Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ERMANUS SEMBIRING

NPM : 220510022
DOSEN PEMBIMBING : DR. YUSTINUS SLAMET ANTONIO M. SI
MATA KULIAH : MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA

Ritual adat-istiadat masyarakat Karo


I. Pendahuluan
1.1 Latar belakang

1
Suku Karo adalah suku yang mendiami dataran tinggi di Sumatera Utara tepatnya
di Kabubaten Karo. Suku Karo memiliki sapaan khas yaitu “Mejuah-juah” yaitu sebagai
ucapan damai sejahtera, sehat-sehat yang sering digunakan oleh masyarakat Karo ketika
bertemu. Sebagai Suku Karo, tentunya memiliki kebudayaannya sendiri dan khas. Salah
satu nya adalah sistem pengetahuan. Sistem pengetahuan adalah sistem pemahaman yang
dimiliki oleh manusia dalam memandang sekitarnya. Misalnya, dalam masyarakat Karo
juga punya sebutan untuk hari-hari dalam satu bulan.

Masyarakat Karo diaspora ialah invidu atau masyarakat Karo yang berasal dari Tanah
Karo yang merantau atau mengalami migrasi ke suatu tempat. Alasannya adalah untuk
mencari rejeki, berkuliah, pekerjaan dan lain sebagainya. Migrasi ini dapat diartikan sebagai
masyarakat yang berdiaspora. Kemudian masyarakat Karo diaspora juga dapat diartikan
sebagai suatu individu ataupun kumpulan individu etnik Karo yang tersebar ke berbagai
wilayah Indonesia dan mengalami migrasi dari Tanah Karo ke berbagai wilayah di Indonesia
termasuk ke Yogyakarta. Kota Yogyakarta merupakan pilihan lokasi diaspora yang dilakukan
masyarakat Karo yang dapat dikategorikan tujuannya seperti pekerjaan, perekonomian dan
berkuliah yang di khususkan kepada pemudapemudi Karo.

1
Sangkep nggeluh adalah struktur kekerabatan yang dimiliki oleh tiap-tiap individu Karo. Hal ini ditandai
dengan garis keturunan Ayah dan Ibu berdasarkan merga (ayah) dan beru (ibu).
Biasanya masyarakat Karo yang berdiaspora dikarenakan pekerjaan dan
perekonomian akan tinggal dalam waktu cukup lama di Yogyakarta dan setidaknya itu
berlaku yang pergi merantau untuk berkuliah. Oleh sebab itu masyarakat Karo yang
berdiaspora ini membutuhkan suatu yang mampu merekatkan dan mempersatukan mereka
dalam kondisi budaya & sosial yang berbeda dengan Tanah Karo.

Upacara adat Suku Karo adalah prosesi ritual budaya dari masa ke masa yang
dilakukan oleh Suku Karo khususnya di daerah Sumatera Utara secara turun menurun
mulai dari lahir, pernikahan hingga upacara kematian. Suku Karo berdiam di wilayah
Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang dan juga Langkat. Ada 3 jenis upacara dalam
adat Karo, yang kemudian dibagi lagi ke dalam 9 upacara seperti pada uraian, salah
satunya yaitu Ndilo Uari Udan,

1.2 Isi
 Pengertian
 Sejarah

1. Ndilo Uari Udan

2
Dalam upacara atau ritual ini sangat dibutuhkan musik pengiring untuk proses
berlangsungnya kegiatan tersebut, dan gendang Karo inilah yang membantu proses
berlangsungnya upacara ataupun ritual. Dalam kegiatan/aktifitas bermusik inilah alat musik
tradisional Karo berguna sebagai pengiring. Alat musik yang digunakan, antara lain ansambel
Gendang Lima Sendalanen, ansambel Gendang Telu Sendalanen, dan beberapa instrumen
musik solo. Sesuai dengan keadaan alamnya, keadaan tanah berbukit-bukit serta diselang-
selingi oleh lembah dan padang rumput.

Zat hara yang dihembuskan oleh angin dari dua gunung merapi yaitu gunung Sinabung
dan Sibayak mengakibatkan tanah disekitarnya menjadi subur. Maka mata pencaharian utama
dari masyarakat Karo umumnya adalah bertani atau bercocok tanam. Sejak zaman penjajahan
dan sampai saat ini hasil bumi dari tanaha Karo seperti sayur-sayuran dan buahbuahan
menjadi komoditas eksport. Jika terjadi gangguan iklim misalnya kemarau panjang,

2
Darwin Prints. Adat Karo, (Medan: Bina Perintis Media, 1974), hlm. 58-59.
masyarakatnya akan melaksanakan ritual Ndilo Wari Udan (memanggil turunnya hujan) salah
satu bentuk upacara yang masih pernah dilaksanakan masyarakat Karo.

Memanggil turunnya hujan, pelaksanaan ritualnya yaitu penduduk membuat sesajen,


memukul gendang trasdisional Karo, menari bersama dan saling siram menyiram antara
penduduk. Di kecamatan Tiga Binanga, ritual ini dilaksanakan selama beberapa hari sampai
hujan turun. Pada upacara ini, musik tradisional Karo sangat beperan penting di dalamnya
karena tanpa adanya iringan musik yang dimainkan pemain musik (penggual) upacara ini
tidak akan berlangsung.

Penggual pada umumnya sangat dihormati serta dihargai ketika melaksanakan setiap
kegiatan, khususnya pada upacara ini karena mereka sangat berperan penting ketika proses
berlangsungnya upacara tersebut. Upacara ini diiringi dengan Gendang Lima Sendalanen.
Pelaksanaa upacara Ndilo Wari Udan berkaitan dengan mendemontrasikan musik Gendang
Lima Sendalenen serta budaya guna untuk pelestarian budaya. Dari penjelasan tersebut
terlihat jelas bahwa begitu pentingnya ansambel Gendang Lima Sendalanen dalam suksesnya
sebuah ritual Ndilo wari udan.

2. ngaleng tendi

Ritual pada masyarakat Karo yang bertujuan untuk memanggil jiwa seseorang yang telah
meninggal.

3. Mbessur- mbessuri

Ritual adat Karo dimana ketika padi telah berisi, maka sang pemilik akan membuat
makanan khas Karo yang bernama lemang. Lemang adalah sebutan kue-kue basah
dengan bahan dasar beras pulut. Makanan khas ini, jika ada acara atau pesta tahunan
(kerja tahun) dimana pun dan kapan pun, pasti selalu ada tersaji. Ritual Mbessur-
mbessuri ini disebut juga dengan nerites.

4. Erpangir kulau

Erpangir kulau adalah upacara mandi untuk mengusir roh jahat ataupun pengaruhnya,
memberi sesajian kepada yang mahakuasa supaya diberikan rejeki. Upacara tersebut
masih dapat ditemukan di beberapa tempat, karena sampai sekarang masih dilestarikan
dan merupakan warisan berharaga secara turun-temurun.

5. Mbengket Rumah Baru

Mengket rumah adalah upacara memasuki rumah baru dan cawir metua adalah upacara untuk
orang yang meninggal pada usia tua (seluruh anak sudah menikah).

Anda mungkin juga menyukai