Disusun Oleh:
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Syarifa Habibah, “Akhlak Dan Etika Dalam Islam,” Jurnal Pesona Dasar 1, no. 4
(2015): 73–87.
2
Purnama Rozak, “Indikator Tawadhu Dalam Keseharian,” Jurnal Madaniyah 1, no.
XII (2017): 174–187.
1
Syu’ara ayat 215, surah al-Hijr ayat 88, dan surah al-Israa’ ayat 24. Di dalam
ketiga surah tersebut Allah SWT menyelipkan pesan-pesan tentang sikap
tawadhu’ yang akan dibahas oleh penulis tulisan ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat wakhfid dalam al-Qur’an?
2. Bagaimana tujuan wakhfid dalam al-Qur’an?
C. Tujuan
Sesuai dengan objek dan pokok permasalahan. Maka tujuan yang ingin
dicapai adalah:
1. Mengetahui hakikat wakhfd dalam al-Qur’an.
2. Mengetahui tujuan wakhfid dalam al-Qur’an.
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode kualitatif yaitu
dengan merujuk pada kitab-kitab tafsir yang terkait denga tema. Penelitian ini
dapat dikategorikan ke dalam jenis penelitian perpustakaan (libraryresearch)
yaitu jenis penelitian yang objek utamanya adalah literatur-literatur atau
buku-buku kepustakaan.
Adapun langkah-langkah penulis dalam mengumpulkan beberapa
literatur:
Pertama, penulis mencari lafadz واخفضdalam kamus al-Qur’an yaitu
Mu‟jam Al-Mufaraz Li Alfaz Al-Qur‟an Al-Karim.
kedua, penulis mencari makna lafadz واخفضdalam kitab bahasa Arab
dan kitab Tafsir.
Ketiga, penulis mencari penafsiran para mufassir dalam kitabnya, seperti
dalam kitab al-Mishbah karya M. Quraish Shihab, kitab Fath al-Qadir karya
Imam Asy-Syaukani, kitab at-Thabari karya Imam Abu Ja’far Muhammad
bin Jarir ath-Thabari, dan sebagainya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian <واخفض
Lafadz <واخفض berasal dari kata فهى خافض- خفضا-يخفض- خفضyang
berarti merendahkan, memotong, mengurangi. Kemudian kata خفضketika
berubah menjadi maful مخفىضia menjadi sifat muta’addi (membutuhkan
maful bih/objek), jadi خفضakan berubah maknanya jika objeknya juga
berbeda.3
ۡ ۡ
Redaksi خفضdalam al-Qur’an diungkapkan dengan bentuk َوٱخفِض
َ َ ََ
احك جنyang memiliki arti merendahkan sayap, dimana kalimat tersebut
3
Ahmad Mukhtar Abdul Hamid Umar, Mu‟jam Al-Lughah Al-‟Arabiyah Al-Mu‟ashirah
Juz 1 (Cet. I; t.t: Alim al-Kutub, 2008).
4
Imam Asy-Syaukani, Tafsir Fathul Qadir Jilid 06, Tahqiq dan Takhrij. Sayyid ibrahim
(Jakarta Selatan: Pustaka Azzam, 2011), hlm 217.
5
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Mu‟jam Al-Mufaraz Li Alfaz Al-Qur‟an Al-Karim
(Indonesia: Maktabah Dahlan, 2001), hal 235.
3
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
waktu kecil".
ۡ ۡ َ ۡ َۡ َ ۡ َ َۡ َ َ ۡ ُ ّۡ ٗ َٰ َۡ ٓ
3. QS. al-Hijr ayat 88
َ َ َ َ َّ َ َ
َل ت ُى َّدن ع ۡين ۡيك إ ِ َٰل َو ا َو َّت ۡع َنا بِهِۦ أزوجا وِنهه وَل َتزن عني ِهه وٱخفِض
juga.8
6
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Jami‟ Al-Bayan Fi Ta‟wil Al-Qur‟an
Jilid 19 (Jakarta Selatan: Pustaka Azzam, 2011), hlm 736.
7
Asy-Syaukani, Tafsir Fathul Qadir Jilid 08, hal 249.
8
Ibid.
4
Allah Ta’ala berfiman memerintahkan Rasul-Nya, Muhammad
SAW untuk memperingatkan keluarganya yang terdekat di mana
tidak ada yang dapat menyelamatkan seorangpun diantara mereka
kecuali keimanannya kepada Rabb SWT. Serta memerintahkannya
untuk bersikap lemah lembut kepada para pengikutnya yang
termasuk hamba-hamba Allah yang beriman. 9
Dikatakan َض َجنَا َحه
َ َخفapabila berksikap sopan santun. maknanya
adalah, rendahkanlah dirimu serta bersikap santunlah terhadap
orang-orang beriman yang mengikutimu, dan tunjukkanlah
kencintaan serta penghormatan kepada mereka dan maafkanlah
mereka. 10 Dengan sikap tersebut maka akan mendatangkan
keikhlasan mereka kepada-mu, wahai Rasul. 11
Hamka menyebutkan, bahwa rendahkan sayap artinya jangan
jauhi mereka jangan meninggi kepada mereka. 12 oleh karena itu
rasulullah selalu bersikap lembut kepada umatnya, bahkan dalam
pergaulanpun Rasulullah tidak pernah membeda-bedakan mereka.
