Anda di halaman 1dari 15

Komponen Budaya (Budaya Toraja)

Negara Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat melimpah.


Selain itu di Indonesia juga terdapat suku bangsa yang begitu beragam.
Salah satunya adalah Suku Toraja yang berada di Sulawesi. Suku ini
adalah suku yang terbilang unik dibanding suku-suku yang lain yang
ada di Indonesia. Nama Toraja berasal dari bahasa Bugis, yaitu “to
riaja” yang mempunyai arti orang yang berdiam di negeri atas. Pada
saat Indonesia dikuasai oleh Belanda yaitu di tahun 1909, Kolonial
Belanda menyebut suku ini Suku Toraja. Suku ini terkenal dengan
ritual pemakamannya, selain itu suku ini juga terkenal dengan ukiran
kayunya dan rumah adatnya yaitu tongkonan., berikut ini komponen
budaya menurut Mitchell, dalam budaya Toraja.

1. BAHASA
Bahasa Toraja adalah bahasa yang digunakan oleh suku Toraja
yang tersebar di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara,
dan Kabupaten Mamasa. Bahasa Toraja masih memiliki beberapa
dialek di daerah Kabupaten Tana Toraja, yang dibagi atas tiga dialek,
yaitu dialek Makale-Rantepao, dialek Saluputti-Bonggakaradeng, dan
dialek Sillanan-Gandangbatu. Bahasa Toraja-Sa'dan adalah salah
satu bahasa yang dipertuturkan di daerah Kabupaten Tana Toraja
dan sekitarnya, Sulawesi Selatan, Indonesia. Sebagian besar
pemetaan rumpun bahasa Toraja ini dikerjakan oleh para Zendeling
Belanda yang bekerja di Sulawesi, seperti N. Adriani dan Hendrik van
der Veen.

Klasifikasi Bahasa:
- Polynesian, Proto Malayo
- Austronesian: Malayo-Polynesian: South Sulawesi: Northern
Beberapa dialek yang terdapat di Toraja,
1. Kalumpang, terdiri dari 4 dialek: Karataun, Mablei, Mangki (E'da),
Bone Hau (Ta'da).
2. Mamasa, terdiri dari 7 dialek: Mamasa Utara, Mamasa tengah,
Pattae' (Mamasa Selatan, Patta' Binuang, Binuang, Tae', Binuang-
Paki-Batetanga-Anteapi)
3. Ta'e rob, terdiri dari 4 dialek: Rongkong, Luwu Timur Laut, Luwu
Selatan, Bua.
4. Talondo', hanya 1 dialek.
5. Toala', terdiri dari 2 dialek: Toala' dan Palili'.
6. Torajan-Sa'dan, terdiri dari 4 dialek: Makale (Tallulembangna),
Rantepao (Kesu'), Toraja Barat (Toraja Barat, Mappa-Pana).

2. KEPERCAYAAN/ KEYAKINAN
Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom.
Mereka masih menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia
luar. Pada awal tahun 1900-an, misionaris Belanda datang dan
menyebarkan agama Kristen. Setelah semakin terbuka kepada dunia
luar pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi lambang
pariwisata Indonesia. Tana Toraja dimanfaatkan oleh pengembang
pariwisata dan dipelajari oleh antropolog. Masyarakat Toraja sejak
tahun 1990-an mengalami transformasi budaya, dari masyarakat
berkepercayaan tradisional dan agraris, menjadi masyarakat yang
mayoritas beragama Kristen dan mengandalkan sektor
pariwisata yang terus meningkat. Jauh sebelum masyarakat
menganut Kristen dan Islam, di Toraja telah dikenal suatu
kepercayaan yang bersifat animisme yang bersumber dari leluhur
mereka yang disebut Aluk Todolo. Pada masa sekarang mayoritas
masyarakat Toraja menganut Kristen, hanya sebagian kecil yang
menganut agama Islam. Menurut Tangdilintin, Aluk Todolo adalah
salah satu kepercayaan atau keyakinan yang diturunkan oleh Puang
Matua (Sang Pencipta). Aturan Aluk diturunkan pada Datu Lukku
yang berisi aturan agama bahwa manusia dan segala isi bumi ini
harus menyembah. Penyembahan ditunjukan pada Puang Matua
sebagai sang pencipta yang diwujudkan dalam bentuk sajian. Puang
Matua sebagai sang pencipta memberi kekuasaan kepada deata-
deata (sang pemelihara). Ajaran Aluk Todolo yang memelihara
pemujaan kepada kedua aliran tersebut diatas, dalam ajaran Aluk
Todolo dikenal 3 (tiga) golongan deata yaitu:
a. Deata Tangga Langi Sang (Pemelihara di Langit)
b. Deata Kapadanganna Sang Pemelihara di Bumi
c. Deata Tangana Padang, pemelihara menguasai segala isi tanah.
Berdasarkan ketiga aluk diatas jelaslah bahwa ajaran Aluk Todolo
mengkonsepsikan adanya struktur dewa-dewa yang tersusun
vertikal.

