Selamatan merupakan sebuah tradisi ritual yang hingga kini tetap dilestarikan
oleh sebagian besar masyarakat Jawa.Salah satu upacara adat Jawa ini dilakukan
sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah dan karunia yang diberikan Tuhan.
Istilah Selamatan sendiri berasal dari bahasa arab yakni Salamah yang memiliki arti
selamat atau bahagia.
Dalam prakteknya, selamatan atau syukuran dilakukan dengan mengundang beberapa
kerabat atau tetangga . Secara tradisional acara syukuran dimulai dengan doa
bersama, dengan duduk bersila di atas tikar, melingkari nasi tumpeng dengan lauk
pauk dan kemuadian di lanjutkan dengan menikmati nasi tumpeng tersebut secara
bersama – sama
Kata Nyadran berasal dari kata 'Sraddha' yang bermakna keyakinan. Nyadran
menjadi bagian penting bagi masyarakat Jawa. Sebab, para pewaris tradisi ini
menjadikan Nyadran sebagai momentum untuk menghormati para leluhur dan
ungkapan syukur kepada Sang Pencipta. Biasanya, nyadran dilaksanakan setiap
menjelang Ramadan, tepatnya pada bulan Sya’ban/ diadakan satu bulan sebelum
dimulainya puasa, atau pada 15, 20, dan 23 Ruwah.
Masing-masing daerah di tanah Jawa punya ciri khas masing-masing dalam
tradisi ini. Masyarakat di beberapa daerah membersihkan makam sambil membawa
bungkusan berisi makanan hasil bumi yang disebut sadranan.
Namun, tidak semua masyarakat di daerah Jawa Tengah selalu membawa
sadranan. Di Kecamatan Muntilan Kota Magelang misalnya, masyarakat tidak
membawa sadranan ketika membersihkan makam. Satu hari setelah membersihkan
makam, masyarakat mengadakan doa bersama untuk mendoakan para leluhur yang
telah berjuang di masa lalu.
Istilah suro yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya
Jawa, berasal dari ‘asyura (bahasa Arab) yang berarti kesepuluh (maksudnya tanggal
10 bulan suro). Sementara itu dalam Islam, istilah suro sebagaimana yang telah
dipahami oleh mayoritas masyarakat Islam, adalah bulan Muharam.
saat malam 1 Suro tiba, masyarakat Jawa umumnya melakukan ritual tirakatan, lek-
lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa),
juga pawai obor
Wilujengan
Simbol-simbol ritual yang sering mereka gunakan dalam ritual slametan (wilujengan)
antara lain :
1. Golong sejodo
Golong sejodo ini biasanya dibuat dari nasi putih yang berbentuk tumpeng atau
seperti gunung yang berjumlah dua (sepasang). Arti dari tumpeng sendiri dalam
masyarakat muslim Jawa sering disebut “metu dalan kang lempeng” yang diartikan
bahwa manusia dalam kehidupannya didunia diwajibkan melalui jalan yang lurus
(lempeng) dan juga jalan yang benar, seperti yang diajarkan oleh agama. Selain itu,
tumpeng yang berbentuk seperti gunung juga merupakan gambaran dari bidang-
bidang kehidupan manusia dan puncak dari tumpeng merupakan gambaran dari
kekuasaan Tuhan yang bersifat transendental. Arti lain dari “golong sejodo” adalah
mengingatkan kita bahwa Nabi Adam dan Hawa adalah manusia pertama yang
diciptakan oleh Allah, dan merupakan cikal bakal manusia di Bumi ini.
2. Tumpeng Robyong
Tumpeng robyong merupakan tumpeng dari nasi putih yang pinggirnya dihiasi
dengan daun-daunnan, antara lain daun dadap, daun turi, dan sebagainya. Tumpeng
robyong sebagai gambaran kesuburan dan kesejahteraan. Tumbuh-tumbuhan ataupun
sayur-sayuran yang dipakai untuk kebutuhan hajat atau slametan tersebut diharapkan
akan segera tumbuh kembali.
3. Tumpeng Gepak
4. Ambengan
Ambengan adalah nasi putih yang ditempatkan dalam wadah, wadahnya dapat
berupa panci atau besek. Ambengan merupakan gambaran dari bumi (tanah) sebagai
tempat hidup dan kehidupan semua makhluk ciptaan Tuhan baik itu manusia, hewan,
tumbuhan, dan lainnya, yang harus dijaga kelestariaannya, karena itu merupakan
unsur yang penting dalam kehidupan semua makhuk ciptaan Tuhan.
