Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“BUDAYA LAHAN KERING KEPULAUAN DAN PARIWISATA”

OLEH

Nama : 1. Apliana R. Iru Dauki (1906070082)

2. Elson Umbu Wassi (1906070073)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
BUDAYA SUMBA TENGAH

Budaya merupakan suatu hal yang bisa dijadikan sebagai identitas unik dan khas bagi
suatu daerah.

 Li Lawi dan Li Mangoma (Adat Kawin Mawin)


Belis (mahar atau mas kawin) dengan hewan dalam jumlah banyak bagi orang
Sumba tidak disebut sebagai harga seorang perempuan. Belis tersebut sebagai tali
pengikat antara keluarga wanita dan pria pemberian mas kawin juga menjadi sebuah
deklarasi (pengumuman) publik bahwa pria dari keluarga si A dan wanita dari
keluarga si B telah menikah sebagai pasangan suami-istri resmi. Melalui tahapan-
tahapan sampai pada pemindahan perempuan dari rumah orang tuanya ke keluarga
pria merupakan tahapan-tahapan yang mempunyai keluarga pria merupakan tahapan-
tahapan yang mempunyai nilai-nilai kearifan lokal yang sangat tinggi. Lewat tahapan-
tahapan tersebut entah sadar atau tidak sadar para pelaku adat ingin menyampaikan
pesan bahwa perkawinan itu sakral, agung dan tidak main-main. Ada pesan kuat
dibalik aktivitas belis yakni agar pasangan suami istri baru ini dapat mencapai maringi
(keberkatan) berupa kelanggengan bagi pasangan suami-istri .
 Halatu Marada
Upaya anak lelaki menyelidiki keberadaan gadis. Menelusuri asal usul dan
keluarga anak gadis serta memperkenalkan diri pada keluarga gadis.
 Ngidi Pamama
Adalah tahap I, yaitu peminangan anak gadis dengan membawa 2 (dua) ekor
kuda yaitu 1 ekor kuda jantan dan 1 ekor kuda kecil, 3 keping mamuli, Hawalang lolu
amahu (seutas emas) dan 1 zak sirih pinang serta tembakau.

 Pitak Pamama
Adalah tahap II, yaitu keluarga laki-laki menbawa 15 ekor hewan sebagai belis
yaitu, 4 ekor kerbau, 11 ekor kuda, mamuli, lolu amahu, parang dan tombak serta 1
ekor sapi (ahu papalu)
 Dadang nulang lunung tapu
Adalah tahap III, di mana si gadis dipindahkan atau dijemput dari rumah orang
tuanya, dibawa kerumah laki-laki. Pada tahap ini, keluarga laki-laki membawa belis
berupa hewan, yaitu Hakati Pitu Habulu Walu (hewan 8 ekor), Nibu (tombak), Lolu
amahu (seutas emas), Katopu (parang) dan mamuli. Ketika sampai di rumah laki-laki,
setelah 3 hari 3 malam, dilakukan upacara adat purung tana dengan memukul gong
(tau todu, dan tadingan baru), yang berarti, setelah 3 hari 3 malam, gadis itu boleh
bebas melakukan aktivitas di rumah itu.
 Auhu ta Kawihu, Wait a Kadoru
Auhu ta Kawihu, Wait a Kadoru (Nasi di sokal kecil, air di ruas bambu)
Adalah artinya bahwa semua kelengkapan adat kawin mawin sudah terpenuhi.
 Palijak
Prosesi penyelesaian adat, yaitu ketika baru menikah, adat belum diselesaikan,
setelah beberapa tahun kemudian baru diselesaikan. Jumlah Belis, yaitu jumlah hewan
secra keseluruhan dari tahap I sampai tahap III yaitu 27 ekor. Pemenuhan jumlah
hewan secara ini sebagai tanda adanya saling penghargaan terhadap harkat dan
martabat orang Sumba, bahkan peghargaan terhadap budaya

 Ritual Adat Sumba Tengah


 PURUNG TA KADONGA RATU, berasal dari bahasa Anakalang yang terdiri
dari kata; Purung artinya turun, Ta artinya ke, Kadonga artinya lembah, Ratu
artiya Imam. Jadi secara harafiah Purung Ta Kadonga Ratu artinya turun ke
lembah imam. Ritual ini adalah upacara pemberian korban sesajian kepada
leluhur orang Anakalang yaitu Umbu Sebu dan Rambu Kareri di gua Kadonga
Ratu. Ritual ini dilaksanakan sesuai dengan perhitungan waktu kalender
Anakalang yang disebut dengan “wulla Tua” yang jatuh pada akhir bulan Mei
dan sampai awal bulan Juni pada setiap tahun ganjil. Kegitan ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk meminta berkat ‘hujan’ dari para leluhur mereka sehingga
tanaman padi mereka tidak kering dan mereka tidak menderita kelaparan.
Tempat pelaksanaan Purung Ta Kadonga Ratu adalah di lembah yang terletak
disebelah timur dari kampung Laitarung. Pada perayaan ini, ada 2 tombak yang
digunakan yaitu Mehang Karaga (simbol pria) dan Loda Pari (simbol wanita).
 PURUNG TA LIANG MARAPU, mempunyai pengertian yakni; Purung (turun
atau menuruni, sekelompok imam se marga/pewaris dan penganut yang telah
bermusyawarah atas petunjuk dan restu sang dewa untuk melaksanakan ibadah
pemujaan dengan turun ke gua tempat sang dewa bertahta),
Ta Liangu : di gua tempat sang dewa berada juga merupakan tempat
Umbu Pabal dilahirkan dan memperoleh mukjizat , Liang / Gua Marapu ini
adalah tempat penyimpanan Batu Petir yang dibutuhkan dari Kampung Kamba
Jawa - Deri digunakan sekali batu petir ini harus di mandikan dengan cara ritual
Purung Taliang Marapu ini. 
Marapu : sebentuk kepercayaan yang diyakini dan diperlambangkan
dengan ‘batu’ ataupun ‘emas’ yang akan mendatangkan murka ataupun berkat.
Purung Ta Liang Marapu merupakan sebuah ritus budaya yang sangat menarik
dengan berbagai acara malam kesenian, yang diselenggarakan setahun sekali oleh
Imam (ratu). pewaris dan penganutnya untuk memuja dan memberikan sesajian
makanan dan kurban bakaran dengan cara turun ke gua tempat Sang Dewa
bertahta yang terletak sekitar 5 Km dari kampung Deri-Kambajawa. Upacara Ta
Liangu Marapu berlangsung pada bulan September – oktober. Upacara Purung
Ta Liangu Marapu merupakan kegiatan adat masyarakat Deri Kambajawa yang
diadakaan setahun sekali , sebelum musim tanam . ritual ini juga menjaga
keseimbangann antara manusia dan sang pencipta ( Marapu ) kepatutan pada
adat istiadat merupakan hakiki hidup masyarakat adat yang dijaga dan
dilestarikan agar kehidupan ini selalu diberi berkah sekaligus untuk menolak
bala. Alam ( sawah dan ladang ) adaalah titipan sang pencipta untuk di olah dan
dimanfaatkan oleh manusia untuk mendapatkkan kesejahtraan bagi manusia
sendiri , namun disisi lain maanusia juga harus harus mengucap syukur lewat
pemberian persembahan , hal inilah yang mendasari sehingga Ritual adat seperti
Purung Ta Liangu Marapu di selenggarakaan setiap tahun. Ritual ini merupakan
garis besar yang merupakan prosesi perjalanan ke gua tempat penyimpanan
beberapa batu petir dan dengan diadakan ritual ini agar batu petir ini dapat
dimandikan sebagai batu keramat. Serta mendoakan untuk keselamatan seluruh
kampung dan desa. Ritual ini masih sangat sakral dan asli serta sangat sedikit
informasi dan foto yang sangat disukai keramat (Pamalinya).

Ritual Purung Taliang Marapu 

Desa: Umbu Pabal

Kecamatan: Umbu Ratu Nggay

Kampung: Kamba Jawa - Deri

Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Sumba Tengah, Waibakul: 7 - 10 km

Jarak dari Ibukota Kabupaten Sumba Barat, Waikabubak: 30 - 35 km

Ritual ini diawali dengan upacara di kampung lalu dilanjutkan dengan melakukan
perjalanan ke Gua Marapu yang disediakan di Hutan Ritus sekitar 7 - 8 km dari
kampung Kamba Jawa - Deri. Perjalanan ini merupakan perjalanan yang sangat sakral
dengan berbagai tatacara yang harus diselesaikan sementara mengambil gambar pun
kita harus hati - hati agar tidak memproses prosesi ritual adat ini. Berikut ini adalah
beberapa foto perjalanan Para Rato atau Tetua Adat / Pemangku Adat.
Dalam melakukan perjalan 7 km ini dilakukan dengan beberapa waktu istirahat
tergantung pada pemimpin dbarisan terdepan. Jalur perjalanan yang dilalui para Rato
dan masyarakat desa selalu sama atau tetap dari tahun ketahun, tidak boleh diubah
jalur. Berikut ini beberapa foto kompilasi istirahat dalam perjalanan menuju Hutan
Ritus - Liang.
Selain Rombongan atau Pemuka / Pemangku Adat, juga diikuti oleh masyarakat desa
Kamba Jawa - Deri yang membawa berbagai kebutuhan dan bahan - bahan selama
menginap dihutan Ritus Liang dan berbagai bahan - bahan untuk keperluan Ritual
Purung Taliang Marapu. Barang-barang yang diambil dari sirih pinang, peralatan
dapur, beras, kelapa, ayam jantan, kain, periuk tana / panci yang terbuat dari tana liat.
Untuk bawaan barang yang cukup besar maka akan digunakan kuda sebagai hewan
yang membantu membawa barang - barang dan ditunggangi oleh pemuda atau anak
kecil. Berikut ini ada beberapa foto masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam ritual
adat Purung Taliang Marapu.
Setelah melewati perjalanan yang cukup jauh sampailah di hutan Ritus
Liang ini ada fotonya. Memasuki Hutan yang cukup lebat, kendati masih sakit
tetapi tetap di dalam hutan cukup rentan menambah kuatnya aura mistis dan
sakralnya Ritual ini. 

Masuk Hutan Ritus Liang mulai gelap karena hutan ... seram ...

 Malam Di Hutan Ritus Liang (Ritual Purung Taliang Marapu)

Anda mungkin juga menyukai