya. Sedikit demi
mandi sewaktu baru keluar dari rahim sang sedikit ia mulai menguasai teknik-teknik
ibu. Umumnya, bayi kerap dilumuri darah pengobatan tradisional. Selain itu, ia juga
dalam banyak proses kelahiran. Hal yang belajar sendiri melalui referensi baik
sangat jarang terjadi inilah yang dianggap sekunder maupun belajar dari penyembuh
bahwa ada sesuatu keanehan pada sang lainnya. Hingga kini pengetahuan tentang
bayi saat dilahirkan. pengobatan tradisional masih
Dunia batiniah dan keberadaan dipergunakan untuk mengobati pasiennya.
makhluk gaib dalam budaya masyarakat Selain pengetahuan herbal, bakat
terkadang masih kental. Tidak hanya pada pengobatan dengan terapi pijat juga
masyarakat pedesaan, sebagian masyarakat diturunkan dari orangtuanya. Teknik
di DKI Jakarta sebagai ibukota negara tersebut kemudian dikembangkan dengan
Republik Indonesia masih mempercayai melihat referensi baik dari sumber tulisan
keberadaan makhluk gaib. Sulaksono maupun lisan. Proses pemijatan yang
dalam Trubus dan Lumanau (1999: 28) dilakukannya dimulai dari kaki lalu
mencontohkan kasus di Cilincing Jakarta diteruskan hingga ke badan, tangan, dan
Pengobatan Tradisional... (Irvan Setiawan) 89

kepala. Proses pijat ini berguna untuk segelas air dan akan diminumkan kepada
memperlancar peredaran darah. Jantung pasien sehabis membacakan amalan
sebagai mesin utama dari peredaran darah tersebut. Amalan yang sudah diberikan dan
tubuh manusia menjadi fokus utama dilakoni secara tidak langsung akan
pijatan. Dengan menggunakan teknik pijat bersatu dengan jiwa sehingga tidak akan
yang dikuasainya, banyak pasien yang hilang meskipun tidak melakukan wirid.
telah disembuhkannya. Namun, tingkat kekhasiatan, apabila tidak
Informan lainnya, seperti halnya dilakukan wirid secara rutin, sedikit demi
dengan informan berinisial MD, sedikit akan berkurang khasiatnya.
mengkhususkan diri pada pendekatan yang Ihwal penguasaan ilmu pengobatan
murni spiritual dan lebih memprioritaskan yang dimilikinya saat ini yang diperoleh
pengobatan pada pasien yang terkena dengan cara belajar di Pondok Pesantren
gangguan makhluk halus. Keahlian dalam Baitul Jabar didasarkan atas keingintahuan
mengusir makhluk halus diperoleh setelah serta bakat yang diturunkan dari kakeknya.
berguru di Pondok Pesantren Baitul Jabar Sejak kecil, ia telah tertarik dengan ilmu
di daerah Sumber Kabupaten Cirebon. Saat yang dimiliki kakeknya. Apa yang menjadi
itu, ia berstatus sebagai pasien yang ketertarikan cucunya tersebut rupanya
terkena gangguan makhluk halus. Setelah bagai gayung tidak bersambut. Sang kakek
sembuh, ia berinisiatif untuk berguru di bersifat pasif dan tidak berniat untuk
pondok pesantren tersebut. Gayung mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada
bersambut, ia diterima sebagai murid dan cucunya tersebut. Namun demikian, apa
mulai belajar. Pelajaran pertama yang yang menjadi amalan dan perilaku
diterimanya adalah mempelajari kakeknya secara diam-diam dihapalkan
hasbunnallah yang bersumber dari oleh cucunya tanpa ada upaya untuk
Alquran. Sehubungan dengan usia yang menuangkannya dalam tulisan agar lebih
telah lanjut, ia hanya belajar intisarinya mudah dihapal. Yang menarik bahwa ia
saja. Intisari dari ajaran yang diperoleh di memang tidak mau mempelajari ilmu dari
pesantren kemudian dijadikan amalan yang kakeknya. Dengan kata lain, ia secara tidak
dilakoni kurang lebih seminggu dan sadar telah menghapal atau mempelajari
dilakukan secara rutin. Amalan dibacakan ilmu kakeknya itu. Sang kakek yang sudah
tujuh malam berturut-turut pada tengah mengetahui ketertarikan dan bakat cucunya
malam, sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. itu kemudian berpesan bahwa apabila
Setiap amalan kadang harus dibacakan di butuh pertolongan, “kakek aja sambat”.
antaranya sebanyak 103 bahkan hingga Maksudnya, dengan cara menyebut dan
999 kali. Amalan yang diperintahkan memohon izin dari kakeknya, maka sang
biasanya ditulis dalam sehelai kertas kakek akan menolong apa yang menjadi
kemudian dibaca dan dihapalkan. Perintah kesulitan cucunya itu, baik dengan cara
selanjutnya, sang guru akan menyuruh tatap muka atau pun secara jarak jauh.
membuang kertas tersebut agar tidak Namun demikian, ia tetap berprinsip
dibaca oleh orang lain. Kuatir bahwa manusia tidak memiliki
disalahgunakan katanya. Amalan tersebut kemampuan apapun apabila tidak
harus dilakukan secara rutin. Apabila lalai, diberikan oleh Allah SWT. Dikaitkan
sang guru tidak akan mengajarkan ilmunya dengan pesan dari kakeknya, ia kemudian
lagi pada murid tersebut karena akan mengkolaborasikan keduanya sehingga
dianggap murid tersebut tidak serius keluhan atau permohonan bantuannya itu
belajar. disampaikan selain kepada kakeknya juga
Menurutnya, setiap amalan berisi 41 disampaikan kepada Allah SWT sebagai
perkara yang berarti sangat berguna untuk sang Maha Pencipta alam semesta. Jadi
mengobati sekian banyak penyakit. Setiap fokus utama dari permohonan bantuannya
kali mengamalkan ajaran selalu disediakan tersebut kepada Sang Maha Pencipta yang
90 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 83 - 98

juga disampaikannya kepada sang kakek menjadi alternatif dalam membantu proses
(melalui amalan). penyembuhan pasien.
Sumber pengetahuan pengobatan
tradisional lainnya adalah seperti yang c. Penyakit Psikis
diungkapkan oleh Informan berinisial S, Psikis atau batiniah seseorang
yang berprofesi sebagai penjual jamu. memiliki kerentanan akibat masalah yang
Selain menimba ilmu “perjamuan” dari disebabkan lingkungan keluarga, sosial
berbagai referensi yang diperoleh dari atau pun kerjanya. Akibat dari hal tersebut,
mass media dan buku-buku pengobatan kondisi kejiwaan seseorang akan
yang banyak diperjualbelikan, ia juga mengalami gangguan. Apakah gangguan
memeroleh informasi pengetahuan tentang itu murni dari ketidakmampuan pikiran
jamu dari nenek (dari pihak ibu) yang ahli seseorang atau adanya unsur makhluk
dalam meracik jamu. Bakat yang mengalir gaib? Hal ini kemudian menjadikan
dari tubuh orangtuanya kemudian spesialisasi dari para penyembuh untuk
diberdayakan hingga saat ini. memperdalam ilmu penyembuhan yang
Teknik pijat juga menjadi salah satu disebabkan oleh gangguan kejiwaan atau
jenis pengobatan tradisional. Pengetahuan pun karena makhluk halus (gaib).
mengenai teknik pijat dimiliki oleh
informan berinisial A. Profesi sebagai - Pengobatan Penyakit Kejiwaan
pemijat bukanlah menjadi pekerjaan Penyakit batin seperti depresi, stress,
pertamanya. Ia terlebih dahulu berjualan bahkan gila, memerlukan penanganan yang
obat sejak tahun 1970-an. Proses sebagai spesial. Diawali dengan interaksi dan tanya
pemijat tidak dapat diketahui secara pasti jawab seputar latar belakang kehidupan
karena keahlian memijat diperoleh pasien untuk kemudian semakin menjurus
menurutnya, dari bakat turunan dari pada permasalahan utama yang menjadi
leluhurnya. Pada waktu itu, ia rajin penyebab penyakit batin. Dalam kaitannya
berpuasa dan melakukan berbagai aktivitas dengan depresi, Menurut Kusumanto
beribadah. Tujuannya kala itu hanya ingin (1981: 83), di zaman Hipocrates, penyakit
mendapatkan keselamatan dunia dan depresi disebut dengan istilah melancholy.
akhirat. Di antara berbagai amalan yang Depresi tidak mengenal batas usia, ras,
kerap dibacakannya dalam menjalankan jenis kelamin, dan strata sosial. Ada
wirid adalah surat Alfatihah. Ia kesedihan yang mendalam akibat
mengatakan bahwa surat Alfatihah ketidakkuatan mental dalam menghadapi
merupakan surat wajib yang dapat sebuah peristiwa yang tidak terduga dan
dibacakan atau diwiridkan sebanyak- tidak diharapkan. Hal ini kemudian
banyaknya. Ia mulai terjun untuk menimbulkan kekecewaan dan selanjutnya
mengobati dengan cara pijat pada tahun akan mengakibatkan depresi. Beberapa
1995. Kala itu, pasien pertamanya adalah teknik yang digunakan pengobat dalam
pamannya sendiri yang mengalami stroke. mengatasi penyakit kejiwaan adalah
Meskipun melakukan pengobatan sebagai berikut
secara tradisional, para penyembuh 1. Terapi Spiritual Islami
tersebut di atas memiliki pendapat yang Pengobatan yang dilakukan untuk
sama bahwa mereka tidak menafikan peran mengatasi penyakit batiniah di
pengobatan medis modern yang juga antaranya dengan terapi spiritual islami.
dikatakan ampuh dalam proses Terapi ini memandang bahwa kedekatan
penyembuhan pasien. Jenis pengobatan dengan Sang Pencipta, menjadi sebuah
modern tidak hanya merujuk jenis obat kekuatan dan kesadaran tersendiri (self
yang harus ditebus dengan resep dokter. awareness) yang membantu pasien
Obat medis bebas (non generik) juga dalam proses penyembuhan atas segala
penyakitnya. Cara yang dilakukan
Pengobatan Tradisional... (Irvan Setiawan) 91

menurut Taufiq (2006: 101) adalah dalam kategori tradisional pada tahun
dengan menggunakan konsep Alquran 2008 oleh Presiden RI kala itu telah
dan assunnah. Dengan melakukan dimasukkan menjadi Brand of
pendekatan diri kepada Allah SWT Indonesia. Kementerian Kesehatan
melalui wirid dan zikir secara teratur, melalui Sistem Kesehatan Nasional
menurut informan berinisial US, tahun 2009 telah memasukkan
dipercaya akan mampu meningkatkan pengobatan tradisional, alternatif, dan
energi positif yang berperan penting komplementer sebagai bagian dari
dalam proses penyembuhan pasien. subsistem upaya kesehatan (Yuningsih,
Bacaan wirid dan zikir yang 2012: 10).
diperintahkan penyembuh kepada Di antara beragam ramuan jamu yang
pasiennya dapat dimasukkan dalam banyak beredar di pasaran, informan
kelompok pengobatan terapi pikiran dan berinisial S lebih memilih mengolah
spiritual. sendiri jamu yang memang digunakan
2. Terapi Olah Nafas khusus untuk penyakit. Meskipun
Terkait dengan proses penyembuhan demikian, para penyembuh meyakinkan
bagi penyakit batin yang diakibatkan dirinya bahwa jamu hanyalah media
oleh penyakit lahir menurut informan penyembuh saja, sementara yang
berinisial US dilakukan dengan cara menentukan sehat dan sakit adalah Allah
olah nafas secara teratur dengan durasi SWT. Informan berinisial US
waktu yang tidak terlalu lama. mencontohkan bahwa jangankan
Keteraturan dalam olah nafas menggunakan jamu, hanya meminum
dikatakannya dapat membantu segelas air saja dan atas izin Allah SWT
meringankan beban psikis (batin) yang maka sang pasien akan mengalami
diderita pasien akibat penyakit lahir proses kesembuhan yang lebih cepat. Ia
yang tidak kunjung sembuh. Manfaat menambahkan bahwa tidak hanya
dari olah nafas menurut informan penyakit batin saja, penyakit lahir pun
berinisial US, selain membantu dapat disembuhkan dengan meminum
meringankan beban psikis (batin) juga segelas air yang telah mendapat izin dari
dapat merekonstruksi dan membangun Allah SWT. Salah satu doa yang
kembali zat antibodi dalam tubuh dipanjatkan kepada Allah SWT, yaitu
manusia yang tadinya berkurang atau saat sebelum meminum jamu adalah
lemah akibat diserang oleh penyakit. dengan mengucapkan kalimat “Ya Ilahul
3. Terapi Jamu Mahmudu Fikuli, Huu......”. Suku kata
Pengobatan tradisional juga dapat terakhir (“huu”) diucapkan dengan
dilakukan dengan melakukan beberapa tarikan nafas panjang dan disertai
proses sederhana dengan menggunakan dengan meminum jamu.
jamu yang dipercaya dapat 4. Terapi Pijat
menyembuhkan penyakit. Menurut Jenis terapi pijat yang dilakukan
informan berinisial S dan HS, jamu Informan berinisial A dan U biasanya
adalah jenis obat yang diperoleh dari adalah pijat refleksi yang ditujukan pada
alam dan digunakan untuk bagian syaraf-syaraf yang dirasa
menyembuhkan tidak hanya penyakit menjadi penyebab ketegangan pikiran
lahir tetapi juga batin. Paduan antara pasien. Alur pijatan tergantung pada
jamu dan doa-doa permohonan lokasi penyakit pasiennya. Ia juga
kesembuhan pada Allah SWT adalah mengatakan bahwa kondisi sehat dan
sebuah cara ampuh yang dikatakannya sakit pasien tergantung dari lancar dan
mampu menyembuhkan berbagai tidaknya peredaran darah. Oleh karena
macam penyakit. Sebagai salah satu itu, teknik pijat yang dilakukan adalah
alternatif pengobatan, jamu telah masuk
92 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 83 - 98

sama pada setiap jenis penyakit yang pola pengobatan yang dilakukan adalah
berkaitan dengan urat syaraf atau otot. dengan membaca amalan pada pasien yang
5. Terapi Psikologis terkena gangguan makhluk gaib. Pola
Penyakit batin, demikian diistilahkan berupa pembacaan amalan pada pasien
oleh informan berinisial US, memiliki yang terkena gangguan makhluk halus,
tingkatan dan tidak dapat diprediksi terkadang harus disertai dengan adu ilmu
pasti jangka waktu kesembuhannya. Hal dengan makhluk halus yang mengganggu
ini disebabkan oleh kondisi daya pikir pasiennya. Baginya, setiap adu ilmu berarti
pasien untuk menangani permasalahan ia harus siap untuk menerima risiko
yang memang menjadi penyebab utama apabila kalah. Kalah dalam pengertian
penyakit batinnya tersebut. Dan, hal ini yang paling pahit menurutnya adalah
dapat dianalisis dari pola komunikasi kematian.
serta jawaban pasien saat ditanya oleh Metode pengobatan gaib yang
sang penyembuh. Tatanan bahasa dan dilakukannya pada beberapa pasien
terhubung atau tidaknya jawaban pasien tertentu menggunakan media atau
dapat menjadi salah satu pedoman untuk perantara untuk berkomunikasi antara
melihat jangka waktu kesembuhan pasien dengan makhluk halus yang
pasien. Selain tatanan komunikasi, turut mengganggu diri pasien. Seseorang yang
diperhatikan juga bahasa tubuh pasien berperan sebagai media, setelah dibacakan
saat dilakukan analisis keparahan amalan, kemudian mengalami trans karena
penyakitnya. Keselarasan dan dimasuki oleh makhluk gaib yang
keseriusan pasien terhadap lawan mengganggu pasien. Ia mencontohkan
bicaranya akan tergambar juga dalam makhluk gaib yang bernama Banaspati.
bahasa tubuh yang dimainkan. Apabila Setelah itu, ia menanyakan pada media
ditemukan gejala ketidaksinkronan mengenai alasan mengganggu pasiennya.
dapat dikatakan bahwa memang sang Media yang telah dimasuki makhluk gaib
pasien sudah mengalami gejala depresi tersebut kemudian dapat berkata-kata
yang cukup parah. mengenai alasannya mengganggu pasien.
Informan berinisial US Pasien saat berobat padanya tidak
beranggapan bahwa keputusan sembuh bersifat pasif karena harus turut serta
atau tidaknya adalah bergantung pada membacakan amalan dan syariat yang
diri pasien itu sendiri. Dikatakan diberikan olehnya. Saat membacakan
demikian karena dalam proses syariat, pasien harus percaya dan
penyembuhan, ada beberapa pasien yang bermohon kepada Sang Pencipta agar
sangat susah disembuhkan meskipun diberi kesembuhan. Oleh karena itu, saat
dengan menggunakan seluruh metode pertama bertatap muka dengannya,
penyembuhan. Walhasil, US pertanyaan pertama yang diberikan kepada
berkesimpulan bahwa pasien tersebut pasien adalah apakah pasien percaya
merasa sudah nyaman dengan penyakit kepada Sang Pencipta serta percaya
depresinya (gila). dengan cara-cara pengobatan yang
dilakukannya. Setelah percaya, pasien
- Pengobatan pada Gangguan Makhluk harus yakin bahwa kesembuhan akan
Gaib datang dengan sendiri dengan melakukan
Masih ada kepercayaan pada pengobatan yang dilakukannya. Apabila
masyarakat di lokasi penelitian bahwa pasien tidak percaya, ia sangat yakin
salah satu penyebab penyakit diakibatkan bahwa pasien tersebut tidak akan sembuh.
oleh adanya gangguan dari makhluk gaib. Sang penyembuh, yaitu dirinya, harus
Adapun pengobatannya adalah seperti tertanam secara teguh dalam hatinya
yang dikemukakan oleh informan bahwa ia berniat ikhlas dalam menolong
berinisial D dan AC. Ia mengatakan bahwa
Pengobatan Tradisional... (Irvan Setiawan) 93

dan tidak mengharapkan pamrih sedikit sebanyak satu ember yang sudah dicampur
pun dari pasiennya. dengan garam. Setelah itu, pada tempat-
Keahlian yang dimilikinya juga tempat tertentu di area rumahnya juga
dapat berupa kontrol batin pada seseorang harus ditaburi garam.
mengenai kondisi kesehatannya, terutama Musadad (2016: 51) mengatakan
apakah ada atau tidak energi gaib dalam bahwa profesi sebagai pengobat yang
diri seseorang. Kontrol tersebut dapat mengkhususkan diri pada penyakit yang
dilakukan baik pada saat tatap muka atau disebabkan makhluk gaib masuk dalam
pun dalam jarak jauh. kategori Foreteller (dukun/peramal).
Sebelum melakukan pengobatan Namun demikian, penyebutan dukun pada
atau kontrol energi, ia melakukan izin sebagian masyarakat Cirebon
terlebih dahulu pada Sang Pencipta. Dalam dikonotasikan sebagai profesi yang kurang
pengertian ini, Izin dilakukan secara baik karena keahliannya kerap
bertahap dimulai dari sesepuh guru, disalahgunakan untuk membantu
syeikh, wali, malaikat hingga berakhir seseorang melakukan kejahatan. Mereka
pada puncaknya yaitu Sang Pencipta. lebih menyukai istilah ajengan,
Tahapan ini wajib dilakukan. Ia pananyaan, atau pun kyai.
mencontohkan dalam pembuatan Kartu Penyakit lainnya yang disebabkan
Tanda Penduduk (KTP) yang harus oleh gangguan makhluk halus lainnya
dimulai dari RT, RW, kelurahan, hingga adalah kesurupan atau kerasukan. Ia
tingkat kecamatan. Setelah semua mengatakan bahwa kerasukan lebih
permohonan izin dilakukan, ia harus yakin disebabkan oleh masuknya makhluk gaib
dan ikhlas akan tingkat keberhasilan upaya yang bersifat jahat dalam diri manusia.
yang dilakukannya. Setelah itu, ia Perihal adanya orang yang kemasukan
kemudian menanyakan siapa nama pasien sosok tokoh agama dan pembesar kerajaan
dan nama orang tua pasien (ayahnya). seperti nabi atau Prabu Siliwangi
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah menurutnya adalah tidak benar. Apalagi
pasien pernah berobat ke dokter. Sang gerak-gerik dan ucapan saat kesurupan
pasien biasanya menjawab sudah namun tidak menggambarkan tokoh yang sudah
hasil visum dari dokter tidak ditemukan dikenal masyarakat sebagai tokoh yang
suatu penyakit apa pun dan pasien pun berwibawa dan kharismatik.
merasa ada penyebab yang bukan dari Dalam Kamus Bahasa Indonesia
dunia kedokteran sehingga menderita (208: 1397), kesurupan atau kerasukan
penyakit. Ia kemudian menyebutkan berasal dari kata surup, kesurupan,
Insyaallah mudah-mudahan sembuh. kemasukan (setan, roh) sehingga bertindak
Dalam pengobatan jarak jauh, ia yang aneh-aneh. Definisi tersebut
berkomunikasi dengan pasien melalui nampaknya memperkuat apa yang
telepon genggamnya. Dan, dengan ilmu informan sampaikan.
yang dimilikinya maka ia mulai melakukan Kasus yang disebutkan informan
kontrol jarak jauh untuk mendeteksi berinisial D mengenai kesurupan seseorang
penyebab penyakit yang diderita pasien. atau pun hewan dalam masyarakat Sunda
Pengalaman terberat saat mengobati dapat dilakukan dengan cara nyambat,
pasien menurutnya adalah pasien yang yaitu mendatangkan roh halus dan
terkena guna-guna, yaitu suatu penyakit membiarkan dirinya dimasuki dan
yang disebabkan oleh kiriman dari seorang dikendalikan oleh roh tersebut. Nyambat
dukun berdasarkan permintaan seseorang dapat dilakukan secara sendiri atau pun
yang benci atau sakit hati kepada pasien. memerlukan bantuan orang lain, yang
Setelah pasien sembuh dari guna-guna, dalam hal ini adalah dukun.
maka pasien diharuskan untuk “dipagar”,
yaitu dengan mandi menggunakan air
94 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 83 - 98

d. Pengobatan Penyakit Fisik dan prasarana kesehatan sederhana dan


- Herbalmedicine terbatas; 3) kelompok industriawan obat
Pengobatan tradisional yang terus tradisional.
ada hingga saat ini menurut Sudardi (2012: Situmorang dan Harianja dalam
4) dilakukan dengan menggunakan bahan Fitriani (2015: 8) juga mengatakan bahwa
yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu bahan pemanfaatan tanaman untuk memenuhi
tanaman untuk kemudian lebih dikenal kebutuhan dan untuk pengobatan telah
dengan pengobatan herbalmedicine, dan menjadi kebiasaan yang membudaya
bahan binatang yang dikenal dengan istilah secara turun-temurun oleh masyarakat,
animalmedicine. Lebih lanjut bahwa sehingga menjadikan pengetahuan yang
perkembangan saat ini menempatkan masih bertahan dan diwariskan sampai saat
herbalmedicine lebih mendominasi ini, hal ini sesuai dengan pengertian
dibandingkan dengan animalmedicine. pengetahuan tradisional yang ada dan
Penyebabnya adalah semakin langkanya dikembangkan atas dasar pengalaman,
hewan yang digunakan untuk pengobatan. telah diuji penggunaanya selama bertahun-
Herbalmedicine yang memiliki tahun, dan telah diadaptasikan dengan
bahan utama berupa tumbuh-tumbuhan budaya dan lingkungan setempat.
yang memiliki zat penyembuh dapat Salah seorang penyembuh berinisial
berasal dari daun, akar, buah, bunga, biji, US mengatakan bahwa pengobatan
umbi, ranting dan batang, rimpang, getah / tradisional herbal diajarkan selain oleh
mukus, dan herba (seluruh bagian orangtuanya juga diperoleh dari berbagai
tumbuhan). Inventarisasi mengenai referensi, baik lisan maupun tulisan.
pemanfaatan bagian tumbuhan sebagai Kunyit salah satu contohnya, merupakan
bahan baku obat tradisional di Indonesia salah satu obat herbal yang banyak
telah dilakukan dan menurut Yuningsih diketahui oleh masyarakat sekitar
(2012: 10) setidaknya ada sekitar 7.000 lingkungan tinggalnya. Diketahui secara
jenis tanaman yang digunakan sebagai umum oleh masyarakat sekitar bahwa
bahan baku obat. kunyit biasa digunakan untuk mengobati
Perilaku menanam tanaman obat sakit maag. Selain itu, pace (mengkudu)
pada masyarakat sudah ada sejak dahulu juga memiliki khasiat pengobatan yang
dan hal tersebut dapat dengan mudah sama dengan kunyit khususnya untuk
dijumpai pada masyarakat tradisional. Saat penyakit maag.
ini, sebaran tanaman obat tidak hanya Khusus mengenai penyakit maag,
berskala individu tapi sudah merambah informan berinisial US menceritakan
menjadi tanaman obat skala besar. pengalamannya ketika hendak mengobati
Pembagian tingkatan ini adalah seperti salah seorang pasien yang menderita
yang dikemukakan oleh Rahayu dalam komplikasi penyakit paru-paru basah
Oktaviani (2015: 8). Ia mengemukakan (latin: Pneumonia) dan penyakit maag
bahwa terdapat tiga kelompok masyarakat akut. Dokter menyarankan agar kedua jenis
yang dikelompokkan berdasarkan penyakit tersebut diobati dengan dua cara
intensitas masyarakat sebagai pemanfaat yaitu tradisional dan modern. Pilihan
tanaman obat, yaitu: 1) kelompok pengobatan untuk penyakit paru-paru
masyarakat asli yang hanya menggunakan basah adalah dengan pengobatan modern
obat tradisional, masyarakat kelompok ini sedangkan penyakit maag diobati dengan
biasanya berada di daerah terpencil, cara cara tradisional. Cara pertama yang
pengobatan sangat dipengaruhi oleh tradisi dilakukan untuk mengobati penyakit maag
setempat; 2) kelompok masyarakat yang adalah dengan menggunakan kacang hijau
memanfaatkan pengobatan tradisional yang disangrai. Cara pertama tersebut
skala keluarga, masyarakat kelompok ini ternyata kurang ampuh untuk menangani
biasanya berada di pedesaan dengan sarana sakit maag yang diderita pasien. Cara
Pengobatan Tradisional... (Irvan Setiawan) 95

kedua kemudian dilakukan dengan bagian yang sakit dua kali sehari. Air
memberikan air dawegan „air kelapa hijau rebusan daun sereh dibuat satu kali sehari.
muda‟ yang dicampur dengan 1 butir Sebelum dibuat mandi, ia mengambil satu
kuning telur ayam. Pengobatan dilakukan gelas air rebusan daun sereh tersebut untuk
dengan meminum ramuan tersebut tiga diminum.
gelas untuk pagi, siang, dan malam. Cara Upaya untuk melestarikan dan
tersebut terbukti ampuh untuk mengobati mengembangkan pengobatan herbal
penyakit maag. tersebut ditindaklanjuti dengan menanam
Penyakit yang diobati dengan sendiri tanaman-tanaman obat di halaman
menggunakan herbalmedicine tidak hanya rumahnya. Beberapa jenis tanaman obat
menghinggapi pasien dari luar lingkungan tersebut di antaranya daun sirsak,
keluarga. Informan berinisial S mengkudu, kunyit, temulawak, piahong,
menceritakan juga pengalaman kencur, jahe, cecenet, ciplukan, dan sirih.
menyembuhkan beberapa penyakit yang Dengan demikian, ia tidak perlu bersusah
mendera keluarganya bahkan dirinya payah lagi untuk mencari bahan yang
sendiri. Salah seorang anaknya yang digunakan untuk membuat ramuan jamu.
pernah menderita penyakit Pnemonomia Hanya sedikit uang yang dikeluarkan dan
berhasil disembuhkan. Bahan herbal yang itu pun digunakan untuk membeli bahan
digunakan untuk mengobati penyakit pendukung lainnya seperti gula merah dan
anaknya tersebut adalah jahe, kunyit, dan sedikit bahan lainnya yang tidak dapat
jeruk nipis. Ketiga bahan tersebut dibudidayakan di halaman rumahnya.
diekstrakkan menjadi setengah gelas untuk Hal ihwal pengobatan herbal seperti
sekali minum, dan dilakukan dua kali dikemukakan di atas dalam ilmu farmasi
minum sebelum makan dalam sehari. ada istilah Fitofarmaka. Menurut Dewoto,
Pengobatan pada dirinya juga Fitofarmaka adalah obat dari bahan alam
pernah dilakukan dengan cara herbal. Saat terutama dari alam nabati, yang khasiatnya
berusia 17 tahun, ia terkena serangan jelas dan terbuat dari bahan baku, baik
lumpuh kaki karena aktivitas olahraga. berupa simplisia atau sediaan galenik yang
Pengobatan pertama yang dilakukan adalah telah memenuhi persyaratan minimal,
dengan cara dipijat namun tidak kunjung sehingga terjamin keseragaman komponen
sembuh. Lalu ia berinisiatif untuk aktif, keamanan dan kegunaannya (2007:
melakukan pengobatan herbal dengan cara 205). Hal ini diperkuat dengan bukti-bukti
membalurkan air rebusan daun sereh pada yang sudah ada dan diakui oleh dunia
sekujur tubuhnya. Ramuan herbal untuk seperti halnya Kina (Cinchona ledgeriana)
diminum tidak dilakukan. Ia hanya yang sejak dahulu ampuh dalam mengobati
mengkonsumsi jamu kemasan bernama malaria.
“Jamu Encok Jago” dan terkadang Pengobatan modern menurut
ditambah dengan madu dan telur ayam persepsi para informan merupakan unsur
kampung. Konsumsi jamu kemasan tidak yang tidak kalah penting dalam proses
dilakukan secara rutin. Hanya madu dan penyembuhan. Hanya, penggunaan unsur
telur ayam kampung yang meski tidak kimia dianggapnya memiliki efek samping
rutin namun tetap dikonsumsi meski harus yang kurang menguntungkan. Oleh karena
melihat kondisi keuangan yang kala itu itu, rujukan untuk ke puskesmas atau
masih minim. Rutinitas yang tetap lembaga kesehatan lainnya kerap
dilakukannya adalah rebusan air campur digunakannya untuk melihat
daun sereh tersebut yang dilakoninya perkembangan seperti kadar gula,
sampai sembuh selama kurang lebih kolesterol, dan tekanan darah. Konsumsi
setahun. obat apabila terkena penyakit memang
Cara pengobatan untuk tidak begitu memprioritaskan pada
kelumpuhannya adalah dengan merendam pengobatan modern. Selain jamu, ia juga
96 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 83 - 98

mengkonsumsi ramuan habbatussauda saat menggosokkan tangan pada area


(jintan hitam). pasien tidak menimbulkan rasa sakit.
Pola pengobatan yang dilakukan Takabur dan memberikan tarif pada
informan berinisial S juga pernah tiap pasien adalah sebuah pantangan yang
dilakukan kepada anak sulungnya. Saat sama sekali tidak boleh dilanggar. Dengan
berusia 18 tahun, sang anak menderita demikian, ia tidak menerapkan tarif pada
kencing darah. Pengobatan yang dilakukan pasiennya. Seikhlasnya pasien memberi
terhadap penyakit anak sulungnya tersebut adalah sebuah keberkahan pada dirinya.
dilakukan dengan menggunakan tanaman Pantangan yang diterapkan pada pasien
kumis kucing dan pecah beling. Tanaman lebih merujuk dari referensi dunia
tersebut kemudian direbus sesuai takaran kedokteran dan kearifan lokal masyarakat.
kemudian diminumkan pada sang anak. Misalnya, pasien yang mengalami asam
Kesabaran dan rutinitas pengobatan pada urat, selain dipijat, pasien juga tidak
sang anak menjadi unsur utama demi diperbolehkan mengkonsumsi sayuran
kesembuhan sang anak. Berangsur-angsur berwarna hijau seperti halnya kangkung.
anak sulungnya tersebut menunjukkan Sementara pantangan yang diberikan
perkembangan kesembuhan yang cukup berdasarkan penggalian ilmu dari dirinya
menggembirakan. Keberhasilan dalam pribadi adalah tidak ada sama sekali.
mengobati kedua anaknya kemudian Prinsip kesembuhan adalah milik Allah
diteruskan pada sang suami yang kala itu SWT dipegang secara teguh. Oleh karena
menderita batuk yang berkepanjangan. Ia itu, ia sama sekali tidak berani
menduga bahwa penyakit sang suami memberikan pantangan apabila tidak
dilatarbelakangi oleh kebiasaan merokok berdasarkan referensi dari sumber lain.
yang sudah cukup lama. Tanaman obat Pantangan dalam bentuk mitos juga
yang digunakan untuk menyembuhkan ada dalam referensi para penyembuh.
penyakit suaminya tersebut adalah daun Seperti halnya yang dikemukakan oleh
sirih. Tujuh helai daun sirih direbus informan berinisial US yang menyebutkan
hingga menghasilkan 1 gelas minum. bahwa pantangan yang tidak boleh
Sajian rebusan air daun sirih diminum dilanggar pada pasien yang hendak dipijat
sebanyak tiga kali satu hari. Pada malam adalah apabila kondisi tekanan darah
hari, ia kerap menyediakan satu gelas sedang naik. Selain itu, US juga pantang
rebusan air daun sirih di meja dekat tempat untuk memijat pada saat pasien baru
tidur suaminya agar pada saat terasa selesai beraktivitas terutama pada siang
tenggorokan gatal di tengah malam dapat hari. Hal tersebut ditengarai kondisi pasien
langsung meminum air daun sirih tersebut. saat berada pada tekanan darah yang
Hal ini terus dilakukan hingga sang suami sedang naik karena aktivitasnya. Oleh
sembuh dari penyakit batuk yang telah karena itu, US lebih menyukai memijat
dialami selama bertahun-tahun. Kejadian pasien pada waktu pagi, sore, atau pada
tersebut semakin memperkuat tekadnya malam hari.
untuk terus menekuni pengobatan Mitos mengenai jenis tumbuhan dan
tradisional. hewan yang diketahui oleh para
penyembuh adalah seperti yang
- Terapi Pijat dikemukakan oleh informan berinisial K.
Teknik penyembuhan dengan cara Ia mengatakan bahwa penyakit pinggang
pijat dilakukan oleh salah seorang yang pernah dideritanya membuat ia
informan berinisial A. Media untuk pantang mengkonsumsi jenis tanaman atau
mengobati dengan cara pijat dapat makanan yang menurut mitos masih
menggunakan pilihan dari banyak bahan, beredar di masyarakat, seperti sayur
seperti minyak zaitun, baby oil. Prinsip kangkung, sayur asem, kacang panjang,
menggunakan media tersebut adalah agar serta banyak jenis tanaman berwarna hijau.
Pengobatan Tradisional... (Irvan Setiawan) 97

