Anda di halaman 1dari 11

ANGGOTA KELOMPOK :

1.DAFIDH MOHAMMAD ELVAN

2.KIKI GRACIA

3.

JUDUL : BUDAYA LOKAL NUSANTARA

SEKOLAH : SMAN 14 PADANG

MATA PELAJARAN: PRAKARYA KEWIRAUSAHAAN


SEJARAH DAN BUDAYA MINANGKABAU

1.RENDANG

Asal-usul rendang padang ditelusuri berasal dari Sumatera,


khususnya Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, rendang sudah ada
sejak dahulu dan telah menjadi masakan tradisi yang dihidangkan dalam
berbagai acara adat dan hidangan keseharian. Sebagai masakan tradisi,
rendang diduga telah lahir sejak orang Minang menggelar acara adat
pertamanya. Rendang merupakan masakan/makanan khas daerah
Sumatera Barat. Kini rendang sudah terkenal di seluruh Indonesia
bahkan kelezatannya sudah sampai ke dunia International. Hal ini
terbukti dengan dinobatkannya rendang “Sumatera Barat” sebagai
makanan paling lezat di dunia oleh survei yang dilakukan oleh
CNN. similar websites Bahkan, Burger King pernah membuat Rendang
Burger pada tahun 1987.

Sejarah Asal-Usul Masakan/Makanan Rendang


Dari mana asal-usul masakan rendang? Catatan mengenai rendang
sebagai kuliner tradisional Minang mulai ditulis secara massif pada awal
abad ke-19. Namun, menurut sejarawan dari Universitas Andalas,
Padang, Gusti Asnan, rendang patut diduga telah ada sejak abad ke-16.

Ia menjelaskan beberapa literatur yang tertulis di abad ke-19


menyatakan, masyarakat Minang di wilayah darek (darat) biasa
melakukan perjalanan menuju Selat Malaka hingga ke Singapura yang
makan waktu sekitar satu bulan melewati sungai. Karena sepanjang
perjalanan tidak ada perkampungan, para perantau menyiapkan bekal
makanan yang tahan lama, yaitu rendang.

Berdasarkan penafsiran sejarah, Gusti menduga, cara yang sama


dilakukan orang Minang pada abad ke-16 ketika meneroka (membuka
kampung baru) di pantai timur Sumatera hingga Malaka, Malaysia, dan
Singapura. ”Ada kemungkinan, masakan tahan lama seperti rendang
sudah ada pada saat itu. Pada masa itu, perjalanan bisa makan waktu
berbulan-bulan,” ujarnya.

Gusti menyebutkan, catatan Kolonel Stuers juga menulis tentang kuliner


dan sastra pada 1827. Catatan itu, katanya, banyak memunculkan
secara implisit deskripsi tentang alam, budaya dan kearifan lokal, serta
tradisi yang identik dengan Minang. Kuliner yang tertulis secara implisit
pun diduga kuat mengarah pada rendang. Dalam sumber-sumber
Belanda pernah muncul istilah makanan yang dihitamkan dan
dihanguskan, yang dapat ditafsirkanmerupakan teknik pengawetan.

Menurut Gusti, dulu masyarakat tradisional mengawetkan makanan


menggunakan metode pengasapan dan pengeringan. Pengasapan dan
pengeringan dilakukan dengan memasak demikian lama. ”Rendang
kalau dilihat dari proses pembuatannya memang memasak dalam waktu
lama sampai kuahnya kering,” katanya. Rendang sendiri berasal dari
kata ”merandang”, memasak santan kelapa sampai mengering
perlahan.
2.PACU JAWI

Pacu berarti lomba kecepatan dan Jawi maksudnya Sapi atau


Lembu. Di Sumatera Barat sapi biasa disebut dengan Jawi.
Kegiatan Pacu Jawi merupakan acara permainan tradisional anak
nagari (desa) yang lahir dan berkembang di Kabupaten Tanah Datar
Propinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini hanya ada di Kabupaten Tanah
Datar dan sedikit di Kabupaten 50 Kota. Di Kabupaten Tanah Datar-pun
hanya pada empat kecamatan, yaitu Kecamatan Pariangan, Kecamatan
Rambatan, Kecamatan Lima Kaum dan Kecamatan Sungai Tarab.

Kegiatan pacu jawi telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan menjadi
sarana hiburan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat setempat. Pada
kegiatan ini juga dipadukan dengan tradisi masyarakat berupa arak-
arakan (pawai) pembawa dulang/jamba yang berisi makanan dan arak-
arakan jawi-jawi terbaik yag didandani dengan asesories berupa
suntiang serta pakaian. Biasanya acara tradisi ini diselenggarakan pada
minggu ke-IV atau pada waktu penutupan pacu jawi dan menjadi
perhelatan yang besar di daerah itu. Pada waktu itu juga diadakan
prosesi adat oleh para tetua adat serta berbagai permainan seni budaya
tradisional.
Di arena pacu jawi juga bertumbuhan warung nasi yang menjual kopi
daun, para pedagang kaki lima serta arena permainan anak-anak
sehingga lokasi itu terlihat seperti pasar. Pada waktu itulah masyarakat
bergembira ria menyaksikan jawi-jawi kesayangan mereka berpacu, dan
setelah itu mereka makan di warung-warung dengan makanan spesifik
gulai kambing dan kopi daun.

Pelaksanaan alek pacu jawi di Kabupaten Tanah Datar dilaksanakan


secara bergiliran pada empat kecamatan. Satu kali putaran lomba
biasanya empat minggu, ada yang setiap hari Rabu dan ada pula pada
setiap hari Sabtu. Acara dilakukan di sawah milik masyarakat setelah
selesai masa panen dan tempatnya tidak tetap pada satu lokasi saja. Bila
kegiatan diadakan pada satu kecamatan maka peserta dari kecamatan
lain akan berdatangan. Dalam satu masa perlombaan, jumlah jawi yang
berpacu mencapai 500 hingga 800 ekor.
Pacu jawi diikuti oleh jawi secara berpasangan yang dikendalikan oleh
seorang anak joki yang berpegangan pada tangkai bajak. Anak joki
dengan tidak memakai alas kaki ikut berlari bersama jawinya di dalam
sawah yang penuh lumpur dan air. Acaranya berlansung mulai pukul
sepuluh pagi hingga pukul lima sore. Pada waktu perlombaan
berlansung kadangkala juga terjadi transaksi jual beli jawi oleh para
pedagang dan pemilik jawi. Biasanya jawi yang telah sering
memenangkan lomba akan naik harganya hingga dua kali lipat. Jawi
pemenang itu akan menjadi kebanggaan bagi pemiliknya dan diincar
oleh banyak orang. Itupun menjadi lambang prestise.

Banyak orang yang belum tahu bagaimana cara penilaian jawi terbaik
yang menjadi pemenangnya. Teknis penilaian inipun penuh filosofi dan
nilai-nilai yang baik. Adapun jawi terbaik adalah jawi yang dapat
berjalan lurus tidak miring dan tidak melenceng ke mana-mana. Dan
akan lebih baik lagi apabila jawi tersebut dapat menuntun temannya
berjalan lurus. Berarti jawi itu sehat dan tubuhnya kokoh kuat. Biasanya
dalam satu perlombaan akan terlihat jawi yang berjalan lurus dan yang
tidak, bahkan ada yang sampai masuk ke sawah lain. Jadi yang dinilai
bukan hanya kencang larinya dan bukan bentuk struktur tubuhnya saja.
Filosofinya jawi saja harus berjalan lurus apalagi manusia. Dan manusia
yang bisa berjalan lurus tentu akan tinggi nilainya, itulah pemenangnya.
Beberapa manfaat dari pelaksanaan pacu jawi adalah :

