Anda di halaman 1dari 53

Tugas prakarya

“suku minang”

Nama kelomok:

Ghinaa mardhiyyah

Frisca ayu asyifa

Wafiq azizah muslim

Jidhan ramadhani

Lidya ari sandi

Leni Oktavia
Suku minang
 Suku Minangkabau atau Minang (seringkali disebut Orang Padang)
adalah suku yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat. Suku ini
terkenal karena adatnya yang matrilineal, walau orang-orang
Minang sangat kuat memeluk agama Islam. Adat basandi syara',
syara' basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum, hukum
bersendikan Al Qur'an) merupakan cerminan adat Minang yang
berlandaskan Islam.
 Suku Minang terutama menonjol dalam bidang pendidikan dan
perdagangan. Lebih dari separuh jumlah keseluruhan anggota
suku ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada
umumnya bermukim di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung,
Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, dan Surabaya.
Untuk di luar wilayah Indonesia, suku Minang banyak terdapat di

Malaysia (terutama Negeri Sembilan) dan Singapura. Di seluruh

Indonesia dan bahkan di mancanegara, masakan khas suku ini

yang populer dengan sebutan masakan Padang, sangatlah

digemari.

Minangkabau merupakan tempat berlangsungnya perang Paderi

yang terjadi pada tahun 1804 - 1837. Kekalahan dalam perang

tersebut menyebabkan suku ini berada dibawah kekuasaan

pemerintah kolonial Hindia-Belanda.


Suku dalam Etnis Minangkabau
Dalam etnis Minangkabau terdapat banyak klan, yang disebut dengan istilah
suku. Beberapa suku besar mereka adalah suku Piliang, Bodi Caniago, Tanjuang,
Koto, Sikumbang, Malayu, Jambak; selain terdapat pula suku pecahan dari suku-
suku utama tersebut. Kadang beberapa keluarga dari suku yang sama, tinggal
dalam suatu rumah yang disebut Rumah Gadang.
 Di masa awal terbentuknya budaya Minangkabau, hanya ada empat suku dari
dua lareh (laras) atau kelarasan . Suku-suku tersebut adalah:
• Suku Koto
• Suku Piliang
• Suku Bodi
• Suku Caniago
Dan dua kelarasan itu adalah :
1. Lareh Koto Piliang yang digagas oleh Datuk Ketumanggungan
2. Lareh Bodi Caniago, digagas oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang

Perbedaan antara dua kelarasan itu adalah:


• Lareh Koto Piliang menganut sistem budaya Aristokrasi
Militeristik[rujukan?]
• Lareh Bodi Caniago menganut sistem budaya Demokrasi
Sosialis[rujukan?]
Dalam masa selanjutnya, munculah satu kelarasan baru bernama
Lareh Nan Panjang, diprakarsai oleh Datuk Sakalok Dunia nan
Bamego-mego. Sekarang suku-suku dalam Minangkabau
berkembang terus dan sudah mencapai ratusan suku, yang
terkadang sudah sulit untuk mencari persamaannya dengan suku
induk. Di antara suku-suku tersebut adalah:
• Suku Sikumbang • Suku Sumagek

• Suku Sipisan • Suku Dalimo

• Suku Simabua
• Suku Bendang
• Suku Salo
• Suku Melayu (Minang)
• Suku Singkuang atau Suku
• Suku Guci
Singkawang
• Suku Kutianyie atau Suku Koto

Anyie

• Suku Kampai

• Suku Payobada

• Suku Mandaliko
Etimologi

Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang (menang) dan


kabau (kerbau). Nama itu berasal dari sebuah legenda. Konon
pada abad ke-13, kerajaan Singasari melakukan ekspedisi ke
Minangkabau. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat lokal
mengusulkan untuk mengadu kerbau Minang dengan kerbau Jawa.
Pasukan Majapahit menyetujui usul tersebut dan menyediakan
seekor kerbau yang besar dan agresif. Sedangkan masyarakat
Minang menyediakan seekor anak kerbau yang lapar dengan
diberikan pisau pada tanduknya. Dalam pertempuran, anak
kerbau itu mencari kerbau Jawa dan langsung mencabik-cabik
perutnya, karena menyangka kerbau tersebut adalah induknya
yang hendak menyusui. Kecemerlangan masyarakat Minang
tersebutlah yang menjadi inspirasi nama Minangkabau
Asal Usul

Suku Minang merupakan bagian dari masyarakat Deutro Melayu


(Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari daratan China
Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.500-2.000 tahun yang lalu.
Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari arah Timur
pulau Sumatera, menyusuri aliran sungai Kampar atau
Minangkamwa (Minangatamwan) hingga tiba di dataran tinggi
Luhak nan Tigo (darek). Kemudian dari Luhak nan Tigo inilah suku
Minang menyebar ke daerah pesisir (pasisie) di pantai barat pulau
Sumatera, yang terbentang dari Barus di utara hingga Kerinci di
selatan.
Selain berasal dari Luhak nan Tigo, masyarakat pesisir juga banyak
yang berasal dari India Selatan dan Persia. Dimana migrasi
masyarakat tersebut terjadi ketika pantai barat Sumatera menjadi
pelabuhan alternatif perdagangan selain Malaka, ketika kerajaan
tersebut jatuh ke tangan Portugis.
Sosial Kemasyarakatan

Daerah Minangkabau terdiri atas banyak nagari. Nagari ini


merupakan daerah otonom dengan kekuasaan tertinggi di
Minangkabau.Tidak ada kekuasaan sosial dan politik lainnya yang
dapat mencampuri adat di sebuah nagari. Nagari yang berbeda akan
mungkin sekali mempunyai tipikal adat yang berbeda. Tiap nagari
dipimpin oleh sebuah dewan yang terdiri dari pemimpin suku dari
semua suku yang ada di nagari tersebut. Dewan ini disebut dengan
Kerapatan Adat Nagari (KAN). Dari hasil musyawarah dan mufakat
dalam dewan inilah sebuah keputusan dan peraturan yang mengikat
untuk nagari itu dihasilkan.
Ritual adat suku minang
Tabuik
 Tabuik (Tabut) adalah perayaan lokal dalam rangka memperingati
Asyura, gugurnyaImam Husain, cucu Muhammad, yang dilakukan oleh
masyarakat Minangkabau di daerah pantaiSumatera Barat,
khususnya di Kota Pariaman. Festival ini termasuk menampilkan
kembaliPertempuran Karbala, dan memainkan drum tassa dan dhol.
Tabuik merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa
selama prosesi upacara tersebut. Walaupun awal mulanya merupakan
upacara Syi'ah, akan tetapi penduduk terbanyak di Pariaman dan
daerah lain yang melakukan upacara serupa, kebanyakan penganut
Sunni. Di Bengkulu dikenal pula dengan nama Tabot.
 Upacara melabuhkan tabuik ke laut dilakukan setiap tahun di
Pariaman pada 10 Muharram sejak1831. Upacara ini diperkenalkan
di daerah ini oleh Pasukan Tamil Muslim Syi'ah dari India, yang
ditempatkan di sini dan kemudian bermukim pada masa kekuasaan
Inggris di Sumatera bagian barat
Makan Bajamba
 Makan bajamba atau juga disebut makan barapak adalah tradisi makan yang
dilakukan oleh masyarakat Minangkabau dengan cara duduk bersama-sama di
dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan. Tradisi ini umumnya
dilangsungkan di hari-hari besar agama Islam dan dalam berbagai upacara adat,
pesta adat, dan pertemuan penting lainnya. Secara harafiah makan
bajambamengandung makna yang sangat dalam, dimana tradisi makan bersama
ini akan memunculkan rasa kebersamaan tanpa melihat perbedaan status
sosial.
Turun mandi
 upacara turun mandi adalah upacara yang sangat
mendarah daging di Ranah Minang sampai saat ini .
upacara turun mandi adaah upacara ucapan rasa syukur
kepada Allah SWT . Upacara turun mandi adalah ritual
untuk mensyukuri nikmat Allah berupa bayi yang baru
lahir. Upacara ini merupakan sunnah Rasul dan
memperkenalkan kepada masyarakat bahwa telah lahir
keturunan baru dari sebuah suku atau keluarga tertentu.
Dalam upacara ini harus memperhatikan syarat-syarat

yang telah kental di masyarakat Minangkabau.


Batagak pangulu
 Batagak penghulu adalah upacara pengangkatan
penghulu. Sebelum acara peresmian calon
penghulu harus menjalani syarat-syaratnya yaitu
Baniah, Dituah Cilakoi, Panyarahan Baniah,
Manakok hari. Upacara pengangkatan Penghulu
dilakukan dengan cara adat. Upacara ini diberi
nama Malewakan Gala. Di hari pertama adalah
berpidato, lalu penghulu tertua memasangkan deta
dan menyisipkan sebilak keris sebagai tanda serah
terima jabatan, akhirnya penghulu baru diambil
sumpahnya.
Pacu Itiak
 Pacu itiak atau dalam bahasa Indonesianya pacu bebek (duck race)
ini adalah salah satu event anak nagari yang bisa dibilang event satu-
satunya didunia yang turun temurun sejak tahun 1928.
Balimau
 Balimau adalah tradisi mandi membersihkan diri menjelang bulan
ramadhan. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan oleh masyarakat
Minangkabau di lubuak atau sungai. Selain itu Balimau juga memiliki
makna lainnya yaitu mensucikan bathin dengan bermaaf-maafan satu
sama lain sebelum menyambut bulan suci ramadhan.
Pakaian adat minang
 Pakaian Adat Kaum Laki-laki Sumatera Barat
Pakaian penghulu biasa dipakai oleh pemangku adat sebagai
pakaian kebesaran yang pemakaiannya telah diatur sesuai
dengan tata cara yang digariskan oleh adat dan bukanlah
pakaian harian yang seenaknya dipakai. Pakaian penghulu
atau kaum laki-laki dalam adat Sumatera Barat yang terdiri
dari destar, baju penghulu, sarawa, sesamping, sandang,
keris, dan tungkek (tongkat).
 Makna simbolik yang terkandung pada Baju Penghulu yang dikenakan oleh
pria dalam adat Sumatera Barat antara lain:

1. Bagian atas penutup kepala disebut dengan nama seluk atau destar.
Kerut-kerut yang terdapat pada penutup kepala ini melambangkan
banyaknya undang-undang yang perlu diketahui oleh penghulu.

2. Baju penghulu yang didominasi warna hitam, dipilih sebagai lambang


kepemimpinan yang terhormat, disegani, dan berwibawa.

3. Sarawa atau celana penghulu yang berukuran besar memiliki makna


bahwa seorang pemangku adat adalah orang yang besar dan bermartabat.

4. Sesamping berwarna merah yang dikenakan seperti pada baju teluk


belanga melambangkan keberanian dalam menegakkan kebenaran.

5. Keris dibagian pinggang dengan posisi condong kekiri melambangkan


bahwa seorang penghulu harus berpikir sebelum menggunakan senjatanya.
6. Tongkat sebagai pelengkap dalam pakaian adat Sumatera Barat

menunjukkan bahwa penghulu adalah orang yang dituakan dan


dihormati oleh kaumnya.

