Anda di halaman 1dari 3

SISTEM DAN STRUKTUR SOSIAL INDONESIA

JUM’AT, O8.50=10.30

NAMA : NIA SAFITRI

NIM : 20058108

TUGAS PERTEMUAN 5

DOSEN PENGAMPU : DRS. IKHWAN, M.SI

KHAIRUL FAHMI, S.SOS, M.SI

Pandangan dalam Melihat Struktur Kepartaian sebagai Perwujudan Struktur Sosial


Masyarakat Indonesia

(Nasikun, Edward Shilds, Herbert Feith dan Donald Hindley)

1. Pandangan Dr. Nasikun


Menurut Dr.Nasikun Indonesia memiliki 2 ciri unik dari struktur masyarakat Indonesia
yaitu secara horizontal,ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan-perbedaan kedaerahan.
Sedangkan, secara vertikal struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-
perbedaan antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Yang mana ciri ini sering
disebut sebagai ciri masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk. Pertanda paling jelas dari
masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk dalam kehidupan politik itu adalah tidak adanya
kehendak bersama (common will); masyarakat Indonesia sebagai keseluruhan terdiri atas
elemen-elemen yang terpisah satu sama lain oleh karena perbedaan ras, masing-masing lebih
merupakan kumpulan individu-individu daripada sebagai suatu kesuluruhan yang organis.
Timbulnya kehidupan kondisi-kondisi politik diatas sejak permulaan abad ke-20,
terutama setelah kemerdekaan, yang telah berhasil mengubah kelompok semu menjadi berbagai
kelompok kepentingan. Salah satu kelompok kepentingan yang sangat khusus sifatnya sebagai
partai politik. Yang mana awalnya kelompok kepentingan itu lebih bersifat sosial kultural dari
pada bersifat politis, kemudian kelompok tersebut berubah sifatnya menjadi organisasi yang
benar-benar bersifat politis, yakni sebagai partai politik. Partai Masyumi contohnya, partai yang
merupakan partai terbesar sesudah PNI, menurut hasil pemilihan umum 1955. Masyumi terdiri
dari organisasi keagamaan yaitu Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama bergabung kedalam satu
organisasi yang sama yaitu masyumi ( Majelis Syuro Muslimin Indonesia ), lalu pada masa
revormasi kedua organisasi ini megubah dirinya menjadi suatu partai politik yang berdiri diatas
landasan organisasi keagamaan dengan Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama sebagai organisasi
keagamaan yang paling besar. Contoh partai besar lainnya yaitu PNI yang sejak awal
kemunjulannya tahun 1927, partai ini banyak mendapatkan dukungan dari golongan elit birokrasi
di dalaam kepemimpinan PNI di tambah lagi dengan perumusan Marhaenisme sebagai ideologi
partai. Tentu saja tidak dapat disangkal bahwa perilaku partai politik dari berbagai partai politik
di Indonesia daalam hubungannya jauh lebih kompleks dari pada sekedar perbedaan suku-
bangsa, agama, daerah, dan stratifikasi sosial. Kompleksitas itulah yang telah membuka
kemungkinan timbulnya berbagai cara melihat pola kepartaian dan perilaku politik yang
diwujudkan oleh berbagai partai politik di Indonesia.
2. Pandangan Edward Shilds
Terjadinya pengelompokan masyarakat indonesia menghasilkan terjadinya berbagai
kelompok semu, yang didalam konteks pengertian populer dapat kita sebut sebagai golongan
yang akan menjadi sumber dari mana anggota-anggota kelompok kepentingan terutama direkrut.
Pengelompkan masyarakat secara sederhana berdasarakan suku-bangsa membedakan jawa dan
luar jawa, pengelompokan berdasarkann agama yaitu golongan islam santri , islam non santri ,
dan kristen, golongan di jawa membedakan priyayi dan wong cilik, yang menurut Edward Shills