1. Sebagai wadah untuk meningkatkan harga jual jawi sehingga dapat


meningkatkan perekonomian peternak. Kemunian juga sebagai
media untuk meningkatkan kesehatan jawi karena jawinya akan
sehat setelah berpacu,
2. Pada acara pacu jawi banyak bermuncullan para pedagang
sehingga meningkatkan perputaran roda ekonomi yang dapat pula
meningkatkan perekonomian masyarakat,
3. Acara pacu jawi menjadi sarana sosialisasi dan hiburan bagi
masyarakat yang selalu ditunggu-tunggu,
4. Sebagai alek tradisi masyarakat dimana akan terjadi prosesi adat
sebagai aktualisasi nilai-nilai adat di tengah-tengah masyarakat.

Pemerintah Kabupaten Tanah Datar secara konsisten membina dan


mempertahankan kegiatan pacu jawi ini sesuai tradisi dan kebiasaan
masyarakat. Pemerintah lebih banyak memfasilitasi ataupun membantu
mengemas acara ini menjadi lebih baik sehingga bisa dipromosikan dan
dijual kepada para wisatawan nusantara dan mancanegara. Sebagai
organisasi pengelolanya pada masyarakat sudah ada PORWI (Persatuan
Olah Raga Pacu Jawi) yang ada pada tingkat kabupaten, kecamatan
hingga nagari (desa). PORWI inilah yang mengkoordinir jadwal
pelaksanaan secara bergiliran.

Kabupaten Tanah Datar dengan ibukotanya Batusangkar adalah salah


satu dari 19 kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Barat. Kabupaten
Tanah Datar disebut juga dengan Luhak Nan Tuo atau daerah tertua
karena dari sinilah asal usul etnis dan budaya Minangkabau, yaitu
tepatnya dari Nagari Tuo Pariangan. Sedangkan Batusangkar dikenal
sebagai Kota Budaya karena di kota ini sangat banyak peninggalan
budaya Minangkabau. Batusangkar juga dikenal sebagai pusat Kerajaan
Pagaruyung dengan terdapatnya Istano Basa Pagaruyung dengan
berbagai macam peninggalan bersejarah. Di Tanah Datar terdapat Istano
Silinduang Bulan, rumah tuo Balimbiang, kuburan panjang, balairung
sari Tabek, batu angkek-angkek, batu batikam, batu basurek, lukah gilo,
debus dan lain sebagainya. Jadi daerah ini dapat disebut sebagai “Old
Country” .

Batusangkar terletak sekitar 100 Km dari Kota Padang ibukota Sumatera


Barat dan 75 Km dari Bandara Internasional Minangkabau. Batusangkar
terletak di tengah-tengah Propinsi Sumatera Barat, terletak 40 Km dari
Bukittinggi, 30 Km dari Padang Panjang, 50 Km dari Solok, 40 Km dari
Payakumbuh, 40 Km dari Sawahlunto dan 40 Km dari Sijunjung.
Pemndangan alamnya sangat indah, terdapat dua buah gunung, yaitu
gunung Singgalang dan Merapi. Juga mempunyai sebuah danau, yakni
Danau Singkarak. Di Tanah Datar terdapat sebuah hotel berbintang satu
dan beberapa buah hotel melati.
3. TABUIK

MENURUT sejarah, Tabuik berasal dari orang India yang


bergabung dalam pasukan Islam Thamil di Bengkulu tahun 1826, di
bawah kekuasaan Thomas Stamford Rafles dari kerajaan Inggris.
Setelah perjanjian London 17 Maret tahun 1829, Bengkulu dikuasai oleh
Belanda dan Inggris menguasai Singapura. Hal itu menyebabkan
pasukan Islam Thamil Bengkulu akhirnya menyebar, diantaranya ada
yang sampai ke Pariaman.

