Anda di halaman 1dari 5

UPACARA ADAT SISINGAAN DI JAWA BARAT

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2F1001indonesia.net%2Fsisingaan-cara-
kreatif-masyarakat-subang-untuk-menyindir-penjajah-inggris%2F&psig=AOvVaw3k3SfSvPj7y-
eukTWvjNNz&ust=1693191025771000&source=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=2ahUKEw
jPwaWe6vuAAxVammMGHaLfDVwQr4kDegQIA

Sisinggaan merupakan yaitu kesenian Subang biasanya dilakukan saat melawan


penjajah. Dan merupakan tradisi yang berasal dari Subang, Jawa Barat. Sisingaan biasa disebut
simbol pelecehan kepada penjajah bahwa rakyat Subang tidak takut untuk melawan penjajah.
Dan sering ditampilkan untuk acara khusus, seperti acara khitanan anak, menerima tamu
kehormatan,acara hari besar. Subang salah satu daerah yang kaya akan sumber daya alam
didaerah Jawa Barat. Lambang Negara masyarakat Subang dikenal dengan Crown atau Mahkota
kerajaan,.

Pada saat yang sama Subang juga dikuasai oleh inggris dan mereka memperkenalkan
simbol negaranya yaitu Singa. Jadi saat itu Subang secara admintrasi dikuasai oleh dua partai,
secara politik dikuasai Belanda dan secara ekonomi dikuasai inggris. Hal ini meyebabkan rakyat
Subang tertekan secara poltik, ekonomi, sosial, dan budaya. Yang memunculkan perlawanan
terhadap penjajah Belanda dan Inggris , sikap ini terus diekspresikan terselubung melalui
sindiran, perumpamaan, dan penokohan. Salah satunya adalah penciptaan karya seni sisingaan
yang melambangkan perasaan tidak puas dan upaya memberontak terhadap penjajah.
Kesenian ini diciptakan secara sederhana dan diimprovisasikan dengan tujuan untuk menghibur
anak anak adat pada saat upacara khitanan.
Perihal asal usul Kesenian Sisingaan, ada beberapa pendapat. Pendapat pertama
mengatakan bahwa lahirnya kesenian Sisingaan terkait erat dengan situasi sosial politik pada
masa kolonial, yaitu ketika wilayah Subang dijajah dan diduduki oleh pemerintah kolonial
Hindia Belanda dan selanjutnya ketika wilayah Subang menjadi daerah perkebunan yang
dikuasai secara bergantian oleh para penguasa tuan tanah berbangsa Belanda dan Inggris.
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/sisingaan-kesenian-tradisional-kabupaten-
subang/

Sisingaan ini didirikan tahun 1857 oleh Demang Mas Tanudireja. beberapa ahli seni
mengangap Ciherang sebagai asal daerah kesenian Sisingaan, sebelum tahun 1860 Ciherang ini
merupakan sebuah kademangan. Hasil penelitian ini memperoleh keterangan orang orang atau
para pejabat setempat mengenai kesenian sisingaan ini Tahun 1910 Lurah Sayung terpilih
untuk menjadi lurah ketiga di Desa Cigadung, Lurah Sayung diarak keliling desa sebagai rasa
kegembiraan masyarakat dan dirinya karna terpilih menjadi lurah. Pada tahun 1920 Patih
Oman, pensiun pemda Kabupaten Subang memberitahu pada saat masa kanak kanaknya ia
dikhitan dan diarak dengan menunggang sisingaan,Tahun 1927 O.Suparno pensiunan Kantor
Veteran juga bercerita pada saat kecil ia dikhitan dan diarak keliling kampung. Dari cerita itu
kesimpulannya kesenian sisingaan sudah ada sebelum tahun 1910 dan Demang Mas Tanudreja
menyatakan bahwa kesenian sisingaan sudah ada pada tahun 1857.

Pendapat kedua mengatakan lahirnya kesenian sisingaan melalui rekontruksi sejarah


pengusahaan kekuasaan daerah Subang dari pihak swasta asing (Belanda dan Inggris) melalui
gambaran situasi situasi yang berlangsung pada setiap periode. Armin Asdi di dalam
makalahnya yang berjudul Seni Sisingaan dan Perkembangannya, mengelompokkan masa
perkebunan diantara nya:

-Daerah Subang (P&T Land) dikuasai Inggris pada tahun 1812-1839

-Daerah Subang dikuasai Belanda pada tahun 1840-1911

-Daerah Subang dikuasai lagi oleh Inggris pada tahun 1911-1954

Pada periode pertama, daerah Subang dikuasai oleh orang-orang Inggris yaitu
J.Sharpnell dan Muntinghe yang kemudian Mutinghe menjual tanahnya kepada J.Sharpnell dan
Slekton. Ketika itu perkebunan P and T Land belum begitu berarti. Daerah pantainya berawa
rawa, datarannya dipenuhi semak -semak dan daerah gunungnya merupakan hutan belantara.
Daerah ini ketika itu tidak dikelola secara sungguh-sungguh. Penghasilan tuan tanah hanyalah
dari pajak bumi penduduk yang masih sangat jarang. Dengan kondisi yang seperti itu kecil sekali
kemungkinannya untuk dapat melahirkan suatu karya seni yang besar dan penuh makna seperti
kesenian Sisingaan. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/sisingaan-kesenian-
tradisional-kabupaten-subang/
Abad kedua adalah masa penguasaan oleh pihak swasta Belanda dan perkebunan P&T
Land. Pada tahun 1840 saat keluarga Hoffland menjadi pemilik P&T Land, Perkebunan ini mulai
dikelola secara sungguh sungguh ,sehingga menghasilkan tanaman yang laku keras di pasaran
dunia seperti teh, coklat,karet,kina dan juga merica.

Pada abad selanjutnya, yaitu tahun 1911-1954 P&T Land dikuasai Inggris lagi. Dan pada
waktu itu situasi tengah dibakar oleh rasa semangat perjuangan yang disalurkan dari
organisaasi – organisasi badan perjuangan dan disebut tumbuh sarekat islam , pada tahun 1911
terbentuknya organisasi yang diterima dimasa rakyat jelata dan pada umumnya memiliki latar
belakang agama dan juga persamaan nasib. Dan di Subang pada saat itu sedang dikuasai oleh
owner perkebunan P&T Land dan menjadi daerah aman untuk upaya pelarian tokoh tokoh
politik selama kegiatan itu tidak merugikan perusahaan. Pada saat itu daerah Subang mulai
banyak timbul pergerakan politik .

Dalam kesenian sisingaan terdapat pesan pesan perjuangan, dan mungkin saja kesenian
sisingaan ini berkembang pada abad ini dan belum dapat dipastikan kapan kesenIaan ini lahir.
kemungkinan besar pada periode ketiga kesenian sisingaan mulai lahir. Pendapat ini dijadikan
pengetahuan umum melalui masyarakat luas, bahwa kesenian sisingaan adalah bentuk
perlawanan rakyat Subang terhadap penjajah yang diekspresikan dalam bentuk kesenian
sisingaan.

Pendapat lainnya tentang asal usul Sisingaan yaitu seorang seniman akademisi bernama
Mas Nanu Munajar yang berasal dari Subang , ia memperkenalkan bahwa Kesenian Sisingaan
berawal dari kesenian Odong-Odong yang mempunyai fungsi dan makna ritual. Mas Nanu
Munajar jauh sebelum agama agama besar masuk, rakyat Subang telah mempunyai tradisi dan
berkaitan dengan kegiatan pertanian yang disebut Odong-Odong. Kegiatan yang dimaksud yaitu
kepercayaan yang mengagungkan padi dan para leluhur juga kekuatan kekuatan supranatural.
Tradisi odong-odong dimulai dengan mengarak sesuatu benda yang dibentuk seupa dengan
binatang tertentu dan diikuti dengan suara “surak’’ yaitu tepuk tangan bersama. dengan meniru
bentuk bentuk bintang tertentu ini merupakan ekspesi kepercayaan ‘’ totenisme ‘’
(kepercayaan dan penghormatan hewan tertentu).

