Kokos Kosmanto/390717
Email: kokoskosmanto10@gmail.com
Abstrak
Abstract
Pendahuluan
Suku Dayak merupakan salah satu sub bangsa Indonesia, suatu rumpun
etnik besar di daerah Kalimantan. Orang Dayak juga di persepsikan sebagai
komunitas yang memegang teguh adat tradisinya, yang diwariskan secara turun
temurun dengan seluruh upacara ritualnya. Sehingga, sudah merupakan cara hidup
yang ada di suatu daerah/tempat sehingga menciptakan sistem relegi dengan
segala macam tradisinya. Sistem relegi dengan segala tradisionalitasnya ini, sudah
menjelma menjadi konsep-konsep untuk menentukan arti yang dipahami dan
dibangun (konstruk) oleh komunitas itu sendiri.
Saat ini, “budaya” telah menjadi sebuah konsep yang cukup plastis, 1 yang
dapat berarti sesuatu seperti ‘perkumpulan nilai-nilai yang dianut secara luas oleh
sebagian tertentu dari populasi manusia.’ Menurut Kroeber dan C. Kluckhohn
adalah kebudayaan terdiri dari pola-pola, yang eksplisit dan implisit, mengenai
dan bagi tingkah laku yang dilakukan dan disajikan dengan simbol-simbol, yang
terdiri dari pencapaian khusus dari kelompok-kelompok masyarakat, termasuk
perwujudan mereka dalam artefak-artefak; inti dari pokok budaya terdiri dari ide-
ide tradisional dan khususnya nilai-nilai yang melekat pada mereka; pada satu sisi,
sistem-sistem budaya yang dianggap sebagai hasil-hasil dari tindakan, di sisi lain
dianggap sebagai unsur-unsur yang menentukan tindakan selanjutnya.2 Proses
saling mempengaruhi kepercayaan yang diwariskan oleh nenek moyang (agama
lama; istilah agama lama untuk menunjuk kepada tradisi dan kepercayaan lokal
yang diwariskan oleh para leluhur setempat) dengan tradisi global (agama baru:
kepercayaan yang dibawa oleh pendatang), dan berpendidikan, namun pandangan
mereka terhadap tradisi lama menjadi bagian dari kehidupan Orang Dayak sebagai
ekspresi hubungan antara manusia dengan Pencipta-nya. Ekspresi hubungan
antara manusia dengan alam dan Tuhan, tidak bermasalah jika hanya dilihat sudut
pandang tradisi. Ekspresi itu menjadi bermasalah, ketika tradisi itu menjadi dilihat
dari sudut pandang agama formal.
1
plastis : perubahan bentuk yang terjadi pada benda secara permanen, walaupun beban yang
berkerja ditiadakan. pengertian elastis ; bila beban ditiadakan, maka benda akan kembali ke bentuk
dan ukuran semula
2
D. A. Carson. Kristus dan Kebudayaan (Momentum: Surabaya, 2018), 1-2
Pembahasan
Tanah Borneo berasal dari nama kesultanan Brunei, yaitu nama yang dipakai
oleh kolonial Inggris dan Belanda untuk menyebut pulau Kalimantan ini secara
keseluruhan, sedangkan nama Kalimantan merupakan nama yang digunakan oleh
penduduk kawasan Timur, pulau ini yang sekarang termasuk wilayah Indonesia.
Wilayah utara pulau ini (Sabah, Brunei, Sarawak). Kalimantan adalah salah satu
dari 5 pulau besar yang ada di Indonesia. Sebenarnya pulau ini tidak hanya orang
Dayak semata karena di sana ada orang Banjar (Kalimantan Selatan) dan orang
Melayu. Kalimantan Barat (Kalbar) dengan suku Dayak sebagai penduduk aslinya
kaya dengan keanekaragaman seni dan budaya peninggalan masa lalu. Satu dari
kearifan khasanah budaya warisan nenek moyang. Kalimantan Barat provinsi
yang memiliki kebudayaan yang cukup beragam, para pelajarnya pun harus turut
melestarikan kebudayaan Kalimantan Barat agar kebudayaan tersebut tidak punah
dan tidak tergantikan oleh budaya dari negara lain. Pulau Kalimantan memiliki
berbagai tradisi, adat-istiadat, kesenian, tari-tarian dan berbagai macam ritual
yang melekat dan erat dengan kehidupan masyarakat sehari-harinya. Tidak heran
banyak juga orang asing yang berlibur atau yang menetap sementara untuk
melakukan penelitian kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat Suku Dayak
Kalimantan Barat sangat menjunjung tinggi kerukunan, saling menghormati,
tolong-menolong terhadap sesama manusia baik antara Suku Dayak sendiri
maupun Suku bangsa lain, hal ini terlihat dari budaya Dayak yang sangat terkenal
yaitu Budaya Rumah Betang. Rumah Bentang adalah sebuah rumah panjang yang
didalamnya dihuni beberapa orang/keluarga yang hidup rukun damai antara satu
dengan yang lainnya.