Bagindo Zamzami, salah seorang perantau Pariaman yang menetap di


Sulawesi Selatan, kepada minangkabauonline, belum lama ini,
memaparkan, di Pariaman tradisi merayakan Tabuik tetap diadakan
dengan mengelar ritual kisah kematian tragis Hasan dan Hosein cucu
dari Nabi Muhammad. SAW dalam perang karbala. Sejak itulah
perayaan Tabuik mulai membudaya dan terus digelar hingga menjadi
budaya masyarakat Pariaman.
Adapun sakral dari prosesi Tabuik Pariaman, pada dasarnya untuk
memperingati peristiwa Hasan dan Hosein yang mati mengenaskan atas
kekejaman raja zalim.
Alkisah diriwayatkan bahwa atas kebesaran Allah SWT, secara
mengejutkan jenazah Hosein diangkat ke langit dengan mengunakan
bouraq. Sejenis hewan berbadan seperti kuda berkepala manusia serta
mempunyai sayap lebar dengan mengusung peti jenazah pada
pundaknya, berhiyas payung mahkota warna - warni. Itulah yang
dinamakan Tabuik.
Selanjutnya, perkembangan ritual pesta budaya Tabuik Pariaman dalam
beberapa episode lebih mengarah bagi penunjang prospek
kepariwisataan.
Beberapa hari sebelum pesta Tabuik dimulai, terlebih dahulu masing -
masing rumah mendirikan sebuah tempat yang dilingkari dengan bahan
alami (pimpiang) empat persegi dan di dalamnya diberi tanda sebagai
kiasan bercorak makam yang dinamakan Daraga. Fungsi daraga adalah
sebagai pusat dan tempat alat ritual, merupakan tempat pelaksanaan
maatam.

Aktivitas mengambil tanah dilakukan pada petang hari tanggal 1


Muharam. Pengambilan tanah tersebut dilakukan dengan suatu arak -
arakan yang dimeriahkan bebunyian gandang tasa. Mengambil tanah
dilaksanakan oleh dua kelompok Tabuik yaitu kelompok Tabuik Pasa
dan kelompok Tabuik Subarang.
Masing-masing kelompok mengambil tanah pada tempat (anak sungai)
yang berbeda dan berlawanan arah. Tabuik Pasa berada di desa
Pauah, sedangkan Tabuik Subarang berada di desa Alai Galombang
yang berjarak lebih kurang 600 meter dari rumah Tabuik.

Pengambilan tanah dilakukan oleh seorang laki-laki berjubah putih,


melambangkan kejujuran Hosen. Tanah itu dibawa ke daraga sebagai
simbol kuburan Hosen.
Pada tanggal 5 Muharram dilaksanakan penebangan batang pisang. Ini
sebuah cerminan dari ketajaman pedang yang digunakan dalam perang
menuntut balas atas, kematian Hosen. Penebangan batang pisang
dilakukan oleh seorang laki-laki dengan berpakaian silat. Batang pisang
tersebut harus putus sekali pancung.
Tanggal 7 Muharam dilakukan prosesi maatam. Kegiatan ini dilakukan
selesai sholat Dzuhur oleh pihak keluarga penghuni rumah Tabuik.
Secara beriringan mereka berjalan mengelilingi daraga sambil
membawa peralatan Tabuik seperti jari-jari, sorban, pedang sambil
menangis. Sebagai pertanda kesedihan yang dalam atas kematian
Hosein.
Pada tanggal yang sama ada tradisi maarak panja merupakan kegiatan
tiruan membawa jari tangan Hosein yang tercincang untuk
diinformasikan kepada masyarakat bukti kekejaman seorang raja yang
zalim. Peristiwa itu dimeriahkan dengan hoyak Tabuik lenong, sebuah
Tabuik berukuran kecil yang diletakkan diatas kepala seorang laki-laki
sambil diiringi oleh gandang tasa.
Peristiwa maarak saroban dilakukan tanggal 8 muharram, bertujuan
mengabarkan kepada anggota masyarakat ihwal penutup kepala Hosein
yang terbunuh dalam perang karbala. Hampir serupa dengan peristiwa
maarak panja, kegiatan ini juga diiringi dengan membawa miniatur
Tabuik lenong dan gemuruh gandang tasa sambil bersorak sorai.