5. Ingkung
Ingkung adalah ayam yang dimasak secara utuh setelah dibersihkan bulu dan
kotorannya. Dalam penyajiannya ayam diikat sehingga rapi, masyarakat jawa sering
menyebutnya “diingkung” artinya ayamnya ditali. Ingkung sebagai perlambang
dalam beribadah, masyarakat jawa sering memaknainya “manembaho ingkang
linangkung” yang berarti manusia dalam beribadah kepada Allah SWT sebaiknya
bersegeralah dan beribadahlah dengan khusuk, seakan engkau akan mati besok.
Dengan makna tersebut manusia akan lebih khusuk lagi dalam beribadah kepada
Tuhannya. Selain itu, makna dari ayam yang ditali tadi adalah mengambarkan bahwa
manusia dalam kehidupannya sebaiknya mengendalikan nafsunya agar tidak
berlebihan dan terlalu ambisius dalam berbagai bidang kehidupan
6. Jenang Palang
Jenang palang adalah nasi putih yang dicampur dengan gula merah dan
diatasnya diberi daun pandan yang dipalangkan dan biasanya ditempatkan pada
piring. Jenang palang merupakan penggambaran bahwa dengan slametan tersebut
diharapkan akan menghalangi “komo sengkolo” atau gangguan dan mala petaka yang
sudah ada maupun gangguan yang akan datang, baik itu gangguan dari manusia
ataupun dari syetan.
7. Jenang Pliringan
Jenang pliringan merupakan pralambang dari “kakang kawah adhi ari-ari”. Hal
ini terkait dengan ajaran mistik dalam masyarakat jawa bahwa setiap manusia
memiliki empat saudara yang dikenal dengan sebutan “kakang kawah adhi ari-ari”.
Sedangkan dua saudara yang lain adalah “rah” (darah) dan “puser” (tali pusar).
Keempat saudara tersebut dalam konteks Jawa dihayati sebagai “sing ngemong
awak” artinya yang menjaga dan memelihara manusia, karenanya harus dihormati,
tidak disia-siakan, dan selalu “disapa” dalam setiap ritual slametan atau wilujengan.
Jenang abang putih sebagai pralambang terjadinya manusia yang melalui benih
dari ibu yang dilambangkan dengan jenang warna merah dan benih dari bapak yang
dilambangkan dengan jenang warna putih. Jenang ini terbuat dari nasi putih, untuk
warna merah dalam penyajiannya nasi putih dicampur dengan gula merah dan untuk
yang satunya nasi disajikan secara utuh.
9. Jenang Baro-baro
11. Dem-deman
Merupakan sebagai lambang dari “wiji dadi” atau benih terjadinya manusia.
13. Kecambah
Merupakan simbol dari benih dan bakal manusia yang akan selalu tumbuh
seperti kecambah.
15. Tomat
16. Kangkung
18. Pisang
Yang dalam bahasa jawa disebut “gedang” merupakan pralambang dari etika
kehidupan, diharapkan orang yang melakukan hajat tersebut ataupun manusia pada
umumnya dapat mencontoh watak pisang yang dapat hidup dimana saja (ajur ajer),
dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Disamping itu bagian dari tanaman
pisang juga sangat banyak manfaatnya, mulai dari daunnya, batang pohon, buahnya
sendiri dan masih banyak yang lainnya. Selain itu, pisang (gedang) sering juga
dimaknai sebagai “gumreget nyuwun pepadang” artinya manusia dalam menjalani
kehidupannya diharapkan selalu meminta petunjuk hanya kepada Allah SWT dalam
keadaan atau situasi apapun.
1. Jembulan di Jawa timur lebi jarang dari pada Jawa tengah Jawa timur jembulan di
adakan saat resik' desa ,HUT pasar/ desa, panen
2. di Jawa timur ada selametan nyadran untuk panen sedangkan Jawa tengah tidak
ada atau bisa di sebut dengan methil ,untuk selametan panen.
3. di Jawa timur ada selametan tumpeng 1000 dilakukan disaat mendekati idul adha
saat shalat idul adha/ idul Fitri sedangkan di Jawa tengah jarang.
4. di Jawa timur di selametan jenang jarang ada kecuali saat nyadran dan saat
tumpeng 1000
Terima Kasih 😊