4
Eko. “Simbol Mantra dalam Upacara Balenggang Masuarakat Dayak BAkati di Desa Mayak
Kecamatan Seluas Kabupaten Bengakayang” Cakrawala Linguista. e-ISSN: 2597-9779 dan p-
ISSN: 2597-9787. https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/37927/75676584272
5
Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara dan kerja sama antara berbagai
kelompok manusia. Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama dalam jangka waktu
yang cukup lama sehingga menghasilkan suatu adat istiadat.
6
https://www.neliti.com/id/publications/11674/gawai-dayak-dan-fanatisme-rumah-panjang-
sebagai-penelusuran-identitas. Diakses 4 September 2020.
sederhana memilki potensi besar dan sebagian besar belum dimanfaatkan oleh
sebagian besar kebudayaan dan arena itu seharusnya tidak diabaikan.
David Eko Setiawan “Menemukan Sebuah Model Misi Perintisan Jemaat Alkitabiah-Kontekstual
Bagi Sebuah Gereja Lokal Baru” Jurnal Fidei 1 (Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu)
https://www.google.com/search?
safe=strict&sxsrf=ALeKk01EYL0tgRXCEyp07WA7X1VzYdIAAw
Penginjilan dalam Perjanjian Baru. Menurut Darrel W Robinson, dalam
bukunya menjelaskan contoh tentang penginjilan, penginjilan peribadi di beri
contoh oleh Filipus dalam Kisah Para Rasul 8:4-40. 12 Di mana Filipus pada saat
itu dipimpin oleh Roh Kudus untuk meninggalkan pelayanannya di Samaria dan
pergi menuju wilayah padang gurun untuk menemui sida-sida yang merupakan
kepala perbendaharaan Sri Kandake. Kisah Para Rasul 8:26-40, dimana peristiwa
Filipus memenangkan satu jiwa bahkan sampai pada proses pembaptisan. Hal ini
menunjukkan bahwa strategi dalam penginjilan yang sangat berdampak kepada
mereka yang benar-benar belum mengerti banyak mengenai Injil, sehingga
kehadiran Filipus membawa keselamatan kepada sidasida tersebut. penginjilan
dipahami sebagai usaha proklamasi karya keselamatan yang dikerjakan Kristus
dengan adanya tanggapan pribadi, yaitu menerimanya sebagai Tuhan dan
juruselamat.13 Karena keselamatan adalah bersifat universal, semua orang akan
diselamatkan mereka yang mendengar dan memberikan respon hati terhadap Injil.
Alkitaba sendiri menegaskan bahwa keselamatan bersumber dari Allah. Pada
dasarnya manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri , sehingga umat
manusia membutuhkan kasih anugerah keselamatan dari Allah. Jadi hal demikian,
orang yang belum percaya sangat membutuhkan pekabaran Injil.14
Jadi, Paulus tidak berhenti pada teologi naturalism atau teologi universalisme
dan tidak berhenti pada teologi Allah yang universalisme dan tidak berhenti pada
teologi Alah yang universal, namun kenyataannya ia kemudian membawakannya
17
Susanto Dwiraharjo, “Kajian Eksegetikal Amat Agung Menurut Matius 28:18-20” Jurnal
Teologi Gracia Deo 1, no. 2, 2019, http://sttbaptisjkt.ac.id/e-journal/index.php/graciadeo.
18
Paul Enns, The Moody Handbook of The Theology (Malang: Literatur SAAT, 2007), 191.
19
David Eko Setiawan”Signifikansi Salib Bagi Kehidupan Manusia dalam Teologi Paulus” Fidei:
Jurnal Teologi Sistematika Dan Praktika, Vol.2 no.2, 2019 http://www.stt-tawangmangu.ac.id/e-
journal/index.php/fidei/article/download/73/. Diakses pada tanggal 17 September 2020
lagi kepada pernyataan Allah yang khusus di dalam Yesus Krisus. Jadi rangkaian
pendekataan dalam pemberitaannya di kota Listra: “Tuhan” tak berpribadi –
Tuhan yang hidup (Allah yang universal) – Tuhan yang berinkarnasi (pernyataan
khusus di dalam Yesus Kristus).20
Bahasa adalah salah satu prestasi puncak yang dicapai oleh umat manusia.
Kita memakai bahasa baik atau pun lisan. Bahasa merupakan alat komunikasi
yang sangat berperan penting di setiap umat manusia. Jika dibandingkan dengan
bagian dunia lainnya, hal ini terbukti di Asia yng mempunyai banyak macam
bahasa dan dialek.21 Di Desa Kiung, Kabupaten Bengkayang mengunakan bahasa
Dayak Bakati Kiung. Bahasa Dayak Bakati Kiung merupakan alat komunikasi
dalam keluarga dan antara masyarakat Dayak Bakati Kiung, dan sebagai
pengungkap gagasan pikiran dan kehendak penuturnya. Fungsi lainnya, bahasa
Dayak Bakati Kiung merupakan indentias dan kebanggaan masyarakat Kecamatan
Suti Semarang Kabupaten Bengkayang. Hal yang penting dalam masyarakat
Dayak Bakati Kiung dan masyarakat Kecamatan Suti Semarang, maka hal ini
sangat perlu diperhatikan oleh misionaris-misionaris untuk melakukan penilitian
dengan pendokumentasian bahasa dilakukan secara bertahap. Hal ini menjadi
suatu tahap dengan pendekatan memahami unsur-unsur kebudayaan termasuk
belajar memahami tentang bahasa Dayak Bakati Kiung.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, budaya memiliki arti: pikiran, aka budi, adat
istiadat, menyelidiki bahasa, sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah
berkembang (beradab, maju), sesuatu yang sudah menjadikan kebiasaan yang
sukar diubah.22 Willian, berpendapat bahwa “Kebudayaan adalah “pertunjukkan”
dari keyakinan dan nilai-nilai utama seseorang, atau sesuatu cara konkrit untuk
“mementaskan” agama. Setiap orang adalah aktor yang memakai kostum
kebudayaan yang sejarah, dan harus pula berada dalam adegan yang dikondisikan
oleh budaya dan sejarah. Kebudayaan adalah lingkungan dimana seseorang
menjadi aktor untuk memerankan adegan ketika berada di atas pentas.
Lingkungan kebudayaan memberikan pengaruh dan mengkondisikan apa yang
dilihat, dikatakan dan dilakukan aktor. Kebudayaan akan menjadi berbagai macam
perkakas apabila dunia diumpamakan sebagai panggung.23 Menurut pandangan
Budiono Herusatoto bahwa istilah “kebudayaan” berasal dari bahasa Jawa, yaitu
budi (akal budi, pikiran) dan daya (kekuatan). Kedua kekuatan tersebut disatukan
secara jarwa dhosok (dua kata dipadatkan menjadi kata dengan maksud
20
J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 778.
21
Daniel J. Adams. Teologi Lintas Budaya (BPK: Gunung Mulia, 1993), 44
22
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Depdikbud Balai Pustaka, 1997), 149
23
John D. and Ed. D.A. Carson, God and Culture (English: The Paternoster, 1947), 2.
mempersatukan arti kata ke dalam satu arti kata baru), sehingga memiliki arti:
kebudayaan adalah kekuatan batin dalam upaya menuju kebaikan atau kesadaran
batin menuju kebaikan.24
24
J. Verkuyl, Etika Kristen Kebudayaan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), 14.
25
Donatianus. “Dailektika Tradisi pada Komunitas Dayak Bakati Desa Sebunga Kabupaten
Sambas”Proyeksi: Jurnal Sosial dan Humaniora, Vol.23. no. 2, 2018.
https://fisipuntan.org/jurnal/index.php/proyeksi/article/viewFile/1744/1595
Respon mereka akan menerima kita saat kita memulai dengan memahami pikiran
dan kebutuhan kehidupan mereka.
