Anda di halaman 1dari 3

Nama : Abdurrasyid Dosen : Emilya Ulfah, M.

Pd
NPM : 18.12.4419 Matkul : Islam & Budaya Lokal
Jawaban Final UAS
1. Pandangan Islam terhadap adat dan budaya lokal, dari beberapa riwayat bahwa ketika
Nabi Muhammad Saw. Di utus menjadi Rasul dengan membawa kebenaran, maka
dihapuslah beberapa adat dan kebudayaan yang tidak sejalan dengan Islam dan
membiarkan adat kebiasaan yang tidak bertentangan dengan syari’at dan adab-adab Islam
atau yang sejalan dengannya.1
2. Ada banyak kerajaan-kerajaan pra Islam di Nusantara sebagai berikut:
a. Kerajaan Pra Islam di Kalimantan yaitu Kerajaan Kutai, Kerajaan Wijayapura,
Kerajaan Tanjungpura atau Tanjompura, Kerajaan Kuripan atau Kahuripan,
Kerajaan Negara Dipa dan Kerajaan Negara Daha.
b. Kerajaan Pra Islam di Jawa yaitu Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Kaling,
Kerajaan Mataram, Kerajaan Singosari, dan Kerajaan Majapahit.
c. Kerajaan Pra Islam di Sulawesi yaitu Kerajaan Buton dan Kerajaan Gowa-Tallo.
d. Kerajaan Pra Islam di Sumatera yaitu Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan
Dharmasraya.2
3. Strategi yang dilakukan Datuk Kelampayan juga melalui perkawinan beliau dengan Ratu
Aminah, Putri dari Pangeran Thaha, dengan ada pendekatan serta merangkul pemerintah
kerajaan banjar dikala itu, dengan demikian pihak kerajaan banjar selalu mengangkat
Mufti dan Qodhi dari kalangan Dzurriat Datuk Kelampayan, memudahkan beliau untuk
menyebarluaskan pendidikan agama Islam, hingga mencapai sukses dengan
diberlakukannya hukum Islam Madzhab Syafi’i di kerajaan Banjar.3
4. Karakteristik suku yang ada di Kalimantan yaitu :
a. Suku Banjar, Hampir 80% dari hulu sampai hilir ditandai dengan budaya yang
khas ialah kebudayaan sungai. Masyarakat banjar adalah masyarakat Islam yang
mayoritas mereka memluk agam Islam yang taat bahkan fanatik.
b. Suku Dayak, yaitu mata pencaharian hidup yang berdasarkan peladangan, prinsip
keturunan yang berdasarkan ambilineal, peralatan perang yang berupa parang
(mandau), sumpitan (sipet). Agama aslinya berdasarkan pemujaan ruh para
leluhur yang terkenal dengan nama agama Kaharingan.
c. Suku Tidung, yaitu ritual pernikahan yang mana pengantin pria tidak
diperkenankan melihat wajah dari pengantin wanita sampai ia (pengantin pria)
menyanyikan beberapalagu cinta, dan setelan pernikahan mereka tidak dibolehkan
buang air besar selama tiga hari. Mayoritasnya suku Tidung ialah memluk agama
Islam tetapi mereka masih mnelakukan ritual yang berkaitan dengan nenek
moyang.
d. Suku Kutai, yaitu segi kepercayaan mereka masih satu leluhur dengan suku
Dayak, mata pencahariannya juga berladang, berburu dan ada juga yang hidup

1
Abu Ihsan al-Atsari, https://almanhaj.or.id/30134-pandangan-islam-terhadap-kebudayaan-2.html, Diakses pada
Jum’at 14 Januari 2022 pukul 23:30.
2
Muhammad Arsyad Dkk, Kerajaan Pra Islam Di Nusantara, Makalah Kel 2, hal. 3-14.
3
Abu Zein Fardany, https://www.bengkulutoday.com/strategi-dakwah-datuk-kalampayan, Diakses pada Jum’at
14 Januari 2022 pukul 23:56.
Nama : Abdurrasyid Dosen : Emilya Ulfah, M.Pd
NPM : 18.12.4419 Matkul : Islam & Budaya Lokal
sebagai nelayan. Ilmu pengoban mereka masih menggunakan pengobatan
tradisional dan sangat beragam.4
5. Di dalam acara maarwah tersebut selalu ada bacaan al-Qur’an, Sholawat serta tahlil yang
hadiah pahalanya ditujukan mayat yang bersangkutan. Dan diakhiri dengan bacaan do’a
haul atau arwah.5 Selagi itu masih dalam ajaran ahlussunnah waljama’ah dan tidak ada
ritual-ritual yang meyimpang atau menyeleneh yang dapat menyekutukan Allah, maka itu
tidak ada larangan dan malah dianjurtkan.
6. Sebelum kita melestarikannya maka terlebih dahulu diri kita harus cinta terhadap
kesenian tersebut, karna apabila kita sudah cinta kita akan mudah mengingatnya dan
dengan cara kita terapkan kembali kesenian-kesenian yang sudah mulai ditinggalkan
dikalangan masyarakat, kita kenalkan ke anak-anak kita agar mereka tidak tahu bahwa
begitu banyak kesenian di daerah yang kita cintai.
7. Iya memang awalnya Tari Baksa Kembang hanya ditampilkan ketika menyambut tamu
kehormatan atau kerabat kerajaan dan dimainkan di lingkungan kerajaan saja, namun
seiring perkembangan zaman, Tari Baksa Kembang juga mulai ditampilkan di hadapan
masyarakat dan menjadi tarian dan biasa digunakan pada acara pernikahan.6
8. Ketupat Kandangan, Gangan Asam Banjar, Lemang, Laksa Khas Banjar, Lontong Orari,
Gangan Humbut, dan Iwak Karing Batanak.
9. Iya sangat mempengaruhi budaya lokal.
10. Proses pelaksanaan bemandi-mandi yaitu ada dua.
1) Mandi untuk mempermudah jodoh
kebanyakannya dilakukan oleh kaum wanita yang masalah jodoh belum kunjung
datang. Mandi kembang menjadi salah satu usaha ikhtiar untuk menyelesaikan
suatu masalah tersebut karena mereka menganggap itu dapat memberi jalan
keluar.
2) Mandi sebelum acara perkawinan
Bisa disebut juga bapapai atau badudus, artinya percikan air. Tatacaranya 1.calon
pengantin pria diarak ke tempat calon pengantin wanita pada malam menjelang
hari perkawinan, 2.pengantin didudukkan berdampingan di serambi rumah atau
bagian belakang rumah, 3.kemudian dimandikan dengan cara memercikkan air
papaian oleh sesepuh wanita, 4.jumlah memandikannya selalu ganjil secara
bergantian, 5.setelah habis mandi kedua pengantin disisir diminyaki
dansebagainya, 6.kemudian didudukkan berdampingan dikelilingi oleh cermin dan
lilin, 7.mengelilingkan cermin kepada pengantin sebanyak 3 keliling oleh wanita
yang memandilan tadi dan setelah selesai mandi calon pengantin pria pulang
kerumah nya.

4
Muhammad Rizki Dkk, Manusia Kalimantan; Karakteristikl/Sifat-sifat Khas Suku Kalimantan Menurut
Tinjauan Antropologis, Makalah kel 8, hal. 7-15.
5
Muhammad Ramadhan Dkk, Nilai-nilai Budaya Lokal Yang Hidup Di Dalam Masyarakat Kalimantan;
Besalamatan Bemandi-Mandi DLL, Makalah kel 10, hal. 22.
6
Praba Mustika, https://www.google.com/amp/s/katadata.co.id/amp/safrezi/berita/619a1be05c7e6/mengenal-
tari-baksa-kembang-dan-makna-di-baliknya, Diakses pada Sabtu 15 Januari pukul 02:09.
Nama : Abdurrasyid Dosen : Emilya Ulfah, M.Pd
NPM : 18.12.4419 Matkul : Islam & Budaya Lokal
Bahan yang diperlukan: Tempat air(gayung/ember), Kembang, Mayang
pinang, daun tulak yang dicampur air dan piduduk yang berisi beras, gula, kelapa,
nasi kuning dan nasi lamak.7

7
Muhammad Alwi Dkk, Nilai-Nilai BudayaLokal Yang Hidup Di Dalam Masyarakat Kalimantan;
Besalamatan, Bemandi-mandi dll, Makalah kel 10, hal. 7-10.

Anda mungkin juga menyukai