Anda di halaman 1dari 21

BAB l

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di

dunia. Hal ini dapat dilihat dan kondisi sosio-kultural, agama maupun

geografis yang begitu beragam dan has sekarang ini jumlah pulau yang

ada di wilayah negara kesatuan republik indonesia (NKR) sekitar 13.000

pulau besar dan kecil. Populasi penduduknya berjumlah lebih dari 200 juta

jiwa terdiri dan 300 suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang

berbeda. Selain itu mereka juga menganut agama dan kepercayaan yang

beragam seperti Islam, Katolik, Kristen Protestan Hindu, Budha,

Konghucu serta berbagai macam aliran kepercayaan

Kebudayaan adalah salah satu aset penting bagi sebuah Negara

berkembang, kebudayaan tersebut untuk sarana pendekatan sosial,

simbol karya daerah, asset kas daerah dengan menjadikannya tempat

wisata, karya ilmiah dan lain sebagainya. Dalam hal ini suku Dayak

Kalimantan yang mengedepankan budaya leluhurnya, sehingga

kebudayaan tersebut sebagai ritual ibadah mereka dalam menyembah

sang pencipta yang dilatarbelakang kepercayaan tradisional yang disebut

Kaharingan Sebagai bukti ragam budaya Indonesid yaitu tradisi Tiwah

sebagai salah satu kebudayaan masyarakat Dayak Ngaju Propimi

Kalimantan Tengah yang pada mulanya sebuah tradisi kepercayaan

masyarakat Kaharingan.

1
Berbagaimacam prosesi yang terjadi pada acara tersebut.

Diantaranya: Ngayau (penggal kepala), ritual Tabah tidak tidur selama dua

malam dengan diselingi minum Dari uraian di atas kami tertarik untuk

membuat makalah yang terkait lebih dengan

Mengambil judul "Kebudayaan Suku Dayak"

1.2 RUMUSAN MASALAH

Nilai simbolik apa saja yang terkandung pada motif pakaian adat suku

Dayak di Kalimantan timur?

1.3 TUJUAN

Untuk mengetahui nilai simbolik yang terkandung dibalik motif pakaian

adat suku Dayak di Kalimantan timur

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Menambah wawasan pada bidang ilmu seni dan sosial budaya yang

berguna bagi pembaca mengenai kebudayaan suku Dayak melalui motif

dalam pakaian adat sebagai salah satu hasil budaya masyarakat suku

Dayak

2
BAB ll

DASAR TEORI

Suku Dayak

Menurut Iper (1999), Suku Dayak merupakan salah satu suku yang

ada di Indonesia yang tinggal di Pulau Kalimantan, Suku Dayak sendiri

masih dibagi lagi menjadi ratusan sub-suku berdasarkan tempat tinggal

mereka. Biasanya setiap sub-suku Dayak mengambil nama suku mereka

dari nama sungai yang ada di sekitar mereka atau tempat yang mereka

diami.

Setiap Suku Dayak sendiri memiliki pemimpin yang mereka taati dan

setia pada pemimpin yang telah mereka akui sendiri. Pemimpin yang

diakui oleh masyarakat Suku Dayak bukanlah seorang yang hanya

memberikan perintah atau menerima pelayanan lebih dari masyarakat,

melainkan pemimpin yang mampu mengayomi dan mengenal

masyarakatnya dengan baik.

Asal mula Suku Dayak di Kalimantan adalah migrasi Bangsa Cina

dari Provinsi Yunnan di Cina Selatan pada 3000-1500 SM (sebelum

masehi) ke Pulau Kalimantan. Sebelum datang ke wilayah Indonesia,

mereka mengembara terlebih dahulu ke Tumasik dan semenanjung

Melayu. Suku Dayak tidak hanya satu, melainkan terbagi lagi menjadi sub-

suku yang jumlahnya 700 hingga 800 atau bahkan lebih.

Ciri khan watak orang Dayak adalah “mamut menteng ureh

mameh”, baik laki-laki maupun perempuan sama saja. Mamut menteng

artinya gagah perkasa, ureh yang berarti giat, dan mameh yang artinya

3
suka mengalah. Selain itu, Suku Dayak juga memiliki motto kehidupan

warisanleluhur, yaitu Isen Malang” yang artinya adalah pantang

menyerah. Motto ini dipegang oleh setiap masyarakat Suku Dayak, tidak

terkecuali pemimpin mereka.

1. Pemimpin Suku Dayak

Pada dasarnya, setiap sub-suku tersebut memiliki seorang pemimpin.

Masyarakat Suku Dayak sangat menaati pemimpin mereka dan setia pada

pemimpin yang telah mereka akui. Pemimpin yang diakui oleh masyarakat

Suku Dayak bukanlah seorang yang hanya memberikan perintah atau

menerima pelayanan lebih dari masyarakat, melainkan pemimpin yang

mampu mengayomi dan mengenal masyarakatnya dengan baik.

Bagi masyarakat Suku Dayak, pemimpin yang disegani ialah

pemimpin yang mampu dekat dan dapat memahami masyarakatnya,

antara lain dengan bersikap. Sikap-sikap yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

a.Mamut Menteng. Maksudnya adalah gagah perkasa dalam bersikap

dan perbuatan (selalu adil). Sikap mamut menteng yang dilengkapi

dengan menyerah kehidupan tekad telah isen mulang atau mendarah

Dayak. Daging Tidak orang dipungkiri kenyataan pantang dalam dapat itu

adalah sebagai akibat kedekatan manusia Dayak dengan alam.

Bagi mereka, tanah adalah ibu, langit adalah ayah, dan angin adalah

nafas kehidupan.

4
b.Harati. Maksudnya adalah pandai, juga seorang yang cerdik dalam

artif positif.

Dalam arti lain, juga sebagai pemberi inspirasi bagi warganya.

Kemampuan dalam berkomunikasi dengan warganya, keakraban yang

tidak dibuat-buat, menjadikan seorang pemimpin Suku Dayak memiliki

kepekaan yang tajam. Yang paling terpenting adalah mampu

membedakan mana yang benar, mana yang salah.

c.Bakena. Artinya adalah tampan/cantik, menarik, dan bijaksana. Lebih

luas maksudnya adalah ketampanan/kecantikan yang terpancar dari

dalam jiwa.

d.Bahadat. Maksudnya adalah beradat. Beradat Yang dimaksud adalah

bukan hanya mengerti dan memahami hokum adat dan hokum pali

dengan baik, tetapi juga terlihat dalam kehidupan sehari-hari.

e.Bakaji. Artinya berilmu tinggi dalam bidang spiritual. Saat hening

adalah saat yang paling tepat untuk berdialog dengan diri sendiri, menata

sikap untuk tetap kokoh berpegang pada tujuan agar tidak mudah

terombang ambing. Kokoh kilau sanaman yang artinya sekokoh besi.

f. Barendang. Berarti mampu mendengarkan informasi juga keluhan

warganya. pemimpin Dayak mengetahui banyak situasi dan kondisi setiap

keluarga warganya.telah menyediakan hati dan telinganya untuk

menampung dan mendengarkan lalu mengolahnya menjadi bagian dari

tugas dan tanggung jawabnya. Upacara, Ritual, dan Sistem Kepercayaan

Suku Dayak juga dikenal memiliki upacara, ritual keagamaan, dan

5
kepercayaan yang mereka pegang. Beberapa diantaranya ialah sebagai

berikut:

a.Upacara tiwah merupakan acara adat Suku Dayak yang dilaksanakan

untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung

yang sudah dibuat. Sandung sendiri adalah tempat semacan rumah kecil

yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal

dunia.

b.Dunia supranatural bagi Suku Dayak menang sudah ada sejak zaman

dulu dan merupakan ciri khas kebudayaan Dayak. Suku Dayak

sebenarnya cinta damai, asal mereka tidak diganggu dan ditindas

semena-mena. Ada banyak kekuatan supranatural Suku Dayak,

diantaranya adalah manajah antang. Manajah antang merupakan cara

Suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh

yang sulit ditemukan dari arwah para leluhur dengan media burung

antang.

c.Ritual Nahunan merupakan upacara khas Suku Dayak yakni

memandikan bayi secara ritual menurut kebiasaan Suku Dayak

Kalimantan Tengah. Maksud utama pelaksanaan ritual ini adalah prosesi

pemberian nama sekaligus pembaptisan menurut agama Kaharingan

(agama orang Dayak asli dari leluhur) kepada anak yang telah

lahir.selain itu,juga dimaksudkan sebagai upacara membayar jasa bagi

bidan yang membantu proses persalinan sehingga sianak dapat lahir

dalam keadaan selamat

6
d.Upacara adat Manyanggar merupakan istilah yang berasal dari kata

“sangga” yang artinya adalah batasan atau rambu-rambu. Upacara ini

diartikan sebagai ritual yang dilakukan oleh manusia untuk membuat

batas-batas berbagai aspek kehidupan dengan makhluk gaib yang

tidak terlihat secara kasat mata. Upacara manyanggar biasanya

digelar saat manusia ingin membuka lahan baru untuk pertanian,

mendirikan bangunan untuk tempat tinggal atau sebelum

dilangsungkannya kegiatan masyarakat dalam skala besar. Tujuannya

adalah agar lahan yang digunakan oleh manusia dihuni makhlus halus

(gaib) supaya bisa berpindah ke tempat lain secara damai sehingga

tidak mengganggu manusia nantinya. Ritual pananan batu dilakukan

setelah panen ladang atau sawah yang dimaksudkan sebagai

ungkapan terima kasih dan rasa syukur kepada peralatan yang

dipakai saat bercocok tanam sejak membersihkan lahan hingga

menuai hasil panen. Benda atau barang yang dituakan dalam ritual ini

adalah batu. Batu dianggap sebagai sumber energi yaitu untuk

menajamkan alat-alat yang digunakan untuk bercocok tanam

e.Kepercayaan yang dianut Suku Dayak pada awalnya Kaharingan

adalah diambil Kaharingan. Dari kata Istilah Danum Kaharingan yang

artinya adalah air kehidupan. Sejak awal kehidupannya, orang Dayak

telah memiliki keyakinan yang asli milik mereka, yaitu Kaharingan

atau Agama Help/Helu. Keyakinan tersebut menjadi dasar adat

istiadat dan budaya mereka. Walaupun kenyataannya, tidak sedikit

orang Dayak yang telah menganut agama Islam, Kristen, Katholik.

7
Akan tetapi, tradisi lama dalam hidup keseharian mereka masih

melekat erat tidak hanya dalam bahasa, gerak-gerik, simbol, ritus,

serta gaya hidup, namun juga dalam sistem nilai pengertian dan

pandangan mereka dalan memaknai kehidupan. Agama Kaharingan

diturunkan dan diatur langsung oleh Ranying Hatalla, yang artinya

adalah Allah yang mahakuasa. Kaharingan tidak mempunyai buku

pedoman atau tokoh panutan sebagai pendiri yang merupakan utusan

Ranying Hatalla.

2. Senjata Tradisional

Senjata tradisional Suku Dayak sudah tercipta jauh sebelum masa

penjajahan. Dahulu kala, beberapa senjata tradisional ini digunakan untuk

berburu. Hingga pada masa penjajahan Belanda, senjata ini digunakan

sebagai alat perlindungan diri atau alat perang. Beberapa senjata itu

antaralain, Sipet/sumpit, mandau, tombak, perisai/tameng, dan dohong.

a. Sipet/sumpit Suku Dayak adalah senjata yang berbentuk bulat dengan

ukuran diameter dua hingga empat sentimeter dan memiliki panjang

satu hingga tiga meter. Dibagian tengah sipet/sumpit ini memiliki

lubang dengan diameter 0.25 cm hingga 0,75 cm yang digunakan

untuk peluru (anak sumpit). Konon katanya, pada masa penjajahan

Belanda, senjata ini lebih ampuh daripada senapan milik Belanda dan

anak sumpit yang telah diberi racun sebagai andalannya.

b. Mandau adalah senjata tradisional Suku Dayak sejenis pedang, akan

tetapi memiliki ukiran ukiran bermotif dan dihiasi dengan bulu burung

ataupun rambut manusia (mandau asli). Mandau sendiri dianggap

8
keramat bagi Suku Dayak dan sebagai senjata turun menurun dari

nenek moyang Suku Dayak. Mandau juga memiliki nilai religius. Bagi

Suku Dayak, ada istilah “Handau Terbang yang dimana mandau

tersebut terbang dengan sendirinya mengejar musuhnya tanpa salah

sasaran.

c. Tombak seperti tombak pada umumnya, tombak Suku Dayak

merupakan senjata yang memiliki ukuran panjang 1,5 hingga 2 meter

yang terbuat dari rotan ataupun kayu yang keras dengan dilengkapi

ujung yang runcing dari besi. Selain untuk senjata dalam

peperangan,tombak juga biasa digunakan masyarakat Suku Dayak

untuk berburu.

d. Tameng Suku Dayak merupakan senjata untuk perlindungan diri.

Biasanya terbuat dari kayu yang ringan tetapi mempunyai struktur

yang kuat. Memiliki ukuran 1 hingga 2 meter dan dilengkapi pegangan

pada bagian dalam tamengnya. Selain itu, tameng Suku Dayak juga

memiliki hiasan pada bagian depannya berupa ornamen ciri khas Suku

Dayak. Dohong merupakan senjata yang memiliki kemiripan dengan

keris. Akan tetapi, dohong memiliki ukurang yang lebih besar dan

bukan hanya runcing dibagian ujung tetapi juga sisi-sisinya juga sangat

tajam. Tidak sembarangan orang dapat menggunakan dohong.

Dohong biasanya hanya digunakan oleh kepala kepala suku,

panglima, derang adat, dan pemimpin Suku Dayak.

9
BAB lll

METODE PENELITIAN

3.1 waktu penelitian

Waktu yang digunakan penelitian untuk penelitian ini dilaksanakan sejak

tanggal dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 2

minggu

3.2 tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan disekolah dan dirumah melalui berbagai sumber

media seperti internet, buku, dll

3.3 jenis penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, Yaitu jenis

penelitian yang berusaha memberikan gambaran objektif berdasarkan

kenyataan yang sesungguhnya dilapangan, mengenai makna pakaian

adat Suku Dayak.

10
BAB lV

PEMBAHASAN

Motif pakaian adat suku Dayak Kenyah sebagai bagian dari warisan

budaya turun temurun memang tidak memiliki Hb catatan secara terperinci

mengenai kapan sebenarnya asal-mula motif ini hadir di tengah

masyarakat suku Dayak Kenyah selain kisah yang diturunkan dari para

pendahulu (nenek moyang). Suku Dayak Kenyah memang dikenal dengan

budaya lisan yang kental dimana banyak sejarah dituturkan melalui kisah

kisah mitologi mengenai nenek moyang. Tidak ada catatan asli yang

dibuat sendiri oleh suku Dayak Kenyah, hingga tiba masa para antropolog

dari barat yang ramai berdatangan ke Kalimantan dalam rangka penelitian

mengenai suku Dayak.

Hasil penelitian dari antropolog ini sungguh berguna untuk

menelusuri kapan dari mana asal motif Dayak Kenyah. Sebagai pijakan

dasar teori mengenai asal-usul suku Dayak Kenyah setidaknya bisa

memberikan petunjuk mengenai kebudayaan yang mungkin

memberikanpengaruh pada terciptanya motif suku Dayak Kenyah.

Sebagaimana yang diketahui dalam teori mengenai asal-mula suku Dayak

Kenyah. Dikatakan berasal dari bangsa proto melayu, dari provinsi

Yunnan di Cina Selatan yang melakukan migrasi ke pulau-pulau di

Indonesia termasuk Kalimantan pada abad 114 Sebelum Maschi (SM).

Kemudian ciri dari motif suku Dayak Kenyah biasanya didominasi dengan

11
stilisasi irama garis melengkung pada setiap objek yang digubah menjadi

motif.

Melihat dari ukiran naga pada gambar 1 dan motif naga pada Sapei

suku Dayak Kenyah dalam gambar 2. Dapat dikatakan terdapat indeks

yang dapat menjelaskan darimana dan kapan kira kira asal-muasal

kehadiran motif dalam pakaian adat suku Dayak Kenyah. Ikon Naga baik

dari ukiran dinasti Zhou Timur maupun motif Sapeisuku Dayak Kenyah

digambarkan dengan irama lengkungan (spiral). Kemudian bentuk naga

yang diadopsi adalah bentuk naga ala Cina (Timur) dimana naga

berbadan layaknya ular dan berkaki empat, berbeda dengan naga ala

Eropa (barat) yang seringkali digambarkan memiliki sayap yang

membentang lebar serupa sayap kelelawar

Suku Dayak Kenyah digambarkan dengan irama lengkungan (spiral).

Kemudian bentuk naga yang diadopsi adalah bentuk naga ala Cina

(Timur) dimana naga berbadan layaknya ular dan berkaki empat, berbeda

dengan naga ala Eropa (barat) yang seringkali digambarkan memiliki

sayap yang membentang lebar serupa sayap kelelawar

Periode dinasti Zhou Timur (771 SM- 221 SM) adalah periode yang

menandai berakhirnya masa pemerintah dinasti Zhou yang sudah

berlangsung sejak tahun 1046 SM. Corak kesenian dinasti Zhou akhir

inilah yang membawa pengaruh pada kesenian yang paling terlihat pada

motif dalam suku Dayak Kenyah. Ketika terjadi migrasi bangsa Proto

Melayu dari Yunnan, Cina ke Kalimantan tahun 114 SM yang membawa

sisa-sisa kebudayaan dari dinasti Zhou, Indonesia masih dalam masa

12
Prasejarah, karena awal masa sejarah Indonesia baru dimulai pada saat

ditemukannya Prasasti/Yupa dari Kerajaan Kutai Martadipura pada abad

ke-4 Maschi.

Pada umumnya motif pada pakaian adat suku Dayak Kenyah

memiliki komposisi utama berupa pola yang simetri dengan dominasi

irama garis lengkung dan warna-warni dengan kontras yang kuat antara

satu dengan lainnya. Gaya bentuk figuratif menjadi gaya utama yang

dominan dalam perwujudan motif pakaian adat suku Dayak Kenyah. Jika

ada motif yang dibuar khusus sebagai center of interest (fokus perhatian)

biasanya digambarkan sedikit lebih besar atau bewarna paling cerah dan

mencolok dibanding motif pendukungnya.

Walaupun motif pada pakaian adat suku Dayak Kenyah umumnya

berukuran besar dan terkesan penuh (ramai), tetap ada bagian yang

disisakan kosong pada penempatannya. Seakan memberikan ruang untuk

bernapas, sehingga tercipta wujud motif yang terlihat selaras dan

seimbang antara satu dengan lainnya. Warna warni utama motif yang

tersusun atas hiasan batu manik pada pakaian adat suku Dayak Kenyah

seperti kuning, putih, hijau, merah dan biru pada faktanya tidak sekedar

berfungsi sebagai penambah keindahan saja.

Setiap warna memiliki arti dan keistimewaannya tersendiri, dimana ada

sebuah pesan yang tersirat dibaliknya. Seperti warna kuning yang

merupakan simbol dari sebuah keagungan dan kesakralan. Putih yang

13
menjadi wujud dari kesucian dan keyakinan terhadap sang pencipta. Hijau

yang mewakilkan intisari alam semesta lengkap beserta isinya. Merah

sebagai warna yang menggambarkan semangat hidup yang menyala,

serta biru yang harapan akan sumber kekuatan yang tidak pernah habis.

(Satria dan Bariarcianur, 2013: 100)

Selain warna, perwujudan dari beragam makluk hidup pada motif

pakaian adat suku Dayak Kenyah juga tidak lepas dari beragam makna

yang mengitarinya. Berikut analisis lebih jauh mengenai dua tahap

pemaknaan (denotasi dan konotasi) dari motif-motif pakaian adat suku

Dayak Naga Secara denotasi motif naga merupakan representasi hewan

reptil imajinatif berbadanular yang tinggal di air dan memiliki kesaktian.

Maka dari itu naga sering juga disebut sebagai ular naga. Dalam konotasi,

makna motif naga ini berkembang lebih jauh lagi menjadi lebih luas. Jika

burung enggang dianggap sebagai lambang dunia atas dan bersifat

maskulin. Dunia atas sering dikaitkan dengan matahari, langit dan terang,

maka dunia bawah adalah lawannya dimana sering dikaitkan dengan sifat

feminim, yang berkaitan dengan air, bulan, dan gelap. Naga dipercaya

sebagai penguasa dunia bawah.Naga yang sering dikaitkan dengan unsur

kebajikan dalam mitologi Cina juga berlaku pada masyarakat suku Dayak

Kenyah. Hal ini berbeda dengan persepsi dari Eropa yang seringkali

mengaitkan wujud naga sebagai makhluk yang berbahaya dan jahat. Jika

melihat motif naga pada pakaian suku Dayak Kenyah (lihat gambar 5) dan

ukiran naga pada atap klenteng (lihat gambar 6). Terdapar suatu

14
kemiripan yang menarik. Cara perwujudan motif naga pakaian pada suku

Dayak Kenyah memiliki wujud yang dapat dikatakanserupa dengan

ornamen-ornamen naga yang seringkali menghiasi bangunan klenteng

yang ada di Indonesia.

Naga digambarkan memiliki sirip disepanjang bagian tubuhnya,

memiliki janggut. Serta mulut yang memiliki sungut dan terdapat kaki yang

berjumlah empat. Penggambaran ornamen naga di klenteng memiliki

perbedaan dengan ornamen naga bercorak hindu yang dijumpai di

bangunan keraton dan candi yang terdapat di pulau Jawa (

Ataupun pura di pulau Bali.Jika migrasi bangsa Yunan ke Indonesia

telah berlangsung dari tahun 114 sebelum maschi (SM) maka ornamen

naga bergaya Cina kemungkinan telah hadir lebih awal di Indonesia

sebelum gaya ornamen naga di Jawa dan bali. Yang telah dipengaruhi

corak Hindu, dimana era Hindu di Indonesia sendiri tercatat dimulai dari

awal abad ke-4 Maschi

Naga yang sering dikaitkan dengan unsur kebajikan dalam mitologi

Cina juga berlaku pada masyarakat suku Dayak Kenyah. Hal ini berbeda

dengan persepsi dari Eropa yang seringkali mengaitkan wujud naga

sebagai makhluk yang berbahaya dan jahat. Jika melihat motif naga pada

pakaian suku Dayak Kenyah dan ukiran naga pada atap klenteng.

Terdapar suatu kemiripan yang menarik. Cara perwujudan motif naga

pakaian pada suku Dayak Kenyah memiliki wujud yang dapat dikatakan

Motif naga dan hubungan makna konotasinya dengan nilai

kesuburan pada masyarakat suku Dayak Kenyah bisa dikaitkan dengan

15
keyakinan naga yang berasal dari air. Air bagaimanapun komponen dasar

yang dibutuhkan dalam bertahan hidup, dalam masyarakat Dayak Kenyah

yang dahulu berladang dengan sistem ladang berpindah, mereka sangat

tergantung pada air untuk keberlangsungan hidup tanaman, kemudian

untuk sarana pengobatan ataupun membuang sial. Naga mewakili air

yang berartikehidupan itu sendiri. Karena motif naga memiliki makna

konotasi yang demikian, motif naga pun hanya boleh digunakan oleh

kaum paren (bangsawan).

Penggunaan motif naga ini diharapkan akan memberikan

kemakmuran dan perlindungan bagi kaum paren yang mengenakannya.

Sistem penggunaan motif naga yang hanya boleh digunakan kaum paren

ini sistem yang berlaku di masa kekaisaran Cina lampau dimana naga

merupakan motif istimewa yang hanya berhak digunakan oleh kaisar dan

keluarganya.

Gambar harimau

Pemakaian motif harimau pada golongan tertentu seperti dalam suku

Dayak adalah untuk menghadirkan mitos tertentu pada aspek sosial

masyarakat. Karena jika ditelusuri, secara konotasi harimau sering

dikaitkan dengan beberapa nilai seperti kepemimpinan, keberanian, dan

kekuatan Maka konotasi itu kini berkembang menjadi mitos

Bahwa motif harimau hanya pantas digunakan oleh seorang kepala

adat atau bangsawan (pres), karena nilai-nilai tersebut (kepemimpinan.

Keberanian, kekuatan) merupakan nilai yang merepresentasikan sikap

16
seorang kepala adat atau bangsawan, Golongan orang biasa (panyen)

yang secara status sosial berada dibawah golongan paren tidak berhak

menggunakan nilai-nilai tersebut untuk merepresentasikan dirinya. Dari

sinilah mitos tersebut semakin berkembang dan diyakini dalam

masyarakat Dayak Kenyah, bahwa ada akibat sial bagi orang panyen

yang nekat memakai motif tersebut.

Gambar Burung Enggang

Secara denotasi burung enggang yang menjadi figur motif enggang

adalah burung enggang gading (bucerodrhinoplax rigi) yang memiliki

habitat di Semenanjung Malaya. Sumatera, dan Kalimantan. Burung

enggang gading hidup di hutan, bersarang di pohon yang tinggi dan

membuat lubang di dalamnya Dalam masyarakat suku Dayak Kenyah

terdapat makna konotasi mengenai motif burung enggang dikarenakan

sifat-sifat unik dan cara hidup yang dibawa oleh burung enggangKetika

sedang berkembang biak, induk burung enggang betina akan mengerami

telur (inkubasi) dalam lubang pohon yang ditutup dengan tanah liat hingga

hanya tinggal panuhnya yang tampak. Selama proses ini burung enggang

betina akan bergantung pada burung enggang jantan dalam hal

memenuhi kebutuhan makanan.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan apa yang telah kita tulis di bab sebelumnya, pakaian

adat suku Dayak memiliki makna dan simbol budaya yang menandai

perkembangan, akulturasi dan ke khasan budaya tertentu. Pakaian dapat

pula menjadi penanda bagi pemikiran masyarakat, termasuk pakaian

tradisional masyarakat suku Dayak. Pakaian tradisional suku Dayak

mempunyai simbol dan makna tertentu.

memiliki ciri khas watak orang suku Dayak adalah "mamut menteng ureh

memeh" baik laki-laki maupun perempuan sama saja. Mamut menteng

artinya gagah perkasa, ureh yang berarti giat dan memeh yang artinya

suka mengalah.

5.2 Saran

Saya berharap, agar hasil makalah ini bisa memberikan manfaat

dan kegunaan bagi semua pihak yang ingin mengetahui tentang makna

yang ada pada pakaian adat suku Dayak. Pakaian tradisional masyarakat

suku Dayak salah satu kekayaan Nasional yang wajib di lestarikan.

Masyarakat suku Dayak sendiri sadar bahwa berusaha busana tradisional

ini suatu ketika akan punah bila tidak di lestarikan.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://encryptedbn3.gstatic.com/images?

q=tbn:ANd9GcQavL4ALyBwEArQD_qngCywMEYFpHjMbVL6tnvb3b

zELosP3mO4&hl=in_ID

https://encryptedn1.gstatic.com/images?

q=tbn:ANd9GcREH4hT36t_ccPEkk-KbY5czAwOQ-

OWFfQK9fY6lk9AvZUYT27o&hl=in_ID

https://encryptedtbn3.gstatic.com/images?

q=tbn:ANd9GcQavL4ALyBwEArQD_qngCywMEYFpHjMbVL6tnvb3b

zELosP3mO4&hl=in_ID

https://id.theasianparent.com/baju-adat-dayak-kalimantan/amp

https://kaltim.idntimes.com/news/kaltim/amp/ervan-masbanjar-1/makna-

aneka-warna-dan-pernak-pernik-pada-pakaian-adat-dayak-sakral

https://id.scribd.com/document/510981055/Makalah-Kebudayaan-

Kalimantan-Timur

19
20
21

Anda mungkin juga menyukai