Anda di halaman 1dari 30

KEMINANGKABAUAN

Pertemuan 2
Konsep Dasar Minangkabau
Disusun Hengki Purnomo, S.Sos., M.Si
Konsep Dasar Minangkabau
a. Tambo alam
adat Menelusuri Minangkabau melalui tambo ,
Minangkabau akan menemui mitos-mitos dan legenda
asal-usul minangkabau, sekaligus menemui
hukum-hukum adatnya.
Penelusuran dari tambo sulit dijadikan
rujukan seperti sejarah.
Namun, apa yang disebut dalam tambo
masih bisa ditemukan dalam kehidupan.
Tambo kecenderungan pada karya satra.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, “ tambo” sama artinya dengan


“sejarah, babad, hikayat, riwayat kuno, uraian sejarah yang sering
bercampur dengan dongeng.
Awalnya tambo dalam Minangkabau dilakukan dengan dikabakan
(dikhabarkan) atau “bakaba”.
lanjutan
Tradisi tambo di Minangkabau diperkirakan sudah ada semenjak zaman
Hindu Budha.
Setelah masuk islam tambo berubah dari bentuk oral ke tertulis.
Tambo ditemukan sekitar abad ke-17 dan abad ke-19.
Hampir semua tambo memiliki kesamaan.

Penulisan tambo adalah penerusan dan pewarisan nilai antar generasi.


Bentuk pewarisan nilai-nilai yang memiliki informasi kesejarahan.

Tambo berbeda dengan sejarah, sejarah dipercaya dengan bukti-bukti


otentik, namun tambo berdasarkan ajaran-ajaran yang terus
diturunkan dari generasi ke generasi.
Tambo adalah bentuk ekspresi masyarakat atas kesadaranya
terhadap masa lalu.
Tambo berisikan seluk beluk, adat istiadat dan asal usul minang
kabau.
lanjutan
Tambo alam dan tambo adat Minangkabau

Dalam tambo Minangkabau menyebutkan, bahwa raja pertama yang


datang ke Minangkabau bernama Sri Maharajo Dirajo anak bungsu dari
Iskandar Zulkarnain.
Sedangkan dua saudaranya, Sultan Maharaja Alif menjadi raja di benua
Rum dan Sultan Maharajo Dipang menjadi raja di benua cina.
Tambo adat adalah silsilah adat berdasarkan hukum dan uu peraturan
adat.

Sultan Maharajo Dirajo datang ke Minangkabau lengkap dengan


pengiring, istri-istri nya dan penasehat ahli Cati Bilang Pandai.
Dalam tambo juga menceritakan, setelah gunung menyentak naik dan
laut menyentak turun dibangunlah suatu nagari yang disebut
Pariangan.
Paparan tentang asal usul Minangkabau dimulai dari perjalan Sri
Maharaja Diraja dan dasar-dasar adat dan sistem matrilineal telah
dimulai dimasanya.
Tambo dapat dikatakan sebagai hasil kerja imajinasi nenek moyang
Minangkabau.
Kedatangan nenek moyang Minangkabau sekitar abad ke-4 SM
Lanjutan
Tambo Alam:
Mencerminkan asal usul Minangkabau dan nenek moyang termasuk
yang ada di alam.

Tambo Adat:
Menceritakan tentang aturan-aturan adat Minangkabau, sistem
pemerintahan dan kenagarian Minangkabau (adat perkawinan, adat
berpakaian masyarakat Minangkabau dan sebagainya).
Lanjutan
Dari cerita tambo, suku bangsa Minangkabau datang bukanlah bangsa
yang primitif tapi bangsa yang sudah memiliki ilmu pengetahuan tinggi.

Lalu bila dihubungkan dengan asal nenek moyang Minangkabau adalah


keturunan Iskandar Zulkarnain, maka dapat diartikan, bahwa nenek
moyang yang datang juga sudah memiliki peradaban dan kebudayaan
yang tinggi.
b. Geografis
Minangkabau Minangkabau dipahami dengan istilah
“suku bangsa” dan “kebudayaan
Minangkabau”.
Secara geografis wilayah Minangkabau
meliputi tiga teritorial, yakni darat,
rantau dan pesisir.
Wilayah provinsi Sumatera Barat berada
Kepulauan Mentawai
dibagian barat tengah pulau Sumatera
yang terletak di
luas 42.297,30 km2.
samudera Hindia
Provinsi ini memiliki dataran rendah
bagian dari Provinsi
dipantai Barat, serta dataran tinggi
Sumatera Barat.
vulkanik yang dibentuk Bukit Barisan,
Garis pantai
yang membentang dari barat laut hingga
Sumatera Barat
tenggara.
seluruhnya
bersentuhan dengan
samudera Hindia
sepanjang 375 km.
lanjutan
Selain memiliki dataran tinggi vulkanik, provinsi ini juga memiliki banyak
danau, yaitu danau singkarak (130,1 km2), danau maninjau (99,5km2),
danau diatas (31,5km2), danau dibawah (14.0km2) dan danau Talang
(5,0km2).

