Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KAJIAN KAEDAH TAFSIR (GRAMMAR)

Penafsiran Al-Qur’an dengan Al-Ra’y Wa Al-Ijtihad


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Semester Ganjil Mata kuliah
Kajian Kaedah Tafsir (Grammar)
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Erwati Aziz., M.Ag.

Disusun oleh:
Nurul Hidayah (181111012)

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat-Nya,


sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ‘Kajian Kaedah Tafsir (Grammar)
tentang Penafsiran Al-Qur’an dengan al-Ra’y wa al-Ijtihad’. Shalawat serta salam
tak lupa penulis curahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad yang di
nanti-nantikan syafa’atnya di hari akhir.
Dalam penulisan dan pembuatan makalah tersebut, penulis menemui
beberapa hambatan yang disebabkan karena terbatasnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu sudah sepatutnya penulis berterima kasih kepada dosen
pembimbing yaitu, Ibu Dr. Hj. Erwati Aziz., M.Ag. yang telah memberikan
berbagai ilmu yang sangat berguna bagi penulis.
Ketika menyusun makalah ini penulis menyadari bahwa masih ada
kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
terkhususnya bagi para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Surakarta, 19 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1

C. Tujuan ................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................3

A. Pengertian Tafsir ar-Ra’y wa al-Ijtihad................................................................ 3

B. Karakteristik Menafsirkan Al-Qur’an dengan Tafsir ar-Ra’y wa al-Ijtihad ........... 6

C. Contoh Penafsiran AL-Qur’an dengan Tafsir ar-Ra’y wa al-Ijtihad...................... 6

BAB III PENUTUP .......................................................................................................8

Kesimpulan ................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an merupakan mukjizat Islam yang abadi dimana semakin maju
ilmu pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Merupakan
sumber hukum yang pertama bagi umat islam. Bahasan dalam Al-Quran
sendiri sudah paten karna merupakan kalamullah atau dapat dikatakan
sebagai perkataan Allah SWT langsung, kemudian disampaikan oleh malaikat
Jibril, Jibril membacakan kalam tersebut kepada Nabi Muhammad SAW, dan
disampaikannya kepada umat.
Memahami Al-Qur’an sendiri bagi orang awam mungkin agak susah dan
membutuhkan tafsiran untuk memperjelas maksud dari ayat atau surat
tersebut. saat akan menafsirkan ada lima sumber penafsiran, salah satunya
adalah penafsiran Al-Qur’an dengan ar-Ra’y wa al-Ijtihad. Secara garis lurus
penafsiran tersebut merupakan penafsiran yang cenderung kepada rasio atau
akal para mufassir.
Pada masa sekarang ini biasanya para mufassir menafsirkan ayat Al-
Qur’an dengan rasionya kemudian di setujui atau disebut juga dengan ijtihad
para ulama. ar-Ra’y wa al-Ijtihad sendiri memiliki beberapa kriteria, dan
metode dalam melaksanakan tafsiran tersebut. maka dari itu penulis akan
membahas lebih lanjut dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian tafsir ar-Ra’y wa al-Ijtihad?
2. Apa kriteria saat menafsirkan al-quran dengan ar-Ra’y wa al-Ijtihad?
3. Bagaimana contoh dalam menafsirkan al-quran dengan ar-Ra’y wa al-
Ijtihad?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tafsir ar-Ra’y wa al-Ijtihad.
2. Untuk mengetahui kriteria dalam menafsirkan al-quran dengan ar-Ra’y
wa al-Ijtihad.

1
3. Untuk mengetahui contoh-contoh ayat yang ditafsirkan menggunakan
tafsir ar-Ra’y wa al-Ijtihad.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir ar-Ra’y wa al-Ijtihad


