Anda di halaman 1dari 10

PERAN PEMUDA DALAM PELESTARIAN BUDAYA DAERAH

OLEH: HENRY MA’DIKA PONGLABBA

Indonesia adalah negara yang di kenal mempunyai beragam budayanya.


Kita sebagai masyarakat Indonesia mengetahui bahwa negara ini memiliki banyak
keberagaman budaya, dengan berbagai ciri khas dan karakteristik masing-masing,
bahkan keragaman budaya Indonesia ini di antaranya banyak di ketahui
masyarakat asing.

Dari berbagai keberagaman itulah melahirkan bentuk keragaman budaya


Indonesia yang tiada tandingannya, seperti rumah adat, upacara adat, pakaian adat
tradisional, tarian adat tradisional,alat dan musik tradisional, senjata tradisional
bahkan makanan tradisional.

Seiring globalisasi dan modernisasi, perkembangan kebudayaan


mempunyai peran dan fungsi untuk meningkatkan semangat nasionalisme. Hal itu
karena budaya lokal mempunyai nilai-nilai sosial yang di terapkan oleh tiap
masyarakat Indonesia.

Masuknya pengaruh-pengaruh kebudayaan luar dapat mempengaruhi


kebudayaan dan menambah keragaman yang ada di Indonesia. Kebudayaan di
seluruh dunia sangat beraneka ragam termasuk salah satunya Indonesia, Indonesia
memiliki berbagai macam suku, bangsa, ras, agama, dan adat-istiadat

Masyarakat Toraja dari dahulu kala memiliki keaneka ragam yang di anut
sampai saat ini, salah satu nya adalah upacara kematian yang di kenal oleh
masyarakat Toraja dengan sebutan “ Rambu Solo’ “

Menurut Wikipedia (id.m.wikipedia.org) menjelaskan bahwa Rambu


Solo’ adalah sebuah upacara pemakaman secara adat yang mewajibkan keluarga
almarhum membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada
mendiang yang telah pergi.
Berdasarkan pengertian di atas bahwa Rambu Solo’ adalah acara terakhir
bagi orang yang sudah meninggal dan keluarga di wajibkan untuk melakukan
upacara adat tersebut, sebagai bentuk untuk menghormati yang sudah meninggal.

Menurut Anggraeni (2020) menjelaskan bahwa tujuan upacara adat


pemakaman Rambu Solo’ adalah untuk menghormati arwah atau jiwa seseorang
yang meninggal tersebut dan mengantarkannya menuju alam roh atau dapat di
katakan sebagai bentuk penyempurnaan arwah manusia yang telah meninggal.

Menurut Srisetyawanie (2020) manfaat-manfaat secara sosial atau spiritual


yang dapat memberikan dampak positif dalam Rambu Solo’ :

a. Kekerabatan antar keluarga di segarkan Kembali. Dalam hal ini,


berkumpulnya para kerabat sehingga semakin mempererat hubungan
kekerabatan dalam keluarga besar.
b. Martabat keluarga, melalui pengelenggaraan pemakaman. Dalam hal ini,
martabat keluarga dan harga diri keluarga di nyatakan melalui
keberhasilan dan kemeriahan upacara mempunyai nilai sosial yang tinggi
dan sebaliknya, merasa malu jika tidak dapat mengadakan upacara
pemakaman yang sepatutnya.
c. Pemotongan hewan. Dalam hal ini, untuk di sajikan kepada para tamu dan
kerabat yang datang melayat dan tugas hewan yang masih sisa biasanya di
sumbangkan pembangunan dan kesejahteraan desa, dan tempat-tempat
ibadah sekitar.
d. Gotong royong. Dalam hal ini, berupa bantuan kerbau, babi, dan lain-lain
dari kaum kerabat untuk membantu akan proses kelancaran pelaksanaan
upacara Rambu Solo’. Kemudian gotong royong, solidaritas dan saling
menghormati merupakan suatu nilai yang mempunyai harga yang tinggi di
kalangan masyarakat Toraja.