Selain itu, beberapa sungai besar berhulu di pulau Sumatera, yaitu


Sungai Siak, Sungai Rokan, Sungai Inderagiri, Sungai Kampar dan
Batang Hari.
Kesemua sungai ini bermuara dipantai Timur Sumatera, di provinsi Riau
dan Jambi.
Sungai-sungai yang bermuara di pantai Barat sangat pendek, beberapa
diantaranya adalah Batang Anai, Batang Arau dan Batang Tarusan.

Sumatera Barat juga memiliki beberapa gunung, yaitu Gunung Merapi


(2.891m), Gunung Sago (2.271m), Gunung Singgalang (2.877m)Gunung
Tandikat (2.438 m), Gunung Talakmau (2.912m), Gunung Talang
(2.572m).
lanjutan
Daerah ini juga kaya akan aneka ragam hayati dan sebagian besar adalah
hutan alami dan dilindungi, dalam hutan tropis banyak dijumpai spesies
langka antaranya: Raflesia Arnoldi, Harimau Sumatera, Tapir, Rusa,
Beruang, Gajah dan berbagai jenis burung dan kupu-kupu.

Terdapat pula dua tanaman nasional, yaitu taman nasional siberut di


pulau Siberut (kabupaten Mentawai), dan taman nasional Sebelat, yang
membentang di empat provinsi: Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan
Sumatera Selatan.

Selain kedua taman nasional tersebut, masih ada beberapa cagar alam
lainnya, yaitu cagar Alam Rimbo Panti, cagar Alam Lembah Anai, Cagar
alam Lembah Harau dan Cagar Alam Beringin Sakti.
lanjutan
Sumber daya alam lainnya berupa Batubara, batu besi, batu galena,
timah hitam, seng, manganase, emas, batu kapur(semen), kelapa sawit,
perikanan dan kakao.

Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau,


yang awalnya berasal dari dua suku (klan) utama, yaitu koto piliang
yang didirikan Datuk Katumanggungan dan Bodi Caniago yang didirikan
Datuk Perpatih Nan Sabatang.

Suku koto piliang memakai sistem aristokrasi yang dikenal dengan


istilah titiak dari ateh (titik dari atas) ala istana Pagaruyuang.
Sedangkan Bodi Caniago lebih bersifat demokratis yang dikenal
Mambasuik Dari Bumi (muncul dari bumi).
lanjutan
Seiring perkembangan zaman, suku-suku tersebut berkembang menjadi
beberapa suku baru. Diantaranya Koto, Piliang, Bodi, Caniago, Tanjung,
Guci , Simabur, Sikumbang, Jambak, Melayu dan lainnya.

Didaerah Pasaman, selain suku Minangkabau terdapat pula suku Batak


Mandailing, seperti marga Lubis dan Nasution, sedangkan suku
mentawai terdapat di kepulauan Mentawai.

Bahasa yang digunakan dalam keseharian adalah bahasa Minangkabau,


yang merupakan anak cabang bahasa Austronesia.
Ada juga yang menyebut, bahasa Minangkabau adalah bahasa proto-
Melayu, walaupun ada perbedaan pendapat antara bahasa melayu dan
bahasa minangkabau.
Ada juga yang berpendapat bahasa yang dituturkan masyarakat
Minangkabau adalah sebagai bagian dari dialek melayu, karena banyaknya
kesemaan kosakata dan bentuk tuturan didalamnya.
Bahasa minangkabau terdapat berbagai macam dialek, tergantung
daerahnya masing-masing, seperti: dialek Bukittinggi, pariaman, pesisir
selatan dan Payakumbuh.
lanjutan
Umumnya penduduk Sumatera Barat beragama Islam. Selain itu ada juga
yang beragama kristen di kepulauan mentawai dan hindu budha yang
dibawa masyarakat pendatang.

