Pertemuan 2
Konsep Dasar Minangkabau
Disusun Hengki Purnomo, S.Sos., M.Si
Konsep Dasar Minangkabau
a. Tambo alam
adat Menelusuri Minangkabau melalui tambo ,
Minangkabau akan menemui mitos-mitos dan legenda
asal-usul minangkabau, sekaligus menemui
hukum-hukum adatnya.
Penelusuran dari tambo sulit dijadikan
rujukan seperti sejarah.
Namun, apa yang disebut dalam tambo
masih bisa ditemukan dalam kehidupan.
Tambo kecenderungan pada karya satra.
Tambo Adat:
Menceritakan tentang aturan-aturan adat Minangkabau, sistem
pemerintahan dan kenagarian Minangkabau (adat perkawinan, adat
berpakaian masyarakat Minangkabau dan sebagainya).
Lanjutan
Dari cerita tambo, suku bangsa Minangkabau datang bukanlah bangsa
yang primitif tapi bangsa yang sudah memiliki ilmu pengetahuan tinggi.
Selain kedua taman nasional tersebut, masih ada beberapa cagar alam
lainnya, yaitu cagar Alam Rimbo Panti, cagar Alam Lembah Anai, Cagar
alam Lembah Harau dan Cagar Alam Beringin Sakti.
lanjutan
Sumber daya alam lainnya berupa Batubara, batu besi, batu galena,
timah hitam, seng, manganase, emas, batu kapur(semen), kelapa sawit,
perikanan dan kakao.
Bagi orang Minang, harus bekerja keras supaya ada yang bisa
ditinggalkan untuk anak, kemenakan dan masyarakat.
Mempusakakan disini bukan hanya dalam materi, tapi juga nilai-nilai
adat dan ilmu.
Ungkapan adat mengatakan “ pulai batingkek naiek maninggakan rieh jo
buku, manusia batingkek turun maninggakan namo jo pusako”.
lanjutan
Nilai hidup yang tinggi dan baik telah menjadi pendorong bagi orang
Minangkabau untuk selalu berusaha, berprestasi, dinamis dan kreatif.
Dengan hasil kerja dapat dihindarkan “hilang rano dek panyakik, hilang
bangso indak barameh” (hilang warna karena penyakit, hilang bangsa
karena tidak punya emas).
Islam mampu melengkapi akal pikiran orang Minang dengan nilai yang
bersifat manusiawi, yang disempurnakan dengan wahyu yang
duturunkan Allah SWT melalu Al-Quran.
lanjutan
Walaupun orang Minang menjalankan peran dan fungsi yang berbeda-
beda, tapi pada dasarnya saling dibutuhkan dan membutuhkan.
e. Sistem adat
Minangkabau
(Koto
Piliang dan
Bodi Caniago)
lanjutan
Kelarasan koto Adalah gagasan adat yang digariskan
piliang Datuk Ketumanggungan.
Garis kepemimpinan yang disebut
“manitiak dari ateh, batanggo naiak,
bajanjang turun”. sistem pengangkatan
penghulunya “patah tumbuah”.
•Sistem yang dipakai koto piliang adalah: “sistem cuaca nan datang dari langik,
keputusan indak buliah dibandiang”. segala keputusan datang dari raja dan raja yang
menentukan.
Bila persoalan timbul pada suatu kaum, kaum membawa persoalan kepada Basa
Ampek Balai, bila tidak putus maka diteruskan pada Rajo duo selo. Urusan adat
kepada raja adat dan urusan keagamaan pada raja ibadat. Menurut AA Navis dalam
bukunya “Alam Takambang Jadi Guru” Basa Ampek Balai adalah dewan menteri yang
terdiri dari empat orang pembesar dalam sistem kerajaan Pagaruyuang.
Beranggotakan:
1.Tuan Gadang di Batipuah, Harimau Campo Koto Piliang.
2.Datuak Bandaro Putiah, Sungai Tarap, Pamuncak Alam Koto Piliang.
3.Machudum di Sumaniak, Aluang Bunian Koto Piliang.
4.Indomo di Saruaso, Payuang Panji Koto Piliang.
Sedangkan Koto Piliang berasal dari bahasa sanskerta yaitu “koto pili”
dari kata “ pili hyang” yang sama artinya dengan karma atau dharma.
Datuk Katumanggungan adalah seorang hiduisme yang percaya
manusia disusun kerangka hirarki piramida dengan pucuk seorang
pribadi yang merenungkan langit.