Pola hiduo masyarakat masa kini dengan masa dahulu sangatlah


berbeda hal ini juga dampak arus globalisasi sehingga perlu penanganan
yang lebih baik. Globalisasi saat ini berkembang teknologi-teknologi
canggih yang sangat membantu manusia,selain daripada ada dampak
positif,teknologi juga memiliki dampak negative yaitu dapat merusak
mental dan moral generasi muda.
Bagi masyarakat tana Taraja,seseorang yang sudah meninggal
tidak dengan sendirinya mendapat gelar seseorang telah
meninggal.Sebelum mengadakan upacara “rambu solo”maka orang yang
meninggal itu dianggap sebagai orang yang sakit.Dengan anggapan masih
dalam keadaan sakit maka keluarga masih memperlakukan selayaknya
orang sakit pada umumnya,seperti menemaninya,menyediakan,makanan
dan minuman,rokok bagi yang perokok,dan sirih bagi yang memakan sirih
selama masih hidup.
Orang yang meninggal diperlakukan sebagaimana mesti Ketika
masih hidup. Apabila keluarga belum mampu melaksanakan upacara
‘rambu solo’ jenazah akan disimpan di ‘Tongkonan’ (rumah adat Tanah
Toraja ) sampai pihak keluarga mamu menyediakan hewan untuk
melaksanakan upacara tersebut. Sehingga gengsi sosial bagi keluarga yang
bersangkutan akan semakin tinggi.

Pelaksanaan Upacara Rambu Solo’

a) Ma’Pasurruk
Ma’pasurruk Ma’pasurruk adalah kegaiatan mengarak kerbau
(tedong) sekitar lokasi tempat pelaksanaan upacara sebanyak tiga kali dan
pertemuan keluarga yang bertujuan untuk mengevaluasi kembali hasil
musyawarah keluarga sebelumnya, utamanya berkaitan dengan kesanggu-
pannya untuk menyediakan hewan kurban berupa kerbau, meliputi
kesiapan pihak keluarga baik dalam hubungan keluarga secara vertikal
maupun secara horizontal. Hubungan vertikal misalnya kesiapan anak
untuk orang tuanya (ibu dan ayah) apabila yang meninggal adalah orang
tuanya dan sebaliknya orangtua apabila anaknya yang meninggal.
Sedangkan hubungan horizontal, yakni hubungan saudara kandung atau
keluarga dari pihak ayah dan ibu. Pada tahap mengarak semua kerbau
yang telah disiapkan oleh pihak keluarga, mengelilingi Tongkonan dimana
almarhum disemayamkan atau tempat pelaksanaan upacara. Pada upacara
itu dipotong dua ekor kerbau yang kemudian dagingnya dibagikan kepada
para penggembala kerbau. Pemotongan dan pembagian itu dilakukan oleh
To Parengge dan Ambe Tondok. Kegiatan itu, dalam urut-urutan upacara
Rambu Solo’ pada dasarnya masih rangkaian menghadapi Aluk Palao atau
upacara pemakaman kedua. Ada kegiatan dalam acara Ma’Pasulluk yaitu
pemberian nama bagi kerbau yang disediakan oleh pihak keluarga.
Pemberian nama itu, berkaitan dengan sebutan nantinya pada saat
pelaksanaan Ma’pasilaga tedong (adu kerbau). Pemberian nama itu
biasanya diberikan oleh masing-masing pemiliknya. Fungsi pemotongan
kerbau, disamping sebagai makanan bagi semua tamu yang hadir.

