Anda di halaman 1dari 3

Dosen Pengampu : Adri Febrianto, S.Sos., M.Si.

Mata Kuliah : Masyarakat Kebudayaan Minang


Seksi : 202210580058
Nama : Nia Safitri
Nim : 20058108
Tugas Pertemuan 1
Topik : Sejarah dan Kebudayaan
1. Asal Usul Masyarakat dan Kebudayaan Minangkabau
Kata Minangkabau memiliki banyak artian. Kata tersebut tidak hanya merujuk pada nama
desa yang terletak di Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Kata itu juga adalah sebuah ciri khas suatu suku, bahasa, dan budaya. Nama
Minangkabau berasal dari kata manang yang berarti menang serta kabau yang berarti
kerbau. Diketahui dari sejarah nama itu tertulis di dalam Tambo dan dari berbagai kajian
sejarah dan temuan arkeologis.

a. Tambo, dikenal sebagai sebuah karya sastra sejarah yang menceritakan asal usul
dari suku bangsa asal usul dari sebuah negeri serta adat istiadat negeri
Minangkabau. Dengan teks yang menggunakan bahasa Melayu yang memiliki
banyak pengaruh bahasa Minangkabau dan berbentuk bahasa prosa biasa bukan
bahasa berirama (Suryami, 2014). Tambo ditemukan di daerah Minangkabau
sekitar pada abad 17-19 di mana Kamboja dijadikan sumber sejarah. Kamu
sebenarnya kamu sendiri memiliki kekurangan salah satu persyaratan sebagai
sumber yang otentik. Hal demikian disebabkan oleh beberapa yang tidak dapat
disebutkan secara pasti namun tamu sendiri tetap tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat Minangkabau. Berdasarkan sumber yang ditulis oleh
(Amir Sjarifuddin:2011) dalam penetapan tambo sebagai sumber penulisan
sejarah masyarakat Minangkabau, pertama tambo sebagai salah satu bentuk dari
tradisi peninggalan sebuah ekspresi kultural kehidupan masyarakat di waktu
tertentu (Rizal Mustansyir dan Musnal Munir, 2009). Di dalam tambo alam yang
dikutip beberapa kalimat bahwa nenek moyang suku Minangkabau berdatangan
dari tanah basah atau India Selatan yang menempuh perjalanan laut. Pada zaman
yang panjang di mana perkembangan penduduk dan penyebaran ke seluruh
pelosok yang dimulai dari taratak, dusun, koto dan nagari berjalan menurut
perkembangan semestinya yang terdengar berita terbentuknya kerajaan-kerajaan
yang membawa naiknya nama Minangkabau kegelanggang sejarah (Di kutip dari
karya Drs. Mid Jamal, 1985: 32 dan 37-38).

b. Kajian Sejarah dan Temuan Arkeologi


Ada seorang raja yang tidak ingin disebut sebagai raja di mana dia memerintah
suatu kerajaan Pagaruyung daerah pusat kerajaan Minangkabau. Di mana ada
seorang raja yang bernama Adityawarman yang ikut berjasa bagi alam
Minangkabau dan beliau adalah orang pertama yang mengenalkan sistem kerajaan
di Sumatera Barat. Masyarakat Minangkabau menganut agama Islam sebagai nilai
baru di mana pada saat itu agama Buddha yang lebih mendominasi. Kerajaan
Pagaruyung diserang oleh kerajaan Majapahit dan terjadilah peristiwa adu kerbau
antara kedua belah pihak kerajaan tersebut di mana kerbau Minang berhasil
memenangkan perkelahian melawan kerajaan Majapahit dan kemenangan tersebut
muncullah kata "manang kabau". Kemudian penduduk setempat mengenang
peristiwa bersejarah tersebut dengan mendirikan sebuah rumah loteng atau
ranking di mana atapnya mengikuti bentuk tanduk kerbau. Hal ini merupakan
bukti arkeologi yang dapat ditemukan di kawasan Minangkabau yaitu di Lima
Puluh Koto yang dihuni pertama kali oleh nenek moyang masyarakat
Minangkabau (Nurdin, Amin dan Rido, 2020)).

2. Darek dan Rantau (kawasan teritorial Minangkabau)


Dikisahkan dalam Tambo bahwa masyarakat Minangkabau membagi wilayah menjadi
darek ‘darat’ dan rantau ‘rantau’ (Syafyahya, n.d.). Di mana darek terletak jauh dari
pinggiran pantai dipandang sebagai daerah pemukiman tertua suku asal Minangkabau.
Darek terbagi atas tiga luhak luhak yang dikenal dengan luhak nan tigo. Di mana terdiri
atas Luhak Agam,Luhak Tanah Datar dan Luhak 50 Kota. Kemudian luhak tersebut
berkembang menjadi empat luhak dengan munculnya Luhak Kubuang Tigo Baleh. Luhak
sama dengan Kabupaten.
Daerah rantau ialah wilayah Minangkabau yang terletak di luar wilayah luhak nan tigo.
Dengan Adanya pembagian wilayah berakibat pada beragamnya masyarakat
Minangkabau. Beragamnya masyarakat Minangkabau ini didasarkan pada perbedaan
wilayah atau asal daerah penuturannya yang dikenal dengan dialek.
Masyarakat Minangkabau dalam persoalan perekonomian banyak melakukan migrasi
atau perpindahan ke suatu tempat yang dikenal sebagai merantau. Secara geografis
teritorial Minangkabau yang dibagi menjadi atas duabagian yaitu darek dan rantau (Zed,
2010). Di mana di bagian sebelah barat bukit barisan dari secara geografis berbatasan
langsung dengan samudra Hindia disebut dengan pesisir. Daerah ini selalu memiliki
peranan yang penting dalam bidang ekonomi dan budaya bahkan di bidang politik. Dari
tengah-tengah bukit barisan yang meliputi dataran tinggi gunung Singgalang, gunung
Merapi dan gunung sago merupakan daerah asli Minangkabau yang disebut sebagai
darek. Sementara rantau ialah di mana penduduk asli Minangkabau mengalami
perpindahan penduduk yang mengalami perubahan yang signifikan baik secara individu
maupun kelompok (Arianti, 2017).

3. Nagari sebagai Kesatuan Geografis dan Sosio-Kultur Minangkabau


Social cultural Minangkabau dikenal itu randai. Ialah sebuah praktik-praktik silek,
pakulahan dan dendang dalam masyarakat nagari yang mengidentifikasi terciptanya
bentuk-bentuk tontonan tersendiri pada masyarakat Minangkabau. Selain itu juga ada
tontonan bakaba yang berkembang di wilayah pesisir barat dengan menggunakan alat
musik rabab yang disebut barabab (Wendy HS, 2014).
Adanya unsur dendang yang berkembang dalam menciptakan bentuk tontonan yang
disebut saluang dendang berdasarkan irama yang dikomposisikan dengan alat musik
yang ditiup terbuat dari bambu yang disebut saluang (Yendra, 2016). Bentuk tontonan
ini berkembang pesat di wilayah darek atau daratan yang terdiri dari tiga luhak yaitu
luhak tanah datar, luha Agam, dan luhak Limopuluah koto. Secara tidak langsung
pembelajaran silek menciptakan bentuk tontonan tersendiri yang disebut sebagai randai
di mana ini adalah salah satu bentuk dari sosiologi teater yang secara umum merupakan
fungsi penjabaran dari fungsi-fungsi sosial teater (Yendra, 2016).

REFERENSI :
Nurdin, Amin dan Rido, A. (2020). Identitas dan Kebanggaan Menjadi Orang Minangkabau :
Pengalaman Perantau Minang Asal Nagari Sulit Air.
Suryami. (2014). Konsep Kepimpinan Dalam Tambo Minangkabau (Leadership Concept in
Tambo Minangkabau). Kandai, 10(2), 203–215.
Syafyahya, L. (n.d.). 100354-ID-kata-penunjuk-ukuran-dalam-masyarakat-mi.pdf.
Yendra. (2016). Wujud Kias Dalam Tambo Minangkabau. Gramatika STKIP PGRI Sumatera
Barat, 2(2), 133–145. https://doi.org/10.22202/jg.v2i2.736
Zed, M. (2010). Hubungan Minangkabau dengan Negeri Sembilan. Dialog Kesejahteraan III
Antara Organisasi Profesi Sejarah Indonesia (MSI) Dan Persatuan Sejarah Malaysia (PSM), 4.

Anda mungkin juga menyukai