Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ILMU KALAM

SYIAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Ilmu Kalam
Dosen Pengampu: Dr. Nurisman., M.Ag.

Disusun oleh:

Nurul Hidayah (181111012)


Luthfia Shifaul Amanah Burhani (181111026)
Tety Nur Arifah (181111037)

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Ilmu Kalam tentang Syiah.
Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada baginda tercinta Nabi
Muhammad yang di nanti-nantikan syafa’atnya di hari akhir.
Dalam penulisan dan pembuatan makalah tersebut, penulis menemui
beberapa hambatan yang disebabkan karena terbatasnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu sudah sepatutnya penulis berterima kasih kepada dosen
pembimbing yaitu, Bapak Dr. Nurisman., M.Ag. yang telah memberikan berbagai
ilmu yang sangat berguna bagi penulis.
Ketika menyusun makalah ini penulis menyadari bahwa masih ada
kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
terkhususnya bagi para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Surakarta, 02 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

C. Tujuan .................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Pengertian Syiah ................................................................................................... 3

B. Sejarah Timbulnya Syiah ..................................................................................... 3

C. Aliran Syiah ........................................................................................................... 5

D. Ajaran Syiah .......................................................................................................... 8

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 13

Kesimpulan ......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Syiah merupakan sebutan atau julukan yang dikaitkan bagi mereka yang
merupakan pengikut setia Ali bin Abi Abi Thalib, sepupu sekaligus menantu
Rasulullah S.A.W. kemunculnya golongan Syiah berawal dari kegagalan
perundingan antara pihak khilafah Ali bin Abi Thalib dengan pihak
Muawiyyah bin Abi Sufyan dalam perang Shiffin atau lebih dikenal dengan
peristiwa Tahkim.
Menurut pandangan kaum Syiah yang berhak menggantikan
kepemimpinan setelah nabi Muhammad S.A.W. seiring dengan berjalannya
waktu Syiah mulai berkembang ke ranah politik dimulai sejak periode akhir
pemerintahan Utsman bin Affan yang berada di Mesir, dan kemudian
berlanjut dan tumbuh pesat pada periode Ali bin Abi Thalib yang berpusat di
Kuffah,Irak.
Sekitar abad ke-20 Masehi kaum Syiah termasuk menjadi mayoritas,
jumlahnya mencapai 57% dari 25 juta penduduk Irak, pada umumnya kaum
Syiah didominasi oleh kawasan Irak selatan dan timur seperti Basrah,
Karbala, Diwaniyah, Hillah, Amarah, Muntafiq, Kut, dan Al-Thaurah,
wilayah Karbala dan Najaf dikenal sebagai kota suci umat Syiah yang ada di
negara Irak.
Perkembangan kaum syiah sangat pesat, banyak peristiwa peristiwa yang
terjadi seiring dengan perkembangannya, maka dari itu penting bagi kita
untuk mempelajari sejarah, ajaran, dan alirannya yang akan di bahas pada
makalah ini
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Syiah?
2. Bagaimana Sejarah Kemunculan Syiah?
3. Apa saja Aliran Syiah?
4. Apa saja Ajaran Syiah?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Syiah.
2. Untuk mengetahui Sejarah Kemunculan Syiah.
3. Untuk mengetahui aliran-aliran Syiah.
4. Untuk mengetahui ajaran-ajaran Syiah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syiah
Secara etimologi, Syi’ah berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata
Sya’a-yasyi’u-syi’an-syia’tan yang berarti pembela atau pendukung. Dipakai
kata ini untuk satu orang, dua orang atau banyak orang, baik laki-laki maupun
perampuan, kemudian kata ini dipakai secara khusus buat orang yang
mengikat Ali dan keuarganya untuk menjadi khalifah dan berpendapat bahwa
Ali dan keluarganyalah yang berhak menjadi khalifah. Kemudian kata Syi’ah
dipahami sebagai suatu aliran yang mengikuti Ali dan mengutamakannya atas
sahabat-sahabat Rasul yang lainnya.
Secara terminologi arti “Kaum Syiah Ali”, dalam lingkungan umat Islam
ialah kaum yang ber-i’tiqad atau berkeyakinan bahwa Ali adalah orang yang
berhak menjadi Khalifah pengganti nabi karena nabi berwasiat bahwa
pengganti beliau sesudah wafat adalah Ali.1
B. Sejarah Kemunculan Syiah
Paham Syi’ah tumbuh dari perselisihan paham dalam masalah Khalifah.
Ajaran Syi’ah berawal dari sebutan yang ditunjukkan kepada pengikut Ali,
yang merupakan pemimpin pertama ahl al-bait pada masa Nabi sendiri. Akar
permasalahan dari munculnya Syiah bermula dari perselisihan mereka terkait
siapa yang paling layak menjadi pemimpin setelah Rasullullah. Sebab,
Rasulullah sebelum wafat tidak menenentukan siapa yang akan
menggantikannya sebagai pemimpin umat dan negara.
Dalam hadits riwayat Bukhari menjelaskan ketika Aisyah bertanya
perihal wasiat kepada Ali sebagai Khalifah, Nabi Saw malah menanyakan
kembali siapa yang mengatakan demikian. Kemudian Nabi SAW menyuruh
Aisyah untuk mengambil kendi lalu beribadah. Sesudah itu beliau wafat dan
belum merasa berwasiat apapun kepada Aisyah. Kemudian para sahabat dari
bani Anshar dan Muhajirin berkumpul untuk menentukan siapa yang akan

1
Taufik Rahman, TAUHID-ILMU KALAM (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal 188.

3
menjadi khalifah. Sedangkan Ali pada saat musyawarah tersebut tidak
menghadiri karena sibuk mengurus jenazah Rasulullah Saw. Dari perdebatan
sengit tersebut terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah. Kemudian setelah
pemerintahan Abu Bakar beliau berwasiat agar Umar bin Khattab
menggantikan beiau. Dan setelah pemerintahan Umar bin Khattab sebelum
beliau wafat, Umar menunjuk panitia pemilihan khalifah penggantinya dan
terpilihlah Utsman bin Affan. Utsman bin Affan memerintah selama 13 tahun
beliau dibunuh oleh kaum pemberontak.2
Kaum muslimin yang tidak ikut dalam pemberontakan sepakat
mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti. Akan tetapi kaum Syi’ah
mengakui bahwa Ali adalah khalifah yang pertama karena mereka tidak
mengakui khalifah-khalifah sebelimnya yang dianggapnya sebagai
penyerobot. Selama pemerintahan Ali timbul beberapa hal yang
mengecewakan masyarakat sehingga muncul perpecahan golongan antara
pihak Ali, Siti Aisyah, Thalhah, dan Zubair hingga timbullah perang pertama
yang terjadi pada sesama kaum muslim yaitu perang Jamal. Kemenangan
perang ini berpihak pada Khalifah Ali dengan korban Thalhah dan Zubair
mati terbunuh sedangkan Siti Aisyah ditawan yang akhirnya dibawa pulang
ke Makkah dengan segala penghormatan karena beliau ibu mertua khalifah
Ali.
Sebulan kemudian terjadi perang Shiffin antara pihak Ali dan Muawiyah
yang terjadi selama 90 hari. Pada saat kaum Muawiyah terdesak kemudian
Amr memerintahkan pasukan agar mengangkat mushaf. Awanya Ali menolak
untuk berdamai tetapi didesak oleh sebagian kaumnya agar menerima
perdamaian tersebut. Dengan tipu daya muslihat Amr yang telah menipu
perwakilan Ali pada perjanjian Tahkim. Atas kejadian tersebut kaum
Murji’ah semakin marah atas penerimaan tahkim tersebut dan berencana
membunuh Ali, Muawiyah dan Amr pada hari yang sama tetepi mereka
hanya dapat membunuh Ali.

