Nim: N1B120005
Prodi : Arkeologi
Pendahuluan
Ketika melihat kembali atas apa yang telah di rumuskan di UUD 1945,
pada penjelasan bab XV pasal 36 yang berbunyi” di daerah yang mempunyai
bahasa sendiri yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-baik, bahasa itu akan
dihormati dan dipelihara juga oleh negara. Bahasa-bahasa itu pun merupakan
bagian dari kebudayaan indonesia yang hidup”. Penjelasan tersebut memaknai
bahwa negara akan tetap melindungi seluruh bahasa daerah , bahasa daerah
merupakan bahasa kebudayaan yang maksudnya adalah setiap daerah akan
mewarisi kebudayaan nya kepada generasi berikutnya. Oleh karena itu
penguasaan bahasa daerah merupakan hal yang paling penting dari generasi ke
generasi.
Batak simalungun adalah salah satu suku batak yang berada di provinsi
sumatera utara. Etnis batak (simalungun) memiliki bahasa daerah yakni bahasa
batak yang dipertuturkan dibahasa daerah kabupaten simalungun dan
sekitarnya. Wilayah penggunaan bahasa batak simalungun ini meliputi pematang
siantar, pematang raya, berastagi, rajapokki. Bahasa batak simalungun ini
termasuk dalam rumpun austronesia. Beberapa sumber menyatakan bahwa
leluhur suku ini berasal dari india selatan.
Voorther (1995) yang merupakan seorah ahli bahasa dari Belanda yang
pernah menjabat sebagai taalambtenaar simalungun tahun 1937, menyatakan
bahasa simalungun termasuk dalam bahasa dan merupakan bagian dari rumpun
austronesia yang lebih dekat dengan bahasa sanskerta yang memengaruhi
banyak bahasa didaerah indonesia. Tarigan (1975) mengatakan bahwa dialek
bahasa batak simalungun dibedakan kedalam empat macam dialek yaitudialek
silimakuta, dialek raya,dialek topi pasir dan dialek jahe-jahe.
Era globalisasi juga sama sekali tidak memberi ruang kepada bahasa
daerah untuk ikut berkompetisi. Dikarenakan, bahasa daerah dianggap tidak
memiliki manfaat apa pun bagi kemajuan bangsa ini. Apakah anggapan ini dapat
diterima dan bagaimana dengan keberlangsungan bahasa-bahasa daerah yang
menjadi kekayaan dan kebanggaan bangsa? Bukankah bahasa daerah memiliki
fungsi yang sangat besar dalam mewujudkan berbagai kearifan lokal yang ada di
tanahair ini? Dan bagaimana sikap generasi muda untuk mempertahankan
eksistensi bahasa daerahnya masing-masing?
Pembahasan
Di Sumatera Utara ada sebanyak 9 bahasa daerah yang digunakan yaitu
bahasa Batak (Toba), bahasa Karo, bahasa Pakpak, bahasa Simalungun, bahasa
Angkola, bahasa Padang Lawas, bahasa Mandailing, bahasa Nias, dan bahasa
Melayu. Kesembilan bahasa tersebut masih ada sampai sekarang di sumatera
utara namun satu di antaranya telah yaitu bahasa siladang. Kepunahan bahasa
daerah tersebut karena penuturnya telah beralih kebahasa indonesia.
Seperti yang telah di jelaskan di atas hilangnya suatu bahasa daerah di
karenakan penuturnya yang terah beralih ke bahasa indonesia. Ini teradi karena
masyarakat indonesia adalah masyarakat yang bilingual atau hidup
berdampingan dengan dua bahasa yaitu bahasa nasional yaitu bahasa indonesia
dan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Namun intensitas penggunaan bahasa
indonesia yang lebih tinggi secara langsung sangat berpengaruh secara signifikan
terhadap bahasa daerah karena perlahan-lahan pengguna bahasa daerah akan
merasa enggan dan malu menggunakan bahasanya sendiri sehingga mereka
beralih menggunakan bahasa indonesia.
Imbauan pemerintah terhadap instansi baik negeri maupun swasta dalam
menggunakan bahasa indonesia akan semakin mempersempit perkembangan
bahasa daerah di kalangan masyarakat. Selanjutnya, sekolah-sekolah yang ada
pada lingkungan homogen (satu kelompok etnik) pun justru memilih bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar. Ketika si anak dibekali pembelajaran
dengan bahasa Indonesia, maka orang tua pun akhirnya berkomunikasi dengan
anak-anak mereka di lingkungan keluarga dengan bahasa Indonesia. Fenomena
ini terjadi di masyarakat Batak.
Seperti yang kita ketahui bahwa keluarga adalah sekolah utama dan
pertama bagi anak-anak yang belum mengenal lingkup sekolah. Pada situasi
sekarang ini sebagian besar keluarga di batak simalungun telah menerapkan
bahasa indonesia di tengah-tengah keluarganya. Orang-orang tua batak
simalungun hanya menggunakan bahasa batak simalungun saat berbicara
sesama orang tua dan pada saat ada acara adat tertentu selebihnya mereka
menggunakan bahasa indonesia saat berkomunkasi dengan anak-anak nya,
sehingga banyak anak-anak yang terbiasa berbahasa indonesiaa. Ada Banyak
alasan mengapa para orangtua lebih cenderung mengajarkan bahasa indonesia
kepada anaknya diantaranya supaya anak-anak mereka dapat berkomunikasi
baik dengan temannya, agar dapat mengerti materi di sekolah, karena pengaruh
kedua orang tua yang berasal dari etnis yang berbeda, dan karena tinggal di
daerah perkotaan. Lalu secara tidak sadar bahasa simalungun hilang secara
perlahan-lahan.
3. Instansi pendidikan
Kesimpulan
Di era globalisasi saat ini, ternyata peran bahasa daerah tidak tampak
sebagaimana peran bahasa Indonesia. Hal ini menjadi penyebab rendahnya
minat generasi muda untuk mempelajari bahasa-bahasa daerah. Kehadiran
bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa menjadi salah satu faktor
penyebab punahnya bahasa daerah. Jumlah penutur bahasa daerah yang
semakin sedikit akibat beralih menggunakan bahasa Indonesia, menjadi faktor
penyebab pupusnya bahasa daerah. 112 Warisman Sinaga / LWSA Conference
Series 02 (2019)
Daftar pustaka