Pada dinihari tanggal 10 muharram menjelang fajar, dua bahagian


Tabuik yang telah siap dibangun di pondok pembuatan Tabuik mulai
disatukan menjadi Tabuik utuh. Peristiwa ini diberi nama Tabuik naik
pangkat, selanjutnya seiring matahari terbit, Tabuik diarak ke jalan,
dihoyak sepanjang hari tanggal 10 muharram setiap tahunnya.

Tanggal 10 Muharam dari jam 09.00 WIB, Tabuik Pasa dan Tabuik
Subarang disuguhkan pada pengunjung pesta Tabuik sebagai hakekat
peristiwa perang karbala dalam sejarah Islam.
Acara hoyak Tabuik akan berlangsung hingga sore hari. Secara
perlahan Tabuik diusung menuju pinggir pantai seiring turunnya
matahari.

Tepat pukul 18.00 WIB, senja hari, tatkala sunset memancarkan sinar
merah tembaga, akhirnya masing-masing Tabuik dilemparkan ke laut
oleh kelompok anak nagari Pasa dan Subarang di tengah kerumunan
pengunjung dari seluruh nusantara, bahkan dari mancanegara, yang
hanyut oleh rasa haru.
4.RANDAI

Randai adalah salah satu permainan tradisional


di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan
membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan,
sambil menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-
gantian. Randai menggabungkan
seni lagu, musik, tari, drama dan silatmenjadi satu.
Randai dipimpin oleh satu orang yang biasa disebut tukang goreh, yang
mana selain ikut serta bergerak dalam lingkaran legaran ia juga memiliki
tugas yang sangat penting lainya yaitu mengeluarkan teriakan khas
misalnya hep tah tih untuk menentuak cepat atau lambatnya tempo
gerakan dalam tiap gerakan. Tujuannya agar Randai yang dimainkan
terlihat rempak dan menarik serta indah dimata penonton Randai
tersebut. Biasanya dalam satu group Randai memiliki tukang goreh lebih
dari satu, yang tujuannya untuk mengantisipasi jika tukang goreh utama
kelelahan atau kemungkinan buruk lainnya, karena untuk menuntaskan
satu cerita Randai saja bisa menghabiskan 1 hingga 5 jam bahkan lebih.
Cerita randai biasanya diambil dari kenyataan hidup yang ada di tengah
masyarakat. Fungsi Randai sendiri adalah sebagai seni pertunjukan
hiburan yang didalamnya juga disampaikan pesan dan nasihat. Semua
gerakan randai dituntun oleh aba-aba salah seorang di antaranya, yang
disebut dengan janang[1].
Randai dalam sejarah Minangkabau memiliki sejarah yang lumayan
panjang. Konon kabarnya ia sempat dimainkan oleh
masyarakat Pariangan, Tanah Datar ketika mesyarakat tersebut berhasil
menangkap rusa yang keluar dari laut. Randai dalam masyarakat
Minangkabau adalah suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa
orang dalam artian berkelompok atau beregu, di mana dalam Randai ini
ada cerita yang dibawakan, seperti cerita Cindua Mato, Malin
Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Randai ini
bertujuan untuk menghibur masyarakat yang biasanya diadakan pada
saat pesta rakyat atau pada hari raya Idul Fitri.
Pada awalnya Randai adalah media untuk
menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang
didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari gerakan-
gerakan silat Minangkabau. Namun dalam perkembangannya, Randai
mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara,
seperti kelompok Dardanela.
Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan bertugas
menyampaikan cerita, pemeran utama ini bisa berjumlah satu orang,
dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan,
dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama
dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk
menyemarakkan berlansungnya acara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai