1
Safitri, Yuni Retria. Risma Margaretha Sinaga, Yustina Sri Ekwandari. “Perspektif
Masyarakat Jawa Terhadap Tradisi brokohan di Desa Jepara Kabupaten Lampung
Timur”. Jurnal: FKIP UNILA, 2018, hal 1-12.
2
Diah, Silvana. Skripsi. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Brokohan di
Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
Pendidikan Agama Islam. IAIN Salatiga. 2015, hal 44-46.
bahasa Arab yaitu “ بركةbarokah”, yang berarti mengaharapkan berkah,
kemudian oleh masyarakat Jawa dibahasakan ulang menjadi brokohan.3
Menurut salah satu sesepuh di Dusun Jurug, broohan dilakukan sebagai rasa
syukur kepada Allah SWT karena telah diberi karunia anak, semoga
menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, berguna bagi agama, dan
bangsa.4 Dimana sejalan dengan Firman Allah SWT dalam QS an-Nahl ayat
78:
َ ٰ َوٱهَّلل ُ أَ ۡخ َر َج ُكم ِّم ۢن بُطُو ِن أُ َّم ٰهَتِ ُكمۡ اَل ت َۡعلَ ُمونَ َش ٗۡٔيا َو َج َع َل لَ ُك ُم ٱلسَّمۡ َع َوٱأۡل َ ۡب
٧٨ َ َدةَ لَ َعلَّ ُكمۡ ت َۡش ُكرُونNOص َر َوٱأۡل َ ِۡٔٔف
78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Ada beberapa hal yang dapat dipetik dalam tradisi ini, seperti dalam hal
aqidah dan ibadah kepada Allah SWT. Terbukti dari tujuan brokohan sendiri
yaitu, rasa syukur dari orang tua yang telah dikaruniai anak dan memohon
berkah kepada Allah SWT. Serta, dalam acara slametan diselipkan lantunan-
lantunan ayat suci al-Qur’an sebagai doanya. Dari hal tersebut bisa
disimpulkan bahwa setiap tradisi tidak lain ditujukan kepada Sang Pencipta
yaitu Allah SWT, dan seyogyanya sebuah tradisi dalam suatu desa
seharusnya dilestarikan agar anak cucu mengetahuinya.
6
Wawancara dengan sesepuh Mbah Sinto, 29 April 2020.