Anda di halaman 1dari 22

GEOGRAFIS MINANGKABAU

Etnografi Minangkabau A
OLEH KELOMPOK 2
Kelompok 2
1. NUR AZIZAH : 2210731001 2.
MAYSHA FIRDAUS LOETH : 2210732003
3. SALSABILA NAZHIFAH : 2210732008 4.
AZIZIL HUSNA : 2210733004
5. DINDA FEBRIYANI : 2210733008
Table of contents
Apa itu
Penetapan Bagian
01 Geografis? 02 wilayah geografis
Minangkabau
Luhak Nan Tigo Batas
03 Wilayah Minangkabau
Geografis
Secara bahasa, geografis diartikan sebagai ilmu yang terkait
dengan geografi. Geografi sendiri menurut bahasa adalah ilmu
tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna, serta
hasil yang diperoleh dari bumi. Sedangkan menurut Sumber
Belajar Kemendikbud RI, letak geografis dapat diartikan sebagai
suatu tempat berdasarkan posisi atau letak sebenarnya di
permukaan bumi. Letak geografis ini juga akan mempengaruhi
keadaan alam suatu wilayah
Penetapan Bagian wilayah geografis
Minangkabau
Secara umum, wilayah Minangkabau dibagi menjadi 2, yaitu Luhak dan Rantau.

Luhak adalah wilayah inti dari alam Minangkabau. Wilayah ini di mana
masyarakat Minangkabau tinggal dan menetap. Luhak juga merupakan
pusat dari adat Minangkabau

Rantau adalah wilayah atau kawasan pinggiran sekaligus daerah perbatasan


yang mengelilingi kawasan pusat. Daerah ini merupakan tempat yang
dahulunya didatangi dan dihuni oleh orang-orang dahulu saat merantau.
Luhak Nan Tigo: Batas Wilayah
Minangkabau
Luhak Tanah Luhak Agam Luhak Lima
Data Puluh Kota
LUHAK NAN 3
Luhak Tanah Datar
Luhak Tanah Data, disebut dengan
Luhak Nan Tuo (Luhak yang tertua).
Orang Minangkabau meyakini
bahwa asal usul mereka berasal
dari gunuang Marapi. Di kaki merapi
inilah terletak Luhak Tanah Data.
Menurut Tambo Minangkabau
Pariangan di Luhak Tanah Data
merupakan nagari tertua di ranah
Minang. Nagari ini terletak di lereng
Gunung Marapi pada
ketinggian 500-700 meter di atas
permukaan laut.
Luhak Agam
Luhak Agam disebut dengan Luhak
Nan Tangah (Luhak yang
Tengah). Agam dapat diartikan
dengan danau atau kolam atau
rawa-rawa serta juga dapat
serumpun dengan kata agamon yang
berarti alang-alang.. Menurut
Tambo, awal mula didirikannya Luhak
Agam ialah perpindahan
penduduk dari nagari Pariangan yang
berlangsung selama empat
periode.
Luhak Lima Puluh Kota
Luhak Limopuluah Koto, disebut
dengan Luhak Nan Bungsu.
Sesuai dengan namanya, Luhak
Limopuluoh Koto merupakan
salah satu kawasan konfederasi
termuda dari beberapa nagari
dalam budaya Alam Minangkabau.
Dalam tambo Alam
Minangkabau, Luak Limo Puluah Koto
merupakan daerah paling
terakhir yang menjadi daerah inti di
Minangkabau, oleh karena
itu dikenal dengan Luak Nan Bungsu.
Kepribadian Masing-masing Luhak
di Minangkabau
kepribadian masyarakat di masing-masing luhak diungkapkan dengan perumpamaan yang
berpedoman kepada sifat-sifat alam.

Luhak Agam diibaratkan : buminyo angek, aianyo karuah, ikannyo lia (buminya panas, airnya keruh,
ikannya liar) dan warna merah benderanya merupakan simbol akan akan penduduknya yang keras hati,
berani dan suka berkelahi;

Luhak Tanah Datar diibaratkan: buminyo lapang, aianyo tawa, ikannyo banyak (buminya subur,
airnya tawar, ikannya banyak), dan warna kuning benderanya ditafsirkan sebagai masyarakat yang
ramah, suka damai dan sabar;

