Oleh: Darsini
Tidak diragukan lagi bahwa Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah Swt sebagai
mukjizat atas kerasulan Muhammad SAW memiliki uslub atau gaya bahasa yang sangat
luar biasa. Setiap redaksi yang digunakan, pemilihan serta penempatan kata dalam
setiap ayatnya memiliki makna yang mendalam. Setiap perubahan kata atau kalimatnya
mengakibatkan perubahan maknanya.1 Susunan kata per-kata, kalimat per-kalimat
dalam Al-Qur’an juga bukanlah suatu kebetulan tanpa pesan, melainkan dibalik setiap
susunan tersebut pasti memiliki maksud tersembunyi yang ingin disampaikan kepada
pembacanya, Salah satu bentuk gaya bahasa dalam Al-Qur’an yang menarik perhatian
adalah mengenai penempatan kosa kata di depan dan dibelakang pada ayat Al-Qur’an,
atau biasa disebut dengan istilah Taqdim wa Ta’khir.
Taqdim dan Ta’khir merupakan salah satu unsur dalam kaidah penafsiran yang
membahas mengenai didahulukan atau diakhirkannya suatu kata atas kata yang lain
dalam ayat Al-Qur’an.2 Dalam surat an-Nuur ayat 2 misalnya disebutkan : ّزانِي:ةُ َو ال:َال َّزانِي
“ فَاجْ لِدُوا ُك َّل َوا ِح ٍد ِم ْنهُ َما ِمائَةَ َج ْل َد ٍةPerempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka
deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera” Terlihat pada ayat yang
membahas persoalan zina di atas, lafadh ُ( ال َّزانِيَةperempuan pezina) didahulukan dari
pada lafadh ( ال ّزانِيlaki-laki pezina). Lain halnya dalam surat al-Maidah ayat 38 yang
menyebutkan: ِد يَهُ َما:ا ْقطَعُوا أَ ْي::َارقَةُ ف
ِ :الس ُ ار
َّ ق َو َّ “Laki-laki yang mencuri dan perempuan
ِ :الس
yang mencuri, potonglah tangan keduanya” Ayat yang membahas mengenai hukuman
bagi pencuri ini mendahulukan lafadh ق ِ ( السlaki-laki pencuri) daripada lafadh َُّارقَة
ُ َّار ِ َوالس
(wanita pencuri).
3
Hasbullah Diman, “Taqdîm Dan Ta’kh Îr Dalam Al- Qur’an Dan Tafsirnya,” n.d.
4
Ibid.