Pakaian Adat Kaum Perempuan Sumatera Barat

 Pakaian adat Bundo Kanduang adalah pakaian yang khusus


diperuntukan bagi wanita yang telah diangkat menjadi bundo kanduang.
Pakaian ini terdiri dari tingkolok (penutup kepala), baju kurung, kain
selempang, kain sarung, serta perhiasan berupa kalung dan anting.
 Makna simbolik yang terkandung pada pakaian adat Bundo Kanduang
yang dikenakan oleh wanita dalam adat Sumatera Barat antara lain:
1. Penutup kepala atau Tingkolok yang berbentuk seperti tanduk
runcing yang berumai emas memiliki makna bahwa orang yang
mengenakannya adalah seorang pemilik rumah gadang.
2. Baju kurung dengan warna hitam, merah, biru, atau lembayung yang dihiasi
dengan benang emas dan tepinya diberi minsie bermakna bahwa seorang
Bundo Kanduang dan kaumnya harus mematuhi batas-batas adat dan tidak
boleh melanggarnya.
3. Balapak yang diselempangkan dari bahu kanan ke rusuk kiri memiliki arti
bahwa seorang perempuan bertanggung jawab untuk melanjutkan
keturunan.
4. Kain sarung bersulam emas yang bermakna simbolik kebijaksanaan,
artinya seorang bundo kanduang harus dapat menempatkan sesuatu pada
tempatnya.
5. Perhiasan digunakan sebagai simbol yang mengandung norma-norma dan
nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai acuan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Rumah adat minang
 Rumah gadang merupakan rumah adat Minangkabau. Rumah
gadang ini mempunyai ciri-ciri yang sangat khas. Bentuk
dasarnya adalah balok segi empat yang mengembang ke atas.
Garis melintangnya melengkung tajam dan landai dengan
bagian tengah lebih rendah. Lengkung atap rumahnya sangat
tajam seperti tanduk kerbau, sedangkan lengkung badan dan
rumah landai seperti badan kapal. Atap rumahnya terbuat
dari ijuk. Bentuk atap yang melengkung dan runcing ke atas
itu disebut gonjong. Karena atapnya membentuk gonjong,
maka rumah gadang disebut juga rumah bagonjong.
Asal usul bentuk rumah gadang
 Bentuk atap rumah gadang yang seperti tanduk kerbau sering
dihubungkan dengan cerita Tambo Alam Minangkabau. Cerita
tersebut tentang kemenangan orang Minang dalam peristiwa adu
kerbau melawan orang Jawa.
 Bentuk-bentuk menyerupai tanduk kerbau sangat umum
digunakan orang Minangkabau, baik sebagai simbol atau pada
perhiasan. Salah satunya pada pakaian adat, yaitu tingkuluak
tanduak (tengkuluk tanduk) untuk Bundo Kanduang.
 Asal-usul bentuk rumah gadang juga sering dihubungkan dengan
kisah perjalanan nenek moyang Minangkabau. Konon kabarnya,
bentuk badan rumah gadang Minangkabau yang menyerupai tubuh
kapal adalah meniru bentuk perahu nenek moyang Minangkabau
pada masa dahulu. Perahu nenek moyang ini dikenal dengan
sebutan lancang
Bagian-bagian dalam Rumah Gadang Minangkabau

 Rumah adat Minangkabau dinamakan rumah gadang adalah karena ukuran


rumah ini memang besar. Besar dalam bahasa Minangkabau adalah gadarig. Jadi,
rumah gadang artinya adalah rumah yang besar. Bagian dalam rumah gadang
merupakan ruangan lepas, kecuali kamar tidur. Ruangan lepas ini merupakan
ruang utama yang terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang
rumah gadang berbanjar dari muka ke belakang atau dari kiri ke kanan. Tiang
yang berbanjar dari depan ke belakang mbnandai lanjar, sedangkan tiang dari
kini ke kanan menandai ruang. Jadi, yang disebut lanjar adalah ruangan dari
depan ke belakang. Ruangan yang berjajar dari kiri ke kanan disebut ruang.

 Jumlah lanjar tergantung pada besar rumah. Biasanya jumlah lanjar adalah dua,
tiga clan empat. Jumlah ruangan biasanya terdiri dari jumlah yang ganjil antara
tiga dan sebelas. Ukuran rumah gadang tergantung kepada jumlah lanjarnya.
 Sebagai rumah yang besar, maka di dalam rumah gadang itu terdapat bagian-bagian

yang mempunyai fungsi khusus. Bagian lain dari rumah gadang adalah bagian di

bawah lantai. Bagian ini disebut kolong dari rumah gadang. Kolong rumah gadang

cukup tinggi dan luas. Kolong ini biasanya dijadikan sebagai gudang alat-alat pertanian

atau dijadikan sebagai tempat perempuan bertenun. Seluruh bagian kolong ini

ditutup dengan ruyung yang berkisi-kisi jarang.

 Dinding rumah gadang terbuat dari kayu, kecuali bagian belakang yang dari bambu.

Dinding papan dipasang vertikal. Pada setiap sambungan papan diberi bingkai. Semua

papan tersebut dipenuhi dengan ukiran. Kadang-kadang tiang yang ada di dalam juga

diukir. Sehingga, ukirang merupakan hiasan yang dominan dalam bangunan rumah

gadang Minangkabau. Ukiran disini tidak dikaitkan dengan kepercayaan yang bersifat

sakral, tetapi hanya sebagai karya seni yang bernilai hiasan


Ukiran Rumah
 Jenis ukiran Rumah Gadang tersebut terdiri atas:

 Keluk PakuDitafsirkan anak dipangku kemenakan dibimbing. Pucuk


Rebung Ditafsirkan kecil berguna , besar terpakai. Seluk Laka
Ditafsirkan kekerabatan saling berkaitan. JalaDitafsirkan pemerintahan
Bodi Caniago. Jerat Ditafsirkan pemerintahan Koto Pialang. Itik pulang
petangDitafsirkan ketertiban anak kemenakan. Sayat GelamaiDitafsirkan
ketelitian. Sikumbang manisDitafsirkan keramah tamahan.

 Dinding belakang disebut Dinding Sasak, karena pada masa lalu terbuat
dari bambu yang dianyam, dinding depan dan samping terbuat dari kayu
serta diukir. Berdirinya Rumah Gadang harus dilengkapi dengan
Rangkiang atau Lumbung Padi, terletak dihalaman depan dan samping,
yang berfungsi sosial dan ekonomi.
Rangkiang Minangkabau
 Setiap rumah gadang di Minangkabau mempunyai rangkiang. Rangkiang
adalah bangunan yang merupakan tempat menyimpan padi milik kaum.
Rangkiang ini tegak berjejer di halaman depan rumah. Bentuk rangkiang
sesuai dengan gaya bangunan rumah gadang. Atap rangkiang juga
memiliki gonjong dan terbuat dari ikuk. Rangkiang memiliki pintu kecil
yang terletak di bagian atas dari salah satu dinding singkok (singkap).
Dinding singok adalah dinding segitiga pada bagian loteng dari rangkiang
tersebut. Untuk naik ke rangkiang digunakan tangga yang terbuat dari
bambu. Tangga ini dapat dipindahkan, bila tidak digunakan maka tangga
ini disimpan di bawah kolong rumah gadang.
 Bentuk dan jenis rangkiang tersebut antara lain:
 Sitinjau Lauik
Digunakan sebagai tempat menyimpan padi untuk dijual bagi
keperluan bersama atau pos pengeluaran adat. Bentuknya langsing,
bergonjong dan berukir dengan empat tiang, letaknya ditengah.
 Sibayau-bayau
Digunakan untuk menyimpan padi makanan sehari-hari. Bentuknya
gemuk, bergonjong dan berukir dengan 6 tiang letaknya dikanan.
 Sitangguang Lapa / Sitangka lapa
Digunakan untuk menyimpan padi untuk musim kemarau dan
membantu masyarakat miskin. Bentuknya bersegi, bergonjong dan
berukir dengan 4 tiang , letaknya sebelah kiri.
 Kaciak / Kecil
Digunakan untuk menyimpan padi bibit dan untuk biaya mengolah
sawah. Bentuknya bundar, berukir dan tidak bergonjong, letaknya
diantara ketiga rangkaian tersebut.
Makanan khas minang
1.Randang(Rendang)
Randang adalah masakan tradisional khas Minang Sumatera Barat.
Merupakan masakan favorite hampir setiap orang yang datang ke Rumah
Makan padang. Randang terbuat dari daging sapi sebagai bahan utamanya.
Bahan-bahan utamanya adalah daging sapi (dagiang sapi), air parutan kelapa
(aia karambia), cabai (merah lado merah) dan bumbu-bumbu pemasak
lainnya (langkok-langkok tidak menggunakan kunyit agar tekstur daging
tidak rusak). Biasanya kelapa yang digunakan dalam jumlah yang banyak
(misalnya 4 kelapa untuk 1 kg daging sapi) agar rasa rendangnya lebih
manis dan mantabb...
Sekarang rendang bukan saja dari daging sapi, tetapi dari daging ayam, telur
dan buah nangka muda pun sering dibuat rendang oleh masyarakat Minang
Sumatera Barat.
Dalam acara adat Minang seperti Pernikahan, Khatam Al Qur'an, Sunatan,
dll. Rendang ini masakan Padang yang paling awet, bisa lebih dari dua bulan
asalkan dipanas kan secara rutin.Warnanya hitam dan aromanya yang khas.
 Adapun filosofi dari masakan rendang ini
adalah Musyawarah yang terdiri dari empat
hal utama, yaitu:
a. Daging Sapi (dagiang sapi) lambang dari
Ninik Mamak (pemimpin suku adat)
b. Kelapa (karambia) lambang dari Cadiak
Pandai (Kaum Intelektual)
c. Cabai (Lado) lambang dari Alim Ulama.
Cabai rasanya pedas berarti Alim Ulama
yang tegas
mengajarkanagama Islam (syarak).
d. Pemasak (langkok-langkok/bumbu)
lambang dari keseluruhan masyarakat
Minangkabau.
2.DendengBalado
Dendeng Balado bahan utamanya adalah daging sapi yang diiris tipis
dan dikeringkan. Lalu digoreng dan diberi cabai merah (lado
merah). Bahan lainnya adalah bawang merah, bawang putih dan
bumbu lainnya.
3.DendengBatokok
Dendeng batokok sama dengan dendeng balado, bahan utama adalah
daging sapi yang diiris tipis dan digoreng. Tetapi cabainya adalah cabai
hijau (lado hijau) yang digiling kasar.

4.GulaiBanak(GulaiOtak)
Merupakan masakan Padang berkuah santan. Bahan utama adalah otak
sapi yangdipotong-potong kecil-kecil.
5.GulaiToco
Bahan utamanya adalah kacang buncis, kadang dicampur tempe dan daging
yang dipotong kecil-kecil serta cabai hijau yang diiris-iris mengikuti bentuk
irisan kacang buncis. Dan tidak lupa air santan dan bumbu-bumbu lainnya.
Masakan ini berkuah dan berwarna putih kehijauan. Hati-hati kalo makan
sayur toco karena irisan kacang buncis dan cabai hijau memiliki bentuk
yang sama, sehingga tidak dapat dibedakan.
6.GulaiItiak(GulaiBebek)
Gulai itiak bahan utamanya adalah daging itik, air santan pekat
ditambah cabe hijau keriting, dan langkok-langkok (bumbu lainnya)
serta daun jeruk nipis. Itik yang digunakan adalah yang masih muda

dan setelah dipotong dibakar.


7.KalioDagiang(GulaiDaging)
Bahan utama adalah daging sapi/hati, ayam/hati, atau pun jengkol.
Biasanya dikenal sebagai rendang muda karena warnanya tidak
sampai hitam. Bumbu-bumbunya sama dengan rendang. Sebenarnya
rendang yang dijual di rumah makan Padang yang ada di luar
Sumatera Barat adalah Kalio. Karena rendang tersebut berwarna
sangat muda
8.GorengBaluik(GorengBelut)
Masakan Padang bahan utamanya adalah belut baik belut basah atau
pun kering. Digoreng dengan bumbu-bumbu serta dicampuri
dengan cabai merah atau hijau.
Senjata tradisional minang
1. Senjata Tradisional Sumatera Barat - Karih

 Karih adalah senjata tradisional dari Sumatera Barat seperti keris

hanya saja bentuk karih tidak berlekuk seperti halnya keris yang

kita kenal dari pulau Jawa. Akan tetapi Jika masih berada dalam

sarungnya, sekilas bentuk keris Sumatera Barat ini mirip keris

Jawa; pegangannya berlekuk sedikit dengan ukiran di bagian

sarungnya. Bagian sarungnya agak sedikit menyempit di bagian

atas dekat ujungnya.


Keris ini merupakan perlengkapan aksesoris yang dipakai oleh kaum

laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, dan umumnya dipakai oleh para

penghulu terutama dalam setiap acara resmi ada terutama dalam acara

malewa gala atau pengukuhan gelar, selain itu juga biasa dipakai oleh para

mempelai pria dalam acara majlis perkawinan yang masyarakat setempat

menyebutnya baralek dan juga dipergunakan dalam pertunjukan silat.


2. Senjata Tradisional Sumatera Barat - Kerambik
 Kerambit disebut juga dengan Karambiak, Kurambiak. Kerambit adalah
senjata tradisional Sumatera Barat yang berjenis pisau genggam kecil
berbentuk melengkung dari Indonesia yang telah mendunia. Bahkan
senjata ini di produksi secara masal oleh produsun-produsen senjata
dunia, dan menjadi senjata wajib personel US Marshal. Senjata ini
termasuk senjata berbahaya karena dapat digunakan menyayat maupun

merobek anggota tubuh lawan secara cepat dan tidak terdeteksi.


3. Senjata Tradisional Sumatera Barat –Ruduih
Ruduih merupakan salah satu senjata tradisional sejenis golok
yang berasal dari budaya masyarakat Minang, Sumatra
Barat. Pada masa lampau Keberadaan senjata tradisional ruduih ini
dipergunakan dalam peperangan dan tercatat di dalam Museum
Perjuangan Tridaya Eka Dharma, sebagai senjata yang digunakan
dalam perang Manggopoh (1908).
Adat istiadat minang
 1. masyarakat Yang dimaksut adat di Minang Kabau adalah Ragam
budaya dan prilaku kehidupan Minang kabau yang dilandasi asas
minkin dan patut sesuai syari’at Islam.

 2.Yang dikatakan Adat Istiadat di Minang Kabau adalah :

Adat adalah Adaik nan babuhua mati sebagai anggaran dasar yang
tidak boleh dirubah.

Istiadat adalah adaik nan babuhua sintak sebagai anggaran rumah


tangga yang dapat dirubah melalui mufakat.
 Adat Minang terbagi kepada 4 bagian desebut “Adaik nan ampek” (adat yang
empat) yaitu :

1.Adaik nan sabana Adaik (Adat yang sebenarnya adat)

Adat ini merupakan adat yang paling utama yang tidak dapat dirubah sampai
kapanpun dia merupakan harga mati bagi seluruh masyarakat Minang Kabau,
tidaklah bisa dikatakan dia orang MInang apabila tidak melak sanakan Adat ini
dan akan dikeluarkan dia dari orang Minang apabila meninggalkan adat ini, adat
ini yang palin perinsip adalah bahwa seorang Minag wajib beragama Islam dan
akan hilang Minangnya kalau keluar dari agama Islam.

2.Adaik nan diadaikkan (adat yang di adatkan)

Adat ini adalah sebuah aturan yang telah disepakati dan diundangkan dalam

tatanan Adat Minang Kabau dari zaman dulu melalui sebuah pengkajian dan

penelitian yang amat dalam dan sempurna oleh para nenek moyang orang

Minang dizaman dulu,


contohnya yang paling perinsip dalam adat ini adalah adalah orang

minang wajib memakai kekerabatan “Matrilineal” mengambil

pesukuan dari garis ibu dan nasab keturunan dari ayah, makanya

ada “Dunsanak” (persaudaraan dari keluarga ibu) dan adanya

“Bako” (persaudaraan dari keluarga ayah), Memilih dan atau

menetapkan Penguhulu suku dan Ninik mamak dari garis

persaudaraan badunsanak berdasarkan dari ampek suku asal

(empat suku asal) “Koto Piliang, Bodi, Caniago” atau berdasarkan

pecahan suku nan ampek tsb, menetapkan dan memlihara harta

pusaka tinggi yang tidak bisa diwariskan kepada siapapun kecuali

diambil manfaatnya untuk anak kemenakan, seperti sawah, ladang,

hutan, pandam pakuburan, rumah gadang dll.


 Kedua adat diatas disebut “Adaik nan babuhua mati” (Adat
yang diikat mati) dan inilah disebut “Adat”, adat yang sudah
menjadi sebuah ketetapan dan keputusan berdasarkan kajian
dan musyawarah yang menjadi kesepakatan bersama antara
tokoh Agama, tokoh Adat dan cadiak pandai diranah Minang,
adat ini tidak boleh dirubah-rubah lagi oleh siapapun, sampai
kapanpun, sehingga ia disebut “Nan inadak lakang dek paneh
nan indak lapuak dek hujan, dibubuik indaknyo layua dianjak
indaknyo mati” (Yang tidak lekang kena panas dan tidak
lapuk kena hujan, dipindah tidak layu dicabut tidak mati).
3.Adaik nan Taradaik (adat yang teradat)

Adat ini adanya kareana sudah teradat dari zaman dahulu dia adalah ragam

budaya di beberapa daerah di Minang Kabau yang tidak sama masing masing

daerah, adat ini juga disebu dalam istilah “Adaik salingka nagari” (adat

selinkar daerah).Adat ini mengatur tatanan hidup bermasyarakat dalam

suatu Nagari dan iteraksi antara satu suku dan suku lainnya dalam nagari itu

yang disesuaikan dengan kultur didaerah itu sendiri, namun tetap harus

mengacu kepada ajaran agama Islam.

Adat ini merupakan kesepakatan bersama antara Penguhulu Ninik mamak,

Alim ulama, cerdik pandai, Bundo Kanduang dan pemuda dalam suatu nagari

di Mianag Kabau, yang disesuaikan dengan perkembangan zaman memakai

etika-etika dasar adat Minang namun tetap dilandasi ajaran Agama Islam.
4.Adaik Istiadaik (Adat istiadat)

 Adat ini adalah merupakan ragam adat dalam pelaksanaan silaturrahim,


berkomunikasi, berintegrasi, bersosialisasi dalam masyarakat suatu nagari di Minang
Kabau seperti acara pinang meminag, pesta perkawinan dll, adat inipun tidak sama
dalam wilayah Minang Kabau, disetiap daerah ada saja perbedaannya namun tetap
harus mengacu kepada ajaran Agama Islam.

 Kedua adat yang terakhir ini disebut “Adaik nan babuhua sintak” (adat yang tidak
diikat mati) dan inilah yang namakan ”Istiadat”, karena ia tidak diikat mati maka ia
boleh dirubah kapan saja diperlukan melalui kesepakatan Penghulu Ninik mamak,
Alaim Ulama, Cerdik pandai, Bundo kanduang dan pemuda yang disesuaikan dengan
perkembangan zaman namun acuannya adalah sepanjang tidak melanggar ajaran
Adat dan ajaran Agama Islam, sehingga disebut dalam pepatah adat “maso batuka
musim baganti, sakali aie gadang sakali tapian baranjak”
Tarian minang

1.Tari Piring

 Tarian tradisional pertama adalah tari piring, dimana jumlah penari

biasanya bersifat ganjil antara 3-7 orang, penari pun bisa laki-laki atau

perempuan, bahkan bisa berpasang-pasangan.

 Awalnya tarian ini dibuat untuk ucapan terima kasih dari masyarakat

setempat karena hasil panennya melimpah.

 Ritual pun akan dilakukan dengan membawa sesajen. Namun ketika

agama Islam masuk, ritual itu dijadikan sebuah tarian yang bersifat

menghibur saja.
2.Tari Payung

 Tarian ini biasanya berjumlah 4-8 orang penari yang berpasang-pasangan.

 Jadi makna yang terkandung dalam tarian ini adalah sepasang kekasih yang

sedang membina kehidupan rumah tangga, biasanya gerakan penari laki-laki

seolah sedang melindungi kepala penari wanita. Sedangkan kain selendang yang

digunakan oleh wanita mengartikan ikatan cinta suci yang sedang terjalin.

 Lagu pengiring dalam tarian ini berjudul Babendi-bendi ke Sungai. Alat musik

yang digunakan masih alat musik tradisional seperti rebana, akordion, gamelan

padang, gendang, dan gong.


3.Tari Indang

 Biasanya ditarikan dengan jumlah 7 orang dan dibawakan oleh pria, namun seiring
dengan zaman, wanita pun banyak yang menarikan tarian ini.

 Sejarahnya, tarian ini dibuat untuk menyebarkan dakwah agama Islam ketika dibawa
Syekh Burhanudin. Namun sekarang, tarian ini diadakan bila ada seminar budaya dan
bersifat hiburan saja.

 Makna yang terkandung didalamnya mengajarkan kita kerja sama dengan orang lain.
Hal ini terlihat dari gerakannya yang sangat dinamis, ceria dan kompak.

 Dan mengenai lagu latar yang berjudul “Dindin Badindin” mengandung makna yang
mengajak orang-orang untuk bertegur sapa.
Alat musik minang
1. Saluang

Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau,Sumatra Barat.


Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang
(Schizostachyum brachycladum Kurz). Orang Minangkabau percaya
bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari
talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut di
sungai.
Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tapi lebih sederhana
pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang.
Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. Adapun
kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lemang, salah
satu makanan tradisional Minangkabau.
2. Sarunai

Sarunai terbuat dari dua potong bambu yang tidak sama besarnya.
Sepotong yang kecil dapat masuk ke potongan yang lebih besar.
Fungsinya sebagai penghasil nada. Alat ini memiliki empat lubang
nada. Bunyinya juga melodius. Karawitan ini sudah jarang yang
menggunakan. Selain juga sulit membuatnya, nada yang dihasilkan
juga tidak banyak terpakai.,
3.Talempong
Talempong adalah sebuah alat musik khas Minangkabau. Bentuknya
hampir sama dengan gamelan dari Jawa. Talempong dapat terbuat dari
kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu, saat ini
talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong ini
berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkan pada
bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima
sentimeter sebagai tempat tangga nada (berbeda-beda). Bunyi dihasilkan
dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.
Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tari piring yang khas, tari
pasambahan, tari gelombang,dll. Talempong juga digunakan untuk
menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian
dimulai dengantangga pranada DO dan diakhiri dengan SI. Talempong
diiringi oleh akor yang cara memainkanya sama dengan memainkan piano

Anda mungkin juga menyukai