2
Sahilun.A Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam): Sejarah, Ajaran, Dan
Perkembangannya) (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2010), hal 76.

4
Setelah Ali meninggal, Hasan sebagai putra sulungnya diangkat sebagai
Khalifah. Karena Hasan tidak suka susah-susah maka dia memilih untuk
damai terhadap musuh dan hidup mengasingkan diri. Tetapi kaum Umayyah
masih memburunya dan beberapa bulan kemudian Hasan meninggal terkena
pedang beracun.
Muawiyah pendiri Bani Umayah berkedudukan di Damaskus. Pada masa
pemerintahannya orang-orang Syi’ah dan Khwarij diburu-buru, ditindas dan
ditangkap. Muawiyah sebelum meninggal mewasiatkan kekuasaan kepada
putranya yaitu Yazid bin Muawiyah.
Dalam syarat-syarat perdamaian Husain dengan Muawiyah. Haknya
(Husain) disebutkan dengan jelas atas kedudukan khalifah. Husain tidak
pernah bersedia mengakui gelar raja Zolim yang kejahatanyya dibencinya dan
wataknya dipandang menjijikkan.
Pada tahun 61 H/ 681 M, Zaid memerintahkan panglima Ubaidillah bin
Zaid untuk memerangi Huain. Mereka berjumpa di Karbela, dekat sungai
Eferet. Pada saat itu Husain hanya memiliki 80 pasukan dimana sangat tidak
sebanding degan pasukan Ubaidillah. Sayyidina Husain dan pasukannya mati
dibunuh semuanya dan kepala husain dipenggal dibawa beriring-iringan oleh
Ubaidillah sebagai tanda bakti kepada khalifah Yazid hal tersebut terjadi pada
hari 10 Muharram sehingga pada hari itu diperingati hari kesedihan oleh
orang-orang Syi’ah sebagai tanda terbunuhnya Husain pada tragedi Karbela.
C. Aliran Syiah
1. As-sabaiyah3
Merupakan kaum pengikut Abdullah bin Saba’, yaitu seorang Yahudi
yang menampakkan keislamannya dari keluarga Al-Khira, dialah orang
yang paling memusuhi Utsman bin Affan dan para Gurbernurnya .
Abdullah bin Saba’ menyebarkan pemikiran-pemikiran kebohongan
dengan tema sentralnya yakni Ali bin Abi Thalib secara bertahap di tengah
kaum muslimin, ia menyebarkan pendapat bahwa di dalam kitab taurat

3
Nur Sayyid Sanatoso Kristeva, SEJARAH TEOLOGI ISLAM DAN AKAR PEMIKIRAN
AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hal 123.

5
setiap Nabi itu mempunyai pewaris dan Ali adalah pewaris dari Nabi
Muhammad S.A.W . Abdullah Bin Saba’ memanfaatkan kepedihan umat
muslim paska terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, ia menebarkan cerita
bohong bahwa sebenarnya terbunuhnya Ali bin Abi Thalib itu adalah setan
yang menjelma menjadi Ali, sedangkan Ali bin Abi Thalib sebenarnya
naik ke atas langit sebagaimana yang terjadi pada Isa bin Maryam.
Selain itu Abdullah bin Saba’ juga menyebarkan isu bahwa Tuhan
merasuk kedalam tunuh Ali bin Abi Thalib sehingga disebut sebagai
jelmaan Tuhan.
2. Al-Ghurabiyah
Merupakan kelompok ekstrem Syiah yang menuhankan Ali sama
seperti As-Sabaiyah, namun mereka mendudukan Ali bin Abi Thalib
diatas Nabi Muhammad S.A.W , selain itu mereka juga beranggapan
bahwa risalah Islam sebenarnya diturunkan kepada Ali bin Abi Thalib ,
dikarenakan wajah Ali bin Abi Thalib serupa dengan Nabi Muhammad
S.A.W sehingga risalah itu diberikan kepada Nabi Muhammad S.A.W ,
sama halnya seperti burung gagak (Ghurah) yang mirip dengan burung
yang lainnya.
3. Al-Kaisaniyah
Merupakan pengikut dari Al-Mukhtamar bin Ubaid Ats-Tsaqofi,
mulanya Al-Mukhtamar adalah seorang Khawarij yang kemudian menjadi
Syiah, ada yang mengatakan bahwa Al-Kaisaniyah diambil dari nama asli
Al-Mukhtamar yakni “Kaisan”.
Tidak seperti keyakinan As-Sabaiyah yang berdasarkan atas
perubahan terhadap para imam dari ahli bait, akidah Al-Kaisaniyah berdiri
atas dasar bahwa imannya seseorang pribadi suci yang harus mereka taati,
mereka akui keilmuannya dan mereka percayai kemaksumannya karena
iman adalah rumus bagi ketuhanan.
Al-Kaisaniyah mempunyai keyakinan tentang “Ba’da”, yaitu suatu
keyakinan bahwa Allah SWT mengubah sesuatu yang dikehendaki sesuai
dengan kenyataan perubahan ilmu-NYA. Mereka juga mempercayai

6
adanya rekranasi ruh, yaitu suatu kepercayaan bahwa ruh yang keluar dari
satu tubuh dan masuk ke tubuh lainnya.4
4. Al-Zaidiyah
Merupakan kelompok syiah yang paling dekat dengan moderat kepada
jamaah islam, mereka tidak menyanjung seorang imam setingkat dengan
Nabi bahkan tidak mendekatkan kepada tingkatan itu, namun mereka
berkeyakinan bahwa para imam itu sama seperti halnya manusia lainnya,
hanya saja mereka adalah manusia yang paling utama sesudah Nabi,
mereka juga tidak mengarifkan sahabat Nabi sama sekali baik sahat yang
telah di baiat oleh Ali dan diakui kepemimpinannya sekalipun.
Aliran Zaidiyah menolak pernyataan bahwa imam yang diwasiatkan
olah Nabi Muhammad S.A.W itu telah disebut nama dan orangnya,
sebenarnaya wasia Nabi Muhammad hanyalah berupa ciri-cirinya saja, ciri
ciri tersebut ialah diantaranya adalah mengharuskan bahwa imam itu
berasal dari Bani Hisyam, saleh, takwa, alim, dermawan, dan hanya keluar
untuk berdakwah.
Ciri-ciri tersebut merujuk pada sifat dan kepribadian Ali bin Abi
Thalib, sehingga mereka beranggapan bahwa Ali bn Abi Thalib lah yang
patut menjadi imam setelah Rasulullah S.A.W
5. Al-Imamiyah
Aliran ini merupakan kaum yang meyakini imam-imam yang
melanjutkan setelah sepeninggal Nabi Muhammad S.A.W , keyakina
Imamiyah adalah bahwa Allah mempunyai hukum untuk setiap peristiwa,
seluruh perbuatan mukallafin tidak pernah lepas dari hukum islam yang
liam yaitu : wajib, haram, makruh, mandud, dan sunnah.
Aliran ini meyakini akan adanya keluarbiasaan pada diri seorang
imam guna menguatkan dan mendukung keimanannya, keluarbiasaan itu
sama halnya seperti Nabi.

