“suku minang”
Nama kelomok:
Ghinaa mardhiyyah
Jidhan ramadhani
Leni Oktavia
Suku minang
Suku Minangkabau atau Minang (seringkali disebut Orang Padang)
adalah suku yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat. Suku ini
terkenal karena adatnya yang matrilineal, walau orang-orang
Minang sangat kuat memeluk agama Islam. Adat basandi syara',
syara' basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum, hukum
bersendikan Al Qur'an) merupakan cerminan adat Minang yang
berlandaskan Islam.
Suku Minang terutama menonjol dalam bidang pendidikan dan
perdagangan. Lebih dari separuh jumlah keseluruhan anggota
suku ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada
umumnya bermukim di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung,
Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, dan Surabaya.
Untuk di luar wilayah Indonesia, suku Minang banyak terdapat di
digemari.
• Suku Simabua
• Suku Bendang
• Suku Salo
• Suku Melayu (Minang)
• Suku Singkuang atau Suku
• Suku Guci
Singkawang
• Suku Kutianyie atau Suku Koto
Anyie
• Suku Kampai
• Suku Payobada
• Suku Mandaliko
Etimologi
1. Bagian atas penutup kepala disebut dengan nama seluk atau destar.
Kerut-kerut yang terdapat pada penutup kepala ini melambangkan
banyaknya undang-undang yang perlu diketahui oleh penghulu.
Jumlah lanjar tergantung pada besar rumah. Biasanya jumlah lanjar adalah dua,
tiga clan empat. Jumlah ruangan biasanya terdiri dari jumlah yang ganjil antara
tiga dan sebelas. Ukuran rumah gadang tergantung kepada jumlah lanjarnya.
Sebagai rumah yang besar, maka di dalam rumah gadang itu terdapat bagian-bagian
yang mempunyai fungsi khusus. Bagian lain dari rumah gadang adalah bagian di
bawah lantai. Bagian ini disebut kolong dari rumah gadang. Kolong rumah gadang
cukup tinggi dan luas. Kolong ini biasanya dijadikan sebagai gudang alat-alat pertanian
atau dijadikan sebagai tempat perempuan bertenun. Seluruh bagian kolong ini
Dinding rumah gadang terbuat dari kayu, kecuali bagian belakang yang dari bambu.
Dinding papan dipasang vertikal. Pada setiap sambungan papan diberi bingkai. Semua
papan tersebut dipenuhi dengan ukiran. Kadang-kadang tiang yang ada di dalam juga
diukir. Sehingga, ukirang merupakan hiasan yang dominan dalam bangunan rumah
gadang Minangkabau. Ukiran disini tidak dikaitkan dengan kepercayaan yang bersifat
Dinding belakang disebut Dinding Sasak, karena pada masa lalu terbuat
dari bambu yang dianyam, dinding depan dan samping terbuat dari kayu
serta diukir. Berdirinya Rumah Gadang harus dilengkapi dengan
Rangkiang atau Lumbung Padi, terletak dihalaman depan dan samping,
yang berfungsi sosial dan ekonomi.
Rangkiang Minangkabau
Setiap rumah gadang di Minangkabau mempunyai rangkiang. Rangkiang
adalah bangunan yang merupakan tempat menyimpan padi milik kaum.
Rangkiang ini tegak berjejer di halaman depan rumah. Bentuk rangkiang
sesuai dengan gaya bangunan rumah gadang. Atap rangkiang juga
memiliki gonjong dan terbuat dari ikuk. Rangkiang memiliki pintu kecil
yang terletak di bagian atas dari salah satu dinding singkok (singkap).
Dinding singok adalah dinding segitiga pada bagian loteng dari rangkiang
tersebut. Untuk naik ke rangkiang digunakan tangga yang terbuat dari
bambu. Tangga ini dapat dipindahkan, bila tidak digunakan maka tangga
ini disimpan di bawah kolong rumah gadang.
Bentuk dan jenis rangkiang tersebut antara lain:
Sitinjau Lauik
Digunakan sebagai tempat menyimpan padi untuk dijual bagi
keperluan bersama atau pos pengeluaran adat. Bentuknya langsing,
bergonjong dan berukir dengan empat tiang, letaknya ditengah.
Sibayau-bayau
Digunakan untuk menyimpan padi makanan sehari-hari. Bentuknya
gemuk, bergonjong dan berukir dengan 6 tiang letaknya dikanan.