3. Kontekstualisasi Sosial
Injil sangat memberikan dampak yang positif bagi setiap manusia yang
mempercayainya. Injil memberikan dampak tranformasi spiritual dan sosial.
Dengan kehadiran Injil dditengah-tengah kehidupan manusia sangatlah menarik.
Manusia dengan segala kompleksitas kebutuhannya ternyata membutuhkan
sesuatu yang dapat memberikan jawaban yang utuh (sempurna). Secara tidak
sadar manusia yang mendengarkan Injil sudah memberikan dampak positif bagi
kehidupan spiritual dan sosialnya. Selain memiliki kebutuhan spiritual, manusia
juga sangat membutuhkan kebutuhan sosial, kedual hal tersebut tidak dapat
dibutuhkan. Karena kehidupan yang baik adalah dengan hubungan secara
horizontal dan vertikal seimbang.27
Kesimpulan
Daftar pustaka
1. Buku
Adams, Daniel J. Teologi Lintas Budaya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993.
Bavinck, J.H. Sejarah Kerajaan Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
28
Manahan U. Simanjuntak, Diktat Misi Lintas Budaya STT Real Batam (Batam: STT Real, 2014),
25.
Carson, D.A. Kristus Dan Kebudayaan. Surabaya: Momentum, 2018.
Carson, John D. and Ed. D.A. God and Culture. English: The Paternoster, 1947.
Dever, Mark. Sembilan Tanda Gereja Yang Sehat. Surabaya: Momentum, 2010.
Enns, Paul. The Moody Handbook of The Theology. Malang: Literatur SAAT,
2007.
GP, Harianto. Komunikasi Dalam Lintas Budaya. Surabaya: Andi, 2012.
Harming. “Penginjilan Yesus Dalam Injil Yohanes 4:1-42.” Jurnal Evangelikal 1
(2017).
Matakupan, Thomy J. Prinsip-Prinsip Penginjilan. Surabaya: Momentum, 2002.
Robinson, Darrel W. Total Church Life. Edited by Lembaga Literatur Baptis.
Bandung, 2004.
Simanjuntak, Manahan U. Diktat Misi Lintas Budaya STT Real Batam. Batam:
STT Real, 2014.
Verkuyl, J. Etika Kristen Kebudayaan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982.
2. Jurnal
Setiawan, David Eko., “Menemukan Sebuah Model Misi Perintisan Jemaat
Alkitabiah-Kontekstual Bagi Sebuah Gereja Lokal Baru” Jurnal Fidei 1, 2018.
Setiawan, David Eko., “Konsep Keselamatan Dalam Universalisme Ditinjai Dari
Soteriologi Kristen: Suatu Refleksi Pastoral” Fidei; Junral, Vol.1 no.2, 2018.
Setiawan, David Eko., ”Signifikansi Salib Bagi Kehidupan Manusia dalam
Teologi Paulus” Fidei: Jurnal Teologi Sistematika Dan Praktika, Vol.2 no.2, 2019.
Setiawan, David Eko., “Kelahiran Baru Di Dalam Kristus Sebagai Titik Awal
Pendidikan Karakter Unggul” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan
Warga Jemaat, Vol.3 no. 2, 2019.
Setiawan, David Eko., “Dampak Injil Bagi Tranformasi Spiritual dan Sosial”,
Jurnal: Teologi daan Pendiddikan Kontekstual, Vol. 2, No. 1, 2019.
Donatianus. “Dailektika Tradisi pada Komunitas Dayak Bakati Desa Sebunga
Kabupaten Sambas” Proyeksi: Jurnal Sosial dan Humaniora, Vol.23. no. 2, 2018.
Hamid Darmadi. “Dayak Asal-usul dan Penyebarannya di Bumi Borneo”. Sosial
Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial. Vol. 3, No. 2, 2016.
Eko. “Simbol Mantra dalam Upacara Balenggang Masuarakat Dayak BAkati di
Desa Mayak Kecamatan Seluas Kabupaten Bengakayang” Cakrawala Linguista.
e-ISSN: 2597-9779 dan p-ISSN: 2597-9787.
3. Kamus Bahasa Indonesia