4
Ibid, 124.

7
6. Al-Imamiyah Al-Islamiyah
Kelompok ini tersebar di berbagai negara yang terpancar di dalam
islam, diantaranya : Syam, India, Pakistan,, dan lain-lainnya. Aliran ini
dinisbatkan kepada Ismail bin Ja’far al-Shadiq, aliran ini berpendapat
bahwa penepatan Ismail sebagai imam setelah ayahnya adalah merupakan
nash dari ayahnya
7. Al-Hakimiyah
Merupakan suatu kelompok yang dianggap ekstream yang melampaui
batas-batas islam, mereka berlebih-lebihan dalam memahami al-Israq al-
Ilahi
8. An-Nushairiyah
Aliran ini beryakinan bahwa ahlul bait diberi wewenang yang mutlak.
Ali bin Abi Thalib belum mati, melainkan dia adalah Tuhan atau dekat
dengan menyerupai Tuhan, mereka sependapat dengan al-Bhatiniyah
bahwa syariat itu mempunyai lahir dan batin. Golongan ini melepaskan
diri dari islam dan membuang nilai-nilai islam. Pengaruh mereka meluas
pada zaman daulat al-Fatimiyah di Mesir dan Syam.
Kemunculan pemimpin mereka Al-Hasan bin al-Shabah yang
menyebarkan Da’i nya untuk menyeru kepada sektenya di Syam, sehingga
disana jumlah pengikutnya yang kegiatannya berpusat di bukit al-Nushairi
atau dulunya dikenal sebagai gunung al-Siman. Sebagian dari tokoh sekte
ini menarik hati para pengikutnya supaya mencintai sektenya dengan
menggunakan sejenis tumbuhan yang memabukkan yakni ‘Ganja”, oleh
karena itu dalam sejarah mereka disebut al-Hasyasyin.5
D. Ajaran Syiah
Syiah sendiri juga memiliki beberapa ajaran, sebagai berikut:
1. Imamah

5
Ibid, hal 125-127.

8
Berasal dari kata imam yang memiliki arti dan bersinonim khilafah6,
jadi Imamah merupakan kepemimpinan. Ali Syariati menjelaskan bahwa
immamah buah dari pemikiran syiah yang bermaksudkan untuk
membangun kepemimpinan yang progresif dan revolusioner namun
bertentangan dengan rezim politik, untuk membangun masyarakat yang
kuat dan diatas pondasi yang benar, kekal menuju kesadaran, perubahan
dan kemandirian dalam mengambil keputusan.
Setelah Rasulullah wafat harus ada yang menggantikan posisi beliau
sebagai seorang pemimpin, terutama dari kalangan ahl bait melalui
keturunan Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah Az-Zahrah. penganut syiah
berpaham bahwa konsep imamah meliputi tiga aspek, yaitu: permberi
petunjuk, pemimpin umat, pengganti kedudukan Nabi SAW dan
menyampaikan ajaran islam. Dengan berpijak pada tiga aspek tersebut
ditambah dengan makna spiritual, maka yang berhak menjadi imam
setelah Nabi Muhammad SAW wafat adalah Ali bin Abi Thalib.7
Menurut Abdullah ibn Saba' (tokoh al-Saba'iyah) menyatakan
bahwa, dalam konteks imamah sendiri menyatakan bahwa jabatan
khalifah yang paling tepat adalah Ali. oleh karena itu, seseorang yang
menduduki jabatan kekhalifan sebelumnya dianggap merampas jabatan
Ali dengan nyata.8
Menurut al-Kamiliyah (kelompok Abi Kamal) bahwa imamah yaitu
cahaya yang berpindah-pindah dari seseorang kepada orang lain. apabila
cahaya tersebut pada diri seseorang, maka ada kalangan berbentuk
kenabian dan pada orang lain hanya berbentuk imamah, dan imamah
sendiri dapat berganti kenabian. kepercayaan ini didasarkan pada
tanasuq, yaitu bahwa ruh dapat berganti badan. al-Khattabiyah

6
Muhammad Hasbi, Ilmu Kalam: Memotret Berbagai Teologi Dalam Islam
(Yogyakarta: Trustmedia Publishing, 2015), hal 44.
7
Yunan Yusuf, ALAM PIKIRAN ISLAM PEMIKIRAN KALAM: Dari Khawarij Ke Buya
Hamka Hingga Hasan Hanafi (Jakarta: KENCANA, 2014), hal 161.
8
Ibid., hal 45.

9
(kelompok Abi al-Khattab, Muhammad ibn Abi al-Asadi al-Ajdar)
berpendapat bahwa ketuhanan itu adalah cahaya yang ada pada imamah.
Menurut pandangan al-Ba'iyah (kelompok al-Ba'bin Dira'i al-Dausi)
bahwa Ali sesungguhnya lebih utama dari Nabi Muhammad SAW.
bahkan golongan ini mengolok Nabi Muhammad dan mengatakan
Muhammad diutus untuk menyampaikan kepada Ali tetapi dia menyeru
untuk dirinya sendiri. apabila dilihat dari segi akidah, maka konsep ini
terlalu jauh menyimpang dari akidah yang sesungguhnya. karena
konsepnya yang lebih memuliakan Ali daripada Nabi Muhammad SAW
bahkan menyamakan Ali dengan Tuhan.
Berpijak dari beberapa pandangan tentang konsep imamah dapat
disimpukan bahwa konsep ini mengandung unsur ketuhanan. dengan
demikian, dalam pandangan mereka Ali adalah Tuhan yang selalu
menjelma dalam diri setiap imam sampai ke imam mahdi.
2. Ishmah
Menurut golongan Syiah bahwa imam-imam mereka itu
sebagaimana para Nabi, adalah bersifat al-ishmah atau ma'shum
(terpelihara dari lupa dan tersalah) dalam segi tindak lakunya. hal ini
didasari pada:9
a. Apabila imam berbuat salah, maka dibutuhkan imam lain untuk
memberikan petunjuk. oleh karena itu imam tidak boleh salah atau
bisa dibilang harus ma'shum.
b. Imam itu adalah pemeliharaan syariat. apabila tidak sesuai, maka
akan terjadi pemeliharaan yang lain. lawannya syiah menolak konsep
tersebut, dengan alasan bahwa itu bukan memelihara syariat, tetapi
sebagai pelaksana syariat.
Sejatinya, pikiran terhadap adanya sifat ma'shum itu jauh daripada
tabiat manusia, yang mempunyai hawa nafsu, kecenderungan sifat baik
dan buruk. keutamaan manusia itu tidak terletak pada segi ma'shumnya,

9
Yusuf, ALAM PIKIRAN ISLAM PEMIKIRAN KALAM: Dari Khawarij Ke Buya Hamka
Hingga Hasan Hanafi., hal 163

10
tetapi pada kmampuannya berbuat baik dan meinggalkan keburukan.
sedang tabiat ma'shum hanya ada pada malaikat saja.10
3. Asyura
Memperingati hari ke-10 bulan Muharam, sebagai hari berkabung
atas meninggalnya Imam Husein bin Ali yang terbunuh di padang
Karbala. Di kalangan Syiah disebut dengan upacara raudhah-khani,
semacam ritual atau suatu prosesi gabungan dari khotbah, pembacaan
sajak, pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, dan pertunjukan drama yang
melukiskan kehidupan imam-imamyang menyedihkan, khususnya Imam
Husain Saydus Syuhada. Dalam ajaran ini terkadang ritualnya hingga
menyakiti diri sendiri seperti melukai tubuhnya sendiri sampai berdarah,
dengan maksud untuk merasakan penderitaan imam husain dalam
musibah Perang Karbala.
4. Al-Bada’
Keyakinan bahwa Allah SWT dapat mengubah atau membatalkan
ketentuan yang sudah ditetapkan-Nya mengubah dengan ketetapan-Nya.
Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam surah Ar-ra’d ayat 39:11
ِ َ‫شا ٓ ُء َوي ُۡث ِب ُۖتُ َو ِعن َدهُۥٓ أ ُ ُّم ۡٱل ِك َٰت‬
٣٩ ‫ب‬ ‫يَمۡ ُحواْ ه‬
َ َ‫ٱَّللُ َما ي‬
Artinya: Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan
menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat
Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh). (Q.S Ar-Ra’d:39)
Ayat tersebut dipahami oleh pihak Syiah, yang dijelaskan oleh
Murtadha Mutahhari bahwa “Ilmu Allah dapat mengalami perubahan,
dalam arti bahwa Allah memiliki pengetahuan tertentu yang dapat
mengalami perubahan. Hukum Allah dapat mengalami pembatalan.
Contohnya seperti Nabi Ibrahim a.s yang akan menyembelih anaknya
sendiri yaitu Ismail, namun diubah dengan seekor domba dengan
ketetuan Allah.

10
Sahilun.A Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam): Sejarah, Ajaran, Dan
Perkembangannya) (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2010)., hal 86.
11
Ibid., hal 165.

11
5. Imam Mahdi dan al-Raja’ah
Konsep al-Mahdi sendiri adalah kepercayaan akan turunnya imam
mahdi di akhir zaman nanti.12 konsep ini terbentuk setelah Ali bin Abi
Thalib wafat, kemudian Abdullah ibn Saba' mencanangkan bahwa ali
tidak wafat, karena yang terbunuh oleh Ibnu Muljam sebenarnya iblis
yang menyerupai Ali. menurut beliau berpendapat bahwa Ali sekarang
berada di awan, dan mengibaratkan bahwa guntur adalah amarahnya.
kemudian dia akan kembali turun ke bumi untuk menghalau si pembuat
bathl dengan tongkat bermata tiga (trisula).
Sedang konsep al-Raja'ah adalah kembalinya imam yang
tersembunyi. mereka mempercayai bahwa Nabi Muhammad SAW, Ali ,
Hasan dan Husein bin Ali ra dan imam-imam syiah akan kembali.
bersamaan dengan itu Abu Bakar, Umar, Utsman, Mu'awiyah, Yazid bin
Mu'awiyah, dan lain-lain menyusul turun ke bumi.
6. Taqiyyah
Taqiyyah berarti menyembunyikan paham atau sikap berhati-hati
menjaga keselamatan jiwa karena khawatir bahaya mengancam, dengan
menyembunyikan identitasnya. Sehingga apa yang tampak secara
lahiriyah berbeda dengan apa yang ada di hati, dengan demikian taqiyyah
berarti berbohong. Mereka mendasarkan pijakan taqiyyah pada Q.S Ali-
Imran ayat 28.13
Menurut kaum syiah ungkapan menjaga diri terhadap mereka
(orang-orang kafir) dengan sebaik-baiknya diterjemahkan dari tattaqu
minhum tuqatan, dan kata kata tattaquu dan tuqatan mempunyai akar kata
yang sama dengan taqiyah.

12
Hasbi, Ilmu Kalam: Memotret Berbagai Teologi Dalam Islam, Op.Cit, hal 50.
13
Taufik Rahman, TAUHID-ILMU KALAM (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal
193.

12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Syiah merupakan aliran yang lebih condong ke Ali bin Abi Thalib atau bisa
disebut sebagai pendukungnya Ali. Aliran ini dipandang aneh bahkan sampai
sesat karena kefanatikan akan kepada Ali bin Abi Thalib. Kemudian, mereka
berpendapat bahwa imam mereka harus memiliki sifat ma’shum (terpelihara dari
lupa dan kesalahan). Beberapa ajaran dan aliran yang ada pada syiah cenderung
menyimpang dari ajaran islam yang sesungguhnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hasbi, Muhammad. Ilmu Kalam: Memotret Berbagai Teologi Dalam Islam.


Yogyakarta: Trustmedia Publishing, 2015.

Nasir, Sahilun.A. Pemikiran Kalam (Teologi Islam): Sejarah, Ajaran, dan


Perkembangannya). Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2010.

Rahman, Taufik. TAUHID-ILMU KALAM. Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Sanatoso Kristeva, Nur Sayyid. SEJARAH TEOLOGI ISLAM DAN AKAR


PEMIKIRAN AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014.

Yusuf, Yunan. ALAM PIKIRAN ISLAM PEMIKIRAN KALAM: Dari Khawarij Ke


Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi. Jakarta: KENCANA, 2014.

Anda mungkin juga menyukai