DISUSUN OLEH
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
1
KEGIATAN BELAJAR I
A. Kompetensi Utama
B. Pendahuluan
bangsa yang mendiami daerah di Pesisir Barat Sumatera, yang diapit oleh
dengan Sumatera Barat. Sebenarnya penyamaan ini adalah keliru, karena istilah
makna sosio-kultural. Sementara itu istilah Sumatera Barat baru dikenal pada abad
ke-18, yakni nama yang diberikan oleh Belanda: “Sumatra’s Weskust” atau “de
Weskust van Sumatera”, suatu istilah untuk menyebut daerah di bagian barat
Pesisir Sumatera.
di luar wilayah asli Minangkabau seperti disebut di atas. Dalam hal ini beberapa
2
tempat di wilayah indonesia, seperti Tapak Tuan di Aceh, Rantau Berangin,
C. Materi
Sampai saat ini banyak versi yang diberikan orang atas asal usul nama
sebagian lagi berasal dari penyelidikan ilmiah yang dilakukan oleh beberapa ahli
kata “manang kabau”, yakni sebuah peristiwa adu kerbau antara orang
Minangkabau dengan orang Jawa yang akhirnya dimenangkan oleh oleh orang
berikut:
3
ka sana dan terus menyeruduk-mdnyeruduk ke bawah perutnya. Tiba-
tiba kelihatan kerbau besar itu makin lama makin payah, dan akhirnya
ia jatuh terguling, perutnya perbuai keluar dan mati….”
Pendapat yang berasal dari mitologi ini didukung oleh sejarawan Belanda
legenda adu kerbau antara penguasa Jawa dengan raja Minangkabau, di mana
Minangkabau.
Menurut van der Tuuk, istilah Minangkabau berasal dari kata “Phinang
khabu”, yang berarti tanah asal, yakni suatu daerah yang pertama kala ditempati
nama Minangkabau dagean kampung asli suku Minangkabau, yakni tempat yang
sejumlah asal kata Minangkabau, seperti: “Pinangkerbau” yang berasal dari suku
kata “pinang dan kerbau”. Ini mengacu kepada legenda tentang peminangan
4
ini diterima sehingga negeri Minangkabau kemudian berubah menjadi
“Minangkabau”.
Dalam karya sastra Jawa Kuno, yakni kitab Nagara Kartagama yang
ditulis Mpu Prapanca pada abad ke-14 ditemukan kata “Minangkabwa”, yakni
sebuah daerah taklukan Majapahit di tanah seberang, yang harus membayar upeti
Tamwan”, yakni sebuah tempat yang terledak antara dua sungai besar (Kampar
Kiri dan Kampar kanan). Kata Minanga Tamwan kemudian berubah menjadi
Minangkabau
Apapun arti kata dan asal usul kata yang diberikan orang tentang
Minangkabau, secara historis nama Minangkabau sudah dikenal sejak abad- 14.
Penjelasan etimologi tentang asal-usul suku Minangkabau dalam arti tertentu juga
berarti dimata dunia sekitarnya dan untuk anak cucu mereka di kemudian hari.
Istilah Sumatera Barat adalah nama yang digunakan untuk menyebut satu
bagian propinsi Indonesia sekarang ini. Secara wilayah Propinsi Sumatera Barat
bagian utara, Bengkulu di bagian selatan, Jambi di bagian timur, dan Riau
dibagian tenggara.
5
Berbeda dengan konsepsi Minangkabau, istilah Sumatera Barat hanyalah
memiliki batas batas yang jelas. Secara historis nama Sumatera Barat baru dikenal
pada masa kolonial Belanda, yakni ketika pemerintah Belanda yang sudah
mennguasai hampir seluruh Sumatera ingin memberi batas yang jelas untuk
wilayah yang didudukinya. Oleh sebab itu wilayah Pesisir Barat Sumatera yang
berbatasan langsung dengan Samudera India, diberi nama Sumatera Weskust atau
Istilah Sumatera Barat juga mengandung makna politis, oleh sebab itu
kali perubahan. Pada awal kemerdekaan Sumatera Barat dijadikan sebagai sebuah
dan Riau, dengan nama Propinsi Sumatera Tengah. Tidak berapa lama kemudian
akibat adanya peristiwa PRRI yang berpusat di Sumatera Barat, maka wilayah ini
dipecah lagi menjadi tiga propinsi, yaitu: Sumatera Barat, Jambi, dan Riau.
Hingga saat ini Sumatera Barat tetap menjadi satu bagian propinsi Indonesia,
dimana ke dalam wilayahnya juga termasuk Mentawai, yang secara etnik dan
daratan.
6
C. Rangkuman
tambo lebih berbau mitologi karena menghubungkan nama itu dengan peristiwa
adu kerbau antara orang Jawa dengan Miangkabau yang sulit dibuktikan
D. Tugas
Sumatera Barat?
Barat?
E. Evaluasi
7
KEGIATAN BELAJAR I
A. Kompetensi Utama
B. Pendahuluan
administratif semata, tetapi lebih dari itu ialah mengandung makna sosio kultural.
Oleh sebab itu suku bangsa Minangkabau memiliki konsepsi wilayah yang
yakni Pusat Alam Minangkabau sebagai daerah inti, dan Rantau sebagai bagian
luar (feri feri). Pusat Alam Minangkabau dianggap sebagai daerah asal orang
C. Materi
1. Alam Minangkabau
secara geografis dan kebudayaan. Dengan kata lain, Alam Minangkabau tidak
8
hanya mengacu kepada pengertian fisik (geografis) belaka, melainkan juga
bukan produk budaya yang diperkenalkan oleh bangsa barat atau asing lainnya.
Hal ini terlihat dari cerita klasik Minangkabau, seperti yang tergambar dalam
sebagai berikut: “Dari Sikilang Aie Bangih, hinggo Taratak Aie Hitam. Dari
Sumatera Utara.
dua konsep geografis (wilayah) utama, yakni: daerah inti (Darek), dan Daerah
Pinggiran (Rantau). Daerah darek sering juga disebut dengan istilah luhak.
Darek (Luhak) adalah daerah inti atau Pusat Alam Minangkabau yang
dianggap sebagai cikal bakal suku bangsa Minangkabau. Daerah Darek terdiri dari
tiga luhak, yakni: Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Limo Puluh Koto.
9
Dalam konsepsi budaya Minangkabau Luhak Tanah Datar dianggap sebagai
daerah tertua, karena dalam mitologi dikatakan bahwa nenek moyang suku bangsa
Minangkabau berasal dari Pariangan Padang Panjang, yakni sebuah daerah yang
terletak di kaki Gunung Merapi di kawasan Luhak Tanah Datar (M.D. Mansoer,
1970: 2-3). Namun dalam penelitian terbaru yang dilakukan oleh ahli-ahli
arkeologi Sumatera Barat ada bukti baru bahwa sebenarnya luhak yang tertua itu
adalah Limo Puluh Koto. Hal ini terutama didasarkan atas temuan benda-benda
arkeologis di daerah Luhak Limo Puluh Koto, seperti menhir (batu tagak).
Dalam temuan itu ternyata menhir-menhir di kawasan Luhak limo Puluh Koto
jauh lebih tua dibandingkan menhir yang berada di kawasan Luhak Tanah Datar.
10).
Minangkabau. Daerah ini lebih dikenal dengan sebutan Rantau. Paling tidak ada
dua rantau penting orang Minangkabau: pertama, Rantau Pesisir, yakni daerah
dataran rendah di sebelah barat Bukit Barisan yang berbatasan langsung dengan
Samudera Hindia; dan kedua, daerah sekitar aliran sungai yang bermuara ke
arah timur Alam Minangkabau, yang lebih dikenal dengan sebutan Ekor Rantau
10
Konsep Rantau sebagai daerah penyebaran suku bangsa Minangkabau
adalah dari daerah darek (luhak), yang terdiri dari tiga daerah, Luhak Tanah Data,
Luhak Agam, Luhak Limo Puluah Koto, yang biasanya disebut dengan "Luhak
Apabila sudah cukup terkumpul maka mereka akan kembali untuk modal dan
sungai yang berhulu ke Bukit Barisan dalam daerah Luhak Nan Tigo dan
11
bermuara ke Selat Malaka (Laut Cina Selatan). Sungai-sungai itu adalah Batang
Sinamar dan Batang Lampasi di Luhak Limo Puluah Koto, Batang Agam, Batang
Antokan dan Batang Palupuah di Luhak Agam serta Batang Anai, Batang Selo
dan Batang Umbilin di Luhak Tanah Data, yang kesemuanya itu membentuk
teritorial politik yang mandiri di bawah naungan Dewan Penghulu Nagari, dan
tidak mewakili kekuasaan raja seperti disebutkan di atas. Dalam kondisi demikian
kekuasaan mereka tidaklah terlalu besar (Djoko Suryo, dkk, 2001: 153 – 154).
berubah nama menjadi Sumatra Weskust (Sumatera Barat), dan kawasan luhak
12
diwariskan sampai era kemerdekaan. Sejak era kemerdekaan geografis
Perubahan yang lebih parah justru terjadi di masa Orde Baru, di mana
seringkali nagari dipecah ke dalam unit-unit desa. Dalam era reformasi ini ada
D. Rangkuman
daerah inti, dimana suku bangsa Minangkabau berasal. Pusat Alam Minangkabau
terdiri dari tiga Luhak, yakni: Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Lima
rantau. Daerah rantau ini ada yang menyusuri bagian pedalaman selingkar Bukit
Barisan, serta menyusuri hulu hulu sungai besar. Di samping itu ada juga yang
13
E. Tugas
F. Evaluasi
Minangkabau sejak masa lalu hingga saat sekarang ini? Jelaskan dengan
contoh !
14
KEGIATAN BELAJAR III
A. Kompetensi Utama
B. Pendahuluan
asal usul nenek moyang mereka. Demikian juga halnya dengan suku bangsa
Sistem sosial mulai dabentuk, dan budayapun mulai dibangun. Dalam pada itu
struktur kekuasaan sebagai pilar utama dalam sistam sosial juga mulai
dikembangkan,
15
C. Materi
Dalam arti luas kosmologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
struktur dan sejarah alam semesta. Akan tetapi dalam arti sempit adalah ilmu
yang berhubungan dengan asal mula dan perkembangan dari suatu subyek,
misalnya alam fisik dan alam manusia. Dengan demikian kosmologi adalah suatu
kerangka berpikir yang dipegang dan dianut bersama dalam suatu masyarakat
dengan tujuan untuk menjelaskan proses penciptaan dan kedudukan manusia dan
alam semesta, serta hubungan timbal balik antara manusia dengan alam semesta
semesta, baik alam fisik, maupun alam manusia sesuai dengan tingkat pemikiran
16
Keturunan mulai berkembang biak dan menyebar ke nagari-nagari di
Luhak Nan Tigo (Sango Tt. Basa Batuah, 1954).
Kerangka pemikiran orang Miningkabau yang tergambar dalcm
animisme, Hindu, dan Islam. Dalam hal ini unsur islam ternyata sangat dominan
Suku bangsa Minangkabau juga memiliki mitologi tentang asal usul nenek
Iskandar Zulkarnaen, raja Macedonia yang terkenal. Salah seorang putra Iskandar
Indo Jati, Cati Bilang Pandai, Harimau Campo, Kuciang Siam, Kambiang Hutan,
Ameh (Pulau Emas), untuk kemudian berlabuh di Gunung Merapi (M. Rasjid
manggis Dt. Radjo panghoeloe, 1987: 58). Seperti disebut di atas di daerah inilah
tambo:
17
(Dari mana titik pelita,
di balik tanglong yang bertali
dari mana asal nenek kita
dari atas Gunung Merapi)
Kecendrungan suku bangsa atau bangsa untuk menghubungkan nenek
Payakumbuh, namun hal itu belum dapat menjelaskan tentang manusia tertua di
diperkirakan paling tua hanya 1000 tahun Sebelum Masehi. Padahal diperkirakan
berasal dari bahasa Tamil, “malai”, yang berarti gunung. Istilah “malai-ur”
18
kosmogoni asal usul suku bangsa Minangkabau yang menganggap nenek moyang
mereka berasal dari Gunung merapi maka hal ini tentu amat relevan sekali.
halnya Huma di Mentawai. Sebagai satu unit geografis dan kultural orang
awal yang sudah dibangun sebelumnya oleh penduduk setempat. Makin lama
orang yang mendirikan pondok di taratak itu makain banyak sehingga daerah itu
pemukiman baru menjadi koto yang lebih luas lagi. Terakhir beberapa koto
nagari-nagari di Minangkabau.
Secara adat dan budaya suatu nagari itu baru sah berdiri kalau sudah
19
Indonesia, artinya: “punya pasar dan mesjid, mempunyai tempat pemakaman,
Dalam hal ini Koto sebagai bagian nagari berfungsi sebagai benteng, yaitu pusat
pertahanan yang biasanya dikelilingi oleh parit dan bambu runcing. Setelah
Perang Paderi fungsi Koto sebagai pusat pertahanan dihilangkan, yaitu dengan
menimbun seluruh parit yang ada di nagari (MD. Mansoer, 1970, 15).
Sebagai sebuah unit territoral dan kultural nagari memiliki batas-batas yang
seorang Wali Nagari yang dikontrol oleh sebuah badan legislatif nagari bernama
Tigo (Pusat Alam Minangkabau). Pada mulanya terdapat dua rantau terpenting
orang Minangkabau, yakni rantau pesisir dan rantau hilir. Rantau pesisir idalah
daerah yang membentang di sebelah barat Bukit Barisan dan berbatasan dengan
dan anak-aanak sungai yang bermuara ke bagian timur (Selat Malaka), di antanya:
Pada saat ini konsep rantau dalam etnik Minangkabau telah mengalami
20
penghidupan baru bagi orang Minangkabau. Pergi merantau berarti meninggalkan
kampung halaman dan sanak keluarga, baik untuk sementara waktu, maupun
untuk selamanya. Hal ini sesuai dengan anjuran adat Minangkabau sebagai
konsepsi wilayah lainnya, yakni kelarasan. Dalam memahami sejarah dan adat
luhak dan laras dikacaukan. Sebenarnya pengertian Luhak ialah wilayah atau
disebutkan tadi. Kelarasan atau sistem adat Koto Piliang umpamanya, terdapat di
Luhak Tanah Data, Luhak Agam, dan Luhak 50 Koto. Bahkan di luar luhak itu
pun, seperti di daerah Solok dan daerah Pesisir sistem adat menurut alur kelarasan
itu juga berlaku Di sisi lain sistem adat menurut jalur Bodi Caniago juga terdapat
di seluruh luhak dan di luar luhak. Kelarasan yang ketiga yang muncul belakangan
ialah Kelarasan Koto Nan Panjang. Kelarasan ini agaknya sebagai kompromi
Belanda itu disebut Tuanku Lareh, umpamanya Tuanku Lareh Simawang. Jabatan
laras dalam lembaga Pemerintahan Hindia Belanda, ini tidak ada hubungannya
21
sama sekali dengan laras dalam konteks Kelarasan Koto Piliang, Bodi Caniago,
dan Koto nan Panjang. Laras Belanda ini merupakan perpanjangan tangan
Belanda kepada beberapa kepala nagari dalam suatu kawasan tertentu. Kekuasaan
Tuanku Laras sangat besar dan kadang-kadang sangat menentukan. Tugas utama
juga ada kerajaan satelit yang disebut seperti “negara bagian” dari Pagaruyung.
Daeah ini dipimpin pula oleh seorang raja yang bedaulat. Namun sistem
pemerintahan adat yang dijalankan di derah itu, tidak keluar dari apa yang
digariskan Pagaruyung. Diantara kerajaan satelit itu adalah Sungai Pagu yang
2006).
D. Rangkuman
penciptaan alam semesta beserta isinya. Dalam terminologi keilmuan hal seperti
ini dikenal dengan istilah kosmologi. Demikian juga halnya dengan etnik
Minangkabau yang juga mengenal kosmologinya tentang asal usul nama suku dan
berasal dari peristiwa menangnya orang Minangkabau dalam adu kerbau dengan
orang Jawa. Sementara nenek moyang suku bangsa ini dihubungkan dengan raja
22
Dalam hal wilayah (geografis), orang Minangkabau juga mengenal
konsepsi sendiri. Luhak nan Tigo (Tanah Datar, Agam, dan Lima Puluh Kota)
berbagai tempat lain, yang kemudian dikenal dengan istilah rantau. Dengan
bagian pantai, dan rantau hilir yang terletak di pedalaman sepanjang Bukit barisan
E.Tugas
1. Asal usul suku bangsa Minangkabau, baik menurut versi tambo, maupun
versi ilmiah
E. Evaluasi
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Luhak, rantau, dan nagari dalam
23
KEGIATAN BELAJAR IV
MINANGKABAU TRADISIONAL
A. Kompetensi Utama
B. Pendahuluan
Indonesia adalah satu satunya suku bangsa yang menghitung garis keturunan dari
pihak ibu. Sistem kekerabatan matrilineal itu telah mempengaruhi seluruh sendi
Kemudian dalam sistem politik dikenal adanya hirarki kekuasaan di dalam nagari,
yang menempatkan wali nagari sebagai pusat dari kekuasaan. Di samping itu juga
terdapat tungku tigo sajarangan sebagai pilar utama dalam nagari, terdiri dari
ninik mamak, alim ulama, dan cerdik pandai. Dalam pada itu sistem budaya
tergambar dalam berbagai tingkatan adat dalam masyarakat, mulai dari adat nan
sabana adat, adat yang diadatkan, adat yang teradat, sampai dengan adat istiadat.
24
C. Materi
1. Sistem Sosial
berdasarkan garis ibu. Oleh sebab itu istilah keluarga dalam masyarakat
Minangkabau mengandung arti anggota sedarah, karena berasal dari satu ibu.
Lebih lanjut ikatan kekeluargaan ini dikembangkan lebih luas ke dalam berbagai
bentuk tingkatan, mulai dari “samande” (satu ibu), “saparuik” (satu perut),
Sesuai dengan garis madrilineal yang dianut, peran utama dalam keltarga
dipegang oleh “mamak”, dalam berbagai degradasi: mamak rumah, mamak kaum,
dan mamak suku. Mamak rumah adalah saudara laki-laki ibu atau garis ibu, yang
keluarga. Mamak rumah tersebut biasa dipanggil datuk, dan memakai gelar
Sedangkan mamak suku mengepalai unit yang lebih besar lagi, yakni suku,
sebagai penghulu. Semua tingkatan mamak tersebut disebut dengan istilah “ninik
mamak”.
25
dan sebaliknya kemenakan harus patuh kepada mamak. Pepatah Minangkabau
lebih banyak mencari tuntunan kepada mamak ketimbang pada ayahnya (Mavis
Rose, 1991: 6). Sebab fungsi ayah dalam keluarga tidak lebih sebagai tamu, dan
1984: 16).
garis ibu. Dengan sendirinya orang-orang yang berasal dari satu suku dianggap
adat). Pertama adalah suku Bodi dan Caniago; dan kedua suku Koto dan Piliang.
sembilan puluh enam (96) suku yang tersebar di seluruh nagari di Minangkabau.
2 .Struktur Politik
26
Dewan Kerapatan Adat, yang anggotanya terdiri dari para penghulu. Salah
seorang di antaranya dipilih sebagai kepala nagari, yang berwewenang penuh atas
untuk menarik perhatian rakyat banyak, serta perekat antar nagari. Raja tidak
ulama serta cerdik pandai (kaum intelektual) 3ebagai pemimpin yang sah. Ulama
adalah orang yang memiliki pengetahuan agama (Islam) yang cukup dalam, di
yang lazim diberikan pada mereka adalah pandito, chatib, kmam, atau syekh,
tergantung dari tinggi rendahnya ilmu yang dimilikinya. Di samping itu suara
mereka juga amat berpengaruh dalam Kerapitan Adat Nagari (M.D. Mansoer,
1970: 15-21). Sementara kaum cerdik pandai adelah orang yang pintar, cekatan,
kaya, dan berwibawa. Meskipun secara formal mereka tkdak memegang jabatav
27
Ninik mamak, alim ulama, dan cerdik pandai merupakan pimpinan
dalam ungkapan berikut: “Adat dipimpin oleh penghulu, agama oleh ulama, dan
pemerintahan oleh cerdik pandai” (Taufik Abdullah, 1972: 189). Dalam realitas
amat sukar untuk memisahkan secara tegas ketiga unsur pimpinan tersebut.
Seseorang pada saat yang sama dapat menjabat sebagai ulama dan penghulu, dan
sebagian besar tokoh adat dan agama juga seringkali merupakan tokoh cerdik
pandai.
dijadikan sebagai bagian dari administrasi kolonial, di mana para penghulu yang
Nagari dibatasi pada penghulu inti, yaitu orang-orang yang diakui pemerintah
Belanda sebagai “penghulu pucuk”, yang berfungsi sebagai pimpinan kaum atau
3.Sistem Budaya
Kata Adat berasal dari bahasa Arab yang secara etimologis berarti
28
artinya “Bapucuak sabana bulek, basandi sabana padek”, artinya orang
Minang percaya kepada Allah SWT yang ajarannya tersurat dalam Al-Qur’anul
Karim, dan tersirat kepada alam (Alam Takambang Jadi Guru). Pengetahuan adat
Minangkabau itu dihimpun di dalam “Undang nan Duo Puluh Cupak nan Duo.
Adat nan sabana adat adalah kenyataan atau peraturan yang berlaku dalam alam
yang merupakan kodrat Illahi, yang didasarkan berdasarkan Agama Islam (syarak)
misalnya “Adaik api mambaka, adaik aie mambasahi, adaik ayam bakokok, adaik
murai bakicau, adaik lauik baombak.”Adat nan sabana adat ini juga merupakan
adat yang tetap, kekal, tidak terpengaruh oleh tempat dan waktu atau keadaan.
Sebab itu dikiaskan dengan “Indak lakang dek paneh, indak lapuak dek hujan“.
Adat nan diadatkan adalah sesuatu yang didasarkan atas mufakat, dan
mufakat ini harus pula didasarkan atas alur dan patut. Adat ini merupakan sesuatu
yang dirancang dan dijalankan, serta diteruskan oleh nenek moyang yang mula-
29
Adat yang diadatkan melingkupi seluruh segi kehidupan, terutama segi
Adalah kebiasaan setempat yang dapat bertambah pada suatu tempat dan
dapat pula hilang menurut kepentingan. Adat seperti ini tergambar dalam pepatah
adat:
Bila dibandingkan antara adat nan teradat dengan adat nan di adatkan,
terlihat perbedaannya dari segi keumuman yang berlaku. Adat nan di adatkan
bersifat umum pemakaiannya pada seluruh negeri yang terlingkup dalam satu
lingkaran adat yang dalam hal ini ialah seluruh lingkungan Minangkabau. Jadi,
umpamanya keadaan suatu negeri dengan negeri yang lain. Adat nan teradat
d.Adat Istiadat
30
Adat istiadat adalah kebiasaan dalam suatu nagari atau golongan yang
berupa kesukaan dari sebgian masyarakat tersebut, seperti kesenian, olah raga, dan
sebagainya, seni suara, seni lukis, dan bangunan-bangunan dan lain-lain, yang
D. Rangkuman
terutama jika dilihat dari sistem kekrabatannya. Berbeda dengan kebanyakan suku
ibu (garis matrilineal). Oleh sebab itu peran wanita di Minangkabau sangat
E.Tugas
Buat sebuah ringkasan dalam bentuk tabel tentang perbedaan sistem sosial,
politik, dan budaya Minangkabau tradisional dengan yang ada hari ini !
E. Evaluasi
31
KEGIATAN BELAJAR V
KERAJAAN MINANGKABAU
A. Kompetensi Utama
Minangkabau
Minangkabau
B. Pendahuluan
konsepsi masyarakat Jawa tentang hal yang sama. Di daerah Jawa kerajaan
dianggap sebagai simbol utama dari kekuasaan, di mana kepatuhan tertinggi dari
disakralkan, dan dihubungkan dengan sesuatu yang agung, seperti dewa. Dengan
sehingga terbentuk pola hubungan Gusti kawula, atau Tuan dan Abdi.
Bagi orang Minangkabau, raja ataupun kerajaan lebih merupakan “kerajaan kata-
32
kata”, yaitu sesuatu yang hanya ada dalam pikiran, tetapi tidak dalam kenyataan.
kerajaan yang harus dipatuhi sedemikian rupa, serta disakralkan dalam kehidupan
nyata. Dalam konteks seperti ini Kerajaan Pagaruyung yang pernah ada di
“kerajaan orang Jawa” di Minangkabau. Oleh sebab itu, nagari-nagari yang ada di
C. Materi
sehingga rekonstruksi sejarah dalam periode itu agak sukar untuk dilakukan.
Sampai saat ini sumber-sumber tertua tersebut kebanyakan adalah dalam bentuk
arkeologis (kepurbakalaan).
diwariskan secara turun termurun dari satu generasi pada generasi yang lain.
Sesuai dengan sifat lisannya maka kaba amat mudah untuk berubah dari waktu ke
waktu, dan dari satu tempat ke tempat lain. Kaba banyak bercerita tentang asal
Minangkabau (abad 19). Kaba juga penuh dengan unsur mitos dan legenda,
33
Di samping kaba juga terdapat tambo, yang dalam banyak hal mirip
dengan kaba. Bahkan pada tahap awalnya tambo juga berkembang dalam bentuk
kebudqyaan Islam, beberapa kaba mulai diolah ke dalam bahasa tertulis dalam
bentuk tambo. Oleh sebab itu sebagian tambo Minangkabau menggunakan bahasa
Arab Melayu. Tambo juga penuh dengan unsur mitos dan legenda, sehingga
yang dominan adalah Luhak Lima Puluh Kota. Sebagian sumber tersebut
megalithikum, goa-goa pra sejarah, lesung/lumpang batu, batu dakon, batu gores,
Megalhit Bawah Parit, Situs Megalhit Ampang Gadang, Situs Megalhit Sungai
Megalhit Bukit Parasi, Situs Megalhit Guguk Nunang, Situs Megalhit Guguk, dan
34
Sementara goa-goa pra sejarah antara lain dapat disebutkan Goa Balik
Bukik di Kecamatan Harau, Kabupaten Limo Puluh Kota; Goa Bukik Kaciak;
Goa Bukik Gadang; Goa Bukik Dalimo; Goa Bukik Panjang; dan Goa Taram.
berbagai tempat, seperti Pariangan, Rambatan, Tanjung Emas, dan Limo Kaum
2. Kerajaan Pagaruyung
Mongol yang ganas dan kejam, Kertanegara telah mengirim suatu utusan kepada
samping itu menurut para ahli Ekspedisi Pamalayu ini juga bertujuan untuk
Pamalayu itu, mereka membawa dua orang putri Melayu, yakni Dara Petak dan
Dara Jingga. Dara Petak kemudian dipersunting oleh Kertarajasa, raja Majapahit
35
Majapahit, yang kemudian melahirkan Adityawarman, raja Pagaruyung pertama
Damasraya di hulu sungai Batang Hari. Namun pada tahun 1349 Adityawarman
Wu-Li). Sampai saat ini tidak dapat dibuktikan apakah nama yang disebut dalam
berita Cina itu sama dengan nama “Ananggawarman”, yang tertulis dalam Prasasti
Saruaso.
tidak dapat diketahui dengan baik. Hal ini berlangsung sampai abad ke XVI.
pemerintahan Sultan Alif pada tahun 1506. Pada masa kekuasaan Sultan Alif ini
36
kerajaan Pagaruyung tidak lagi bercorak Budha Tantrayana, melaincan sudah
bercorak Islam. Hal yang lebih penting lagi ialah dapat diketahuinya struktur
Diduga yang pertama memeluk Islam adalah Sutan Alif yang berkuasa sekitar
penduduk Minangkabau sudah memeluk agama Islam. Baru setelah Sultan Alif
dan keluarga raja beragama islam, seluruh alam Minangkabau dapat di pandang
datang dari luar. Dia diangkat sebagai raja oleh Basa Amek Balai dan Rajo-rajo
Selo. Sesuai dengan ajaran Islam, hampir semua generasi itu disesuaikan dengan
Aceh, Banten, Demak, dan kerajaan Islam lainnya, yang setelah masuk Islam
segera membentuk anagkatan perang yang kuat. Nagari diperintah dan diatur oleh
tertulis tidak ada, yang ada hanyalah hokum tak tertulis, yang diwariskan secara
Setelah Sutan Ali wafat, dia digantikan oleh Yang Dipertuan Raja
Bagewang II. Raja ini adalah keponakan dari raja Bakilek Alam (Bagewang I)
37
yang sebelumnya menjadi raja ketika kerajaan masih bercorak Buddha Bhairawa.
cap/stempel yang bertuliskan huruf Arab. Dia adalah kemenakan Raja Jambi yang
Sebelum Abdul Jalil memangku jabatan sebagai “Raja Adat” di Buo. Setelah
menjadi raja, dia di beri gelar “Yang Dipertuan Raja Muningsyah I”. pada masa
Pengganti Sultan Abdul Jalil adalah Yang Dipertan Raja Basusu Ampek
bergelag Raja Alam Muningsyah II (1615 M). Dalam masa pemerintahannya, raja
tidak banyak berbuat, akan tetapi keadaan kerajaan dan daerah rantau senantiasa
aman.
adat, lazim disebut “Tuanku nan Tigo Sajarangan” atau “Tali Tigo Sapilin”. Ada
tiga orang raja yang berkuasa, yaitu Raja Adat di Buo, Raja Ibadat di
Sumpurkudus, dan Raja Alam di Pagaruyung. Ketiganya disebut juga “ Raja Nan
Tigo Selo”.
38
Ibadat adalah pemegang Hukum Titah Allah, penegak iman di Alam yang
memegang tinggi titah Allah, dan mengerjakan suruhan Nabi. Raja Alam
Mentri), yang terdiri Datuk Bandaro di Sungai Tarab, Tuan Kadhi di Padang
seperti yang digariskan oleh Rajo Nan Tigo Selo. Di bawah Basa Ampek Balai
D Rangkuman
amat terbatas. Sebagian besar sumber itu adalah dalam bentuk sumber fisik
(benda), dan sebagian lainnya lewat tradisi lisan yang berkembang dalam
pagaruyung terkesan serba tidak lengkap dan tidak utuh. Hal ini seperti terlihat
selatan, serta kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu di daerah Solok Selatan.
39
bercorak Hindu Budha, barulah pada abad ke XVII terlihat pengaruh Islam,
sehingga raja Pagaruyung yang bernama Sultan Alif adalah seorang penganut
agama Islam.
E.Tugas
E. Evaluasi
Adityawarman!
Pagaruyung!
lainnya di Minangkabau!
40
KEGIATAN BELAJAR VI
A. Kompetensi Utama
Minangkabau
lainnya di Minangkabau
Minangkabau
B. Pendahuluan
mengacu kepada “kata kata” (ungkapan) bukan suatu kekuasaan politik yang
nyata. Oleh sebab itu suku bangsa Minangkabau tidak pernah mengakui
yang besar. Suku bangsa Minangkabau tetap hidup dalam ikatan nagari nagari
politik, dan budayanya masing masing, yang secara holistik merupakan gambaran
pemahaman kekuasaan seperti itu, maka kekuasaan politik dalam bentuk kerajaan
41
Di nagari nagari Minangkabau, baik yang terletak di daerah darek (luhak),
Nagari” itu biasanya memiliki wilayah kekuasaan atas satu atau beberapa nagari
C. Materi
1. Kerajaan Inderapura
rantau Alam Minangkabau. Asal usul kerajaan ini amat kabur, sumber lokal yang
berasal dari pengaruh Hindu-Budha. Indra berarti baik, sedangkan pura berarti
kerajaan ini sudah berdiri sejak abad ke 9 SM yang berpusat di Muaro Gadang.
Sementara versi lain menyebutkan bahwa kerajaan ini baru muncul pada abad ke
2 SM, yang didirikan oleh Sri Sultan Zatullah Ibnu Sultan Zulkarnain. Ia
Inderapura.
dikatakan Sultan Zatullah memiliki tiga orang putera, salah satunya adalah Sri
42
Maharadja Diraja.. Keturunan dari Maharadja Diraja ini melahirkan tokoh-tokoh
mitos Minangkabau lainnya, seperti Datuk Perpatih Nan Sabatang, dan Dt.
dan kuat. Wilayahnya mencangkup wilayah anak sungai hingga Ketaun (William
Marsden, 1999 :209). Keterangan mengenai kerajaan ini di dapat dari kisah yang
Pada tahun 1400, salah seorang dari pangeran yang berasal dari tanah arab
oleh orang-orang Bengkulu, sebagai mas kawinnya. Pemberian ini mejadi dasar
yang bernama Yang Dipatuan Setio Barat yang berkedudukan sebagai sultan
dengan gelar Sultan Firmansyah. Nama asli baginda adalah Abdul Rahim,
oktober 1990).
Yang menjadi urat nadi perekonomian di kerajaan ini adalah lada yang di
hasilkan dalam jumlah besar dan sedikit emas. Dikerajaan ini terdapat sungai
43
Indrapura yang berhulu ke gunung Kerinci dan bermuara di Indrapura. Sungai ini
2. Kerajaan Pasaman
kendali kerajaan Minangkabau. Daerah ini adalah wilayah paling utara yang di
pesisir lainnya Pasaman kemudian di kuasai oleh Aceh (William Marsden, 1999 :
209).
kerajaan Kinali yang terletak di barat dan kerajaan Rao terletak di timur. Tiap-tiap
kerajaan di pimpin oleh seorang raja yaitu Yang Dipertuan Kinali di Kinali dan
Tuanku Rao di Rao. Masing-masing raja di bantu oleh empat belas penghulu.
perdagangkan terutama adalah lada. Selain itu, Pasaman menampung emas halus
dari gunung-gunung yang ada di sekitar Rao. Sebagian besar emas yang di
luar empat di dalam”. Yang di luar adalah Datuk Janda Lelo, Datuk Majo Basa,
Datuk Sinaro Panjang, dan Datuk Batuah. Yang di dalam adalah Datuk Rajo
Magek, Datuk Indo Mangkuto, Datuk Bandaro Panjang, dan Datuk Bandaro Basa.
44
Pemerintahan di Rao tidak memakai Basa Ampek Balai, tetapi memakai
Basa Limo Baleh. Disamping itu terdapat istana penghulu, suku, Datuk, Rido dan
Kerajaan Jambu Lipo pada awalnya berpusat di atas puncak bukit jambu
lipo, sekitar 3 km dari jalan raya lubuk Tarab. Raja pertama yang memegang
Jambu Lipo telah di pimpin oleh 14 orang raja. Raja yang terakhir adalah Firman
bergelar Bagindo Tan Ameh XIV. Keberadaan kerajaan Jambu Lipo di puncak
bukit jambu lipo hanya sampai pada masa pemerintahan ke-empat, yaitu Rajo
Alam yang bergelar Bagindo Tan Ameh (Budi Istiawan, 1999 : 7).
Paulasan, Taratak Baru, Simanyu, dan sebagainya, pihak kerajaan Jambu Lipo
menerima perundingan damai dari pihak Sutan Nan Paik di puncak koto Tou.
nagari yang sekarang di kenal dengan nama Lubuk Tarab. Sejak berdirinya Lubuk
Tarab, pusat kerajaan Jambu Lipo tidak lagi berada di puncak bukit jambu lipo,
tetapi kemudian pindah ke Rumah Gadang Bawah Pauah atau di sebut juga
kulambu Suto.
dengan baik sebagaimana dahulunya dengan puncuk pimpinan Rajo Tigo Selo,
45
yaitu Rajoalam dengan gelar Bagindo Tan Ameh, rajo ibadat dengan gelar
Bagindo Maharajo Indo, dan rajo adat dengan gelar Bagindo Tan Putiah.
Disamping Rajo Nan Tigo Selo, terdapat pula beberapa pejabat inti
kerajaan yang terdiri dari Sandi Kerajaan, Sandi Amanah, Sandi Padek, dan
beberapa Hulu Balang yang di sebut Ampang Limo Rajo. Para pejabat di atas juga
ditingkat daerah.
Keempat rajo Alam yang pernah memimpin kerajaan Jambu Lipo berturut-
turut adalah (I) Dungku Dangka, (II) Sutan Andamik, (III) Sutan Badu, (IV)
Buayo Kumbang, (V) Sutan Ledok (Nan Badarah Putiah), (VI) Nan Barambai
(Nan Basusu Duo Sabalah), (VII) Sutan Kuat Nan Panjang Lutuik, (VIII)
Tuangku Jambi, (IX) Sutan Pondok, (X) Rajo Hitam (Nan Babirunguik), (XI)
Sutan Ali Umar, (XII) Sutan Garak Alam, (XIII) Rajo Inde, dan (XIV) Firman.
Pada masa pemerintahan Rajo Alam IX, yaitu Sutan Pondok, kerajaan
Jambu Lipo mulai menurun karena telah di kuasai oleh belanda. Kerajaan Jambu
Lipo hanya hidup dalam adat istiadat dan perundang-undangan secara adat.
bentuk asisten demang, tuangku lareh, tuangku palo dan kemudian berlanjut
sebagi wali nagari. Orang-orang yang menduduki jabatan tersebut di angkat oleh
belanda dari daerah-daerah lain di luar kerajaan Jambu Lipo. Kerajaan Jambu
Lipo telah hidup di hati masyarakat dan masih di lihat dalam kebiasaan Rajo Alam
yang berwajib berkunjung ke daerah-daerah satu kali dalam tiga tahun dalam
46
habih, bajalan rajo rantau salasai ”(duduk penghulu semua masalah/sengketa
Sungai Pagu dijuluki sebagai Alam Surambi Sungai Pagu, karena dianggap
Sungai pagu terdiri dari tiga kerajaan, yakni: Melayu, Panai, dan Kampai.
Kemudian kerajaan ini lebur jadi satu, di bawah pimpinan Raja Alam, yang
pagaruyung amat dekat dan erat. Hal ini terlihat dari adanya persamaan
diangkat, dan dinobatkan secara langsung oleh kerajaan Pagaruyung. Sama halnya
Kerajaan tertua di Sungai Pagu adalah kerjaan Melayu, yang didirikan oleh
seorang pangeran yang datang dari kwasan Tigo Lareh (Damasraya). Selanjutnya
di ikuti oleh kerajaan Panai dan kerajaan Kampai. Terakhir di susul dengan
Kerajaan Melayu, Panai dan Kampai adalah tiga kerajaan yang pada
47
Kerajaan Panai berpusat di kuala Sungai Panai, kawasan labuhan Sumatra utara
dan masyarakat melayu terpencar. Para pangeran yang tidak mau tunduk kepada
Sungai Pagu”. Setelah Indonesia merdeka, kerajaan di Sungai Pagu masih terdapat
Rajo Alam, Rajo Adat, Rajo Syarak, Rajo Parik Paga, dan Rajo Mudo Melayu
Kecamatan Sungai Pagu tahun 2000 kecamatan ini kemudian di pecah menjadi
dua, yaitu kecamatan Sungai Pagu yang berpusat di Muarolabuh, dan kecamatan
D. Rangkuman
sesuatu yang hanya bersifat “kata kata”, dan abstrak, dalam arti bukan suatu
kekuasaan politik yang disakralkan dan dipatahi secara taklik, maka kerajaan lebih
dianggap sebagai simbol pemersatu nagari atau beberapa nagari. Oleh sebab itu di
48
Minangkabau ditemukan banyak kerajaan nagari dengan kekuasaan terbatas.
Diantara kerajaan itu adalah Sungai Pagu, Pasaman, Indera Pura, dan Jambu Lipo.
Pagaruyung”.
E.Tugas
Buat sebuah ringkasan tentang hubungan kerjaan kerajaan nagari yang ada di
E.Evaluasi
perkembangannya!
Alam Pagaruyung ?
49
KEGIATAN BELAJAR VII
DI MINANGKABAU
A. Kompetensi Utama
Minangkabau.
B. Pendahuluan
Para ahli sejarah belum dapat mengetahui secara pasti awal masuknya
Peninggalan yang dapat dijadikan bukti sejarah pada waktu itu, baik berupa
bangunan, seperti masjid tertua, batu nisan Islam, maupun cetakan tertulis lainnya
tidak dapat memberikan kepastian. Oleh sebab itu, periode awal ini diperkirakan
Menurut berita dari Cina, pada tahun 684M sudah didapati suatu
kelompok masyarakat Arab di Minangkabau (Hamka, 1976). Hal ini berarti bahwa
42 tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat, orang Arab sudah mempunyai
50
bahwa kata “Pariaman”, nama salah satu kota di pesisir barat Sumatera Barat
berasal dari bahasa Arab, “barri aman” yang berarti tanah daratan yang aman
dakwah islam, sehingga pada waktu itu diperkirakan sudah ada orang di
C. Materi
bahwa orang Minangkabau adalah pelaku aktif. Sebagai suku bangsa yang suka
merantau, pada waktu itu sudah banyak diantara mereka yang mengadakan
hubungan dengan Malaka. Mereka menghiliri sungai Kampar dan sungai Siak dan
karena tertarik dengan agama dan pola hidup orang Islam yang mereka temui.
sebutan terhadap pelajar madrasah atau orang yang dianggap alim atau shaleh.
Menurut Holt, Islam masuk ke Aceh sekitar pertengahan abad ke-14 dan
menyelusup ke seluruh daerah Minangkabau. Rute ini pulalah yang dilalui oleh
51
paham-paham baru islam yang memasuki Minangkabau pada abad ke-19
Tome Pires, seorang ahli obat-obatan dari Lisabon (yang lama menetap di
Malaka, yaitu dari tahun 1512 hingga 1515), pada tahun 1511, mengunjungi Jawa
Dalam bukunya yang berjudul Summa Oriental, dia mengemukakan pada waktu
itu sebagian besar raja-raja Sumatera beragama Islam, tetapi masih ada negeri-
negeri yang masih belum menganut islam. Menurut Pires, mulai dari Aceh di
sebelah utara terus menyusur daerah Pesisir timur hingga Palembang, para
penegakan pertama agama Islam di Pasai dengan kelihaian para pedagang Muslim
itu. Akan tetapi, para penguasa Pasai belum berhasil mengislamkan penduduk
demikian, Pires menyebutkan bahwa agama baru itu makin hari makin bertambah
Sulawesi, dan kepulauan kecil lainnya di seluruh wilayah Nusantara sejak kira-
kira setengah abad sebelum Baghdad (pusat dunia Islam) jatuh ke tangan Hulagu
(raja Mongol) pada tahun 1528 (Cornelis S.H, 1973). Dia mengemukakan bahwa
52
Gujarat. Usaha penyebaran Islam ke pedalaman seterusnya dilakukan juga oleh
orang Muslim pribumi sendiri, dengan daya tariknya pula, tanpa campur tangan
Syatariah yang tumbuh subur di Aceh pada abad XVII, sedangkan jauh sebelum
abad XVII penduduk Minangkabau sudah ada yang menganut Islam, hanya belum
merata. Daerah-daerah Padang Barat memang terlambat menerima Islam. Hal ini
utusan yang terdiri dari para penganut kepercayaan penyembah berhala dari
bahwa agama Islam masuk ke Minangkabau pada akhir abad VII. Sejak abad VII
itu agama Islam mulai makin berkembang keseluruh pelosok. Dalam tahap awal
Islam itu dianut penduduk, kepercayaan lama baik animisme, dinamisme, Hindu-
kehidupam masyarakat.
2. Proses Islamisasi
53
satu-satunya pedoman hidup masyarakat Minangkabau. Setelah itu datanglah
bangsa lain di Indonesia, maka urat dan teras adat Minagkabau adalah asli dan
bersifat purbakala. Teras purbakala ini kemudian dibentuk dan dipengaruhi oleh
sekte dalam agama Budha yang dianut oleh Adityawarman. Pengaruh yang
aturan-aturannya yang ketat dan menuntut kepatuhan luar biasa dari para
bahwa pengaruh agama Hindu Budha kurang kuat berakar seperti di Jawa
Proses islamisasi berjalan terus secara damai melalui pengaruh yang tidak
kepada orang dewasa oleh para ulama (pada mulanya dapat saja siapa yang sudah
tahu) dan kitab suci Alqur’an mulaidiajarkan termasuk kepada anak-anak dan
jarang orang Minangkabau yang buta aksara Al-Qur’an, walaupun pada umumnya
tidak dapat menulisnya dan tidak mengerti isinya, ini tentu berkat lembaga-
54
lembaga pendidikan Islam tradisional yang terdiri dari Surau, masjid dan rumah-
Adakalanya di surau, kalau disekitar kediamannya sudah ada surau, atau dirumah-
rumah mengaji bagi daerah-daerah yang penduduknya masih jarang dan belum
punya surau.
Aceh bersamaan waktunya dengan penguasaan pantai Barat Sumatra oleh Aceh
pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 (Mardjani M, 1989:11). Pada waktu
itu, pusat-pusat perdagangan di Pantai Barat Pulau Sumatera dikuasai oleh Aceh
Minangkabau.
Setelah Islam masuk ke Minangkabau, agama ini tidak serta merta menjadi
Minangkabau disamping membawa misi politik juga membawa misi agama (A.S.
55
Harahap, 1951:26). Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, agama Islam
Aceh yang berkunjung ke Pariaman, sempat menetap di Luhak Agam dan Lima
puluh kota. Kemudian Syeh Burhanuddin, murid Syeh Abdurraul Singkil dari
Pariaman.
surau yang didirikannya. Syeh Burhanuddin sendiri ikut pula bermain bersama-
sama dengan anak-anak itu. Setiap memulai permainan, Syeh Burhanuddin, selalu
Burhanuddin, anak-anak merasa heran dan ingin mengetahui apa yang telah
sama ini, tanpa disadari ajaran Islam sudah mulai tertanam di lubuk hati anak-
anak itu. Tingkah laku dan budi pekerti anak-anak sedikit demi sedikit diperbaiki
kepada orang tua mereka di rumah masing-masing. Orang tua mereka pun
menerima pula dengan baik ajaran Islam yang mereka dengar itu. Akhirnya
56
mereka menjadi pemeluk Islam yang taat menjalankan ibadah. Bersama dengan
Orang yang belajar agama Islam kepada Syeh Burhanuddin semakin lama
semakin bertambah banyak, sehingga surau tempat mereka belajar tidak mampu
Minangkabau, terutama dari Agam dan Lima Puluh Kota. Selanjutnya murid Syeh
besar sekali. Para tuanku dan guru agama terpenting di daerah darek pada akhir
Tuanku Pamansiangan. Meskipun demikian, dari Luhak Agam masih ada yang
yang terpandai adalah Tuanku Nan Tuo yag biasa dikenal dengan Tuanku Koto
Tuanku Koto Tuo berasal dari kampung Koto Tuo, Ampek Angkek
57
menganut aliran Tarekat Syatariyah, Tuanku Koto Tuo sekembalinya
Jama’ah dan lebih mudah diterima masyarakat. Kampuang Koto Tuo akhirnya
berkembang menjadi pusat pengajaran fiqi Islam dan Al-Qur’an serta Hadits.
Masalah hokum, kepercayaan dan seluruh aspek social juga dipelajari di sana.
lahan dan meyakinkan. Dengan cara dan keyakinan itu lah Tuanku Koto Tuo
perbedaan pendapat yang cukup mendasar sampai memasuki awal abad ke-19,
ketika di Pandai Sikek muncul kaum Paderi atau Kaum Putih yang menganut
paham Wahabi di bawah pimpinan Haji Miskin yang baru pulang dari Mekkah.
Pengikut Haji Miskin adalah murid-murid Tuanku Koto Tua yang memang sudah
58
kuburan yang dianggap keramat, sabung ayam menjadi menu harian, judi
bukanlah pusat kesatuan territorial melainkan adalah sebagai pusat kegiatan dan
dan rantau. Para penghulu dan keluarga raja-raja tidak lagi memperhatikan adat
yang sebenar adat, yaitu “Hidup yang akan dipakai, mati yang akan ditopang”.
dijual dan digadaikan oleh para penghulu untuk berjudi dan menyabung ayam. Di
Antara satu suku dengan suku yang lain kemudian timbul permusuhan,
dilanjutkan dengan permusuhan antara satu jorong dengan jorong yang lain, dan
ayam antara satu penghulu dengan penghulu lain, antara seorang pemuda dari
suku tertentu dengan pemuda dari suku yang lain. Pertengkaran terjadi karena
Akibatnya, agama Islam yang ada di Minangkabau suah terjurus pada persoalan
59
tasawuf belaka. Pusat kegiatan tasawuf yang terkenal di Minangkabau adalah
Syekh Abdurrauf di Aceh, syekh Abdurrauf menerimanya pula dari Syeh Ahmad
Inti ajaran kedua aliran tarikat tersebut di atas pada dasarnya sama, yaitu
Syafi’i. Naqsabandiyah dipandang sebagai tarikat yang lebih dekat kepada sunnah
sehingga pekara yang kecil-kecil bisa menjadi besar dan masing-masing pihak
kemudian menuduh pihak lain sesat. Banyak orang Minangkabau menyebut kedua
dengan memandang seluruh alam, timbullah kesan bahwa itu semuanya adalah
satu saksi atas adanya Allah Ta’ala (Wihdatusy Syuhud). Pengikut paham Ulakan
demikian timbul kesan bahwasanya sama sekali itu pada hakikatnya tidaklah ada.
Yang ada hanyalah yang pasti ada, yaitu Allah Ta’ala (Wihdatul Wujud).
Paham Wihdatul Wujud adalah paham Al Hallaj dan Ibnu Arabi yang
disambut dan disiarkan oleh Hamzah Fansuri di Aceh pada abad ke-17 (A.A.
60
Navis, 1984:158). Paham ini kemudian menjalar ke Minangkabau melalui Ulakan
seorang ulama yang berguru di Ulakan kepada Syeh Burhanuddin, yaitu Tuanku
Cangking dan Ulakan ini disebabkan perbedaan nilai-nilai adat dari keduanya.
Ulakan adalah daerah rantau menurut adat Minangkabau yang mendapat pengaruh
besar dari Aceh. Sedangkan adat Minangkabau belum dapat diperbaiki sama
sekali oleh Islam, misalnya mengenai harta pusaka masih turun dari mamak
Sampai sekarang dalam hal adat masih terdapat perbedaan antara daerah
Minangkabau. Di Pariaman terdapat gelar Sidi, Bagindo dan Sutan. Gelar Sidi
dipakai dan diwariskan secara turun temurun oleh keturunan Hasan dan Husein.
Pada wajah kaum Sidi (ditempat lain disebut Sayid) yang asli masih terlihat
pada diri mereka mengalir darah raja-raja yang berasal dari Aceh. Selanjutnya
Derek. Di Darek gelar yang utama adalah Datuk, kemudian Sutan atau Bagindo
61
atau Kari (dari Qori) atau Pakih (dari Faqih) atau Malim (dari Mu’alim). Gelar-
gelar itu diterima/diwarisi dari mamak bukan dari ayah. Dengan demikian ada
kemungkinan bahwa antara Cangking dan Ulakan ini tidak .terlepas sama sekali
dengan masalah politik. Cangking lebih dekat ke Pagaruyung dan Ulakan lebih
lafadz Arab kaum Syatarriyah tidak benar, dan kiblat mesjid mereka tidak pula
Dalam bidang ilmu hisab dan falak, metode penemuan bulan puasa pada
golongan ini kurang puas dengan cara imam masjid golongan lain.
Pengaruh Tarekat Syatarriyah masih dapat disaksikan saat ini lewat acara
tersebut pengikutnya melakukan ratib semalam suntuk. Dalam ajaran Tarekat ini,
Oleh karena itu, dalam berdoa nama guru perlu disebut untuk memudahkan doa
62
Tuntutan penghormatan kepada guru menyebabkan jasa guru perlu sekali
diingat. Guru yang telah meninggal perlu ziarah kemakamnya. Dalam pikiran si
murid para ulama atau guru dianggap orang yang mempunyai kelebihan yang luar
biasa malahan kemudian dianggap orang keramat. Daerah atau bangunan yang
pernah digunakan oleh para ulama tersebut perlu dihormati dan dikunjungi
(Boestami, 1981:25).
perjalanan adat. Hal ini menyebabkan makin banyak orang yang jahil dan “Adat
Islamiyah”.
Cangking tidak dapat dilupakan. Beliau dengan sabar dan sadar memasukkan
lain memandang Tuanku Nan Tuo sebagai pemimpin mereka. Pergi tempat
D. Rangkuman
Masuknya agama Islam ke Minangkabau pada akhir abad VII. Sejak abad
VII itu agama Islam mulai makin berkembang keseluruh pelosok. Dalam tahap
awal Islam itu dianut penduduk, kepercayaan lama baik animisme, dinamisme,
63
kedalam kehidupan masyarakat. Itulah sebabnya pada awal abad ke-19 lahir
Gerakan Pemurnian Islam yang dilakukan oleh Kaum Pderi. Akhirnya dapat
hal ini Umar Yunus menyatakan bahwa kalau ada orang Minangkabau yang tidak
menganut agama Islam, maka itu adalah suatu keganjilan yang amat
E. Tugas
E. Evaluasi
Islamisasi di Minangkabau!
Minangkabau!
64
KEGIATAN BELAJAR VIII
DI MINANGKABAU
A. Kompetensi Utama
65
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi hubungan Gerakan Paderi dengan
Belanda di Minangkabau
B. Pendahuluan
Pesisir Minangkabau, seperti Tiku, Pariaman, Padang, dan Bandar X. Akan tetapi
secara budaya kehadiran Aceh membawa dampak luar biasa terhadap masyarakat
ekonomi.
C. Materi
66
agamanya. Terlepas dari sejauh mana derajat kesahihan hadist tersebut, pesan
yang terkandung teramat jelas. Urusan agama bukan saja menuntut kepatuhan,
tetapi juga terbuka kesempatan membuka ruang ijtihad. Demikianlah ketika dunia
Islam mengalami stagnasi, muncul pejuang agama yang berusaha izzul Islam Wal
Gerakan Paderi adalah gerakan pembaharuan yang terjadi di awal abad ke-
19. Prakondisi tumbuhnya gerakan Paderi dapat dijelaskan kedalam tiga factor
diterima para ahli menyatakan bahwa gerakan Paderi dipengaruhi aliran Wahabi
(Jamaluddin dkk, 1990). Dari Timur Tengah, pengaruh aliran tersebut dibawa oleh
tiga orang haji, yakni Haji Miskin, H. piobang, H. Sumanik, yang kembali dari
Mekkah, aliran Zahiriyah yang kemudian dikenal sebagai gerakan Wahabi sedang
melakukan pembaharuan agama yang keras dibawah dukungan raja Ibnu Sa’ud.
selama di Mekah kepada Tuanku-Tuanku dan Alim Ulama di Luhak Agam, Tanah
Datar, dan Lima Puluh Kota. Pada setiap kesempatan berkhotbah, mereka
67
menjelaskan bahwa aliran Wahabi di Mekah melaksanakan pembaharuan agama.
disebabkan tidak adanya tempat yang memuaskan bagi agama dalam kehidupan
social seperti kaum adat, sehingga menimbulkan revolusi dari kaum intelektual
Wahabi, peneliti seperti B.J.O Schriece tidak melihat persamaan antara Wahabi
dengan Paderi, serta tidak melihat adanya bukti yang menunjukkan bahwa
mengingkari ijma atau konsesus. Pengaruh yang diberikan kaum Paderi bukan
umumnya (A.A. Navis, 1984:30). Selanjutnya dengan beberapa alas an, Schrieke
menolak pengaruh Wahabi terhadap Paderi. Alas an-alasan itu adalah, pertama,
kaum Paderi tidak menentang ziarah kubur seperti kaum Wahabi. Kedua, kaum
antara lain dengan merayakan maulid secara meriah dan besar-besaran. Ketiga,
Menurut Van Ronkel (1919), istilah Paderi (atau Pidari dalam lafal orang
Minangkabau) berasal dari kata Pedir (Pidie). Hal ini dihubungkan dengan dugaan
68
masuknya Islam ke Minangkabau berasal dari Pedir, suatu daerah dari Aceh. Para
penyebar agama dari Pedir menyebarkan paham agama puritan yang dekat dengan
Selain itu, disebutkan juga bahwa Pedir merupakan tempat mukim sementara
calon jamaah haji yang akan berangkat ke atanah suci Mekah dan begitu juga
ketika mereka kembali dari Mekah menuju kampong halaman. Namun pendapat
Ronkel tidak begitu kuat, pendapat umum menyatakan bahwa kata “Paderi”
berasal dari kata Portugis, Padre, yang berarti Pastor Katolik. Kata Paderi tidak
hanya digunakan oleh orang asing , tapi juga pribumi. Dalam buku “Priangan”
kepada Residen Pekalongan, kata badrie digunakan untuk menyebut ulama, dan
bebel Arab untuk Al-Quran. Raffles dalam laporan perjalanannya pada tahun 1818
masyarakat. Agaknya pada waktu itu telah terjadi penurunan peran agama dalam
masyarakat. Hal itu berbeda dengan kehidupan agama abad ke-16 dan ke-17 yang
mampu menyerasikan kehidupan agama abad ke-18 itu adalah adat dengan
makan sirih, temabkau, berjudi, dan menyabung ayam telah menjadi kebisaan
pandangan Islam yang berpegang pada syariat tidak dapat dibiarkan, bahkan harus
69
diselesaikan kalau perlu dengan kekerasan. Kaum laki-laki kerjanya hanya duduk
dalam berjudi tidak tersisa lagi, mereka melakukan pencurian dan perampokkan.
tidak mendapat tempat dalam otoritas pengambilan keputusan. Secara tegas dapat
dikatakan bahwa imam, khatib, dan kaum agama lainnya tidak memiliki
berjudi, mereka berani bertaruh dalam jumlah yang besar. Jika harta yang
dalam batas garis pinggir atau terpinggirkan, juga merupakan factor pendukung
2. Perang Paderi
melawan penjajahan. Perbedaan pendapat antara kaum adat dengan agama telah
memicu peperangan antara Kaum Padri yang dipimpin oleh Harimau Nan Salapan
dengan Kaum Adat di bawah pimpinan Yang Dipertuan Pagaruyung waktu itu
70
Sultan Arifin Muningsyah. Kemudian peperangan ini meluas dengan melibatkan
Belanda.
panjang, menguras harta dan mengorbankan jiwa raga. Perang ini selain
Pagaruyung yang tidak pasti, maka Kaum Adat yang dipimpin oleh Sultan
Februari 1821, walaupun sebetulnya Sultan Tangkal Alam Bagagar waktu itu
Keterlibatan Belanda dalam perang karena diundang oleh kaum Adat, dan
campur tangan Belanda dalam perang itu ditandai dengan penyerangan Simawang
dan Sulit Air oleh pasukan Kapten Goffinet dan Kapten Dienema pada bulan April
1821 atas perintah Residen James du Puy di Padang. Kemudian pada 8 Desember
1821 datang tambahan pasukan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Raaff untuk
71
Pada tanggal 4 Maret 1822, pasukan Belanda dibawah pimpinan Letnan
Kolonel Raaff berhasil memukul mundur Kaum Padri keluar dari Pagaruyung.
Fort Van der Capellen, sedangkan Kaum Padri menyusun kekuatan dan bertahan
di Lintau. Pada tanggal 10 Juni 1822 pergerakan pasukan Raaff di Tanjung Alam
dihadang oleh Kaum Padri, namun pasukan Belanda dapat terus melaju ke Luhak
Goffinet menderita luka berat kemudian meninggal dunia pada 5 September 1822.
karena terus tertekan oleh serangan Kaum Padri yang dipimpin oleh Tuanku Nan
Renceh.
Raaff, namun pada tahun 1825 Sultan Arifin Muningsyah raja terakhir
Raaff sendiri meninggal dunia secara mendadak di Padang pada tanggal 17 April
melalui residennya di Padang mengajak pemimpin Kaum Padri yang waktu itu
72
telah dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol untuk berdamai dengan maklumat
"Perjanjian Masang" pada tanggal 15 November 1825. Hal ini dimaklumi karena
Padri. Hal ini sangat didasari oleh keinginan kuat untuk penguasaan penanaman
abad ke-19, komoditas perdagangan kopi merupakan salah satu produk andalan
hal ini seiring dengan dinamika perubahan sosial masyarakat Minangkabau dalam
liku-liku perdagangan di pedalaman dan pesisir pantai barat atau pantai timur.
Sementara Belanda pada satu sisi ingin mengambil alih atau monopoli.
perjanjian yang telah dibuat sebelumnya dengan menyerang nagari Pandai Sikek
yang merupakan salah satu kawasan yang mampu memproduksi mesiu dan senjata
Sejak tahun 1833 mulai muncul kompromi antara Kaum Adat dan Kaum
73
selama 20 tahun pertama perang ini (1803-1823), dapatlah dikatakan sebagai
Selama tahun 1834 Belanda hanya fokus pada pembuatan jalan dan
menaklukkan Bonjol. Selain itu pihak Belanda juga terus berusaha menanamkan
pasukan Belanda, sehingga pada tanggal 11 Desember 1835 rakyat Simpang dan
D. Rangkuman
konflik dengan kaum adat. Konflik ini makin berlarut larut dan tidak dapat
diselesaikan. Kaum adat yang terdesak kemudian meminta bantuan pada Belanda
saudara yang berlangsung sampai sampai tahun 1830. Setelah tahun 1830-an
Perang Paderi berubah menjadi Perang Minangkabau, yakni ketika kaum adat
74
menntang Belanda. Perang ini berubah menjadi perlawanan rakyat Minangkabau
melawan Belanda yang baru dapat diakhiri pada tahun 1837, yakni ketika Belanda
E. Tugas
Buat perbedaan dan persamaan antara Gerakan Paderi dengan Perang Paderi!
F. Evaluasi
Minangkabau !
A. Kompetensi Utama
75
2. Menjelaskan perubahan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya di
segala aspek
B. Pendahuluan
Perang Paderi yang berakhir pada tahun 1837 M menjadi titik awal
Minangkabau.
sosial masyarakat Minangkabau terpaksa menerima nilai nilai dan sistem sosial
masyarakat, terutama yang berada di nagari nagari. Dalam pada itu, di bidang
melalui berbagai cara, seperti tanam paksa kopi, dan penerapan sistim pajak
(belasting).
C. Materi
76
1. Kekuasaan Politik Belanda di Minangkabau
ulama, yang terpecah belah dengan sesama mereka saling berebutan pengaruh.
yang masih kecil, dalam abad ke-19 belum lagi merupakan “the third power”
digunakan sebagai “bumper”, peruncing antara golongan adat dan kaum ulama.
Kaum intelek Barat itu tidak lagi hidup dari tanah sebagai satu-satunya sumber
manusia pada tanah tempat ia hidupdan berusaha turun temurun. Uang membuat
manusia merdeka, merdeka untuk bergerak dan merdeka dari “ikatan” tanah.
sehari-hari. Ikatan adat menjadi longgar dan ninik mamak mulai kehilangan
wibawa.
tanah, tidak saja ia memandang rendah adat dan kaum penghlulu sebagai
pendukung dan pembina adat, tetapi juga agama dan kaum ulama (Islam).
77
2. Eksploitasi Ekonomi Kolonial
Dalam abad ke-19 peranan lada dan rempah-rempah makin dikalahkan oleh
kopi. Penanaman kopi secara besar-besaran dengan hasil yang baik, mula-mula
dilancarkan oleh Kompeni didaerah Priangan di Jawa Barat (Pertengahan abad ke-
kwantum kopi tertentu dengan harga yang ditetapkan oleh Kompeni secara
sepihak. Harga itu cukup memberikan “ruang gerak” bagi bupati sampai kepada
pak Lurah, hingga mereka dan istimewa “Kompeni” merasa sangat beruntung
dengan berjalan baik “Sistim Priangan” itu. Sukses “Preanger Stelsel” dianggap
dijalankan diseluruh Jawa dan Bagian-bagian Indonesia yang politis telah dikuasai
(1830-1870/1915
ditaklukkan dan Tuanku Imam dibuang (1837). “Rodi kopi”, bekerja tanpa
bayaran dengan biasya makan ditanggung sendiri oleh yang dipekerjakan, adalah
salah satu sebab meletus dan meluas “Pemberontakan Batipuh” (1842). Tekanan
diperingan, tetapi sistim “rodi kopi” tidak dihapus, bahkan diperluas kedaerah-
daerah Minangkabau yang baru ditaklukkan, antara lain Kubung XIII dan Muara
Labuh. Sistim itu berjalan baik, dimana perlu dengan ancaman senjata dan
hukuman berat bagi yang ingkar, cidera dengan rotan, digantung dengan kepala
kebawah, dan sebagainya. Berkat kerjasama dan kepentingan yang sejalan antara
78
kaum penghulu dan Pemerintah Hindia Belanda. Badan dagang Belanda,
pengganti Kompeni dan pemegang hak tunggal luntuk membeli dan mengangkut
kopi serta mengisi kebutuhan (tekstil terutama) dari rakyat, ialah “Nederlandsche
Handel Maatschappij”, lazim disebut “De Factorij”, dibangun oleh raja Belanda
jajahan yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun juga, Pemerintah Hindia
Belanda berperanan sebagai agen tunggal, “sole agency” dari “de Factorij”.
Dari zaman rodi kopi inilah lahir istilah “Melayu kopi daun”. Sebagai
penghasil kopi rakyat biasa tidak diizinkan menikmati sebutir buah kopipun.
Karena sudah diborong semuanya oleh “de Factorij”, atau “Kompeni” menurut
ucapan masyarakat. Mereka hanya boleh minum “air kahwa”, dibuat dari daun
Sumatera. Hal yang tidak wajar itu tentunya menimbulkan kemarahan “Kompeni”
yang memblokir muara2 besar di pesisir Timur dan Selat Sumatera. Karena
terbukti biaya blokade sangat besar, sedangkan kopi dapat juga lolos dari jaringan-
Berangsur-angsur daerah Pesisir Timur dikuasai dari Sumatera Barat, dengan jalan
perjanjian dengan “raja”, Penghulu daerah Pesisir Timur itu. Dengan Inggris
tercapai perjanjian pada tahun 1856 (Traktat Siak) dan 1870 (Traktat Sumatera);
79
3. Perubahan Perubahan Abad 20
Perang Padri selesai, tetapi tidak seperti yang dicita-citakan oleh “Gerakan Padri”.
Perang saudara dan perang kolonial di Minangkabau itu tidak saja mengakibatkan
kaum Padri kehilangan tokoh-tokoh pimpinan yang brilian, kaum syi’ah pun tidak
luput dari nasib yang malang itu. Dalam situasi “vacuum” kepemimpinan agama
mazhab Syafe’i di Minangkabau yang telah lama mereka kenal (di Jawa dan
bagian-bagian Indonesia yang lain yang beragama Islam). Intoleransi mazhab itu
naik haji ke Mekah, sejak mereka berkuasa kembali di Pesisir umumnya dan di
kapal pergi ke Jeddah dan pulang ketempat asal yang rendah. Putra-putra
80
yang berpihak kepada mereka dan memberikan berbagai macam fasilitas kepada
mereka.
surut. Ulama Padri dan keturunan mereka masih tetap memegang peranan sebagai
pendidik dan Pembina agama dinagari masing-masing, tetapi ruang gerak mereka
sudah sangat dibatasi oleh Pemerintah Hindia Belanda dan alat-alatnya, pegawai-
pegawai Bangsa Indonesia. Jumlah mereka kian lama kian susut, akibat politik
mereka. Jurang pemisah antara ulama-ulama “resmi” (mazhab syafe’i dan ulama-
ulama “Rakyat” (aliran Syi’ah dan kaum Padri) kian meluas dan melebar.
pemegang dari pertikaian faham agama itu, ialah ulama syafe’i (sejak pertengahan
yang tidak kunjung padam. Dan mulai tampil kemuka peranan kaum intelek Barat
usaha pembaharuan agama Islam di Minangkabau, periode antara akhir abad ke-
19 dan permulaan abad ke-20 dapat kita sebut gelombang kedua. Yang dimaksud
81
dengan “pembaharuan agama Islam” dalam konteks ini ialah perombakan sistim
Padri, mulai dapat teratasi dengan kebangkitan ulama-ulama muda, yang sejak
dan akhirnya menetap dikota suci Mekah (pertengahan abad ke-19). Dididik
memperdalam ilmu pengetahuan tentang seluk beluk agama dan hukum Islam, ia
menjadi pengecam dan penentang sengit dari tarikat itu. Sebagai seorang ahli fiqh
Achmad Khatib besar sekali diseluruh dunia Islam. Beliau mendapat kehormatan
mengajarkan fiqh pada salah satu serambi di Masjid il Haraam disekitar Kaabah,
bermukim di Mekah dan jemaah-jemaah yang tiap tahun datang dari Tanah Air
Khatib tanggung jawab mereka sebagai ahli waris para nabi Muhammad SAW
untuk menegakkan fiqh sebagaimana yang diwahyukan oleh Tuhan SWT didalam
al-Qur’an dan ditafsirkan oleh kauh “fuqaha” ahli-ahli hukum agama Islam.
82
hukum warisan menurut adat, yang terang-terang menyimpang dari hukum
ulama yang ikut membantu menegakkan hukum adat mengenai harta warisan.
Tidak syah perkawinan didepan kadi penegak hukum adat, dilarang dikuburkan
secara islam bagi orang yang tidak patuh pada fiqh, haram hukumnya bekerjasama
dengan orang kafir yang ikut menegakkan hukum adat dan menyalahi fiqh.
Pertikaian sengit antara kaum adat dan agama tidak terbatas pada perang
dimana-mana dan clash sering terjadi dengan yang mereka sebut “Kongsi Padri”.
83
Dari pihak kaum ulamapun Tuanku Simabur tidak kurang mendapat kecaman dan
koto).
Islam dan banyak sedikit ikut menentukan perjalanan Sejarah Minangkabau dalam
abad ke-20, ialah syekh Muhammad Jamil Jambek (“Inyik Jambek”), syekh Abdul
Karim Amarullah (“Inyik Rasul”), Syekh Abdullah Ahmad, Syekh khatib ali, dan
sebagainya.
sekian banyak pesantren yang tersebar luas di Luhak Agam, Luhak L-Kota, Luhak
kedua orang ulama besar itu tidak terbatas hingga di Minangkabau saja. Murid-
84
Islam tetap menjadi pokok pelajaran dengan bahasa Arab sebagai bahasa
didirikan oleh Syakh Abdullah Ahmad itu mendapat sokongan penuh dari kaum
diakui dan mendapat subsidi dari Pemerintah Hindia Belanda. Pandangan jauh
mendapat kecaman hebat dari ulama-ulama Minangkabau lain, seperti teman karib
beliau Syekh Abdul Karim Amarullah yang menganggap beliau sebagai ulama
Benih yang ditebarkan oleh terutama ketiga orang tokoh ulama besar-
tetapi juga tokoh-tokoh pimpinan pemerintahan sipil, militer dan politik yang
85
berpena tajam, tidak biasa menyelimuti ketajaman-ketajaman pedasnya dengan
khususnya Beliau mengalami nasib yang sama dengan guru beliau, dibuang ke
Cianjur ketika umur sudah lanjut, karena dianggap berbahaya bagi ketenteraman
umum di Minangkabau.
Kaum intelektual Barat sebagai golongan ketiga antara kaum adat dan kaum
agama dibangun dan dibina oleh Belanda di Minangkabau sejak tahun 1873
terutama. Pada tahun itu dibuka di Bukittinggi “Sekolah Raja”, yang murid-
muridnya dikerahkan dari golongan adat maupun dari golongan agama (ulama
Syafe’i).
alat pemerintah yang pandai tulis baca, berpengetahuan umum dan sekedar dapat
mengerti bahasa Belanda, kian lama kian dirasakan keperluannya dan peranannya
86
dan Kalimantan. Karena sebagai “ambtenaar Pemerintah Hindia Belanda”
anak-anak mereka ke Jawa (untuk jadi dokter), bahkan juga ke Negeri Belanda
(guna melanjutkan pelajaran untuk jadi ahli hukum , ahli ekonomi dan
saja ditujukan pada masyarakat sendiri, tetapi juga pada kekuasaan asing sebagai
penjajah.
Adat dan kaum adat mendapat sorotan tajam dalam buku-buku yang
dikarang oleh guru-guru lulusan sekolah Raja dan dibaca dikalangan luas berkat
Kaum terpelajar yang pulang dari Jawa maupun dari Negeri Belanda, tidak
kelompok kegiatan politik menurut contoh di Jawa. Sangat terbatas jumlah kaum
intelek yang berpendidikan tinggi, jauh jarak alam fikiran antara mereka dengan
rakyat biasa, yang masih dikungkung oleh ikatan adat dan pengaruh agama dan
tenaga muda yang penuh cita-cita merasa tidak betah lagi “dikampung” dan yang
87
Kebanyakan mereka bergerak dan berusaha di luar Minangkabau,
terutama di Jawa (Jakarta), guna mencapai cita-cita perbaikan nasib rakyat banyak
disamping nasib sendiri. Sebagai “the marginal men” mereka merasa tidak
D. Rangkuman
kelompok sosial baru dlam masyarakat. Di samping itu berbagai reaksi dari
Minangkabau.,
E. Tugas
dan abad 20, baik sebagai produk agama Islam, maupun pendidikan
Belanda !
F.Evaluasi
88
1. Jelaskan akibat akibat yang ditimbulkan dengan kehadiran Belanda di
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku/Artikel/Makalah
A.A. Navis, 1984. Alam Terkembang Jadi Guru, Adat dan Kebudayaan
Minangkabau, (Jakarta:PT.Grafiti Press)
89
Agus Salim.19.Sejarah Masuknya Islam di Indonesia.Jakarta:Tintamas.
Budi Istiawan, 1999, “Survey dan Pengecekan Situs makam-makam Raja Jambu
Lipo I-V di Jambu Lipo, Sijunjung”. (Laporan, Suaka Peninggalan
Sejarah dan Purbakala Propinsi Sumatera Barat dan Riau)
Boestami,et al, 1981. Aspek Arkeologi Islam Tentang Makan dan Surau Syekh
Burhanuddin Ulakan. (Padang: Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan
Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sumatera Barat)
Christine Dobbin, 1983. Kebangkitan Islam dalam ekonomi Petani yang sedang
Berubah, Sumatera Tengah, 1784-1847. (Jakarta:INIS).
Sidi Ibrahim Boechari,1981. Pengaruh Timbal Balik Antara Pendidikan Islam dan
Pergerakan Nasional di Minangkabau. (Jakarta:Gunung Tiga)
90
Sjafri Sjafei,et al,1971.”Monografi Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat”
(Laporan Penelitian. Padang:Fakultas Pertanian Universitas
Andalas)
2. Surat Kabar
91
92
93