Disusun oleh:
Nurul Hidayah (181111012)
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
C. Tujuan ................................................................................................................. 1
Kesimpulan ................................................................................................................. 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Untuk mengetahui contoh-contoh ayat yang ditafsirkan menggunakan
tafsir ar-Ra’y wa al-Ijtihad.
2
BAB II
PEMBAHASAN
SWT
1
M Amin Suma, Ulumul Qur’an, PT RAJAGRAFINDO PERSADA, Depok, hal 350.
2
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, CV Pustaka Setia, Bandung, hal 161.
3
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: PUSTAKA AL-
KAUTSAR, 2004), hal 441.
3
ۡ َ َ َ ُ َۡ َ
٣ ..... َو� �قف َم ا ليۡ َس ل ك بِهِۦ عِل ٌ ۚم
ِ َﻣ ْﻦ ﻗَﺎ َﻝ ﻓِ ْﻲ ﺍ ْﻟﻘُ ْﺮﺁ ِﻥ ﺑِ َﺮﺃْ ِﻳ ِﻪ – ﺃ َ ْﻭ ﺑِ َﻤﺎ ﻻَ ﻳَ ْﻌﻠَﻢ – ﻓَ ْﻠﻴَﺘ َﺒَ ﱠﻮﺃْ َﻣ ْﻘﻌَﺪَﻩُ ﻣِ ﻦَ ﺍﻟﻨﱠ
( ﻭ ﺍﻟﻨﺎﺳﻌﻴﻮﻭ ﺃﺑﻮﺩﺍﻭﺩ, ) ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬ.ﺎﺭ
4
Syaikh Muhammad Shaleh Al-Utsaimin, Syarah Pengantar Studi Ilmu Tafsir Ibnu
Taimiyah (Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2014), hal 20.
5
Ibid., hal 351.
4
1. Tafsir bi ar-Ra’y Mahmud (Terpuji)
Merupakan tafsir yang tepat sasaran dengan tujuan yang dikandungnya,
terbebas dari kesesatan dan kebodohan. selaras dengan bahasa Arab yang
benar, dan berpijak pada dasar-dasar nash Al-Qur'an. Siapa saja yang
menafsirkan Al-Qur'an dengan menggunakan ijtihad yang sah maka
penafsirannya diangap boleh, ja'iz 6.
Tafsir ar-Ray’i Maqbul (Terpuji) memiliki beberapa ciri-ciri, seperti
berikut: 7
a. Sesuai dengan tujuan al-syari’ (Allah SWT).
b. Jauh atau terhindar dari kesalahan dan kesesatan
c. Dibangun atas dasar kaidah-kaidah kebahasaan (bahasa arab) yang tepat
dengan mempraktikan gaya bahasa (uslubnya) dalam memahami nash-
nash Al-Qur’an.
d. Memperhatikan kaidah-kaidah penafsiran.
2. Tafsir bi ar-Ra’y Madzmum (Tercela)
Menafsirkan ayat Al-Quran tanpa didasari pengetahuan yang memadai,
menafsirkan hanya dengan ambisisnya saja tanpa dibarengi dengan
kemampuan dalam penguasaan kaidah-kaidah tafsir atau hanya
mengandalkan mazhab yang salah atau bid’ah dan sesat. Tafsir ini
berkebalikan dengan tafsir mahmud dan hasil tafsirannya tidak diterima. 8
Tafsir bi ar-Ray’ Madzmum (tercela) memiliki beberapa ciri-ciri, antara
lain:
a. Mufassirnya tidak mempunyai keilmuan yang memadai (bodoh)
b. Tidak didasarkan kepada kaidah-kaidah keilmuan
c. Menafsirkan Al-Qur’an dengan semata-mata mengandalkan
kecenderungan hawa nafsu
d. Mengabaikan atura-aturan bahasa Arab dan aturan syariah yang
menyebabkan penafsirkannya menjadi rusak, sesat, dan menyesatkan.
6
Al-Dzahabi, Tafsir Al-Qur’an: Sebuah Pengatar, hal 71-72.
7
Ibid, 351.
8
Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an Pegantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Depok: KENCANA,
2017), hal 150.
5
Oleh karena itu, hasil tafsiran ini tidak bisa diterima karena hasilnya
merupakan sebuah tafsiran yang cacat/sesat.
Setelah melihat macam dari tafsir ar-Ra’y, ada beberapa hal yang harus
diketahui oleh seorang mufassir yang akan menggunakan tafsir ini yaitu
sumber-sumber Tafsir bi ar-Ra’y. Walaupun tafsir ar-Ra’y sendiri lebih
mengedepankan akal/logika namun seorang mufassir harus mengetahui
beberapa sumber tafsir ini agar hasil dari tafsirannya tidak masuk dalam
kategori tafsir madzmum (tercela), diantaranya yaitu 9:
1) kembali kepada al-Quran itu sendiri.
2) penukilan dari Rasulullah SAW.
3) mengambil penafsiran yang sudah benar dari sahabat Nabi dan tidak
berusaha untuk mengubah-ubahnya.
4) Senantiasa mengacu pada makna kata mutlak (sudah jelas).
5) Penafsiran yang mengacu pada pemaknaan kata dengan didasari oleh
pemahaman yang kuat tentang hukum syara'.
B. Karakteristik Menafsirkan Al-Qur’an dengan Tafsir ar-Ra’y wa al-
Ijtihad
Ada beberapa karakteristik penafsiran dari Tafsir ar-Ra’y wa al-Ijtihad,
diantaranya adalah:
1. Lebih cenderung kepada akal/logika/pemikiran para ahli tafsir, dibanding
menggunakan periwayatan dari Rasulullah SAW, Sahabat hingga
Tabi’in.
2. Mencari salah satu dalil untuk menjadi penguat argument para ahli tafsir.
3. Hasil dari tafsir ini bisa diterima bisa juga ditolak, dengan alasan tertentu.
C. Contoh Penafsiran AL-Qur’an dengan Tafsir ar-Ra’y wa al-Ijtihad
1. Penafsiran terhadap surat Ar-Rahman ayat 26-27:
ۡ ۡ َ َ َۡ ُ َ ّ َ ُ ۡ َ َ ۡ َ َ َ َ َۡ َ ۡ َ ُّ
٢ ٱ�ك َر ِام
ِ � وجه ر�ِك ذو ٱ�� ٰ ِل و
ٰ و�ب٢ ان
ٖ ُ من عليها ف
9
Muhammad Husain, Tasir Al-Qur’an: Sebuah Pengantar (Yogyakarta: Baitul Hkmah
Press, 2016), hal 71.
6
Artinya: Semua yang ada di bumi itu akan binasa(26). Dan tetap kekal
Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan(27). (Q.S Ar-
Rahman:26-27).
َ
Lafadz فا ٖنdiplesetkan oleh seseorang dengan partai PAN (Partai Amanat
Nasional). Kata fan ( )ﻓﺎﻥpada ayat diatas berarti binasa (rusak), tidak ada
korelasinya dengan Partai Amanat Nasional (PAN) yang nota bene berasal
dari bahasa Indonesia. Tambahan pula bukan partai Islam mengingat partai
politik ini bersifat terbuka untuk penganut agama apa saja meskipun tetap
didominasi oleh orang-orang islam. Dilihat dari ciri-cirinya, tafsir ini lebih
mengarah pada tafsir madzmum (tercela). 10 9F
benda terkecil, misalnya atom, newton dan ditafsirkan dengan biji sawi,
gandum, dan semut gatal. 11 10F
10
Ibid., hal 355.
11
Ibid., hal 352.
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tafsir ar-Ra’y wa al-Ijtihad merupakan tafsir yang cenderung pada
argument para ahli tafsir, dengan pemikiran yang obyektif dan disepakati
bersama. Tafsir ini muncul setelah Tafsir Qur’an masa Tabi’in, dan pesat
perkembangannya hingga sekarang. Tafsir ini memiliki dua macam yaitu,
Tafsir Mahmud/terpuji dan Tafsir Madzmum/tercela.
8
DAFTAR PUSTAKA