Anda di halaman 1dari 10

Nama: Cisilia Saragih

Nim: N1B120005

Prodi : Arkeologi

Tema : Peran Pemuda Dalam Pelestarian Budaya Daerah

Judul: Peran Generasi Milenial Batak Dalam Memanfaatkan Teknologi Informasi


Dalam Upaya Melestarikan Bahasa Batak.

Pendahuluan

Kekayaan etnis, ras, agama, bahasa, adat yang ada di indonesia


merupakan kekayaan tersendiri bagi bangsa ini. kekayaan ini juga yang
merupakan jati diri bangsa indonesia yang membuat negara kita berbeda dengan
negara negara lain didunia. Kebanggan lain dari indonesia di kancah
internasional adalah dengan keberagaman etnis yang begitu bervariasi namun
dapat berdampingan dengan damai dalam satu kesatuan dan kakuatan bangsa
indonesia. Rasa kesatuan dan persatuan dapat terlihat dari semboyan bhineka
tunggal ika yang berarti walaupun berbeda beda tetapi tetap satu juga.
Semangat ini juga yang memunculkan bahasa persatuan yaitu bahasa indonesia,
secara jelas tercantum dalam sumpah pemuda yang di ikrarkan oleh kaum muda-
mudi pada 28 oktober 1928 pada bait ketiga yang berbunyi ‘’kami putra dan
putri indonesia mengaku munjungjung bahasa yang satu, bahasa indonesia’’.
Atas pengakuan ini lah bahasa indonesia resmi menjadi identitas nasional,
kebanggan bangsa, pemersatu bangsa dan alat komunikasi antar suku. Bahasa
indonesia pun hidup berdampingan dengan bahasa daerah namun bahasa
indonesia berkembang lebih cepat dibanding bahasa daerah karena bahasa
indonesia didukung oleh seluruh rakyat sedangkan bahasa daerah hanya di
dukung oleh kalanagan masyarakat tertentu saja.
Sebagai cacatan bahwa didunia pendidikan bahasa indonesia digunakan
sebagai bahasa pengantar mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi
dengan media pembelajaran berupa media cetak yang menggunakan bahasa
indonesia. Kehadiran bahasa indonesia sebagai bahasa pemersatu menjadikan
bangsa ini sebagai bangsa yang bilingual dimana setiap individu menguasai
setidaknya dua bahasa yaitu bahasa daerahnya yang pertama dan bahasa
indonesia yang kedua . Bahasa daerah menjadi yang pertama karena setiap
individu yang dilahirkan dalam kelompok etnik untuk pertama kali akan dibekali
dengan bahasa daerah, baru kemudian diajari kepadanya bahasa indonesia.

Ketika melihat kembali atas apa yang telah di rumuskan di UUD 1945,
pada penjelasan bab XV pasal 36 yang berbunyi” di daerah yang mempunyai
bahasa sendiri yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-baik, bahasa itu akan
dihormati dan dipelihara juga oleh negara. Bahasa-bahasa itu pun merupakan
bagian dari kebudayaan indonesia yang hidup”. Penjelasan tersebut memaknai
bahwa negara akan tetap melindungi seluruh bahasa daerah , bahasa daerah
merupakan bahasa kebudayaan yang maksudnya adalah setiap daerah akan
mewarisi kebudayaan nya kepada generasi berikutnya. Oleh karena itu
penguasaan bahasa daerah merupakan hal yang paling penting dari generasi ke
generasi.

Kepala bidang peningkatan dan pengendalian bahasa indonesia


kementrian pendidikan nasional , sugiono mengatakan bahwa bahwa ratusan
bahasa daerah diindonesia terancam punah karena semakin jarang digunakan.
pada penghujung abad ke 21 ini sekitar 10% saja bahasa daerah yang bertahan
dari 746 bahasa daerah di indonesia kemungkinan akan tinggal 75 bahasa.

Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu antara lain:

1. Bahasa yang jarang digunakan di lingkungan masyarakat.


2. Perkawinan antar etnis
3. Urbanisasi( perpindahan penduduk)

Batak simalungun adalah salah satu suku batak yang berada di provinsi
sumatera utara. Etnis batak (simalungun) memiliki bahasa daerah yakni bahasa
batak yang dipertuturkan dibahasa daerah kabupaten simalungun dan
sekitarnya. Wilayah penggunaan bahasa batak simalungun ini meliputi pematang
siantar, pematang raya, berastagi, rajapokki. Bahasa batak simalungun ini
termasuk dalam rumpun austronesia. Beberapa sumber menyatakan bahwa
leluhur suku ini berasal dari india selatan.

Voorther (1995) yang merupakan seorah ahli bahasa dari Belanda yang
pernah menjabat sebagai taalambtenaar simalungun tahun 1937, menyatakan
bahasa simalungun termasuk dalam bahasa dan merupakan bagian dari rumpun
austronesia yang lebih dekat dengan bahasa sanskerta yang memengaruhi
banyak bahasa didaerah indonesia. Tarigan (1975) mengatakan bahwa dialek
bahasa batak simalungun dibedakan kedalam empat macam dialek yaitudialek
silimakuta, dialek raya,dialek topi pasir dan dialek jahe-jahe.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat simalungun, baik yang tinggal di


tempat asal maupun di perantauan, telah terbiasa menggunakan bahasa
Indonesia. Pada umumnya masyarakat Batak simalungun mampu berbahasa
Indonesia. Bahkan intensitas pemakaian bahasa Indonesia lebih tinggi dibanding
pemakaian bahasa Batak, terutama bagi mereka yang tinggal di kota bahkan
banyak dari masyarakat batak yang tidak mengerti dan tidak tau sama sekali
dalam berbahasa batak.

Era globalisasi juga sama sekali tidak memberi ruang kepada bahasa
daerah untuk ikut berkompetisi. Dikarenakan, bahasa daerah dianggap tidak
memiliki manfaat apa pun bagi kemajuan bangsa ini. Apakah anggapan ini dapat
diterima dan bagaimana dengan keberlangsungan bahasa-bahasa daerah yang
menjadi kekayaan dan kebanggaan bangsa? Bukankah bahasa daerah memiliki
fungsi yang sangat besar dalam mewujudkan berbagai kearifan lokal yang ada di
tanahair ini? Dan bagaimana sikap generasi muda untuk mempertahankan
eksistensi bahasa daerahnya masing-masing?

Selanjutnya kita memasuki zaman milenial dimana semua aktivitas


masyarakat tidak bisa terlepas dari yang namnya teknologi. Apalagi pada Masa
Pandemic Covid 19 yang mengharuskan masyrakat untuk menjaga jarak agar
memutus mata rantai penyakit ini. Kerena dalam situasi mendesak mau tidak
mau maka semua aktivitas akan didomiasi oleh kegiatan berbasis online.
Berangkat dari dunia berbasis online secara otomatis terlibat dalam teknologi.
Lalu apa penguhar antara teknologi dengan bahasa daerah? Lalu bagaimana
peran pemuda batak dalam memanfaatkan teknologi pada zaman modern?

Pembahasan
Di Sumatera Utara ada sebanyak 9 bahasa daerah yang digunakan yaitu
bahasa Batak (Toba), bahasa Karo, bahasa Pakpak, bahasa Simalungun, bahasa
Angkola, bahasa Padang Lawas, bahasa Mandailing, bahasa Nias, dan bahasa
Melayu. Kesembilan bahasa tersebut masih ada sampai sekarang di sumatera
utara namun satu di antaranya telah yaitu bahasa siladang. Kepunahan bahasa
daerah tersebut karena penuturnya telah beralih kebahasa indonesia.
Seperti yang telah di jelaskan di atas hilangnya suatu bahasa daerah di
karenakan penuturnya yang terah beralih ke bahasa indonesia. Ini teradi karena
masyarakat indonesia adalah masyarakat yang bilingual atau hidup
berdampingan dengan dua bahasa yaitu bahasa nasional yaitu bahasa indonesia
dan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Namun intensitas penggunaan bahasa
indonesia yang lebih tinggi secara langsung sangat berpengaruh secara signifikan
terhadap bahasa daerah karena perlahan-lahan pengguna bahasa daerah akan
merasa enggan dan malu menggunakan bahasanya sendiri sehingga mereka
beralih menggunakan bahasa indonesia.
Imbauan pemerintah terhadap instansi baik negeri maupun swasta dalam
menggunakan bahasa indonesia akan semakin mempersempit perkembangan
bahasa daerah di kalangan masyarakat. Selanjutnya, sekolah-sekolah yang ada
pada lingkungan homogen (satu kelompok etnik) pun justru memilih bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar. Ketika si anak dibekali pembelajaran
dengan bahasa Indonesia, maka orang tua pun akhirnya berkomunikasi dengan
anak-anak mereka di lingkungan keluarga dengan bahasa Indonesia. Fenomena
ini terjadi di masyarakat Batak.

Penyebab utama lunturnya bahasa batak simalungun

1. Kurangnya kesadaran pemuda batak.


Kaum Pemuda dan remaja merupakan tongkat estafet dan sekaligus
sebagai aset yang paling di perlukan dalam pelestarian bahasa batak. Namun
alih-alih menjadi penerus bahasa kini kaum muda telah banyak terlena dengan
perkembangan zaman dan tren masa kini dimana seseorang akan merasa dia
hebat bila ia dapat lancar dan fasih dalam berbahasa asing. Mereka
mengesampingkan bahasa daerah karena beranggapan kalo bahasa daerah
(batak simalungun) adalah bahasa yang kampungan atau ketinggalan zaman.
Selanjutnya orang batak juga terkenal akan masyarakatnya yang suka
merantau oleh karena itu tidak heran lagi jika orang batak banyak di temukan di
penjuru kota indonesia. Hal itu jugalah yang menjadi tantangan tersendiri bagi
penutur bahasa batak simalungun, para perantau batak yang pergi meninggalkan
tanah batak justru turut meninggalkan bahasa batak dan mereka lebih banyak
terpengaruh oleh budaya tempat mereka tinggal sehingga lama kelaman mereka
melupakan jati diri mereka sendiri. Kasus yang lebih parah lagi di kalangan
perantau adalah jika sesama mereka orang batak bertemu di tanah perantaun,
mereka menggunakan bahasa indonesia sebagai media komunikasi antar sesama
dan logat khas batak juga luntur.
2. Pengaruh lingkungan keluarga

Seperti yang kita ketahui bahwa keluarga adalah sekolah utama dan
pertama bagi anak-anak yang belum mengenal lingkup sekolah. Pada situasi
sekarang ini sebagian besar keluarga di batak simalungun telah menerapkan
bahasa indonesia di tengah-tengah keluarganya. Orang-orang tua batak
simalungun hanya menggunakan bahasa batak simalungun saat berbicara
sesama orang tua dan pada saat ada acara adat tertentu selebihnya mereka
menggunakan bahasa indonesia saat berkomunkasi dengan anak-anak nya,
sehingga banyak anak-anak yang terbiasa berbahasa indonesiaa. Ada Banyak
alasan mengapa para orangtua lebih cenderung mengajarkan bahasa indonesia
kepada anaknya diantaranya supaya anak-anak mereka dapat berkomunikasi
baik dengan temannya, agar dapat mengerti materi di sekolah, karena pengaruh
kedua orang tua yang berasal dari etnis yang berbeda, dan karena tinggal di
daerah perkotaan. Lalu secara tidak sadar bahasa simalungun hilang secara
perlahan-lahan.

3. Instansi pendidikan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar


pendidikan di indonesia khususnya di daerah sumatera utara telah menerapkan
bahasa indonesia dalam proses belajar mengajar di mulai dari kelas pendidikan
anak usia dini sampai ke lingkup universitas semuanya menggunakan bahasa
indonesia. Hal ini menyebabkan bahasa simalungun kekurangan akses dalam
komunikasi karena 80% dari ilmu yang didapatkan di dunia pendidikan itu semua
akan di terapkan di dalam masyarakat.

Selain itu perkembangan zaman mau tidak mau sekolah-sekolah di


sumatera utara mulai menerapkan pembelajaran berbasis online yang mana
setiap siswa wajib menggunakan teknologi dalam pemebelajaran contohnya
seperti labtop dan Hand Phone(HP). Seperti yang kita ketahui bersama bahwa di
dalam labtop maupun HP rata-rata menggunakan bahasa inggris, ironisnya masa
sekarang siswa lebih suka belajar dari media elektronik dari pada buku cetak. Hal
ini lah yang membuat para pelajar batak lebih paham bahasa inggris dari pada
bahasa batak.

Dengan demikian pemerintah telah membuat program kurikulum yang


memberikan kesempatan bagi para siswa dalam mempelajari bahasa batak
melalui program kurikulum yang memberi pelajaran bahasa daerah yang di
bernama “muatan lokal”. Namun pembelajaran ini memiliki waktu study yang
relatis singkat yaitu hanya di pelajari di kelas 2 SMP saja dan sangat tidak
balance jika dibanding dengan pembelajaran bahasa inggris dimana bahasa
inggris di pelajari secara berkesinambungan dari sekolah dasar sampai ke lingkup
universitas.

upaya pelestarian bahasa batak

Kalangan pemuda milenial tidak asing lagi yang namanya teknologi,


semua aktivitas semua terikat dengan teknologi. Kemajuan teknologi diharapkan
dapat membawa perkembangan bagi kelestarian budaya khususnya bahasa
daerah namun apa yang kita dapatkan justru sebaliknya Perkembangan jaman
membuat bahasa daerah semakin terhimpit karena adanya saingan baru yaitu
bahasa inggris. Kehadiran bahasa inggris sebagai bahasa internasional di
kalangan pemuda batak menjadikan bahasa batak mulai mengalami kelunturan.
Contohnya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat batak banyak orang
tua yang mengajarkan anaknya dan bahkan mengeluarkan banyak dana untuk
memberi bimbingan les bahasa inggris kepada anak mereka sehingga kebiasaan
berbahasa inggris menjadi hal yang dianggap penting dan bahasa daerah
dianggap tidak berfungsi dan tidak berpengaruh sama sekali dalam era ini.
Masalah ini tidak bisa dianggap sepele karena semakin lama dibiarkan
maka semakin cepat kita kehilangan bahasa daerah batak. Sebagai kaum muda
milenial yang bijak seharusnya kita lah yang bertanggung jawab dalam
melindungi bahasa daerah dalam istilah bahasa indonesia mengatakan “ kalo
bukan kita siapa lagi dan kalo bukan sekarang kapan lagi” begitulah istilah yang
harus kita ikutkan dalam menjalankan tugas mulia ini. Seharusnya kita dapat
memanfaatkan keadaan yang ada dalam mengimprove kemampuan kita. Ada
Banyak langkah langkah yang dapat kita lakukan dalam menangani hal ini. Salah
satunya yaitu memanfaat kan teknologi, dengan teknologi kita dapat mengontrol
perkembangan bahasa.
upaya yang dapat dilakukan para pemuda batak yaitu:
1. Membuat pergelaran kedaerahan dengan menggunakan bahasa daerah
sebagai item utamanya.
2. Menyebarkan blog-blog di internet mengenai pentingnya pelestarian
bahasa batak bagi masyarakat batak
3. Membuat konten edukasi mengenai dampak tragis bila kehilangan
bahasa daerah dan di share melalui media sosial.
4. Memberi apresiasi dan penghargaan bagi mereka-meraka yang masih
melindungi bahasa agar menjadi metivasi bagi pemuda lain yang sudah
mulai acuh tak acuh terhadap bahasa daerah.
5. Turut serta turun ke masyarakat dalam hal seminar pelestarian bahasa
batak dengan menggunakan teknologi dalam melakukan penjelasan
seperti infokus, labtop, dan sebagainya.
6. Membuat aplikasi khusus bahasa daerah layaknya aplikasi belajar bahasa
inggris agar mereka yang mempunyai keinginan belajar dapat mengakses
aplikasi dengan mudah
7. Melihat ketertarikan remaja dalam hal membaca E- book maka dari situ
dapat membuat E-book bahasa simalungun dengan variasi buku yang
bermacam macam agar pembaca tidak merasa bosan.
8. Pemuda batak tidak ada di wilayah sumut saja melainkan tersebar
keberadaanya di seluruh indonesia oleh karena itu teknologi dapat
berperan penting didalam masalah ini. Lalu apa yang dapat dilakukan
pemuda batak? Langkah yang dapat di lakukan pemuda batak yaitu
menyediakan akses untuk menampung keseluruhan anggota yaitu
dengan membuat grup bersama dalam aplikasi wattsapp maupun
facebook.
9. Bagi pemuda yang sedang berada di perantauan dapatmembentuk
panguyuban agar dapat berkomunikasi dengan sesama untuk menjaga
kelestarian bahasa daerah walaupun di wilayah orang.

Kesimpulan

Di era globalisasi saat ini, ternyata peran bahasa daerah tidak tampak
sebagaimana peran bahasa Indonesia. Hal ini menjadi penyebab rendahnya
minat generasi muda untuk mempelajari bahasa-bahasa daerah. Kehadiran
bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa menjadi salah satu faktor
penyebab punahnya bahasa daerah. Jumlah penutur bahasa daerah yang
semakin sedikit akibat beralih menggunakan bahasa Indonesia, menjadi faktor
penyebab pupusnya bahasa daerah. 112 Warisman Sinaga / LWSA Conference
Series 02 (2019)

Secara umum dapat disimpulkan bahwa generasi muda Batak banyak


yang mengesampingkan bahasa batak dan lebih menomor satukan bahasa
indonesia dan lebih mementingkan bahasa inggris. Generasi muda Batak yang
tidak bisa berbahasa Batak pada umumnya mereka tinggal di perkotaandan latar
belakang etnik kedua orang tua yang berbeda menjadi salah satu penyebab
kenapa bahasa Batak tidak digunakan di lingkungan keluarga.

Pemerintah mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya


melestarikan bahasa-bahasa daerah yang ada di nusantara. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan melalui pendidikan formal adalah dengan jalan
memasukkan mata pelajaran bahasa daerah dalam muatan lokal (mulok) mulai
dari tingkat pendidikan dasar hingga menengah, sebagaimana diatur dalam UU RI
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Revitalisasi bahasa
daerah merupakan upaya yang tidak dapat ditunda lagi, kita tidak menghendaki
adanya bahasa-bahasa daerah yang akan punah dari nusantara ini. Generasi
muda batak merupakan satu satunya harapan dan kaum yang bisa diandalkan
dalam pelestarian budaya. Semoga dengan adanya kesadaran dari para pemuda
batak bahasa batak dapat terselamatkan dari ancaman kepunahan karena
pemudalah yang memegang peranan penting dalam kelestarian bahasa.

Daftar pustaka

Sinaga, warisman.2019.’’ Sikap Generasi Muda Batak dalam Upaya


Pemertahanan Bahasa”https:Batak’’.//www.google.com/search?
q=peran+pemuda+batak+dalam+bahasa+batak . diakses pada 18 november,
pukul 12.00

Anda mungkin juga menyukai