Berdasarkan etimologi ra’yi ( ‫ ) ﺭﺃﻱ‬berasal dari kata ra’a-yar’i-ra’ayan-
wa ru’yatan ( ‫ﻭﺭﺅﻳﺔ‬- ‫ﺭﺅﻳﺎ‬- ‫ﻳﺮﻱ‬- ‫ ) ﺭﺃﻱ‬yang berarti melihat (bashara), mengerti,
menyangka, atau analogi (qiyas), dan (i’tihad). Oleh sebab itu tafsir ar-Ra’y
dapat disebut juga dengan tafsir bi al-dirayah/bi al-ijtihad.1 Sedangkan secara
0F

terminologi ada beberapa ahli ilmu tafsir mendefinisikan tafsir bi ar-Ra’y,


seperti:
Al-Farmawi, menafsirkan bahwa Al-Qur’an dengan ijtihad setelah
mufasir yang bersangkutan mengetahui metode yang digunakan orang-orang
arab ketika berbicara dan mengetahui kosa kata Arab beserta muatan artinya.
Adz-Dzahabi menurutnya tafsir ini menjelaskan beberapa ayat Al-Qur’an
dengan berdasarkan ijtihad dan pemikiran mufasir setelah mengetahui bahasa
Arab dan metodenya, dalil hukumnya, serta problema penafsiran (asbab al-
nuzul dan nasikh-mansukh).2 1F

Intinya, tafsir bi ar-Ra’y ialah menafsirkan Al-Qur’an dengan lebih


mengutamakan berbagai pemikiran para ahli tafsir yang kemudian disepakati
bersama atau sering disebut dengan ijtihad.
Tafsir ar-Ra’y wa al-Ijtihad ini berkembang pesat setelah abad ke-3 atau
lebih tepatnya masa Tabi’in. Namun, walaupun tafsir ini berkembang dengan
pesat para ulama terdahulu memiliki argument yang berbeda tentang tafsir ar-
Ra’y wa al-Ijtihad. Ada yang menolak ada juga yang memperbolehkan.
Menafsirkan Al-Qur’an dengan ar-Ra’y atau rasio atau ijtihad semata tanpa
atas dasar yang shahih adalah haram3, tidak boleh dilakukan. Firman Allah
2F

SWT

1
M Amin Suma, Ulumul Qur’an, PT RAJAGRAFINDO PERSADA, Depok, hal 350.
2
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, CV Pustaka Setia, Bandung, hal 161.
3
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: PUSTAKA AL-
KAUTSAR, 2004), hal 441.

3
ۡ َ َ َ ُ َۡ َ
٣ ..... ‫َو� �قف َم ا ليۡ َس ل ك بِهِۦ عِل ٌ ۚم‬

Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak


mempunyai pengetahuan tentangnya.... (Q.S. Al-Isra’:36)

Rasulullah SAW bersabda,

ِ ‫َﻣ ْﻦ ﻗَﺎ َﻝ ﻓِ ْﻲ ﺍ ْﻟﻘُ ْﺮﺁ ِﻥ ﺑِ َﺮﺃْ ِﻳ ِﻪ – ﺃ َ ْﻭ ﺑِ َﻤﺎ ﻻَ ﻳَ ْﻌﻠَﻢ – ﻓَ ْﻠﻴَﺘ َﺒَ ﱠﻮﺃْ َﻣ ْﻘﻌَﺪَﻩُ ﻣِ ﻦَ ﺍﻟﻨﱠ‬
(‫ ﻭ ﺍﻟﻨﺎﺳﻌﻴﻮﻭ ﺃﺑﻮﺩﺍﻭﺩ‬,‫ ) ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬ‬.‫ﺎﺭ‬

Barang siapa berkata tentang AL-Qur’an menurut pendapatnya sendiri


atau menurut apa yang tidak diketahuinya, hendaklah ia menempati tempat
duduknya di dalam neraka. ( H.R. At-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Abu Daud .

Dalam riwayat lain dengan redaksi berbeda dinyatakan, “Barang siapa


berkata tentang Al-Qur’an dengan rasionya, walaupun ternyata benar, ia
telah melakukan kesalahan.”
Oleh karena itu, para ulama sangat berhati-hati ketika menafsirkan Al-
Qur’an menggunakan ar-ra’y. Bahkan apabila seorang mufassir akan
menafsirkan Al-Qur’an dengan ijtihad harus memenuhi beberapa syarat,
seperti: Pertama, seorang ahli tafsir harus menguasai dan menghafal Al-
Qur’an. Kedua, harus menguasai sunnah secara metodologi lewat pengujian
cermat, atau punya keahlian menghafal hadist, dan tahu dalil mana yang akan
menjadi penguat akan penafsirannya. Ketiga, harus menguasai kaidah-kaidah
bahasa Arab. Keempat, harus menguasai Ushul Fikih, karena merupakan
dasar-dasar untuk menentukan hukum.4 3F

Tafsir ar-Ra’y wa al-Ijtihad ada yang dianggap benar/tepat karena layak


dipedomi, ada juga yang tidak layak untuk tidak dipedomi. Maka dari itu para
ulama membagi Tafsir ar-Ra’y menjadi dua macam, yaitu 5: 4F

4
Syaikh Muhammad Shaleh Al-Utsaimin, Syarah Pengantar Studi Ilmu Tafsir Ibnu
Taimiyah (Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2014), hal 20.
5
Ibid., hal 351.

4
1. Tafsir bi ar-Ra’y Mahmud (Terpuji)
Merupakan tafsir yang tepat sasaran dengan tujuan yang dikandungnya,
terbebas dari kesesatan dan kebodohan. selaras dengan bahasa Arab yang
benar, dan berpijak pada dasar-dasar nash Al-Qur'an. Siapa saja yang
menafsirkan Al-Qur'an dengan menggunakan ijtihad yang sah maka
penafsirannya diangap boleh, ja'iz 6.
Tafsir ar-Ray’i Maqbul (Terpuji) memiliki beberapa ciri-ciri, seperti
berikut: 7
a. Sesuai dengan tujuan al-syari’ (Allah SWT).
b. Jauh atau terhindar dari kesalahan dan kesesatan
c. Dibangun atas dasar kaidah-kaidah kebahasaan (bahasa arab) yang tepat
dengan mempraktikan gaya bahasa (uslubnya) dalam memahami nash-
nash Al-Qur’an.
d. Memperhatikan kaidah-kaidah penafsiran.
2. Tafsir bi ar-Ra’y Madzmum (Tercela)
Menafsirkan ayat Al-Quran tanpa didasari pengetahuan yang memadai,
menafsirkan hanya dengan ambisisnya saja tanpa dibarengi dengan
kemampuan dalam penguasaan kaidah-kaidah tafsir atau hanya
mengandalkan mazhab yang salah atau bid’ah dan sesat. Tafsir ini
berkebalikan dengan tafsir mahmud dan hasil tafsirannya tidak diterima. 8
Tafsir bi ar-Ray’ Madzmum (tercela) memiliki beberapa ciri-ciri, antara
lain:
a. Mufassirnya tidak mempunyai keilmuan yang memadai (bodoh)
b. Tidak didasarkan kepada kaidah-kaidah keilmuan
c. Menafsirkan Al-Qur’an dengan semata-mata mengandalkan
kecenderungan hawa nafsu
d. Mengabaikan atura-aturan bahasa Arab dan aturan syariah yang
menyebabkan penafsirkannya menjadi rusak, sesat, dan menyesatkan.

6
Al-Dzahabi, Tafsir Al-Qur’an: Sebuah Pengatar, hal 71-72.
7
Ibid, 351.
8
Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an Pegantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Depok: KENCANA,
2017), hal 150.

5
Oleh karena itu, hasil tafsiran ini tidak bisa diterima karena hasilnya
merupakan sebuah tafsiran yang cacat/sesat.
Setelah melihat macam dari tafsir ar-Ra’y, ada beberapa hal yang harus
diketahui oleh seorang mufassir yang akan menggunakan tafsir ini yaitu
sumber-sumber Tafsir bi ar-Ra’y. Walaupun tafsir ar-Ra’y sendiri lebih
mengedepankan akal/logika namun seorang mufassir harus mengetahui
beberapa sumber tafsir ini agar hasil dari tafsirannya tidak masuk dalam
kategori tafsir madzmum (tercela), diantaranya yaitu 9:
1) kembali kepada al-Quran itu sendiri.
2) penukilan dari Rasulullah SAW.
3) mengambil penafsiran yang sudah benar dari sahabat Nabi dan tidak
berusaha untuk mengubah-ubahnya.
4) Senantiasa mengacu pada makna kata mutlak (sudah jelas).
5) Penafsiran yang mengacu pada pemaknaan kata dengan didasari oleh
pemahaman yang kuat tentang hukum syara'.
B. Karakteristik Menafsirkan Al-Qur’an dengan Tafsir ar-Ra’y wa al-
Ijtihad
Ada beberapa karakteristik penafsiran dari Tafsir ar-Ra’y wa al-Ijtihad,
diantaranya adalah:
1. Lebih cenderung kepada akal/logika/pemikiran para ahli tafsir, dibanding
menggunakan periwayatan dari Rasulullah SAW, Sahabat hingga
Tabi’in.
2. Mencari salah satu dalil untuk menjadi penguat argument para ahli tafsir.
3. Hasil dari tafsir ini bisa diterima bisa juga ditolak, dengan alasan tertentu.
C. Contoh Penafsiran AL-Qur’an dengan Tafsir ar-Ra’y wa al-Ijtihad
1. Penafsiran terhadap surat Ar-Rahman ayat 26-27:
ۡ ۡ َ َ َۡ ُ َ ّ َ ُ ۡ َ َ ۡ َ َ َ َ َۡ َ ۡ َ ُّ
٢ ‫ٱ�ك َر ِام‬
ِ ‫� وجه ر�ِك ذو ٱ�� ٰ ِل و‬
ٰ ‫ و�ب‬٢ ‫ان‬
ٖ ‫ُ من عليها ف‬

9
Muhammad Husain, Tasir Al-Qur’an: Sebuah Pengantar (Yogyakarta: Baitul Hkmah
Press, 2016), hal 71.

6
Artinya: Semua yang ada di bumi itu akan binasa(26). Dan tetap kekal
Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan(27). (Q.S Ar-
Rahman:26-27).
َ
Lafadz ‫ فا ٖن‬diplesetkan oleh seseorang dengan partai PAN (Partai Amanat

Nasional). Kata fan (‫ )ﻓﺎﻥ‬pada ayat diatas berarti binasa (rusak), tidak ada
korelasinya dengan Partai Amanat Nasional (PAN) yang nota bene berasal
dari bahasa Indonesia. Tambahan pula bukan partai Islam mengingat partai
politik ini bersifat terbuka untuk penganut agama apa saja meskipun tetap
didominasi oleh orang-orang islam. Dilihat dari ciri-cirinya, tafsir ini lebih
mengarah pada tafsir madzmum (tercela). 10 9F

2. Tafsir Surat Al-Zalzalah [99]: 7-8


ّ ‫ َو َمن َ� ۡع َم ۡل م ِۡث َق َال‬٧ ‫�� يَ َرهُۥ‬
ّ ٗ َ ٖ �َ‫َر‬
٨ ‫�� يَ َرهُۥ‬ ّ ‫ل َ َها يَ ۡو َم�ذ م ِۡث َق َال‬
ٗ ۡ ‫َرَ ٍ� َخ‬
ِٖ

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,


niscaya dia akan melihat (balasan)nya.(7). Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula.(8). (Q.S. Al-Zalzalah[99]:7-8).
ّ ditafsirkan oleh ulama-ulama klasik dengan benda-
Dalam lafadz �ٍ َ‫َر‬

benda terkecil, misalnya atom, newton dan ditafsirkan dengan biji sawi,
gandum, dan semut gatal. 11 10F

10
Ibid., hal 355.
11
Ibid., hal 352.

7
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Tafsir ar-Ra’y wa al-Ijtihad merupakan tafsir yang cenderung pada
argument para ahli tafsir, dengan pemikiran yang obyektif dan disepakati
bersama. Tafsir ini muncul setelah Tafsir Qur’an masa Tabi’in, dan pesat
perkembangannya hingga sekarang. Tafsir ini memiliki dua macam yaitu,
Tafsir Mahmud/terpuji dan Tafsir Madzmum/tercela.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-Dzahabi, Muhammad Husain. Tafsir Al-Qur’an: Sebuah Pengatar.


Yogyakarta: Baitul Hikmah Press, 2016.

Al-Qaththan, Syaikh Manna. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta:


PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2004.

Al-Utsaimin, Syaikh Muhammad Shaleh. Syarah Pengantar Studi Ilmu Tafsir


Ibnu Taimiyah. Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2014.

Amin Suma, M. Ulumul Qur’an. Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA,


2013.

Anwar, Rosihon. Ilmu Tafsir. Bandung: CV Pustaka Setia, 2015.

Drajat, Amroeni. Ulumul Qur’an Pegantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Depok:


KENCANA, 2017.

Husain, Muhammad. Tasir Al-Qur’an: Sebuah Pengantar. Yogyakarta:


Baitul Hkmah Press, 2016.

Anda mungkin juga menyukai