Sampai tahun 1979 satuan pemerintah terkecil di Sumatera Barat


adalah nagari yang sudah ada sebelum kemerdekaan Indonesia.
Tapi dengan diberlakukannya UU nomor 5 tahun 1979 tentang
pemerintahan desa, status nagari dihilangkan dan jorong-jorong
ditingkatkan statusnya menjadi desa.
Wali nahgari dihapus dan administrasi pemerintahan dijalankan oleh
para kepala desa.
Kemudian dengan berlakunya otonomi daerah di tahun 2001, istilah
nagari beserta keistimewaannya kembali digunakan di Sumatera Barat.

Dalam suatu nagari dibentuk Kerapatan Adat Nagari (KAN), yakni


lembaga yang beranggotakan Tungku Tigo Sajarangan (tungku tiga
sejarangan), yang merupakan perwakilan anak nagari, yaitu alim ulama,
cadiak pandai dan ninik mamak.
lanjutan
Transportasi udara saat ini melalui Bandar Udara Minangkabau (BIM).

Sementara untuk transportasi laut berpusat di pelabuhan Teluk Bayur


dan pelabuhan Muara Padang, yang melayani pelabuhan ke Mentawai.
c. Filsafat
alam dan adat
Minangkabau

Filsafat Alam Minangkabau


Adalah fatwa-fatwa adat Minangkabau berdasarkan alam nyata.
Adat minangkabau itupun mempunyai dasar falsafah alam nyata.
Pertumbuhan dan perkembangan alam minangkabau secara garis besar
dibagi menjadi dua periode, yaitu periode sebelum masuk islam dan
setelah masuknya islam.

Sebelum islam masuk di Minangkabau ketentuan adatnya didasarkan


pada kaidah-kaidah alam yang diformulasikan oleh alam pikiran manusia
sesuai dengan keinginannya. Ketentuan ini digambarkan dalam petatah
petitih, pantun, gurindam dan sebagainya, seperti petatah petitih
berikut: “panakiak pisau sirauik, ambiak galah batang lintabuang,
silodang ambiak kanyiru. Nan satitiak jadikan lauik, nan sakapa jadikan
gunuang, alam takambang jadi guru” .
lanjutan
Dengan demikian, sebelum agama islam masuk di Minangkabau,
nenek moyang Minangkabau telah menjadi alam sebagai dasar
adatnya.
Apa yang terjadi di alam dijadikan guru bagi kehidupan, seperti:
Api panas dan membakar, air membasahi dan menyuburkan, kayu
berpokok, berdahan , berbunga dan berbuah, lautan berombak, gunung
berkabut, ayam berkokok, kambing mengembek, hariamau mengaum
dan sebagainya.

Pada periode ini adat Minangkabau telah didasarkan pada


(sunnahtulla) atau hukum alam sebagai guru.
Pada taraf ini adat bersendikan alur yang patut.

Dalam falsafah alam terkembang jadi guru, terkandung berbagai ajaran


yang dapat ditafsirkan antara lain:
Setiap orang atau kelompok adalah sama.
Adanya kesamaan kedudukan memberi peluang pada masyarakat
untuk berlomba mengangkat martabat dan harga diri masing-masing.
lanjutan
Kewajiban orang berdasarkan alam takambang jadi guru menurut
Naroen adalah:
Pertama, seorang mempunyai kewajiban terhadap leluhur, nenek
moyang, diri sendiri serta masyarakat pada waktu sekarang.
Kedua, budilah yang menjadi dasar menjalankan kehidupan dan dalam
menjalankan tugas secara kebersamaan.
Ketiga, seorang mempunyai kewajiban terhadap sesama seperti
masyarakat, orang kampung dipatenggangkan, dan kewajiban
penjagaan nagari agar jangan sampai binasa.
Perasaan malu merupakan suatu dorongan untuk maju.
Seorang mempunyai kewajiban untuk berbuat baik, supaya
meninggalkan nama baik dan jasa-jasa.

Setelah islam masuk di Minangkabau, maka secara berangsur


kehidupan masyarakat Minangkabau berubah dan dipengaruhi oleh
ajaran islam.
Semenjak itupula rumusan adat didasarkan ketetapan-ketetapan
Allah SWT dan Rasullah SAW, namun musyawarah tetap diupayakan.
Dasar falsafah adat Minangkabau adalah ketetapan-ketetapan Allah
dan RasullahNYA.
Adat
Minangkabau

Arti “Adat” dalam bahasa Indonesia, “adat” sama artinya dengan


“aturan (perbuatan dan sebagainya) yang lazim diturut atau dilakukan
sejak dulu kala”. Arti lain dari “adat” yakni cara (kelakuan dan
sebagainya) yang sudah menjadi kebiasaan”. Bisa juga diartikan
sebagai wujud kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma,
hukum dan aturan yang satu dan lainnya berkaitan menjadi satu
sistem.