Gambar : Acara Orang Toraja Memegang Aluk Tadolo

3. SOPAN SANTUN
Budaya Sopan Santun di Indonesia sudah menjadi warisan dari
nenek moyang kita. Oleh karena itu setiap daerah/ suku di
Indonesia memeiliki aturan yang tidak tertulis yang harus di taati
sebagai bentuk budaya sopan santun. Tanah Toraja memiliki satu
destinasi yang dinilai sakral bagi warga setempat, yaitu Kete Kesu.
Sama seperti desa adat lainnya, ada aturan-aturan tak tertulis yang
perlu kamu ketahui sebelum mengunjungi tempat ini. Kete Kesu
merupakan Dibuka sebagai lokasi wisata, bukan berarti kamu bisa
bersenang-senang, layaknya di pantai saat berada di Kete Kesu.
Memang gak ada aturan tertulis, tapi bukan berarti kamu bisa
seenaknya dan merasa sedang berada di taman bermain. Namun,
kamu tetap harus menjaga sikap kalau ke lokasi ini. Apa pun itu,
Kete Kesu sangat berarti bagi masyarakat Toraja. Lokasi ini adalah
pemakaman para leluhur mereka. Jadi, sebaiknya kamu berpose
sewajarnya. Ada hukum adat bagi mereka yang melanggar aturan
atau yang tidak menjaga sikap. Hukum adat bervariasi, tergantung
pelanggarannya. Mulai dari denda berupa persembahan hewan
sembelih, hingga pelayanan adat dan penahanan.
Selain itu budaya sopan santun terlihat dari rumah adat Toraja
dimana ada Filosofi Rumah Sopan Santun Tongkonan Tana Toraja
Dari Sulawesi Selatan. Tongkonan berasal dari kata “tongkon” yang
berarti duduk. Rumah tongkonan sendiri difungsikan sebagai sentra
pemerintahan (to ma’ parenta), kekuasaan, dan strata sosial pada
elemen masyarakat toraja. Rumah budpekerti Tongkonan tidak
sanggup dimiliki secara pribadi/perorangan alasannya ialah rumah
ini ialah warisan nenek moyang dari setiap anggota keluarga atau
keturunan mereka. Perlu diketahui bahwa arsitektur rumah
budpekerti Tongkonan selalu mengikuti model desa dimana rumah
tongkonan tersebut dibangun. Akan tetapi, arsitektur tersebut tidak
akan pernah lepas dari filosofi dan pakem-pakem tertentu yang
diturunkan secara turun temurun. Filosofi dan pakem-pakem
tersebut antara lain: Bentuk segi empat yang bermakna empat
insiden hidup pada insan yaitu, kelahiran, kehidupan, pemujaan dan
kematian. Segi empat ini juga merupakan simbol dari empat penjuru
mata angin. Setiap rumah tongkonan harus menghadap ke utara
untuk melambangkan awal kehidupan, sedangkan pada bab
belakang yaitu selatan melambangkan final dari kehidupan.
Gambar : Rumah Sopan Santun Tongkonan Tana Toraja

4. ADAT ISTIADAT
Suku Toraja selama ini dikenal sebagai salah satu suku yang sangat
taat dalam menjalankan ritual adatnya, yang terbagi dalam dua
golongan besar. Masing-masing adalah tradisi untuk :
1. menghadapi kedukaan atau sering disebut Rambu Solok dan
2. tradisi untuk menyambut kegembiraan yang dinamakan dengan
Rambu Tuka.

Masing-masing tradisi ini masih mempunyai tujuh tahapan upacara.


Dalam masyarakat Suku Toraja, sampai saat ini masih banyak yang
memegang kepercayaan peninggalan para leluhurnya. Upacara
Tambu Tuka, selalu berhubungan dengan meninggalnya seseorang.
Maka upacara ini dimulai dengan mempersiapkan penguburan bagi
orang yang meninggal. Dalam upacara ini sering dilaksanakan
dengan mengadakan adu ayam, kerbau serta menyembelih binatang
babi yang jumlahnya cukup besar. Kuburan yang digunakan untuk
menguburkan jenasah terbilang istimewa. Karena jenasah tersebut
diletakan pada tempat yang khusus, yaitu di sebuah gunung yang
berbatu dan diberi lubang dan bentuknya seperti gua kecil. Jadi
jenasah tersebut tidak dikubur sebagaimana umumnya, namun
diletakan di dalam lubang gua tersebut. Sementara itu untuk
upacara tradisi Rambu Tuka yang merupakan pesta kebahagiaan,
biasanya diadakan untuk menyambut kelahiran seorang bayi, pesta
pernikahan dan lain-lain.

5. KESENIAN
Kesenian Toraja disebut Gau’ Tendengan atau Gau’ Pa’ Tendengan
bersumber atau berdasarkan dari falsafah hidup dan kehidupan
masyarakat Toraja yang keseluruhannya nampak dalam kehidupan
Aluk Todolo sebagai tempat berpijaknya seluruh kebudayaan Toraja.
Masing-masing kesenian tersebut mempunyai fungsi, waktu dan
tempat pemakaian tertentu yang tidak boleh dicampur adukkan
terutama yang menyangkut kesenian pemujaan, kedukaan dan
kesenian kegembiraan. Kesenian Toraja dibagi dalam beberapa
golongan, yaitu :
1. Seni Tari (Gellu’- gellu’)
a. Untuk upacara Rambu Tuka’ sebagai tanda kegembiraan
(perkawinan, menyambut tamu terhormat dan lain-lain), yaitu
: Tari Pa’ Gellu’, Tari Pa’ Bone Balla’, Tari Pa’ Lambu’ Pare, dan
lain-lain.
b. Untuk upacara Rambu Tuka’ sebagai tari pemujaan atau
penyembahan, yaitu : Tari Pangnganta’, Tari Bondesan, Tari
Burake dan lain-lain.
c. Untuk upacara Rambu Solo’ sebagai tarian untuk mengenang
/ memperingati seseorang yang telah meninggal dunia karena
keberaniannya dan keagungannya semasa hidupnya, yaitu :
Tarian Ma’ Randing (Tarian Perang).
2. Seni Suara / Musik (Pa’ Kayoyoan atau Passuling-suling)
a. Untuk upacara Rambu Tuka’, yaitu : Pa’ Geso’-geso’, Pa’ Oni-
oni, Pa’Tulali, Pa’ Karombi dan lain-lain.
b. Untuk upacara Rambu Solo’, yaitu : Massuling Marakka, Ma’
Dondi’, Memanna’ dan lain-lain.
3. Seni Tari Paduan Lagu dan Suruling (Gellu’- gellu’ diGamarai
atau Gellu’- gellu’diSulinggi).
a. Untuk upacara Rambu Tuka’ dengan tujuan sebagai pemujaan
dan penyembahan, yaitu : Tari Manimbong, Tari Ma’ Dandan,
Tari Ma’ Bassen-bassen, Tari Ma’ Bugi’ dan lain-lain.
b. Untuk upacara Rambu Solo’ dengan tujuan mengenang yang
meninggal yang berisi doa, yaitu : Tari Pa’ Badong, Tari Ma’
Katia dan lain-lain
4. Seni Hias atau Dekorasi (Pa’Belo-belo)
Masyarakat Toraja mempunyai bentuk tersendiri dalam seni hias
(dekorasi) disesuaikan dengan fungsinya dan falsafah serta
keyakinan hidup masyarakat Toraja. Penggunaan penempatan /
pemakaian bahan tidak dilakukan dengan sembarang karena
setiap bahan yang digunakan mempunyai arti yang tersendiri.
Bahan-bahan yang sering digunakan adalah :
a. Barang-barang pusaka dan perhisaan Toraja
b. Tenunan-tenunan pusaka yang dianggap keramat dan bertuah
c. Kain-kain yang berwarna tajam, yang disesuaikan dengan
warna dan tempat pemakaian seperti warna merah dan putih
dapat dipergunakan dimana saja, warna kuning untuk
upacara Rambu Tuka’ dan warna hitam untuk upacara Rambu
Solo’.
d. Rautan-rautan bambu yang berbentuk lidi berbelit-belit yang
disebut Pangarru’-arru’.
e. Tumbuh-tumbuhan yang mempunyai arti tersendiri menurut
Aluk Todolo, yaitu: Pusuk (daun ijuk / kelapa mudah), Tabang
(daun semacam palem yang merah daunnya) dianggap
mempunyai nilai magis dan Belo Bubun (semacam palem yang
berwarna kuning hijau). Kambunni’ (sejenis tanamam perdu
yang terdapat digunung-gunung).

5. Seni Sastra (Tantanan Kada/Kada-kada Tominaa)


Dalam seni sastra Toraja agak berbeda dengan daerah lain di
tanah air, hal tersebut nyata pada gaya yang terselip alam
pengungkapannya menggunakan gaya bahasa Paralelisme dan
Sinonisme sehingga dua kalimat yang diungkapkan tersebut
hanya mempunyai satu arti dan hubungan pengungkapan itu
sangat serasi (enak didengar). Beberapa ungkapan sastra Toraja
menurut arti dan tujuannya, yaitu :
a. Puisi atau syair yang terdiri dari 2 atau 3 bait yang jumlah
tiap bait tidak tentu jumlahnya yaitu :Londe Tomangngura
(Pantun orang muda), Ponto Bannang (Pepatah), Passimba
(Sindiran), Karume (Teka-teki) dan lain-lain.
b. Prosa Lirik untuk upacara Rambu Tuka’, yaitu : Ma’ Gellong
(mantra dan doa) dibawakan oleh Panggala Gelong,
Mangngimbo, mantra dan doa dalam pemujaan atau
penyembahan yang dibawakan oleh Tominaa atau To Indo’
Padang, Massonde, pujian untuk menyukuri kebesaran dan
kemuliaan Tuhan juga untuk menghibur orang sakit, Ma’
Ulelle’, isinya mengandung nasihat
c. Prosa Lirik pada upacara Rambu Solo’, yaitu : Ma’ Kakarung,
Sumengo, Ma’ Retteng, Mangimbo, Umbating dan lain-lain.
6. Seni Pahat (Pa’ Paa’), Seni Anyam (Panganan), Seni Tenun (Pa’
Tannun), Seni Tempa (Pa’ Tampa)
7. Seni Bangunan (Manarangngi)
Seni Bangunan bagi orang Toraja disebut Manaranggi sedang ahli
bagunan disebut Tomanarang (To = orang, Manarang = pintar).
8. Seni Ukir (Passura')

Ukiran kayu Toraja: setiap panel melambangkan niat baik

6. PENDIDIKAN
Pendidikan juga mempengaruhi kuat lemahnya ethnic identity
seseorang. Semakin tinggi pendidikan individu, maka semakin
terbuka pikiran individu untuk menerima perubahan atau
perkembangan dunia luar. Mahasiswa yang datang merantau ke
pulau jawa untuk menempuh pendidikan perguruan tinggi biasanya
akan memandang bahwa budaya Toraja sebenarnya adalah kegiatan
yang menghambur-hamburkan uang terutama untuk pesta rambu
solo’ yang diadakan untuk orang yang telah meninggal dunia. Karena
itu, semakin tinggi tingkat pendidikan remaja suku Toraja maka
kemungkinan status identitas etniknya adalah ethnic identity
diffusion. Masyakat Toraja

7. PAKAIAN ADAT/ MAKANAN KHAS


Pakaian Adat
Toraja memiliki berbagai macam pakaian adat di antaranya adalah
sepa tallung buku, baju pokko dan kandore. Bahkan salah satunya
pernah menjadi perhatian dunia dalam acara yang diselenggarakan
di Korea Selatan. Penasaran? Ini dia 3 pakaian adat yang dimiliki
oleh Tana Toraja.
1. Sepa Tallung Buku
Pakaian adat Toraja ini merupakan pakaian yang panjangnya
sampai lutut. Sepa Tallung Buku adalah pakaian adat toraja yang
digunakan oleh laki-laki. Dilengkapi dengan aksesoris lainnya
seperti kandaure, gayang, lipa’.
2. Baju Pokko
Baju adat Toraja yang saju ini adalah baju dengan lengan pendek
dengan dominasi warna kuning, merah dan putih. Baju pokko
merupakan baju adat yang digunakan oleh perempuan.
3. Kandore
Selain baju pokko, kandore juga merupakan baju adat tana toraja
yang diperuntukkan untuk wanita. Baju adat yang satu ini
merupakan baju adat yang berhiaskan manik-manik yang
dijadikan kalung, gelang, ikat pinggang dan ikat kepala

Contoh Pakaian Adat Toraja

Makanan Khas
10 Makanan Khas Toraja Yang Paling Terkenal Dengan
(Kelezatannya). Masingi-masing daerah pasti mempunyai makanan
unggul yang paling enak. Begitu pula dengan Toraja. Berikut adalah
beberapa makanan khas tana Toraja yang populer
1. Pantollo Lendong (Belut)
Pantollo Ledong yaitu makanan yang terbuat dari bahan dasar
belut. Kemudian diolah dan dimasak seperti halnya rawon dan
dicampur dengan menggunakan bumbu dan rempah-rempah
khas Toraja. Makanan ini biasanya dihidangkan dalam acara
khusus seperti acara-acara adat masyarakat Toraja.

2. Pantollo’ Bale (ikan)


Untuk pantollo bale (ikan) yaitu makanan Khas Toraja yang
berbahan dasar ikan mas, atau juga biasa menggunakan ikan lele
ataupun ikan lainnya. berbeda dengan pantollo lendong, pantollo
ikan tidak memakai kuah, tapi hanya digoreng dan dipanggang
lalu diberi bumbu rempah-rempah yang khas dari tana Toraja.
3. Pa’ Piong Manuk (ayam) / Dangkot
Makanan khas toraja selanjutnya yaitu Pa’ Piong Manuk. Manuk
yang berarti ayam ini merupakan makanan dengan berbahan
dasar dari daging ayam. Cara pembuatannya sendiri yaitu daging
ayam yang dicampur dengan daun mayana dan bumbu, rempah-
rempah. Lalu ditambahkan cabe rawit atau lombok katokkon.

4. Pokon
Makanan ini sejenis panganan yang khas dari Toraja. Makanan
yang berbahan dasar santan kelapa, kemudian beras yang
dicampur dengan santan lalu dibungkus dan direbus hingga
matang. Makanan ini biasa disajikan saat acara syukuran
5. Kririk
Mirip dengan makanan Pokon, yang membedakannya yaitu daun
yang dipakai untuk membungkusnya yaitu daun aren yang masih
muda. Makanan kririk juga biasa disuguhkan dalam upacara
pengucapan syukur selesai panen
6. Deppa Tori
Deppa dalam bahasa Indonesia yaitu kue. Untuk makanan deppa
ini adalah makanan oleh-oleh khas Toraja. Makanan yang
berbahan dasar tepung beras, banyak dijual di tempat-tempat
wisata dan terminal bus.

