Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN HASIL BUDIDAYA IKAN

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Prakarya


Guru Pengampu : Isra Hidayat, S. Pd

Disusun oleh :

1. Esi Anindya Azzahra (182947)


2. Maya Shinta Saqila (182953)
3. Mutiara Nur Fitri Rahayu (182920)
4. Nurul Hidayah (182924)
5. Rafiqa Husna Amalia (182961)
6. Raihan Syafiq Ramadhan (182962)
7. Sayid Akmal Bashori (182931)

Kelas XI MIA 3

MADRASAH ALIYAH NEGERI 11 JAKARTA

Jl. H. Gandun No.60, RT.12/RW.3, Lb. Bulus, Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 12440

2020
1. Judul Laporan
Dalam praktikum ini, penulis mengangkat sebuah judul laporan “Laporan Hasil
Budidaya Ikan Hias”.
2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukan praktikum adalah sebagai berkut.
1. Melatih diri menjadi seorang pengusaha.
2. Membangun kerjasama dalam dunia usaha.
3. Mempelajari teknik mengolah budidaya ikan yang benar.
4. Menganalisis dan mengetahui teknik pemasaran dari hasil budidaya ikan.
3. Dasar Teori
3.1 Ikan Cardinal tetra
Kardinal tetra (Paracheiron axelrodi) adalah ikan air tawar dari keluarga Characin
(Famili Characidae) dari ordo Characiformes. Ini asli ke Orinoco dan Negro Rivers atas di
Amerika Selatan. Tumbuh dengan panjang total sekitar 3 cm (1.2 inch), Kardinal tetra
memiliki karakteristik dengan garis warna-warni yang mencolok dari genus Paracheirodon
yang membelah ikan secara lateral, dengan tubuh di bawah garis ini berwarna merah,
sehingga dinamai “kardinal tetra”.  Penampilan kardinal tetra mirip dengan neon tetra
yang berkaitan erat, yang sering membingungkan; warna merah neon memanjang hanya
sekitar setengah jalan ke hidung , dan garis biru neon adalah warna biru yang kurang cerah.
Kardinal tetra adalah ikan akuarium yang sangat populer, tetapi kurang menyebar
daripada neon tetra karena sampai saat ini, sulit berkembang biak di penangkaran. Namun,
banyak peternak sekarang memproduksi ikan; dalam kebanyakan kasus, seseorang dapat
menentukan apakah kardinal tetra dibesarkan atau ditangkap secara liar karena sirip yang
rusak pada spesimen yang ditangkap liar. Beberapa ichthyologist percaya bahwa penjaga
ikan harus terus mendukung perikanan kardinal berkelanjutan di lembah Amazon, karena
ribuan orang dipekerjakan di wilayah tersebut untuk menangkap ikan untuk perdagangan
akuarium. Jika para nelayan itu kehilangan mata pencaharian karena menangkap para
kardinal dan ikan tropis lainnya, mereka mungkin mengalihkan perhatian mereka untuk
terlibat dalam deforestasi.
4. Waktu dan Tempat Budidaya
Pelaksanaan budidaya ikan hias ini dilakukan sejak 1 Maret 2020 hingga 14 Juni
2020. Dalam pelaksanaannya, dipilih lokasi tempat budidaya di salah satu rumah anggota
yaitu Sayid Akmal Bashori yang berada di daerah Jakarta Selatan. Tujuan pemilihan tempat
ini selain karena sudah tersedia tempat budidaya juga di daerah tempat tinggal anggota
tersebut dekat dengan lokasi tempat pembelian benih, sehingga dapat menghemat waktu dan
biaya.
5. Rincian Pengeluaran Biaya
N KEBUTUHAN JUMLAH BIAYA
O
1. Benih ikan Kardinal Tetra 50 ekor Rp50.000
2. Pakan ikan (cacing darah) 2500 gram Rp25.000
3. Obat-obatan dan kebutuhan lain - Rp50.000
Jumlah Rp125.000

6. Kegiatan Produksi Budidaya Ikan Hias


6.1 Persiapan wadah
Wadah yang digunakan adalah akuarium berukuran 45 x 30 x 35 cm. pertama
akuarium dicuci bersih dengan air mengalir dan menggunakan sabun. Setelah kering,
akuarium ditumbuhi tanaman sejenis alga untuk menambah lingkungan hidup hewan juga
berguna untuk memberikan oksigen di dalam air. Kemudian, akuarium dipasangkan lampu,
dan aerator untuk memberikan oksigen di dalam air. Setelah itu pH dalam akuarium diukur
hingga mencapai derajat keasaman 6-7, dan suhu air 24-300C. selain itu terlebih dahulu air
dijernihkan dengan sedikit tawas hingga benar-benar jernih. Barulah wadah siap untuk
menjadi tempat pembesaran benih ikan.
6.2 Pembenihan
Benih/burayak ikan Kardinal tetra berukuran s yang berjumlah 50 ekor dimasukan ke
dalam akuarium. Sebelum memasukan ke dalam akuarium, terlebih dahulu benih dibiarkan
semalaman dalam wadah yang berbeda. Hal ini guna sebagai pengenalan lingkungan dan
menghindari stress pada ikan.
6.3 Perawatan dan Pembesaran
Benih ikan dalam sehari diberi pakan dengan cacing darah sebanyak dua kali. Yaitu
dilakukan pada pagi dan sore hari. Pemberian pakan dilakukan sedikit-sedikit guna
menghindari adanya penumpukan sisa makanan yang berakibat berkembangnya penyakit.
Selain itu, setiap hari dilakukan pengontrolan rutin seperti mengecek pH air, suhu air, dan
jumlah benih yang mati. Pembersihan akuarium dilakukan setiap dua minggu sekali.
Dalam pengontrolan, usahakan agar akuarium tetap sesuai pada persyaratan. Hal itu
bertujuan agar meminimalisir benih ikan yang mati sehingga dapat memperkecil
kemungkinan untuk mengalami kerugian.
7. Hasil Budidaya
7.1 Foto Hasil Percobaan Budidaya

Gambar 7.1 Proses Pembenihan Sebelum Pembesaran

Gambar 7.2 Proses Pembesaran Tahap Awal

Gambar 7.3 Proses Pembesaran Tahap Akhir


Gambar 7.4 Pasca Budidaya

7.2 Analisis Hasil Budidaya


Pada proses perencanaan awal, kelompok kami merencanakan untuk budidaya ikan
lele. Namun, mengalami kendala dalam tempat dan biaya. Sehingga budidaya kami diganti
menjadi budidaya pembesaran ikan Kardinal tetra. Alasan memilih ikan tersebut adalah selain
benihnya yang murah, juga warnanya cantik sehingga banyak digemari masyarakat.
Dalam proses pembesaran, jumlah benih yang mati sebanyak 7 ekor. Hipotesis
sementara menyatakan bahwa ikan mati disebabkan stress yang berlebih. Selain itu, hasil
akhir dari budidaya ikan tumbuh hingga mencapai panjang rata-rata 2 cm dalam waktu 3
bulan. itu sudah sesuai target dalam pembesaran ikan Kardinal tetra dan sudah siap untuk
diperjual belikan. Kami belum sempat melakukan proses perkawinan induk ikan Kardinal
tetra karena terhalang oleh kondisi waktu. Sehingga proses budidaya hanya sebatas
pembesaran dan perawatan benih/burayak ikan yang telah dibeli.
Dalam proses penjualan, baru sebatas mencapai promosi saja melalui media sosial
seperti whatsapp dan instagram. Hal itu karena situasi pandemik covid-19 yang
mengakibatkan proses penjualan terhalang. Sehingga ikan yang tersisa hanya dijadikan
hiasan di akuarium saja belum sampai tahap penjualan.
Namun, dibalik beberapa kegagalan tersebut, dari hasil budidaya ini kami sudah
berhasil menumbuhkan benih-benih ikan Kardinal tetra hingga sepanjang 2 cm. selain itu,
kami dapat meminimalisir benih ikan mati. Terbukti jumlah benih ikan Kardinal tetra yang
mati hanya berjumlah 7 ekor. Karena dalam proses pembesaran kami sudah semaksimal
mungkin untuk mengikuti aturan dan melakukan kontrol serutin mungkin.

Anda mungkin juga menyukai