dapat disederhanakan menjadi kota dan desa. Dan membawa akibat bagi masyarakat indonesia :
di dalam hubungan-hubungan politik , ekonomi , hukum , kekeluargaan , dan sebagainya. Pada
awal pertumbuhannya di Indonesia,kelompok-kelompok kepentingan semacam itu mula-mula
lebih memusatkan perhatiannya pada kegiatan-kegiatan yang bersifat sosio-kultural daripada
yang bersifat politis.Baru di kemudian hari kelompok-kelompok kepentingan tersebut mengubah
sifatnya menjadi organisasi yang benar-benar bersifat politis. Contoh partai nya yaitu PKI yang
memperoleh dukungan yang sangat kuat terutama dari golongan islam non santri di daerah jawaa
tengan dan jawa timur, sebuah partai yang lebih kecil dilihat dari sudt massa nya , sebelum
dibubarkan pada tahun 1960 adalah PSI (Partai Sosialis Indonesia) yang memperoleh dukungan
dari elit berpendidikan. Regional pendukung di daerah jawa tengah , NTT , serta daerah luiar
jawa pada umumnya.
3. Pandangan Herbert Feith
Memandang konflik-konflik politik di Indonesia lebih merupakan konflik ideologis yang
bersumber dari ketegangan-ketegangan yang terjadi antara pandangan-pandangan (ideologi)
tradisional (tradisi Hindu-Jawa dan Islam) di satu pihak,dan pandangan-pandangan (ideologi)
modern di lain pihak,yang perwujudannya adalah konflik ideologis di antara lima aliran
pemikiran politik yang ada,yaitu Nasionalisme Radikal,Tradisionalisme Jawa,Islam,Sosialisme
Demokrat,dan Komunisme. Pola kepartaian sebagaimana digambarkan di atas tentu saja telah
mengalami perubahan-perubahan. Dibubarkannya Masyumi,PSI,dan PKI,serta terjadinya fusi
partai-partai Islam menjadi faktor penting perubahan-perubahan itu.Namun,dasar-dasar
pemikiran politik yang bersumber pada perbedaan-perbedaan sukubangsa,agama,daerah,dan
kelas sosial, juga aliran-aliran politik,masih tetap terbaca pada struktur kepartaian dewasa ini.
4. Pandangan Donald Hindley
Penggolongan masyarakat Indonesia berdasarkan perbedaan suku bangsa secara
sederhana membedakan jawa dan luar jawa. Yang membawa akibat yang luas dan mendalam di
seluruh pola hubungan hubungan sosial di dalam masyarakat Indonesia.sesudah kemerdekaan
ada salah satu kelompok kepentingan yang sangat khusus sifatnya yaitu partai politik. Melihat
struktur politik yang sedemikian rupa tentu saja perilaku politik dari berbagai partai politik
Indonesia di dalam hubungan satu sama lain jauh lebih kompleks dari pada sumber perbedaan
perbedaan suku bangsa,agama,daerah dan stratifikasi sosial. Pola kepartaian di Indonesia
menurut Donald Hindley bersumber dua macam pengolongan masyarakat indonesia yqang
bersifat silang menyilang. Pengolongan yang bersifat keagamaan disatu pihak dan pengolongan
atas penganut pandangan dunia tradisional. Berhasil tidaknya fungsi partai partai politik itu
sendiri,yang sebagaimana kita ketahui terutama terjadi atas prakarsa pemerintah ,justru akan
sangat tergantung pada seberapa jauh perubahan perubahan sosialkultural yang mendasari pola
kepartean di Indonesia itu akan terjadi di massa yang akan datang.

Sumber :
 Nasikun. 1990. Masyarakat Majemuk dabn Dinamika Integrasi Nasional. Suatu Tinjauan
Sosiologis. Makalah disampaikan pada Seminar Pluralitas, Kesenjangan Sosial, dan
Integrasi Nasional dalam rangka HUT KNPI ke17, 23 Juli 1990 di Surabaya.
 http://zuhrotulumsida.blogspot.com/2013/11/makalah-isbd_16.html
 http://mrjoxfadh.blogspot.com/2011/01/struktur-kepartaian-sebagai-perwujudan.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai