Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dyah Khoviya Nida

NIM/Kelas : 181111004/IAT-6A
Mata Kuliah : Penulisan Akademik
Dosen Pengampu : Nur Rohman, S.UD., M.Hum.

Memahami Colorism :

Toleransi Keberagaman dalam Perspektif Al-Qur’an

Pendahuluan

Sejak era globalisasi, kelompok atau orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda
dituntut untuk bisa bersinergi dan bersosialisasi. Tuntutan untuk bisa hidup berdampingan itu
terjadi di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pernyataan bahwa manusia merupakan makhluk
sosial itu benar. Manusia memang kodratnya saling membutuhkan satu sama lain, dituntut untuk
mampu berinteraksi dengan individu lain yang penuh keberagaman dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya. Hidup dengan orang-orang yang memiliki cara pandang dan prinsip yang
berbeda memang cukup sulit jika tidak diimbangi dengan open-minded. Memiliki pemikiran
terbuka tidak lantas mengkompromikan cara pandang atau prinsip hidup secara personal, hingga
menyetujui segala pemahaman yang ada. Menjadi open-minded adalah ketika memiliki kemauan
untuk mendengarkan cara pandang orang lain, mengevaluasi, dan menilainya secara fair. Jika
kita tidak setuju dengan pemikiran itu, kita bisa tidak setuju secara baik-baik. Dalam
bersosialisasi memang tidak jarang terdapat perbedaan atau gesekan. Disinilah pentingnya
membangun toleransi.

Didalam semboyan bangsa Indonesia sendiri terdapat unsur toleransi yang mana berbunyi
‘Bhinneka Tunggal Ika’, artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Bahkan toleransi dapat
menjadi unsur kekuatan yang mengubah lawan menjadi kawan sepanjang sejarah peradaban
Islam seperti dalam Firman Allah QS. Fushshilat ayat 34 1 : “Dan tidaklah sama kebaikan dan
kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang
antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”

1
Muhammad Jayus, “Toleransi Dalam Perspektif Al-Qur’an,” Al-Dzikra 9, no. 1 (2015): 116,
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-dzikra/article/view/1728.

1
Toleransi merupakan istilah dalam konteks agama, sosial, dan budaya. Umumnya
toleransi berkaitan dengan sikap atau perilaku yang melarang adanya diskriminasi terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak memiliki tempat oleh mayoritas dalam suatu
masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama dan saling menghormati antar hak dan
kewajiban demi keutuhan negara.2 Manusia sewajarnya mengakui eksistensi dari kelompok lain,
agama, hingga dari ras yang berbeda-beda. Seringkali kita melihat perkara intoleransi dalam
berhubungan sosial yang menyebabkan turunnya rasa respect antarsesama manusia. Salah satu
yang cukup ramai diperbincangkan adalah menghadapi colorism atau diskriminasi terhadap
orang-orang yang berkulit gelap. Bertentangan dengan sikap toleransi yang mana orang-orang
berkulit gelap dianggap buruk, lebih rendah, dan diperlakukan tidak baik dibandingkan orang-
orang yang berkulit terang. Hal ini bisa terjadi antara ras yang berbeda atau ras yang sama.
Orang-orang yang berkulit gelap tidak memiliki banyak kesempatan dan tidak ada pilihan lain
selain mengikuti standar yang ada. Kenyataannya, di Indonesia seperti itu. Meskipun mayoritas
Indonesia berkulit sawo matang, kulit putih justru dianggap sebagai suatu kenormalan.

Isu colorism ini sulit untuk dibicarakan atau dihapus karena selain akan selalu ada lapisan
yang melanggengkan colorism ini, setiap negara memiliki karakteristik darimana colorism
berasal, bagaimana akhirnya isu berkembang di masyarakat. Dengan membahas tentang
memahami colorism yang ada, maka akan banyak orang-orang yang sadar dan mempengaruhi
orang lain supaya membangun sikap toleran serta mengedukasi bahwa tidak ada yang salah
dengan perbedaan. Justru perbedaan itulah yang menjadikannya lebih berwarna. Ajaran Islam
didalam Al-Qur’an menerangkan dengan jelas berbagai kandungan ayat yang membahas tentang
berperilaku di dunia termasuk pentingnya menjunjung toleransi. Dalam artikel ini akan dibahas
mengenai toleransi berdasarkan perspektif Al-Qur’an, bagaimana colorism berkembang dalam
kehidupan masyarakat, serta toleransi sebagai kunci kedamaian dalam menghadapi colorism.

2
Ade Jamarudin, “Membangun Tasamuh Keberagaman Dalam Perspektif Al-Qur’an,” Toleransi: Media
Komunikasi Umat Beragama 8, no. 1 (2016): 172, http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/toleransi/article/view/2477.

Anda mungkin juga menyukai