Anda di halaman 1dari 5

Nama : muhammad zulfikri firmansyah

Kelas : management A2

Resume kebudayaan toraja dan mandara

KEBUDAYAAN TORAJA

Suku Toraja mendiami wilayah bagian utara jazirah Sulawesi Selatan yang berbatasan langsung
dengan Sulawesi Tengah. Daerah Tana Toraja berbatasan dengan Kabupaten Luwu di sebelah
Timur, Kabupaten Enrekang bagian Selatan, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Polewali, dan bagian utara berbetasan Propinsi Sulawesi Tengah.

¶ Mata Pencaharian Suku Toraja

Mata Pencaharian Masyarkat Ini Pada Dasarnya Ialah Bercocok Tanam Padi Disawah Dan
Sedikit Di Ladang. Selain Padi Mereka Juga Menanam Jagung, Sayur-Sayuran, Singkong, Ubi
Jalar, Kopi, Cengkeh, Kelapa Dan Markisa. Pada Masa Lalu Daerah Toraja Terkenal Sebagai
Penghasil Kopi Yang Bagus. Peternakan Khususnya Kerbau Dan Babi Yang Diperlukan Untuk
Melengkapi Upacara-Upacara Keagamaan Mereka, Untuk Makanan Sehari-Hari Mereka
Memelihara Ikan Di Kolam Beternak Ayam Dan Itik.

¶ Agama & Kepercayaan Suku Toraja

Sebelum Memeluk Agama Islam Atau Kristen, Orang Toraja Menganut Sistem Kepercayaan
Yang Disebut Aluk To Dolo Yakni Kepercayaan Lama Yang Terpusat Kepada Tiga Aspek.

Pertama Pemujaan Kepada Tokoh Pencipta Yang Disebut Puang Matua.

Kedua Pemujaan Kepada Deata-Deata “Dewa-Dewa Pemelihara”.


Ketiga Pemujaan Roh-Roh Kakek Moyang Yang Disebut Tomebali Puang Yang Dianggap
Memberi Berkah Dan Pelindung Kepada Keturunannya

Bahasa Toraja

adalah bahasa yang digunakan oleh suku Toraja yang tersebar di Kabupaten Tana Toraja,
Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa. Bahasa Toraja masih memiliki beberapa
dialek di daerah Kabupaten Tana Toraja, yang dibagi atas tiga dialek, yaitu dialek Makale-
Rantepao, dialek Saluputti-Bonggakaradeng, dan dialek Sillanan-Gandangbatu.

BENTUK KEARIFAN LOKAL DALAM BUDAYA TORAJA

¶ pertanian
Menyebut Toraja, maka yang terbayang adalah rumah adat Tongkonan, pesta rambu solo
atau tengkorak di kuburan batu. Padahal, dalam bidang agriculture, Toraja juga punya
potensi yang besar nan indah. Mulai dari hutan-hutan lebat yang masih perawan, ragam
buah sayuran, tanaman pangan, juga perkebunan.

¶ pemanfaatan sumber daya

Kabupaten Toraja Utara sebagai sebuah kabupaten hasil pemekaran yang menyimpan banyak
potensi yang dapat dikembangkan untuk kemajuan daerah dan peningkatan kesejahteraan
warganya. Beberapa di antaranya adalah di sektor pertanian seperti kopi arabika dan kopi
robusta, di mana Toraja Utara memiliki lahan yang luas dan sangat cocok untuk pengembangan
komoditas ini.

¶ Bidang seni dan budaya

•Tongkonan

Tongkonan adalah rumah tradisional Toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan dihiasi
dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata “tongkonan” berasal dari bahasa
Toraja tongkon ( duduk).

•Ukiran kayu

Bahasa Toraja hanya diucapkan dan tidak memiliki sistem tulisan. Untuk menunjukkan
konsep keagamaan dan sosial, suku Toraja membuat ukiran kayu dan menyebutnya
Pa’ssura (atau “tulisan”). Oleh karena itu, ukiran kayu merupakan perwujudan budaya
Toraja.

• upacara pemakaman

Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan
berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara
pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan yang
berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan
biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Sebuah
tempat prosesi pemakaman yang disebut rante biasanya disiapkan pada sebuah padang
rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung
padi, dan berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang
ditinggalkan.

