Anda di halaman 1dari 2

IMPLIKASI PENEMPATAN KOSA KATA DI DEPAN DAN DI BELAKANG

TERHADAP PENAFSIRAN AL-QUR’AN


(Analisis Terhadap QS. al-Baqarah[2]: 62, QS. al-Maidah[5]: 69
dan QS. al-Hajj[22]: 17)

Oleh: Darsini

Tidak diragukan lagi bahwa Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah Swt sebagai
mukjizat atas kerasulan Muhammad SAW memiliki uslub atau gaya bahasa yang sangat
luar biasa. Setiap redaksi yang digunakan, pemilihan serta penempatan kata dalam
setiap ayatnya memiliki makna yang mendalam. Setiap perubahan kata atau kalimatnya
mengakibatkan perubahan maknanya.1 Susunan kata per-kata, kalimat per-kalimat
dalam Al-Qur’an juga bukanlah suatu kebetulan tanpa pesan, melainkan dibalik setiap
susunan tersebut pasti memiliki maksud tersembunyi yang ingin disampaikan kepada
pembacanya, Salah satu bentuk gaya bahasa dalam Al-Qur’an yang menarik perhatian
adalah mengenai penempatan kosa kata di depan dan dibelakang pada ayat Al-Qur’an,
atau biasa disebut dengan istilah Taqdim wa Ta’khir.

Taqdim dan Ta’khir merupakan salah satu unsur dalam kaidah penafsiran yang
membahas mengenai didahulukan atau diakhirkannya suatu kata atas kata yang lain
dalam ayat Al-Qur’an.2 Dalam surat an-Nuur ayat 2 misalnya disebutkan : ‫ ّزانِي‬:‫ةُ َو ال‬:َ‫ال َّزانِي‬
‫“ فَاجْ لِدُوا ُك َّل َوا ِح ٍد ِم ْنهُ َما ِمائَةَ َج ْل َد ٍة‬Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka
deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera” Terlihat pada ayat yang
membahas persoalan zina di atas, lafadh ُ‫( ال َّزانِيَة‬perempuan pezina) didahulukan dari
pada lafadh ‫( ال ّزانِي‬laki-laki pezina). Lain halnya dalam surat al-Maidah ayat 38 yang
menyebutkan: ‫ ِد يَهُ َما‬:‫ا ْقطَعُوا أَ ْي‬::َ‫ارقَةُ ف‬
ِ :‫الس‬ ُ ‫ار‬
َّ ‫ق َو‬ َّ “Laki-laki yang mencuri dan perempuan
ِ :‫الس‬
yang mencuri, potonglah tangan keduanya” Ayat yang membahas mengenai hukuman
bagi pencuri ini mendahulukan lafadh ‫ق‬ ِ ‫( الس‬laki-laki pencuri) daripada lafadh ُ‫َّارقَة‬
ُ ‫َّار‬ ِ ‫َوالس‬
(wanita pencuri).

Hal tersebut tentu menimbulkan pertanyaan, mengapa dalam masalah


perzinahan perempuan disebutkan terlebih dahulu daripada laki-laki? Sedangkan dalam
1
Sukamta, “Hubungan Antara Lafal, Kontkes, Dan Makna Dalam Al-Qur’an,” Adabiyyāt: Jurnal
Bahasa dan Sastra I, no. 2 (2017).
2
Ilyas Thahir, “Kaidah Al-Taqdim Wa Al-Takhir Dalam Al- Qur’an,” Jurnal Ilmiah Islamic
Resources FAI-UMI Makassar 16, no. 2 (2008): 135–146.
pencurian laki-laki disebutkan terlebih dahulu daripada perempuan?. Setelah dilakukan
analisis mendalam ditemukanlah jawaban atas permasalahan tersebut. Menurut Abu
Su’ud dalam tafsirnya, alasan perempuan disebutkan terlebih dahulu dalam hal
perzinahan daripada laki-laki, karena kebanyakan yang mengajak kepada perbuatan
zina, dengan perilaku cara berpakaian yang membuka aurat, sehingga mengundang
syahwat adalah kaum wanita.3 Sedangkan alasan laki-laki didahulukan daripada
perempuan dalam hal pencurian menurut Abdul Azhîm Muth’ini adalah karena
pencurian dilakukan kebanyakan oleh kaum pria dari pada kaum wanita. Karena kaum
prialah yang memikul persoalan tanggung jawab mencari nafkah.4

Permasalahan-permasalahan seperti inilah yang menjadi pembahasan dari kajian


taqdim dan ta’khir, yaitu berusaha menyingkap makna dan rahasia atas didahulukannya
atau diakhirkannya suatu kata atas kata yang lain dalam Al-Qur’an. Dalam kajian ini
penulis akan mencoba melakukan analisis terhadap QS. al-Baqarah[2]: 62, al-
Maidah[5]: 69 dan al-Hajj[22]: 17. Ketiga ayat ini memiliki permasalahan terkait
dengan kaidah taqdim dan ta’khir yang menarik untuk dikaji. Dimana dalam QS. al-
ٰ
Baqarah[2]:62 terdapat lafadh ‫الصبِئين‬ (dengan I’rab jar) yang diakhirkan dari lafadh
ٰ
‫ النصرى‬, sedangkan dalam QS. al-Maidah[5]: 69 lafadh ‫الصبِئون‬ (dengan I’rab Rafa’)
ٰ
didahulukan dari lafadh ‫ النصرى‬, kemudian dalam QS. al-Hajj[22]: 17 lafadh ‫الصبِئين‬
(dengan I’rab jar) didahulukan dari lafadh ‫النصرى‬. Bagaimana implikasi makna dari
ketiga ayat tersebut terkait dengan didahulukan dan diakhirkannya lafadh / ٰ
‫الصبِئين‬
ٰ
‫الصبِئون‬ inilah yang akan berusaha penulis kaji dalam penelitian ini.

3
Hasbullah Diman, “Taqdîm Dan Ta’kh Îr Dalam Al- Qur’an Dan Tafsirnya,” n.d.
4
Ibid.

Anda mungkin juga menyukai