7. Tu’tuk utan
Tu’tuk dalam bahasa Indonesia yaitu tumbuk, sedangkan utan
yaitu sayur. Cara pembuatannya yaitu dengan cara daun
singkong (utan) yang ditumbuk halus kemudian dimasak dengan
daging yang dipotong kecil-kecil dan ditambahkan parutan kelapa
dan cabe rawit
8. Palopo
palopo merupakan makanan khas toraja yang bahan dasarnya
yaitu tepung sagu yang disiram dengan air panas. lalu dibentuk
bulat-bulat dan dimasukan ke dalam kuah ikan atau daging, dan
sayuran.
9. Pangrarang (Sate)
Makanan yaitu makanan sate khas toraja. Bedanya dengan sate
hanya pada bumbunya. Di Toraja makanan ini hanya diberi
sedikit garam saja kemudian dibakar di atas bara. Setelah
matang, sate dimakan dengan cabe ulek diberikan sedikit perasan
jeruk nipis.
10. Kapurung
Makanan kapurung merupakan makanan khas Toraja yang
sangat terkenal. Makanan yang berbahan dasar sayuran, ikan
dan sagu ini sangat nikmat dan juga bergizi. Sayuran yang
terdapat dalam kapurung ini beragam dan bergizi, diantaranya
ada sayur bayam, kacang panjang, kangkung, ontong jantung
pisang dan labu merah yang masih muda

8. ORGANISASI SOSIAL
Keberadaan lembaga sosial tidak lepas dari adanya nilai dan norma
dalam masyarakat. Di mana nilai merupakan sesuatu yang baik,
dicita- citakan, dan dianggap penting oleh masyarakat. Oleh
karenanya, untuk mewujudkan nilai sosial, masyarakat Suku Toraja
menciptakan aturan-aturan yang tegas yang disebut norma sosial.
Nilai dan norma inilah yang membatasi setiap perilaku manusia
dalam kehidupan bersama. Inilah awalnya lembaga sosial terbentuk.
Sekumpulan nilai dan norma yang telah mengalami proses
menghasilkan lembaga sosial. Organisasi sosial adalah organisasi
yang mempunyai tujuan sosial. Organisasi semacam ini tidak
berharap keuntungan dalam bentuk materi. Tujuan utama
organisasi ini untuk melayani kepentingan masyarakat, tanpa
menghitung untung rugi. Orang-orang yang mempunyai kepedulian
terhadap kondisi masyarakatnya. Contoh organisasi sosial adalah
organisasi dalam bentuk yayasan penyandang cacat, panti asuhan,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi sesuai adatnya.
Daftar Pustaka
1. https://www.romadecade.org/suku-toraja/#!
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Toraja
3. https://ilmuseni.com/seni-budaya/kebudayaan-suku-toraja
4. http://suku-dunia.blogspot.com/2015/09/kebudayaan-suku-
toraja-dan-keunikannya.html
5. word-dialect.blogspot.com/2012/04/bahasa-toraja.html
6. https://www.academia.edu/6479691/Kepercayaan_toraja
7. https://sulsel.idntimes.com/travel/destination/andi-aris/7-
fakta-unik-kete-kesu-tana-toraja-1-regional-sulsel
8. https://www.bloggersbugis.com/2013/05/adat-istiadat-dan-
sejarah-suku-toraja.html
9. http://budayatoraja.tripod.com/Kesenian.htm
10. http://nino-ninerante.blogspot.com/2012/04/kesenian-
kesenian-toraja.html
11. https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Toraja
12. https://afikrubik.com/rumah-pakaian-adat-toraja/
13. https://travel.kompas.com/read/2018/04/02/073400427/meng
enal-uniknya-makanan-khas-toraja-?page=all

Anda mungkin juga menyukai