Point dalam ayat ini adalah bersikap tawadhu’ terhadap sesama
mukmin.
Nabi Muhammad SAW merupakan pionir terdepan dalam
akhlak mulia ini, oleh sebab itu kita para umatnya seyogyanya
mengikuti langkah pionir kita. Nabi Muhammad SAW bersabda:
) "و ما تىاضع أحدهلل إالرفعه هللا" (أخزجه مسلم:قال رسىل هللا ملسو هيلع هللا ىلص
“Tidaklah seseorang mere ndahkan diri karena Allah melainkan
(pasti) Allah akan mengangkat derajatnya.”
Menurut Syaikh Abdurahman as-Saadi, hadits tersebut sebagai
peringatan agar membaguskan niat, yaitu dengan didasari ikhlas
karena Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. karena banyak
9
Ibnu Katsir, “Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsiir Jilid 06” (Bogor: Pustaka Imam Asy-
Syafi’i, 2003), hal 187.
10
Asy-Syaukani, Tafsir Fathul Qadir Jilid 08, hal 249-250.
11
Ahmad Musthofa, Tafsir Al-Maraghi (Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2006).
12
Abu Hamka, Tafsir Al-Azhar (Depok: Gema Insani, 2015), hlm 191.
5
dijumpai dari kita yang menampilkan sikap tawadhu’ untuk ajang
pamer saja, dengan tujuan yang seperti itu maka akan merusak
manfaat dari tawadhu’ sendiri.
2. QS al-Israa’ ayat 24
ٗ ۡح ُه َىا َك َىا َربَّ َياِن َص غ
٢٤ ِريا
ۡ َ ۡ ّ َّ ُ َ َ ۡ َّ َ ّ ُّ َ َ َ َ ُ َ ۡ ۡ َ
ب ٱر
ِ ِ وٱخفِض لهىا جناح ٱذل ِل وِي ٱلرۡحةِ وقل ر
24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
waktu kecil".
Ayat ini masih bersambung dengan ayat sebelumnya, yaitu QS
al-Isra: 23. Pada ayat 23 menjelaskan tentang tuntunan berbakti
kepada kedua orang tua. Pada ayat ini Allah SWT memerintahkan
seorang anak harus bersikap rendah hati terhadap kedua orang tua
karena kasih sayang kepada keduanya, bukan karena rasa takut atau
malu dicela orang bila tidak menghormatinya.13
Dialog dalam ayat ini juga untuk Nabi Muhammad SAW,
namun yang dimaksud adalah umatnya. Karena beliau ketika itu
tidak memiliki kedua orang tua. Firman-Nya dalam Surah asy-
Syu’ara ayat 215. Oleh sebab itu dalam ayat tersebut tidak
disebutkan lafadz الذل, dan disebutkan dalam ayat tersebut sesuai
dengan besarnya hak dan penegasannya. 14
Menurut al-Qaffal dalam kitab Fath al-Qadir, menyebutkan
bahwa lafadz خفض الجناحmemiliki dua pandangan makna, pertama
apabila seekor burung hendak mendekap anak-anaknya kepada
dirinya untuk mendidiknya, maka dia ( خفض لهاجناحهmerendahkan
sayapnya untuk anak-anaknya), karena itu kiasan pada ayat ini
bermaksud baikna pengurus. Jadi, seolah-olah Allah SWT
memeritahkan seorang anak, “Peliharalah kedua orang tuamu dengan
mendekap keduanya kepada dirimu sebagaimana keduanya
13
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur‟an
Jilid 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal 446.
14
Syaikh Imam Al-Qurthubi, Al Jami‟ Li Ahkaam Al Qur‟an Trj. Ahmad Rijali Kadir
Jilid 10 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hal 607.
6
melakukan itu terhadapmu pada waktu kecilmu.” Kedua; ketika
burung hendak terbang dan meninggi, maka dia merentangkan
sayapnya, dan ketika hendak turun dia merendahkan sayapnya, maka
خفض الجناحmerupaka kiasan tentang kerendahan hati dan
meninggalkan ketinggian. 15
Kemudian kata الذلyang memiliki arti kerendahan, dimana
memiliki sebuah pesan bahwa seorang anak diminta untuk
merendahkan diri kepada orangtuanya, baik dalam cara
berbicaranya, diamnya dan cara menatapnya, dengan tidak
menajamkan pandangan kepada keduanya karena demikian itu
adalah cara melihat orang marah. 16
Firman Allah SWT pada lafadz مه الزحمة, memiliki maksud
ketika kita bertawadhu’ kepada kedua orangtua, hendaknya
ketawadhu’kan kita berdasarkan kasih sayang yang berasal dari
lubuk hati. Kemudian, tidak lupa kita mendoakan mereka, memohon
agar Allah SWT senantiasa memberikan ampunan kepada kedua
orang tua dan mengasihi kita.17
3. Surah al-Hijr ayat 88
ۡ ۡ َ َ ۡ َۡ َ ۡ َ َ َ َ َ َّ َ َ
َل ت ُى َّدن ع ۡين ۡيك إ ِ َٰل َو ا َو َّت ۡع َنا بِهِۦٓ أ ۡز َو ٰ ٗجا ّوِن ُه ۡه َوَل َت َزن عن ۡي ِه ۡه َوٱخفِض
15
Asy-Syaukani, Tafsir Fathul Qadir Jilid 06. hal 538.
16
Ibid, hal 686.
17
Siti Rohmi Hayatun, Skripsi, “Studi Tentang Tawadhu’ Dalam Tafsir Al-Maraghi”,
(IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1998), hal 55.
7
tidak selalu dirundung kesedihan karena mereka (orang-orang kafir)
tidak beriman, kufur dan tetap membangkang. Ketiga; Allah SWT
memerintahkan agar Nabi Muhammad SAW selalu bersikap rendah
hati terhadap orang-orang yang beriman. 18
( خفض الناحmerendahkan sayap) merupakan sebuah kiasan
tentang rendah hati dan kesantunan, seperti firman Allah SWT dalam
QS al-Israa’ ayat 24. Menurut Sayyid Qutb, lafadz واخفضmemiliki
maksud sebuah ungkapan cinta dan kasih sayang dan kelemah
lembutan dengan bentang sayap yang merupakan pernyataan
deskriptif untuk menggambarkan lemah lembutnya kepemimpinan.19
Begitu juga Rasulullah SAW, beliau senantiasa memerintahkan
para sahabatnya untuk bersikap tawadhu. Iyad bin Himar
menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
و ال يبغي أحد على أحد,ان هللا أو حى إلي أن تىاضعىا حتى ال يفخز أحد على أحد
“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian
merendahkan hati sehingga seseorang tidak menyombongkan diri
atas yang lain dan tidak berlaku dzalim atas yang lain.”
Menurut al-Maraghi, bahwa Rasulullah diperintahkan untuk
merendahkan hati dan bersikap ramah terhadap orang-orang yang
beriman dan mengikuti beliau, dan Rasul dilarang bersikap kasar
juga keras terhadap mereka. dimana ungkapan tersebut seada dengan
Firman Allah dalam surah al-Fath ayat 29:
ٓ َ َ ُ َّ ُ ۡ َ َ ُ ٓ َّ َ ٓ ُ َ َ َ َّ َ َّ ُ ُ َّ ٞ َّ َ ُّ
٢٩ ...... ۡۖۡحا ُء بَيۡ َن ُه ۡه ٱّلل ِ وٱذلِيي وعهۥ أشِداء لَع ٱمكفارِ ر
ِۚ ُّمىد رسول
18
Asy-Syaukani, Tafsir Fathul Qadir Jilid 06, hal 215-217.
19
Sayyid Quthb, Tafsir Fii Zhilalil Qur‟an Di Bawah Naungan Al-Qur‟an Jilid 9
(Jakarta: Gema Insani, 2004), hal 156.
8
SWT agar bersikap lemah lembut (tawadhu’) kepada orang yang
beriman kepadanya, dan jangan bersikap dingin terhadap mereka,
bahkan kasar.20
20
Ath-Thabari, Jami‟ Al-Bayan Fi Ta‟wil Al-Qur‟an Jilid 15, hal 907-909.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakikat dari واخفضadalah sesuatu yang merendah, memotong,
mengurangi. Memiliki sifat muta’addi ketika menjadi maful. Dalam redaksi
al-Qur’an sendiri واخفض جناحdimana kalimat tersebut merupakan sebuah
kiasan tentang rendah hati (tawadhu’) dan kesantunan.
Ada dua tujuan dalam lafadz واخفض, pertama pada sura asy-Syu’ara ayat
215 dan surah al-Hijr ayat 88 perintah tawadhu’ terhadap sesama manusia.
Kedua, pada surah al-Isra’ ayat 24 perintah tawadhu terhadap kedua orangtua.
Ketika melaksanakan sikap tawadhu’ ini seseorang harus ikhlas hanya kepada
Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
10
DAFTAR PUSTAKA
Asy-Syaukani, Imam. Tafsir Fathul Qadir Jilid 08. Jakarta Selatan: Pustaka
Azzam, 2011.
Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. Jami‟ Al-Bayan Fi Ta‟wil Al-
Qur‟an Jilid 15. Jakarta Selatan: Pustaka Azzam, 2011.
Habibah, Syarifa. “Akhlak Dan Etika Dalam Islam.” Jurnal Pesona Dasar 1, no.
4 (2015): 73–87.
Hayatun, Siti Rohmi. “Studi Tentang Tawadhu’ Dalam Tafsir Al-Maraghi.” IAIN
Sunan Ampel Surabaya, 1998.
Katsir, Ibnu. “Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsiir Jilid 06.” Bogor: Pustaka Imam
Asy-Syafi’i, 2003.
Quthb, Sayyid. Tafsir Fii Zhilalil Qur‟an Di Bawah Naungan Al-Qur‟an Jilid 2.
Jakarta: Gema Insani, 2004.
11