Anda di halaman 1dari 17

Upacara Adat dan

Tari Tradisional
dari Sumatra
Upacara Adat
Mangongkal
Holi
Proses Pelaksanaan
Mangokal Holi
Tinopot ma aka hula-hula ni si okalon I (raja keluarga dari kelompok marga istri baik kandung
maupun hanya hubungan marga atau klan ).
a) ima bona ni arina (yaitu kelompok marga istri yang ingin digali/ tiga tingkatan di atas pihak yang
memiliki acara disebut juga paman dari nenek yang melakukan acara)
b) hula-hulana nan i okal (keluarga kandung atau satu marga atau klan pihak istri yang akan digali).
c) Tulang na (pihak paman dari anak atau cucu yang ingin melakukan upacara).
Tujuan dari pemanggilan ketiga pihak ini antara lain untuk memberitahukan atau meminta restu serta
mengundang mereka turut hadir dalam upacara yang akan dilakukan.
Martonggo raja (mengumpulkan pihak yang terkait dalam upacara ini).Dalam acara ini biasanya mengumpulkan
semua para penetuah kampung, marga yang menjalankan adat, teman sekampung, serta semua yang terkait
hubungan dengan acara adat yang akan dilakukan, begitu juga pihak yang akan melakukan upacara adat untuk
turut serta membantu pelaksanaan upacara Mangokal Holi.
Pihak dari anak atau semua keturunan dari semua orang tua yang akan digali makamnya dan
semua para pihak undangan yang turut membantu dalam pembagian tugas yang dilakukan
pada saat martonggo raja, pada saat jam yang sudah ditentukan pada malam martonggo raja
satu dari pihak paman haruslah berdiri sambil membacakan doa guna keselamatan dan
penggalian agar cepat bisa menemukan tulang-belulang yang akan digali.
Proses Pelaksanaan!
Proses Penggalian Makam.
A. Pemuka agama yang akan membuka acara di pemakaman dan pemuka agama berperan untuk memanjatkan doa
dan melantunkan puji-pujian terhadap Tuhan yang Maha Esa guna melancarkan acara penggalian dan setelah
acara kebaktian singkat ini dilakukan, maka penetuah atau pemuka agama yang layak pertama kali mencangkul
makam yang akan digali setelah itu dilanjutkan oleh :
B. Bona ni ari (paman dari pihak mendiang yang akan digali) sebagi pembuka dalam penggalian tersebut setelah
pihak pemuka agama.
C. Setelah itu berdirilah pihak paman dan berbicara seperti yang di atas setelah itu ikut mencangkul sebanyak 3 kali
D. Setelah itu pihak mertua ikut berdiri dan ikut mencangkul sebanyak 3 kali.
E. Setelah pihak mertua barulah pihak anak satu perut atau anak kandung serta anak kesayangan atau anak yang
terakhir, selanjutnya mencangkul tanah makam itu sebanyak 3 kali.
F. Setelah itu, pihak anak menyampaikan kepada pihak boru (keturunan perempuan atau suami dari keturunan
perempuan) agar dilanjutkan sampai tulang belulang ditemukan.
G. Setelah ditemukan tulang belulangnya, maka diberitahukan kepada pihak boru hasuhutan (suami dari anak
perempuan kandung, bukan karena marga) untuk mengangkat tulang-belulangnya.
H. Di makam sudah bersedia pihak dari keturunan laki-laki yang siap menerima tulang-belulang, yang diangkat dari
bawah dan dilakukan oleh pihak suami dari saudara perempuannya,(untuk menjaga agar tulang tetap bersih dan
dalam keadaan baik harus disiapkan air yang bercampur karbol). Setelah selesai dibersihkan, maka pihak keluarga
anak tertua dari keturunan yang digali tulang-belulangnya, mengumumkan bahwa penggalian telah selesai dan
acara di
makam telah selesa Setelah semua selesai, pihak anak menyampaikan sepatah, dua patah
kata kepada pihak paman untuk memberikan ulos timpus (kain khas). Batak yang
melapisi atau membungkus tulang-belulang). (T.M.Sihombing
1989 : 241-242)
Proses Pelaksanaan!

Upacara Serah Terima Tulang


Setelah selesai acara baik penggalian, pembersihan tulang-belulang maupun acara pembungkusan yang dilakukan oleh pihak paman, maka dilanjutkan
dengan acara serah terima tulang-belulang dari pihak paman kepada pihak keturunan dan dilanjutkan dengan ucapan terimakasih serta ajakan ke acara
memasukan ke dalam tugu yang telah disiapkan sebagai bentuk penghormatan terhadap pihak paman dari kakek.

Upacara Mangokal Holi


Setelah acara di atas, dilanjutkan pada pengucapan terimakasih serta penghormatan terhadap pihak paman selaku pihak yang paling dihormati pada suku
Batak, dilanjutkan pula pada acara membawa tulangbelulang yang telah dibersihkan dan dibungkus rapi tadi masuk ke dalam peti, kemudian dibawa oleh
pihak istri (kalau masih ada, kalau sudah tiada maka anak perempuan tertua sebagai pengganti), dengan menaruh di atas kepala.
Proses memberikan kata-kata terakhir ditujukan pada semua keturunan yang hadir dan berlanjut memasukan tulang belulang ke dalam tugu yang
telah disediakan. Penetuah gereja datang untuk memberikan doa dan berkat, namun ketika berhalangan hadir dapat
digantikan oleh pendeta yang telah diatur oleh pihak gereja (biasanya pendeta dari gereja Batak atau gereja kesukuan lebih
dikenal dengan HKBP).
Fungsi dan Makna
Upacara Mangokal
Holi
Rangkaian upacara mangokal holi merupakan bentuk ekspresi
penghormatan masyarakat Batak Toba terhadap leluhur. Selain
itu, upacara ini bertujuan untuk mengeratkan tali kekerabatan
di antara keluarga atau marga. Tali kekerabatan yang begitu
kuat dan erat tersebut termanifestasikan melalui horja. Tidak
kalah pentingnya di dalam horja terdapat holong yang memiliki
makna kasih sayang.
Hal ini tercermin ketika seluruh keluarga menari tor-tor bersama serta
saling memberikan salam dan memegang pipi. Upacara mangokal holi
pun menjadi wadah untuk membahagiakan orang tua serta tempat
berkumpul semua generasi marga, sehingga memungkinkan untuk saling
mengenal satu sama lain, mengenalkan silsilah keluarga besar, sarana
edukasi adat Batak dan sebagainya.
Selain sebagai suatu kewajiban, ternyata upacara ini pula
sebagai sarana untuk mengangkat martabat sebuah
marga.
Melalui upacara inilah hasangpon dapat tercapai dan
sebagai bukti sah bahwa seseorang telah menjadi suku
Batak yang mendatangkan kemuliaan bagi marganya.
Desktop Project
Itself is what the end-user derives value from
also can refer is what.
Tari Tradisional Tari
Piring
History!
Tari piring adalah tarian adat yang berasal dari Minangkabau, tepatnya
dari Solok, Sumatera barat. Diperkirakan tarian ini telah ada sejak 800
tahun yang lalu. Pada zaman dahulu, tarian ini dilakukan sebagai ritual
ucapan syukur kepada para dewa atas berkah hasil panen yang
melimpah.
Ketika melakukan upacara adat tersebut, masyarakat yang diwakili
oleh para gadis akan membawa sesaji berupa makanan yang diletakkan
di atas piring. Piring yang berisi makanan tersebut kemudian dibawa
dengan gerakan-gerakan sesuai irama musik pengiringnya.
Tarian ini kemudian semakin tersebar luas saat kerajaan Sriwijaya
jatuh ke tangan Majapahit pada abad ke-16. Penyebaran tersebut
dibawa oleh rakyat Sriwijaya yang melarikan diri ke negeri-negeri
Melayu sekitarnya.
Mereka tiba di Malaysia serta Brunei Darusalam yang memiliki latar
budaya berbeda dengan budaya di minang, karena itulah tarian piring
yang berada di daerah tersebut kemudian berubah karena mereka harus
mengikuti adat dari melayu sehingga terjadi sejarah asal usul tari
piring di daerah melayu.
Kemudian setelah agama Islam masuk ke Kawasan Minangkabau,
tarian berubah fungsi dan tidak lagi ditujukan untuk memuja para
dewa. Tari piring bertransformasi menjadi kesenian dan hiburan
masyarakat, sehingga sering dipentaskan saat acara-acara adat
Minangkabau.
Ciri Khas dari Tari Piring!
Seperti kita ketahui, piring tersebut awalnya digunakan untuk membawa sesaji pada dewa, maka pada
zaman dahulu akan banyak makanan yang ditaruh pada piring yang dibawa para penari. Namun karena
sesaji sudah tidak diperbolehkan lagi, maka piring tidak akan diisi apa-apa, tetapi ada pula beberapa versi
tari piring yang menambahkan lilin menyala yang ditempelkan pada permukaan piring untuk membuat
tarian tersebut menjadi lebih menarik.
Sesuai sejarah asal usul tari piring tarian ini hanya boleh ditarikan jika jumlah penarinya dalam angka ganjil
mulai dari satu, tiga, tujuh, maupun Sembilan. Biasanya tarian sendiri ditarikan selama kurang lebih sepuluh
menit hingga paling lama lima belas menit karena di dalamnya juga terdapat ritual sembah pada raja atau
pengantin yang dilakukan sebelum maupun sesudah tarian berakhir.
Penari harus mengenakan pakaian yang indah terutama dalam warna merah menyala dan corak emas yang
dipercaya sebagai warna keberuntungan dan kekayaan. Untuk musiknya tarian piring ini harus awalnya
diiringi dengan menggunakan alat musik tradisional rebana dan gong saja. Namun seiring dengan
perkembangannya yang menuntut agar musik yang dimainkan harus semakin menarik maka Saluang yaitu
alat musik yang terbuat dari bambu, gendang serta Talempong yaitu alat musik pukul dari kuningan,
digunakan untuk menambah dinamikanya.
UPACARA ADAT MANGIRDAK

Project
Achievements
Upacara adat mangirdak atau mangganje atau mambosuri boru(adat tujuh bulanan),
Upacra adat mangirdak adalah upacara yang diterima oleh seorang ibu yang usia kandungannya tujuh
bulan.mangirdak jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti memberikan semangat kepada wanita yang
menikah yang hendak melahirkan.sebagai contoh seorang laki laki bermarga Naibaho menikah dengan
seorang perempuan boru manihuruk (boru juga adalah marga untuk penyebutan wanita).

Tidak hanya untuk kehamilan tujuh bulan saja,syarat mangirdak adalah dilaksankan pada kehamilan pertama
wanita yang telah menikah,atau disebut juga dengan Buha Baju.setelah orang tua si calon ibu(disebut
parboru) mengetahui bahwa kandungan putrinya sudah hamil tua,berusia tujuh bulan,maka mereka
memberitahukan kabar baik itu kepada kerabat kerabatnya.pada tanggah yang telah ditentukan,lalu
datanglah mereka ke kediaman menantunya itu.kedatangan mereka ini untuk menunjukkan perhatian dari
orang tua si perempuan kepada putri dan menantunya itu.juga agar putrinya itu selalu semangat menjalnai
hari hari kehamilan(mangirdak).

Kedatangan parboru ada yang mendadak artinya putri dan menantunya tidak mengetahui sama sekali akan
kedatangan orangtua si istri,jadi kesannya dikagetkan (manonggot.dan ada juga yang sudah dipersiapkan
sebelumnya,atau dengan kata lain,parboru memberitahukan terlebih dahulu kedatangan mereka kepada
anak dan menantunya itu
Pelaksaan acara
Acara dibuka dengan makan bersama.makanan yang dibawa tadi oleh pihsk parboru lalu dihidangkan di
depan anak menantunya.Namun yang boleh pertama kali menyatap hidangan tersebut hanyalah si calon
ibunya.Lazimnya sang putri disuapi oleh sang ibunya.Setelah sang pitri merasa kenyang ,barulah yang
hadir boleh mencicipi hidangan,termasuk suaminya sendiri.

Dalam upacara adat ini jugaStep 01 pemberian ulos


ada ritual Step
tondi02 Step
yang dililitkan kepada 03dan
putri
menantunya.Biasanya pemberian ulos ini tidak hanya orang tua siputri saja,tapi juga dililittkan oleh
kerabat orang tua si istri
Use charts to present data

Your Title here 50%

Your Title here 50%

Your Title here 50%

Defined as a greater likelihood that users will share content posted to their social
network many social media sites provide specific functionality
Thanks!
Any questions?

You can find me at: @username


myemail@domain.com
Credits

Special thanks to all people who made and shared these


awesome resources for free:

Presentation template designed by powerpointify.com

Photographs by unsplash.com
Presentation Design

This presentation uses the following typographies and colors:

Free Fonts used:


https://www.fontsquirrel.com/fonts/old-standard-tt

Colors used:

Anda mungkin juga menyukai