Seiringnya perkembangan zaman, kesenian odong- odong mulai mengalami


perkembangan dan mengakibatkan lahirnya kesenian kesenian lainnya seperti Kesenian
Mamanukan, Kukudaan, atau Kuda Semprani dan juga Sisingaan. Pendapat lain mengatakan
jika pemberian nama Sisingaan itu sendiri batu muncul pada tahun 1989. Saat itu, kabupaten
Subang disuruh untuk mengirimkan misi keseniannya ke Taman Mini Indonesia Indah. dan
seniman Subang pada saat itu belum mempunyai nama untuk kesenian Odong- Odong. Pada
akhirnya ketika forum seminar yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Subang pada tahun 1989, dan ditetapkan nama Kesenian Sisingaan sebagai kesenian
yang berasal dari Kabupaten Subang untuk ditunjukan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Sejak didirikan hingga saat ini, Sisinggaan adalah singa abrug. Singa abrug merupakan
permainan paralel yang dimainkan oleh pemain aktif, Maka patung singa yang seadang bermain
akan diadukan . Sisingaan sangat sederhana , wajah dan kepala singa terbuat dari kayu ringan.
Rambut Sisingaan terbuat dari bunga, daun kaso atau daun pinus. Setelah itu badan Sisingaan
dibuat menggunakan carangka ( kerjinan anyaman dari bambu) yang dilapisi karung goni.
Carangka dibuat dari kayu yang utuh atau kayu gelendongan, Dan usungan bambu dipukul 4
orang.

Penari pengusung Sisiangan akan mulai permainan dengan gerakan antara lain, pasang
kuda kuda, bangkaret, ancang -ancang, gugulingan, sepakan dua, langkah mundur, kael,
mincid,ewag, jeblag, putar taktak, gendong singa, nanggeuy singa, angkat jungjung, ngolencer,
lambang, pasagi tilu, melak cau, ninjak rancatan, dan kakapalan. Sisingaan akan terus
mengelilingi kampong, desa, atau jalan kota, sampai tiba pada tempat semula. Pada
perkembangannya musik pengiring lebih dinamis dan melahirkan musik genjring bonyok dan
juda tadrug. https://bandung.kompas.com/read/2022/12/07/070000478/mengenal-sisingaan-tradisi-
asal-subang--sejarah-bahan-dan-makna?page=all

Kesenian sisingaan ini terdiri dari delapan orang pembawa, sepasang patung sisingaan,
seorang waditra (alat musik), nayaga ( penabuh gamelan), dan seorang sinden. Setiap patung
sisingaan akan dibawa oleh empat orang dan satu orang penunggangnya, para pemain
sisingaan harus mempunyai keterampilan khusus karena pemain mempunyai semangat tim
dengan tujuan para pengusung patung singa dapat melakukan gerakan yang selaras antara
musik dan tarian. Peserta dalam kesenian Sisinggan ini masing masing memiliki makna sendiri,
dalam empat orang pengusung menggambarkan masyrakat Subang yang ditindas penjajah,
dua patung singa yang menggambarkan penjajah Belanda dan Inggris , penunggang Sisingaan
menggambarkan generasi muda yang berusaha mengusir penjajah dan nayaga menggambarkan
masyarakat Subang yang senang karna berhasil memotivasi generasi muda. Masyarakat subang
mempercayai keseniaan Sisinggan sangat berperan didalam diri mereka dan dapat
meningkatkan ekonomi masyarakat Subang dan juga merupakan wujud keselamatan dan rasa
syukur atas rezeki yang dianugrahkan oleh tuhan.

Anda mungkin juga menyukai