Namun demikian, penganan yang terbuat dilakukan oleh para informan di lokasi
dari kacang-kacangan seperti tahu dan penelitian menjadi salah satu alternatif
tempe boleh dikonsumsi. Begitu juga penyembuhan sakit yang diderita pasien.
dengan pantangan memakan daging Sangat disayangkan apabila tidak ada
kambing bagi pasien yang menderita tindak lanjut dari instansi terkait untuk
tekanan darah tinggi. memberdayakan dan mengembangkan
Fungsi pemijatan menurut informan pengobatan yang berasal dari leluhur
berinisial US tidak dapat dibedakan antara mereka.
pijat kebugaran dengan pijat pengobatan. Upaya inventarisasi dan minimal
Oleh karena itu, proses pemijatan, pada adanya sebuah lokakarya yang intensif
pasien yang sakit atau hendak untuk memperkaya khasanah dari para
membugarkan tubuh, adalah sama saja. pengobat tradisional tersebut adalah
Definisi US mengenai kondisi tubuh sebuah langkah yang patut mendapat
apakah sehat atau sakit dapat diketahui perhatian serius. Sistem pengobatan
pada saat pertama kali memegang tubuh modern yang terkadang membutuhkan
pasien. Apabila sedang berada dalam biaya cukup besar tidak akan dapat
kondisi sakit, pasien akan merasakan sakit dipenuhi oleh pasien yang memiliki tingkat
saat pertama kali dipijat. Selain itu, bagian ekonomi rendah. Dengan adanya sistem
tubuh pasien yang terpegang atau teraba pengobatan tradisional, setidaknya pasien
akan terasa panas atau terasa lebih dingin tersebut akan mampu untuk membiayai
dari bagian tubuh lainnya. Menurut US, atau bahkan membuat sendiri ramuan yang
suhu tubuh hangat dan tidak sakit saat dianjurkan oleh pengobat tradisional.
dipijat adalah ciri tubuh yang sehat.
Diakui oleh US bahwa penyakit fisik DAFTAR SUMBER
yang tergolong cukup berat dan perlu 1. Makalah, Laporan Penelitian,
penanganan dengan teknik pijat adalah Skripsi, Tesis, dan Jurnal
penyakit Stroke. Stroke ditangani dengan Arianto, Nurcahyo Tri. “Lokakarya
cara perlahan dan memerlukan niat kuat Antropologi Kesehatan, Kelompok
dari pasien untuk sembuh. Selain Perawatan Paliatif dan Bebas Nyeri”,
melakukan pengobatan dan terapi, Makalah, Rumah Sakit Dr. Soetomo
keteraturan pola hidup pasien itu sendiri Surabaya, tanggal 3 dan 10 Februari 2001.
amat dibutuhkan untuk mempercepat Dewoto, Hedi R.. “Pengembangan Obat
kesembuhan penyakit yang dideritanya. Tradisional Indonesia Menjadi
Fitofarmaka”, dalam Majalah Kedokteran
D. PENUTUP Indonesia, Volume: 57, Nomor: 7, Juli
Selain kebutuhan akan sandang, 2007.
pangan, papan serta pendidikan, kesehatan Musadad, Asep N. “Persinggungan Islam dan
juga merupakan salah satu kebutuhan dasar Tradisi Mistik Lokal: Studi Kasus
manusia, karena dengan kondisi kesehatan Pananyaan Dan Ahli Hikmah di
yang baik dan kondisi tubuh yang prima, Masyarakat Tasikmalaya”, dalam
manusia dapat melaksanakan proses Indonesia Journal of Islamic Literature
kehidupan, tumbuh dan menjalankan and Moslem Society Vol. 1, NO. 1,
aktivitasnya dengan baik. Apabila terjadi January – June 2016
suatu keadaan sakit atau gangguan Soejoeti, Sunanti Z., “Konsep Sehat, Sakit dan
kesehatan, maka obat akan menjadi suatu Penyakit dalam Konteks Sosial Budaya”,
bagian penting yang berperan aktif dalam makalah, Jakarta: Pusat Penelitian
upaya pemulihan kondisi sakit tersebut. Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan
Pengobatan tradisional baik dalam Pengembangan Kesehatan Departemen
bentuk pengobatan herbalmedicine, terapi Kesehatan RI.
pijat, terapi psikis, dan terapi spiritual yang
98 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 83 - 98

Somantri, Gumilar Rusliwa, “Memahami


Metode Kualitatif”, dalam Makara, Sosial
Humaniora, Vol. 9, No. 2, Desember
2005: 57-65
Sudardi, Bani, “Deskripsi Antropologi Medis;
Manfaat Binatang dalam Tradisi
Pengobatan Jawa”, dalam Jumantara Vol.
2 No. 2 (2012) hlm. 56 – 75
Trubus dan Jimmy Lumanau, “Interaksi
Masyarakat terhadap Kesehatan, Sakit,
dan Kematian (Suatu Tinjauan Aspek
Medis – Antropologis)”, dalam Meditek,
Vol. 7 No. 20, Juli - Oktober 1999.
Yuningsih, Rahmi, “Pengobatan Tradisional di
Unit Pelayanan Kesehatan”, dalam Info
Singkat Kesejahteraan Sosial, Vol. IV,
No. 05/I/P3DI/Maret/2012.

2. Buku
Biro Pusat Statistik. 1994.
Profil Statistik Wanita, Ibu dan Anak di
Indonesia. Jakarta: Biro Pusat Statistik.
Koord. Statistik Kec. 2016.
Lemahabang. Statistik Daerah
Kecamatan Lemahabang Kabupaten
Cirebon 2016, Cirebon: Badan Pusat
Statistik Kabupaten Cirebon.
Kartono, Kartini. 1992.
Patologi Sosial, Jakarta: Rajawali Press.
Kusumanto, dkk. 1981.
Beberapa Pandangan Teori dan
Implikasi Praktek di Bidang Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Yayasan Dharma Graha.
Taufiq. 2006.
Panduan Lengkap & Praktis Psikologi
Islam. Jakarta: Gema Insani.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008.
Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat
Bahasa.

3. Internet
“Mesir beralih ke bahan herbal saat persediaan
obat menipis”, dalam http://www.
antaranews.com/berita/606543/mesir-
beralih-ke-bahan-herbal-saat-
persediaan-obat-menipis, Jumat, 13
Januari 2017 17:42 WIB.
Bau Nyale..... (I Made Purna) 99

BAU NYALE : TRADISI BERNILAI


MULTIKULTURALISME DAN PLURALISME
BAU NYALE: THE VALUABLE TRADITION
OF MULTICULTURALISM AND PLURALISM

I Made Purna
Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali
Jl. Raya Dalung Abianbase No. 107 Kuta Utara Badung Bali
e-mail: made.purna@kemdikbud.go.id dan purna.bpsntbali@gmail.com

Naskah Diterima:10 Januari 2018 Naskah Direvisi:14 Februari 2018 Naskah Disetujui:3 Maret 2018

Abstrak
Budaya spiritual etnis Sasak dalam perjalanannya telah mengalami perkembangan yang
cepat. Diawali dengan masuknya agama Islam dari Jawa dan Makasar, serta agama Hindu dari
Bali. Kehadiran kedua agama tersebut kemudian diolah masyarakat Sasak dalam konsep
sinkretisme, dan wadah puncaknya berupa ajaran Islam Wetu Telu. Pengejahwantahan dari
sinkretisme menghasilkan tradisi-tradisi sebagai penguat identitas etnis Sasak. Satu di antara
tradisi yang ada, yaitu Bau Nyale. Sebagai pokok sandaran analasis penulisan membatasi tiga
pokok rumusan, yaitu 1) apa fungsi tradisi Bau Nyale bagi masyarakat pendukungnya; 2) nilai-
nilai budaya apa saja yang dimuat dalam tradisi Bau Nyale; 3) Kenapa diberi pengakuan,
penghargaan dan kesetaraan tradisi Bau Nyale dengan tradisi yang lain yang hidup di Lombok
oleh komunitas lain. Pisau analisis untuk mengidentifikasi yaitu teori semiotika dan neo-
fungsionalisme. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik deskriptif
interpretatif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi dan nilai budaya
yang dimuat pada tradisi Bau Nyale. Dari hasil mengidentifikasi, maka karya budaya intangible
Bau Nyale layak sebagai tradisi yang memiliki nilai multikulturalisme dan pluralisme.
Kata kunci: Bau Nyale, sinkretisme, multikulturalisme dan pluralisme.

Abstract
Sasak ethnic spiritual culture in its journey has experienced rapid development. It starts
with the entry of Islam from Java and Makasar, as well as Hinduism from Bali. The presence of
the two religions is then processed by the Sasak community in the concept of syncretism, and the
top place is the teachings of Islam Wetu Telu. The implication of syncretism resulted traditions as
a reinforcement of Sasak ethnic identity. One of the existing traditions, is the Bau Nyale. There
are three main issues in this research, which are 1) what is the function of Nyale Bau tradition for
the support community; 2) what cultural values are contained in the Bau Nyale tradition; 3) why
is Bau Nyale tradition given the recognition, appreciation and equivalence with other traditions
that live in Lombok by other communities. Theories used to identify are the semiotics theory and
neo-functionalism. This research is a qualitative research with descriptive interpretative
technique. The purpose of this study is to identify the functions and cultural values contained in the
Bau Nyale tradition. From the results of identifying, the Bau Nyale cultural work deserves a
tradition that has value multiculturalism and pluralism.
Keywords: Bau Nyale, Sincritism, Multiculturalism and Pluralism.

A. PENDAHULUAN etnis Sasak di Pulau Lombok sangat


Fenomena kehidupan yang diwadahi banyak. Fenomena itu dimulai ketika pada
tradisi dan memiliki muatan nilai abad XVI telah terjadi perubahan ditandai
multikulturalisme dan pluralisme pada masuknya agama Islam dari Makassar
100 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 99 -114

dengan menaklukkan Kerajaan Seleparang. Hindu dan Islam pada etnis Sasak di
Pada abad tersebut pengaruh agama Islam Lombok disebut sinkretisme, yaitu
menyebar dengan cepat. Cepatnya perpaduan dua atau lebih religi untuk
penerimaan agama Islam pada etnis Sasak mencari keserasian, keseimbangan, dan
karena sebelumnya, yakni abad XIII kedamaian hati (Purna, 2003).
Islam sudah masuk ke Lombok oleh raja Tidak dapat dipungkiri kenyataan
Muslim Jawa (Sufisme Jawa). Muslim ini, dan harus diakui, bahwa fenomena ini
Makassar yang segera berpadu dengan adalah anugrah Tuhan Yang Mahaesa dan
sufisme Jawa ini dengan cepat mampu tidak mungkin ditolak keberadaannya.
mengkonversikan hampir seluruh etnis Kuatnya perlawanan pengaruh Hindu
Sasak ke dalam Islam, meskipun terhadap Islam telah mampu membentuk,
kebanyakan mereka masih membangun kepercayaan baru yang
mencampuradukkan antara Islam dengan disebut dengan ajaran “ Islam Wetu Telu”
kepercayaan lokal yang non-Muslim (Islam Waktu Tiga). Ajaran ini merupakan
(Budiwanti, 2000: 9). Kepercayaan perwujudan sinkretisme kepercayaan
sebelum Islam masuk, yaitu Sasak Boda, animisme, Hindu, dan Islam. Namun sejak
Hindu-Budhis yang sudah sejak abad VII tahun 1960-an pengalaman terhadap
masuk ke Lombok. ajaran ini berubah. Penganut ajaran Islam
Dengan adanya pengaruh agama, dengan acuan pertamanya berdasarkan
seperti Hindu, Budha, Islam, Kristen kitab suci Al Quran dan Hadis Nabi
bahkan Konghucu sejak zaman dahulu Muhammad SAW biasanya mereka sebut
menyebabkan kepercayaan etnis Sasak di “Islam Wetu Lima” (Islam Waktu Lima),
Lombok cukup baragam. Sebelum masuk dan dewasa sekarang hanya menyebut
pengaruh dari agama-agama tersebut, di Islam saja. Akan tetapi praktik tradisi
Lombok sudah mengenal kepercayaan sebagai warisan leluhur masih “hidup”,
Boda dengan sebutan lumrahnya Sasak- dan dilaksanakan. Dalam pelaksanaan
Boda. Meskipun demikian, Sasak-Boda “Islam Wetu Telu”, dalam kehidupan
tidak sama dengan Budhisme. Sasak- berupacara maupun kehidupan sehari-hari
Boda ditandai dengan adanya animisme masih berjalan, seperti pada tradisi
dan panteisme. Di samping itu, karena ada Maulid, Rowah Wulan dan Sampet Jumat,
kepercayaan dan pemujaan terhadap Maleman, Lebaran Tinggi dan Lebaran
leluhur termasuk berbagai dewa lokal Topat, Lebaran Pendek, Bubur Abang dan
lainnya yang menjadi fokus utama Bubur Puteq, Buang Awu/Bubus,
penganut kepercayaan tersebut. Ngurisang, Molang Maliq, Turun Tanaq,
Pencampuran kepercayaan ini tampaknya Merosok Gigi, Nyunantang, Merarik dan
terus berlanjut, terutama terlihat semakin Betikah, Selamet Bumi, Nelung, Mituq dan
menguatnya kepercayaan Hindu seiring Nyiwaq, Matang Pulu, Nyatus dan Nyiu,
terjadinya penaklukkan Kerajaan Perang Topat, Upacara Siklus Padi, dan
Makassar-Lombok oleh Kerajaan tradisi Bau Nyale. Semua jenis tradisi itu
Karangasem Bali. Pengaruh agama Hindu bagi “Islam Wetu Lima” dianggap
semakin menguat. Dengan demikian menyimpang dari ajaran Islam. Karena
tidaklah mengherankan jika ada pendapat dalam prosesi perayaan telah melakukan di
yang mengatakan bahwa etnis Sasak pada antaranya: 1) Melibatkan/menghadirkan
kondisi tertentu identik dengan arwah leluhur. 2) Menggunakan perantara
Hinduisme. Fenomena yang bernafaskan dalam berhubungan dengan Tuhan. 3)
Hindu seperti di ibukota Provinsi Nusa Kebiasaan minum berem/tuak sebagai
Tenggara Barat (Mataram) maupun di pelengkap upacara. 4) Memplotkan Nabi
Lombok Tengah seperti di pantai selatan Adam AS sebagai tujuan utama perayaan
pulau Lombok jalinan keduanya sangat prosesi, sedangkan Nabi Muhammad SAW
erat. Fenomena antara unsur-unsur agama
Bau Nyale..... (I Made Purna) 101

agak diabaikan (Natsir Abdullah, 2007: 49- sedikit perbedaan konsepsi mengenai
50). dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk
Oleh karena telah terjadi praktik organisasi sosial, sejarah, adat kebiasaan.
tradisi yang dianggap menyimpang oleh Menurut Blum (2001), multikulturalisme,
kelompok tertentu pada masyarakat etnis yaitu meliputi sebuah pemahaman,
Sasak, dan rasanya sulit dihapuskan, maka penghargaan, dan penilaian, atas budaya
perlu pemahaman terhadap tradisi melalui seseorang serta sebuah penghormatan dan
pandangan Pluralisme dan keingintahuan tentang budaya lain.
Multikulturalisme. Pluralisme dalam Pemikiran ini sifatnya lebih ke penilaian
terminologi gereja digunakan sebagai terhadap budaya-budaya lain, bukan
sebutan orang yang memegang lebih dari dalam arti menyetujui sepenuhnya budaya
satu jabatan. Secara filosofis menurut Toha lain, melainkan mencoba untuk bagaimana
(2005), pluralisme dimaknai sebagai budaya lain dapat mengekspresikan dirinya
sistem pemikiran yang mengakui adanya di antara para pendukungnya yang
landasan pemikiran yang mendasar lebih dilatarbelakangi oleh perbedaan dan
dari satu. Dalam perspektif sosial-politik, berbagai kualitas perbedaan antara
pluralisme dimaknai sebagai sistem yang mayoritas dan minoritas yang hidup dalam
mengakui keeksistensian keragaman harmoni di tengah-tengah pluralistik
kelompok, baik yang bercorak ras, suku, agama maupun kepercayaan.
aliran, maupun partai dengan tetap Para cendekiawan Muslim seperti,
menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan Farid Esak, Abdul Aziz Sachedina dan
yang sangat karakteristik di antara Syed Hasyim Al, berpendapat tentang
kelompok-kelompok tersebut (Sumerta, multikulturalisme dapat penulis jadikan
2016). Secara sederhana pemikiran dan sandaran untuk menerapkan
pandangan pluralisme, yaitu dimaknai multikulturalisme di tengah umat Muslim
keeksistensian berbagai kelompok atau yang ada pada etnis Sasak di Lombok.
keyakinan dengan tetap terpeliharanya Multikulturalisme sama sekali tidak
perbedaan-perbedaan karakteristik masing- bertentangan dengan Islam.
masing, sepanjang tujuan akhir suatu Multikulturalisme merupakan kondisi
keyakinan maupun kepercayaan ditujukan obyektif di lapangan yang mengharuskan
kepadaNya. umat muslim dan umat agama lain saling
Adapun multikultural berarti memahami, menghormati dan menjaganya.
keragaman budaya, di mana suatu individu Karena agama Islam sendiri mengakui dan
hidup di antara berbagai kelompok sosial menghormati multikulturalisme sebagai
dengan kebiasaan yang berbeda. tertuang dalam ayat 13 surat al Hujarat
Pemaknaan pandangan maupun pemikiran (Qodir, 2015: 186).
multikulturalisme menurut para ilmuan Kedua cara pandang maupun
sosial yaitu cara pandang, kebijakan, pemikiran tersebut di atas sangat tepat
penyikapan dan tindakan oleh masyarakat diaplikasikan di Indonesia umumnya dan
maupun negara yang majemuk dari segi di Pulau Lombok khususnya. Karena
etnis, budaya, agama, dan sebagainya. secara karakteristik Pulau Lombok sebagai
Namun mempunyai cita-cita untuk pulau yang menyimpan akar-akar
mengembangkan semangat kebangsaan keragaman agama, suku/etnis, seni budaya,
yang sama dan mempunyai kebanggaan tradisi, adat-istiadat, dan cara hidup yang
untuk mempertahankan kemajemukan berbeda-beda. Sangat tepat ungkapan
tersebut. Parekh (1997), memberi umum yang mengatakan “ di Lombok ada
pandangan terhadap multikulturalisme, agama Hindu dan budaya Bali, sedangkan
yaitu suatu masyarakat yang terdiri atas di Bali belum tentu ada budaya Sasak.
beberapa macam komunitas budaya Para pengelola negara maupun masyarakat
dengan segala kelebihannya, dengan yang berdomisili di Pulau Lombok harus
102 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 99 -114

menyadari, bahwa keanekaragaman mempertahankan inti teorinya” (Ritzer,


kultural merupakan sifat dasar hidup 2005). Walaupun sebelumnya Parsons
manusia, ia akan berkembang perlahan- dalam membangun teorinya telah
lahan dan mutlak. mengintegrasikan berbagai macam input
Di pihak lain kita telah menyadari, teoritis, dan tertarik dengan
bahwa mengaplikasikan pluralisme, kesalinghubungan domain-domain utama
terutama pluralisme agama masih menjadi dari dunia sosial, terutama sistem kultur,
perdebatan. Fenomena pluralisme agama sosial dan personalitas. Namun pada
mendapat tanggapan pemaknaan yang akhirnya ia memandang fungsional-
beragam, kalau tidak boleh dibilang struktural dalam pengertian yang sempit
bertentangan. Oleh karena itu, tradisi Bau sebatas pada sistem kultur sebagai penentu
Nyale yang ada di Lombok Tengah akan sistem lainnya.
lebih disoroti dari aspek Neo-fungsionalisme mencoba untuk
multikulturalismenya, namun tidak lepas melakukan sintesa kembali terhadap
dari pemikiran pluralisme. Karenanya, konstruksi teoritisnya. Alexander dan
secara kenyataan tradisi Bau Nyale juga Colomy melihat neo-fungsionalisme
memiliki fungsi sebagai wadah pembinaan sebagai “rekonstruksi dramatis terhadap
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. fungsionalisme struktural di mana
Dengan kata lain, yang mengikuti prosesi perbedaannya dengan pendiriannya
Bau Nyale terdiri atas berbagai suku, (Parsons) diakui dengan jelas dan ada
agama, baik Islam Wetu Telu, Islam Waktu keterbukaan yang eksplisit terhadap teori
Lima, berbagai lapisan sosial, bahkan dan teoritisi lainnya.
para turis dari manca negara. Kelompok Dalam neo-fungsionalisme banyak
Islam Waktu Lima tidak terlalu melarang mengintegrasikan teori dari berbagai pakar
menyelenggarakan Bau Nyale. Karena seperti materialisme Marx dengan
kelompok ini menyadari, bahwa Bau simbolisme Durkheim.Tendensi struktural-
Nyale telah memiliki multi fungsi dan fungsional untuk menekankan keteraturan
multi nilai budaya dalam kehidupan etnis diimbangi dengan seruan untuk mendekati
Sasak. kembali teori perubahan sosial.
Teori yang digunakan dalam Terkait dengan kajian ini,
mengkaji tradisi Bau Nyale yaitu: Neo- penggunaan teori neo-fungsionalisme
fungsional. Neo-fungsionalisme dipandang relevan untuk mengungkap
merupakan suatu istilah yang digunakan hubungan-hubungan atau keterkaitan
untuk menandai kelangsungan hidup antara tradisi Bau Nyale dengan situasi
fungsionalisme-struktural. Dalam upaya ini alam pantai di Kabupaten Lombok Tengah
juga melakukan upaya memperluas bagian selatan yang penduduknya sebagian
konsepnya selain berusaha untuk sebagai petani dan nelayan. Keberadaan
mengatasi kelemahan utama dan tradisi Bau Nyale bisa berjalan dan eksis
memperkuat lagi teori tersebut. Neo- hingga sekarang karena alamnya sangat
fungsionalisme juga mengacu kepada mendukung. Juga respon masyarakat dan
rekonstruksi Jeffrey Alexander atas teori pemerintah baik pemerintah kabupaten
struktur fungsional Parsons dengan jalan maupun provinsi, bahkan pemerintah pusat
mengambil aspek dari teori Marxisan lalu memberi peluang lewat pariwisata.
memecahkan masalah politik Marxis Dalam konteks keagamaan,
(Agger, 2006: 55). persoalan-persoalan interagama dan
Jeffrey Alexander dan Paul Colomy antaragama seringkali hadir di tengah-
mendefinisikan neofungsionalisme sebagai tengah masyarakat dengan kuat. Hal itu
“rangkaian kritik-diri teori fungsional karena emosi keagamaan, yang disebut
yang mencoba memperluas cakupan religiouscommitment dan religious claim
intelektual fungsionalisme yang sedang yang memungkinkan seseorang yang
Bau Nyale..... (I Made Purna) 103

menyediakan dirinya untuk menjadi Penelitian ini secara implisit


penganut yang dianggap paling setia. menyebutkan , bahwa kepercayaan
Sekalipun sebenarnya masalah religious Wetu Telu ada yang mirip dengan
commitment dan religious claim kepercayaan Hindu, seperti pemujaan
merupakan hal yang tidak dapat ditolak terhadap benda-benda yang dianggap
kehadirannya, dalam kacamata yang lebih keramat. Namun ada pula yang mirip
positif, bukan dalam perspektif yang dengan kepercayaan Islam, seperti
negatif, sehingga memperhatikan umat lain melaksanakan salat dan puasa
sebagai mitra dalam dialog antar dan meskipun tidak sepenuhnya.
interagama. Di sinilah sebenarnya hal
2. Penelitian Leeman (1989), yang
yang mendapat perhatian dari aktivis dan
meneliti tentang sosiokultural
para penggerak dialog antar dan
masyarakat Sasak. Struktur masyarakat
interagama yang ada di tanah air sehingga
Sasak terdiri atas Sasak Boda, Sasak
terjadi tradisi berdialog dengan antar dan
Wetu Telu, Sasak Waktu Lima.
interagama, antarbudayawan, tokoh adat,
Kepercayaan Sasak-Boda disimpulkan
para pemangku adat, para pemangku
sebagai kepercayaan asli Sasak. Sasak-
kebijakan (birokrasi) dll. Untuk
Boda adalah masyarakat Sasak yang
mendialogkan tradisi-tradisi yang
berkebudayaan dan beragama Budha.
dipandang representatif sebagai identitas
Sistem pewarisan masyarakat Sasak-
diri keetnisan seperti Bau Nyale. Dari latar
Boda patrilineal. Struktur
belakang tersebut di atas maka rumusan
masyarakatnya tidak mengenal
masalah yang akan dijadikan sandaran
feodalisme. Pemimpin keagaman
pembahasan dapat dirumuskan sebagai
disebut “pemangku” atau “Belian”.
berikut : 1) Apa fungsi Bau Nyale bagi
Kedua istilah ini sebetulnya tidak asing
masyarakat pendukungnya; 2) Nilai-nilai
bagi Hindu. Sedangkan pimpinan adat
budaya apa saja yang dimuat dalam tradisi
disebut “Penoak” atau “Toak Lokak”
Bau Nyale. 3) Kenapa Bau Nyale perlu
Diinformasikan kelompok
diberi kesetaraan, penghargaan, pengakuan
kepercayaan ini telah tersebar di
dari kelompok komunitas lain. Sejalan
bagian-bagian ujung Lombok Barat
dengan permasalahan tersebut di atas,
seperti di Tanjung, Bayan, dll.
maka tujuan dari penulisan ini, yaitu untuk
Kelompok Sasak Wetu Telu, yaitu
mengidentifikasi fungsi-fungsi dan nilai-
Sasak yang orientasi kebudayaan dan
nilai budaya apa saja yang dimuat dalam
keagamaannya lebih condong ke adat
tradisi Bau Nyale, sehingga etnis Sasak
yang dipengaruhi oleh ajaran agama
tidak pernah tidak menyelenggarakan ritual
Hindu. Kelompok masyarakat Sasak
Bau Nyale. Penelitian ini merupakan
seperti dianggap sebagai puncak dari
penelitian kualitatif dengan teknik
sinkretisasi kepercayaan Islam-Hindu.
deskriptif interpretatif.
Sedangkan Sasak Waktu Lima, yaitu
Penelitian yang senada untuk
kelompok masyarakat yang
mengungkap perbedaaan, keragaman dan
menjalankan ajaran Islam secara
sinkretisme kepercayaan maupun budaya,
kaffah. Ia sudah menjalankan kelima
namun belum dianalisa dengan
rukun Islam serta mematuhi semua
multikultural dan plural dapat dibaca
ketentuan-ketentuan Islam. Saat ini
pada beberapa penelitian sebagai berikut:
ketiga kelompok inilah yang menjadi
1. Penelitian yang dilakukan oleh Van identitas etnis Sasak yang ada di Pulau
Baal (1976), dengan judul penelitian Lombok.
“Pesta Alip di Bayan Lombok”.
3. Penelitian Budiwanti (2000), dengan
Penelitian ini memfokuskan kajiannya
judul penelitian “Islam Sasak : Wetu
pada salah satu tradisi etnis Sasak yang
Telu versus Waktu Lima”. Hasil
ada di Bayan, yaitu Wetu Telu Bayan.
104 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 99 -114

penelitian ini menggambarkan secara Lombok” Penelitian ini mengambil


implisit kepercayaan masyarakat Sasak lokasi kajian di Bayan Lombok Utara.
dengan mengambil sampel tradisi- Hasil perpaduan antara unsur agama
tradisi yang ada selama ini. Yang agak Hindu dengan Islam dapat dibuktikan
mengkhawatirkan penelitian ini antara lain pada sarana
mengenai perkembangan agama Islam persembahyangan, tidak mengenal
di Lombok. konsep sirik/musrik menduakan
Tuhan, adanya Kamaliq, masih ada
4. Penelitian Ma’moen (2001) dengan
keyakinan kekuatan roh nenek
judul “Nilai Pendidikan Religi dalam
moyang, kostum sembahyang,
Sinkretisasi Kepercayaan Islam-Hindu
penerapan konsep kosmologi,
di Lombok : Studi di Desa Lingsar
peralatan sarana upacara seperti uang
Lombok Barat”. Penelitian ini telah
kepeng, konsep sistem ajaran Wetu
menemukan gejala sinkretisasi Islam-
Telu “lahir, hidup, mati”. Etnis Sasak
Hindu pada perayaan-perayaan.
melakukan perpaduan dari dua
5. Penelitian Sumertha (2016), dengan keyakinan tersebut karena tujuannya
judul : “Simbol-simbol Hindu dan untuk mencari keserasian,
Islam Wetu Telu dalam Interaksi Sosial keseimbangan, dan kedamian hati.
Religius Umat Beragama di Desa
Lingsar Kecamatan Lingsar Kabupaten B. METODE PENELITIAN
Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Pendekatan yang digunakan dalam
Barat”. Hasil penelitian ini penelitian ini yaitu penelitian kualitatif
menunjukkan bahwa penggunaan yang bertumpu pada paradigma
simbol-simbol agama Hindu dan Islam interpretatif dan paradigma teori sosial
Wetu Telu di Pura Taman Lingsar kritis. Obyek penelitian adalah tradisi
merupakan strategi penguasa untuk Nyale di Pantai Seger Desa Kuta
menata kehidupan beragama antara Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok
Hindu etnis Bali dengan Islam Wetu Tengah NTB. Karena Nyale juga ada di
Telu etnis Sasak. Bentuk simbol- Lombok Timur, Sumbawa, Sumba,
simbol yang digunakan dibedakan Lembata, dan lain-lain. Pendekatan fungsi
menjadi simbol fisik dan non-fisik ini tidak saja secara emik lewat wawancara
yakni: Simbol fisik meliputi artefak, mendalam terhadap informan, tetapi
bangunan candi, petirtan (taman), disertai dengan observasi selama
padmasari, bale pelinggih, dan ritual. berlangsungnya tradisi Nyale, serta studi
Sedangkan simbol-simbol non-fisik pustaka dari hasil penelitian yang sejenis di
meliputi: Keyakinan atau kepercayaan, perpustakaan daerah Nusa Tenggara Barat
mistis, teologi dan estetis. Secara dan perpustakaan Universitas Mataram.
sistemik simbol fisik dapat memberi
makna terhadap simbol non-fisik. C. HASIL DAN BAHASAN
Bertahannya penggunaan simbol- Masyarakat Sasak, terutama yang
simbol Hindu dan Islam Wetu Telu di tinggal di pesisir selatan, selalu
Taman Lingsar di antaranya, faktor menyelenggarakan tradisi tersebut secara
sejarah, politik pemerintahan, sosial, sistemik. Secara sistemik dimaksudkan
ekonomi, adat dan budaya, agama dan diawali dengan “rapat wariga”, untuk
kepercayaan. Dan dewasa sekarang membahas firasat yang dirasakan oleh
sangat didukung oleh faktor pemangku, untuk penentuan waktu yang
pariwisata. tepat dengan merujuk terhadap tanda-
tanda alam, kejadian atau peristiwa yang
6. Penelitian I Made Purna (2003) dengan
terjadi di masyarakat, dan siapa-siapa
judul “Sinkretisme Agama Hindu dan
yang dilibatkan dalam penyelenggaraan.
Islam pada Masyarakat Sasak di
Bau Nyale..... (I Made Purna) 105

Untuk memperkuat keberadaan dijadwalkan tanggal 16 dan 17 Februari.


tradisi Bau Nyale, Masyarakat Sasak telah Menurut informasi di lapangan, bahwa
memberi nilai budaya, yaitu harapan dari nyale keluar antara tanggal 15 dan 16
masyarakat mengenai hal-hal yang baik, Februari merupakan kesepakatan kalender
atau sesuatu yang diagungkan oleh adat yang sudah disetujui oleh empat
sebagian besar anggota masyarakat sebagai pemangku yakni, pemangku dari empat
suatu sistem etika. Sistem etika tersebut penjuru mata angin (utara, timur, selatan
dijadikan pola bagi atau sasaran maupun dan barat) dan ahli perbintangan, ahli
tujuan yang diacu dalam rangka kelautan, ahli pertanian, serta tokoh
mewujudkan tindakan bagi para individu budaya, agama dan masyarakat. Adapun
sebagai anggota masyarakat Sasak. pemilihan tanggal 16 dan 17 Februari 2017
Dengan kata lain, nilai-nilai budaya dapat merupakan pemilihan dari pihak
diartikan sebagai “pandangan-pandangan” pemerintah. Kesepakatan jadwal
atau pendapat-pendapat yang digunakan penyelenggaraan ditentukan pada
oleh warga suatu komunitas atau “Sangkep Wariga”, yang diselenggarakan
masyarakat untuk menilai, untuk oleh krama adat dan pemerintah. Setiap
menentukan baik-buruknya, bermanfaat keluar nyale hanya berlangsung antara
tidaknya berbagai macam hal atau, fajar terbit sampai matahari terbit (antara
peristiwa yang ada dalam fenomena pukul 04–06). Tentu kondisi ini
kehidupan mereka” (Ahimsa Putra, 2006). menimbulkan tanda tanya bagi setiap diri
Dengan demikian nilai-nilai budaya yang warga masyarakat. Mereka anggap sebagai
akan digali pada tradisi Bau Nyale dapat suatu keajaiban alam atas kehendak Allah/
dijadikan alat ukur, alat penilai mengenai Tuhan Yang Maha Esa. Apalagi setiap
sistem pengetahuan budaya etnis Sasak. keluarnya nyale selalu diiringi oleh hujan
rintik-rintik. Sedangkan sebelumnya
didahului hujan lebat yang turun hampir
setiap hari. Sungguh suatu keajaiban,
kemudian setelah selesai penangkapan
nyale hujan turun berhari-hari pula
lamanya. Kemudian berhenti sebagai
musim masa peralihan antara musim
penghujan (bahasa Sasak, musim taun)
dengan musim kemarau (bahasa Sasak,
musim balit).
Keadaan seperti itu dijadikan tanda
Gambar 1. Nyale setelah Ditangkap oleh para petani tentang buruk baiknya
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017. musim pada tahun bersangkutan.
Ketidakfahaman mereka tentang hakikat
Fungsi tradisi Bau Nyale dapat nyale itu sebenarnya menimbulkan
diuraikan sebagai berikut. ketakjuban mereka kepada kekuasaan
Allah/Tuhan Yang Mahaesa yang
1. Wadah Pembinaan Ketakwaan mendatangkan rasa syukur dan ketakwaan
Kepada Tuhan Yang Mahaesa kepadaNya. Sebelum nyale ditangkap,
Keluarnya nyale ke permukaan laut hujan turun terus menerus yang menurut
yang hanya dua kali dalam setahun, yaitu kepercayaan mereka sebagai hujan yang
pada tanggal 19 dan 20 bulan kesepuluh, menyongsong keluarnya nyale. Kemudian
dan tanggal 19, dan 20 bulan kesebelas setelah ditangkap, hujan turun lagi sebagai
kalender Sasak (bulan Februari). Akan pengantar nyale. Penulis dapat buktikan
tetapi, pada penyelenggaraan tradisi Bau pada saat pengamatan di lapangan sekitar
Nyale tahun 2017, nyale keluar tanggal 15 jam 06.00 pagi, tanggal 17 Februari 2017,
dan 16 Februari. Sedangkan puncak acara
106 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 99 -114

ada hujan turun secara tiba-tiba dan keagamaan mereka. Bahkan legenda Putri
disertai munculnya pelangi yang sangat Mandalike menjadi mitos bagi masyarakat
indah di langit. Menurut istilah suku pendukungnya. Mitos Putri Mandalike
bangsa Sasak hujan yang turun setelah dipercaya sebagai kebenaran
nyale ditangkap disebut ''ujan atong keagamaan/religius. Mitos ini diterima
nyale" atau "ujan uleq nyale”. dan dipercaya oleh masyarakat Sasak
Dalam kepercayaan etnis Sasak, sebagai pemikiran dan kebenaran religius.
saat turunnya hujan itu dinilainya sebagai Sebagai kebenaran religius dimaksudkan
rahmat yang mendatangkan air bagi sawah oleh Malinowski (dalam Adibrata, 1990),
mereka yang mempercepat dan bahwa mitos bagi masyarakat
mempersubur tumbuhnya tanaman padi pendukungnya bukanlah sekedar cerita
mereka. Hujan dengan lebatnya turun, yang menarik atau yang dianggap
menandakan akan banyak nyale bersejarah. Akan tetapi merupakan satu
mengambang ke permukaan air laut pada pernyataan dari kebenaran yang tinggi atau
waktunya. Bagi manusia berarti suatu kenyataan yang utama yang memberikan
rezeki yang tidak ternilai harganya.Semua pola dan landasan bagi kehidupan dewasa
itu menunjukkan kebesaran Tuhan Yang ini.
Mahaesa. Manusia hanya menerima, dan
menikmati saja. Sebagai balasan, manusia 2. Wadah Integrasi dan Membangkitkan
diminta hanya mengakui kebesaran, dan Solidaritas
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Suatu kenyataan yang tidak dapat
Binatang-binatang itu pun disiplin. disangkal pada dua bulan terakhir mereka
Mereka tidak akan keluar jika bukan pada jarang bertemu satu dengan yang lain,
waktunya. Allah/Tuhan Yang Mahaesa karena kesibukan dengan tugas di sawah
melengkapi dengan naluri yang masing-masing. Di penyalean mereka
mengarahkan kepada disiplin yang tinggi dapat bertemu, dan masing-masing datang
tanpa membantah. Kemudian Allah /Tuhan dengan bekalnya. Pemilihan jadwal Bau
Yang Mahaesa telah menciptakan iklim Nyale yang disebabkan siklus alam,
baginya berupa hujan, guruh, dan kilat dikarenakan hasil kesepakatan masyarakat
yang menyertai “perkelaminannya”. Sasak, serta sangat berkaitan dengan
Sesungguhnya menurut ilmu pengetahuan kemampuan tanggapan aktif antara
pada saat itu binatang itu sedang manusia dengan alam lingkungan. Etnis
“berkelamin”. Nyale jantan melepaskan Sasak, walaupun sudah memeluk dan taat
bagiannya sepanjang 10-15 cm, dan yang ajaran agama Islam, akan tetapi peristiwa
betina melepaskan bagiannya sepanjang 10 alam yang diciptakan oleh Tuhan Yang
-15 cm juga. Bagian itu mengambang ke Mahaesa tetap dipercaya dan dijalankan
permukaan laut untuk mengadakan dengan suka cita. Bahkan penjadwalannya
“perkelaminan”. Nyale yang sebenarnya, ini dipercaya sebagai hari untuk
tetap tinggal di lubang-lubang karang yang menyambut kehadiran Putri Mandalike.
terhampar di bawah permukaan laut. Mitos Putri Mandalike inilah yang
Untuk memperkuat keyakinan, menjadi sumber pola pikir filosofis suku
bahwa tradisi Bau Nyale memiliki bangsa Sasak, yaitu aik meneng-tunjung
kedudukan fungsi religi dapat diamati dari tilah-empak bau, yang hingga kini masih
seni drama Putri Mandalike. Drama Putri tetap dianggap relevan sebagai dasar
Mandalike memberikan santapan pada pemikiran untuk penyelesaian berbagai
jiwa, karena di dalamnya terungkap ajaran masalah yang ada (Trisnawati, 2001).
moral dengan dimanifestasikan sentimen Kehadiran mereka bersama di pantai
kemasyarakatan menjadi berkobar-kobar menimbulkan rasa kebersamaan,
setiap penyelengggaraan pertujukan yang kekeluargaan, dan keakraban.
pada akhirnya meningkatkan emosi Menunjukkan adanya pertalian asal-usul
Bau Nyale..... (I Made Purna) 107

yang sama pula. Kesadaran mereka telah dalam laut menyambut gelombang yang
menimbulkan keharuan. Sebagian dari begitu besar karena ada kebanggaan telah
mereka, di tempat penyalean ini, bertemu memiliki tradisi yang belum tentu ada di
dengan istri mereka sebelum menjadi tempat lain. Kalaupun ada, akan tetapi cara
suami istri, sewaktu sama-sama masih menyikapinya tidak akan persis sama. Rasa
perawan dan jejaka. Kemudian mereka patriotismenya untuk menghadapi
menjadi suami istri (Lalu Wecana, lingkungan alamnya tidak sama.
1982/1983). Jiwa patriotisme hadir ke tepi pantai,
Sekali-sekali terdengar sorak-sorai bukan karena ingin mendapatkan jumlah
yang sambung-menyambung menyambut tangkapan. Namun karena percaya isi
gelombang yang gulung-gemulung cerita mitos Putri Mandalike. Dalam cerita
mengantarkan nyale ke tepi. Antara mitos Putri Mandalike, patriotisme
mereka saling memperlihatkan hasil tergambarkan mengenai sikap dan jiwa
tangkapan. Mereka masing-masing Putri Mandalike, yang lebih mencintai
tersenyum puas. Sedikit atau banyak hasil kerajaan dan rakyat banyak daripada
tangkapan, sama sekali tidak menimbulkan dirinya sendiri.
perasaan bangga, atau perasaan iri. Di situ
sungguh-sungguh terdapat perasaan 4. Wadah Enkulturasi Budaya
persaudaraan yang sejati, dan ikhlas. Para penangkap nyale bukanlah
Seolah-olah kedatangan mereka ke sana orang-orang yang berasal dari Kecamatan
bukanlah untuk mengutamakan Pujut saja, sebagai pemilik tradisi tersebut,
memperoleh hasil tangkapan, tetapi untuk tetapi juga orang-orang yang berasal dari
membangun integrasi, dan membangkitkan kecamatan lain, dan orang-orang dari Kota
rasa solidaritas kelompok. Mataram. Bagi mereka yang berasal dari
luar kelompok masyarakat pemilik tradisi
tersebut, kedatangannya ke sana hanyalah
untuk menyaksikan tradisi yang terkenal
itu. Tetapi secara tidak sadar mereka juga
menjadi perhatian anggota kelompok
masyarakat tradisional. Caranya
berpakaian, sikapnya, dan perkataannya
memberi pengaruh atau sebaliknya. Secara
tak langsung di situ terjadi proses
enkulturasi. Apalagi yang hadir di situ
Gambar 2. Ribuan Peserta Menangkap Nyale bukan semata-mata orang dewasa, tetapi
Dini Hari Sekitar Pukul 3 Pagi. juga anak-anak dan remaja.
Sumber: Dokomentasi Penulis. Anak-anak dan remaja menyaksikan
dalam praktik bagaimana proses tradisi itu
3. Wadah Pembinaan Semangat berlangsung. Di situ mereka dapat meniru,
Patriotisme dan berbuat serta mengambil contoh sesuai
Dalam suasana persatuan, kesatuan dengan yang mereka perlukan. Mereka
yang dilatarbelakangi oleh keindahan alam menyaksikan sendiri, dan ikut merasakan
pantai dengan lautnya yang luas, dan bagaimana seharusnya membina kesabaran
gelombang besar gulung-gemulung semalam suntuk menanti fajar
menimbulkan semangat patriotisme. menyingsing, saat keluarnya nyale ke
Kecintaan dan rela berkorban pada saat permukaan laut. Segalanya itu mereka
menjaga kehadiran nyale yang dibawa oleh hayati, dan mereka praktikkan bersama
ombak sungguh menakjubkan. Bahkan seluruh warga masyarakat tradisional yang
tidak sedikit mereka menganggap sebagai hadir di situ. Enkulturasi juga dapat
pejuang menyambut kehadiran Putri diajarkan dalam penyelenggaraan Bau
Mandalike. Mereka berani sampai ke
108 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 99 -114

Nyale di antaranya cara menangkap nyale melupakan segala permasalahan yang


dengan jaring kecil, juga pada saat terdapat dalam dirinya dan yang ada di
pementasan drama kolosal yang lingkungan rumah tangganya.
mengambil tema Putri Mandalike. Menurut informasi dari para krama
adat, bahwa “kalau zaman dahulu sebelum
5. Fungsi Historis ada listrik atau diesel masuk desa, di sana-
Penyelenggaraan Bau Nyale sini terdapat api unggun yang dikelilingi
mengajak masyarakat mengenang kembali oleh para pemuda dan pemudi dengan
sejarah leluhur dan pemimpin lainnya yang beberapa orang tua yang mendampingi
pernah berjasa terhadap tradisi Bau Nyale. mereka”. Kehadiran orang tua gadis di situ
Di dalam pementasan drama kolosal Putri tidak menjadi halangan bagi mereka untuk
Mandalike sudah diperlihatkan, bahwa berpantun-pantun bersahutan selama
nyale itu berasal dari penjelmaan rambut sampiran, dan isi pantun masih dalam
Putri Manadalike. Putri Mandalike batas-batas kesopanan. Pantun bersahutan
merupakan tokoh sentral, maupun tokoh antara pemuda, dan pemudi yang duduk
figur yang syarat dengan nilai-nilai moral berhadapan dibatasi oleh api unggun. Hal
yang hakiki yaitu kearifan dan kesediaan ini merupakan hiburan yang menarik.
untuk berkorban. Kearifan dan kesediaan Bagi muda-mudi pantun bersahutan
berkorban justru datang dari seorang merupakan sarana "enkulturasi" yang
perempuan. Sementara para pangeran sangat berharga. Dari pantun itu mereka
terjebak kepicikan dan egoisme. Sebelum dapat memetik berbagai hikmah dan
terjun ke laut, Putri Mandalike kegembiraan. Bagi orang tua yang sudah
menyampaikan pesan-pesan kepada para berkeluarga membawa kenangan masa
pangeran dan seluruh masyarakat Sasak lampau yang tak terlupakan. Pantun
yang hadir pada saat pengumuman yang bersahut-sahutan merupakan atraksi yang
disampaikan, agar setiap tanggal 19 dan 20 menarik yang dapat menghilangkan
setiap bulan sepuluh, datang ke pantai kantuk, sementara menunggu fajar
selatan untuk menangkap nyale sebagai menyingsing.
penjelmaannya. Putri Mandalike mampu Dengan singkat dapat dikatakan
membangkitkan sentimen kemasyarakatan acara menangkap nyale merupakan hiburan
Sasak dari dahulu sampai sekarang. yang sangat menarik bagi seluruh warga
masyarakat pendukung tradisi tersebut.
6. Fungsi Rekreasi Malah kurang lebih empat puluh tahun
Pada umumnya kalau keadaan yang lalu acara menangkap nyale telah
musim normal penangkapan nyale selalu menarik perhatian warga kota dalam
bertepatan dengan selesai menanam padi berbagai jenis umur pria dan wanita.
di sawah. Pekerjaan di sawah maupun di Bahkan pada penyelenggaraan tahun 2017
rumah sedang kosong.Yang perlu dijaga para turis manca negara cukup banyak
agar airnya jangan sampai kepenuhan. yang hadir. Sehingga di penyalean Pantai
Apalagi tanaman padi masih kecil. Seger pada setiap acara penangkapan nyale
Menangkap ikan nyale bagi mereka suasananya seperti pasar malam.
mempunyai makna dan arti tersendiri.
Mereka dapat melepaskan rasa lelah yang 7. Bau Nyale sebagai Gerakan
selama itu mereka pikul. Pandangan mata Pelestarian Lingkungan Alam
yang lepas menjernihkan pikiran yang Tradisi Bau Nyale yang dipusatkan
kusut. Kebebasan mengungkapkan beban di Pantai Seger, merupakan tradisi yang
derita yang tersimpan di dadanya melalui tumbuh dan berkembang sebagai hasil dari
"tandak," dan teriakan lepas, sungguh- interpretasi manusia pendukungnya dalam
sungguh mempunyai arti dan kesan menjawab persoalan-persoalan kehidupan
tersendiri.Untuk sementara mereka dapat yang menyangkut hubungan manusia
Bau Nyale..... (I Made Purna) 109

dengan Tuhannya (adat gama), tata Saat makan, para peserta di penyalean
hubungan manusia dengan sesamanya (tap saling memberi makanan untuk mengisi
sila), dan tata hubungan manusia dengan kegiatan begadang. Walaupun zaman
alam lingkungannya (luwir gama). dahulu para peserta tangkap nyale,
Walaupun Pantai Seger dijadikan terutama kaum muda-mudinya, disibukkan
kawasan Mandalike dengan pembangunan dengan kegiatan berbalas pantun,
kepariwisataan oleh ITDC (Indonesian bertandak dan berbelanja. Karena itu tidak
Tourism Divelopment Corporations), mengherankan di pinggir jalan menuju
namun pola-pola ideal yang pernah pantai dan di pusat kegiatan Festival
dirasakan oleh masyarakat Sasak yang Pesona Bau Nyale berdiri warung-warung
hidup di bagian pesisir selatan Pulau dadakan yang digunakan jualan untuk
Lombok tetap dipertahankan. melayani para peserta. Garakan ekonomi
Etnis Sasak bagian selatan sangat pada saat penyelenggaraan Bau Nyale
yakin dan percaya, bahwa Tuhan Yang sangat tinggi, karena yang hadir untuk
Mahaesa ada. Tuhan Yang Mahaesa yang menangkap maupun yang menyaksikan
menciptakan alam semesta dan seluruh pementasan maupun penangkapan nyale
isinya, baik terindra maupun tidak terindra. ribuan orang. Tidak mungkin rasanya bagi
Semuanya ini dilengkapinya pula dengan yang hadir tidak akan belanja, baik untuk
kerangka eksistensi saling ketergantungan, membeli makanan, minuman maupun
sehingga keseluruhannya eksistensi di barang suvenir lainnya.
alam ini berbentuk sebuah dinamika relasi
saling butuh. Sumber dinamika adalah 9. Bau Nyale sebagai Event Pariwisata
Tuhang Yang Mahaesa. Kesadaran inilah Masyarakat Sasak di Lombok
yang menjadi dasar filosofis kebudayaan Tengah bagian selatan, khususnya di
maupun tradisi Bau Nyale. Untuk sekitar Pantai Seger Kuta, dahulu tidak
memperkuat kedudukan Bau Nyale, maka pernah berpikir maupun merencanakan jika
dibuatkan cerita mitos Putri Mandalike, Bau Nyale yang mereka lakukan akan
sehingga Bau Nyale menjadi kegiatan menjadi demikian besarnya. Mereka
sakral yang selalu ditunggu-tunggu. melaksanakannya lebih merupakan suatu
Mitos Putri Mandalike disakralkan, maka dukungan dan perwujudan rasa bakti
lingkungan pantai yang dijadikan pusat kepada leluhur dan kepercayaan yang
penangkapan nyale juga ikut sakral. mereka yakini. Mereka datang dengan
Masyarakat Sasak sangat takut merusak harapan tertentu yang tidak bersifat
Pantai Seger. Masyarakat sangat material. Atau yang bersifat pamrih
menyadari manusia tidak bisa membuat pribadi, tetapi dihubungkan dengan
pantai. Hanya bisa memeliharanya. keselamatan keberhasilan panen dan
Masyarakat Sasak sangat sadar laut kesejahteraan hidupnya dan menyambut
maupun pantai sumber untuk mendapatkan Putri Mandalike. Pertimbangan komersial
penghidupan. Karena itu laut dan pantai memang ada, tetapi tidak dominan.
harus dijaga dan dilestarikan habitatnya Komersial muncul jika setelah
seperti nyale itu sendiri. mendapatkan nyale banyak.Tentu yang
diutamakan kebutuhan keluarga, seperti
8. Bau Nyale sebagai Penggerak untuk dimakan, keperluan upacara
Ekonomi kesuburan tanah pertanian, kemudian
Waktu yang dibutuhkan untuk sisanya dijual.
menangkap nyale hanya 2 sampai 2,5 jam. Dewasa ini penyelenggaraan ritus
Namun waktu untuk menunggu puncak/ Bau Nyale sudah tidak ada
momen penangkapan cukup lama. Pada bekayaq/bertandaq, belancaran, tidak ada
saat menunggu puncak/momen ini juga kegiatan api unggun. Mereka lebih
memerlukan energi untuk modal begadang. memilih kesenian lain seperti pementasan
110 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 99 -114

artis-artis baik lokal maupun nasional. bahkan diharapkan untuk menjadi


Alasannya karena malu jika diisi kegiatan pemimpin.
seperti bertandaq dan belancaran. Mereka Dengan demikian, maka dapat
dianggap kolot, tidak memenuhi selera dikatakan bahwa aspek feminisme yang
masa kini. muncul dalam cerita Putri Mandalike,
adalah berasal dari diri dan jiwa atau
10. Bau Nyale sebagai Wadah Ekspresi psikologi seorang perempuan, yang dengan
Nilai Budaya sendirinya melahirkan adanya persamaan
Tradisi Bau Nyale mampu bertahan dan kesetaraan antara kaum perempuan
sampai sekarang, karena telah memiliki dengan kaum lelaki dalam berbagai bidang
nilai-nilai budaya yang memberi identitas dan aspek kehidupan. Nilai-nilai budaya
etnis Sasak pada umumnya dan perempuan yang dikandung dalam cerita Putri
Sasak khususnya. Mengutip hasil Mandalike juga telah dimuat dalam bentuk
penelitian dari Made Suarsana (2001), naskah Lontar Sasak, di antaranya: 1)
telah mengungkap, bahwa tradisi Bau Naskah Lontar Kotaragama, yang
Nyale mengandung nilai-nilai budaya mengamanatkan, bahwa bagi perempuan
sebagai berikut: 1) Nilai Spiritual atau yang memiliki kepribadian yang utuh,
Nilai Ketuhanan, 2) Nilai Integrasi, 3) sopan santun dan selalu berbuat baik untuk
Nilai Solidaritas. Sedangkan nilai-nilai kepentingan orang banyak, maka
budaya yang dikandung dalam cerita-mitos selayaknya dihormati, dimuliakan. Bagi
Putri Mandalike, yaitu 1) Nilai Kebesaran, perempuan yang demikian itu akan
2 Nilai Ksatria, 3) Nilai Emansipasi, 4) menjadikan pahala yang baik pula. Karena
Nilai Keadilan, 5) Nilai Pengorbanan, 6) itu perempuan Sasak sangat dilarang untuk
Nilai Patriotisme (H. Moh Yakum, 2009). dicabuli, dikagetkan karena dibangunkan
Dari beberapa ciri aspek feminisme pada malam hari, dan perempuan Sasak
yang ada dalam cerita Putri Mandalike, sangat pantang untuk ikut pesiar dengan
kesemuanya tercermin dari diri tokoh laki-laki sambil menyanyikan lagu cinta.
utama yakni Putri Mandalike. Putri 2) Naskah Lontar Rengganis
Mandalike yang memiliki budi pekerti mengamanatkan, bahwa perempuan sangat
yang mulia, selalu menghormati dan dilarang mankir dari janjinya, perempuan
menghargai orang lain, cerdas, arif dan harus sopan, memiliki etika dan rasa
bijaksana, sabar dan lemah lembut. Jiwa kemanusiaan yang tinggi. Perempuan yang
seperti ini merupakan jiwa kewanitaan, demikian itu akan menyatu tidak saja di
yang secara psikologis, wanita memiliki dunia, juga di akhirat dengan suaminya. 3)
perasaan dan nurani halus serta keibuan, Naskah Lontar Megantaka yang
yang selalu mudah mengalah, berpikir mengamanatkan, bahwa perempuan Sasak
panjang, mampu mengontrol dan harus penuh keberanian, dan setia terhadap
mengendalikan emosinya, nalurinya suami, disiplin dan tegas, dan segera harus
mampu memahami dan mengerti perasaan bisa mengatasi jika anggota keluarga tidak
orang lain, ramah, pemurah dan perhatian makan. Jika perempuan Sasak mampu
terhadap sesama. menjalankan dirinya dari amanat cerita
Bersamaan dengan sifat-sifat seperti mitos Putri Mandalike dan ketiga isi
itu, Putri Mandalike ternyata mampu naskah Lontar tersebut di atas, maka
berbuat sebagaimana sifat kaum lelaki, sangat layak disebut perempuan Sasak
misalnya keberanian, ketabahan, yang memiliki peran sebagai Inen Bale,
kepemimpinan dan jiwa patriotisme, dan di Inen Gawe, dan Inen Pare (Wirata, 2016:
samping itu ia juga mendapatkan 264-269). Inen Bale, Inen Gawe, dan Inen
perlakuan sebagaimana kaum lelaki, yakni Pare berarti bahwa perempuan sebagai ibu
dihargai, dihormati, disegani, diberikan rumah tangga yang mampu mengurus
kebebasan dan kemerdekaan berpendapat, rumah tangganya sendiri secara mandiri,
Bau Nyale..... (I Made Purna) 111

mampu bekerja dari awal sampai akhir, Tuhan yang telah berkehendak terhadap
dan seorang ibu yang mampu mengerjakan ciptaan-Nya.
sawah dengan hasil yang berlimpah ruah. Sejalan dengan pendapat Farid
Apalagi perempuan Sasak mampu Esack, Syed Hasyim Ali dan Abdul Aziz
menjalankan hidupnya dengan: 1) Sachhedina (dalam Zuly Qodir, 2015),
Wibusana, berpakaian yang baik, 2) masing-masing menegaskan tentang
Wirasa, memiliki penghayatan yang baik, pemikiran multikulturalisme. Pertama,
baik terhadap orang tua, sebaya, maupun multikulturalisme merupakan kondisi
terhadap anak-anak. 3) Wiraga, seseorang yang dapat menerima
berpenampilan yang menarik. Jika hal (penerimaan) dan mengakui (pengakuan)
tersebut sudah terpenuhi, maka perempuan tentang keberlainan dan keragaman.
yang demikian itu disebut perempuan yang Multikulturalisme melampaui toleransi
“widagda ngawe bawa sakti mandraguna”. atas keberlainan. Sebab multikulturalisme
Perempuan Sasak yang mendekati hadir dalam diri yang tulus dan dalam
sempurna. Perempuan Sasak yang tindakan terhadap pihak lain yang
berkharisma. berlainan. Kedua, multikulturalisme
“kondisi masyarakat di mana kelompok
11. Bau Nyale dari Perspektif kebudayaan, keagamaan, dan etnis hidup
Pluralisme dan Multikulturalisme berdampingan dalam sebuah bangsa
Menyadari dari potensi fungsi dan (negara). Multikulturalisme juga berarti
nilai budaya yang dikandung pada tradisi bahwa realitas itu terdiri dari banyak
Bau Nyale seperti yang diuraikan tersebut substansi yang mendasar.
di atas. Karena itu sangat layak tradisi Bau Multikulturalisme juga merupakan
Nyale sebagai fenomena budaya dan keyakinan bahwa tidak ada sistem penjelas
kepercayaan mendapat pengakuan (pemahaman) tunggal atau pandangan
pemikiran yang mengakui adanya tentang realitas yang dapat menjelaskan
kebhinekaan, keragaman, kemajemukan seluruh realitas kehidupan”. Ketiga,
baik yang bercorak ras, etnis, aliran, dan pluralisme, bahwa “pluralisme merupakan
lain-lain. Perlu menjunjung tinggi aspek istilah atau kata ringkas untuk
perbedaan, maupun karakter yang dimiliki menyebutkan suatu tatanan dunia baru di
oleh kelompok yang ada. Perlu memberi mana perbedaan budaya, sistem
sikap penghargaan, penghormatan, kepercayaan, dan nilai-nilai
penilaian, atas perbedaan budaya membangkitkan kegairahan pelbagai
seseorang maupun kelompok, walaupun ungkapan manusia yang tidak kunjung
tidak menyetujui sepenuhnya. Bau Nyale habis sekaligus mengilhami pemecahan
merupakan fenomena budaya dan konflik yang tak kunjung terdamaikan”.
kepercayaan yang representatif untuk Ketiga cendekiawan Islam tersebut
mengungkap multikulturalisme dan sangat menyadari bahwa multikulturalisme
pluralisme. dan pluralisme merupakan kondisi obyektif
Dengan kata lain, pemikiran dan di lapangan yang mengharuskan tidak
sikap multikulturalisme dan pluralisme umat muslimnya saja yang harus saling
merupakan hal yang tidak bisa ditolak memahami, menghormati dan menjaganya.
keberadaannya. Karenanya, tidak Namun juga umat agama maupun
mengherankan apabila umat Islam di kelompok lain. Kondisi tersebut dapat
Lombok tidak melarang penyelenggaraan diciptakan dan di antara sesama umat
tradisi Bau Nyale. Bagi agama Islam beragama harus secara tegas menolak serta
multikulturalisme sudah menjadi mencegah jika terdapat kelompok orang
sunatullah, kehendak Tuhan, sehingga yang hendak menghancurkan kondisi
menentangnya sama dengan menentang obyektif multikulturalisme dan pluralisme
112 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 99 -114

di Lombok khususnya dan di Indonesia diyakini original dari Tuhan dan bukan
umumnya. konstruksi manusia (dalam Moh. Sabri
Kehidupan masyarakat di sekitar AR, 2015: 237). Oleh karena itu perlu
Desa Kuta maupun Pantai Seger, keterbukaan dalam menyikapi
Dundang, Orong Ejan, Muluq, Mereseq, multikulturalisme dan pluralisme yang
Boloan, Ebuah, Terasaq, dll, mereka lebih bersifat dialogis dengan mengajak
sangat menjunjung tinggi rasa berbagai bentuk agama maupun tradisi
persaudaraan dan kebersamaan. Karena yang autentik agar memiliki visi
hidup dijalankan dengan rasa persaudaraan “universal” dalam merumuskan apa yang
dan kebersamaan yang tinggi akan dalam filsafat disebut the meaningand the
menimbulkan rasa aman. Lebih-lebih di purpose of life (makna dan tujuan hidup
kawasan Pantai Kuta dan Seger dijadikan manusia). Hidup dalam keagamaan yang
Kawasan Pariwisata Mandalika. Dapat terpenting tidak pada tataran “formalnya”,
dipastikan kawasan Mandalika akan hidup namun lebih ditekankan pada aspek
dari berbagai ras, suku, agama, golongan, “dalamnya”.
okopasi, dll. Mereka akan hidup dengan
menghadapi penuh perbedaan di antara D. PENUTUP
mereka. Etnis Sasak di Lombok sangat kaya
Kebersamaan dan kerukunan yang akan fenomena budaya yang diwadahi
dirasakan di tempat penyelenggaraan pada tradisi bermuatkan nilai multikulturalisme
saat pelaksanaan tradisi Bau Nyale sangat dan pluralisme. Fenomena ini dimulai
tinggi. Tradisi Bau Nyale menjadi salah ketika agama Islam dari Jawa masuk yang
satu refleksi dan integritas etnis Sasak dibawa oleh Pangeran Prapen, putra Sunan
yang berada di kawasan pantai bagian Giri sekitar awal abad XVI. Pada saat itu
selatan Lombok Tengah. Hal ini dapat pula di Lombok sudah ada dua kerajaan
diamati pada saat persiapan ritual yang besar yaitu Kerajaan Seleparang di
harus dilengkapi dengan sesaji khusus. Lombok Timur dan Kerajaan Pejanggik.
Mereka hidup saling menghormati dan Didengar dua kerajaan tersebut sudah
membantu melengkapi peralatan ritual mulai masuk Islam maka Raja Bali
antarwarga. Mereka merasa berdosa jika Waturenggong dari Kerajaan Gelgel pada
tidak ikut membantu dalam tahun 1520 menyerang Kerajaan
penyelenggaraan warisan leluhur. Mereka Seleparang, tapi gagal. Sepuluh tahun
tidak memandang kelompok Islam Wetu kemudian penyerangan dilanjutkan dan
Telu maupun Islam Waktu Lima. Demikian sekaligus mengutus Dang Hyang Nirartha
dari umat lain, mereka bersatu untuk untuk mencari jalan damai. Kehadiran
melaksanakan tradisi Bau Nyale. unsur budaya Hindu di Lombok
Untuk amannya tradisi Bau Nyale dimantapkan lagi pada tahun 1580 ketika
sepanjang masa, maka para pemeluk Kerajaan Karangasem yang dipimpin Anak
agama tertentu jangan berangkat dengan Agung Ketut Karangasem ekspedisi. Atas
pemikiran bahwa hanya agama dan kitab dasar pertemuan dua budaya dan
sucinyalah sumber kebenaran, dan kepercayaan tersebut, sehingga lahirlah
sepenuhnya diyakini sebagai : 1) bersifat kelompok kepercayaan Islam Wetu Telu
konsisten dan berisi kebenaran-kebenaran dan Islam Waktu Lima. Islam Wetu Telu
yang tanpa kesalahan sama sekali; 2) lebih berorientasi terhadap kebudayaan dan
bersifat lengkap dan final dan karena itu keagamaannya lebih condong ke adat yang
memang tidak diperlukan kebenaran dari dipengaruhi oleh agama Hindu. Islam Wetu
agama maupun tradisi lain; 3) kebenaran Telu dianggap sebagai puncaknya
agama sendiri merupakan satu-satunya sinkretisme antara Islam-Hindu. Hasil dari
jalan keselamatan, pencerahan atau sinkretisasi yang masih dijalankan dewasa
pembebasan; 4) seluruh kebenaran itu sekarang seperti tradisi Bau Nyale.
Bau Nyale..... (I Made Purna) 113

