Anda di halaman 1dari 8

Mengenal Suku Mandar: Asal Usul, Budaya

hingga Kehebatannya di Lautan

Mata Kuliah: MATERI PAI & METODE PEMBELAJARANNYA V


Pemateri: M. Ali Hafid. R. S.Pd.i., M.Pd.

Nama : JASMAN
NIM : 1908010035
SEJARAH SUKU MANDAR

• Nama Mandar sebenarnya merujuk pada 2 makna yaitu tanah Mandar dan
penduduk Mandar (suku Mandar). Namun, dilihat dari asal mulanya, nama Mandar
berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat yang jarang penduduknya.

• Dimulai pada akhir abad 16 dan awal abad 17, suku Mandar mulai menyatukan diri
untuk menjadi sebuah etnis yang besar yang terdiri dari 17 kerajaan. Apabila
diperinci, 17 kerajaan tersebut terbagi menjadi 7 kerajaan hulu (Pitu Ulunna Salu),
7 kerajaan muara (Pitu Bab’bana Binanga), dan 3 kerajaan Kakaruanna Tiparittiqna
Uhai.

• 7 kerajaan hulu atau Pitu Ulunna Salu diantaranya 1) Kerajaan Rante Bulahang, 2)
Kerajaan Aralle, 3) Kerajaan Tabulahan, 4) Kerajaan Mambi, 5) Kerajaan
Matangnga, 6) Kerajaan Tabang, 7) Kerajaan Bambang
• Lalu, 7 kerajaan muara atau Pitu Baqbana Binanga terdiri dari, 1)
Kerajaan Balanipa, 2) Kerajaan Sendana, 3) Kerajaan Banggae, 4)
Kerajaan Pamboang, 5) Kerajaan Tapalang, 6) Kerajaan Mamuju,
7) Kerajaan Benuang. Sementara itu, untuk 3 kerajaan
Kakaruanna Tiparittiqna Uhai terdiri dari 1) Kerajaan Allu, 2)
Kerajaan Tuqbi, dan 3) Kerajaan Taramanuq.

• Diketahui kerajaan-kerajaan yang ada di Mandar telah melahirkan


banyak tokoh pejuang yang berhasil mempertahankan tanah
Mandar dari penjajahan Belanda. Saat ini, wilayah Mandar yang
dulunya menjadi bagian dari Sulawesi Selatan telah menjadi
bagian dari Sulawesi Barat sejak tahun 2004.
Kebudayaan Suku Mandar
• Sebagai bagian dari kebudayaan, bahasa memegang peranan penting dalam suatu masyarakat. Tidak terkecuali pada
masyarakat suku Mandar. Diketahui masyarakat Mandar mempunyai bahasa tersendiri yang dijuluki dengan bahasa
Mandar

• Meskipun belum diketahui secara jelas kapan bahasa Mandar mulai digunakan sebagai bahasa keseharian mereka,
namun beberapa sumber mengatakan jika bahasa Mandar sudah ada sejak awal masyarakat Mandar mendiami wilayah
Mandar.

• Hal tersebut dibuktikan dengan adanya penggunaan bahasa Mandar dalam lontar Mandar di abad 15. Hingga saat ini,
bahasa Mandar juga masih aktif digunakan oleh masyarakat setempat, bahkan juga digunakan di wilayah lain seperti
Mamasa, Mamuju, Majene, dan Polmas.

• Selain bahasa Mandar yang masih terus dilestarikan, beberapa kebudayaan berupa perayaan adat juga masih sering
diselenggarakan oleh suku Mandar. Beberapa diantaranya adalah mappande sasi’ (ritual untuk menolak bencana dan
musibah selama melakukan aktivitas melaut), sayyang pattudu (syukuran untuk acara khatam Al Qur’an), dan
passandeq (berlayar dengan perahu sandeq).

• Masih ada beberapa kebudayaan lain dari suku Mandar seperti pakaian adat yang bernama pattuqduq towaine, rumah
adat boyang, dan makanan khas yang berupa pandeangang peapi, banggulung tapa, dan lainnya. Macam-macam
kebudayaan yang dimiliki oleh suku Mandar tersebut menunjukkan jika masyarakat suku Mandar juga kaya akan
kebudayaan dan ikut mewarnai keberagaman yang ada di Indonesia.
• Selain bahasa Mandar yang masih terus dilestarikan, beberapa kebudayaan berupa
perayaan adat juga masih sering diselenggarakan oleh suku Mandar. Beberapa
diantaranya adalah mappande sasi’ (ritual untuk menolak bencana dan musibah
selama melakukan aktivitas melaut), sayyang pattudu (syukuran untuk acara
khatam Al Qur’an), dan passandeq (berlayar dengan perahu sandeq).

• Masih ada beberapa kebudayaan lain dari suku Mandar seperti pakaian adat yang
bernama pattuqduq towaine, rumah adat boyang, dan makanan khas yang berupa
pandeangang peapi, banggulung tapa, dan lainnya. Macam-macam kebudayaan
yang dimiliki oleh suku Mandar tersebut menunjukkan jika masyarakat suku
Mandar juga kaya akan kebudayaan dan ikut mewarnai keberagaman yang ada di
Indonesia.
KEPERCAYAAN DAN MATA PENCARIAN SUKU MANDAR

Saat ini, 95% masyarakat suku Mandar adalah penganut


agama Islam dan 5%nya adalah penganut agama Kristen.
Namun, jauh sebelum agama Islam masuk, masyarakat
suku Mandar di wilayah Pitu Ulunna Salu menganut
falsafah Pemali Appa Randanna. Sementara itu, di
wilayah Pitu Ba’bana Binanga, dulunya begitu
mengagungkan ritual seperti Mappasoro atau
menghanyutkan sesaji di sungai dan mattula bala’ atau
menyiapkan sesaji untuk menolak terjadinya musibah.
• Dari segi mata pencaharian, secara umum,
suku Mandar bekerja sebagai nelayan. Hal ini
dikarenakan masyarakat suku Mandar begitu
mengagungkan laut dan menganggap jika
melaut adalah bukti penyatuan diri dengan
laut.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai