Anda di halaman 1dari 8

Tradisi Khitanan Adat Sunda

Sunatan yang sering kita sebut dengan khitanan yaitu proses ngabersihkeun diri dengan
cara memotong (kulup) sebagian kecil kelamin laki-laki. Upacara sunatan/khitanan dilakukan
dengan maksud agar alat vitalnya bersih dari najis . Anak yang telah menjalani upacara sunatan
dianggap telah melaksanakan salah satu syarat utama sebagai umat Islam. Upacara sunatan
diselenggarakan biasanya jika anak laki-laki menginjak usia 6 tahun. Dalam upacara sunatan
selain paraji sunat, juga diundang para tetangga, handai tolan dan kerabat. Berbeda dengan anak
perempuan, Upacara Sepitan anak perempuan diselenggarakan pada waktu anak itu masih kecil
atau masih bayi, supaya tidak malu.
Dahulu sebelum ada dokter masarakat sering menggunakan jasa bengkong atau mantri
untuk menyunak budak sunat. Disebut bengkong karena alat yang biasa gunakan untuk sunatan,
yaitu alat yang terbuat dari sebilu bambu yang tengahnya diberi lubang untuk mencapit ujung
alat kelamin anak yang akan disunat.

Pelaksanaan Khitanan
Sudah menjadi tradisi di tatar Sunda, kalau ada anak yang akan di sunat sehari
sebelumnya suka ada acara arak-arakan (keliling kampung). Arak-arakan biasanya diiringi
sekaligus dimeriahkan oleh kesenian tanjidor (untuk daerah Bekasi), sisingaan (daérah Subang),
dan kuda renggong (Sumedang/ Majalengka). Malam harinya diadakan sukuran
Pada pelaksanaannya pagi-pagi sekali anak yang akan disunat dimandikan atau direndam
di kolam sampai menggigil (kini hal semacam itu jarang dilakukan lagi berhubung teknologi
kesehatan sudah berkembang), kemudian dipangku dibawa kehalaman rumah untuk disunat oleh
paraji sunat (bengkong), banyak orang yang menyaksikan diantaranya ada yang memegang ayam
jantan untuk disembelih, ada yang memegang petasan dan macam-macam tetabuhan sambil
menyanyikan marhaban.
Bersamaan dengan anak itu disunati, ayam jantan disembelih sebagai bela, petasan
disulut, dan tetabuhan dibunyikan . Kemudian anak yang telah disunat dibawa ke dalam rumah
untuk diobati oleh paraji sunat. Tidak lama setelah itu para undangan pun berdatangan, baik yang
dekat maupun yang jauh. Mereka memberikan uang/ nyecep kepada anak yang disunat itu agar
bergembira dan dapat melupakan rasa sakitnya.

Upacara Pagelaran
Malam harinya diadakan acara pegelaran kesenian Sunda. Kesenian Sunda yang biasa
dipentaskan atau ditanggap dalam acara sunatan diantaranya:
1. Wayang Golek
2. Sisingaan
3. Pencak silat
4. Jaipongan
5. Tembang Sunda Cianjuran
6. Kacapian
7. Kliningan
8. Aneka tarian
9. Sintren
10. Tarling, dan lain-lain.

Prosesi pagelaran kesenian sunda tersebut biasanya sampai pagi atau sampai besok setelah
khitanan. Itu semua ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur dan mohon kesejahteraan dan
keselamatan lahir bathin dunia dan akhirat.

Sumber: https://www.academia.edu/30125588/Prosesi_Khitanan_Adat_Sunda?auto=download
Diakses: Tanggal 08 Februari 2018
Jam : 15.53 Wib
Tradisi Upacara Sepitan/Sunatan

Upacara sunatan/khitanan dilakukan dengan maksud agar alat vitalnya bersih dari najis .
Anak yang telah menjalani upacara sunatan dianggap telah melaksanakan salah satu syarat utama
sebagai umat Islam. Upacara Sepitan anak perempuan diselenggarakan pada waktu anak itu
masih kecil atau masih bayi, supaya tidak malu. Upacara sunatan diselenggarakan biasanya jika
anak laki-laki menginjak usia 6 tahun. Dalam upacara sunatan selain paraji sunat, juga diundang
para tetangga, handai tolan dan kerabat..

Sebelum di sunat si anak di ria ria dengan dinaikan ke sisingaan


Pada pelaksanaannya pagi-pagi sekali anak yang akan disunat dimandikan atau direndam
di kolam sampai menggigil (kini hal semacam itu jarang dilakukan lagi berhubung teknologi
kesehatan sudah berkembang), Kemudian dipangku dibawa ke halaman rumah untuk disunat
oleh paraji sunat (bengkong), banyak orang yang menyaksikan diantaranya ada yang memegang
ayam jantan untuk disembelih, ada yang memegang petasan dan macam-macam tetabuhan
sambil menyanyikan marhaba.
Bersamaan dengan anak itu disunati, ayam jantan disembelih sebagai bela, petasan
disulut, dan tetabuhan dibunyikan . Kemudian anak yang telah disunat dibawa ke dalam rumah
untuk diobati oleh paraji sunat. Tidak lama setelah itu para undangan pun berdatangan, baik yang
dekat maupun yang jauh. Mereka memberikan uang / nyecep kepada anak yang disunat itu agar
bergembira dan dapat melupakan rasa sakitnya. Pada acara ini adapula yang menyelenggarakan
hiburan seperti wayang golek, sisingaan atau aneka tarian.

Sumber: http://www.mangyono.com/2013/02/upacara-adat-sunda-yang-masih-di.html
Diakses: Tanggal 08 Februari 2018
Jam : 15.53 Wib
Tradisi Khitanan Adat Sunda

Tradisi khitanan di Indonesia yang satu ini termasuk tradisi adat


sunda, salah satu suku terbesar di Indonesia. Tradisi ini adalah percampuran antara
hukum islam yang mewajibkan setiap anak laki untuk di khitan dan tradisi lokal
masyarakat sunda yang unik. Zaman dulu masyarakat sunda memakai jasa Bengkok
(bahasa sunda), disebut demikian karena dia memakai alat yang terbuat dari bambu
untuk melakukan khitan.
Menariknya justru terjadi sebelum sang anak di khitan, a nak akan di iring
menggunakan tandu berbentuk Singa yang biasa disebut masyarakan sunda dengan
sisingaan. Sang anak di arak keliling desa laksana raja, keluarga dari si anak
mengiringi sambil di temani dengan keseninan sunda yang khas.

Sisingaan sunda
Setalah arakan sisingaan yang mewah, pada malam harinya keluarga
mengadakan acara syukuran untuk sang anak yang akan di khitan. Di acara syukuran
tersebut keluarga si anak mengundang kerabat, tetangga dan keluarga besar untuk
bersama membaca doa untuk sang anak. Biasanya selain acara pembacaan doa,
diselipkan juga acara jamuan makan keluarga. Ke esokan harinya anak yang akan di
khitan akan berendam di dalam air dingin agar kebal (tahan sakit), setelah itu baru
mulai di khitan.

Sumber: https://dongengtravel.com/5-tradisi-khitanan-di-indonesia/
Diakses: Tanggal 08 Februari 2018
Jam : 15.53 Wib
Tradisi Khitanan Masyarakat Sunda

Masih dengan tradisi adat khitanan, kali ini batavusqu akan mengetengahkan tradisi
khitan bagi masyarakat etnis dari Provinsi Jawa Barat. Suku Sunda merupakan etnis kedua
terbesar di Indonesia. Mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. Tradisi dan budaya
Islam masih terus dilakukan sampai sekarang dan sebagian diantaranya ada yang bercampur
dengan tradisi asli orang Sunda.
Salah satu tradisi yang merupakan percampuran antara budaya Islam dan Sunda adalah
tradisi khitanan atau sunatan. Dalam agama Islam hukum khitan bagi laki-laki adalah wajib
karena memiliki makna pensucian diri dan kepatuhan kepada ajaran agama. Hukum khitan atau
sunat dalam masyarakat Sunda telah bercampur dengan budaya lokal yang kemudian melahirkan
tradisi khitanan atau sunatan.
Masyarakat Sunda melakukan khitan atau sunat pada anak laki-laki ketika masih berusia
dini, yaitu 5 sampai 12 tahun. Dulu untuk melakukan khitan, orang Sunda menggunakan jasa
seorang mantri atau dalam bahasa Sunda dipanggil bengkong. Disebut bengkong karena untuk
melakukan khitan ia menggunakan alat yang terbuat dari sebilu bambu. Alat dari bambu itu
tengahnya diberi lubang untuk mencapit dan memotong ujung alat kelamin anak yang disunat.
Namun kini masyarakat lebih banyak menggunakan jasa dokter.

Penganten sunat diarak menggunakan sisingaan


Tradisi khitanan atau sunatan pada masyarakat Sunda dilakukan satu hari sebelum hari
mengkhitan anak. Sehari sebelum dikhitan, si anak laki-laki akan diarak keliling desa bak
seorang raja cilik. Si anak atau disebut juga penganten sunat diarak diatas tandu kecil yang sudah
dihias sedemikian rupa. Yang mengarak biasanya anggota keluarga, kerabat, dan tetangga.
Rombongan penganten sunat ini keliling desa ditemani dengan kesenian Sunda yang
meriah. Ada yang menggunakan kesenian tanjidor, yaitu orkes tardisional dari Suku Betawi
dengan menggunakan alat musik tiup, gesek, dan perkusi. Ada juga yang mengarak dengan
dimeriahkan kesenian sisingaan.
Sisingaan adalah kesenian Sunda yang menggunakan tandu berbentuk kepala dan badan
singa. Dalam pesta khitanan yang menggunakan sisingaan, si anak laki-laki yang akan dikhitan
diarak diatas tandu singan tersebut. Selain itu ada pula yang mengarak dengan menampilakan
kesenian kuda renggong.

Penganten sunat diarak menggunakan kuda renggong


Kuda renggong adalah kesenian Sunda yang mempertunjukan kuda telah dilatih agar
dapat berjalan mengikuti irama musik sambil menopang pengantin sunat. Pesta mengarak
pengantin sunat ini dilakukan agar si anak merasa gembira dan tidak takut untuk dikhitan.
Setelah pesta arakan, pada malam harinya diadakan acara syukuran untuk anak yang akan
dikhitan. Pada acara syukuran keluarga si anak mengundang tetangga dan keluarga besar untuk
membacakan doa-doa untuk keselamatan si anak. Dalam syukuran biasanya digelar juga acara
jamuan makan keluarga. Kemudian esok paginya, anak yang akan dikhitan biasanya berendam di
air dingin supaya baal atau kebal. Segera setelah kebal anak pun dikhitan. Ada yang
menggunakan jasa mantri ada pula yang pergi ke dokter.
Setelah dikhitan, digelar lagi pesta untuk si pengantin sunat agar ia melupakan rasa sakit
karena dikhitan. Pada saat ini biasanya tetangga dan kerabat keluarga akan menyalami si anak
dan memberinya uang yang dalam bahasa Sunda disebut uang nyecep. Uang nyecep ini diberikan
agar si anak berhenti menangis dan merasa senang. Setelah itu pada malam harinya diadakan
pagelaran kesenian Sunda dihalaman rumah pengantin sunat. Kesenian Sunda yang umum
digelar adalah tari jaipongan, wayang golek, dan wayang kulit.

Sumber: https://zipoer7.wordpress.com/2011/06/21/tradisi-khitanan-masyarakat-sunda/
Diakses: Tanggal 08 Februari 2018
Jam : 15.53 Wib
TRADISI KHITANAN ADAT SUNDA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Disusun Oleh:
Cindi Maryani

IX C
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 09 MAJALENGKA
2018

Anda mungkin juga menyukai