• musik dan tarian

Suku Toraja melakukan tarian dalam beberapa acara, kebanyakan dalam upacara
penguburan. Mereka menari untuk menunjukkan rasa duka cita, dan untuk menghormati
sekaligus menyemangati arwah almarhum karena sang arwah akan menjalani perjalanan
panjang menuju akhirat. Pertama-tama, sekelompok pria membentuk lingkaran dan
menyanyikan lagu sepanjang malam untuk menghormati almarhum (ritual terseebut disebut
Ma’badong).

tarian yang disebut Ma’bua hanya bisa dilakukan 12 tahun sekali. Ma’bua adalah upacara
Toraja yang penting ketika pemuka agama mengenakan kepala kerbau dan menari di
sekeliling pohon suci. Alat musik tradisional Toraja adalah suling bambu yang disebut
Pa’suling. Suling berlubang enam ini dimainkan pada banyak tarian, seperti pada tarian
Ma’bondensan, ketika alat ini dimainkan bersama sekelompok pria yang menari dengan
tidak berbaju dan berkuku jari panjang. Suku Toraja juga mempunyai alat musik lainnya,
misalnya Pa’pelle yang dibuat dari daun palem dan dimainkan pada waktu panen dan
ketika upacara pembukaan rumah.

KEBUDAYAAN MANDAR

Suku mandar merupakan satu-satunya suku bahari yang ada di indonesia dan di
nusantara yang berhadapan langsung dengan laut dalam, tanpa adanya pulau-pulau
yang bergugus. Teknologi kelautan mereka sudah demikian sistematis, yang
merupakan warisan dari nenek moyang dari suku mandar tersebut.
Mandar adalah nama suatu suku yang terdapat di sulawesi barat dan sulawesi selatan,
tetapi pada umumnya suku mandar berasal dari sulawesi barat. Diistilahkan sebagai
etnis karena Mandar merupakan suku utama yang berada di sulawesi barat, dan salah
satu kelompok etnis dari empat suku yang mendiami kawasan provinsi Sulawesi
Selatan yakni etnis Makassar (makasara’), etnis Bugis (ogi’), etnis Toraja (toraya).
Pengelompokkan ini dimaksudkan dalam suatu kelompok pengkajian yang disebut
“lagaligologi”.

• sistem budaya

Status individu dalam suku Mandar berbeda dengan suku Bugis, di Mandar, wanita
tidak hanya mengurus rumah tangga, tetapi mereka juga aktif dalam mencari nafkah,
mereka mempunyai prinsip hidup, yaitu Sibalipari yang artinya sama-sama menderita
(sependeritaan) misalnya: kalau laki-lakinya menangkap ikan, setelah sampai di darat
tugas suami sudah dianggap selesai, maka untuk penyelesaian selanjutnya adalah
tugas istri, terserah apakah ikan tersebut akan dijual atau dimakan, dikeringkan.

• sistem Sosial

Masyarakat Mandar sangat memperhatikan ketentuan adat dan tradisi yang telah
dijalani selama berabad-abad lamanya. Salah satu contoh yang tetap bertahan hingga
kini antara lain adalah tata cara berbusana. Masyarakat Mandar sangat membedakan
busana untuk anak-anak, remaja dan orang tua, begitu pula busana rakyat biasa
dengan kalangan bangsawan akan berbeda.
• sistem pengetahuan
Interaksi masyarakat Mandar dengan lautan menghasilkan pola pengetahuan yang
berhubungan dengan laut, yaitu: berlayar (paissangang asumombalang), kelautan
(paissangang aposasiang), keperahuan (paissangang paalopiang), dan kegaiban
(paissangang). Pengejawantahan dari pengetahuan tersebut di antaranya adaah
rumpon atau roppong dan Perahu Sandeq.

Perahu Layar itu mampu mendorong Sandeq hingga berkecepatan 20 knot., Perahu ini
juga digunakan para nelayan untuk memasang perangkap (rumpon) pada musim ikan
terbang bertelur (motangnga). Alat transportasi kelautannya tak semuanya sama. Ada
yang memakai sandeq ada yang makai baago perahu Mandar yang tak bercadik.

Alat - alat produksi :


• Pertanian

A.Mengolah sagu

B.Mengolah kopra

C.Berburu

D.Perahu

E.Beternak

F.Menangkap Ikan

G.Tenun

H.Memasak

I.Mendirikan rumah

J.Menganyam

K.Pertukanga

•Senjata:

A.Gayang (keris)

B.doe (tombak),

C.badiq (badik),
D.jambia (belati),

E.kanda wulo (parang panjang),

F.suppiq (sumpit),

G.panah

• sistem ekonomi

Mereka semua ber mata pencharian sebagai nelayan

• sisitem religi
Umumnya suku Mandar adalah penganut agama Islam yang setia, tetapi tidak lepas
dari kepercayaan seperti pemali, jimat, dan sesaji. Di daerah pedalaman di Pitu Ulunna
Salu sebelum Islam masuk, religinya adalah adat Mappurondo berpegang Pemali Appa
Randanna, seperti ritual Mappasoro (menghanyutkan sesaji di sungai) atau Mattula
bala’ (menyiapkan sesaji untuk menolak musibah) dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai