Anda di halaman 1dari 2

Latar Belakang : Hal dasar yang membuat saya untuk membahas mengenai suku mandailing

ialah karena suku ini juga menyimpan keunikan sejarah yang mungkin dapat
membuka pikiran kita mengenai suku mandailing yang sebenarnya.

Tujuan : membuka wawasan kita lebih luas lagi mengenai suku mandailing yang
sebenarnya serta adat istiadatnya.

Asal mula : Asal muasal nama mandailing, yaitu nama mandailing atau mandahiling
diperkirakan berasal dari kata Mandala dan holing , yang berarti sebuah
wilayah kerajaan kalingga. Kerajaan Kalingga adalah kerajaan Nusantara
yang berdiri sebelum Kerajaan Sriwijaya, dengan raja terakhir Sri Paduka
Maharaja yang mendirikan Kesultanan Dharmasraya setelah di-Islamkan oleh
utusan Khalifah Utsman bin Affan pada abad ke-7 M.

b.      Adat istiadat


1.   Horja Siriaon (Upacara Adat  Perkawinan). 
Prosesi upacara pernikahan dimulai dari musyawarah adat yang disebut makkobar/makkatai,
yaitu berbicara dalam tutur sapa yang sangat khusus dan unik. Setiap anggota berbalas tutur, seperti
berbalas pantun secara bergiliran. Setelah itu, dilaksanakan acara tradisi yang dikenal dengan nama
mangupa. Tujuannya untuk memulihkan semangat serta badan. bahan untuk mangupa, berupa
hidangan yang diletakkan ke dalam tampah besar dan diisi dengan nasi, telur dan ayam kampung
dan garam. Masing-masing hidangan memiliki makna secara simbolik. Contohnya, telur bulat yang
mencerminkan keutuhan rumah tangga. Pangupa tersebut harus dimakan oleh pengantin sebagai
tanda bahwa dalam menjalin rumah tangga nantinya akan ada tantangan berupa manis, pahit, asam
dan asin kehidupan. Untuk itu, pengantin harus siap dan dapat menjalani dengan baik hubungan
tersebut.

2. Horja Siluluton  (Upacara Adat Kematian).


 Pelaksanaan Upacara Adat Kematian dilaksanakan: 
1.  Pada saat penguburan. 
2. Pada hari lain yang akan ditentukan kemudian sesuai dengan kesempatan dan kemampuan
keluarganya. Jika dalam pernikahan bendera-bendera adat yang dipasang di halaman menghadap
keluar, maka pada upacara kematian bendera-bendera adat dibalik menghadap kerumah sebagai
tanda duka cita.

3. Horja Siulaon (Upacara Adat Berkarya).


 upacara adat memulai suatu bekerja (berkarya) secara bersama-sama untuk menyelesaikan suatu
perkerjaan, seperti: mendirikan rumah baru, membuka sawah,dan lain-lain.

d.      Marga

Bila orang Batak mengenal pelarangan kawin semarga, maka orang Mandailing tidaklah mengenal
pelarangan kawin semarga. Hal ini lah yang menyebabkan marga orang Batak bertambah banyak,
karena setiap ada kawin semarga, maka mereka membuat marga yang baru. Di lain pihak orang-
orang dari etnis Mandailing apabila terjadi perkawinan semarga, maka mereka hanya berkewajiban
melakukan upacara korban, berupa ayam, kambing atau kerbau, tergantung status sosial mereka di
masyarakat, namun aturan adat itu sekarang tidak lagi dipenuhi, karena nilai-nilai status sosial
masyarakat Mandailing sudah berubah, terutama di perantauan.

e.       Bahasa suku mandailing


ada banyak ragam bahasa yang unik yang dimiliki oleh suku mandailing, namun kesemuanya itu
dibedakan dalam penggunaan moment dan waktunya. Misal,
1. Hata somal : digunakan untuk obrolan sehari-hari
2. Hata andung : digunakan saat suasan duka
3. Hata teas dohot jampolak : digunakan saat dalam keadaan marah
4. Hata sibaso : digunakan saat suasan magis/upacara adat
5. Hata parkapur : digunakan saat orang-orang sedang berada di dalam hutan

f.       tarian suku mandailing


tarian adat biasanya sering dipertontonkan pada saat upacara adat mandailing, dimana uning-uning
dibunyikan (margondang), selalu dilengkapi acara manortor.Dalam pelaksanaannya pelaku
or-Tor terdiri dari 2 (dua) kelompok yaitu: Kelompok Manortor yang berbaris di depan, yaitu:
kelompok barisan Manortor adalah  barisan yang dihormati oleh barisan mangayapi seperti Mora
dan Raja-Raja Adat) dan kelompok Pengayapi yang berbaris dibelakang. Pelaksanaan Tor Tor
berdasarkan taraf atau kedudukan seseorang yang Manortor, yaitu :
1.      Tor Tor Suhut, Kahanggi Suhut, Mora dan Anak Boru.
2.      Tor-Tor Raja-Raja.
3.      Tor-Tor Raja Panusunan.
4.      tor-Tor Naposo Bulung
5.      Tor-Tor Sibaso.
Sudah tidak pernah lagi dilaksanakan karena tor-tor ini yang manortor harus manyarama atau
kesurupan sehingga dinilai bertentangan dengan ajaran agama Islam).
g.      Pakaian adat pernikahan
Pada pernikahan adat mandailing, biasanya pengantin Mandailing menggunakan pakaian adat yang
didominasi warna merah, keemasan dan hitam. Pengantin pria menggunakan penutup kepala yang
disebut ampu-mahkota yang dipakai raja-raja Mandailing di masa lalu, baju godang yang berbentuk
jas, ikat pinggang warna keemasan dengan selipan dua pisau kecil disebut bobat, gelang polos di
lengan atas warna keemasan, serta kain sesamping dari songket Tapanuli. Sedangkan, pengantin
wanita memakai penutup kepala disebut bulang berwarna keemaasan dengan beberapa tingkat,
penutup daerah dada yaitu kalung warna hitam dengan ornamen keemasan dan dua lembar
selendang dari kain songket, gelang polos di lengan atas berwarna keemasan, ikat pinggang warna
keemasan dengan selipan dua pisau kecil, dan baju kurung dengan bawahannya songket.

Anda mungkin juga menyukai