OLEH
JURUSAN KIMIA
KUPANG
2020
BUDAYA SUMBA TENGAH
Budaya merupakan suatu hal yang bisa dijadikan sebagai identitas unik dan khas bagi
suatu daerah.
Pitak Pamama
Adalah tahap II, yaitu keluarga laki-laki menbawa 15 ekor hewan sebagai belis
yaitu, 4 ekor kerbau, 11 ekor kuda, mamuli, lolu amahu, parang dan tombak serta 1
ekor sapi (ahu papalu)
Dadang nulang lunung tapu
Adalah tahap III, di mana si gadis dipindahkan atau dijemput dari rumah orang
tuanya, dibawa kerumah laki-laki. Pada tahap ini, keluarga laki-laki membawa belis
berupa hewan, yaitu Hakati Pitu Habulu Walu (hewan 8 ekor), Nibu (tombak), Lolu
amahu (seutas emas), Katopu (parang) dan mamuli. Ketika sampai di rumah laki-laki,
setelah 3 hari 3 malam, dilakukan upacara adat purung tana dengan memukul gong
(tau todu, dan tadingan baru), yang berarti, setelah 3 hari 3 malam, gadis itu boleh
bebas melakukan aktivitas di rumah itu.
Auhu ta Kawihu, Wait a Kadoru
Auhu ta Kawihu, Wait a Kadoru (Nasi di sokal kecil, air di ruas bambu)
Adalah artinya bahwa semua kelengkapan adat kawin mawin sudah terpenuhi.
Palijak
Prosesi penyelesaian adat, yaitu ketika baru menikah, adat belum diselesaikan,
setelah beberapa tahun kemudian baru diselesaikan. Jumlah Belis, yaitu jumlah hewan
secra keseluruhan dari tahap I sampai tahap III yaitu 27 ekor. Pemenuhan jumlah
hewan secara ini sebagai tanda adanya saling penghargaan terhadap harkat dan
martabat orang Sumba, bahkan peghargaan terhadap budaya
Ritual ini diawali dengan upacara di kampung lalu dilanjutkan dengan melakukan
perjalanan ke Gua Marapu yang disediakan di Hutan Ritus sekitar 7 - 8 km dari
kampung Kamba Jawa - Deri. Perjalanan ini merupakan perjalanan yang sangat sakral
dengan berbagai tatacara yang harus diselesaikan sementara mengambil gambar pun
kita harus hati - hati agar tidak memproses prosesi ritual adat ini. Berikut ini adalah
beberapa foto perjalanan Para Rato atau Tetua Adat / Pemangku Adat.
Dalam melakukan perjalan 7 km ini dilakukan dengan beberapa waktu istirahat
tergantung pada pemimpin dbarisan terdepan. Jalur perjalanan yang dilalui para Rato
dan masyarakat desa selalu sama atau tetap dari tahun ketahun, tidak boleh diubah
jalur. Berikut ini beberapa foto kompilasi istirahat dalam perjalanan menuju Hutan
Ritus - Liang.
Selain Rombongan atau Pemuka / Pemangku Adat, juga diikuti oleh masyarakat desa
Kamba Jawa - Deri yang membawa berbagai kebutuhan dan bahan - bahan selama
menginap dihutan Ritus Liang dan berbagai bahan - bahan untuk keperluan Ritual
Purung Taliang Marapu. Barang-barang yang diambil dari sirih pinang, peralatan
dapur, beras, kelapa, ayam jantan, kain, periuk tana / panci yang terbuat dari tana liat.
Untuk bawaan barang yang cukup besar maka akan digunakan kuda sebagai hewan
yang membantu membawa barang - barang dan ditunggangi oleh pemuda atau anak
kecil. Berikut ini ada beberapa foto masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam ritual
adat Purung Taliang Marapu.
Setelah melewati perjalanan yang cukup jauh sampailah di hutan Ritus
Liang ini ada fotonya. Memasuki Hutan yang cukup lebat, kendati masih sakit
tetapi tetap di dalam hutan cukup rentan menambah kuatnya aura mistis dan
sakralnya Ritual ini.
Masuk Hutan Ritus Liang mulai gelap karena hutan ... seram ...