Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SBK

TRADISI ROBO-ROBO (PONTIANAK)

MUHAMMAD RAFIF HIBATULLAH XI IPA 2


PENGERTIAN
• Robo-robo adalah upacara tolak bala oleh
masyarakat Kota Mempawah, Kalimantan Barat,
Indonesia. Upacara ini digelar pada hari Rabu
pekan terakhir bulan Safar, Hijriah. Tradisi Robo’-
Robo’ yang dikenal sebagai tradisi yang
memperingati hari datangnya seseorang dari tanah
bugis Sulawesi Selatan pada tahun 1637.
Kedatangan Raja Mempawah, Opu Daeng
Manambon dari Bone, Sulawesi Selatan di abad
ke-17 diabadikan dalam tradisi Robo’-Robo’.
Upacara sakral yang sering dilakukan adalah
berupa wujud dari rasa syukur atas karunia yang
diberikan dan sekaligus memohon keselamatan,
hal ini masih terus berlangsung secara terus
menerus bagi masyarakat pendukungnya.
SEJARAH
• Pada awalnya acara ini digelar untuk menyambut
Opu Daeng Menambon dari Kerajaan Matan
(Martapura) di Kabupaten Ketapang ke Kerajaan
Mempawah di Kabupaten Pontianak pada tahun
1737 M atau 1448 H.[3] Opu Daeng Menambon
adalah keturunan Kerajaan Luwu, Sulawesi
Selatan.[4] Opu Daeng Menambon datang ke
Mempawah untuk menyebarkan agama Islam.[3]
Selain menyebarkan agama Islam, Opu Daeng
Menambon juga membangun Mempawah dengan
menjadi seorang raja di Kerajaan di
Mempawah.[3] Ritual Robo-robo dimulai saat
Opu Daeng Menambon beserta keluarga, serta
punggawa dan pengawal berangkat dari Desa
Benteng, Mempawah menggunakan perahu
bidar.[2] Perahu bidar adalah perahu kerajaan dari
Istana Amantubillah.[2] Kapal tersebut berlayar
menuju muara sungai Mempawah yang berada di
Desa Kuala, Mempawah dengan jarak tempuh
sekitar satu jam perjalanan.[2] Berlayar keluarga
kerajaan ini diiringi dengan 40 perahu.[4] Saat
masuk Muara Kuala Mempawah, rombongan
tersebut disambut dengan suka cita oleh
masyarakat Mempawah.[4] Sambutan tersebut
dilakukan dengan memasang berbagai kain
warna-warni dan kertas di rumah penduduk yang
berada di pinggir sungai.[4] Karena kedatangan
rombongan tersebut bertepatan dengan bulan
Safar, maka masyarakat Mempawah
memperingatinya sebagi upacara tolak bala,
karena masyarakat Mempawah yakin pada bulan
Safar banyak diturunkan bala.[3]
PELAKSANAAN
• Setelah melakukan adzan dan membaca doa tolak
bala, masyarkat melakukan ritual buang-buang
yang bisanya dilaksanakan selepas dzuhur dengan
membuang sesaji di sungai.[3] Sesajian tersebut
terdiri atas beras kuning, setanggi, dan bertih.[3]
Bertih melambangkan kemakmuran dan
kesejahteraan dan setanggi melambangkan
keberkahan.[3] Ritual buang-buang dilaksanakan
dengan maksud penghormatan dan pengakuan
terhadap sungai dan laut sebagai sumber
kehidupan manusia.[3] Setelah ritual tersebut,
masyarakat melaksanakan makan saprahan atau
makan bersama di halaman depan Istana
Amantubillah.[3]
• Sekarang, Robo-robo selain digelar untuk
menolak bala, juga untuk mengenang hari
wafatnya Opu Daeng Menambun.[2] Untuk
memeriahkan ritual Robo-robo, masyarakat
setempat menggelar hiburan tradisional seperti
jepin, tundang atau pantun berdendang, dan lomba
perahu bidar.[3] Bagi warga keturunan Bugis yang
berada di Kalimantan Barat, bisanya
memperingati Robo-robo dengan makan bersama
keluarga di halaman rumah.[2]
TUJUAN DAN MANFAAT TRADISI ROBO-ROBO
Robo-robo pertamakali dilakukan pada tahun
1148 Hijriah atau 1737 Masehi bermula dengan
kedatangan rombongan Opu Daeng Manambon
dan Putri Kesumba yang merupakan cucu
Panembahan Mempawah kala itu yakni,
Panembahan Senggaok yang merupakan
keturunan Raja Patih Gumantar dari Kerajaan
Bangkule Rajangk, selain dari wujud dan rasa
syukur atas karunia yang diberikan dan sekaligus
memohon keselamatan,memohon
ampun,pemujaan dan penghormatan kepada
leluhur. robo-robo juga bertujuan untuk untuk
menggali hubungan antara nilai-nilai budaya dan
nilai-nilai sosial kemasyarakatan, seperti
terciptanya rasa kebersamaan antara raja dengan
rakyatnya, para petinggi dan bawahan, orang kaya
dengan orang miskin dan lain sebagainya, secara
tidak langsung tercipta sebuah jalinan komunikasi
antara satu dengan yang lainnya.

PANDANGAN MUHAMMADIYAH TERHADAP


TRADISI ROBO-ROBO
Dalam islam suaktu yang bersifat sirik, mubajir
atau membuang-buang makanan itu sangat
dilarang oleh agama,alangkah baiknya dibagikan
atau diberikan kepada orang-orang yang
membutuhkan atau orang-orang yang tidak
mampu, oleh karena itu ajaran mehammadiyah
menjelaskan atau menghimbau agar acara robo-
robo tidak perlu dilakukan karena dalam upacara
tradisi robo-robo ada hal-hal yang menyimpang
dari agama seperti:

A. Upacara ziarah

· Penaburan beras kuning agar para leluhur


turut hadir pada acara tersebut
· Pemberian sesajian untuk para mahluk
· Membakar setanggi

B. Upacara kenduri

· Penyambutan kelaut
C. Upacara mandi safar

· Mandi dengan air tolak bala atau Salamun


Tujuh, Ritual mandi Safar dengan maksud untuk
menolak bala bencana, yang menimpa dan
menjadi sebuah keyakinan masyarakat bahwa
akan membawa kesialan bagi anggota badan jika
tidak dibersihkan pada bulan tersebut karena
banyaknya dosa-dosa yang ada di dalam tubuh
manusia.
· Penulisan ayat suci Al-Qur’an yang disebut
salamun tujuh (tujuh kesejahteraan) didaun juang-
juang atau daun andung kononnya untuk mengalir
berkah doa dari daun yang ditulis tersebut.
· Ada juga ketupat yang dikatakan untuk
melepaskan bencana yang menimpa keluarga
Dan masih banyah upacara-upacara yang lainnya.
Dan dari itulah mengapa ajaran islam
muhammadiyah sangat melarang bukan hanya
ajaran muhammadiyah saja yang melaran tetapi
ajaran-ajaran yang lain juga atau agama-agama
lain juga melarang karena hal-hal yang bersifat
sirik dan mubajir itu adalah dosa alangkah baiknya
makanan-makanan yang dibuat sesajen di
sedekahkan kepada orang yang tiak mampu bukan
dibuang-buang,apalagi sirik itu adalah dosa besar
karena orang sirik adalah orang yang menduakan
tuhan. Karena apapun yang terjadi di dunia ini
seperti bencana,rejeki dan apapun itu semuanya
Allah yang mengatur.
Dalam ajaran islam muhammadiyah tidak
melarang jika berdoa dan bersukur serta menjalin
silaturahmi, tetapi yang perlu diperhatikan adalah
jangan sampai karena kegembiraan dan
kesenangan itu kita larut dalam kesirikan, kita
berdoa kepada Allah tetapi kenapa kita melakukan
hal-hal sirik itu berarti kita tidak yakin aka nada
Allah yang selalu disisi kita dan selalu
memperhatikan kita.

Anda mungkin juga menyukai