Sitangguang Lapa / Sitangka lapa
Digunakan untuk menyimpan padi untuk musim kemarau dan
membantu masyarakat miskin. Bentuknya bersegi, bergonjong dan
berukir dengan 4 tiang , letaknya sebelah kiri.
Kaciak / Kecil
Digunakan untuk menyimpan padi bibit dan untuk biaya mengolah
sawah. Bentuknya bundar, berukir dan tidak bergonjong, letaknya
diantara ketiga rangkaian tersebut.
Makanan khas minang
1.Randang(Rendang)
Randang adalah masakan tradisional khas Minang Sumatera Barat.
Merupakan masakan favorite hampir setiap orang yang datang ke Rumah
Makan padang. Randang terbuat dari daging sapi sebagai bahan utamanya.
Bahan-bahan utamanya adalah daging sapi (dagiang sapi), air parutan kelapa
(aia karambia), cabai (merah lado merah) dan bumbu-bumbu pemasak
lainnya (langkok-langkok tidak menggunakan kunyit agar tekstur daging
tidak rusak). Biasanya kelapa yang digunakan dalam jumlah yang banyak
(misalnya 4 kelapa untuk 1 kg daging sapi) agar rasa rendangnya lebih
manis dan mantabb...
Sekarang rendang bukan saja dari daging sapi, tetapi dari daging ayam, telur
dan buah nangka muda pun sering dibuat rendang oleh masyarakat Minang
Sumatera Barat.
Dalam acara adat Minang seperti Pernikahan, Khatam Al Qur'an, Sunatan,
dll. Rendang ini masakan Padang yang paling awet, bisa lebih dari dua bulan
asalkan dipanas kan secara rutin.Warnanya hitam dan aromanya yang khas.
Adapun filosofi dari masakan rendang ini
adalah Musyawarah yang terdiri dari empat
hal utama, yaitu:
a. Daging Sapi (dagiang sapi) lambang dari
Ninik Mamak (pemimpin suku adat)
b. Kelapa (karambia) lambang dari Cadiak
Pandai (Kaum Intelektual)
c. Cabai (Lado) lambang dari Alim Ulama.
Cabai rasanya pedas berarti Alim Ulama
yang tegas
mengajarkanagama Islam (syarak).
d. Pemasak (langkok-langkok/bumbu)
lambang dari keseluruhan masyarakat
Minangkabau.
2.DendengBalado
Dendeng Balado bahan utamanya adalah daging sapi yang diiris tipis
dan dikeringkan. Lalu digoreng dan diberi cabai merah (lado
merah). Bahan lainnya adalah bawang merah, bawang putih dan
bumbu lainnya.
3.DendengBatokok
Dendeng batokok sama dengan dendeng balado, bahan utama adalah
daging sapi yang diiris tipis dan digoreng. Tetapi cabainya adalah cabai
hijau (lado hijau) yang digiling kasar.
4.GulaiBanak(GulaiOtak)
Merupakan masakan Padang berkuah santan. Bahan utama adalah otak
sapi yangdipotong-potong kecil-kecil.
5.GulaiToco
Bahan utamanya adalah kacang buncis, kadang dicampur tempe dan daging
yang dipotong kecil-kecil serta cabai hijau yang diiris-iris mengikuti bentuk
irisan kacang buncis. Dan tidak lupa air santan dan bumbu-bumbu lainnya.
Masakan ini berkuah dan berwarna putih kehijauan. Hati-hati kalo makan
sayur toco karena irisan kacang buncis dan cabai hijau memiliki bentuk
yang sama, sehingga tidak dapat dibedakan.
6.GulaiItiak(GulaiBebek)
Gulai itiak bahan utamanya adalah daging itik, air santan pekat
ditambah cabe hijau keriting, dan langkok-langkok (bumbu lainnya)
serta daun jeruk nipis. Itik yang digunakan adalah yang masih muda
hanya saja bentuk karih tidak berlekuk seperti halnya keris yang
kita kenal dari pulau Jawa. Akan tetapi Jika masih berada dalam
laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, dan umumnya dipakai oleh para
penghulu terutama dalam setiap acara resmi ada terutama dalam acara
malewa gala atau pengukuhan gelar, selain itu juga biasa dipakai oleh para
Adat adalah Adaik nan babuhua mati sebagai anggaran dasar yang
tidak boleh dirubah.
Adat ini merupakan adat yang paling utama yang tidak dapat dirubah sampai
kapanpun dia merupakan harga mati bagi seluruh masyarakat Minang Kabau,
tidaklah bisa dikatakan dia orang MInang apabila tidak melak sanakan Adat ini
dan akan dikeluarkan dia dari orang Minang apabila meninggalkan adat ini, adat
ini yang palin perinsip adalah bahwa seorang Minag wajib beragama Islam dan
akan hilang Minangnya kalau keluar dari agama Islam.
Adat ini adalah sebuah aturan yang telah disepakati dan diundangkan dalam
tatanan Adat Minang Kabau dari zaman dulu melalui sebuah pengkajian dan
penelitian yang amat dalam dan sempurna oleh para nenek moyang orang
pesukuan dari garis ibu dan nasab keturunan dari ayah, makanya
Adat ini adanya kareana sudah teradat dari zaman dahulu dia adalah ragam
budaya di beberapa daerah di Minang Kabau yang tidak sama masing masing
daerah, adat ini juga disebu dalam istilah “Adaik salingka nagari” (adat
suatu Nagari dan iteraksi antara satu suku dan suku lainnya dalam nagari itu
yang disesuaikan dengan kultur didaerah itu sendiri, namun tetap harus
Alim ulama, cerdik pandai, Bundo Kanduang dan pemuda dalam suatu nagari
etika-etika dasar adat Minang namun tetap dilandasi ajaran Agama Islam.
4.Adaik Istiadaik (Adat istiadat)
Kedua adat yang terakhir ini disebut “Adaik nan babuhua sintak” (adat yang tidak
diikat mati) dan inilah yang namakan ”Istiadat”, karena ia tidak diikat mati maka ia
boleh dirubah kapan saja diperlukan melalui kesepakatan Penghulu Ninik mamak,
Alaim Ulama, Cerdik pandai, Bundo kanduang dan pemuda yang disesuaikan dengan
perkembangan zaman namun acuannya adalah sepanjang tidak melanggar ajaran
Adat dan ajaran Agama Islam, sehingga disebut dalam pepatah adat “maso batuka
musim baganti, sakali aie gadang sakali tapian baranjak”
Tarian minang
1.Tari Piring
biasanya bersifat ganjil antara 3-7 orang, penari pun bisa laki-laki atau
Awalnya tarian ini dibuat untuk ucapan terima kasih dari masyarakat
agama Islam masuk, ritual itu dijadikan sebuah tarian yang bersifat
menghibur saja.
2.Tari Payung
Jadi makna yang terkandung dalam tarian ini adalah sepasang kekasih yang
seolah sedang melindungi kepala penari wanita. Sedangkan kain selendang yang
digunakan oleh wanita mengartikan ikatan cinta suci yang sedang terjalin.
Lagu pengiring dalam tarian ini berjudul Babendi-bendi ke Sungai. Alat musik
yang digunakan masih alat musik tradisional seperti rebana, akordion, gamelan
Biasanya ditarikan dengan jumlah 7 orang dan dibawakan oleh pria, namun seiring
dengan zaman, wanita pun banyak yang menarikan tarian ini.
Sejarahnya, tarian ini dibuat untuk menyebarkan dakwah agama Islam ketika dibawa
Syekh Burhanudin. Namun sekarang, tarian ini diadakan bila ada seminar budaya dan
bersifat hiburan saja.
Makna yang terkandung didalamnya mengajarkan kita kerja sama dengan orang lain.
Hal ini terlihat dari gerakannya yang sangat dinamis, ceria dan kompak.
Dan mengenai lagu latar yang berjudul “Dindin Badindin” mengandung makna yang
mengajak orang-orang untuk bertegur sapa.
Alat musik minang
1. Saluang
Sarunai terbuat dari dua potong bambu yang tidak sama besarnya.
Sepotong yang kecil dapat masuk ke potongan yang lebih besar.
Fungsinya sebagai penghasil nada. Alat ini memiliki empat lubang
nada. Bunyinya juga melodius. Karawitan ini sudah jarang yang
menggunakan. Selain juga sulit membuatnya, nada yang dihasilkan
juga tidak banyak terpakai.,
3.Talempong
Talempong adalah sebuah alat musik khas Minangkabau. Bentuknya
hampir sama dengan gamelan dari Jawa. Talempong dapat terbuat dari
kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu, saat ini
talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong ini
berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkan pada
bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima
sentimeter sebagai tempat tangga nada (berbeda-beda). Bunyi dihasilkan
dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.
Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tari piring yang khas, tari
pasambahan, tari gelombang,dll. Talempong juga digunakan untuk
menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian
dimulai dengantangga pranada DO dan diakhiri dengan SI. Talempong
diiringi oleh akor yang cara memainkanya sama dengan memainkan piano