Luhak Lima Puluh Koto diibaratkan : buminyo sajuak, aianyo janiah, ikannyo jinak (buminya sejuk,
airnya jernih, ikannya jinak) dan bendera biru yang dimiliki diartikan bahwa masyarakatnya punya
kepribadian yang berhati lembut, tenang dan suka damai .
Mata Pencaharian Orang Minangkabau
Orang minangkabau menggantungkan hidupnya pada tanah, artinya pekerjaan utama mereka adalah bertanam,
bertani dan berladang. Di tempat yang subur dan cukup air orang minang biasanya mengusahakan sawah,
sedangkan di daerah subur yang tinggi orang minang bertanam sayur-mayur untuk dijual seperti: kubis, tomat
dan sebagainya. Pada daerah yang tidak subur difunakan untuk menanam tanaman seperti: pisang, ubi kayu,
dsb.
Bila bagi orang Minangkabau yang tinggal di daerah pesisir, mereka hidup dari pertanian dan perkebunan dan juga
dari hasil kelapa. Penduduk dipinggir laut hidup dari penangkapan ikan, tetapi pekerjaan menangkap ikan
adalah pekerjaan sambilan.

Semakin berkembangnya jaman, orang minang semakin kritis dan mempunyai anggapan bahwa menggantungkan
hidupnya pada tanah tidak akan bisa menjadi orang kaya, sehingga mereka beralih dari bertani menjadi
pedagang yang memilih diantara 3 lapangan yaitu: tekstil, kelontong, dan rumah makan.

Pada masa sekarang orang Minangkabau banyak yang menjadi pedagang atau membuat rumah makan secara
merantau ke kota-kota besar dengan jumlah populasinya yang sulit untuk dihitung, karena banyak tersebar
diberbagai daerah di Indonesia. Tapi paling tidak ada sekitar 6 juta jiwa. Bahkan perdagangan di Kota Jakarta,
khususnya Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat pun paling banyak dipenuhi oleh pengusaha tekstil Minang.
Adat Istiadat Minangkabau
Adat Minangkabau telah dibagi menjadi empat tingkatan yang disebut “adat nan ampek”
(adat yang empat). Kelompok besar yang pertama adalah “adat nan babuhua mati” (adat
berbuhul mati) : adat yang tidak boleh diubah lagi

1. ADAT NAN SABANA ADAT


Adat nan sabana adat adalah segala kenyataan yang berlaku tetap di alam, tidak pernah berubah, baik
meliputi tempat maupun waktunya. “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato, adat
mamakai”.

2. ADAT NAN DIADATKAN


Adat nan diadatkan adalah adat yang dirancang oleh nenek moyang orang Minangkabau untuk diterapkan
bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. Adat ini dipercaya oleh orang Minangkabau dibuat oleh dua tokoh
besar Minagkabau, yakni Datuak Katumangguangan dan Datuak Parpatih Nan Sabantang yang bertujuan
untuk mengembangkan dan menerapkan adat nan sabana adat masyarakat Minangkabau. Jadi, adat nan
diadatkan sejalan dengan adat nan sabana adat terwujud dalam bentuk undang-undang adat, buku-buku
tentang adat, petatah-petitih, dan hukum adat.
Yang kedua adalah “adat babuhua sentak” (adat berbuhul sentak) yang bermakna adat yang
bersifat tidak mutlak, dapat dimodifikasi, maupun ditambah atau dikurangi.

3. ADAT NAN TARADAT


Adat nan taradat merupakan adat yang disusun oleh nagari untuk melaksanakan adat nan
sabana adat dan adat nan diadatkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan nagari.
Menurut Sjarifoedin (2014: 99), adat ini disusun oleh para tokoh dan pemuka masyarakat melalui
musyawarah mufakat yang pada akhirnya melahirkan istilah “adat salingka nagari” (adat selingkar
nagari). Artinya, ia hanya berlaku di dalam satu nagari semata. Dengan demikian, tiap nagari di
Minangkabau memiliki aturan tertentu yang berbeda dengan nagari lain. Implementasi dari adat
tersebut antara lain upacara batagak pangulu, turun mandi, sunatan rasul, dan perkawinan.

4. ADAT ISTIADAT
Adat istiadat adalah adat yang dibuat dengan mufakat antara ninik mamak dalam suatu nagari. Ia
manampung segala pemikiran dan keinginan setiap anak nagari sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan tidak melanggar hukum untuk dimufakatkan, sehingga mencapai sebuahkeputusan
bersama. Adat istiadat umumnya terlihat dalam bentuk kesenangan anak nagari seperti kesenian,
langgam, dan olahraga.
Minangkabau
1. BATAGAK PANGHULU
Setiap suku di Minangkabau memiliki penghulu suku atau yang disebut Datuak, setiap pergantian pimpinan
kaum maka diadakan upacara pengangkatan yang disebut Batagak Pangulu. Acara ini dianggap sakral dan
biasanya diadakan dengan menyembelih kerbau dan mengadakan acara pesta bahkan sampai seminggu
lamanya.

2. BALIMAU
Setiap jelang bulan Ramadhan masyarakat Minang menggelar tradisi mandi membersihkan diri yang disebut
dengan Balimau. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan oleh masyarakat Minangkabau di lubuak atau
sungai. Selain itu balimau juga memiliki makna lainnya yaitu mensucikan bathin dengan bermaaf-maafan
satu sama lain sebelum menyambut bulan suci Ramadhan.

3. TURUN MANDI
Upacara Turun Mandi adalah salah satu upacara tradisional masyarakat Minangkabau yang dilakukan sebagai
bentuk rasa syukur atas lahirnya seorang anak ke dunia, sekaligus memperkanlkan sang bayi kepada
masyarakat. Upacara Turun Mandi ini digelar di sungai (batang aia), dengan prosesi arak-arakan. Upacara
ini sendiri hanya bisa dilaksanakan di batang aia atau sungai.
4. MAKAN BAJAMBA
Makan barapak atau makan bajamba merupakan tradisi makan bersama yang dilakukan pada
hari besar Islam, upacara adat dan acara penting lainnya. Tradisi ini dipercaya merupakan
bentuk hasil alkuturasi budaya Minang dengan budaya Islam.

5. TABUIK
Upcara Tabuik dilakukan setiap tanggal 10 Muharram di Kota Pariaman. Tabuik sendiri
merupakan istilah untuk mengusung jenazah yang dibawa selama prosesi upacara, kemudian
dilepaskan kelaut. Dalam tradisi tersebut berlangsung masyarakat menampilkan
pertempuran Karbala, serta memainkan alat musik drum tassa dan dhoi.

6. BATAGAK KUDO-KUDO
Upacara ini adalah rangkaian dari tradisi masyarakat Minang untuk membangun rumah baru
yang baru akan dipasangi kuda-kuda.
BATAGAK PANGHULU BALIMAU TURUN
MANDI MAKAN BAJAMBA TABUIK
BATAGAK KUDO-KUDO
Sistem Teknologi Minangkabau
Sebagai contoh dari sistem teknologi yang ada di
dalam suku Minangkabau terdapat pada bentuk
rumah adat serta bentuk desanya.
Nigari merupakan sebuah nama desa di dalam
bahasa Minangkabau. Nigari sendiri ialah
kediaman utama yang dapat dianggap sebagai
pusat desa.
Rumah Gadang merupakan rumah adat dari suku
Minangkabau. Memiliki bentuk yang memanjang
serta memiliki atap yang mirip dengan tanduk
kerbau.
Modernisasi dan Kontekstual
Minangkabau
Pertama, proses modernisasi telah membuat perempuan Minangkabau tidak hanya sebagai subjek tetapi objek dari
modernisasi, dimana mereka telah memiliki andil dalam perubahan adat perkawinan. Kedua, kemajuan telah
membuat perempuan Minangkabau memiliki kedudukan dan peran penting dalam hal perkawinan. Modernitas
masuk dalam kehidupan keluarga-keluarga bangsawan dan saudagar Minangkabau. Modernitas pun ikut
mempengaruhi kehidupan perkawinan perempuan Minangkabau. Perubahan dalam kehidupan perkawinan,
tidak mengubah identitas mereka sebagai keluarga Minangkabau. Tetapi Kondisi inilah yang kemudian
menguatkan identitas perempuan Minangkabau dalam perkawinan yang telah membentuk keluarga
Minangkabau “baru”. Menjadi keluarga kecil (inti) yang solid, harmonis dan terbuka. Hal ini sekaligus
membuktikan bahwa ketika budaya Minangkabau mendapatkan tantangan dengan adanya modernitas, adat
Minangkabau tidak begitu saja hilang dan tergantikan dengan yang baru. Tetapi malah sebaliknya, modernitas
telah menjadikan keluarga Minangkabau menjadi sebuah keluarga modern yang terbuka dengan segala
perubahan yang masuk dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Kata Kunci : Perempuan, Modernitas,
Perkawinan, Minangkabau
Tarimo Kasih
Etnografi Minangkabau
1. Letak geografis
2. Budaya minangkabau
3. Mata pencarian orang minangkabau
4. Adat istiadat Minangkabau (adat salingka nagari
5. Kebiasaan minangkabau
6. Sistem Teknologi Minangkabau
7.
8.
9. Dst
B. Modernisasi dan kontekstualitas Minangkabau

Anda mungkin juga menyukai