Walaupun tradisi Bau Nyale ada penguatan identitas keetnisan, kelompok


pada posisi Islam Wetu Telu, akan tetapi keagamaan dan unsur budaya daerah, akan
penyelenggaraannya tidak dilarang oleh tetapi mampu membentuk jatidiri dan
kelompok Islam Waktu Lima (Islam). karakter bangsa yang membedakan antara
Karena tradisi ini telah memiliki multi bangsa yang satu dengan bangsa yang lain
fungsi, dan nilai budaya : 1) sebagai wadah di dunia.
pembinaan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Mahaesa, 2) sebagai wadah integrasi dan DAFTAR SUMBER
solidaritas, 3) sebagai wadah pembinaan 1. Jurnal, Makalah, Skripsi, dan Tesis
patriotisme, 4) sebagai wadah pelestarian Adibrata, I Dw. Kt. Anom. 1990.
budaya tradisional, 5) sebagai wadah ‘Upacara Bau Nyale dan Fungsinya
enkulturasi budaya, 6) sebagai fungsi bagi Masyarakat Suku Sasak di Desa
historis, 7) sebagai wadah rekreasi, 8) Rembitan Kecamatan Pujut Lombok
Tengah’. Skripsi. Denpasar: Jurusan
sebagai gerakan pelestarian lingkungan
Antropologi, Faksas Unud.
alam, 9) sebagai penggerak ekonomi, 10)
sebagai even pariwisata, dan sebagai Leeman, M. “Internal and External Factors of
wadah ekspresi nilai budaya kebebasan, Sosio-Cultural and Sosio Economic
ksatria, emansipasi, keadilan, Dyanamics in Lombok NTB” dalam
Anthropogeographie University Zuerich
pengorbanan, dan patriotisme.
Jerman Vol 8. 1989.
Atas dasar muatan fungsi dan nilai
budaya selayaknya tradisi Bau Nyale Ma’moen, Hilman. 2001.
berada sebagai karya budaya intangible Nilai Pendidikan Religi pada
bernilai multikulturalisme dan pluralism. Sinkretisasi Islam-Hindu di Lombok,
Studi di Desa Lingsar Lombok Barat.
Karena karya budaya intangible ini bisa
Mataram IKIP Unram.
disetarakan, dihormati dan diberi
pengakuan yang sama dengan tradisi- Purna, I Made. “Sinkretisme Agama Hindu dan
tradisi yang lain yang ada di Indonesia Islam pada Masyarakat Sasak di
umumnya maupun di Lombok khususnya. Lombok” dalam Jurnal Penelitian
Tradisi Bau Nyale dapat dijadikan rujukan Sejarah dan Nilai Tradisional Edisi
Kesebelas Nomor 11/III/2003.
identitas etnis Sasak. “Ingat Bau Nyale
Ingat Sasak; Ingat Sasak Ingat Bau Nyale”. Suarsana, I Made. “Kajian Nilai-nilai Budaya
Kehidupan kebudayaan Indonesia Pada Tradisi Bau Nyale di Lombok
akan selalu menghadapi dunia yang Dalam Rangka Sosialisasi dan
berubah, maka karya budaya etnis yang Intergrasi” dalam Jurnal Jnana Budaya
Media Informasi Sejarah, Sosial, dan
berada di daerah-daerah dan sering disebut
Budaya Edisi Kelima No. 05/V/2001.
sebagai budaya “pinggiran” perlu segera
dikaji, diteliti untuk bahan kebijakan Sumertha, I Wayan. 2016.
pelestarian. Lebih-lebih budaya takbenda Simbol-simbol Hindhu dan Islam Wetu
(intangible), yang memiliki muatan Dalam Interaksi Sosial Religius Umat
Beragama di Desa Lingsar Kecamatan
multikultur maupun pluralis dari enam
Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.
agama negara dan 150 organisasi Provinsi Nusa Tenggara Barat.
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Disertasi. Denpasar: Program Sarjana
Mahaesa tingkat pusat, serta 611 etnis IHDN.
(suku bangsa). Karena jenis budaya seperti
Trisnawati, Ida Ayu. 2001.
ini dapat dijadikan simpul-simpul
Seni Drama Putri Mandalika Dalam
penyatuan dan persatuan etnis, bangsa dan Tradisi Ritus Bau Nyale di Lombok
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tengah, Nusa Tenggara Barat. Tesis.
Hasil kebijakan baik yang Denpasar: Program Pasca Sarjana Unud.
dilakukan oleh pemerintah maupun
masyarakat umum bukan saja untuk Wacana, Lalu. 1983.
114 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 99 -114

Bau Nyale di Lombok. Proyek Media Indonesia tentang Umat, Kewargaan,


Kebudayaan Depdikbud. Jakarta. dan Kepemimpinan Non-Muslim.
Bandung: Mizan.
Wirata, I Wayan. “Perempuan Dalam Cerita
Naskah Islam Lokal (Suku Sasak) di Zoest, Aart Van. 1993.
Lombok (Pendekatan Sosiologi)” Semiotika: tentang Tanda, Cara
dalam Jurnal Mudra Pusat Penerbitan Kerjanya dan Apa yang Kita Lakukan
LPPM ISI Denpasar Vol. 31 No. 2. Mei dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber
2016. Agung.
Yakum, H.Moh. 2009. “Kisah Putri Mandalike
Nyale, Cerita Rakyat Nusantara Suku
Sasak”. Makalah.

2. Buku
Abdullah, Natsir. 2007.
Penyimpangan Ajaran Agama pada
Berbagai Ritual Perayaan di Lombok
Serta Dampaknya Terhadap Kehidupan
Bermasyarakat. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Bahasa dan Seni.
Mataram: Unram.
Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2006.
Strukturlaisme Levi-Strauss Mitos dan
Karya Sastra. Yogyakarta: Kepel Press.
Baal, J. Van. 1976.
Pesta Alip di Bayan Lombok. Belanda.
Blum, A Lawrence. 2001.
Antirarisme, Multikulturalisme, dan
Komunitas Antar Ras, Tiga Nilai yang
Bersifat Mendidik bagi Sebuah
Masyarakat Multikultural, dalam Larry
May, dan Shari Colinn-Chobanian,
Etika Terapan; Sebuah Pendekatan
Multilkultura, Terjemahan; Sinta
Carolina dan Dadang Rusbiantoro,
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Budiwanti, Erni. 2000.
Islam Sasak: Wetu Telu Versus Waktu
Lima. Yogyakarta: LKiS.
Qodir, Zuly. 2015.
“Pemikiran Islam Multikulturalisme dan
Kewargaan” dalam buku: Fikih
Kebhinekaan. Bandung: PT Mizan
Pustaka.
Ritzer, George dan Douglas J. Gooman. 2005.
Teori Sosiologi Modern.Terjemahan.
Jakarta: Prenada Media.
Sabri AR, Mohd. 2015.
“Agama Mainstream, Nalar Negara dan
Fikih Kebinekaan: Menimbang
Philosophia Perennis” dalam Fikih
Kebinekaan, Pandangan Islam
Representasi Tentara (Hary G. Budiman)… 115

REPRESENTASI TENTARA
DAN RELASI SIPIL-MILITER
DALAM SERIAL PATRIOT
THE REPRESENTATION OF ARMY AND CIVIL-MILITARY RELATIONS
IN PATRIOT SERIES

Hary Ganjar Budiman


Program Studi Kajian Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran
Jln. Raya Bandung Sumedang KM.21
e-mail: hgbudiman@gmail.com

Naskah Diterima:12 Januari 2018 Naskah Direvisi:16 Februari 2018 Naskah Disetujui:3 Maret 2018

Abstrak
Penelitian ini mencoba membedah muatan ideologis yang terdapat dalam serial televisi
Patriot. Selain itu, penelitian ini juga membaca representasi tentara dan hubungan sipil-militer
yang terlihat dalam serial tersebut. Serial Patriot dinilai penting karena menjadi serial televisi
pertama yang mengangkat kisah militer sejak jatuhnya Orde Baru pada 1998. Serial Patriot dalam
penelitian ini dilihat sebagai media massa yang merefleksikan nilai atau norma dalam
masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatatan kualitatif dengan memakai konsep codes of
television yang dikemukakan oleh John Fiske. Ia menyatakan bahwa kode dalam televisi memiliki
tiga tingkatan: reality, representation, dan ideology. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa
serial Patriot memiliki pesan ideologis yang tersirat, antara lain: nasionalisme, patriotisme,
didaktisme, dan menempatkan tentara sebagai penjaga nilai moral. Hubungan sipil-militer dalam
Patriot terlihat lebih didominasi oleh pihak militer. Peran pemimpin sipil tidak nampak dalam
Patriot. Pihak sipil digambarkan bergantung kepada pemimpin yang memiliki latar belakang
tentara.
Kata kunci: televisi, representasi, ideologi, tentara.

Abstract
This research tries to analyze the ideological contents that exist in the television series
Patriot. In addition, this study also review the representation of soldiers and civil-military
relations in the series. The Patriot series is important because it became the first television series
to raise the military stories since the fall of the New Order Regime in 1998. The Patriot series in
this study is seen as a mass media that reflects the value or norm in the society. This study uses a
qualitative approach using the concept of codes of television proposed by John Fiske. He stated
that is the code in television has three levels: reality, representation, and ideology. From this
research, it can be seen that the Patriot series has an implied ideological message, among others:
nationalism, patriotism, didactism, and placing the army as a guardian of moral values. The civil-
military relationship in the patriot appears to be more dominated by the military. The role of
civilian leaders is not seen in the Patriot. The civilian side is depicted depending on the leader who
has a military background.
Keywords: television, representation, ideology, soldier.
116 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 115 -130

A. PENDAHULUAN 2017)3. Contoh lainnya, pada bulan


Setelah sembilan belas tahun Orde September 2017 lalu, secara tegas
Baru jatuh dan Dwi Fungsi ABRI1 Panglima TNI menyarankan agar semua
ditiadakan, militer tidak sepenuhnya hanya pihak menyaksikan kembali film
fokus pada keamanan nasional. Pengkhianatan G 30 S PKI (Riandy,
Belakangan, di era pemerintahan Jokowi, 2017). Anjuran Panglima tersebut bahkan
militer cenderung mendapat banyak sempat menjadi isu hangat yang
panggung, bahkan mulai terbuka diperdebatkan di berbagai media.
mewacanakan pengembalian hak politik; Sidney Jones, direktur Policy
salah satu kondisi yang justru ditentang Analysis of Conflict (IPAC), sebagaimana
dalam semangat reformasi 1998. Misalnya dilansir BBC Indonesia dalam sebuah
pernyataan Panglima TNI, Gatot artikel yang berjudul Pengamat Menilai
Nurmantyo yang menaruh harapan di masa Militer Indonesia Lebarkan Pengaruh,
depan anggota TNI bisa mempunyai hak menyatakan bahwa konsep “perang proksi”
politik. Namun ia realistis bahwa hal milik TNI mengubah ancaman
tersebut tentu saja bergantung kondisi internasional menjadi bahaya domestik dan
politik dan undang-undang yang dibuat kerenanya membenarkan peran militer di
oleh DPR (Haryanto, 2016)2. ranah domestik. Pernyataan senada juga
Tak hanya itu, militer baru-baru ini dikemukakan Al Araf, peneliti LSM
mulai bersentuhan dengan ranah sipil. Imparsial, menurutnya pelebaran peran
Mengacu pada catatan LSM Imparsial, TNI ke berbagai ranah, termasuk ranah
ternyata sepanjang tahun 2004 hingga sipil dapat dilihat dari adanya ratusan
2015, telah dilakukan 31 kerja sama TNI memorandum of understanding (MOU)
dengan lembaga sipil. Masih mengacu antara TNI dengan lembaga, universitas,
pada catatan yang sama, sepanjang tahun perusahaan, dan pemerintah daerah.
2015 hingga 2017, TNI di bawah Jendral Menurut Al Araf, “Berbagai MOU tersebut
Gatot dinilai banyak terlibat dalam membuat dinamika TNI masuk kembali ke
program ketahanan pangan (Kresna, dalam ranah sipil dan keamanan dalam
negeri, seperti terlibat penjagaan stasiun,
terminal, seperti masa Orde Baru" (BBC
Indonesia)4. Bagaimana militer terjun
1
Sebagaimana dikemukakan Raditya (2018) dalam ranah sipil juga terlihat dari
yang mengutip Tambunan (1984:171), bahwa beberapa kasus yang terjadi di Kota
Dwi Fungsi ABRI merupakan peran militer Bandung dan Jakarta. Misalnya, secara
Indonesia yang mengemban dua tugas utama.
rutin tentara dilibatkan oleh Pemerintah
Pertama, menjaga keamanan serta ketertiban
negara, dan kedua, memegang kekuasaan serta Kota Bandung untuk memimpin upacara
(berhak) mengatur negara. Pada masa bendera tiap hari Senin di sekolah-sekolah
pemerintahan Presiden Soeharto ABRI (portal bandung.go.id)5, dan tenaga tentara
berperan ganda sebagai "dinamisator sekaligus
stabilisator" dalam kehidupan berbangsa dan 3
“Jendral Gatot dan Reformasi TNI” dalam
bernegara (“Soal Nobar Film G30S/PKI,
https://tirto.id/jendral-gatot-dan-reformasi-tni-
Panglima TNI: Itu Perintah Saya, Mau Apa?”
cBfA, diakses 10 Desember 2017.
dalam https://news.detik.com/berita/d-
3647737/soal-nobar-film-g30spki-panglima- 4
“Pengamat menilai militer Indonesia lebarkan
tni-itu-perintah-saya-mau-apa, diakses 10
pengaruh” dalam
Desember 2017).
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesi
2 a/2016/03/160310_indonesia_militer_ipac,
“Panglima TNI Wacanakan TNI Punya Hak
diakses 11 Desember 2017.
Politik” dalam https://tirto.id/panglima-tni-
5
wacanakan-tni-punya-hak-politik-bRb8, “Sesko TNI Dukung Pendidikan Karakter
diakses 4 Desember 2017. Bandung Masagi” dalam
https://portal.bandung.go.id/posts/2016/10/03/
Representasi Tentara (Hary G. Budiman)… 117

digunakan oleh pemerintah Kota Jakarta sendi kehidupan, termasuk dalam ranah
untuk melakukan penggusuran (Zen RS, kebudayaan melalui pelibatan militer
2016). dalam Departemen Penerangan yang
Mietzner dan Kingsbury membawahi perfilman serta sistem
sebagaimana dikutip oleh Jusuf (2016) keanggotaan sensor (Nugroho dan Herlina,
menyatakan bahwa reformasi di tubuh 2015: 183).
TNI yang dirintis sejak 1999 ternyata Tak hanya itu, narasi sejarah dan
hanya berlangsung secara formal, hanya legitimasi kekuasaan Orde Baru juga
mengacu pada undang-undang pertahanan dibangun dalam bidang kebudayaan,
negara dan belum mengakui supremasi khususnya melalui film (Herlambang,
sipil. Dalam internal lembaganya sendiri, 2011; Heryanto, 2015; Irawanto, 2017).
TNI gagal melakukan pembaruan (Jusuf, Irawanto (2017) mendedahkan dengan
2016). Selain itu, setelah reformasi 1998, sangat cermat bagaimana film-film sejarah
persentuhan TNI dengan politik masih yang disponsori negara di masa Orde Baru,
begitu kentara. Tidak bisa dipungkiri, para mampu menyusupkan muatan ideologis
politisi sipil kerap mengikutsertakan faksi- seperti nasionalisme dan superioritas
faksi militer untuk mendukung dua calon tentara atas sipil. Dalam rezim represif ala
presiden yang berbeda seperti yang terjadi Orde Baru, kerja-kerja budaya di antaranya
pada pemilu 2014 lalu6. memang ditujukan untuk kepentingan
Semakin melebarnya pengaruh hiburan dan harus mampu bernegosiasi
militer dalam urusan sipil dan persentuhan mendukung penguasa (Nugroho dan
militer dengan politik di era pemerintahan Herlina, 2015: 213).
Jokowi, baik secara institusional maupun Meskipun kondisi politik dan
individual (purnawirawan TNI yang terjun kebudayaan saat ini berbeda dengan masa
dalam politik), agaknya bisa dibaca dalam Orde Baru--ditandai dengan perkembangan
sebuah kecurigaan; adakah militer atau teknologi, keterbukaan informasi dan
tentara saat ini juga mulai kembali demokratisasi--bukan berarti posisi dan
memperluas pengaruhnya dalam ranah persentuhan militer dalam kebudayaan
kebudayaan? Pasalnya persentuhan militer sama sekali hilang. Mungkin posisi militer
dengan kebudayaan bukanlah hal baru dalam ranah kebudayaan tidak hegemonik 7
dalam sejarah Indonesia. sebagaimana masa Orde Baru, tetapi posisi
Pada masa Orde Baru, Presiden mereka dalam ranah budaya pop,
Soeharto pernah memberikan ruang yang khususnya dalam film dan televisi, dalam
luas bagi militer untuk masuk ke semua delapan tahun terakhir ini justru
menunjukkan fenomena yang sangat
menarik.
Z1mp/sesko-tni-dukung-pendidikan-karakter- Setelah sebelas tahun reformasi
bandung-masagi, diakses 10 Desember 2017. bergulir, tepatnya pada 2009, tahun di
6
Misalnya Wiranto (mantan Panglima ABRI), mana SBY terpilih menjadi presiden untuk
Hendropriyono (mantan Jenderal TNI, mantan kedua kalinya dan Prabowo mulai ikut
Kepala BIN), dan Luhut Pandjaitan (Mantan serta menjadi calon wakil presiden
Dankodilat TNI AD, mantan Jenderal TNI) mendampingi Megawati, di saat yang sama
berada dalam satu kubu untuk mendukung militer mulai dimunculkan kembali dalam
Jokowi. Sementara, Djoko Santoso (mantan film. Pada tahun 2009 dirilis film Merah
Panglima TNI), Widodo AS (mantan
Laksamana TNI), dan M Yunus Yosfiah
Putih. Selang setahun, sequel Merah Putih
(mantan Panglima Pangdam II Sriwijaya) dirilis dengan judul Darah Garuda
berada dalam satu kubu untuk mendukung (2010), menyusul setahun kemudian seri
Prabowo(https://www.bantuanhukum.or.id/web
7
/35-jenderal-pendukung-jokowi-jk-5-jenderal- Untuk lebih jelasnya, bisa melihat hasil
diduga-bermasalah/ diakses 10 Desember penelitian Sen (1994), Sen dan Hill (2007),
2017) Herlambang (2011), dan Heryanto (2015).
118 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 115 -130

penutup dari Trilogi Merah Putih yang Barulah pada 30 Agustus 2015, dalam
berjudul Hati Merdeka (2011) dirilis di suasana Hari Kemerdekaan Indonesia, Net
bioskop-bioskop Indonesia. Semenjak TV merilis serial bergenre action dengan
Trilogi Merah Putih dirilis, pada tahun- judul Patriot. Serial tersebut secara
tahun selanjutnya film tersebut sering spesifik mengangkat kisah satuan
diputar oleh stasiun televisi swasta dalam Kopassus dalam mengamankan wilayah
suasana menyambut Hari Kemerdekaan NKRI dari ancaman sekelompok kartel
Indonesia. narkoba bersenjata. Hadirnya serial ini,
Film yang mengangkat kisah menjadi fenomena baru setelah 19 tahun
militer Indonesia pasca Orde Baru tidak kejatuhan Orde Baru, militer baru
banyak dan dominan, tetapi secara pasti dimunculkan dalam sebuah serial televisi.
tentara mulai sering ditampilkan dalam Pada 2017, Net TV juga merilis segmen
film. Tahun 2011 rilis film Badai di Ujung Garuda dalam bentuk news magazine;
Negeri (2011), kemudian terjadi mengangkat aktivitas, profil, sisi lain dan
kekosongan film bertema tentara pada cerita sosok prajurit yang jarang diketahui
2012 dan 2013. Pada periode 2014 hingga publik. Dalam akun resmi Net TV di
2017, film bertema dan mengangkat kisah Youtube dijelaskan bahwa segmen ini
militer mulai bermunculan, meskipun lagi- bertujuan untuk menumbuhkan rasa
lagi tidak dalam jumlah yang banyak: Tiga kebanggaan dan kecintaan pada sosok TNI
Nafas Likas (2014), Jenderal Soedirman sekaligus memupuk rasa cinta tanah air.
(2015), Doea Tanda Cinta (2015), Net TV yang mulai mengekspose
Dibalik 98 (2015), I Leave My Heart in militer melalui serial Patriot dan segmen
Lebanon (2016), dan Merah Putih Garuda dapat ditempatkan dalam
Memanggil (2017). Pada tahun 2014 juga pembacaan yang tak kalah menarik.
rilis dua film dokumenter yang Stasiun televisi ini baru resmi mengudara
mengangkat kisah hidup Prabowo pada 26 Mei 2013 di tengah eksistensi
Subianto, yaitu Sang Patriot (2014) dan stasiun televisi lain yang cenderung
Hungry is the Tiger (2014). Kedua film partisan9. Uniknya, dilihat dari content
tersebut hanya tayang melalui Youtube. berita, Net TV tidak terlihat melibatkan
Bisa dikatakan dalam delapan tahun diri pada polarisasi politik. Di sisi lain,
terakhir , militer—baik dalam bentuk tema sejak awal berdirinya Net TV memang
maupun keterlibatan mereka dalam membidik penonton dari kalangan
produksi—secara lamat-lamat mulai menengah muda perkotaan10, yang boleh
memasuki ranah budaya populer. jadi sudah mulai jengah dengan content
Fenomena lain yang lumayan media yang semakin terpolitisasi.
menarik dalam kerangka persentuhan Golongan menengah ini, meskipun
militer dengan budaya pop saat ini adalah jumlahnya tidak banyak di tengah 220 juta
mulai masuknya kembali militer dalam penduduk Indonesia, justru punya suara
segmen/acara televisi. Setelah kejatuhan lantang di ruang publik. Golongan ini pula
Orde Baru pada 1998, entah kebetulan atau
tidak, sejauh penelusuran penulis, tidak 9
pernah ada serial televisi yang secara Aburizal Bakrie (Golkar) pemilik ANTV,
spesifik mengangkat kiprah militer8. TVOne, Viva news; Surya Paloh (Nasdem)
sebagai pemilik Metro TV; Harry
Tanoesoedibjo (Perindo) pemilik RCTV,
8 Global TV, dan MNCTV.
Pada periode 2000-an pernah muncul segmen
10
acara Target dan Strategi di stasiun tv Indosiar, Yeffrie Yundiarto Prahadi, “Net TV Bidik
tetapi acara tersebut hanya mengangkat profil Kelas Menengah-Atas” dalam
dan kerja tentara dalam mengoperasikan https://swa.co.id/swa/trends/management/net-
alusista (akronim dari alat utama sistem tv-bidik-kelas-menengah-atas diakses 20
persenjataan) November 2017.
Representasi Tentara (Hary G. Budiman)… 119

diduga sangat menarik perhatian elit filmis, yang memahami hakikat, fungsi,
politik dan ekonomi, entah sebagai calon dan efeknya (Irawanto, 2017: 13).
sekutu atau sebagai bibit musuh (Heryanto,
2015: 2). Dengan kata lain, Net TV justru B. METODE PENELITIAN
membidik penonton yang punya kekuatan Film secara metodologis menarik
secara politik dan ekonomi. Pada titik untuk diperhatikan karena film merupakan
inilah content yang disuguhkan oleh Net tv kristalisasi atau penegasan apa yang sudah
dalam bentuk budaya popular (film, serial, menjadi norma yang dominan di
musik, reality show, dan lain-lain) masyarakat. Film mungkin tidak
sepantasnya dicurigai memiliki muatan- mencerminkan realita tetapi jelas
muatan ideologis yang lebih tersamar menegaskan norma-norma yang sudah
daripada stasiun-stasiun televisi lain yang dominan (kuliah Ariel Heryanto, 22
lebih jelas posisi ideologis-politisnya. Oktober 2017). Narasi film dan televisi
Mengapa kecurigaan itu perlu? Pasalnya, memiliki potensi untuk membentuk makna
budaya populer telah menjadi arena ideologis dan wacana dominan yang tentu
pertempuran ideologis untuk mengisi saja terkait dengan kepentingan kekuasaan
kekosongan posisi hegemonik kekuasaan dan kelompok tertentu dalam masyarakat
yang ditinggalkan Orde Baru (Heryanto, (Setiawan, 2015). Setiawan (2015: 4)
2015: 2). Menarik untuk dicatat pula, menjelaskan sebagaimana dikemukakan
manakala militer mulai memasuki ranah Kellner (1995: 1) bahwa film dan televisi
budaya pop, ia boleh jadi masih berupa merupakan media untuk menciptakan
bibit kecil, yang harus berhadapan dengan konsensus dan kuasa melalui artikulasi
gelombang dahsyat budaya layar Korea beragam kepentingan kelompok, wacana,
dan tema-tema keislaman11 yang lebih dulu dan permasalahan yang berlangsung dalam
memengaruhi golongan menengah pasca masyarakat. Mengacu pada pemikiran
Orde Baru. Stuart Hall, struktur naratif dan praktik
Berangkat dari segala argumentasi diskursif film akan mempertemukan
yang dijelaskan di atas, tulisan ini berniat kepentingan ideologis bermacam
membedah muatan ideologis yang terdapat kelompok, termasuk negara, dalam sebuah
dalam serial Patriot sebagai segmen blok historis, sebuah aliansi strategis dari
televisi yang pertama kali mengangkat bermacam kelas dan kepentingan mereka
kisah dan kiprah militer sejak jatuhnya yang diarahkan oleh kelas penguasa
Orde Baru pada 1998. Tulisan ini juga (Setiawan, 2015: 4).
mencoba membaca representasi militer dan Dalam pandangan Marxian,
representasi hubungan sipil-militer yang agaknya film bisa didudukkan sebagai
digambarkan dalam serial Patriot, Net tv. Ideology State Apparatus, yaitu sebagai
Analisis akan penulis fokuskan pada institusi yang mampu menyediakan
keseluruhan episode Patriot yang terdiri “kesediaan kultural” agar rakyat/pekerja
dari 7 episode. Pada tulisan ini serial mau bekerja demi kepentingan penguasa
Patriot akan penulis dudukan dalam atau ideologi tertentu. Ideology State
perspektif komunikasi massa, di mana film Apparatus bekerja dengan jalan ideologi
dimaknai sebagai pesan-pesan yang pada ranah privat, misalnya agama,
disampaikan dalam sebuah komunikasi pendidikan, keluarga, hukum, politik
(partai, sistem politik), serikat buruh, dan
media (pers, radio, televisi). Proses
11
Penjelasan bagaimana budaya korea dan ideologisasi bekerja dengan menempatkan
tema-tema keislaman memengaruhi dalam individu sebagai subjek yang
budaya layar di Indonesia dijelaskan dengan terinterpleasi/terpanggil (hailing). Efek
amat rinci oleh Heryanto (2015) dalam dari ideologi ini adalah naturalisasi relasi
karyanya yang berjudul Identitas dan produksi atau menjadikan relasi produksi
Kenikmatan: Politik Budaya Layar Indonesia.
120 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 115 -130

yang ada nampak alamiah, seolah sudah kejatuhan Orde Baru? (2) Bagaimana pula
dari kodratnya demikian (Suryajaya dalam relasi sipil-militer digambarkan dalam
Althusser [terj], 2014; Hussein, 2012). serial Patriot?
Dalam tulisan ini, yang dinaturaslisasi oleh Agar pertanyaan tersebut dapat
Ideologi State Apparatus boleh jadi bukan terjawab, tulisan ini akan menggunakan
kapitalisme tetapi ideologi yang pendekatan kualitatif. Adapun untuk
dilanggengkan negara, misalnya mempertajam analisis, tulisan ini
nasionalisme dan patriotisme. menggunakan konsep codes of television
Mengacu pada pemikiran Gramsci, yang dikemukakan oleh John Fiske (1987).
agaknya film atau pun televisi bisa Fiske (1987: 4) menjelaskan: The code of
ditempatkan sebagai aparatus hegemonik television is a rule-governed system of
yang kontribusinya lebih pada proses signs, whose rules and conventions are
menegosiasikan kepentingan kelompok shared amongst members of a culture, and
dominan (Setiawan, 2015: 4). Hegemoni which is used to generate and circulate
dalam pandangan Gramsci cenderung meanings in and for that culture. Untuk
menekankan pada cara-cara persuasif yang menyederhanakan konsep, Fiske membagi
biasanya diterjemahkan dalam aturan- code of television ke dalam tiga tingkatan.
aturan hukum dan kebijakan politik. Tidak Menurutnya, segala hal yang ditampilkan
hanya itu, menurut Gramsci, kelas dalam televisi telah melalui proses
dominan memiliki cara yang terorganisir pengkodean melalui kode sosial, seperti
untuk mempertahankan, membela, dan penampilan, pakaian, make-up,
mengembangkan, apa yang disebut oleh lingkungan, perilaku, perkataan, gestur,
Gramsci sebagai front-front ideologis ekspresi, suara, dan lainnya. Inilah yang
(Gramsci dalam Durham & Kellner, 2006). disebut level pertama, yaitu reality. Reality
Jowett sebagaimana dikutip oleh ini kemudian dikodekan secara elektronik
Irawanto (2017: 15) menjelaskan bahwa melalui technical codes yang meliputi
lebih gampang disepakati bahwa media kamera, pencahayaan, editing, musik, dan
massa mampu merefleksikan masyarakat suara. Tahap ini kemudian menghasilkan
karena ia didesak oleh hakikat level kedua, yang disebut sebagai
komersialnya untuk menyajikan isi yang representation. Kemudian representation
tingkatnya akan menjamin kemungkinan ini ditransmisikan melalui conventional
audiens yang luas. Mengacu pada perpektif representational codes yang terwujud
ini, gambaran militer selama ini, dalam bentuk narasi, konflik, karakter,
khususnya dalam film-film bertema yang aksi, dialog, setting, dan pemain/aktor-
sama di masa Orde Baru, identik sebagai aktris. Level ketiga adalah Ideology yang
kelompok paling patriotik, dan kontruksi dibentuk secara koheren dan dapat
sipil-militer yang cenderung didominasi diterima secara sosial melalui ideological
oleh tentara (Irawanto, 2017: 213-214). codes seperti, individualisme, partiarki,
Untuk itu, tulisan ini mencoba ras, kelas, materialism, kapitalisme, dan
membuktikan, (1) apakah representasi sebagainya (Fiske, 1987: 5).
militer dalam serial Patriot masih berada Piliang (2004: 192) memberikan
dalam narasi yang sama seperti masa Orde penjelasan lain tentang konsep kode yang
Baru sebagai kelompok yang paling disinggung oleh Fiske. Menurutnya kode
patriotik dan nasiolis? ataukah serial adalah seperangkat aturan atau konvensi
Patriot merupakan upaya merekonstruksi bersama yang di dalamnya tanda-tanda
citra tentara, khususnya Kopassus 12 setelah dapat dikombinasikan, sehingga

12
Pasca reformasi, beberapa catatan Komisi para aktivis prodemokrasi (Tim Mawar,
untuk Orang Hilang dan Korban Tindak sekarang Jenderal dalam https://tirto.id/dulu-
Kekerasan (Kontras) menunjukan bahwa tim-mawar-kopassus-kini-jenderal-bEYP,
Kopassus justru terlibat dalam penculikkan diakses 8 November 2017)
Representasi Tentara (Hary G. Budiman)… 121

memungkinkan pesan dikomunikasikan blockbuster Holywood tahun 90-an; satu


dari seseorang kepada orang lain. Piliang pasukan terlatih dengan berbagai latar
(2004: 192) juga menjelaskan sebagaimana belakang, dibentuk, menyelamatkan suatu
dikemukakan oleh Eco, bahwa kode adalah wilayah penduduk sipil yang diduduki
aturan yang menghasilkan tanda-tanda musuh, menyelamatkan sandera, action
sebagai penampilan konkretnya dalam adu tembak dan bela diri, musuh kalah,
hubungan komunikasi. Secara implisit, dan film selesai dengan akhir bahagia.
dalam kode terdapat suatu kesepakatan Meskipun alurnya cenderung sederhana,
sosial di antara anggota komunitas bahasa boleh jadi conventional representational
tentang kombinasi seperangkat tanda-tanda codes dan ideological codes-nya tidak
dan maknanya. sesederhana alur cerita yang ditampilkan.
Dari seleksi dan pembacaan mendetail
C. HASIL DAN BAHASAN yang penulis lakukan, didapat beberapa
1. Tentara dalam Serial Patriot representasi militer, khususnya Kopassus.
Serial Patriot pertama kali tayang
pada 30 Agustus 2015 dan berakhir pada
11 Oktober 2015 (terdiri atas 7 episode).
Serial ini berkisah tentang misi yang
dijalankan oleh 5 anggota komando
pasukan khusus (Kopassus); Komandan
Tim Kolonel Bayu (Rizky Hanggono),
Wakil Komandan Tim Letnan Kolonel
Guntur (Verdy Bhawanta), Sersan Letnan
Satu Jalu (Winky Wiryawan), Sersan Satu
Charles (Maruli Tampubolon), dan Sersan
Satu Samuel (Dallas Pratama). Mereka
menjalankan misi penyelamatan terhadap
warga Desa Mapu yang ditahan oleh
pasukan kartel internasional pimpinan
Panglima Timur (Aqi Alexa). Pasukan
Gambar 1. Poster Patriot yang dirilis oleh
kartel tersebut berniat menyelundupkan akun resmi Patriot Net TV
narkotika ke Negara Indonesia. Selain Sumber: twitter Patriot NET (@PatriotNET_)
dibalut dalam banyak aksi laga layaknya
film Holywood, Patriot menyuguhkan 2. Membaca Narasi Ideologis Militer
unsur drama terkait dilema tentara antara Hampir semua episode Patriot
memilih tugas negara atau keluarga. Patriot selalu menempatkan Kolonel Bayu sebagai
diproduksi oleh Net TV yang bekerjasama corong narasi ideologis tentara.
dengan rumah produksi Imagine, Representasi ini sudah mulai terlihat sejak
disutradarai oleh Thomas Nawilis dan episode 1, salah satunya dalam sebuah
Kinoi Azhar Lubis, dengan Pengarah scene ketika ia dan putri kecilnya yang
Produksi oleh Wishnutama (direktur Net bernama Putri (Naomi Ivo) mengobrol
TV). Adapun penulisan cerita digarap oleh santai di rumah kediaman Kolonel Bayu.
Raditya, Tugabus Deddy, Nikotopia, dan Kolonel Bayu mengajukan sebuah
Budhita Arini. Penata gambar oleh Aryo pertanyaan pada Putri tentang kenapa
Chiko, editor oleh Gita Miaji, dan penata Indonesia disebut wilyah kepulauan dan
artistik oleh Deco Dinata. Produksi serial tentang siapa saja yang harus menjaga
Patriot juga melibatkan Tentara Nasional keutuhan wilayah RI. Putri menjawab
Indonesia. bahwa yang bertugas menjaga keutuhan
Plot Patriot pada dasarnya sangat wilayah RI adalah pahlawan, presiden,
sederhana, semacam pola film action polisi, dan tentara. Kolonel Bayu pun
122 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 115 -130

memberikan penjelasan dalam gestur dan simbol-simbol yang identik dengan


bahasa seorang bapak: “… intinya semua Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
orang Indonesia itu harus ikut menjaga
keutuhan Indonesia, termasuk Putri
sebagai seorang pelajar, karena pelajar
itu adalah masa depan negara dan bangsa.
Dan satu lagi ayah titip, Putri harus jaga
dan simpan Indonesia di hati Putri. Bisa ?”
(sudut camera close up).
Dialog tersebut dapat dibaca
sebagai bentuk didaktisme (gairah
menggurui) dalam menyampaikan pesan
nasionalisme. Kolonel Bayu sebagai
Gambar 2. Patriot episode 2, Kolonel Bayu
tentara seolah-olah ingin bicara pada
dan tembok peringatan prajurit Kopassus yang
penonton tentang pentingnya nasionalisme. telah gugur dalam tugas
Dialog Kolonel Bayu dan Putri secara Sumber: www.youtube.com/channel/
tersirat mengingatkan penonton terhadap
jargon-jargon yang lazim dikampanyekan
TNI seperti “tentara ada bersama rakyat” Secara visual, simbol Kopassus
berupa baret merah selalu mendapat porsi
dan “NKRI harga mati”. Bagaimana
yang tegas dan jelas dalam sudut pandang
Kolonel Bayu menyusupkan pesan
kamera. Sering kali baret merah ini
nasionalisme pada putri bisa pula
didudukan dalam perspektif bapakisme diambil dengan sudut pandang close up.
Salah satunya dalam scene di episode 2
(menempatkan orang tua selalu benar dan
ketika Letnan Kolonel Guntur ditugaskan
anak muda harus menurut)13 yang lazim
untuk membentuk tim oleh Kolonel Bayu.
dimasukkan dalam narasi film-film di
masa Orde Baru. Penegasan simbol baret merah juga
kembali dimunculkan di episode 2 dalam
Kode-kode ideologis bukan hanya
scene persiapan persenjataan tim bunglon
tersirat melalui dialog antara tokoh, tetapi
sebelum menjalankan misi. Hal ini secara
juga nampak secara visual, khususnya
ketika menampilkan karakter utama, tersirat menunjukkan peran sentral
Kopassus dibandingkan kesatuan lain
Kolonel Bayu. Misalnya dalam sebuah
dalam serial Patriot.
scene di episode 2, di mana Kolonel Bayu
berdiri dengan pakaian lengkap Kopassus
dengan latar dinding nama-nama prajurit
Kopassus yang gugur dalam tugas, gambar
baret merah, dan sebuah kalimat besar di
dinding: “Teruskan Perjuangan Kami
Telah Beri Apa yang Kami Punya”
(camera long shot). Scene tersebut sekali
lagi menegaskan nilai yang dipegang
Koppasus tentang pentingnya menjalankan
tugas negara (juga memuat nilai
nasionalisme) dan sikap patriotisme. Di
sisi lain, scene tersebut menegaskan Gambar 3. Patriot episode 2, Letnan Kolonel
Guntur bersiap menerima tugas
Sumber: www.youtube.com/channel/
13
Bapakisme dalam film-film di masa Orde
Baru dijelaskan oleh Ariel Heryanto dalam
diskusi buku Identitas dan Kenikmatan, 9 Juli
2017, Universitas Brawijaya.
Representasi Tentara (Hary G. Budiman)… 123

Indah di luar instruksi Kolonel Bayu.


Kondisi tersebut membuat gerak senyap
tim bunglon terendus musuh. Rencana
awal untuk menyusup ke Desa Mapu
menjadi meleset. Kolonel Bayu pun marah
besar terhadap Letnan Jalu. “Dengar,
jangan pernah ada yang membantah
perintah saya, karena keputusan saya
adalah yang terbaik untuk kita semua.
Demi keselamatan kita. Kalian mengerti ?!
Gambar 4. Patriot episode 2, Close up baret saya percaya maksud kamu baik (kepada
merah di antara peluru dan senjata.
letnan Jalu) kamu juga harus percaya
Sumber: www.youtube.com/channel/
sama saya” (camera medium shot). Untuk
Pada episode 2, di scene briefing kesekian kalinya, karakter kolonel Bayu
sebelum pelaksanaan misi, tergambar pula merepresentasikan didaktisme dan
nilai patriotisme yang dipegang militer. bapakisme pada tentara dan menegaskan
Narasinya lagi-lagi disampaikan oleh pimpinan selalu benar, tanpa kecuali.
Kolonel Bayu: “…Ingat teman-teman Dialog tersebut juga merepresentasikan
nyawa satu orang warga Negara bahwa bawahan harus tunduk pada
Indonesia adalah sangat berarti bagi kita. pimpinannya, apapun kondisinya. Hal ini
Mengerti? “ (camera close up). Selang menggambarkan sebuah nilai yang selama
beberapa scene, kolonel Bayu dan anggota ini lazim dipegang militer sebagai bentuk
tim bunglon menuju markas TNI di Kota rantai komando.
Palo, lokasi terdekat dari Desa Mapu. Memasuki episode 4 dan 5, isi
Mereka kembali mengadakan briefing cerita lebih didominasi adegan-adegan
strategi dan pengenalan medan. Kolonel aksi, antara lain upaya pembebasan
Bayu kembali menempatkan dirinya sandera dan baku tembak dengan
sebagai narator utama ideologi militer kelompok kartel. Upaya evakuasi sandera
melalui pesan/orasinya kepada anggota mengalami kegagalan karena helicopter
tim: “… dan ingat! Kalian semua adalah pengangkut berhasil diledakkan kelompok
prajurit-prajurit komando. Tugas kita kartel. Tim bunglon pun terpisah. Samuel
sudah jelas, Negara sudah memanggil kita. membawa penduduk menuju pos tentara
Lebih baik pulang nama, daripada gagal tetapi di tengah perjalanan berhasil
di medan tugas. Mengerti !” (camera close ditangkap oleh anak buah Panglima Timur.
up, tempo musik meninggi). Letnan Kolonel Guntur terlibat duel sengit
Pada episode 3, alur cerita dengan Bunian, tangan kanan Panglima
dilanjutkan dengan scene yang Timur. Bunian menyebabkan Guntur
menggambarkan kondisi sandera di Desa terperosok ke jurang. Sementara Kolonel
Mapu. Sementara tim bunglon Kopasus Bayu, Charles, dan Jalu melanjutkan misi
mulai menyusup menuju pos pertahanan penyelamatan ke Desa Mapu. Pada episode
terluar musuh. Tanpa kesulitan tim 6, dalam perjalanannya Kolonel Bayu,
bunglon Kopassus berhasil melumpuhkan Charles, dan Jalu menangkap salah satu
anggota-anggota kartel di dua pos anggota kartel. Mereka menginterogasi
pertahanan. Ketika mereka mulai anggota kartel tersebut untuk mengetahui
melanjutkan grilya ke pusat Desa Mapu, lokasi penduduk yang belum terevakuasi.
mereka mendapati salah satu perempuan Charles berupaya menakut-nakuti anggota
penduduk desa, Indah, akan diperkosa oleh kartel yang berhasil ditangkap tersebut
dua anggota kartel. Terdorong rasa belas untuk mendapatkan informasi tentang
kasihan, Letnan Jalu memutuskan lokasi penduduk desa yang ditahan.
mengambil inisiatif pertolongan kepada Dengan triknya Charles berhasil menggali
124 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 115 -130

informasi dari anggota kartel. Sebelum kesekian kalinya, pesan nasionalisme


melepas si anggota kartel, Charles begitu jelas terlihat dalam Patriot.
mengeluarkan handgun, berniat
mencederai si penjahat. Ia meronta-ronta:
“saya punya keluarga, saya punya anak
kecil”. Niat Charles ditahan oleh Kolonel
Bayu seraya berkata: “Tahan ! Ini bukan
cara kita. Senjata kita hanya untuk
kebenaran” (camera close up).
Dari dialog tersebut, Kolonel Bayu
secara tersirat menyampaikan nilai moral
yang dipegang militer. Dari scene tersebut
pula dapat dibaca bahwa ketika tentara
bertindak dengan senjata, berarti
tindakannya tersebut adalah sebuah Gambar 5. Motto Kopassus dalam epilog
kebenaran. Dengan kata lain, licence to kill Patriot (episode 7)
yang digunakan militer dilandasi dengan Sumber: https://www.youtube.com/channel/
nilai kebenaran. Namun, bukankah
kebenaran itu sendiri serba subjektif?
Tergantung dari mana sudut pandangnya. 3. Representasi Hubungan Sipil-Militer
Pada titik ini, penulis berasumsi bahwa dalam Patriot
Kolonel Bayu merepresentasikan militer Representasi hubungan sipil-
sebagai penjaga nilai moral; menentukan tentara dalam Patriot pada dasarnya tidak
mana yang baik, mana yang buruk. terlalu banyak ditampilkan, meski
Dari pembacaan yang dilakukan demikian, dalam beberapa scene hubungan
dapat terlihat bahwa Kolonel Bayu tersebut dapat terlihat. Representasi
menjadi tokoh sentral dalam hubungan sipil-militer mulai terlihat di
menggaungkan nilai dan ideologi yang episode 3 ketika Letnan Jalu mecoba
dipegang oleh militer. Hal ini ditegaskan menyelamatkan Indah dari upaya
pula dalam epilog di episode terakhir pemerkosaan yang dilakukan dua orang
(episode 7) sebelum susunan kru produksi begundal anggota kartel. Dengan
muncul di layar. Pada bagian tersebut mengabaikan misi, Jalu menyelamatkan
tertera kalimat yang diucapkan Kolonel Indah. Hal tersebut memicu ketegangan
Bayu dengan ukuran huruf yang besar- antara Jalu dengan Kolonel Bayu yang
besar: “Lebih baik pulang nama, daripada berujung pada perkelahian. Selain itu,
gagal di medan tugas”. Di sisi lain, ucapan keputusan Jalu menyelamatkan Indah
Kolonel Bayu tersebut selalu dimunculkan dalam dua scene selalu diperdebatkan oleh
manakala iklan segmen Patriot diputar di Charles. Pada Episode 3, Charles
Net TV, khususnya sepanjang bulan mempertanyakan keberadaan Indah yang
Agustus hingga Oktober 2015. Kalimat hanya akan memperlambat mereka.
tersebut sejatinya adalah kalimat yang
disampaikan oleh almarhum Jenderal L.B Charles : Ijin bertanya komandan.
Moerdani ketika memberikan briefing Lalu, bagaimana dengan
kepada para prajurit yang akan melakukan keberadaan si Indah? Saya
operasi pembebasan sandera di Don rasa dia akan hanya
Muang. Kalimat tersebut seolah menjadi memperlambat kita, dan
sebuah indoktrinisasi bahwa kepentingan akhirnya membahayakan
(tugas) negara di atas segalanya, demi kita.
negara nyawa pun rela dikorbankan. Untuk Jalu : Maaf komandan, tapi kalau
Indah kita tinggal di sini, itu
Representasi Tentara (Hary G. Budiman)… 125

justru berbahaya buat dia. penyelamatan Indah, maupun konflik


Charles : Tapi komandan, kita kan antara Jalu dengan Charles, di mana
masih memiliki target lain. Charles masih bersikukuh
Dan kita tidak boleh memprioritaskan penyelesaian misi.
melambat. Meskipun Indah tidak terlibat secara
Bayu : Oke, cukup cukup, keputusan langsung dalam dialog/perdebatan, tetapi
ada di saya. Indah akan ikut dua scene tersebut menempatkan Indah
dengan kita. Mengerti? dalam sudut pandang militer. Pada titik ini,
Indah bisa dibaca sebagai warga sipil dan
Kolonel Bayu sebagai pimpinan tim
Indah sebagai perempuan. Scene tersebut
pada akhirnya memutuskan membawa
merepresentasikan bahwa warga sipil yang
Indah. Meski demikian, keberadaan Indah
lemah hanya akan menjadi beban dan
masih dipertentangkan Charles. Hal
menghambat misi/tujuan militer. Di sisi
tersebut nampak pada beberapa scene
lain, hal tersebut menempatkan
selanjutnya, pada episode yang sama. Kali
perempuan/warga sipil sebagai pihak yang
ini Charles mengemukakan keberatannya
inferior di hadapan militer. Nasibnya
pada Jalu dan cukup mengakibatkan
tergantung dari keputusan atau kebaikan
perdebatan yang panas.
hati tentara. Meskipun kebaikan hati
Charles : Semestinya Indah kita tersebut menciptakan konflik di tengah
amankan di tempat yang tentara itu sendiri.
aman. Ga usah lah kita Setelah mengalami bermacam
bawa-bawa. Kau lihat sendiri hambatan dan dinamika di dalam tim,
kan, hampir kita mati. akhirnya Indah ikut serta dalam upaya
Jalu : Udahlah les, yang penting penyelamatan warga desa. Dalam sebuah
kita semua selamat sekarang. perjalanan setelah membebaskan warga
Charles : Apa kau bilang? Selamat? untuk kemudian menuju lokasi evakuasi,
Selamat sih selamat tapi Indah mengungkapkan rasa terima
pergerakan kita kan nggak kasihnya kepada Jalu. “Untung ada orang-
cukup sampai di sini. Baru orang seperti Bapak yang menyelamatkan
satu warga si Indah, udah kami, saya nggak tau nasib desa kami
bangga Kau?! Operasi kita tanpa orang-orang seperti pak Jalu”
ini untuk menyelamatkan Pernyataan Indah tersebut menegaskan
seluruh warga Desa Mapu. posisi warga sipil dan ketidakberdayaan
Ini kan dengan keberadaan si mereka. Singkatnya, menegaskan
Indah, kita jadi bolak-balik, inferioritas sipil terhadap militer.
bolak-balik. Selain tergambarkan melalui posisi
Jalu : Jadi maksud lu apa? Indah Indah dan dialognya terhadap Jalu, betapa
ngerepotin? Gua kan pernah lemahnya warga sipil juga terlihat hampir
bilang sama lu, les… Indah di keseluruhan film. Tidak terlampau
itu kan warga desa, dan misi nampak representasi konsep “tentara
kita apa?? Menyelamatkan bersama rakyat” yang lazim didengungkan
semua warga Desa Mapu! TNI, yang muncul dalam film adalah
Charles : Indah dibela-bela! tentara melindungi rakyat. Tentu tidak ada
yang keliru dengan hal ini, yang jadi
permasalahan dalam film, warga sipil
Dari dua potongan dialog tersebut, seolah terlihat begitu lemah dan tidak
dapat diketahui bahwa keberadaan Indah di berdaya. Kondisi tersebut sudah tergambar
tengah tim Bunglon, sedikit-banyak sejak episode 1 ketika kelompok kartel
menimbulkan konflik, baik antara Jalu pimpinan Panglima Timur datang
dengan Kolonel Bayu di awal usaha menginvasi Desa Mapu. Penduduk desa,
126 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 115 -130

baik laki-laki maupun perempuan, hanya Rustam : Sama siapa? Sama mereka?
bisa melarikan diri. Tidak nampak sedikit Sangaji, kakek ini kan bekas
pun usaha perlawanan. Sikap resisten pejuang, pernah bertempur,
justru ditunjukkan Bapak Rustam, berperang. Kakek sedih
tengkulak ikan yang justru dulunya mengapa mereka melakukan
merupakan seorang tentara. itu ? padahal mereka itu
Di sisi lain, jalan senjata yang diambil sebangsa dengan kita.
oleh Kopassus dalam Patriot agaknya Kenapa mereka menjajah
menunjukkan tidak adanya negosiasi atau bangsa sendiri. (Camera
jalan diplomasi, yang biasanya merupakan close up)
wewenang pimpinan sipil. Pada Patriot
tidak diperlihatkan bagaimana Scene tersebut merepresentasikan
kompleksitas pengambilan keputusan di sikap keberanian Rustam. Selain itu secara
tingkat pusat kekuasaan manakala situasi implisit menyatakan pandangan ideologis
genting terjadi di Desa Mapu. Seolah-olah Rustam, bahwa tidak sepatutnya
jalan senjata adalah solusi satu-satunya. sekelompok orang menjajah bangsanya
Hal ini merepresentasikan hilangnya peran sendiri. Ini juga bisa dibaca sebagai
pimpinan sipil dalam sebuah negara yang pandangan nasionalis seorang Rustam.
notabene demokratis seperti Indonesia. Lebih dari itu, sikap Rustam
merepresentasikan citra dirinya sebagai
4. Membaca Karakter Rustam yang seorang veteran.
Bergerak di Ranah Sipil dan Militer Dalam sebuah scene lainnya di
episode 7 terlihat kembali sosok Rustam
Salah satu temuan yang cukup
yang lebih dimunculkan karakternya di
menarik dari serial Patriot adalah adanya
tengah pasifnya warga Desa Mapu. Ia
karakter Bapak Rustam. Karakter ini bisa
mencoba menginisiasi warga untuk
dikatakan hidup di ranah sipil tetapi
mencoba melawan para anggota kartel.
sempat merasakan kehidupan sebagai
“Kita tidak boleh begini terus, kita tidak
seorang tentara. Rustam merupakan
boleh lemah. Kita harus kuat dan kita
seorang veteran yang sempat turut
harus berbuat sesuatu”. Atas inisiatif
berjuang (tidak dinarasikan berjuang di
Rustam, akhirnya warga berani melawan
mana dan pada periode apa). Menurut
dengan mengeroyok seorang anggota
pembacaan penulis, Rustam ini karakter
kartel yang hendak memberi makan pada
yang unik, apalagi jika pembacaannya
warga. Setelah berhasil menumbangkan
nanti dikaitkan dengan konteks politik
salah satu anggota kartel, warga mencoba
yang terjadi dewasa ini. Dalam Patriot,
melarikan diri tetapi usaha mereka gagal
Rustam digambarkan sebagai sosok yang
karena dipergoki oleh Bunian dan anak
dituakan dan memiliki pengaruh bagi
buahnya.
penduduk Desa Mapu, paling tidak secara
Dari scene tersebut dapat terlihat
ekonomi karena penduduk menjual ikan
bagaimana sosok Rustam yang merupakan
hasil tangkapannya pada Rustam. Di sisi
seorang veteran/mantan tentara, mampu
lain, karakter Rustam terlihat lebih
memengaruhi warga Desa Mapu. Kondisi
menonjol dibandingkan penduduk desa
tersebut dapat ditafsirkan bagaimana
lain yang seolah datar dan nyaris tanpa
tentara, sekalipun ia sudah pensiun, lebih
inisiatif. Karakter Rustam lebih nampak
mampu memegang kendali dan mampu
menunjukkan sisi ketentaraannya,
menjadi leader daripada sosok dari pihak
misalnya ditunjukkan dalam salah satu
sipil itu sendiri. Asumsi ini agaknya
scene ketika ia bertemu dengan cucunya,
diperkuat oleh salah satu scene lainnya di
Sangaji di camp sandera (episode 6).
episode 7 ketika tahanan hendak
Sangaji : Kakek, kakek ga takut? dibebaskan oleh Panglima Timur.
Representasi Tentara (Hary G. Budiman)… 127

Pembebasan tersebut dilakukan atas dan scene seketika itu berganti.


negosiasi Kolonel Bayu dengan Panglima
Dari potongan dialog di atas, dapat
Timur, di mana warga desa ditukar dengan
terlihat bagaimana posisi dan respon warga
truk berisi narkotika yang berhasil direbut
sipil, yaitu cenderung pasrah, menerima,
tim bunglon Kopassus. Mengetahui
berdiam diri. Singkatnya, warga sipil
penduduk akan dibebaskan, Rustam
dalam dialog tersebut sangat terlihat begitu
melihatnya dengan penuh kecurigaan dan
pasif dan tidak berdaya. Walaupun
antisipasi.
demikian, Rustam tidak bisa dikatakan
Rustam : Saya curiga, kenapa mereka berada dalam posisi yang sama sebagai
tiba-tiba membebaskan kita? warga sipil. Pada dialog di atas, Rustam
Jangan-jangan ini jebakan lebih menonjolkan citra dirinya sebagai
veteran perang yang berpengalaman.
Kemudian salah seorang pria warga desa Selain itu, ia juga memunculkan pendapat
Mapu menjawab. yang sama sekali berbeda dengan warga
Pria 1 : Saya sih pasrah aja pak desa yang lain. Pada akhir dialog, sebelum
mengikuti rencana mereka scene berganti, Indah bertanya pada
kekeknya, Rustam. “kalau begitu kek, apa
Warga lainnya secara spontan yang harus kami lakukan?” Pertanyaan
mengiyakan. Indah tersebut mengindikasikan betapa
Rustam : Sstt… tenang, kalau kita mau warga sipil dalam Patriot, menyerahkan
tau pikiran penjahat, kita keputusan pada sosok yang sepenuhnya
harus berpikir seperti bukan warga sipil tetapi seorang Rustam
penjahat. Kalau mereka mau yang merupakan veteran tentara. Untuk
lepaskan kita, apa untungnya kesekian kalinya, tidak diperlihatkan peran
buat mereka? sipil yang signifikan dalam situasi yang
Pria 1 : Lalu kita harus berbuat apa begitu genting.
pak, selain mengikuti Dalam pembacaan penulis, peran
rencana mereka? penduduk sipil dalam Patriot cenderung
Rustam : Sekarang kita cuma punya dikerdilkan. Hal tersebut semakin terlihat
dua pilihan. Pilihan pertama, dalam persiapan pertempuran terakhir
tetap di sini dan mati. Pilihan antara tim bunglon Kopassus pimpinan
kedua, tetap juga mati, tapi Kolonel Bayu dengan kelompok kartel
mati dengan perjuangan. Panglima Timur. Di malam persiapan
Sekarang tinggal pilih! sebelum pertempuran, Rustam mengajukan
Pria 1 : Pilihan ketiga pak, berdiam dirinya menjadi relawan untuk turut
diri, sabar, dan menunggu. bertempur bersama tim bunglon. Namun
demikian, tidak ada warga Desa Mapu
Rustam membentak dengan keras. lainnya yang punya niatan sama dengan
Rustam : Pak, tidak pernah ada Rustam, padahal dalam scene sebelumnya
pilihan ketiga. Dulu saya semua warga lelaki Desa Mapu telah
pernah mengalami hal dibebaskan.
seperti ini. Semua sandera- Rustam : Saya memang sudah tua, tapi
sandera seperti ini, dibunuh, saya tahu mengangkat
dieksekusi mati. Cuma satu senjata
orang yang lolos. Saya !
Indah : Kalau begitu kek, apa yang Ia bergerak mengambil senjata yang
harus kami lakukan? dipegang Charles. Mengecek slot peluru,
dan membuka kunci senjata dengan
Rustam kemudian memandang serius ke keterampilan khas tentara.
arah luar camp tahanan (camera close up),
128 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 115 -130

Rustam : Lapor. Kapten Rustam Karakter Kolonel Bayu merepresentasikan


datang melapor. karakter ideal tentara yang menjunjung
Bayu : Selamat bergabung tinggi nasionalisme dan patriotisme.
(menjulurkan tangan, Dalam pembacaan mendalam terhadap
memberi selamat) narasi Kolonel Bayu, dapat diketahui pesan
Pada akhirnya Rustam ikut ideologis yang tersirat, antara lain:
bertempur bersama tim bunglon Kopassus. nasionalisme, patriotisme, didaktisme, dan
Tidak ditemukan representasi tentara menempatkan militer sebagai penjaga nilai
bertempur bersama rakyat,yang nampak moral.
dalam Patriot justru tentara bertempur Hubungan sipil-militer dalam
bersama tentara, lebih tepatnya bersama patriot terlihat lebih didominasi oleh pihak
mantan tentara (Rustam). Hal ini agak militer. Pihak sipil yang direpresentasikan
aneh jika dikaitkan dengan konteks oleh penduduk Desa Mapu digambarkan
sejarah, sebabnya secara genealogis sebagai pihak yang lemah, pasif, dan
sejatinya tentara lahir dari rakyat. Umum nyaris tak memiliki pengaruh serta
diketahui, TNI merupakan perkembangan kekuatan, sekalipun untuk memutuskan
organisasi yang berawal dari Badan nasibnya sendiri. Pihak sipil digambarkan
Keamanan Rakyat (BKR). Kemudian pada bergantung kepada pemimpin yang
5 Oktober 1945 berubah nama menjadi memiliki latar belakang sebagai seorang
Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan tentara yang direpresentasikan oleh
diubah lagi menjadi Tentara Republik Rustam. Rustam yang merupakan mantan
Indonesia (TRI). Sejatinya ada kata tentara memiliki peran dan pengaruh yang
“rakyat” dalam BKR dan TKR. Demikian menonjol dalam urusan-urusan sipil. Peran
pun di masa-masa awal berdirinya TNI, pimpinan sipil bisa dikatakan sama sekali
Soedirman justru sukses dalam gerilyanya tidak dinampakkan dalam Patriot. Pihak
karena dibantu dan bekerjasama dengan sipil tidak ikut berjuang bersama tentara
rakyat. Kerja sama sipil-militer/rakyat- tetapi mereka sekadar mengikuti perintah
tentara yang tidak direpresentasikan dalam dan mendapat perlindungan. Dalam Patriot
Patriot. tidak didapati konsep tentara berjuang
Sementara itu, besarnya porsi bersama rakyat, yang nampak justru
karakter Rustam di tengah warga sipil, tentara berjuang bersama mantan tentara.
dapat ditafsirkan sebagai masih Singkatnya, selain berperan penting dalam
bergantungnya pihak sipil terhadap menjaga keutuhan negara dari ancaman
kepemimpinan militer. Tentu saja dalam dari pihak musuh, militer masih memegang
Patriot tidak dieksplisitkan, tetapi Rustam kendali dalam ranah sipil. Secara garis
sebagai mantan tentara masih memiliki besar serial Patriot masih melanggengkan
pengaruh bagi warga sipil. Pun demikian, nilai dan ideologi yang lazim disisipkan
ketika kondisi darurat, mantan tentara dalam film-film tentara di masa Orde Baru.
punya kapasitas untuk turut bertempur. Dari serial Patriot dapat diketahui
Karakter Rustam menegaskan betapa stratifikasi pembagian peran dan pengaruh
tentara, seorang purnawirawan sekalipun, yang menentukan terhadap nasib warga
bisa menentukan dan memengaruhi nasib sipil. Militer menduduki posisi pertama
sipil. yang direpresentasikan oleh Tim Bunglon.
Kemudian diikuti oleh mantan tentara yang
D. PENUTUP direpresentasikan oleh Rustam, kemudian
Ideologi dan nilai yang dipegang peran sipil dengan pengaruh paling nihil
militer dalam serial Patriot lebih banyak yang direpresentasikan oleh warga Desa
dinarasikan oleh Kolonel Bayu. Ia Mapu.
merupakan tokoh utama sekaligus sebagai
narator ideologi militer dalam Patriot.
Representasi Tentara (Hary G. Budiman)… 129

DAFTAR SUMBER tni-punya-hak-politik-bRb8, diakses 4


1. Jurnal dan Makalah Desember 2017.

Piliang, Yasraf Amir. “Semiotika Teks: Sebuah Hussein, Mohamad Zaki. 2017.
Pendekatan Analisis Teks” dalam Jurnal “Ideologi dan Reproduksi Masyarakat
Mediator Volume 5 Nomor 2, 2004: Kapitalis dalam
hlm. 189-198. https://indoprogress.com/2012/01/ide
ologi-dan-reproduksi-masyarakat-
Setiawan, Ikwan. “Film dan Televisi dalam kapitalis/, 1 Desember 2012, diakses
Paradigma Kajian Budaya”. Makalah 20 Oktober 2017.
disampaikan dalam Seminar Nasional
dengan tema Televisi dan Film dalam Jusuf, Windu. 2016.
Paradigma Cultural Studies. Fakultas “ABRI Masuk Bioskop: Catatan
Sastra Universitas Jember, 22 Oktober tentang Film-film Tentara Pasca
2015. 1998” dalam
https://cinemapoetica.com/abri-
2. Buku masuk-bioskop-catatan-tentang-film-
film-tentara-pasca-1998/, diakses 5
Althusser, Louis. 2015. Desember.
Ideologi dan Aparatus Ideologi Negara;
Catatan Investigasi. Terjemahan. Kresna, Mawa., Aditya Widya Putri dan Reja
Indonesia: Indoprogress. Hidayat, 2016.
Tim Mawar, sekarag Jenderal dalam
Fiske, John. 1987. https://tirto.id/dulu-tim-mawar-
Television Culture; Popular Pleasures kopassus-kini-jenderal-bEYP, diakses
and Politics. London: Routledge. 10 Desember 2017
Herlambang, Wijaya. 2011. Kresna, Mawa. 2017.
Kekerasan Budaya Pasca 1965: “Jendral Gatot dan Reformasi TNI”
Bagaimana Orde Baru Melegitimasi dalam https://tirto.id/jendral-gatot-
Anti-Komunisme Melalui Sastra dan dan-reformasi-tni-cBfA, diakses 10
Film. Yogyakarta: Marjin Kiri. Desember 2017.
Heryanto, Ariel. 2015. Prahadi, Yeffrie Yundiarto. 2017
Identitas dan Kenikmatan: Politik “Net TV Bidik Kelas Menengah-
Budaya Layar Indonesia. Jakarta: KPG. Atas” dalam
Irawanto, Budi. 2017. https://swa.co.id/swa/trends/managem
Film, Hegemoni, dan Militer; Hegemoni ent/net-tv-bidik-kelas-menengah-atas
Militer dalam Sinema Indonesia. diakses 20 November 2017.
Yogyakarta: Warning Book.
Raditya, Iswara N. 2018.
Nugroho, Garin dan Dyna Herlina S. 2015. “Dwi Fungsi ABRI dan Jalan Terbuka
Krisis dan Paradoks Film Indonesia. Politik Tentara” dalam
Jakarta: Kompas Media Nusantara. https://tirto.id/dwifungsi-abri-dan-
jalan-terbuka-politik-tentara-cC1R,
Sen, Krishna dan David T. Hill. 2007. diakses 16 Februari 2018.
Media, Culture, and Politics in
Indonesia. Jakarta: Equinox. Riandy,Erliana. 2017.
“Soal Nobar Film G30S/PKI,
Sen, Krishna. 2009. Panglima TNI: Itu Perintah Saya, Mau
Kuasa dalam Sinema: Negara, Apa?” dalam
Masyarakat, dan Sinema Orde Baru. https://news.detik.com/berita/d-
Yogyakarta: Ombak. 3647737/soal-nobar-film-g30spki-
panglima-tni-itu-perintah-saya-mau-
3. Internet apa, diakses 10 Desember 2017.
Haryanto, Alexander. 2015.
“Panglima TNI Wacanakan TNI Punya Zen, RS. 2016.
Hak Politik” dalam “Tentara Tak Pernah Salah” dalam
https://tirto.id/panglima-tni-wacanakan- https://tirto.id/tentara-tak-pernah-
130 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 115 -130

salah-bRcK diakses 10 Desember


2017.
“Pengamat menilai militer Indonesia lebarkan
pengaruh” dalam
http://www.bbc.com/indonesia/berita_
indonesia/2016/03/160310_indonesia
_militer_ipac, diakses 11 Desember
2017.
“Sesko TNI Dukung Pendidikan Karakter
Bandung Masagi” dalam
https://portal.bandung.go.id/posts/201
6/10/03/Z1mp/sesko-tni-dukung-
pendidikan-karakter-bandung-masagi,
diakses 10 Desember 2017.
“Tigapuluh lima Jenderal Pendukung Jokowi-
JK, Lima Jenderal Diduga
Bermasalah” dalam
https://www.bantuanhukum.or.id/web/
35-jenderal-pendukung-jokowi-jk-5-
jenderal-diduga-bermasalah/ diakses
10 Desember 2017.

4. Video
Patriot (Net tv) episode 1-7, Tahun 2015 dalam
Channel Patriot Net TV
(youtube.com).
Video kuliah umum Ariel Heryanto di UI
Depok. 2017. “Historiografi Indonesia
yang Rasis” dalam channel
Jakrtanicus (youtube.com).
Video peluncuran buku Identitas dan
Kenikmatan di Universitas Brawijaya.
2015 dalam channel UBTV Brawijaya
(youtube.com).
Pencak Silat Ameng Timbangan... (Agus Heryana) 131

PENCAK SILAT AMENG TIMBANGAN


DI JAWA BARAT: HUBUNGAN ANTARA
AJARAN DAN GERAK AMENG TIMBANGAN
PENCAK SILAT AMENG TIMBANGAN IN WEST JAVA:
THE RELATIONS BETWEEN TEACHINGS AND MOVEMENTS
OF AMENG TIMBANGAN

Agus Heryana
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung-Bandung
e-mail: agus.yana17@yahoo.co.id

Naskah Diterima:16 Januari 2018 Naskah Direvisi:19 Februari 2018 Naskah Disetujui:3 Maret 2018

Abstrak
Pencak silat Ameng Timbangan diciptakan R. Moezni Anggakoesoemah bersumber pada
ajaran Timbangan. Ajaran Timbangan bukanlah petunjuk teknis untuk melakukan jurus tertentu,
melainkan ajaran kerohanian Islam. Di dalamnya dibahas mengenai trilogi Islam, yaitu Iman-
Islam-Ihsan. Ajaran ini menjadi jiwa dalam gerak lahiriah Ameng Timbangan. Masalahnya
bagaimana teks ajaran itu menjelma menjadi gerak Ameng Timbangan. Tujuan penelitian adalah
menjelaskan teks ajaran Timbangan menjadi gerak Ameng Timbangan. Adapun metodenya
digunakan metode deskripsi, yang menggambarkan data apa adanya. Bentuk Ajaran Timbangan
disusun dalam bentuk puisi dan prosa yang disebut teks Naskah Timbangan, karena itu digunakan
pula metode analisis isi.Teknik penelitiannya wawancara mendalam dan partisipasi (ikut serta
latihan Ameng Timbangan). Simpulannya Ajaran Timbangan berisi pelajaran rohani, sedangkan
Ameng Timbangan menitikberatkan pada pelajaran lahiriah. Pengolahan lahiriah dalam bentuk
olah raga dan olah rasa memberikan ruang untuk membangkitkan kemampuan dan kekuatan
naluri bela diri. Hubungan keduanya merupakan hubungan kesatuan yang saling melengkapi.
Kata kunci: pencak silat, ajaran Timbangan, Ameng Timbangan.

Abstract
Pencak Silat Ameng Timbangan created by R. Moezni Anggakoesoemah derived from the
teachings called Timbangan. The Sci-op Teachings are not technical guidelines for performing a
specific moment, but rather the spiritual teaching of Islam, discussed about the Islamic trilogy,
namely Iman-Islam-Ikhsan. It is this doctrine which then becomes the soul or spirit in the outward
motion called Ameng Timbangan. The main problem is how the text containing the teachings is
transformed into a motion called Ameng Timbangan. The main purpose of the study is to explain
the text of the Timbangan teaching to the motion of Ameng Timbangan. In order to achieve these
objectives the writer used description method, which describes the data. Forms of
AjaranTimbangan are arranged in the form of poetry and prose called script of Naskah
Timbangan, then used the method of content analysis. The research technique are in-depth
interview, and participation (participate in Ameng Timbangan training). The conclusion are the
Doctrine and Ameng Timbangan is a unity. The Timbangan Teachings contain spiritual lessons
while Ameng Timbangan focuses on outer lessons. External processing in the form of sports and
taste provide space to awaken the ability and strength of martial instinct. Their relationship is a
complementary relationship.
Keywords: pencak silat, Timbangan doctrine, Ameng Timbangan.
132 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 131-148

A. PENDAHULUAN yang biasa dilakukan di


Pencak silat sebagai bela diri perguruan/paguron/padepokan. Misalnya,
Nusantara memiliki kekhasan dan pembacaan doa sebelum dan sesudah
kemandirian. Khas dan mandiri latihan, bahkan saling menghormat
merupakan kata-kunci pembeda gerakan sebelum melakukan pertarungan. Dimensi
atau jurus antara satu daerah dengan etik ditampilkan melalui nasihat atau
daerah lain. Pengertian khas merujuk pada semboyan. Misalnya turutilah ilmu padi
gerakan-gerakan yang diperagakan semakin berisi makin tunduk atau di atas
memiliki ciri-ciri khusus. Misalnya, langit ada langit lagi, di atas yang pintar
langkah (kuda-kuda) lebar, tangan terbuka ada yang lebih pintar lagi. Penanaman
merupakan ciri pencak silat aliran nilai religius dan etik ini umumnya
Cimande, sedangkan arti mandiri lebih diberikan para guru dalam bentuk
merujuk pada filosofis atau latar belakang patalekan atau janji siswa yang bervariasi
sebuah aliran pencak silat (Fadilakusumah, menurut pemahaman sang guru atau
2016: 72; IPSI,tt:7; Heryana,1995: 39). sebuah organisasi pencak silat. Dimensi
Menurut Kamus Besar Bahasa estetika dalam pencak silat lebih mudah
Indonesia, pengertian pencak adalah diamati dalam bentuk rangkaian gerak
permainan (keahlian) untuk jurus yang indah dan penuh arti. Dalam
mempertahankan diri dengan kepandaian seni bela diri penca keindahan ini
menangkis dan mengelak. Sementara silat dilengkapi dengan iringan tetabuhan yang
adalah cabang olahraga yang menonjolkan sesuai berupa kendang penca. Sesuai
pada kepandaian berkelahi; seni bela diri artinya bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh
khas Indonesia dengan ketangkasan perangkat kendang penca tersebut
membela diri dan menyerang untuk memperkuat nuansa keperwiraan atau
pertandingan atau perkelahian (Pusat kegagahan dan bukan yang memberi warna
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, lain seperti romantis, dan sebagainya.
2008). Berdasarkan arti dari Kamus Besar Intisarinya adalah kemampuan seorang
Bahasa Indonesia, pencak silat merupakan pendekar dalam menyelaraskan,
olahraga yang mengutamakan kepandaian menyerasikan, dan menyeimbangkan
berkelahi, menangkis, dan mengelak yang antara kemampuan merangkai gerak jurus
dibutuhkan dalam pertandingan atau sehingga jelas maknanya dan indah
perkelahian. Terlebih lagi, yang perlu kelihatannya dengan tetabuhan yang
digarisbawahi, pencak silat merupakan mengiringinya. Dimensi olah tubuh
seni bela diri khas Indonesia. Kombinasi merupakan gerakan anggota badan yang
kedua kata tersebut pada umumnya ditekankan pada pembentukan otot-otot
menghasilkan arti unsur-unsur gerakan agar kuat namun lentur. Gerakan-gerakan
bela diri yang dapat dipakai baik untuk ini sifatnya umum, sehingga siapa pun
pertunjukan keindahan dalam hiburan saja orangnya dapat mempelajarinya.
maupun gerakan yang dipakai Pengembangan seni bela diri masa kini
pertandingan atau gerakan-gerakan yang secara nasional bahkan internasional
khusus hanya untuk perkelahian serta terutama hanya bagian olahraga pencak
merupakan salah satu seni bela diri khas silat. Olahraga pencak silat ini tidak dapat
Indonesia (Sufianto dkk., 2015: 2) dipisahkan, tetapi dapat dibedakan dari
Praktisi pemenca atau pesilat seni bela diri dan seni pencak silat.
menyepakati pada setiap pencak silat Sejalan dengan hal di atas terdapat
memiliki dimensi-dimensi berikut, yaitu: pula pandangan yang mengemukakan
dimensi spiritual/religius, etik, estetika, bahwa pencak silat itu memiliki 4 aspek,
dan olah tubuh (Fadilakusumah, 1996a: 3; yaitu: mental-spiritual, bela diri, seni dan
2016b: 30-32). Dimensi spiritual/religious olahraga. 1) Aspek Mental Spiritual:
penca terlihat jelas pada upacara-upacara Pencak silat membangun dan
Pencak Silat Ameng Timbangan... (Agus Heryana) 133

mengembangkan kepribadian dan karakter Dalam pada itu, aspek seni budaya
mulia seseorang. 2) Aspek Seni Budaya: yang menjadi daya tarik seseorang
tercermin pada bentuk seni tarian pencak mempelajari sekaligus menikmati pencak
silat, dengan musik dan busana tradisional. silat tidak diperoleh pada pencak Ameng
3) Aspek Bela Diri: Kemampuan teknis Timbangan. Iringan kendang penca yang
tercipta dari perpaduan unsur budaya, atraktif dan membangun jiwa pemberani
lingkungan dan seni yang diciptakan serta semangat bertarung itu dalam Ameng
pendiri pencak silat yangmenyesuaikan Timbangan tidak berlaku. Belum pernah
dengan karakter dari teknik itu sendiri. 4) anak murid Ameng Timbangan tampil di
Aspek Olahraga: Olahraga merupakan panggung hiburan disertai iringan kendang
tujuan dalam meningkatkan kondisi fisik penca. Ada satu kalimat yang sangat
seseorang. Aspek olahraga meliputi dipegang penganut Ameng Timbangan
pertandingan dan demonstrasi bentuk- berkaitan dengan upaya tampil di hadapan
bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda orang banyak, yaitu ulah sok nabeuh
atau regu yang dipertontonkan pada goong secara harfiah berarti “jangan suka
masyarakat umum nasional maupun menabuh gong”.
masyarakat internasional (Subroto dan Nabeuh goong (menabuh gong)
Rohadi,1996: 6; Mardotillah, 2016: 125- dalam khasanah tradisi Sunda memiliki
126). makna ganda. Pertama, makna harfiah
“Kriteria” pencak silat yang memukul atau menabuh gong. Yakni
meliputi fungsi melumpuhkan lawan dan seseorang menabuh gong sebagai bagian
memiliki 4 aspek/dimensi tersebut dari alat-alat musik atau gamelan. Dalam
membuahkan pertanyaan apakah pencak hal ini terkandung makna asal dari kata
silat yang keluar dari “kriteria” tersebut tersebut, yaitu memukul gong apa adanya.
masih bisa disebut bela diri? Hal ini perlu Kedua, nabeuh goong dalam makna
dikemukakan mengingat di Jawa Barat sekunder berarti angkuh, sombong, ujub
terdapat aliran pencak silat Ameng takabur, atau berbangga diri. Kalimat ulah
Timbangan yang jauh dari unsur kekerasan sok nabeuh goong berarti larangan untuk
(aspek bela diri dan olah raga, bahkan seni berlaku angkuh atau sombong. Penampilan
budaya). Tak ada sedikit pun unsur di hadapan orang banyak “dianggap”
kekerasan pada setiap gerakannya. tindakan menyombongkan diri. Atas pesan
Misalnya, gerakan mengepalkan tangan pendiri Ameng Timbangan tersebut perlu
menunjukkan adanya unsur kekerasan. ditafsirkan secara arif demi eksistensinya
Kepalan secara teknis berfungsi untuk oleh para pengikutnya.
mengeraskan telapak tangan yang dapat Dari empat aspek yang
digunakan untuk memukul. Pukulan yang dikemukakan, hanya satu aspek yang
disertai kepalan tangan dan pengerahan sangat menonjol, bahkan menjadi sumber
tenaga akan melahirkan kekuatan. Apalah keberadaannya, yaitu dimensi spiritual atau
jadinya apabila pukulan tersebut tepat aspek mental-spiritual. Hal ini disebabkan
sasaran pada organ atau anggota tubuh pencak silat Ameng Timbangan bersumber
seseorang yang menjadi targetnya. dari naskah ajaran tasawuf.1 Secara
Hasilnya adalah akan membuat orang lain etimologi kata ajaran berasal dari kata
sakit atau celaka. Justru, dalam pandangan “ajar”. Artinya petunjuk yang diberikan
pencak silat Ameng Timbangan hal kepada orang supaya diketahui (diikuti).
tersebut sangat dilarang sebab menyakiti
lawan bertentangan dengan prinsip 1
Perihal teks naskah pencak silat aliran Ameng
ajarannya, yaitu: lamun urang diteunggeul Timbangan telah dibahas pada Patanjala
nyeri atuh batur ge sarua nyerieun, andai Volume 5 No. 2 Juni tahun 2013, “Naskah
kita dipukul maka akan sakit, begitu juga Ajaran Islam dalam Pencaksilat Ameng
orang lain (lawan) pun akan sakit pula. Timbangan”. Tulisan berikut merupakan
lanjutan dari penelitian sebelumnya.
134 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 131-148

Ajaran sebagai kata benda adalah (1) ajaran Islam yang berkaitan dengan
segala sesuatu yang diajarkan dapat berupa kehidupan kerohanian (batiniah)
nasihat, petuah maupun petunjuk; (2) terefleksikan dalam kelompok bidang
paham, pandangan (KBBI,2013). Dalam naskah tasawuf. Berkaitan dengan hal itu,
bahasa Sunda arti ajaran mengacu pada salah satu naskah ajaran yang dapat
padanan kata ageman yang berarti dikelompokkan ke dalam kelompok
cecekelan nu hade (pedoman yang baik) tasawuf adalah naskah Timbangan.
(Danadibrata,2006:7). Naskah Timbangan merupakan
Ajaran dalam pengertian terminologi karya R. Moezni Anggakoesoemah yang
oleh penganut kepercayaan terhadap Tuhan berisi ajaran kerohanian (Islam). Lebih
Yang Maha Esa sering disamakan dengan khusus lagi adalah buah renungan terhadap
pengertian tuntunan. Ajaran atau tuntunan berbagai masalah hidup pada masanya.
adalah petunjuk agar orang memahami dan Hasil renungannya ditulis dalam tiga
mengerjakan dengan sebaik-baiknya. bagian berbahasa Sunda yang disusun
Ajaran atau tuntunan di dalamnya dalam bentuk guguritan (geguritan), yaitu
mengandung nilai-nilai luhur yang Guaroma (Gurinda Alam Rohani Majaji),
mengejawantahkan keyakinan terhadap Ibtat (Imam Bener Tetengger Allah Ta‟ala)
Tuhan Yang Maha Esa (Ensiklopedi, dan Syatahama (Syareat, Tarekat,
2010:31). Adiwimarta (1993:130) memberi Hakekat, Ma‟rifat).
batasan ajaran dalam arti umum, yaitu Fungsi lain naskah Timbangan
segala sesuatu yang diajarkan dapat berupa selain sebagai ajaran kerohanian adalah
nasihat, petuah, petunjuk, anjuran atau pun sebagai dasar perwujudan pencak silat di
imbauan. Jawa Barat. Pencak silat yang didasarkan
Ajaran-ajaran dalam tradisi masa pada ajaran tersebut dinamai Ameng
lalu ditulis dalam bentuk naskah. Jadilah Timbangan. Pencak silat Ameng
naskah tersebut dikelompokkan ke dalam Timbangan adalah sebuah aliran penca di
naskah ajaran. Fungsi naskah ajaran adalah Jawa Barat yang dalam perwujudan bela
memberikan pendidikan (didaktik), dirinya tidak bertujuan melumpuhkan
menjaga trah/kehormatan, dan membentuk lawan, tetapi menyadarkan lawan bahwa
manusia ideal menurut ajarannya. Dalam pendekar Timbangan tidak beritikad buruk
kalimat lain fungsi naskah pertama, terhadapnya (Darmana, 1978: 68). Pecinta
motivasi untuk menghidupkan ingatan pencak silat di Jawa Barat menyebut elmu
kepada keluarga dan kedudukannya dalam Timbangan untuk mengacu pada ajaran
masyarakat, menekankan kehebatan dan Timbangan sebagai bagian dari khasanah
jasa mereka. Kedua, gambaran manusia bela diri. Mereka, umumnya, tidak
dalam sosok yang ideal, termasuk nilai mengetahui bahwa pencak silat
moral dan perilakunya, yang nampaknya Timbangan itu bersumber pada
berkaitan dengan agama atau pandangan pemahaman teks naskah ajaran
hidup tertentu (Ikram 1997: 171). Timbangan.
Naskah ajaran selalu berhubungan Sebuah ajaran berupa nasihat
dengan keyakinan atau agama yang dianut kebaikan dari seseorang kepada orang lain
oleh masyarakat dalam kurun waktu mungkinkah menjelma menjadi sebuah
tertentu. Oleh karena itu, setiap kurun bela diri. Justru persoalan cukup pelik
penulisan naskah akan membawa adalah bagaimana menghubungkan teks
kekhasan ajarannya sesuai dengan ajaran Timbangan dengan gerak Ameng
dominasi agama yang berkembang pada Timbangan. Ajaran dan Ameng Timbangan
masanya. Agama yang dimaksud adalah adalah dua hal yang berbeda.
Hindu-Budha dan Islam. Ajaran Hindu- Ajaran Timbangan merupakan buah
Budha terekam jejaknya dalam naskah- pikiran Rd. Moezni Anggakoesoemah
naskah kuna pra-Islam. Adapun uraian mengenai keseimbangan hidup manusia
Pencak Silat Ameng Timbangan... (Agus Heryana) 135

dalam berbagai hal. Dalam pemaparan tertentu dengan mengumpulkan data yang
lebih lanjut Ajaran Timbangan yang banyak (Nasution,2003: 5).
berada pada ranah teks itu memerlukan Kriteria data dalam penelitian
pemahaman dan penghayatan atas kualitatif adalah data yang pasti. Data
eksistensi manusia dan Tuhan-nya, yang pasti adalah data yang sebenarnya
sedangkan Ameng Timbangan lebih terjadi sebagaimana adanya, bukan data
mengacu pada gerak olah tubuh manusia. yang sekadar terlihat, terucap, tetapi data
Harus diingat, teks ajaran Timbangan tidak yang mengandung makna di balik yang
memuat petunjuk teknis tentang gerak olah terlihat dan terucap tersebut. Untuk
tubuh. Semua gerak Ameng Timbangan mendapatkan data yang pasti maka
disampaikan secara lisan dan praktik. Guru diperlukan berbagai sumber data dan
mencontohkan sebuah gerakan dan murid berbagai teknik pengumpulan data
pun melakukan hal sama seperti yang (Sudjana, 2004: 64).
dilakukan (dicontohkan) sang guru. Dalam pada itu metode deskriptif
Dalam tradisi pewarisan ilmu merupakan cara yang digunakan untuk
(Timbangan) sang guru sebelum memecahkan masalah dengan jalan
memberikan contoh gerak Ameng mengumpulkan data, menyusun atau
Timbangan terlebih dahulu melakukan apa mengklasifikasinya, menganalisis dan
yang disebut Guaroma, Gurinda alam menginterpretasinya (Surakhmad, 1982:
rohani. Yakni, sebuah “kata pengantar” 147; Ratna, 2007: 53). Di samping itu,
sebagai sarana penjelasan/penerangan atas dapat pula diartikan metode deskriptif
apa yang akan dan mesti dilakukan oleh tidak memberikan perlakuan, manipulasi,
seorang murid. Isi penjelasannya atau pengubahan pada variabel-variabel
bersumber dari teks naskah Ajaran bebas, tetapi menggambarkan suatu
Timbangan, terutama hal-hal yang kondisi apa adanya (Sukmadinata, 2006:
berkaitan dengan ketauhidan. 73).
Tujuan penelitian tidak lain adalah Berkaitan dengan tujuan penelitian
menjelaskan hubungan antara teks naskah di atas, maka metode yang digunakan pada
Timbangan dengan gerak Ameng penelitian ini adalah metode deskripsi.
Timbangan. yakni suatu metode yang memaparkan
data-data apa adanya yang kemudian
B. METODE PENELITIAN dianalisis sesuai dengan kebutuhan. Selain
Guna mencapai tujuan tersebut itu dilakukan pula teknik pengumpulan
digunakan pendekatan kualitatif dengan data berupa observasi
metode deskriptif. Pendekatan kualitatif partisipasi/pengamatan terlibat serta
adalah tradisi tertentu dalam ilmu komunikasi langsung dalam bentuk
pengetahuan sosial yang secara wawancara. Sumber data lain yang sifatnya
fundamental bergantung dari pengamatan sekunder adalah kepustakaan. Kepustakaan
pada manusia baik dalam kawasannya diperlukan untuk menunjang data
maupun dalam peristilahannya (Moleong, penelitian tentang kepercayaan masyarakat
2012: 4). Pendekatan penelitian yang diperoleh melalui wawancara
kualitatif pada hakikatnya adalah (Heryana, 2013: 5).
mengamati orang dalam lingkungan Penyajian apa adanya dalam metode
hidupnya, berinteraksi dengan mereka, deskriptif memberikan ruang teknik
berusaha memahami bahasa dan tafsīran penelitian secara fleksibel. Artinya
tentang dunia sekitarnya. Peneliti dalam disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat
penelitian kualitatif bertindak menjadi penelitian berlangsung. Pencak silat
penjelajah atau jurnalis yang terjun ke Ameng Timbangan berbeda dengan bela
lapangan untuk mempelajari manusia diri pada umumnya. Di samping adanya
tradisi lisan melalui tuturan yang
136 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 131-148

memberikan penjelasan-penjelasan teknis menulis prinsip-prinsip aliran Cikalong


jurus juga memiliki teks naskah sebagai beserta sejarah para pendiri dan
sumber rohaninya. Hal tersebut penyebarannya di Cianjur. (3) Saleh (1990)
menjadikan pencak silat Ameng meneliti sejumlah aliran pokok di Jawa
Timbangan tidak berdiri sendiri. Oleh Barat, seperti: aliran Cimande, aliran
karena itu, teknik penelitian yang Cikalong, aliran Sabandar, namun isinya
digunakan adalah observasi (pengamatan) lebih mengacu pada penelitian
dan partisipasi (berperan ikut serta). pendahuluan yang masih memerlukan
Adapun teks naskahnya digunakan analisis klarifikasi pada sejumlah data. Jadi,
isi (content analysis). penelitiannya lebih tepat dikatakan sebagai
Proses penelitian dalam kerangka data awal ke arah penelitian yang lebih
memahami hubungan Ajaran Timbangan mendalam lagi. (4) Asy‟arie (2010, 2013)
dengan Ameng Timbangan dilakukan menulis panduan praktis maenpo Cikalong;
langkah-langkah sebagai berikut: bagaimana seseorang belajar pencak silat
1) Teks dipilih dan dipilah untuk ditelaah aliran Cikalong. Selanjutnya, Abdullah
sesuai peruntukannya. (2013) menulis tentang keajaiban Silat. Ia
2) Menganalisis teks naskah, terutama membahas silat dari berbagai daerah dari
teks-teks yang berkaitan dengan sudut filosofis dan nilai budaya. Selain itu
prinsip-prinsip Ameng Timbangan. Hal juga dikemukakan kegunaan silat dari segi
tersebut dapat dilakukan dengan pragmatis. Misalnya, dalam kehidupan
berpedoman pada tradisi lisan yang sehari-hari dan kegunaan silat dalam
menyertainya; mengingat teks tidak upaya penyembuhan penyakit. Pada
berisi petunjuk teknis sebuah gerak kelima buku atau makalah tersebut tidak
penca. ada yang menguraikan mengenai aliran
3) Hasil pemahaman teks dijadikan dasar Timbangan, bahkan sepatah kata pun tidak
untuk materi wawancara dengan menyebutkan pencak aliran Timbangan
narasumber. sebagai bagian khasanah budaya Sunda.
4) Mengamati guru penca saat Kajian aliran Timbangan pernah
menunjukkan (memberi contoh) gerak dijadikan objek penelitian oleh Iskandar
Ameng Timbangan. (1962) dalam upayanya meraih gelar
5) Partisipasi, yaitu ikut serta berlatih sarjana (S1). Ia menulis (pencak silat)
untuk lebih memahami dan merasakan Timbangan dengan judul Unsur-unsur
gerak Ameng Timbangan. Kebatinan dalam Olahraga. Suatu Case
Study Mengenai Pembelaan diri
Penelusuran atas sejumlah Timbangan. Patut disayangkan, hingga
kepustakaan pencak silat mengenai Ameng laporan ini ditulis, skripsi yang dimaksud
Timbangan tidak memeroleh banyak belum ditemukan; bahkan ditelusuri
informasi. Namun demikian, sebagai kepada keluarga (ahli warisnya) pun
sebuah ”data awal” buku-buku/makalah hasilnya nihil (Heryana, 2016: 46).
tersebut pun membantu dalam memahami Sebuah hasil penelitian yang
dunia persilatan Jawa Barat. Kepustakaan diketuai Darmana dkk. (1977–1978)
yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) mengemukakan adanya tiga aliran pokok
Hardjawinata (1941) menulis mengenai pencak silat di Jawa Barat, yaitu: Cimande,
Pentja Soenda. Isinya mengetengahkan Cikalong, dan Timbangan. Penelitian
asal-usul penca di Tatar Sunda, seperti tersebut membahas aliran pokok pencak
aliran Cimande, aliran Sabandar, dan aliran silat Jawa Barat berdasarkan (1) sejarah
Cikalong. Di samping itu diinformasikan perkembangan, (2) latar belakang sosial,
pula teknik-teknik dasar berpencak, (3) latar belakang filosofis, (4) sistem bela
terutama untuk kepentingan materi diri. Selain itu dibahas pula pencak silat
pelajaran di sekolah. (2) Rauf (1990) ditinjau dari seni tari dan olahraga. Hal
Pencak Silat Ameng Timbangan... (Agus Heryana) 137

terpenting dari hasil penelitian tersebut dengan gerak jurus pencaknya. Tanpa
adalah bahasan aliran Timbangan tidak disertai ajaran (patalekan) pun seseorang
menyentuh esensinya, - kecuali sekadar dapat mempelajari kedua aliran pencak
informasi awal - yaitu teks naskah tersebut. Dalam hal ini ajaran (patalekan)
Timbangan. Artinya, teks naskah bukan sebagai sumber lahirnya gerak
Timbangan tidak menjadi objek pencak aliran Cikalong dan atau Cimande
penelitiannya. Padahal teks inilah yang (Heryana, 2016: 43).
menjadi kelebihan sekaligus keunikan Berbeda dengan aliran pencak silat
ajaran Timbangan, yakni sebagai sumber pada umumnya, proses pembelajaran
bela diri aliran pencak silat (Ameng) pencak silat aliran Timbangan tidak
Timbangan (Heryana, 2016: 50). berlaku umum, bahkan cenderung
Selanjutnya, Heryana (2016) dilakukan berpola “balik sungsang”.
menulis tentang Ajaran dan Ameng Berawal dari penguasaan ajaran
Timbangan dalam sebuah disertasi. kerohanian kemudian dilanjutkan pada
Walaupun titik tolaknya adalah (teks) penguasaan gerakan. Oleh karena itu,
naskah sebagai hasil kajian filologis, dapat dipahami apabila berbagai
namun tidak dipungkiri kandungan dan pertanyaan muncul, di antaranya adalah
bentuk Ameng Timbangan pun turut serta apakah Timbangan itu kelompok ajaran
dibahas sebagai bagian yang melekat dari atau bela diri.
keseluruhan teks naskah Timbangan. Term ”ajaran” dan ”bela diri” adalah
dua hal yang berbeda sebagaimana
C. HASIL DAN BAHASAN dikemukakan di awal tulisan. Timbangan
1. Timbangan: Ajaran atau Bela diri sendiri menurut para penganutnya,
(Ameng)? bukanlah aliran pencak silat, melainkan
Masalah pengelompokan sebagai suatu gerak badan untuk meresapi ajaran
payung hukum keilmuan dalam pengkajian (teks) Timbangan. Oleh karena itu, para
selanjutnya adalah menetapkan ”status” penganutnya menolak halus Timbangan
Timbangan. Dalam pengertian dikelompokkan ke dalam rumpun pencak
menempatkan status Timbangan pada silat sebagaimana diungkapkan
kelompok yang sesuai dengan bentuk dan Bratakoesoemah:
sifat atau karakternya. Guna kepentingan Sipatna sareng carana ngajar
tersebut perlu dicermati dua hal, yaitu AMENGTIMBANGAN, benten ti
proses pembelajaran dan pengakuan dari nu sanes. Upami nu sanes
pendiri dan pengikutnya. ilaharna ti luar ka jero, tina
Proses pembelajaran aliran pencak lahiriah ka batiniah atanapi
silat pada umumnya bermula dari langkung eces deui, ti luar
penguasaan gerak dasar hingga menjadi heula teras nungtut ka jero,
sebuah susunan jurus. Tahap berikutnya dupi AMENGTIMBANGAN mah
adalah pemberian pelajaran kerohanian sawangsulna. Ieu mah ti jero ka
yang berfungsi sebagai pengendali luar, dugi ka nu kagunganana
penggunaan pencaknya. Pada tahap nyebatkeun TIMBANGAN teh
pemberian pelajaran kerohanian ini lain penca. (Kudjang TAUN V
diberikan pengajaran berupa ajaran-ajaran No. 254 Jumaah 25 Nopember
yang dirumuskan dalam bentuk talek 1960).
(sumpah atau janji pemenca). Sebagai
contoh adalah pelajaran rohani pada (Sifat dan cara mempelajari
pencak aliran Cimande dan Cikalong Ameng Timbangan berbeda dari
diberikan setelah atau bersamaan dengan yang lain. (Pencak silat) yang
pelajaran jurus-jurusnya. Fungsinya lain biasanya (dipelajari) mulai
sebagai “pelengkap” dan tidak berkaitan dari luar kemudian ke dalam,
138 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 131-148

dari lahiriah menuju batiniah berarti bermain atau hal yang bersifat
atau lebih jelas lagi dari luar menghibur, meriangkan hati, bermain-
(jasmani) dahulu baru secara main (Zoetmulder, 2004:31); jalan-jalan,
bertahap mempelajari bagian pelesiran (berwisata) (Danabrata,
rohani. Adapun Ameng 2006:19); ngalampahkeun naon-naon
Timbangan kebalikan dari itu. pikeun katenangan hate (melakukan apa
Ia dimulai dari dalam menuju ke pun untuk ketenangan hati) (Satjadibrata,
luar sehingga pemiliknya 2005: 410). Dalam hubungannya dengan
mengatakan Timbangan bukan pengertian itu, sebutan Ameng Timbangan
pencak silat). memiliki makna ganda, yaitu Timbangan
sebagai ajaran mengacu pada arti rahib
Di lain pihak, kalangan ahli-ahli
atau orang agamis, sedangkan Timbangan
pencak silat memandang gerakan yang
sebagai ameng maka mengacu pada arti
dilatihkan dalam elmu Timbangan
bersenang-senang atau bermain-main.
mengandung unsur bela diri. Inilah yang
Ameng Timbangan merupakan akibat atau
menyebabkan bela diri Timbangan
”imbas” dari pendalaman elmu Timbangan
disejajarkan dengan aliran-aliran pencak
yang terdapat dalam naskah Timbangan.
silat lain, karena memang kebanyakan
Dalam khasanah budaya Sunda
orang yang mempelajari bela diri
terdapat pemakaian kata Timbangan atau
Timbangan itu sebelumnya telah
nama lain yang semakna dengan arti
mempunyai latar belakang pencak silat.
Timbangan, yaitu: sineger tengah. Kata
Namun, untuk menghormati penolakan
sineger tengah berarti berada di tengah-
Timbangan sebagai rumpun pencak silat,
tengah, tidak memihak kepada apa pun
maka diterakan nama Ameng di depan kata
atau siapa pun. Ungkapan lain yang
Timbangan (Bratakoesoemah, Kujang
memakai kata timbangan adalah (1)
1960). Pencantuman kata Ameng semata-
timbang taraju berarti pengadilan,
mata didasarkan pada teknis saja, yaitu
meminta keadilan. (2) kudu nimbang ka
agar setiap orang mengetahui bahwa yang
diri berarti ngukur maneh, mengukur diri.
dimaksud Ameng Timbangan adalah bela
Mengukur kemampuan, status atau posisi
dirinya. Artinya, seseorang dapat
diri dengan orang lain. (3) taya
membedakan Timbangan sebagai alat takar
tinimbangan sama dengan teu kira-kira,
menimbang beras dengan Timbangan
teu adil yang berarti tidak adil, berat
sebagai Ameng Timbangan. Jadilah,
sebelah. (4) ngukur ka kujur nimbang ka
Ameng Timbangan sebagai sebutan khusus
awak sama dengan nyurupkeun kana
untuk penca Timbangan.
kakuatan diri. Artinya menyesuaikan
Penelusuran kata Ameng dalam
sesuatu dengan kemampuan diri
khasanah budaya Sunda mengarah pada
(Danabrata, 2006).
naskah Sunda kuna Perjalanan Bujangga
Secara harfiah kata timbangan
Manik. Naskah ini memuat kisah
merupakan alat menakar sesuatu dengan
perjalanan seorang tokoh bernama
ukuran yang telah ditentukan. Apabila
Bujangga Manik mengelilingi Tanah Jawa
antara ukuran (dalam bentuk berat) sesuai
dan Bali. Di dalam naskah tersebut
dengan yang ditakarnya, maka disebutlah
Bujangga Manik membuat nama lain yaitu
seimbang. Seimbang antara berat ukuran
Ameng Layaran. Ameng berarti rahib atau
dengan barang yang ditakarnya. Dalam
pertapa atau seorang agamis (Nourduyn,
pengertian lebih luas manusia dalam
2009:382); Ameng Layaran berarti rahib,
mengarungi kehidupan ini wajiblah
pertapa atau orang agamis yang melakukan
mempunyai “timbangan” agar tercapai
perjalanan.
Penelusuran arti Ameng dalam
bahasa Sunda modern telah mengalami
perubahan arti. Sekarang arti Ameng
Pencak Silat Ameng Timbangan... (Agus Heryana) 139

keseimbangan antara kehidupan lahiriah karena itu, para pecinta atau peminat
dan batiniah.2 ajaran dan Ameng Timbangan senantiasa
beragama Islam. Hal itu bukan berarti
2. Hubungan Ajaran dengan Ameng mereka yang beragama non-Islam tidak
Timbangan bisa mempelajarinya. Ajaran dan Ameng
Sebuah ilustrasi untuk Timbangan merupakan sarana dalam
menggambarkan hubungan Ajaran dan mengembangkan agama (Islam); dalam
Ameng Timbangan adalah situasi akhir pandangan akademis sangat terbuka untuk
dalam sebuah pertarungan. Pertanyaannya dipelajari oleh siapa pun. Namun
apa yang akan dilakukan apabila lawan demikian, harus disadari bahwa
sudah tidak berdaya (teu walakaya), Timbangan, baik sebagai ajaran maupun
sedangkan kita berkemampuan untuk ameng (bela diri), ia lahir dari perenungan
melumpuhkan, bahkan membunuhnya. atas ayat-ayat Al-Quran dan pokok-pokok
“Lamun musuh geus ragrag, rek ajaran agama Islam.
dikumahakeun/ diteunggeul? dipaehan? Dalam pada itu Ajaran Timbangan
pek teh teuing” (Bila musuh sudah memberikan pemahaman untuk
dilumpuhkan apa tindakan selanjutnya? “menghadirkan” yang gaib itu dalam
dipukul? dibunuh? silakan saja). Tindakan wujud nyata sebagaimana kutipan teks
selanjutnya sangat bergantung pada hati berikut:
nuraninya. Di sinilah akan terjadi “perang
batin” yang menunjukkan karakter Muhammad minangka lahirna;
sesungguhnya dari orang yang Allah anu jadi batinna. Anu matak
bersangkutan. Membalas sesuai dengan lahir teu pisah ti batin; eusi teu
perbuatannya adalah haknya, tetapi pisah ti cangkang, Allah teu pisah
mengampuni merupakan kemuliaan. Jadi, ti Muhammad.
pertanyaan lanjutannya adalah apa yang Anu matak Muhammad disebut
menggerakkan hati berbuat kemuliaan? Rasulullah sabab utusan Allah;
dari mana pendekar Ameng Timbangan pikeun ngabuktikeun anu gaib
memeroleh kelembutan hati? Jawabnya sing nyata. Anu saruni masing
adalah Ajaran Timbangan. nalembrak. Anu nyarumput
masing katimu.
a) Prinsip Dasar
Ajaran Timbangan berpijak pada Muhammad sebagai wujud (lahir);
ajaran pokok agama Islam yang terdiri atas Allah sebagai batinnya. Oleh
rukun Islam, (rukun) Iman, dan Ihsan. karena itu lahir tidak akan terpisah
Ketiga “trilogi Islam” tersebut –walau dari batin; isi tidak terpisah
tidak tercantum dalam teks naskah dengan cangkang, Allah tidak
Timbangan secara utuh - merupakan terpisah dengan Muhammad.
pengajaran saat Malaikat Jibril bertanya Apa sebab Muhammad disebut
kepada Rasulullah tentang Islam, Iman, Rasulullah sebab utusan Allah
dan Ihsan (HR. Muslim Juz 1: 8)3. Oleh untuk membuktikan yang gaib
menjadi nyata. Yang sunyi bisa
2
Wawancara Kang Aom tanggal 12 januari tampak. Yang tersembunyi bisa
2012 ditemukan (Heryana,2016: 171).
3
https://haditsarbain.wordpress.com/2007/06/0
9/hadits-2-iman-islam-dan-ihsan/unduh 27-5- Penghadiran yang gaib dalam wujud
2015 nyata tidaklah diartikan secara harfiah,
https://albayyinatulilmiyyah.files.wordpress.co
namun dalam wujud lain berupa rasa;
m/2014/06/86-syarah-hadits-jibril-pdf.pdf c.f
Tim Redaksi JABAL, 2008: 24
140 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 131-148

yakni merasakan kehadirannya. Ajaran mendarah daging menjadi jiwa. Tanpa


Islam yang diwujudkan dalam “trilogi disuruh lagi ia secara otomatis melakukan
Islam” yaitu (rukun) Islam, (rukun) Iman, perbuatan yang sudah biasa dilakukan
dan Ihsan harus dapat “dibuktikan” secara (Sunda: hideng). Pada tahap ini terjadi
lahiriah. Pembuktian yang abstrak itu pembalikan konsep, yaitu “rohani
sekurang-kurangnya memeroleh legalitas memimpin jasmani”. Pada tahap ini pula
dalam bentuk rasionalitas, dapat diterima rasa/perasaan semakin peka; nyaris tidak
akal pikiran. Misalnya, surga dan neraka bisa lagi dibedakan antara kebiasaan
adalah gaib. Kegaibannya itu harus bisa dengan spontan (gerak otomatis). Menurut
dibuktikan oleh diri sendiri karena informan kondisi tersebut adalah roh
didasarkan pada bagian penelisikan diri cicing jero sir „ruh berdiam pada sir
dari man „arofa nafsahu faqod „arofa (rahasia)?‟
rabbahu (siapa yang mengenal dirinya, Sulit untuk menjelaskan secara
maka akan mengenal Tuhan-nya). detail ungkapan tersebut, namun secara
umum maksud ungkapan itu adalah
b) Pembuktian yang Gaib manusia tidak bisa menjelaskan sesuatu
Pembuktian kegaibannya adalah yang terjadi, karena limpahan karunia
dengan membuat turunan polaritas/dualitas Tuhan. Contoh dalam kehidupan sehari-
dari kata tersebut. Surga adalah hari seseorang karena sesuatu hal batal
kenikmatan, neraka adalah siksaan, maka bepergian dengan pesawat terbang.
kenikmatan dan keburukan tidak saja Padahal semua persiapan termasuk tiket
terjadi pada kehidupan setelah mati, tetapi sudah di tangannya. Awalnya, ia marah-
hal itu terjadi di dunia nyata. Manusia marah dan mencari kambing hitam untuk
dapat merasakan kenikmatan sekaligus pelampiasan emosinya. Beberapa hari
keburukan, bergantung pilihannya. kemudian beredar berita kapal terbang
Adapun alat bukti yang menjadi yang akan ditumpanginya itu meledak.
andalannya adalah rasa. Sebagaimana Pertanyaannya siapa yang menahan dirinya
teks menyatakan pada bait 177 Pupuh untuk tidak menaiki pesawat tersebut?
Kinanti: Ciri Islam kudu jucung, ciri Hubungan khalik dan makhluk atau
mu‟min kudu yakin, ciri iman kudu nyata, Tuhan dengan hamba bersifat dualitas.
ciri nyaksi sidik bukti? (Ciri Islam mesti Manusia walaupun memiliki sifat-sifat
sempurna, ciri mukmin mesti yakin, ciri Ketuhanan, seperti: mendengar, melihat,
iman mesti nyata, ciri bersaksi mesti berkata, tetapi semuanya itu bersifat relatif,
bukti). huduts, baru. Sifat Allah seperti dinyatakan
Rasa menjadi sangat penting dalam dalam Sifat Dua Puluh Allah adalah sifat-
Timbangan karena berfungsi sebagai sifat yang mutlak dimiliki Allah.
penghantar “dunia gaib” dengan “dunia Kemutlakannya menyeluruh, tanpa
nyata”. Rasa dapat berfungsi maksimal terpenggal oleh sifat-sifat lain. Semua sifat
apabila disertai kontak antara nafs, jiwa yang dimiliki bersatu padu dengan sifat-
dengan hati (kalbu) melalui perenungan- sifat lainnya. Allah bersifat Esa
perenungan. Awal rasa adalah panca indera (Wahdaniyah), maka di dalam ke-Esa-
yang diolah akal pikiran: apa yang dilihat, annya itu ada terkandung sifat Qidam
didengar kemudian diolah akal menjadi (Dahulu tanpa permulaan), Baqa (Kekal),
simpulan. Simpulan ditimbang-timbang Qiyamu binafsihi (Berdiri sendiri), Kudrat
baik buruknya sebelum diamalkan. Di sini (Kuasa), Iradat (Kehendak), Hayat dst.
berlaku ungkapan “jasmani memimpin (Catatan Harian Bapak Aming, 1986).
rohani”, jasmani memaksa rohani untuk Berbeda dengan manusia yang hanya
berbuat sesuatu. Bila putusan telah memiliki sifat terbatas. Manusia berkuasa
ditetapkan dan terus menerus diamalkan mustahil langgeng (baqo); kekuasaannya
pada akhirnya perbuatan tersebut akan nisbi, relatif, yang suatu saat akan musnah.
Pencak Silat Ameng Timbangan... (Agus Heryana) 141

Dualitas adalah dua kutub kehidupan, pada semua makhluknya


bertentangan yang membangun (ciptaan-Nya). Kekuatan ini pula yang
keseimbangan dan kesatuan atau terjadi pada penganut Ameng Timbangan.
kepaduan. Tidaklah disebut berjalan Ketika semua kekuatan diri diserahkan
seimbang apabila salah satu kakinya kepada Allah, maka seketika itu gerak
pincang. Seimbang adalah takaran atau tangan, gerak kaki dan gerak anggota
ukuran yang sama antara dua kutub. Alam tubuh lainnya seolah-olah “ada yang
dunia diciptakan atas dasar keseimbangan menggerakkan”. Dalam istilah mereka
(dualitas); aya imbang-imbanganan. adalah Jurus dasar mah ukur patokan-
Siang-malam, bulan-bintang, laki-laki- patokan keur latihan. Tempo derna mah
perempuan, positif-negatif, bawahan- gerakan teh mawa sorangan. Kuma jolna
majikan, cantik-jelek, dan seterusnya bae „jurus dasar berfungsi sebagai patokan
(wawancara Adil F. 4/4/2014). latihan saja. Saat perkelahian gerakannya
Keseimbangan antara kehidupan berjalan dengan sendirinya‟ (wawancara
dunia dan akhirat dalam ajaran Timbangan Adil F. 4/4/2014).
sangat diutamakan. Rohani tidak lepas dari Saripati Ameng Timbangan adalah
jasmani. Demikian juga jasmani tidak bisa menghadirkan kondisi jiwa /nafs yang “Lā
lepas dari rohani. Keduanya wajib berjalan haola wa lā quwwatailla billah „tidak ada
bersama. Bersatu padu dalam daya dan kekuatan‟. Kondisi tersebut bisa
keharmonisan dan keseimbangan. Manusia dicapai dengan totalitas penyerahan diri
yang mementingkan kehidupan duniawi kepada Sang Khalik. Apa yang
(jasmani) tercela, tetapi manusia yang diserahkan? Tidak lain adalah sifat ke-aku-
mementingkan kehidupan rohani (akhirat) an-nya; keinginannya. Hayat, ilmu, kudrat,
pun tersisihkan. iradat, sama, basar dan kalam adalah
semuanya milik Allah. Dalam hal ini jiwa
c) Inti Ameng Timbangan pemenca sudah tidak lagi punya apa-apa,
Kesadaran atas kedudukan atau kecuali izin Allah. Tak lagi punya gerak,
status diri manusia di hadapan Allah kecuali gerak Ilahi; tak punya keinginan,
bersifat serba kurang dan serba lemah kecuali keinginan Allah. Tak punya niat,
ditunjukkan dalam kalimat haqallah yaitu: berupa kereteg/gerentes, goresan hati
(bait 119) Lā haola wa lā quwwatailla kecuali goresan Ilahi.
billah „tidak ada daya dan kekuatan
kecuali Allah‟. Manusia lahir batin di d) Ciri Ameng Timbangan: Cilaka ku
hadapan Allah benar-benar dalam kondisi polah sorangan
tidak berdaya, tidak mempunyai kekuatan Ciri Ameng Timbangan adalah pada
apa pun. Seluruh diri, nafs manusia milik setiap pertarungan, tak ada “jurus” yang
Allah beserta seluruh fasilitas hidupnya. sama untuk menjatuhkan lawan. Dalam
Manusia tidak punya apa-apa. Jadi, apa arti, tidak terjadi penggunaan jurus yang
yang mesti dibanggakan? Harta sebagai sama untuk menghadapi setiap serangan.
jerih payah bekerja tidak dapat menandingi Penyebabnya tidak lain adalah kondisi
kekayaan Maha Pencipta. Pangkat atau kejiwaan yang alamiah dari lawannya yang
kedudukan tinggi di hadapan manusia akan berbuat lebih berhati-hati setelah
tidak ada artinya. Semuanya kosong, palsu dijatuhkan.
tanpa guna. Di samping itu, Ameng Timbangan
Kesadaran diri sebagai bersifat nganteur kahayang, menuruti
makhluk/manusia yang tak berdaya upaya kehendak lawan. Hal ini disebabkan
sesungguhnya merupakan pintu masuk seorang penganut Ameng Timbangan tidak
kekuatan yang sebenarnya, yakni kekuatan mempunyai niatan untuk mencelakakan.
Allah. Allah yang menggerakkan tubuh Selamanya menghindari kekerasan. Dalam
melalui sifat hayat-Nya. Hayat memberi tradisi penca disebut ngocorkeun,
142 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 131-148

menyalurkan tenaga lawan. Jadi, lawan tersebut harus juga bisa dirasakan pada
jatuh karena perilakunya sendiri. shalat-shalat lain, terutama shalat wajib.
Seseorang jatuh karena perbuatannya Adapun merasakan hubungan diri
sendiri dalam ungkapan orang Sunda dengan sesama berpijak pada ungkapan
cilaka ku polah sorangan. Inilah apa yang dirasakan diri, pasti dirasakan
perwujudan atau buah dari ayat Fal-yauma pula oleh orang lain. Dalam ungkapan
lātuẓlamu nafsun syai‟aw wa lā tujzauna praktisi Ameng Timbangan “Ngarasakeun
illā mākuntum ta‟malun „maka pada hari rasa nu karasa ku batur; mun urang
itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit diteunggeulnyeri, batur ge nyerieun. Sarua
pun dan kamu tidak dibalasi, kecuali pada-pada nyeri” „Merasakan rasa yang
dengan apa yang telah kamu kerjakan‟ dirasakan orang lain; bila diri sendiri
(QS. 36 Yasiin: 54). kesakitan ketika dipukul, orang lain pun
“Kekosongan jiwa” bukan berarti bakal kesakitan juga. Sama-sama
negatif, tidak sadar atas kondisi sekitarnya. kesakitan‟. Apa yang dirasakan diri akan
Kosong dalam arti jauh dari campur tangan dirasakan pula oleh diri-diri lain (orang
pikiran manusia. Sebagaimana kondisi lain). Diri akan merasa sakit apabila
seorang yang sedang shalat. Ia tidak dipukul, maka orang lain pun akan
sedang mabuk atau pingsan atau lupa, merasakan hal sama. Diri akan sakit hati,
tetapi ia sadar sedang berhadapan dengan manakala mendengar ucapan penghinaan,
Allah Yang Maha Segala. Ia tahu situasi demikian pula diri orang lain. Oleh karena
sekelilingnya, namun ia asyik dengan “rasa itu, seorang penganut Ameng Timbangan
jati”-nya yang melenakan sekelilingnya. berupaya keras untuk mencegah terjadinya
Namun demikian, ia menyadari berada di kontak tubuh (baca: perkelahian), namun
alam nyata. Buktinya ketika ada semut berupaya semaksimal mungkin untuk
menggigit, tanpa melihat ia menggaruknya. mengajak berdialog. Kontak tubuh dalam
bentuk perkelahian merupakan jalan
e) Pengkajian Diri dan Rasa (ngaji diri terakhir yang diambil, manakala semua
ngaji rasa) upaya yang dilakukan mengalami
Pencapaian penyerahan diri atau kebuntuan.
totalitas melalui proses panjang. Guna
mencapai hal tersebut dikembangkan dua f) Pijakan Ajaran Timbangan
cara pembelajaran, yaitu ngaji diri dan Ajaran Timbangan mengambil
ngaji rasa. Ngaji diri merupakan istilah pijakan bahasannya pada 4 (empat) ayat al-
sederhana dari konsep man arofa nafsahu Qurandan sebuah hadits, yaitu:
fa qod arofa robbahu yakni upaya 1) QS 17 Al-Isrā‟: 14: Iqra‟ kitābak,
mengkaji eksistensi diri sebagai manusia di kafā bi nafsikal-yauma „alaika ḥasībā
hadapan Tuhan-nya. Siapa aku? Untuk apa (Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu
aku hidup? Apa tujuannya? Mengapa aku sendiri pada waktu ini sebagai
hidup? Merupakan rentetan pertanyaan penghisab terhadapmu).
yang mengggelayut pada ngaji diri. 2) QS. 36 Yasiin: 54; Fal-yauma lā
Ngaji rasa merupakan “lanjutan” tuẓlamu nafsun syai‟aw wa lā
dari ngaji diri; yakni merasakan hubungan tujzauna illā mākuntum ta‟malun
diri dengan Tuhan juga dengan sesama. (maka pada hari itu seseorang tidak
Merasakan hubungan dengan Tuhan adalah akan dirugikan sedikit pun dan kamu
merasakan nikmatnya “bertemu” dengan tidak dibalasi, kecuali dengan apa
Yang Menjadikan dirinya. Contoh yang telah kamu kerjakan).
seseorang merasakan kekhusuan shalat 3) QS. 26 Asy-Syu‟arā: 88; Yauma lā
pada malam hari. Ia merasakan kedamaian, yanfa‟u māluw wa lā banūn „(yaitu)
ketenangan, kesyahduan, kedekatan di hari harta dan anak-anak laki-laki
dengan Tuhan dsb. Perasaan-perasaan tidak berguna).
Pencak Silat Ameng Timbangan... (Agus Heryana) 143

4) QS. 49 Al-Hujarat: 10; Innamal – senang atau celaka merupakan


mu‟minūna ikhwatun fa aṣliḥū baina perbuatannya sendiri.
akhawaikum wattaqullāha la‟allakum Kedua ajaran ini direfleksikan dalam
turḥamūn (Sesungguhnya orang- prinsip Ameng Timbangan, yakni cilaka
orang mukmin adalah bersaudara mah lain ku batur tapi ku laku lampahna
karena itu damaikanlah antara kedua sorangan (cilaka ku polah sorangan).
saudaramu dan bertakwalah kepada Prinsip Ameng Timbangan adalah terlarang
Allah supaya kamu mendapat untuk memukul, menendang atau hal
rahmat). lainnya yang menunjukkan kekerasan fisik.
5) Qōla: “Fa akhbarni „anil Iman!”. Cara “bertarungnya” cenderung defensif,
Qōla: ” An tumina billahi tidak menyerang dan selalu menghindar. Ia
wamalāikatihi wakutubihi warusulihi tidak bermaksud menyakiti, bahkan
wal yaumil akhir watumina bil qodri cenderung menyelamatkan. Apa yang
khoirihi wasyarrihi”. (Hadits terjadi apabila lawan menyerang dengan
Bukhori-Muslim) (“…maka kekuatan penuh, tetapi tidak kena sasaran.
terangkanlah kepadaku tentang Iman (1) lawan akan kehilangan keseimbangan
!”. Jawab Nabi, “Hendaklah engkau karena tenaga yang dikeluarkan telah
beriman: kepada Allah, malaikat- mendorong dirinya ke luar dari titik
malaikat, kitab-kitab-Nya, utusan- keseimbangan badannya. (2) Tanpa
utusan-Nya, hari kiamat dan disentuh pun lawan akan jatuh atau
hendaklah engkau beriman kepada terjerembab. Jadi, lawan jatuh bukan
takdir yang baik dan takdir yang karena musuhnya, melainkan karena
buruk”….). perbuatan dirinya sendiri (cilaka ku polah
Penyimakan ayat-ayat di atas dilihat sorangan). Dirinya yang menyerang,
dari waktu peristiwanya menunjukkan memukul, dirinya pula yang celaka. Siapa
pada dua waktu, yaitu (1) waktu yang salah?
perhitungan amal perbuatan, yakni setelah Ameng Timbangan adalah “bela
dunia dikiamatkan yaitu QS 17 Al-Isrā‟: diri” yang sangat berbahaya bagi orang
14; QS. 36 Yasīn: 54; dan QS. 26 Asy- yang belum mampu menahan hawa
Syu‟arā: 88. Inti dari ayat tersebut adalah nafsunya. Sulit untuk menerima kenyataan
setiap amal baik maupun amal buruk akan saat lawan sudah tidak berdaya, ia
dibalas sesuai dengan amalnya masing- dibiarkan tanpa disentuh apa pun, bahkan
masing. (2) waktu sebelum dikiamatkan, diselamatkan. Apa yang akan dilakukan
alam dunia yakni QS. 49 Al-Hujarat: 10 manakala lawan yang demikian ganas dan
dan hadits Rasulullah. Adapun makna dari telah menyerang dengan penuh benci
kedua dalil tersebut merupakan kewajiban kemudian terkulai, tak berdaya? Di sinilah
manusia untuk membekali diri dengan peran ajaran Timbangan berfungsi.
Iman, Islam dan Ihsan. Sesama mukmin Rambu-rambu perbuatan yang baik dan
adalah saudara. Saudara dalam arti garis buruk terbuka lebar. Ayat Innamal –
keturunan (nasab) atau bisa juga saudara mu‟minūna ikhwatun fa aṣliḥūbaina
seagama. akhawaikum wattaqullāha la‟allakum
Perhitungan amal baik dan amal turḥamūn menjadi pedoman. Setiap
buruk pada hari akhir bergantung pada mukmin adalah bersaudara. Artinya lawan
amal masing-masing ketika di dunia. Amal yang dihadapinya ini hakikatnya adalah
baik tentu perbuatan di dunianya sesuai saudara, setidaknya berasal dari bahan
perintah Allah dan Rasulnya sedangkan yang sama, yaitu Adam. Oleh karena itu,
amal buruk merupakan hasil perbuatan manusia tidak berhak menghukum manusia
buruknya yang merugikan orang lain. lain, kecuali mengingatkan untuk kembali
Keduanya merupakan pilihan diri pribadi. ke jalan yang benar. Dampaknya adalah ia
Akibatnya pun ditanggung sendiri. Jadi, akan menyelamatkan lawannya dengan
144 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 131-148

cara membiarkannya atau membangunkan sebuah kelemahan permanen. Kemampuan


ke posisi semula. berpikir melalui akal yang dianugrahkan
Pembalasan perlakukan kasar Allah kepada manusia telah mengubah
dengan kasar adalah impas, tetapi kelemahan itu menjadi kekuatan.
memperlakukan perbuatan kasar/buruk Kemampuan akal pikiran dengan segala
dengan kebaikan adalah kemuliaan. Atas pernak-perniknya mengubah tatanan
“prinsip kerjanya” itu menyebabkan lawan kehidupan manusia menjadi lebih baik.
menjadi taluk atau takluk bukan kalah. Respon atau tanggapan - yang merupakan
Orang kalah memendam dendam. rangsangan tantangan di luar dirinya -
Kekalahan menyebabkan lawan berusaha menjadi pemicu berkembangnya budaya
keras untuk membalasnya. Berlainan dan peradaban. Keperluan atas: makanan,
dengan orang takluk. Ia mengakui keamanan, tempat tinggal sebagai
kehebatan dan kemampuan lawan di atas keperluan dasariah manusia direspon
dirinya. Umumnya lawan termasuk dengan kemampuan akalnya dan
kelompok takluk ketika bersambung ketersediaan fasilitas masing-masing. Oleh
tangan dengan penganut Ameng karena itu, dapat dipahami apabila budaya
Timbangan. Mengapa? Ameng Timbangan bersifat universal karena masalah yang
mempunyai banyak kesempatan untuk dihadapi manusia secara naluri adalah
menjatuhkan lawan, tetapi tidak sama. Namun, yang membedakannya
dilakukannya. Bahkan cenderung adalah bentuk atau cara meresponnya yang
melindunginya dari rasa malu akibat semuanya itu bergantung pada
dikalahkan penganut Ameng Timbangan. ketersediaan alam dan lingkungan
Silih salametkeun „saling menyelamatkan‟, masyarakatnya.
demikianlah prinsip Ameng Timbangan. Kemampuan manusia dalam
merespon ancaman atas keselamatan diri
g) Tanaga Indung: Tenaga Naluri dan kelompoknya secara naluri telah
Kalaulah dirunut ke masa kelahiran diberikan Sang Pencipta. Gerakan-gerakan
sebuah bela diri, maka faktanya setiap replek (spontan) manusia kadang-kadang
makhluk hidup memiliki kemampuan muncul tanpa disadari saat menghadapi
untuk membela dirinya masing-masing. sebuah ancaman. Contoh sederhana adalah
Upaya mempertahankan diri dari serangan seorang ibu yang melindungi anaknya dari
atau predator makhluk lain merupakan kecelakaan. Saat anaknya berada di jalan
fitrah, naluri, atau bawaan sejak lahir. ramai serta merta ia akan memegang
Sekecil apapun makhluk hidup akan anaknya agar tidak berlarian seenaknya.
memiliki naluri membela atau Demikian pula seseorang dapat melompati
mempertahankan diri. Kemampuan sebuah benteng manakala nyawanya
membela diri tersebut bermacam ragam terancam. Mengapa pula secara spontan
bentuknya. Harimau dengan taring dan seorang anak mengelak ketika matanya
suaranya yang menggidigkan bulu roma, terancam dengan ranting pohon yang
ikan cumi dengan semburan tintanya, atau jatuh? Jadi, potensi-potensi bela diri
ikan lele dengan patilnya dan sebagainya. sesungguhnya telah ada pada setiap diri
Adapun manusia sesungguhnya tidak manusia.
memiliki alat bela diri secara khusus. Kuku Proses pertumbuhan seorang
manusia tidak sekuat kuku harimau, mata manusia tidak lepas dari naluri bela diri.
pun tidak setajam mata elang. Secara Bela diri dalam pengertian bukan sebagai
lahiriah struktur tubuh manusia - sebuah jurus, melainkan naluri fitriah
dibandingkan dengan hewan - sulit untuk pemberian Ilahi. Naluri diperoleh tidak
digunakan sebagai alat bela diri. melalui saluran pendidikan atau belas
Namun demikian, kelemahan kasihan seseorang. Ia melekat bersama
struktur tubuh manusia bukan berarti wujud pada setiap makhluk hidup. Naluri
Pencak Silat Ameng Timbangan... (Agus Heryana) 145

adalah anugerah Allah kepada Ameng Timbangan adalah tanaga indung


makhluknya. Mustahil setiap bayi tidak (tenaga naluri).
dilengkapi naluri kemampuan bela diri.
Kemampuannya itu muncul begitu saja D. PENUTUP
tanpa dipikir, tanpa dipola. Saat seorang Ameng Timbangan merupakan gerak
bayi terlentang (Sunda: nangkarak) dasar naluri manusia yang dianugrahkan
kemudian nyangigir (posisi miring untuk Tuhan kepada manusia. Dalam
mengubah ke posisi nangkub, telungkup) pemanfaatannya sebagai bela diri semua
dan berakhir pada posisi nangkuban gerakannya mengalir apa adanya tanpa
(telungkup) semuanya itu sarat dengan paksaan sebagaimana bayi dilahirkan.
naluri. Siapa yang menggerakkan tubuhnya Semuanya itu bergantung pada
untuk bergerak? dari manakah sumber keyakinan dirinya atas kekuasan Tuhan.
tenaganya? siapakah yang menumbuhkan Satu kalimat yang menggambarkan itu
seorang bayi menjadi dewasa? semua adalah kalimat hauqalah yakni Lā
Seiring dengan perjalanan waktu haola wa lā quwwatailla billah „tidak ada
melalui proses pertumbuhan manusia, akal daya dan kekuatan, kecuali Allah‟.
pikiran pun ikut berkembang. Ketidakberdayaan, kepasrahan dan
Perkembangan akal pikiran selanjutnya keyakinan diri di hadapan Zat Yang Maha
menutup peran naluri. Demikianlah akal Kuasa secara tidak langsung menghadirkan
pikiran hingga dewasa berperan dan pula kemampuan naluri yang pernah
menjadi penyaring dan “pedoman” dalam dimilikinya.
beraktivitas. Baik dan buruk, benar dan Hubungan Ajaran dan gerak Ameng
salah merupakan hasil pekerjaan akal Timbangan diibaratkan antara wadah dan
dalam menarik simpulan. Akal menjadi isi. Wadah dalam hal ini wujud fisik
pedoman untuk memutuskan berbagai berupa gerak merupakan pembuktian dari
masalah, karena akal bertugas sebagai isi ajaran. Wadah dan isi merupakan
penimbang, alat ukur, sedangkan naluri hubungan dualitas yang tidak dapat
atau insting tidak banyak berperan. dipisahkan. Ajaran Timbangan merupakan
Barangkali hanya sekadar lewat melalui pelajaran rohani atau batiniah sedangkan
rasa. Ameng Timbangan merupakan pelajaran
Dalam pada itu Ameng Timbangan lahiriah. Pengolahan lahiriah dalam
yang didasarkan pada kontemplasi, bentuk olah raga dan olah rasa merupakan
perenungan atas sumber Ilahi mengarahkan upaya memberikan ruang untuk
pengikutnya untuk kembali pada fitrah. membangkitkan kemampuan dan kekuatan
Mengenal diri pribadi untuk kemudian naluri bela diri. Kemampuan bela diri
mengenal Tuhannya. Proses pengenalan dihadirkan melalui gerak aktivitas sehari-
diri itu hakikatnya mengungkap dan hari dalam wujud leumpang (berjalan).
membangkitkan kembali naluri yang Adapun kekuatan bela dirinya dihadirkan
tertutup akal. Naluri ber-Tuhan. Oleh dengan membangkitkan tanaga indung.
karena itu, dapat dipahami apabila gerak
Ameng Timbangan sesuai dengan gerak
naluri manusia, yakni: leumpang DAFTAR SUMBER
(berjalan), nyangigir (berjalan 1. Makalah, Laporan Penelitian, Skripsi,
menyamping), maju (berjalan maju), Tesis, dan Jurnal
mundur (berjalan mundur), malik Adiwimarta, Sri Sukaesih. 1993.
(berbalik), dongko (menunduk). Demikian Unsur-unsur Ajaran dalam Kakawin
pula tenaga yang digunakannya sama Pārthayajňa. Disertasi. Jakarta:
dengan tenaga bayi, tenaga bawaan. Program Pascasarjana Universitas
Tenaga ini kemudian disebut dalam istilah Indonesia.
146 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 131-148

Darmana, Nana; Yudibrata, Karna; Saini,K.M. Saleh,M. 1990.


1977 – 1978. Penelitian Aliran Pokok Pencak Silat di
Aliran-aliran Pokok Pencak Silat Jawa Jawa Barat. Bandung: Fakultas
Barat. Proyek Penelitian dan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Pencatatan Kebudayaan Daerah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Departemen Pendidikan dan
Sufianto, Agustinus; Sugiato Lim; Andyni
Kebudayaan.
Khosasih. Akulturasi Unsur Kungfu
Fadilakusumah, A. Adil. 1996. Tiongkok Dalam Pencak Silat
Pencak Silat sebagai Media Betawidalam Lingua Cultura Vol.9
Peningkatan Sumber Daya Manusia No.1 May 2015. Hlm 1-6.
dalam Menyikapi Abad XXI. Makalah.
Bandung: Balai Kajian Jarahnitra.
2. Buku
________. 2016. Abdullah, Edwin Hidayat. 2013.
Penca Aliran Cimande. Disertasi. Keajaiban Silat. Jakarta: Gramedia
Bandung: Universitas Padjadjaran. Pustaka Utama.
Heryana, Agus. 1995. Asy‟arie, Azis,R.H. 2010.
Pencak Silat Aliran Cimande di Jawa Maenpo Cikalong R.H.O. Soleh.
Barat. Laporan Penelitian. Bandung: Malang: Buih Leba.
Balai Kajian Sejarah dan Nilai
Tradisional Bandung. ________. 2013.
Maenpo Cikalong Gan Uweh. Bandung:
________. Mizan.
“Naskah Ajaran Islam dalam Pencak
silat Ameng Timbangan dalam Danadibrata,R.A. 2006.
Patanjala Volume 5 No. 2 Juni 2013. Kamus Basa Sunda. Bandung: Kiblat
Hlm1-21. Buku Utama.

________. 2016. Direktorat Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film


Naskah Timbangan: Analisis Ajaran Diréktorat Kepercayaan Terhadap
Timbangan Sebagai Dasar Perwujudan Tuhan Yang Maha Esa.2010.
Pencak Silat (Ameng) Timbangan. Ensiklopedi: Kepercayaan Terhadap
Disertasi. Bandung: Universitas Tuhan Yang Maha Esa.
Padjadjaran. Hardjawinata, Sadeli. 1941.
Iskandar, Taudin. 1962. Pĕntja Soenda. Batavia: Bale Poestaka.
Unsur-unsur Kebatinan dalam Ikram, Achadiati. 1997.
Olahraga. Suatu Case Study mengenai Filologia Nusantara. Jakarta: Pustaka
Pembelaan Diri Timbangan. Thesis. Jaya.
Bandung: Fakultas Pendidikan Jasmani
Unpad. Moleong, Lexy J. 2012.
Metodologi Penelitian Kualitatif.
IPSI.Tanpa tahun. Bandung: Remaja Rosdakarya..
Sejarah dan Pengembangan Pencak
Silat dengan Segala Aspeknya. Nasution. 2003.
Makalah. Bandung: Ikatan Pencak Silat Metode Penelitian Naturalistik
Indonesia Jawa Barat. Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Mardotillah, Mila; Dian Mochammad Zein. Nourduyn, J. dan Teeuw, A. 2009.


Silat: Identitas Budaya, Pendidikan, Tiga Pesona Sunda Kuna. Jakarta:
Seni Bela Diri, dan Pemeliharaan Pustaka Jaya.
Kesehatan dalam Jurnal Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Antropologi.Vol. 18 (2) Desember Nasional. 2008.
2016. Hlm 121-133. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Rauf, Abdur dan Rusman, Tabrizy M. 1990. Jakarta: Departemen Pendidikan
Cikalong. Makalah. Cianjur: Paguron Nasional.
Pusaka Cikalong Pusat Pasar Baru.
Pencak Silat Ameng Timbangan... (Agus Heryana) 147

Ratna,Nyoman Kutha. 2007. 5. Sumber Lisan/Informan


Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Kang Aom (Ahmad Derajat). Putra Raden
Pelajar. Muchyidin Cucu Rd. Moezni
Satjadibrata. 1950. Anggakoesoemah. Bandung 12 Januari
Kamoes Soenda & Indonesia. Djakarta: 2012.
Balai Poestaka. Fadilakusumah, Adil. 2014. Praktisi dan ketua
Subroto, Joko, Moh. Rohadi. 1996. Padepokan Penca Daya Sunda Pueur.
Kaidah-Kaidah Pencak Silat Seni yang Wawancara, Bandung 4 April 2014.
Tergabung dalam IPSI. Solo: Aneka.
Sudjana, Nana. 2004. 6. Catatan Pribadi
Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Aming. 1986. Catatan Harian: Kumpulan
Bandung: Sinar Baru Algensido Offset. Kalimat yang Bermanfaat. Bandung.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006.


Metode Penelitian Pendidikan
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Surakhmad, Winarno. 1982.
Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung:
Tarsito.
Tim Redaksi JABAL, 2008.
Shahih Bukhari Muslim. Bandung:
Jabal.
Zoetmulder,P.J.2004.
Kamus Jawa Kuna Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

3. Surat Kabar dan Majalah


Pikiran Rakyat.4/1/1995. Silat Cimande Hasil
Istikharah dan Tahajud.
Bratakoesoemah, Ema.
“Penca” Kudjang Taun V No. 254
Jumaah 25 Nopember 1960.

4. Internet
Hadits arbain.” Iman-Islam-dan-Ihsan”. diakses
dari https://haditsarbain.wordpress.com
/2007/06/09/hadits-2-iman-islam-dan-
ihsan/tanggal 27-5-2015, Pukul 10:06
WIB.
albayyinatulilmiyyah . “Syarah Hadits Jibril”
diakses dari
https://albayyinatulilmiyyah.
files.wordpress.com/2014/06/86-syarah-
hadits-jibril-pdf.pdf tanggal 27-5-
2015: 10:20.
148 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 131-148
Tinjauan Buku 149

Tinjauan Buku

Judul Buku :
Musik Indonesia 1997-2001
Kebisingan dan Keberagaman Aliran
Lagu

Penulis : Jeremy Wallach


Penerbit : Komunitas Bambu
Kota : Depok
Tahun : 2017
Halaman : xx + 324 hlm

Etnografi Musik Populer di Indonesia

Buku ini merupakan terjemahan dari buku Modern Noise, Fluid Genres:
Popular Music in Indonesia 1997-2001 yang diterbitkan tahun 2008 oleh The
University of Wisconsin Press. Penulisnya, Jeremy Wallach ialah Profesor di
Departemen Budaya Populer Bowling Green State University, Ohio dan
Antropolog yang spesialisasinya pada kajian musik populer di Asia Tenggara. Di
Indonesia, buku yang diterjemahkan oleh Tim komunitas Bambu diberi judul
“Musik Indonesia 1997-2001, Kebisingan dan Keberagaman Aliran Lagu”.
Buku hasil penelitian etnografi ini merekam beragam genre musik populer
di Indonesia ketika transformasi politik dan budaya terjadi. Penulisnya mengacu
pada definisi etnografi dari Shery Ortner yang mengungkapkan bahwa etnografi
sebagai “upaya untuk memahami dunia kehidupan lain menggunakan diri sendiri
– sejauh mungkin – sebagai instrumen untuk mengetahui” (h.4). Melalui
pendekatan etnografi yang digunakan, penulis memaparkan mengenai
operasionalisasi metode yang dilakukan ketika penelitian sebagai
pertangungjawaban ilmiahnya. Beragam teknik digunakan dalam penelitian yang
tertuang di buku ini. Sebagai konsekuensi dari metode etnografi yang dipilihnya
ialah penggunaan teknik observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Di
samping itu, penulis menganalisis berbagai artefak (material) yang berhubungan
dengan dunia musik, diantaranya rekaman musik (baik yang dirilis maupun
rekaman dari pertunjukan langsung), mempelajari sumber tertulis (surat kabar dan
150 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018:149 - 151

majalah), slogan di kaus, grafiti, stiker, poster, spanduk, sumber semiotika dan
internet.
Di bagian pendahuluannya, Wallach menulis bahwa ia “menggambarkan
dunia musik populer Indonesia bukan sebagai alur budaya satu arah dari
produsen ke konsumen, namun sebagai serangkaian diskursus, praktik dan
pertunjukan yang terus berkembang yang secara simultan melibatkan musisi,
teknisi, produsen, pendengar, kritikus dan pihak-pihak berkepentingan lainnya”
(h.21).
Struktur penulisan isi buku dibagi menjadi dua bagian dan dipecah
kembali menjadi beberapa bab. Bagian pertama berisi tentang beragam lokasi
produksi dan konsumsi musik. Pada bab satu, diuraikan tinjauan ringkas atas
genre-genre musik populer yang hadir di Indonesia dengan mengaitkannya pada
konteks sejarah dan sosial budaya Indonesia. Genre-genre tersebut diantaranya
yaitu pop barat, pop Indonesia, dangdut, musik daerah, musik underground (punk,
hardcore, death metal, grindcore, brutal death, hyperblast, black metal, grunge,
indie, industri, dan ghotic). Dari genre-genre ini memunculkan beragam bentuk
genre musik hibrida-hibrida baru hasil inovasi dan penjajaran, seperti dangdut
remix, ska-dhut, dan ska-pong (perpaduan musik daerah Sunda pengiring tarian
Jaipong dan ska). Selain hibriditas ini, dibahas pula secara singkat mengenai label
musik dunia dalam kaitannya dengan musik daerah dan dangdut. Pada bab dua,
dipaparkan konteks ibu kota Jakarta dan Indonesia sebagai latar etnografinya.
Lanskap wilayah, sosial, ekonomi dan politik diuraikan, disertai bahasa dan
budayanya sebagai bagian dari modernitas serta budaya populer Indonesia.
Empat bab selanjutnya membahas mengenai ruang sosial dan beragam
bentuk material terkait musik Indonesia. Dimulai dengan bahasan tentang ruang
tempat menjual rekaman musik, yaitu toko kaset. Penataan ruang oleh penjual,
ikonografi dan perilaku konsumen. Kemudian diperikan mengenai tempat
produksi rekaman, yaitu di studio musik, dan di lokasi pembuatan klip video
musik. Di akhir bagian pertama, diperlihatkan bagaimana ruang sosial musik di
kehidupan keseharian anak muda Jakarta. Pertunjukan informal musik, oleh dan
untuk mereka sendiri. Dari tempat nongkrong di warung kecil pinggir jalan,
hingga diskusi di kampus.
Bagian kedua buku menceritakan tentang ruang pertunjukan musik yang
lebih formal, dimana terdapat pembagian yang jelas antara penampil dan penonton
(pendengar). Uraiannya mencakup musisi jalanan (pengamen), pemusik di cafe
dan bar, hingga panggung konser megah artis tak luput dibahas dan dianalisis.
Pada bagian ini pula, ditampilkan etnografi dari genre musik populer di Indonesia
yaitu dangdut, rock dan pop, serta underground yang membentuk identitasnya
masing-masing. Tidak hanya musik sebagai komoditas yang membentuk gaya
hidup penikmatnya, namun fungsi sosialnya sebagai penguat ikatan sosial.
Tinjauan Buku 151

Pada akhir buku, dalam bab kesimpulan, yang diberi judul “Kaum Muda
Indonesia, Musik dan Globalisasi” diringkas berbagai temuan hasil penelitiannya
ini. Keseluruhan buku ini menggambarkan tentang “bagaimana perjuangan atas
modernitas nasional dilakukan dalam musik dan budaya Indonesia” (h. 265). Di
samping itu diungkapkan pemaknaan penulis akan pentingnya pengkajian
“metakultur modernitas” sebagai bagian dari inovasi dan kreativitas budaya, di
samping “metakultur tradisi” yang konvensional sebagai suatu yang lebih
diperhatikan dalam berbagai kajian sebelumnya.
Dalam alur penceritaan narasi-narasi di dalam buku ini, disisipkan catatan-
catatan lapangan hasil observasi dan pemaknaan ketika penulisnya melakukan
observasi partisipasi. Hal ini menarik, karena pembaca dapat lebih merasakan
konteks dari cerita-cerita yang dihadirkan. Namun sayangnya pemilihan jenis font
(huruf) yang dicetak tebal, dalam menampilkan catatan lapangan tersebut terasa
agak menggangu kelancaran membaca. Mungkin jika menggunakan font yang
hanya dicetak miring (italic) saja untuk catatan lapangannya, tidak akan
mengganggu kelancaran membaca. Foto-foto yang ditampilkan sebagai ilustrasi di
beberapa bagian teks cukup menarik dan bisa menjadi jeda saat membaca uraian
panjang penulis. Pemilihan gaya penceritaan etonografi dengan model orang
pertama “saya”, dirasa tepat ketika menampilkan data dan analisisnya. Pembaca
seolah sedang mendengarkan penulis bercerita pengalamannya melakukan
penelitian. Hal ini merupakan suatu kelaziman dalam penulisan etnografi.
Penyajian data dan analisis etnografinya dilakukan secara dinamis,
beranjak dari arah konseptual makro, kemudian memaparkan detail data lapangan
di aras mikro dan kembali menganalisisnya serta dikaitkan dengan proses
modernitas dan globalisasi yang bersifat makro. Buku yang layak dibaca oleh
peminat kajian budaya, musik, dan sejarah pada ranah kontemporer Indonesia.
(Arief Dwinanto).
Biodata Penulis

BIODATA PENULIS

AGUS HERYANA, lahir di Bandung pada 13 Desember 1964. Memperoleh


gelar Doktor Humaniora Bidang Kajian Filologi Universitas Padjadjaran
(UNPAD) pada tahun 2017. Saat ini bekerja sebagai Peneliti Madya di BPNB
Bandung. Adapun hasil penelitian yang pernah dipublikasikan antara lain:
Kepemimpinan Sunda berdasarkan Naskah Kuno (2011), Mitologi Perempuan
Sunda (2012), Naskah Ajaran Islam dalam Pencak Silat Ameng Timbangan
(2013), Jejak Kepemimpinan Orang Sunda: Pemaknaan Ajaran dalam Naskah
Carita Parahyangan 1580 (2014)

HARY GANJAR BUDIMAN, lahir di Bandung pada 22 Agustus 1987.


Memeroleh gelar Sarjana Sastra di Universitas Padjadjaran pada 2010. Mulai
bekerja di Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bandung
pada tahun 2011. Sekarang bekerja sebagai Peneliti Muda di BPNB Jawa
Barat. Hasil Penelitian yang sudah diterbitkan di antaranya: Makna dan Nilai
Budaya Tapis Inuh pada Masyarakat Pesisir di Lampung Selatan (2013);
Perkembangan Zine di Bandung: Media Informasi Komunitas Musik
Bawahtanah 1995-2012 (2014); Perkembangan Taman Kota di Bandung Masa
Hindia Belanda 1918-1942 (2015); Modernisasi dan Terbentuknya Gaya
Hidup Elit Eropa di Bragaweg 1894-1949 (2017).

IIM IMADUDIN, lahir di Karawang pada tanggal 16 Januari 1975.


Memeroleh gelar Sarjana Sejarah UNPAD tahun 1998. Memeroleh gelar
Magister Humaniora Program Studi Ilmu-ilmu Sastra Konsentrasi Ilmu
Sejarah UNPAD tahun 2013. Pada tahun 2000 menjadi PNS di BKSNT
Padang, dan pindah ke BPSNT Bandung pada tahun 2005. Sekarang menjadi
Peneliti Madya di BPNB (Balai Pelestarian Nilai Budaya) Jawa Barat.
Hasil-hasil penelitian yang diterbitkan antara lain: Pendidikan Kolonial dan
Politik Asosiasi: Kajian atas Memoar Pangeran Aria Achmad Djajadiningrat
1877-1943 (2015); H.M Arief Mahya: Ulama, Pejuang, dan Tokoh
Pendidikan Lampung (2016), Perdagangan Lada di Lampung dalam Tiga
Masa 1653-1930 (2016), Pengaruh Akulturasi Budaya Terhadap Dualisme
Sistem Ekonomi Masyarakat Kampung Tua di Kecamatan Abung Timur,
Kabupaten Lampung Utara (2017).

I MADE PURNA, dilahirkan di Penarungan, Badung-Bali 31 Desember


1959. Pendidikan Sarjana Jurusan Antropologi tahun 1985 dan Master Of
Sains di Program Studi Kajian Budaya Universitas Udayana tahun 2004.
Berkiprah menjadi Pegawai Negri Sipil diawali di Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional, Ditjenbud Depdikbud, pusat Jakarta pada tahun 1986 hingga 1997.
Saat ini bekerja di Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali sebagai Peneliti Utama.
Karya-karyanya yang telah dipublikasikan di antaranya: Tradisi Moko Pada
Masyarakat Alor (2014); Upaya Memperkuat Jati Diri dan Karakter Dalam
Membangun Ke-Indonesiaan Perspektif Kebudayaan (2015); Kearifan Lokal
Masyarakat Desa Mbawa Kab Bima (2016); Tradisi Memarek di Desa Salelos
Lombok Utara (2017).
Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018

IRVAN SETIAWAN, lahir di Jakarta, 11 Januari 1970. Memperoleh gelar


Sarjana (S1) Program Studi Antropologi FISIP Universitas Airlangga
Surabaya, Tahun 1993. Pada tahun 1996 – 2004 menjadi peneliti pada BPSNT
Banda Aceh. Tahun 2005 hingga saat ini menjadi peneliti pada BPNB Jawa
Barat. Hasil penelitian yang telah diterbitkan antara lain Keberadaan
Kampung Seni Jelekong dalam Menunjang Kebutuhan Ekonomi Rumah
Tangga (2012), dan Strategi Kolaborasi dalam Seni Pertunjukan Tradisional
di Kabupaten Subang (2013), “Mengenang” Upacara Ngalokat Walungan
Cimanuk di Wilayah Genangan Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang (2016).

RIA INTANI T., lahir di Yogyakarta pada tanggal 23 Desember 1963.


Memperoleh gelar Sarjana Antropologi UNPAD tahun 1989. Mulai bekerja
sebagai staf teknis di BKSNT Bandung pada tahun 1990. Sekarang menduduki
jabatan Peneliti Madya pada BPNB Jawa Barat. Hasil-hasil penelitian yang
sudah diterbitkan antara lain : Konsep Tata Ruang Rumah Tinggal Masyarakat
Kuta Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis
(2013); Kiat Penjual Tradisional dalam Menembus Pasar (2014); Pengobatan
Tradisional di Kalangan Anak-anak (Studi Kasus Kecamatan Soreang) (2015),
Regenerasi Topeng Randegan (2016), Aktor di Balik Selembar Batik
(Studi Kasus di Lembur Batik Cimahi) (2017).

RISA NOPIANTI, lahir di Bandung pada tanggal 17 November 1979.


Memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (UNPAD) tahun 2004. Mulai
bekerja di Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional pada 2011. Sekarang
menduduki jabatan sebagai PenelitiPertama di BPNB Jawa Barat. Hasil
penelitian yang sudah diterbitkan berjudul Dari Ronggeng Gunung ke
Ronggeng Kaler: Perubahan Nilai dan Fungsi (2014); Interaksi Sosial dalam
Pembentukan Kepribadian Masyarakat Cina Benteng (2015), Leuit si Jimat;
Wujud Solidaritas Sosial Masyarakat Kasepuhan Sinarresmi (2016), Makna
Ritual Mulud dalam Mewujudkan Popularitas Golok Ciomas (2017) .

SUCIYADI RAMDHANI, lahir di Bandung pada tanggal 8 April 1989.


Menyelesaikan studi Magister Antropologi di Universitas Padjadjaran
(UNPAD). Saat ini bekerja IKKON Badan Ekonomi Kreatif dengan jabatan
sebagai antropolog. Adapun penelitian yang sudah dilakukan di antaranya:
Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Toraja Utara, Tradisi Bowo dan Malnutrisi
Pada Etnik Nias, Hubungan Antaretnik pada Masyarakat Multikultural di Kota
Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu Jawa Barat.

YENI MULYANI SUPRIATIN, lahir di Bandung pada tanggal 15 Desember


1959. Saat ini bekerja di Balai Bahasa Jawa Barat dengan jabatan fungsional
sebagai Peneliti Madya. Adapun karya tulis yang sudah dipublikasikan di
antaranya: Sastra Lisan Sunda sebagai Media Jejaring Motif untuk Penguatan
NKRI (2015); Potret Urban dalam Cerpen Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan
Karya Kuntowijoyo (2015); Perempuan dalam Drama Seri Televisi “Greates
Marriage”: Perfektif Feminis Liberal (2017); Media Sosial Wadah Fiksi Mini:
Sebuah Genre Baru Sastra Sunda (2017).
Judul Artikel… (nama penulis)

PANDUAN BAGI PENULIS


JURNAL PATANJALA
(font Berlin Sans FB 16, bold, spasi 1. Judul harus mencerminkan inti dari isi
tulisan, bersifat spesifik, efektif, dan panjangnya maksimal 11 kata. Judul
ditulis dengan huruf kapital tebal)

GUIDELINES FOR AUTHORS OF PATANJALA JOURNAL


(font Berlin Sans FB 12, italic, spasi 1)

Nama Penulis (Times New Roman 11, Bold, spasi 1, tanpa menyebut gelar)
Afiliasi lembaga (nama lembaga tempat penulis bekerja, alamat lembaga, tanpa nomor telp/fax
lembaga)
Alamat e-mail penulis (Times New Roman 10, spasi 1, spacing after 6 pt)

Abstrak (Times New Roman 10, Bold, spasi 1, before 0 pt, after 6 pt)
Abstrak diletakkan di bawah email pribadi. Abstrak bukan ringkasan, melainkan esensi isi
keseluruhan tulisan yang di dalamnya memuat: (1) tujuan penelitian; (2) metode yang digunakan;
(3) pernyataan singkat hasil yang diperoleh dari lapangan; (4) kesimpulan. Panjang abstrak
antara 100 sampai 150 kata, 1 spasi, dan ditulis dalam bentuk 1 paragraf. Di bawah abstrak
dituliskan kata kunci antara 3-5 kata. Kata kunci dapat berupa kata tunggal dan kata majemuk.
Kata kunci: panduan, penulis, artikel.

Abstract (Times New Roman 10, Bold, spasi 1, before 0 pt, after 6 pt)
Abstract put under the email of author. Abstract is a not a summary, but the essence of the
entire article that contains: (1) research purposes, (2) the methods that used, (3) a brief statement
of the results obtained from the field; (4) conclusion. Abstract length between 100 to 150 words, 1
space, and written in one paragraph. Under the abstract, write down keyword between 3-5 words.
Keywords can be single word and compound words.
Keywords: guidelines, author, article.

A. PENDAHULUAN B. METODE PENELITIAN


(jenis huruf Albertus Extra Bold (Albertus Extra Bold 10)
ukuran 10) Metode Penelitian memuat metode
Pendahuluan memuat latar belakang, yang digunakan dan proses penelitian.
permasalahan, tinjauan pustaka, teori, Metode Penelitian menggunakan font
konsep-konsep, tujuan, dan ruang lingkup Times New Roman 11, spasi 1.
(materi dan wilayah). Tinjauan pustaka
tidak sekadar menilai isi buku, tetapi apa C. HASIL DAN BAHASAN
yang membedakan artikel penulis dengan (Albertus Extra Bold 10)
kajian terdahulu. Unsur-unsur dalam 1. Subbab
Pendahuluan tersebut tidak perlu Subbab menggunakan angka: 1, 2, 3,
dieksplisitkan. Panjang bagian selanjutnya a, b, c, dst. Selanjutnya 1), 2),
Pendahuluan sekitar 2-3 halaman. Bagian 3), 4) dst. Selanjutnya a), b), c), d) dst.
Pendahuluan menggunakan font Times Selanjutnya (1), (2), (3), dst.
New Roman 11, spasi 1.
Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 1 - 16

Hasil dan Bahasan, memuat uraian Tabel 1. Jumlah Perusahaan Industri dan
data hasil lapangan dan analisisnya. Hasil Tenaga Kerja di Provinsi Lampung
dan Bahasan menggunakan font Times Tahun Industri Besar
New Roman 11, spasi 1.

2. Acuan Sumber (Albertus Extra Bold 10) Industri Tenaga


Acuan sumber harus dicantumkan di kerja
dalam teks. Acuan sumber di dalam teks, 1984 74 10.258
dicantumkan dalam kurung, dengan
1985 74 10.258
susunan: nama belakang penulis, tahun
terbit, dan nomor halaman yang dikutip. 1986 76 11.925
Catatan kaki (footnote) berisi penjelasan
tentang teks dan diketik di bagian bawah Sumber: Bappeda Tk.I Lampung, 1992.
dari lembar teks yang dijelaskan. Khusus
untuk sumber internet diletakkan di Penyajian instrumen pendukung
footnote. dimaksudkan sebagai sarana informasi
dalam melengkapi dan mendukung
3. Instrumen Pendukung (Albertus Extra deskripsi tulisan. Semua unsur dalam
Bold 10) instrumen pendukung dapat terbaca dengan
Instrumen pendukung dapat berupa jelas.
gambar, foto, grafik, bagan, tabel, dan
sebagainya. D. PENUTUP (Albertus Extra Bold 10,
spasi 1)
a. Instrumen Foto Penutup, memuat simpulan dan
(Albertus Extra Bold 10) saran. Unsur-unsur dalam penutup tersebut
Untuk instrumen pendukung berupa tidak perlu dieksplisitkan.
foto, keterangan dan sumber dicantumkan
di bawah foto. Penulisannya menggunakan
huruf kapital di awal judul. UCAPAN TERIMA KASIH (Albertus
Contoh foto: Extra Bold 10, spasi 1)
Ucapan terima kasih kepada pihak
atau institusi yang secara signifikan
membantu penelitian. Dalam hal ini
dinyatakan nama, tempat kerja, dan jenis
bantuan yang diberikan. Ucapan terima
kasih sifatnya tidak wajib.

DAFTAR SUMBER
(Albertus Extra Bold 10, spasi 1)
Jumlah acuan sumber minimal
Gambar 5. Piduduk sepuluh, terdiri atas 80 persen sumber
Sumber: Wajidi, 2014.
primer (antara lain: jurnal, skripsi, tesis,
dan disertasi) dan 20 persen sumber
b. Instrumen Tabel
(Albertus Extra Bold 10) sekunder dan diwajibkan menggunakan
Untuk instrumen pendukung berupa lima sumber terbaru (sepuluh tahun
tabel, judul tabel dicantumkan di atas. terakhir). Derajat kebaruan tulisan yang
Adapun sumber tabel dicantumkan di diacu dengan melihat proporsi terbitan
bawah tabel. Tabel hanya menggunakan mutakhir merupakan tolok ukur mutu
garis horizontal. Contoh Tabel: berkala ilmiah yang penting. Hal tersebut
merupakan bagian dari state of the art ilmu
Judul Artikel… (nama penulis)

dan kebaruan temuan bagi ilmu (novelties, Bunga Rampai Kehidupan Sosial
new to science). Budaya Masyarakat Sumedang.
Bandung: Balai Pelestarian Nilai
1. Jurnal, Makalah, Laporan Budaya Bandung.
Penelitian, Skripsi, dan Tesis
(Albertus Extra Bold 10, spasi 1) 3. Surat Kabar dan Majalah
Abdalla, Ulil Abshar.
Penulisan daftar sumber menggunakan huruf “Serat Centhini, Sinkretisme Islam dan
Times New Roman, Ukuran 10. Untuk sumber Dunia Jawa”. Kompas, 4 Agustus 2000,
berupa blog/internet tidak dapat dijadikan hlm. 27.
rujukan utama.
4. Internet
Anatona. “Antara Buruh dan Budak: Nasib Hardjasaputra, A. Sobana. “Dinamika
Kuli Kontrak Perkebunan di Sumatera Kehidupan Sosial Ekonomi di Priangan
Timur pada Akhir Abad ke-19 Hingga 1870-1906”,diaksesdari http://resources
Awal Abad ke-20”, Makalah dalam .unpad.ac.id, tanggal 24 April 2011,
Konferensi Nasional Sejarah IX, Pukul 9.14 WIB.
Jakarta, 5-7 Juli 2011.

Damayanti, S. 2000. 5. Sumber Lisan/Informan


Perbandingan Ibing Pencak Silat dan Kherustika, Zuraida (53 tahun). 2012.
Pencak Silat Gaya Cimande dan Gaya Kepala Museum Negeri Provinsi
Cikalong dan Sanggar Pager Kencana Lampung Ruwa Jurai. Wawancara,
dan Sanggar Panglipur Bandung. Bandar Lampung, 26 November 2012.
Skripsi. Bandung: FPBS UPI. Kuswandi Md (68 tahun). 2013.
Purnama, Yuzar. “Fungsi dan Simbol Batik Pensiunan Sekretaris Direksi PTPN
VIII. Wawancara, Bandung, 18 Juni
Khas Lampung” dalam Patanjala Vol. 5
2013.
No. 3. September 2013. Hlm. 505-519.
Somantri, Ria Andayani dan Nina Merlina. Catatan:
“Upacara Baritan pada Masyarakat  Redaksi menerima artikel hasil
Betawi di Jakarta Timur” dalam penelitian sejarah dan nilai budaya di
Patanjala Vol. 6 No. 3. September wilayah kerja BPNB Jawa Barat (Jawa
2014. Hlm. 381-396. Barat, DKI Jakarta, Banten, dan
Lampung) khususnya, dan umumnya
2. Buku di Indonesia.
Ekadjati, Edi S. 1984.  Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia
Masyarakat Sunda dan Kebudayaan. atau bahasa Inggris dan ditik 1 spasi.
Jakarta: Girimukti Pusaka. Banyaknya halaman adalah 16
(termasuk daftar sumber) dan dicetak
Lubis, Nina H., Ade Makmur, Abdurrachman, pada kertas A4, dengan ketentuan
Patji, Awaludin Nugraha. 2003. sebagai berikut: jenis huruf Times New
Kota Bontang Sejarah Ekonomi. Roman ukuran 11, margin kiri 4 cm,
Bandung: Satya Historika. margin kanan 3 cm, margin atas 4 cm,
margin bawah 3 cm. Jumlah halaman
Scott, James C. 1993. tersebut dalam format template (2
Perlawanan Kaum Tani. Jakarta: column). Tiap alinea menjorok 10
Yayasan Obor Indonesia. ketukan spasi atau satu ketukan tab.

Thee, Kian Wie. 1981.  Penulis dapat melakukan copy-paste


Pemerataan Kemiskinan Ketimpangan. artikel ke dalam template Panduan
Jakarta: Sinar Harapan. Jurnal Patanjala terbaru. Bagian yang
di-copy dari artikel kemudian di-paste
Muhsin, Mumuh dan Bambang Rudito (eds).
2014.
Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 1 - 16

special, dan pilih menu unformatted


text. File template disediakan redaksi.

 Untuk penulisan nama-nama lokal yang


belum terdaftar KBBI (upacara,
permainan, judul, kesenian, lagu)
menggunakan huruf kecil dan miring.
 Artikel yang masuk akan diedit oleh
Dewan Redaksi terkait dengan format
penulisan dan ditinjau substansinya
oleh Mitra Bestari yang sesuai dengan
kepakarannya. Dewan Redaksi berhak
menolak artikel yang formatnya
tidak sesuai dengan pedoman
penulisan, gaya selingkung dan
substansinya tidak memenuhi syarat
berdasarkan hasil telaah Mitra Bestari.
 Penulis melampirkan biodata meliputi:
nama, tempat/tanggal lahir, pendidikan
terakhir, jabatan fungsional dalam
instansi, 3 (tiga) judul hasil penelitian
dalam 3 tahun terakhir. Biodata
dilengkapi pasfoto yang diserahkan
dalam bentuk file.

Anda mungkin juga menyukai