Anda di halaman 1dari 8

Adat sumba Dalam perkembangannya, walaupun faktor ketentraman yang keterkaitan dengan perang antar klan sudah tidak

lagi, akan tetapi pola perkampungan komunitas adat di pulau Sumba masihtetap dipertahankan yakni penduduk masih tetap tinggal di bukit-bukit. Hal ini, dikarenakanketerkaitan dengan kepercayaan aslinya yakni kepercayaan Marapu bahwa tempattempat arwah,tempat datangnya nenek moyang, pemujaan arwah nenek moyang selalu berhubungan denganbukit dan gunung. Mereka menganggap bahwa "marapu" yaitu arwah leluhur atau roh nenek moyang yang didewakan bertempat tinggal pada tempat yang tinggi (tempat yang teratas). Duniatempat tinggal para marapu/arwah leluhur ini dalam perwujudannya dapat dilihat sebagai gunungatau bukit. Agar manusia dapat berkontak dengan Marapu yang merupakan perantara antaramanusia dengan Ilahi, maka perlulah dibangun uma (rumah) di atas bukit. R umah tinggal (uma) ada yang merupakan rumah bermenara (uma mbatangu), atau rumah biasa R umah biasa adalah rumah panggung tanpa menara sebagai tempat tinggal. Arsitektur rumahadat menurut adat Sumba haruslah mempunyai bubungan yang lonjong, serupa menara. R umahyang bermenara (uma mbatangu) ini dimiliki oleh setiap persekutuan kerabat (kabihu) yangdihuni oleh keluarga secara turun temurun. Menara diyakini sebagai tempat Marapu. Di menaraitu pula mereka menyimpan benda pusaka milik keluarga, seperti mas-mas yang telahdikuduskan untuk Marapu. Tempat itu adalah tempat muharam, yang hanya dapat dimasuki olehpara 'ratu' (imam) pada waktu upacara-upacara yang penting.Disetiap rumah yang bermenara ini mempunyai tiga bagian yakni bagian bawah rumah, tengahrumah dan atas rumah. Ketiga bagian tersebut dalam pandangan orang Sumba seakan-akansimbol alam yang mempunyai makna, yakni alam bawah (tempat arwah-arwah), alam tengah(tempat manusia) dan alam atas (tempat dewa-dewa).Uma atau rumah adat orang Sumba tersebut memiliki nilai arsitek tersendiri, karena memilikimenara yang tinggi. R umah adat itu menggunakan pasak dengan alat ikat tali hutan atau rotan.Konstruksi rumah merupakan rumah panggung dengan Uma atau rumah adat orang Sumbatersebut memiliki nilai arsitek tersendiri, karena memiliki menara yang tinggi. R umah adat itumenggunakan pasak dengan alat ikat tali hutan atau rotan. Konstruksi rumah merupakan rumahpanggung dengan alang-alang, tiang utama dari pohon aren, dengan dinding dan lantai bambu.Panggungnya digunakan sebagai tempat aktifitas manusia seperti tempat untuk memasak, tempatuntuk tidur. Di atas'panggung ada loteng yang digunakan untuk menyimpan makanan sepertipadi, jagung yang kemudian diasapi dari bawah. Sedangkan di bawah panggung digunakan untuk memelihara ternak seperti kuda, kambing, babi dan lain-lain, juga ada tempat khusus untuk ibu-ibu menenun. R umah adat tersebut bisa bertahan puluhan tahun.Marapu Kepercayaan Asli Orang Sumba'Marapu' terdiri dari dua kata, ma dan rapu. Kata ma berarti 'yang'. Sedangkan kata rapu berarti'dihormati' dan 'didewakan'. Atau mera dan appu. Mera artinya 'serupa' dan appu artinya 'nenek moyang'. Jadi Marapu artinya 'serupa dengan nenek moyang'. Dalam kaitannya ini, 'Marapu"merupakan kepercayaan asli orang Sumba. Pemujaan arwah nenek moyang atau leluhur yangdidewakan merupakan unsur yang menonjol. Mereka disebut 'Marapu', yang dipertuan,

yangdiperdewa, yang diperilah adalah para leluhur yang sangat dihormati oleh anak cucunya turuntemurun. Kepercayaan Marapu yang merupakan penyembahan kepada arwah nenek moyang dankekuatankekuatan supranatural, dalam pemujaannya dengan melaksanakan sejumlah rituskeagamaan. R itus keagamaan ini, dipimpin oleh seorang iman yang dilakukan berdasarkanketentuan adat apabila memerlukan pertolongan para leluhur. Penyembahannya ditujukan kepadaarwah leluhur dan kekuatan supranatural.Penyembahan kepada Marapu dan kekuatan supranatuaral itu biasanya dilaksanakan di dalamrumah, di dalam kampung dan di luar kampung. R umah dan kampung tidak saja dipandangsebagai tempat berdiam tetapi juga sebagai tempat persekutuan dengan sesama marga, baik yangmasih hidup maupun yang sudah meninggal. Oleh karena itu, orang Sumba mengenal istilah namawulu tau na maji tau (yang menganyam manusia), na nia pakarawurungu, naAmapakawurunga (ibu bapa yang namanya dibisikkan bila disebut). Adapun tempat-tempat pemujaanpada umumnya berupa rumah-rumah adat disamping khusus berupa katoda (tiang batu).Orang Sumba sangat menghargai orang yang sudah meninggal. lni ditandai dengan dikuburnyaorang yang telah meninggal di depan rumah atau di tengah kampung. Karena beranggapan,leluhur inilah yang telah menetapkan tata cara adatistiadat yang berhubungan dengan kelahiran,perkawinan, kematian, perekonomian dan sebagainya. Personifikasi Marapu terwujud dalambentuk patung, lambang bulan, matahari, berbagai bentuk binatang, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Semua itu diletakkan dalam tempat yang baik dan kuat disimpan di atas loteng rumah. Padatempat itulah roh leluhur hadir.Bagi orang Sumba menganggap kematian itu sebagai hal yang penting. Kematian berartimemulai kehidupan baru di alam akhirat. Karena itu memberikan bekal bagi orang yang telahmeninggal bukanlah tindakan mubazir. Semakin tinggi kedudukan seseorang didalammasyarakat, dari golongan bangsawan (maramba) semakin besar upacara yang dikehendakiuntuk diselenggarakan.Di beberapa tempat dapat dijumpai mayat yang disimpan dalam rumah, diantaranya sudahpuluhan tahun. Mayat dalam posisi duduk dibungkus dengan kain puluhan kain tenun Sumbayang bagus-bagus. Alas duduk mayat adalah kulit kerbau. Upacara kematian itu seringkalitertunda-tunda sehubungan dengan persiapan upacara yang membutuhkan dana yang besar.Upacara yang berhubungan dengan rumah dari mulai mendirikan tiang sampai pada bubunganrumah dilakukan upacara. Pertanian dan upacara sekitar daur hidup merupakan perwujudanpelaksanaan pemujaan berdasarkan kepercayaan asli, di samping adanya unsur pemujaan padabulan dan matahari. Menghadapi musim bercocok tanam orang Sumba mengenal bulan suci yangdisebut bulan Nyale (Wula Nyale). Pada bulan ini mereka meramal tentang buruk-baiknya hasilpanen pada musim yang akan datang, dengan menggunakan sistim pengetahuan berdasarkangejala yang diberikan oleh alam. Gejala itu disaksikan pada cacing (nyale) yang keluar daripantai laut dangkal berbatu yang penuh lumut. Para pemimpin upacara ( R ato) mengamatipertanda alam tentang kapan cacing atau nyale tadi akan muncul. Hakekatnya memohonkesuburan agar panen yang akan datang menjadi baik dan melimpahOleh karena itu, upacara adalah kekayaan masyarakat Sumba. Hal ini terbukti walaupunpendapatan penduduknya tergolong miskin, atas dasar kepercayaan terhadap warisan leluhur, penyelenggaraan pesta adat tidak menjadi halangan. Misal Upacara adat Woleka di desa UmbuNgedo, Kecamatan Kodi Bangedo yang dilaksanakan 40 tahun sekali menjadi salah satu bukti.Upacara untuk meminta ampun, berkat, dan rezeki pada arwah leluhur biasanya

akanmenghabiskan tak kurang dari 100 ekor kerbau, 100 ekor sapi, 200 ekor babi dan beberapa kuda.Hewan yang menjadi hidangan pesta ini merupakan hasil ternak penduduk.PenutupMasyarakat Sumba secara umum, dalam sistem kepercayaan asli adalah pemujaan kepada nenek moyang yang merupakan salah satu unsur kepercayaan lama yang dikenal dengan istilahMarapu. Kepercayaan asli masyarakat tersebut, tercermin dari beranekaragam bentuk danmanifestasi religiusitas, salah satu bentuknya adalah kepercayaan kepada roh-roh nenek moyangyang dianggap mempunyai kekuatan yang berada diluar jiwa manusia. Walaupun masyarakatSumba sudah menganut agama nasrani, tetapi masyarakat masih dipengaruhi oleh adat istiadatsetempat seperti kepercayaan kepada Marapu yang disimbolkan kepada beberapa mahluk kepercayaan disekitar lingkungan tempat tinggal.Orang Sumba mengelompokan diri dalam persekutuan marga (kabihu), kampung (paraingu) dankepercayaan (Marapu). Kehidupan dalam masyarakat dituntun oleh adat istiadat dan tidak dapatdipisahkan dari kepercayaan. Seluruh kehidupannya, sejak masih janin dalam rahim ibunyahingga meninggal, diwarnai oleh kepercayaan kepada Marapu. Tidak ada satu bidang kehidupanpun yang tidak diwarnai oleh adat istiadat dan kepercayaan ini. Kesejahteraan atau kemalanganhidup ditentukan oleh taat tidaknya seseorang dalam pelaksanaan adat-istiadat marapu memotong ayam, babi, atau kerbau. Semakin banyak jumlah hewan y a n g dipotong sebagai kurban, maka semakin besar pula berkat yang kelak akandiberikan oleh arwah yang meninggal kepada anggota keluarga yang masihh i d u p . S e t e l a h d i a d a k a n b e r b a g a i u p a c a r a p e n g u r b a n a n , m a k a j e n a z a h selanjutnya disemayamkan di rumah adat uma hutar (rumah sutera). Jenazahbaru akan dikubur setelah persiapan upacara kematian dan bekal kubur yangdibutuhkan dirasa mencukupi (Atmosudiro, 1982:58; Melalatoa, 1995:794).Dalam penelitian lapangan yang dilakukan oleh Melalatoa pada 1978, nampakb a h w a u p a c a r a a d a t k e m a t i a n u n t u k s e o r a n g b a n g s a w a n m e m b u t u h k a n persiapan dan dana yang sangat besar. Upacara adat tersebut dihadiri olehsekitar 20.000 orang, dengan jumlah hewan yang disembelih mencapai 650e k o r , t e r d i r i d a r i k e r b a u , k u d a , s a p i , d a n b a b i . U n t u k m e l a p i s i j e n a z a h , digunakan 111 lembar kain tenun Sumba yang harganya mahal. Selain itu, j e n a z a h d i h i a s d e n g a n b e r b a g a i p e r h i a s a n y a n g t e r b u a t d a r i e m a s m u r n i . Berbagai bekal kubur tersebut merupakan bekal perjalanan arwah orang yangmeninggal menuju parai marapu (Melalatoa, 1995:794) . Setelah jenazah diletakkan di dalam sebuah lubang beserta bekal kuburnya,m a k a lubang tersebut lalu ditutup dengan tanah, kemudian di a t a s n y a diletakkan batu berbentuk bulat atau persegi panjang. Di atas l e m p e n g a n batu tersebut, dibangun sebuah meja batu berkaki yang sering disebut kuburmeja. Tradisi kubur batu seperti ini merupakan salah satu peninggalan dari jaman megalitik (Atmosudiro, 1982:61).Foto 6Kubur batu masyarakat Sumba.Sumber:http://www.pbase.com/asianodyssey/eastsumbaHasil penelitian Atmosudiro (1982:61) menyebutkan, terdapat beberapa tipekubur batu ( reti ) yang biasa dibuat oleh masyarakat Sumba Timur, antara lain:1. Reti

berkaki, pada umumnya terdiri dari sebongkah batu yang ditopangoleh dua atau empat batu lain yang berfungsi sebagai kaki.2. Reti berdinding, yang memiliki bentuk sama seperti reti berkaki, hanyas a j a a n t a r a k a k i ( t i a n g ) r e t i t e r s e b u t d i t u t u p d e n g a n l e m p e n g a n - lempengan batu sehingga menyerupai dinding.3. Reti bertingkat (berundak), bentuknya seperti reti bertiang, namun padabagian batu yang ditopang ditambah batu lain yang lebih kecil, sehinggabentuknya nampak berundak.4. Reti t a n p a k a k i , y a i t u s e b o n g k a h b a t u y a n g d i l e t a k k a n d i a t a s k u b u r tanpa diberi tiang.Setiap kubur batu juga menyimbolkan status sosial seseorang. Semakin besard a n r u m i t p e n g e r j a a n s e b u a h k u b u r b a t u , m a k a d a p a t d i p a s t i k a n j e n a z a h tersebut berasal dari lapisan sosial yang tinggi (bangsawan). Hal ini karenaproses pengerjaan dan pemindahan batu-batu tersebut memerlukan tenagadan biaya yang besar. Selain itu, kubur-kubur batu kaum bangsawan biasanya juga dihiasi dengan ukiran-ukiran dan berbagai ornamen seperti patung atau 13 pahatan batu.Foto 7 a & 7 bPatung batu untuk menghormati leluhur.Sumber:http://www.pbase.com/asianodyssey/eastsumba D. Kesimpulan Dalam pembahasan di atas telah dikemukakan bahwa Marapu merupakankepercayaan lokal yang bersumber dari pengultusan terhadap arwah nenekm o y a n g . M e s k i p u n d i p u j a d a n d i s e m b a h s e b a g a i d e w a p e n o l o n g , marapu tidak dipersepsi sebagai Tuhan. Tuhan adalah entitas tertinggi yang terletak jauh di atas langit dan tidak dapat dijangkau oleh manusia. Oleh karena itu,perlu perantara untuk menghubungkan antara manusia dan Tuhan, di manaperan tersebut dilakukan oleh marapu .S e l a i n m e n y e m b a h a r w a h l e l u h u r , c i r i k h a s l a i n d a r i k e p e r c a y a a n Marapu adalah memuja para roh halus yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Baikpemujaan terhadap marapu m a u p u n r o h h a l u s s e b e t u l n y a b e r m u a r a p a d a satu tujuan, yaitu memohon keselamatan atas kehidupan manusia. Kelalaianmemuja marapu d a n r o h h a l u s a d a l a h k e l a l a i a n a d a t y a n g r i s i k o n y a d a p a t membahayakan kehidupan. Dalam kacamata Yewangoe (1980:56-57), hal inim e n u n j u k k a n b a h w a p a r a penganut Marapu

hidup dalam ketergantungananimistis. Segala perbuatan sehari-hari, peristiwaperistiwa penting (sepertidaur hidup: kelahiran, perkawinan, dan kematian), dan penjagaan terhadapsumber daya alam selalu digantungkan kepada kuasa-kuasa gaib.K e p e r c a y a a n t e r h a d a p marapu ini kemudian menjadi peta kognitifmasyarakat Sumba dalam m e n j a l a n i b e r b a g a i a s p e k k e h i d u p a n s o s i a l budayanya. Hal ini dapat disaksikan dari pola permukiman yang dibangundilengkapi dengan berbagai tempat pemujaan berupa rumah besar ( umabokulu ), tugu pemujaan ( katoda ) , s e r t a m a k a m y a n g b e r u p a k u b u r b a t u . Bentuk rumah tradisional Sumba juga dibuat berdasarkan kosmologi tentangp e m b a g i a n r u a n g , y a i t u b a g i a n a t a s untuk tempat tinggal marapu, bagiantengah tempat tinggal manusia, dan bagian bawah untuk kandang hewan.M a n i f e s t a s i l a i n n y a t e r l i h a t d a r i r i t u s p e n g u r b a n a n d a n u p a c a r a k e m a t i a n . Ritus pengurbanan adalah upaya masyarakat Sumba membangun komunikasidengan marapu. Sedangkan upacara kematian merupakan bentuk nyata darip e n g h o r m a t a n t e r h a d a p a r w a h ( j i w a ) o r a n g y a n g m e n i n g g a l . A r w a h o r a n g yang meninggal ini dipercaya akan kembali ke dunia asali mereka, yaitu dunia marapu ( parai marapu ), dengan rute yang sama seperti ketika marapu turundari langit dan berlayar menuju Pulau Sumba. Daftar Pustaka Atmosudiro, Sumijati, 14 1982. Kubur di Sumba Timur dan Status Sosial. Artikel dalam majalah Basis, Februari 1982, hlm. 57-63.Dhavamony, Mariasusai,1995. Fenomenologi Agama . Yogyakarta: Kanisius.End, Th. Van den,2001. R a g i C a r i t a 2 : S e j a r a h G e r e j a d i I n d o n e s i a 1 8 6 0 - a n s a m p a i Sekarang. Jakarta: BPK. Gunung MuliaGraham, Sharyn,2002. Sex, Gender, and Priests in South Sulawesi, Indonesia, dalamIIAS Newsletter|#29|November 2002. Diunduh tanggal 28 Maret 2009dari:http://www.iias.nl/iiasn/29/IIASNL29_27.pdf Geertz, Clifford,1992. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius.Kapita, Oe. H.,1976. Sumba di Dalam jangkauan Jaman.

Waingapu: Panitia PenerbitNaskah-naskah Kebudayaan Daerah Sumba, dewan Penata LayananGereja Kristen Sumba, Waingapu.Koentjaraningrat,1994. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.Murni, Sri,2007. Malaysia-Indonesia dalam Folklor Sumba. Makalah padaPersidangan 50 Tahun Merdeka : Hubungan malaysia Indonesia, 17-21 Juli 2007 di Universiti Malaysia. Makalah diunduh tanggal 26 Juni2009 dari: http://ccm.um.edu.my/ccm/navigation/academics/faculties/fsss/news_events/past-event/workingpaper/;jsessionid=2EEBEC6B85F1C898824BCA6746563FDB Melalatoa, M. Junus,1995. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia , Jilid LZ. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Hlm.789795.Pritchard, E.E. Evans,1984. Teori-teori tentang Agama Primitif, cet. pertama . Jakarta: PusatLatihan, Penelitian, dan Pengembangan Masyarakat (PLP2M).Wellem, Frederiek Djara,2001. Injil dan Marapu: Suatu Studi Historis-Teologis Perjumpaan Injildengan Masyarakat Sumba pada Periode 18761900. Jakarta: BKPGunung Mulia. Yewangoe, A.A.,1980. Korban dalam Agama Marapu . Artikel dalam Peninjau (1980),hlm. 52-67. __________________*Lukman Solihin adalah alumnus Jurusan Antropologi Budaya, Universitas Gadjah Mada, dan bekerjasebagai peneliti pada Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM), Yogyakarta. ________________________________ Kata Kunci: sunda kecil, pulau cendana, chendan island, sandelwood island, kuda sandel, kabihu,kabisu, paraingu, agama lokal, agama asli, agama lokal sumba, agama sumba, marapu , nenek moyang,dewa, ilah, anatala, uma mbatangu, rumah sumba, perjamuan dewa, marapu biasa, leluhur, marapu 15

ratu, maha marapu , hupu ina-hupu ama, mawulu tau-majii tau, namawulu wangu lima-namahawadawangu ngaru, katoda, megalit, batu pemujaan, sesaji, kayu kunjuru, kayu kanawa, parai

marapu , nuku-hara, katoda, konsep marapu , roh halus, rumah besar, uma marapu , tugu kampung, katoda paraingu,tugu halaman, katoda kawindu, tugu pintu, katoda pindu, tugu padang, katoda padangu, tugu kebun,katoda woka, tugu kebun, tugu laut, katoda purungu mihi, tugu muara, katoda mananga, tugu untukberperang, andungu, tugu batas tanah, katoda padira tana, kosmologi sumba, rumah sumba, umambatangu, uma pakopahi, maramba, kabihu, ata, uma dana, bei uma, kali kambunga, kubur batu, retiberkaki, reti berdinding, reti bertingkat, reti tanpa kaki, Pritchard, Atmosudiro, Dhavamony, SharynGraham, Kapita, Sri Murni, Melalatoa, Wellem, Yewangoe. Metadeskripsi: Marapu merupakan agama lokal yang dianut oleh masyarakat Pulau Sumba d i Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau Sumba adalah salahsatu dari gugusan pulau-pulau yang dahulu disebut sebagai Sunda Kecil wisatawan dapat memafaatkan penerbangan menuju Bandara Mauhau, Kota Waingapu, IbuKota Kabupaten Sumba Timur dari berbagai kota besar di Indonesia. J ika Anda berangkat dari J akarta, pesawat akan melakukan transit di Bandara Ngurah Rai, DenpasarBali, sebelum melanjutkan penerbangan menuju Waingapu. Di kota ini juga terdapat pelabuhan laut yangmelayani pelayaran dari Pulau Sumbawa, Pulau Flores, maupun Pulau Timor dengan jasapelayaran Kapal Pelni. Dari Kota Waingapu, wisatawan dapat memanfaatkan transportasi umumseperti bus atau menyewa jasa travel untuk menuju lokasi Pasola di Kabupaten Sumba Barat. E. Harga TiketTidak dipungut biaya. F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya Untuk keperluan penginapan, wisatawan dapat memperoleh jasa hotel di Kota Waikabukak, IbuKota Kabupaten Sumba Barat. Di kota ini juga tersedia berbagai restoran dengan menu masakankhas Sumba. Tak hanya itu, jika memiliki waktu yang cukup, cobalah menuju pusatpusat suvenirdi kota ini untuk membeli kain ikat khas Sumba. Kain ini terkenal indah dan sangat cocok sebagaibuah tangan.3. TRADISI PEMAKAMAN ORANG MENINGGALProsesinya membutuhkan waktu lima hari sampai satu minggu. Pada tiga hari pertama, adalahproses menunggu kedatangan semua keluarga dan sanak famili. Selama waktu tersebut jenasahdiawetkan secara tradisinal dan dijaga oleh kerabat terdekat di rumah adat keluarga. Sebagai jamuan untuk tamu yang datang, pihak tuan rumah akan menyembelih babi dua atau tiga ekormenyesuaikan jumlah orang yang hadir. Sanak saudara dan kenalan yang datang akanmembawa kain, sarung atau parang sesuai hubungan keluarganya dengan almarhum.Pada hari keempat dan setelahnya, proses dilanjutkan dengan pembukaan batu kubur. Biasanyabatu kubur atau makam ini terletak di depan rumah adat keluarga yang bersangkutan. Saatmembuka batu kubur itulah disembelih hewan berupa kerbau yang tanduknya nanti akandiletakkan di dekat batu kubur itu pada bagian kepala. Pada hari penguburan, keluarga dankerabat akan datang membawa kerbau atau kuda untuk disembelih.

J umlah hewan yangdisembelih biasanya sekitar 15 ekor bergantung pada status sosial keluarga.4. MAKANAN KHASSebagai daerah yang mayoritas lahannya adalah lahan kering, maka jenis tumbuhan yangtumbuh di sumba sangat terbatas. Dan yang paling mayoritas daun ubi umbiumbian jagungsingkong daun papaya kangkung,kacang panjang,dan sejenisnya.karena itu makanan khas sumbabyasanya berbahan dasar umbi-umbian tersebut. Beberapa di antaranya 1. Ouhu Kangojang yakni makanan yang terbuat dari singkong mentah di potong-potong,dandimasak bersama beras. Penyajiannya bersama sayur daun singkong yang ditumbuk bersamabumbu dan dimasak dengan santan kental .2 Ouhu Kariwang yakni terbuat dari campuran beras, labu kuning, dan daun mudanya sertabunganya. 3. Kue Putu yakni terbuat dari tepung ketan,kacang tanah,kelapa,gula dan cara buatnya dengandi kukusDan uniknya lagi orang sumba,cara menghilangkan bulu ayam setelah di sembelih yakni dengancara di bakar sampai bulu-bulunya bersih. RUMAH ADAT Rumah adat Sumba bernama Umma Kalada atau UmmaRato yang berarti rumah besar.Yakni rumah beratap alang yang terdiri dari tiga tingkat. Tingkat pertama dari bawah yaknibinatang peliharaan dan tingkat ke dua yaitu untuk tempat tinggal orang yang mempunnyairumah tersebut, dan yang tingkat ke tiga adalah untuk menyimpan makanan dan lumbungpadi.

6.TARIAN DAERAH Sumba memiliki berbagai tarian tradisional, yang paling terkenal adalah tarian Kataga dan tarian Woleka. Tarian Kataga adalah tarian yang melambangkan kegagahan pemuda Sumbapada zaman perang dahulu. Sedangkan tarian Woleka adalah tarian yang melambangkankeanggunan para putri Sumba. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Berbagai budaya menjadikan Indonesia Negara multicultural. Walaupun demikian, jika sebagaigenerasi bangsa kita tidak menjaga kelestarian budaya kita, kita akan kehilangan identitasNegara kita. Untuk melestarikannya, kita perlu mengetahui lebih jauh tentang setiapkebuadayaan itu dengan pasti.B. SARAN Mengingat banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini, penulis sangat mengharapkankritik dan saran dari pembaca agar dapat menyempurnakan pembahasan makalah ini. Akhirkata, penulis berharap makah ini dapat membawa manfaat bagi pembaca

Anda mungkin juga menyukai