Anda di halaman 1dari 4

Nama: Nawira Syahida

Nim: 0606011810024

Nama kelas: Becoming Indonesia

Dosen: Akhmad Ryan Pratama S.Hum, M.A.

Toraja

Suku toraja berada di pegunungan bagian utara Sulawesi selatan. Suku Toraja sering disebut
suku dari negeri atas. Orang Bugis-Sidenreng menyebutkan bahwa nama Toraja berasal dari
kata to riajang yang artinya ‘orang yang berdiam di negeri atas atau pegunugan’.

Banyak sekali kebudayan dan kearifan suku Toraja yang masih terjaga hingga era globalisasi
ini. Salah satu kebudayaan unik suku toraja yang ingin saya bahas di sini adalah Rambu Solo’
atau upacara pemakaman. Upacara adat suku toraja ini masih terjaga hingga kini dan sangat
terkenal. Selain itu masih banyak lagi upacara adat kebudayaan Toraja. Rambu Solo’ adalah
satu dari beberapa upacara adat yang sangat unik dan sangat terkenal dan banyak di cari tahu
oleh masyarakat. (

Rambu Solo’ biasanya dilaksankan dengan memerhatikan strata sosial orang yang meninggal.
Mereka yang termasuk kelompok orang berada atau kalangan bangsawan biasanya
melangsungkan upacara itu dengan cara mewah. Hal itu dimaksudkan untuk menunjukkan
bahwa mereka memang berasal dari kelompok masyarakat kalangan atas. Sebaliknya,
kelompok masyarakat yang tidak punya atau berasal dari kelompok hamba atau rakyat biasa
tidak dapat melakukan upacara itu sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok bangsawan.
Hal itu bukan saja karena mereka memang tidak mampu secara materi untu melaksanakannya,
melainkan juga secara etika dalam kebudayaan tersebut mereka tidak diperbolehkan.

Kebudayaan Rambu Solo’ juga dikenal sebagai “Aluk Rampe Matampu”. upacara ini
dilaksanakan pada waktu matahari akan terbenam (sore hari), bukan pada waktu pagi hari.
Upacara Rambu Solo’ tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai kepercayaan orang Toraja, secara
khusus dengan apa yang disebut sebagai “Aluk Todolo” atau animisme. Selain itu, upacara itu
juga tidak dapat dilepaskan dari masalah sosial sehingga di dalam pelaksanaannya harus
memperhatikan strata sosial dari orang yang meninggal. masyarakat Toraja ini dikenal empat
macam tingkat atau strata sosial :
1.Tana’ bulaan atau golongan bangsawan

2.Tana’ bassi atau golongan bangsawan menengah

3.Tana’ karurung atau rakyat biasa atau rakyat merdeka

4.Tana’ kua-kua atau golongan hamba

Tatanan ini yang akan ditampilkan di upacara tersebut. Bentuk upacara Rambu Solo’ yang
dilaksanakan di Tana Toraja diesesuaikan dengan kedudukan social masyarakatnya. Oleh karena
itu, upacara Rambu Solo’ di Tana Toraja dibagi ke dalam empat tingkatan, dan setiap
tingkatannya memiliki beberapa bentuk. Hal itu dijelaskan oleh L.T. Tangdilintin sebagai
berikut: upacara disilli’, upacara dipasangbongi, upacara didoya tedong, upacara rapasan.

Upacara Rambu Solo’ ini dilakukan untuk menghargai orang yang sudah meninggal. Menurut
masyarakat Tana Toraja orang yang sudah meninggal tidak dengan sendirinya mendapat gelar
orang mati. Sebelum diadakan upacara Rambu Solo’, orang yang meninggal itu dianggap sebagai
orang sakit. Karena statusnya masih sakit, orang yang sudah meninggal tersebut harus dirawat
layaknya seperti orang yang masih hidup. Orang yang sudah mati tersebut ditemani dan disediakan
makanan, minuman, dan rook atau sirih. Hal-hal yang biasanya dilakukan oleh mendiang ketika
dia masih hidup harus terus dilaksanakan seperti biasa. ( panggara, 2015: 1-11)

Hingga kini upacara Rambu Solo’ masih dilakukan oleh suku toraja bahkan upacara adat suku
itu sudah dikenal samapi diluar negeri. Jika kita lihat banyak sekali upacara adat dan kebudayan
suku-suku tradisional di Indonesia sudah mulai punah di era globalisasi ini. Tapi tidak dengan
suku toraja yang masih melestarikan upacara pemakaman adat mereka, bahkan mereka bisa
melestarikan upcara adat mereka hingga banyak sekali orang yang tertarik dengan suku mereka
dan mengunjungi tempat mereka. Banyak sekali kebudayaan toraja yang unik dan masih
dilestrikan hingga kini, karena keunikan budaya mereka lah kebudayaan itu tetap dapat
dilestarikan di era globaisasi dan menjadikan kebudayaan mereka sangat menarik untuk banyak
orang. Selain karena kebudayaan yang menarik, upacara adat itu masih terjaga karena mereka
memegang erat nilai luhur mereka dan keyakinan yang mereka anut. Meskipun, agama yang
dianut oleh suku toraja berbeda-beda, mereka tetap percaya dan memegang keyakikan yang nenek
moyang mereka lakukan dahulu.

Jika saya lihat ada beberapa faktor yang mempengaruhi upacara pemakaman ini masih tetap
terjaga di era globalisasi ini. Yang pertama karena ini adalah upacara yang wajib dilakukan bagi
mereka ketika ada seseorang dari kalangan mereka yang meninggal dunia sebagai bentuk
penghormatan bagi mereka yang telah meninggal dan juga nenek moyang mereka. Sehingga
walaupun mereka tidak memiliki biaya untuk melakukan upacara ini mereka akan menyimpan
mayat keluarga mereka dan akan mengadakan upacara pemakaman jika sudah memiliki uang yang
mencukupi. Yang kedua karena upacara Rambu Solo adalah upacara pemakaman adat yang unik
dan jarang ditemukan di suku-suku yang lain sehingga banyak orang yang tertarik dan menjadikan
wilayah mereka sebagai tempat wisata yang sangat terkenal. Dan menurut saya hal tersebut juga
sebagai salah satu faktor yang menjadikan upacara adat mereka ini masi dilestarikan di era
globalisasi ini.

Meskipun era globalisasi telah sangat tersebar tapi suku Toraja tetap bisa menjaga kebudayaan
mereka, namun tetap ada beberapa kalangan dari mereka yang sudah tidak melakukan upacara
Rambu Solo’ karena upacara tersebut sangat mahal dan perlu persiapan yang sangat lama untuk
melakukannya. Di era ini upacara pemakaman modern sudah sangat mudah dan tidak butuh biaya
yang terlalu besar seperti upacar pemakaman adat seperti itu maka ada beberapa masyarakat yang
menilai upacara pemakaman adat seperti itu sudah tidak dibutukan dan pasti dengan biaya yang
besar, biaya itu akan memberatkan mereka dang mebuat beberapa dari mereka enggan untuk
melakukan upacara adat tersebut. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa upacar itu masih banyak yang
melestarikan karena banyak wisatawan yang tertarik.

Selain upacara Rambu Solo’ masih banyak lagi upacara adat yang masih dilestarikan oleh
masyarakat Toraja hingga di era globalisasi ini. Bukan hanya dilestarikan namun juga terkenal di
masyarakat luar bahkan warga asing. Masyarakat Toraja dapat menjaga kelestarian upacara dan
kebudayaan adat mereka karena rasa hormat mereka akan nenek moyang mereka yang sangat
besar dan untuk upacara Rambu Solo’ sendiri dikarenakan rasa hormat mereka ke kerabat mereka
yang tela meninggal . Kebudayaan di Tana Toraja bukan hanya dilestrikan dengan baik namun
juga dapat menjadi mata pencarian bagi mereka karena banyaknya wisatawan asing dan dalam
negeri yang dating hanya untuk melihat kebudayan mereka terutama upacara Rambu Solo’ ini.
Bukan berarti mereka menjadikan upacara adat mereka menjadi wisata dan itu akan mengurang
rasa hormat dengan nenek moyang namun itu terjadi dengan sendirinya karena keunikan budaya
mereka ditambah dengan daerah tempat suku mereka tinggal adalah daerah yang sangat indah
sehingga disebut negri diatas awan karena terletak di pegunungan.

Suku Toraja adalah salah satu dari beberapa suku yang sudah mau menerima moderenisasi tapi
tetap melastarikan budaya mereka yang dibawa oleh nenek moyang atas dasar rasa hormat dan
kepercaya anemisme yang masih dipegang oleh beberpa masyarakat Toraja. Dan kelestarian suku-
suku tradisional itu harus dijaga secara bersamaan karena itu adalah asset negara yang sangat
indah dan berharga.

Daftar pustaka

Panggara R. 2015. Upacara Rambu Solo’ Di Tana Toraja: Memahami Bentuk Kerukunan Di
Tengah Situasi Konflik.

Rahayu W. 2017. Tongkonan Mahakarya Arsitektur Tradisioanl Suku Toraja. Jakarta: Badan
Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa.

Anda mungkin juga menyukai