Anda di halaman 1dari 4

KELOMPOK 1

Anggota Kelompok:
Asiana Yulia Nababan (221127193)
Angela Dhiba Sekar Renanthera (220426693)
Felicitas Aurelia (220426670)
Gracia Victoria (220426837)
Ganesha Jovan Diza (220326930)
Odi Bintan Pratama (220326909)
Chelsea Claudia Br Tarigan (220426961)
Shelly Grace A Sinaga (221127180)
Martha Elvina Nathania (220426664)

Tradisi Rambu Solo’

Gambar 1 Tradisi Rambu Solo’ di Toraja (Sumber: https://travel.wego.com/berita/rambu-solo-dan-ritual-kematian-toraja/)


Ringkasan Tradisi Rambu Solo’ di Toraja

Upacara adat Rambu Solo adalah upacara adat pemakaman sebagai bentuk penghormatan
terakhir kepada seseorang yang sudah meninggal. Acara adat ini mewajibkan keluarga almarhum
membuat senuah pesta sebagi tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi.

Kata Rambu Solo' dalam bahasa Toraja yang secara harafiah berarti asap yang arahnya ke
bawah, sehingga acara ini dilakukan ketika matahari mulai terbenam. Sinar matahari yang
meredup juga diartikan sebagai rasa duka usai orang terkasih tutup usia. Prosesi upacara adar
Rambu Solo dibagi menjadi dua garis besar, yaitu prosesi pemakaman atau Rante, yang kedua
adalah pertunjukan kesenian. Kedua prosesi in tidak dilaksanakan terpisah. Biasanya, kedua
kegiatan akan terjadi dalam satu kegiatan upacara pemakaman yang berlangsung sekitar tiga
sampai tujuh hari. Puncak acara Rambu Solo biasanya berlangsung pada Juli dan Agustus.
Upacara Rambu Solo dilakukan berdasarkan status orang yang meninggal: Upacara Dasili'
adalah upacara pemakaman yang dilakukan untuk strata paling rendah atau kematian anak yang
belum bergigi.

Kegiatan-kegiatan pendahuluan sebelum upacara dilaksanakan, yakni acara pertemuan keluarga,


pembuatan pondok-pondok upacara, menyediakan peralatan upacara, dan persediaan kurban
dalam upacara. Pada pesta kematian (rambu solo’) dilakukan pemotongan ternak kerbau yang
tidak sedikit, dan bagi orang Toraja, kerbau dijadikan sebagai hewan kurban dalam acara ritual
pada upacara adat kematian (rambu solo’). Jumlah kerbau dalam prosesi rambu solo’ yang
dikurbankan menyesuaikan stratifikasi masyarakat Suku Toraja. Bila golongan Rapasan
(golongan Bangsawan) meninggal dunia maka jumlah kerbau yang akan dipotong untuk
keperluan acara jauh lebih banyak dibanding dengan masyarakat yang bukan keturunan
bangsawan. Untuk keluarga bangsawan, jumlah kerbau biasa berkisar dari 24 sampai dengan 100
ekor kerbau. Sedangkan masyarakat golongan Tana’bassi (golongan menengah) diharuskan
menyembelih 8 kerbau ditambah dengan 50 ekor babi. Lama upacara sekitar 3-7 hari. Tapi
sebelum jumlah itu mencukupi, jenazah tidak boleh dikuburkan ditebing atau ditempat tinggi.
Maka dari itu tidak jarang jenazah disimpan selama bertahun-tahun di atas rumah atau di atas
tongkonan (rumah adat Toraja) sampai akhirnya keluarga almarhum dapat menyiapkan hewan
kurban.

Upacara adat Rambu Solo masih eksis dalam lingkungan masyarakat Toraja, karena ini
merupakan upacara yang wajib dalam proses pemakaman di Tanah Toraja yang bertujuan untuk
menghantarkan jenazah menuju tempat peristirahatannya. Masyarakat Toraja menganggap orang
yang sudah meninggal telah benar-benar meninggal jika seluruh kebutuhan prosesi upacara
Rambu Solo terpenuhi.
Unsur Kelima Sila dalam Tradisi Rambu Solo’ di Toraja

1. Nilai Ketuhanan
Menurut Aluk Todolo, Upacara Rambu Solo atau upacara kematian yang dilaksanakan
dengan keyakinan dan kepercayaan terhadap Todolo bahwa sesorang yang baru
meninggal dunia rohnya masih menggembara disekitar rumah dan kampung tempat ia
meninggal bahkan yang belum di upacarakan penguburannya masih diberi makanan dan
disebut orang sakit yang pada prinsipnya bahwa sesudah orang meninggal dunia akan
menjadi dewa (membali puang) dimana suatu proses kehidupan dalam roh manusia di
alam nyata akan tetap sama di alam gaib, hanya saja tidak dapat dilihat atau diraba.

2. Nilai Kemanusiaan
Upacara adat Rambu Solo' memanusiakan manusia yang sudah meninggal, meskipun
sudah meninggal tetap diperlakukan dengan adil dan beradab.

3. Nilai Persatuan
Upacara adat Rambu Solo’ mengandung nilai-nilai yang mempererat tali persaudaraan
antar keluarga dan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap sistem kekerabatan
antara keluarga dengan keluarga, keluarga dengan masyarakat dan masyarakat dengan
masyarakat lainnya. Selain itu, Rambu Solo’ juga sebagai wadah pemersatu keluarga,
tempat membagi warisan dan juga sebagai tempat bergotong royong.

4. Nilai Kerakyatan
Adanya musyawarah sebelum pelaksanaan sampai pada tahap terahir yaitu penguburan,
keluarga dan masyarakat dapat menyatukan hati dan pikiran sehingga tidak terjadi
konflik dan pertentangan yang mengakibatkan pertentangan antar saudara dan keluarga.

5. Nilai Keadilan Sosial


Meskipun upacaranya dilakukan berdasarkan status orang yang meninggal tetapi
masyarakat tetap adil untuk ikut saling membantu dalam pelaksanaannya dan semua
masyarakat memiliki hak yang sama untuk memperoleh upacara tersebut.

Refleksi Kelompok terhadap Tradisi Rambu Solo’ Toraja

Dari tradisi ini kita bisa menemukan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam budaya orang
Toraja. Budaya Toraja penuh dengan nilai-nilai yang dapat diinterpretasi menjadi nilai-nilai
pendidikan karakter. Adapun nilai-nilai pendidikan yang dapat dipelajari dari upacara rambu
solo’ adalah gotong-royong, tolong-menolong, dan juga nilai religius yaitu adanya kehidupan
setelah kematian.
Upacara Rambu Solo' (Dirapai') bagi masyarakat Toraja, merupakan sebuah kekayaan budaya
yang masih relevan untuk dikomunikasikan, dikenalkan kepada masyarakat luas di luar Tana
Toraja.

Sumber
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5559494/upacara-adat-rambu-solo-makna-di-
balik-ritual-pemakaman-unik-dari-toraja

https://regional.kompas.com/read/2022/01/10/223535778/mengenal-rambu-solo-upacara-
pemakaman-adat-toraja-dari-prosesi-hingga-biaya?page=all

https://ojs.unm.ac.id/pir/article/download/10000/5765

https://id.wikipedia.org/wiki/Rambu_Solo%27

https://jurnal.arkainstitute.co.id/index.php/educenter/article/view/6

Anda mungkin juga menyukai