b) Mangriu’ batu-
Mesimbuang Mangriu’ batu merupakan cara menarik batu
simbuang dari tempatnya ke lapangan upacara. Batu simbuang mempunyai
fungsi praktis yaitu tempat mengikat kerbau dan sebagai simbol telah
mengadakan upacara. Pekerjaan itu dilakukan oleh berpuluh-puluh orang
bahkan ratusan orang secara gotong royong. Pada acara itu dipotong
seekor kerbau dan dua ekor babi. Fungsinya disamping sebagai sajian juga
sebagai makanan bagi semua yang hadir. Batu itu kemudian ditanam di
tengah lapangan tempat akan dilaksanakannya upacara yang kemudian
dikenal dengan nama Simbuang Batu (menhir). Kegiatan itu juga biasa
disebut Mesimbuang. Pengadaan batu simbuang kurang lebih ada 24 ekor
kerbau yang disediakan oleh keluarga, apabila tidak memenuhi maka pada
tahap ini ditiadakan. Kegiatan itu dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan
mengambil pohon ijuk, pohon pinang, pohon lambiri dan pohon kadingi
dari suatu tempat untuk dibawa ke Rante. Pohon tersebut ditanam
disamping batu menhir yang nantinya digunakan sebagai tempat
menambat kerbau setelah acara Ma’pasonglo. Kegunaan simbuang batu
(menhir) yaitu sebagai lambang bagi si mati, sekaligus untuk
mengingatkan generasi dari si mati bahwa nenek moyang mereka pernah
melaksanakan upacara, dan sebagai upaya agar generasi selanjutnya tidak
melupakan dan tetap menghormati tradisi para leluhur. Pohon ijuk
nantinya digunakan sebagai tempat menambat Parepe (tedong balian).
Pada saat pemotongan kepala kerbau itu akan diberikan kepada
Tongkonan Sokkong Bayu (tongkonan utama dan tempat pelaksanaan
upacara. Pada hari yang sama juga dilakukan kegiatan Mebala’kaan yaitu
mendirikan pondok di tengah rante atau lapangan dengan tinggi tiang dua
sampai tiga meter. Tiang dari tiang kapok. Pondok yang disebut Bala’kan
itu akan digunakan sebagai tempat pembagian daging saat ma’ pasonglo
dan pada allo katongkonan juga berfungsi sebagai tempat To Minaa
berbicara pada saat acara Ma’pasa Tedong. Tanduk kerbau yang telah
dipotong akan kumpulkan untuk ditempelkan secara bersusun pada tiang
utama depan rumah Tongkonan dari yang meninggal. Tanduk kerbau
tersebut melambangkan bahwa anggota dari Tongkonan telah
melaksanakan upacara.

Ma’Pasa Tedong Ma’ pasa tedong adalah kegiatan perarakan kerbau yang
disumbangkan oleh keluarga disekitar pelaksanaan upacara. Semua kerbau
yang disumbangkan oleh pihak keluarga dikumpulkan kembali di halaman
lokasi tempat persemayaman almarhum/almarhumah yang akan
diupacarakan. Dalam acara tersebut, sesuai dengan istilah yang digunakan
untuk kegiatan tersebut Ma’ pasa tedong yang secara bahasa berarti pasar
kerbau, dilakukan penilaian terhadap kerbau yang sudah ada. Pada saat itu
juga To Minaa (pemimpin upacara) menyebutkan kerbau dan pemilikny
dari atas Balakaan. Tujuan dari ma’ pasa tedong untuk mengumpulkan
kerbau yang disumbang keluarga kemudian kerbau tersebut akan diberikan
nama sesuai keinginan dari pengembala kerbau, setelah itu akan diarahkan
ke satu tempat lalu kerbau tersebut diadu. d) Ma’Pellao Alang Ma’pello
Alang adalah kegiatan memindahkan jenazah dari tongkonan dimana
almarhum disemayamkan ke salah satu lumbung yang ada dalam lokasi
tongkonan tersebut. Jenazah tersebut disemayamkan selama tiga hari tiga
malam diatas lumbung sampai acara Ma’pasonglo dimulai. Sebelum
dilakukan acara ma’papengkalao, didahului dengan ibadah yang dipimpin
oleh saksi ibadah yang telah ditunjuk dalam kepanitian sebelumnya.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama jenazah berada di lumbung,
yakni dilakukan kegiatan ma’damanni yaitu pemberian dekorasi atau
aksesoris di sekitar peti jenazah. Dalam upacara tersebut dipotong satu
ekor babi. Tahap kedua (aluk rante) Pada tahap ini dilaksanakan dengan
beberapa prosesi, yaitu:
a) Mangisi Lantang Mangisi lantang yaitu mengisi pondok-pondok
upacara yang telah disiapkan sebelumnya. Pondok (lantang) terdiri dari
a. Pondok Penerimaan Tamu (Lantang Karampuan), merupakan pondok
yang menampung para tamu dari berbagai kerabat atau keluarga yang tiba
dari berbagai tempat. Baik keluarga dari pihak bapak maupun dari pihak
ibu b. Pondok Keluarga (Lantang Keluarga), merupakan pondok tersendiri
dari keluarga si mati baik dari pihak ayah atau ibu yang telah dibagi
sesuatu kesepakatan keluarga.
c. Lumbung Padi (Alang) merupakan tempat duduk untuk para pemangku
adat, tokoh agama, pemerintah setempat. Pihak keluarga yang telah
disediakan pondok harus menempati masing-masing. Keluarga yang hadir
dan menempati pondok-pondok yang telah disediakan juga membawa
persediaan peralatan memasak, bahan makanan, peralatan tidur selama
acara pemakaman berlangsung. Rangkaian dari acara mangisi pondok oleh
pihak keluarga yang membutuhkan waktu sekitar dua hari juga dilakukan
kegiatan kebaktian atau ibadah di halaman tongkonan pada sore hari. Pada
acara tersebut pihak keluarga memotong ekor kerbau dan satu babi. b)
Ma’palao atau Ma’pasonglo Acara selanjutnya adalah acara ma’palao dan
ma’pasonglo. Ma’ palao yaitu memindahkan jenazah dari lumbung ke
lapangan tempat pelaksanaan upacara dengan iringan araka-arakan khas
masyarakat Toraja. Setelah sampai dilapangan, kerbau dipotong dengan
ditebas langsung langsung dileher oleh orang tertentu. Kemudian daging
dari kebau tersebut dibagikan kepada masyarakat. Ma’pasonglo artinya
memindahkan jenazah dari lumbung ke lakkian atau bala’kaan yang
terletak di lokasi rante atau lapangan. Dalam acara itu didahului dengan
kegiatan ibadah kemudian dilanjutkan dengan makan bersama, diikuti oleh
arakarakan dengan membawa alat-alat upacara, antara lain:
a. Bombongan atau gong berada paling depan yang dipikul dan dibunyikan
secara berirama.
b. Tombi atau bendera yang disediakan oleh keluarga sesuai dengan
jumlah kerbau yang disediakan pihak keluarga.
c. Kaseda merupakan kain merah yang diikat pada saringanuntuk tempat
berlindung keluarga.
d. Kerbau, paling depan adalah kerbau Balea/merah (Parepe) yang dihiasi
dengan kain Maa’ di atas punggungnya disusul dengan kerbau belang
(tedong bonga atau saleko), kerbau pudu’ dan lain-lain.
e. Saringan yaitu usungan peti jenazah yang menyerupai Tongkonan
(rumah adat Toraja)
f. Bullean tau-tau, yaitu usungan patung. Arak-arakan itu kemudian secara
teratur menuju lapangan atau rante tempat pelaksanaan upacara
pemakaman. Pada acara itu dilakukan pemotongan satu ekor kerbau di
rante.

Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak sekali kebudayaan,


yang terdiri dari kumpulan kebudayaan yang ada di seluruh tanah air
Indoesia yang berbentuk kebudayaan lokal. Budaya asing terus masuk
dengan tidakterbendung ke Indonesia yang dapat mengikis ataupun
melunturkan budaya lokal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, untuk
ituperlunya upaya-upaya penting terus dilakukan dalam menanggulangi
permasalahan tersebut sehingga budaya Indonesia dapat tetap eksis dalam
keasliannya walaupun diterpa arus globalisasi. Berbagai cara dapat
dilakukan dalam melestarikan budaya, namun yang palingpenting yang
harus pertama dimiliki adalah menumbuhkan kesadaran serta rasa
memiliki akan budaya tersebut, sehingga dengan rasa memiliki serta
mencintai budaya sendiri, orang akan termotivasi untuk mempelajarinya
sehingga budaya akan tetap ada karena pewaris kebudayaannya akan tetap
terus ada. Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan
budaya lokal diantaranya:
1. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya budaya sebagai jati diri
bangsa.
2. Ikut melestarikan budaya dengan cara berpartisipasi dalam pelestarian
dan pelaksanaannya.
3. Mempelajarinya dan ikut Mensosialisasikan kepada orang lain sehingga
mereka tertarik untuk ikut menjaga atau melestarikannya bahkan
mempertahankannya. Budaya lokal merupakan aset Bangsa Indonesia
yang harus memperoleh perhatian terutama di era Globalisasi saat
ini.Budaya nasional menjadi bagian penting negara Indonesia yang dapat
dikembangkan dan dikelola sebaik-baiknya.Hal ini penting agar dapat
berfungsi lebih luas tidak hanya sekadar warisan ataupun adat istiadat
masyarakat Indonesia yang dirayakan ataupun dilaksanakan pada saat
peringatan hari Sumpah Pemuda atau hari Pahlawan saja. Budaya nasional
harus menjadi bagian dari aset Bangsa Indonesia yang dapat
mendatangkan pendapatan bagi masyarakat dan negara.Tentunya perlu ada
suatu kesadaran secara nasional dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat
Indonesia pada semua aspek kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.Jangan sampai kita terbuai apalagi terjerumus pada budayaasing
karena tidak semua budayaasing sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia bahkan banyak kebudayaan asing membawa dampak negatif.
Sebagai negara kepulauan pasti sulit untuk mempertahankan persatuan dan
kesatuan antara masyarakat.Namun, hal itu bisa diminimalisir jika kita
memiliki kepedulian dan kesadaran untuk menjaga, mempelajari, serta
melestarikan, sehinggakebudayaan lokal yang sangat kaya di Indonesia ini
tetap utuh dan tidak punah apalagi sampai dibajak ataudicuri oleh negara
lain karena kebudayaan merupakan identitas suatu bangsa dan negara.

Masyarakat wajib memahami dan mengetahui berbagai macam


kebudayaan yang dimiliki.Pemerintah juga dapat lebih memusatkan perhatian
pada pendidikan muatan lokal kebudayaan daerah.Selain hal-hal tersebut diatas,
masih ada cara lain dalam melestarikan budaya lokal ( Yunus: 2014: 123) yaitu:

a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan budaya lokal.

b. Mendorong masyarakat untuk memaksimalkan potensi budaya lokal beserta


pemberdayaan danpelestariannya.

c. Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi, kekeluargaan,


keramahtamahan dan solidaritas yang tinggi.

d. Selalu mempertahankan budaya Indonesia agar tidak punah. Mengusahakan


agar masyarakat mampu mengelola keanekaragaman budaya lokal.

Kebudayaan lokal juga dapat dilestarikan dengan cara mengenal budaya


itu sendiri. Dengan demikian, setidaknya dapat diantisipasi pembajakan
kebudayaan yang dilakukan oleh negaranegara lain. Persoalan yang sering terjadi
dalam masyarakaat adalah terkadang tidak merasa bangga terhadap produk atau
kebudayaannya sendiri. Kita lebih bangga terhadap budaya-budaya impor yang
sebenarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa sebagai orang Timur. Budaya
lokal mulai hilang dikikis zaman, Oleh sebab masyarakat khususnya generasi
muda yang kurang memiliki kesadaran untuk melestarikannya. Akibatnya kita
baru bersuara ketika negara lain sukses dan terkenal, dengan budaya yang mereka
ambil secara diam-diam.

Pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara terus menerus,


terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya
sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis, luwes, dan selektif.

Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini terbilang


masih sangat minim.Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis
dan sesuaidengan perkembangan zaman.Hal ini bukan berarti bahwa tidak boleh
mengadopsi budaya asing, namun banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa. Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini.
Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting mempelajari
budaya lokal. Hal ini dibuktikan dengan dalam setiap rencana pembangunan
pemerintah, bidang sosial budaya masih mendapat porsi yang sangat minim.
Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya
lokal dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasikan.

Pemuda memiliki peran sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen
perubahan dalam segala aspek pembangunan. Berikut Beberapa Peran pemuda
dalammasyarakat:

1. Sebagai agentofchange, melakukan perubahan bersifat kemanusiaan dalam


udaya lokal di tengah perkembangan zaman yaitu era globalisasi. Masyarakat.
Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2009,Pemuda memiliki peran sebagai control
social, kekuatan moral, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan
nasional. 2.Sebagai agentofdevelopment,yaitumelancarkanpembangunandisegala
bidang yangbersifat fisik maupun non fisik. Hal ini sesuai dengan peran aktif
pemuda dan tanggung jawab pemuda dalam pembangunan nasional yang
berlandaskan pada UU No. 40 Tahun 2009 Pasal 17 & 19.

3. Sebagai agentofmodernization,yaitu pemuda bertindak sebagai pelopor


pembaruan. UU No 40 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 4 & 9 Pasal 17 ayat 3 tentang
Kepemudaan dengan pengembangan kepeloporan pemuda. Bedasarkan pandangan
di atas maka dapat ditarik sebuah benang merah bahwa ada banyak orang atau
sekelompok yang menaruh harapan pada pemuda dalam suatu sikap dan
perilakunya mampu memberikan perubahan ke arah yang lebih baik dengan
berperan sebagai agentofchange, agentofdevelopment, dan agentofmodernization.

Anda mungkin juga menyukai