Dengan demikian “adat Minangkabau” dapat dikatakan sebagai


“aturan” (perbuatan dan sebagainya) yang lazim dilakukan orang
Minangkabau sejak dulu kala atau “cara” (kelakuan dan sebagainya)
yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat minangkabau.
Dapat juga disebut sebagai gagasan kebudayaan atas nilai-nilai budaya,
budaya, norma, hukum yang saling berkaitan menjadi suatu sistem.
lanjutan
Secara umum adat Minangkabau dapat dikatakan falsafah kehidupan
yang menjadi budaya dan kebudayaan Minangkabau.

Adat Minangkabau juga sebagai aturan atau tatacara kehidupan


masyarakat yang disusun berdasarkan musyawarah dan mufakat.

Sedangkan adat Minangkabau dalam kehidupan sehari-hari masyarakat


Minangkabau memberikan makna sebagai “ sawah diagiah bapamatang,
ladang diagiah bamintalak, nak babedo tapuang jo sadah, nak babikeh
minyak jo aia, nak balain kundua jo labu” .
Ungkapan petatah petitih ini, merupakan kaidah sosial yang mengatur
tata nilai dan struktur masyarakat, yang membedakan secara tajam
anatara manusia yang berbudaya dengan binatang dalam tingkah laku
dan perbuatannya.
d. Nilai-nllai
dasar adat
Minangkabau

Berdasarkan tujuan hidup orang Minangkabau adalah berbuat baik,


kata pusaka orang Minangkabau mengatakan “hiduik bajaso mati ba
pusako” . Jadi orang minangkabau memberikan arti yang tinggi
terhadap hidup.
Untuk analogi alam, maka pepatah mengatakan “ gajah mati
meninggalkan gadieng. Harimau mati meninggalkan belang. Manusia
mati meninggalkan nam”.

Bagi orang Minang, harus bekerja keras supaya ada yang bisa
ditinggalkan untuk anak, kemenakan dan masyarakat.
Mempusakakan disini bukan hanya dalam materi, tapi juga nilai-nilai
adat dan ilmu.
Ungkapan adat mengatakan “ pulai batingkek naiek maninggakan rieh jo
buku, manusia batingkek turun maninggakan namo jo pusako”.
lanjutan
Nilai hidup yang tinggi dan baik telah menjadi pendorong bagi orang
Minangkabau untuk selalu berusaha, berprestasi, dinamis dan kreatif.

Dengan hasil kerja dapat dihindarkan “hilang rano dek panyakik, hilang
bangso indak barameh” (hilang warna karena penyakit, hilang bangsa
karena tidak punya emas).

Orang Minang diminta bekerja keras sesuai ungkapan “kayu hutang


bukan andaleh , elok dibuek kalamari. Tahan hujan barani bapaneh,
baitu urang mancari rasaki” (kayu hutang bukan andalas, baik dibuat
untuk lemari. Tahan hujan berani berpanas, begitu orang mencari
rezki).
Konsep ini mengajarkan anak-anak muda di Minang untuk merantau
karena punya tanggung jawab di kampung untuk menyelamatkan
kampung.
lanjutan
Etos kerja yang telah menjadi dasar bagi orang Minang juga dipertegas
kuat oleh ajaran islam “bahwa setiap orang harus bekerja keras,
seakan-akan hidup selama-lamanya, dan beramal terus seakan mati
esok”.

Bagi orang Minangkabau, waktu dianggap sangat berharga ,


sekaligus menjadi pandangan hidup, yang diyakini kebenarannya.
Dimensi waktu yang diungkapkan orang minang menjadi sesuatu
yang harus diperhatikan, terkait masa lalu, masa sekarang dan masa
yang akan datang, seperti ungkapan “ maliek contoh ka nan sudah” bila
masa lalu tidak mengembirakan, maka akan berusaha untuk
memperbaikinya.

Ungkapan lain mengatakan “duduak meraut ranjau, tagak maninjau


jarak” ini adalah manifestasi waktu supaya jangan disia-siakan da n
“mambangkiek batang tarandam” adalah refleksi dari masa lalu
supaya masa sekarang bisa jadi lebih baik.
Sedangkan untuk masa depan, seperti ungkapan “bakulimek sabalum
habieh, sadioan payuang sabalum hujan” (hidup hemat dan siaga).
lanjutan
Orang Minangkabau menjunjung tinggi nilai kebersamaan (kolektif).,
seperti pepatah “duduak samo randah tagah samo tinggi” .
Kekuasaan tertinggi bagi orang minang adalah “nan bana” (kebenaran).

Kebenaran itu harus dicari dengan musyawarah dan mufakat, yang


dibimbing oleh “alue jo patuik”.
Penggunaan akal sehat harus digunakan oleh orang Minangkabau, dan
berdasarkan pandangan nilai-nilai yang dibawa agama Islam.

Islam mampu melengkapi akal pikiran orang Minang dengan nilai yang
bersifat manusiawi, yang disempurnakan dengan wahyu yang
duturunkan Allah SWT melalu Al-Quran.
lanjutan
Walaupun orang Minang menjalankan peran dan fungsi yang berbeda-
beda, tapi pada dasarnya saling dibutuhkan dan membutuhkan.

Seperti pepatah “nan buto pahambuih lasuang, nan pakak palapeh


badie, nan lumpuh paunyi rumah, nan kuat pambaok baban, nan
binguang ka disuruah-suruah, nan cadiak lawan barundiang” .
hanya fungsi dan peran orang berbeda, tapi pada hakikatnya setiap
orang dihargai sama.

Tujuannya adalah supaya hidup harmonis bermasyarakat.


Seperti pepatah lain “nantu dihormati, samo gadang baok bakawan, nan ketek
disayangi”.
Dengan datangnya agama islam di Minangkabau, konsep pandangan terhadap
sesama lebih dipertegas lagi sesuai al-quran dan sunah rasullah SAW.
Nilai kolektif masyarakat Minang menekankan tanggung jawab lebih luas dari
keluarga, kaum sampai pada masyarakat nagari.
Jadi orang Minang harus mampu membantu kerabat dan masyarakat nagari,
karena di sini ada tercantum interaksi harga diri dan tuntutan sosial, telah
menyebabkan orang minangkabau untuk selalu kreatif dan dinamis.
Ada 3 sistem adat yang dianut suku bangsa
Minangkabau semenjak kerajaan Pagaruyung, yaitu:
kelarasan (sistem) koto piliang, kelarasan bodi
caniago dan kelarasan panjang.

e. Sistem adat
Minangkabau
(Koto
Piliang dan
Bodi Caniago)
lanjutan
Kelarasan koto Adalah gagasan adat yang digariskan
piliang Datuk Ketumanggungan.
Garis kepemimpinan yang disebut
“manitiak dari ateh, batanggo naiak,
bajanjang turun”. sistem pengangkatan
penghulunya “patah tumbuah”.

Kelarasan koto piliang dikenal langgam nan tujuh, yakni


tujuh daerah yang dipimpin satu pangulu.

Langgam nan tujuh dan gelar kebesaran:


Pamuncak Koto Kiliang – daerahnya Sungai Tarab Salapan Batu.
Gajah Tongga koto Piliang – daerahnya Silingkang dan Padang
Sibusuk.
Camin Taruih Koto Piliang – daerahnya Singkarak dan Saning Baka.
Cumati Koto Piliang – daerahnya Sulik Aie dan Tanjung Balik.
Perdamaian Koto Piliang – daerahnya Simawang dan Bukik Kanduang.
Harimau Campo Koto Piliang – daerahnya Sungai Jambu dan Labu
Atam.
Lanjutan Langgam Nan Tujuah
Langgam Nan Tujuah
1. Pamuncak Koto Piliang (pemimpin Langgam Nan Tujuah, berkedudukan di
Sungai Tarap Salapan Batua).
2. Perdamaian Koto Piliang (Juru Damai Sengketa anar Nagari,
berkedudukan di Simawang Bukik Kanduang).
3. Pasak Kungkuang Koto Piliang (Keamanan Dalam Nagari, Berkedudukan di
Sungai Jambu Lubuak Atan).
4. Harimau Campo Koto Piliang (Panglima Perang, berkedudukan di Batipuah
Sapuluah Koto).
5. Camin Taruih Koto Piliang ( berkedudukan di Singkarak Saniang Baka).
6. Cumati Koto Piliang (Pelaksana Hukum, berkedudukan di Tanjung Balik
Suliak Aia).
7. Gajah Tongga Koto Piliang (Benteng Selatan, berkedudukan di Sillungkang
Padang Sibusuk).
Lanjutan
• Rajo Tigo Selo, merupakan institusi tertinggi sebagai Limbagao Rajo, yang
terdiri dari Rajo Alam, Rajo Adaik dan Rajo Ibadat yang berasal dari satu
keturunan.
• Rajo adaik mempunyai urusan mengurusi urusan permasalahan
peradatan, awalnya masuk untuk rajo alam, setelah Islam mengukuhkan
diri di Minangkabau, maka diangkatlah rajo ibadat.

• Masa Pagaruyuang kedudukan Rajo Tigo Selo:


 Istana Ateh Ujuang di Balai Janggo tempat kedudukan Rajo Adaik.
 Istana Balai Rabaa di Gudam tempat bersemayam Rajo Alam.
 Istana Ekor Rumpuik di Kampuang Tangah tempat Rajo Ibadat.
Tapi Rajo Alam berkedudukan di Pagaruyuang.
Rajo Adaik berkedudukan di Buo.
Rajo Ibadat berkedudukan di Sumpur Kudus.
Lanjutan
•Pusat pemerintahan lareh Koto Piliang di Buno Satangkai.

•Sistem yang dipakai koto piliang adalah: “sistem cuaca nan datang dari langik,
keputusan indak buliah dibandiang”. segala keputusan datang dari raja dan raja yang
menentukan.

Bila persoalan timbul pada suatu kaum, kaum membawa persoalan kepada Basa
Ampek Balai, bila tidak putus maka diteruskan pada Rajo duo selo. Urusan adat
kepada raja adat dan urusan keagamaan pada raja ibadat. Menurut AA Navis dalam
bukunya “Alam Takambang Jadi Guru” Basa Ampek Balai adalah dewan menteri yang
terdiri dari empat orang pembesar dalam sistem kerajaan Pagaruyuang.
Beranggotakan:
1.Tuan Gadang di Batipuah, Harimau Campo Koto Piliang.
2.Datuak Bandaro Putiah, Sungai Tarap, Pamuncak Alam Koto Piliang.
3.Machudum di Sumaniak, Aluang Bunian Koto Piliang.
4.Indomo di Saruaso, Payuang Panji Koto Piliang.

Setelah islam masuk:


1.Datuak Bandaro Putiah di Sungai Tarap, Pamuncak Alam Koto Piliang.
2.Machudum di Sumaniak, Alung Bunian Koto Piliang.
3.Indomo di Saruaso, Payuang Panji Koto Piliang.
4.Tuan Kadi di Padang Gantiang, Suluah Bendang Koto Piliang.
Kelarasan Bodi
Caniago

Kelarasan adat Bodi Caniago, merupakan gagasan adat yang


digariskan oleh datuk perpatih nan sabatang.
Sistem adatnya anti tesis terhadap sistem adat koto piliang.
Awalnya dianut oleh kabupaten limapuluh kota lalu meluas keseluruh
alam minangkabau.

Kelarasan bodi caniago juga mempunyai daerah setingkat langgam


nantujuh kelarasan koto piliang, yang disebut Tanjung Nan Ampek,
Lubuak Nan Tigo, dengan tujuh penghulu, yaitu: Tanjung Bingkuang
(limo kaum dan sekitarnya), Tanjung Sungayang, Tanjung Alam,
Tanjung Barulak, Lubuk Sikarah, Lubuk Sipunai, dan Lubuk Simawang.

Sistem yang dipakai dalam kelarasan bodi caniago adalah segala


keputusan ditentukan oleh kerapatan para penghulu, keputusan boleh
dibanding dan dipertanyakan kebenarannya.
Lanjutan
Nama Kotopiliang dibicarakan dalam kerapatan adat, bahwa sebagaian
daerah diberiakan datuk Katumanggungan pada adiknya Datuk
Perpatih Nan Sabatang, karena budi baik yang telah diberikan adiknya .
Apa yang telah dikatakan Datuk Katumanggungan tidak perlu di bantah
lagi.
Inilah awal nama Koto Piliang adalah dari kata yang pilihan.
Pendapat lain mengatakan bahw “bhodi can yaga” bahwa budi nurani
manusialah yang menjadi kebajikan dan kebijakan.

Sedangkan Koto Piliang berasal dari bahasa sanskerta yaitu “koto pili”
dari kata “ pili hyang” yang sama artinya dengan karma atau dharma.
Datuk Katumanggungan adalah seorang hiduisme yang percaya
manusia disusun kerangka hirarki piramida dengan pucuk seorang
pribadi yang merenungkan langit.

Anda mungkin juga menyukai