NIM : 19 0610
Alam beserta isinya telah diciptakan Allah dengan sungguh amat baik. Langit, bumi,
manusia, semua makhluk dan benda di alam semesta adalah satu kesatuan dan tak boleh
berkekurangan satu benda pun. Jika ada langit, bumi, dan segala makhluk tetapi tidak ada
manusia, maka keberadaannya tidak berguna. Sebaliknya, tanpa langit, dan bumi, maka
manusia dan segala makhluk tidak akan dapat hidup. Langit, bumi, manusia, dan segala
makhluk lain merupakan empat elemen pembentuk alam semesta yang saling bergantung dan
berkaitan satu sama lain.
Kisah penciptaan memberi gambaran yang sangat jelas, tentang keter gantungan
manusia pada alam ciptaan Allah. Manusia tidak dapat dipisahkan dengan alam
lingkungannya, sebab alam lingkungan juga merupakan bagian dari hidup manusia. Oleh
karena itu, diharapkan terjalin keharmonisan di dalam hidup antara manusia dengan alam.
Perlakuan kita terhadap kelestarian lingkungan menentukan kesejahteraan hidup kita.
Namun demikian, pada kenyataannya masih banyak perilaku manusia yang menunjukkan
iktikad yang kurang baik dalam membangun keharmonisan antara manusia dengan alam ini.
Beberapa contoh perilaku manusia yang mengakibatkan kerusakan alam antara lain:
Perilaku manusia yang tidak bijaksana dalam memperlakukan alam, akan merugikan
kehidupan manusia sendiri. Karena alam merupakan bagian dari hidup manusia, manusia
tidak dapat dipisahkan dari alam. Tuhan menciptakan bumi dan isinya (alam) ini dari hari
pertama sampai hari kelima yang pada akhirnya diperuntukkan bagi kehidupan manusia.
Setelah bumi tertata dan tercipta dengan baik, pada hari keenam, Allah menempatkan
manusia ciptaan-Nya di dalam bumi. Manusia dapat hidup karena Allah telah mempersiapkan
alam dengan baik sebagai tempat hidup bagi manusia. Manusia dan alam hidup secara
berdampingan secara harmonis dan saling membutuhkan. Manusia membutuhkan alam dan
alam juga membutuhkan manusia untuk pelestarian hidupnya. Seperti halnya kita
membutuhkan flora dan fauna untuk hidup.
Berton-ton makanan telah disantap manusia di bumi setiap hari yang semuanya
mengambil bahan pokok dari tumbuhan dan hewan. Bagi manusia, tumbuhan dan hewan
dibutuhkan bukan hanya untuk bahan makanan, melainkan juga untuk hal-hal lainnya.
Misalnya, tumbuhan menghasilkan oksigen untuk bernapas, untuk membuat tempat tinggal,
untuk membuat karya seni, dan sebagainya. Sedangkan hewan yang kita pelihara dapat
menjadi partner kerja dalam mengolah tanah, bahkan dapat menjadi sumber protein hewani
bagi kita. Perlakuan kita terhadap kelestarian lingkungan menentukan kesejahteraan hidup
kita.
Dalam Kitab Kejadian 3: 17-19 dikisahkan bahwa sejak meninggalkan Taman Firdaus
dengan segala kebutuhan hidupnya yang serba ada dan dalam jumlah serba banyak untuk
menjamin hidupnya, manusia Adam dan Hawa terpaksa harus bekerja keras dengan
menguasai alam semesta beserta segala isinya. Perilaku manusia yang berdosa juga dapat
menyebabkan rusaknya lingkungan. Seperti ketika manusia pertama jatuh dalam dosa, maka
taman Firdaus menjadi rusak dengan dipenuhinya oleh onak dan duri. Maka sebagai seorang
Kristiani kita harus dapat memanfaatkan alam secara bijak.
Daftar Biblis:
SAKRAMEN IMAMAT
1. Tahbisan Episkopat, yaitu tahbisan seorang uskup. Tahbisan uskup ini merupakan
Sakramen Imamat tertinggi atau keseluruhan pelayan suci (LG. 21).
2. Tahbisan Presbiterat, yaitu tahbisan untuk para imam. Mereka ditahbiskan untuk
mewartakan Injil serta menggembalakan umat beriman dan untuk merayakan ibadat
Ilahi, sebagai imam sejati “Perjanjian Baru” (LG. 28).
3. Tahbisan Diakonat, yaitu tahbisan untuk seorang diakonat.
Beberapa kutipan teks Kitab Suci berikut ini dapat dijadikan rujukan bahwa Sakramen
Imamat (Tahbisan) memiliki dasar Kitab Suci, antara lain:
1. “Ditiap-tiap jemaat, rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan
setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan,
yang adalah sumber kepercayaan mereka" (Kis. 14:23).
2. "Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam jemaat: pertama sebagai rasul,
kedua sebagai nabi, dan ketiga sebagai pengajar" (1 Kor. 12:28).
Untuk menjadi seorang imam tidaklah dengan seseorang yang mau menjadi imam,
kemudian langsung bisa diterima dan dilantik menjadi imam. Ada sejumlah syarat yang
diberikan kepada seorang yang ingin menjadi imam. Syarat-syarat menjadi seorang imam,
antara lain:
1. seorang pria normal, sehat jasmani dan rohani, dan yang telah menerima inisiasi
Katolik,
2. bersedia hidup selibat atau tidak menikah seumur hidup,
3. menyelesaikan pendidikan filsafat, teologi, moral, dan hukum Gereja di seminari
menengah dan seminari tinggi, dan
4. mempunyai hidup rohani yang baik serta mempunyai motivasi dan cita cita yang
kuat untuk menjadi imam.
Semua syarat itu diberikan untuk mendukung tugasnya sebagai imam. Seseorang yang
telah membaktikan diri dan hidupnya sebagai seorang imam, harus siap secara total
memberikan dirinya bagi karya pewartaan, pengudusan, dan pelayanan. Hidupnya tidak lagi
berorientasi pada hal-hal duniawi. Seorang imam menjadi milik Allah dan milik Gereja.
Pelayanan seorang imam akan berhasil bila hidupnya bersahaja. Melalui pikiran, perkataan,
perbuatan, dan pola hidupnya, seorang imam harus berusaha memperlihatkan hidup Yesus
yang sederhana yang penuh damai, suci, dan berbelas kasih. Dalam melakukan karya
pelayanan, para imam saling bekerja sama sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Ada
imam yang berkarya di paroki, ada yang di lembaga pendidikan, dan di lembaga-lembaga
pelayanan lainnya. Secara hierarkis, para imam dalam suatu keuskupan diketuai atau
dipimpin oleh uskup. Mereka bekerja dalam kesatuan dengan uskupnya.
Para imam memiliki tugas pokok, yaitu ikut ambil bagian dalam tri tugas Yesus
sebagai raja, nabi, dan imam, yaitu mengajar, menguduskan, dan memimpin. Hal ini
diungkap dalam KHK Kanon 1008 yang berbunyi: "Dengan sakramen imamat yang diadakan
oleh penetapan Ilahi, seorang beriman diangkat menjadi pelayan-pelayan rohani dengan
ditandai oleh meterai yang tak ter hapuskan, yakni dikuduskan dan ditugaskan untuk selaku
pribadi Kristus Sang Kepala, menurut tingkatan masing-masing, menggembalakan umat
Allah dengan melaksanakan tugas mengajar, menguduskan, dan memimpin."
Para rasul dan para penggantinya yang kini disebut uskup, mendapat kuasa untuk
merayakan Perjamuan Tuhan dan untuk mengampuni dosa. Uskup kemudian melimpahkan
kuasa ini juga kepada para pembantunya, yaitu para imam. Seorang imam bertugas menjadi
pemersatu dan gembala bagi umat yang dipercayakan kepadanya. Imam menggembalakan
umat, baik dalam bidang liturgi, bidang pewartaan, bidang persaudaraan, dan bidang
pelayanan.
Daftar Biblis: