Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KLIPING

“KEBERAGAMAN SUKU BANGSA


DI INDONESIA”

MATA PELAJARAN PKN

DISUSUN OLEH :
KANAYA AZ ZALYKA
KELAS VI

SEKOLAH DASAR NEGERI 14 SINGKAWANG


KOTA SINGKAWANG
2023 / 2024
MENGENAL SUKU MELAYU DAN CAKUPAN WILAYAHNYA,
TERMASUK YANG BERDIAM DI PULAU REMPANG

Suku Melayu termasuk yang berdiam di Pulau Rempang, yang saat ini tengah mengalami
konflik agraria adalah sebuah kelompok etnis yang memiliki sejarah dan budaya yang kaya.
Suku ini memainkan peran penting dalam pembentukan masyarakat dan budaya di Indonesia.

Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) memberikan pernyataan
berkaitan degan nasib 16 kampung adat Melayu di Pulau Rempang Galang, Batam yang
terancam digusur. LAM menegaskan, masyarakat Rempang adalah suku
pertama melayu yang ada di Batam.

Sejarah Suku Melayu


Suku Melayu memiliki sejarah yang panjang dan kompleks. Menurut Badan Riset dan
Inovasi Nasional (BRIN), suku ini telah memengaruhi perkembangan agama dan budaya di
Nusantara selama berabad-abad. Mereka adalah salah satu suku paling awal yang memeluk
agama Islam di wilayah ini, yang kemudian memengaruhi agama-agama dan kepercayaan
setempat.

Sejarah suku Melayu yang kaya telah memberikan kontribusi besar terhadap peradaban
Nusantara. Etnis ini telah menjadi penghubung budaya, agama, dan perdagangan di kawasan
Indonesia dan sekitarnya.

Mereka dikenal sebagai pelaut ulung dan penjelajah yang berlayar jauh, membawa budaya
dan agama seperti Islam ke wilayah-wilayah yang mereka kunjungi.

Dalam sumber dari Pustaka Arsip Kabupaten Kampar, disebutkan bahwa Suku Melayu juga
memiliki tradisi maritim yang kuat. Mereka ahli dalam penggunaan perahu tradisional untuk
berdagang dan berlayar di perairan kepulauan.
Perkembangan Suku Melayu
Perkembangan Suku Melayu dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan. Di bidang budaya,
Suku Melayu dikenal karena seni dan kerajinan tangan mereka.

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan mencatat bahwa


mereka memiliki tradisi seni yang kaya, seperti tarian, musik, dan seni ukir, yang telah
berkembang menjadi ciri khas budaya Nusantara.

Budaya Melayu pun mencerminkan akulturasi yang unik. Di Kota Pekanbaru, seperti yang
diungkapkan dalam situs DJKN, kita dapat melihat jejak budaya Melayu melalui seni, musik,
tari, dan arsitektur. Rumah tradisional Melayu yang megah adalah contoh nyata dari identitas
budaya ini.

Selain itu, Suku Melayu juga memiliki bahasa Melayu sebagai bahasa ibu mereka. Bahasa ini
telah menjadi salah satu bahasa resmi Indonesia, yang menunjukkan pengaruh besar suku
tersebut dalam pembentukan bahasa dan identitas nasional.

Di sisi lain, makanan adalah bagian penting dari budaya Melayu. Hidangan seperti rendang,
nasi lemak, dan laksa adalah hidangan khas yang menjadi kebanggaan suku Melayu dan telah
meraih popularitas di seluruh dunia.

Cakupan Wilayah Suku Melayu


Suku Melayu mendiami wilayah yang luas di Indonesia, khususnya di bagian barat dan
tengah. Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau menyebutkan bahwa Suku Melayu
banyak ditemui di wilayah-wilayah seperti Riau, Jambi, Sumatera Barat, dan sebagian
Sumatera Selatan.

Selain di Indonesia, Suku Melayu juga mendiami wilayah-wilayah di negara tetangga seperti
Malaysia, Brunei, dan Singapura. Wilayah ini sering disebut sebagai Nusantara Melayu yang
mencakup wilayah pesisir dan pulau-pulau di sekitarnya.

Penting untuk dicatat bahwa kehadiran suku Melayu bukan hanya dalam hal geografi, tetapi
juga dalam bidang agama. Mereka berperan penting dalam penyebaran agama Islam di
kawasan ini, yang masih berdampak hingga hari ini.
SUKU DAYAK BERASAL DARI KALIMANTAN, BERIKUT ASAL-
USUL DAN TRADISINYA

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, bahasa, adat, dan suku. Dari 300
kelompok etnik di Indonesia, Suku Dayak menjadi salah satu suku yang paling terkenal di
Indonesia.

Suku Dayak memiliki beragam kebudayaan yang unik, termasuk rumah adat, pakaian, dan
senjata tradisional. Suku Dayak memiliki jumlah populasi sekitar 3.009.494 jiwa, yang
mewakili sekitar 1,27% dari seluruh penduduk Indonesia.

Lalu, suku Dayak berasal dari wilayah mana? Untuk mengetahui jawabannya, yuk simak
penjelasan di bawah ini hingga akhir!

Asal Usul Suku Dayak


Suku Dayak adalah kelompok penduduk asli di pulau Kalimantan, Indonesia. Mereka
tersebar di lima provinsi Kalimantan, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.

Dilansir dari laman Kemendikbud, Suku Dayak memiliki asal-usul keturunan dari imigran
yang berasal dari Provinsi Yunnan di China Selatan, tepatnya di Sungai Yang Tse Kiang,
Sungai Mekong, dan Sungai Menan.

Pada awalnya, kelompok ini bermigrasi menuju Semenanjung Malaysia, dan kemudian
mereka melanjutkan perjalanan ke bagian utara Pulau Kalimantan.

Asal usul nama suku Dayak adalah penjajah Belanda yang melakukan ekspansi di
Kalimantan atau Borneo saat itu. Suku Dayak tinggal di daerah sungai di dalam hutan dan
mereka mencari nafkah sebagai nelayan di hulu sungai.
Dalam sejarah mereka, suku Dayak pernah memiliki kerajaan sendiri, namun akhirnya
dikalahkan oleh kerajaan Majapahit.

Setelah kerajaan Dayak runtuh, banyak orang Dayak mulai memeluk agama seperti Islam,
Kristen, dan lainnya, sehingga mereka meninggalkan sebagian aspek adat dan budaya Dayak
dan bergabung dengan suku Melayu dan Banjar.

Kelompok Etnis Suku Dayak


Suku Dayak yang berasal dari Kalimantan ini terdiri dari lebih dari 200 sub kelompok etnis
yang sebagian besar tinggal di daerah aliran sungai atau pegunungan di bagian selatan dan
tengah pulau Kalimantan.

Suku Dayak terbagi menjadi enam rumpun etnis utama, termasuk Rumpun Klemantan,
Rumpun Murut, Rumpun Iban, Rumpun Apokayan, Rumpun Ot Danum-Ngaju, dan Rumpun
Punan.

Rumpun Dayak Punan dianggap sebagai yang paling lama mendiami Kalimantan. Dari
keenam rumpun ini, ada 405 sub-etnis suku Dayak yang memiliki karakteristik dan ciri khas
yang berbeda-beda.

Dari banyaknya sub-etnis tersebut terdapat kesamaan ciri-ciri budaya yang khas seperti
rumah panjang, peralatan tradisional tembikar, sumpit, mandau, beliung atau kapak Dayak,
mata pencaharian, dan seni tari yang khas.

Awalnya, banyak dari mereka menganut kepercayaan tradisional Kaharingan, tetapi sejak
abad ke-19, banyak yang mengadopsi agama Islam atau Kristen.

Tradisi Suku Dayak


Dilansir dari berbagai sumber, suku Dayak memiliki berbagai tradisi unik yang masih dijaga
hingga saat ini. Beberapa di antaranya meliputi:

1. Tradisi Kuping Panjang


Di Kalimantan Timur, perempuan Dayak memiliki tradisi unik memanjangkan telinga
mereka. Keyakinan di balik tradisi ini adalah bahwa telinga yang panjang membuat
perempuan terlihat semakin cantik.
Selain untuk aspek kecantikan, memanjangkan telinga juga memiliki nilai simbolis
dalam menunjukkan status kebangsawanan dan melatih kesabaran.
Proses memanjangkan telinga melibatkan penggunaan logam sebagai pemberat yang
ditempatkan di bawah telinga atau digunakan untuk anting-anting.
Perempuan Dayak diperbolehkan memanjangkan telinga hingga dada, sementara laki-
laki bisa memanjangkan telinga hingga bawah dagu.
2. Tradisi Tato
Tato atau rajah adalah simbol kekuatan, hubungan dengan Tuhan, dan perjalanan
kehidupan bagi suku Dayak. Tradisi tato ini masih dilakukan baik oleh laki-laki maupun
perempuan Dayak.
Proses pembuatan tato terkenal karena masih menggunakan peralatan sederhana, di mana
orang yang akan ditato akan menggigit kain sebagai pereda sakit, dan tubuhnya akan
dipahat menggunakan alat tradisional.
Setiap gambar tato memiliki makna khusus, misalnya tato bunga terong menandakan
kedewasaan bagi laki-laki, sementara perempuan mendapatkan tato Tedak Kassa di kaki
untuk menandakan kedewasaan mereka.
Dalam konteks sejarah, dikatakan bahwa suku Dayak Iban menggunakan tato ini selama
peperangan untuk membedakan antara teman dan musuh.

3. Tradisi Tiwah
Tiwah adalah upacara pemakaman masyarakat Dayak Ngaju yang melibatkan
pembakaran tulang belulang kerabat yang telah meninggal.
Tradisi ini dilakukan sesuai dengan kepercayaan Kaharingan dan dipercaya membantu
arwah orang yang meninggal untuk menuju dunia akhirat atau disebut juga dengan nama
Lewu Tatau.
Selama pelaksanaan Tiwah, keluarga yang ditinggalkan akan menari dan bernyanyi
sambil mengelilingi jenazah.
Proses pembakaran tulang belulang jenazah dilakukan secara simbolis, sehingga tidak
semua tulang jenazah ikut dibakar dalam upacara Tiwah.

4. Tradisi Ngayau
Tradisi berburu kepala ini, yang pernah ada tetapi sekarang sudah dihentikan, melibatkan
pemburuan kepala musuh oleh beberapa rumpun Dayak, seperti Ngaju, Iban, dan
Kenyah.
Tradisi ini penuh dendam turun-temurun sebab anak akan memburu keluarga pembunuh
ayah mereka dan membawa kepala musuh ke rumah. Ngayau juga menjadi syarat agar
pemuda Dayak bisa menikahi gadis yang mereka pilih.
Pemuda Dayak diwajibkan untuk berpartisipasi dalam tradisi berburu kepala sebagai cara
untuk membuktikan kemampuannya dalam memuliakan keluarganya dan meraih gelar
Bujang Berani.
Larangan terhadap tradisi ini dihasilkan dari musyawarah Tumbang Anoi pada tahun
1874, yang bertujuan menghindari perselisihan di antara suku Dayak.
Nah, itulah tadi penjelasan mengenai suku Dayak. Suku Dayak berasal dari pulau
Kalimantan dan tersebar di lima provinsi di Kalimantan.
MENGENAL SUKU-SUKU TIONGHOA YANG ADA DI INDONESIA

Masyarakat Tionghoa adalah salah satu etnis yang sudah memiliki hubungan sejak lama
dengan masyarakat Indonesia. Entah itu yang tujuannya singgah untuk berdagang maupun
yang bekerja di sini, mereka pun bisa menyatu di tengah kehidupan masyarakat lokal.
Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang menetap di Indonesia. Ada pula yang melakukan
perkawinan dengan penduduk lokal, sehingga dari generasi ke generasi mereka pun menjadi
salah satu bagian dari masyarakat yang baru.
Namun, apakah kawan GNFI sudah tahu kalau orang-orang Tionghoa ini juga sebenarnya
memiliki suku-suku atau sub etnisnya tersendiri yang berbeda-beda di setiap daerah di
Indonesia? Berikut adalah suku-suku Tionghoa tersebut :

Hokkien

Suku hokkien tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dan menjadi salah satu yang terbesar
di Indonesia. Asal mereka adalah dari daerah tenggara Cina daratan, tepatnya di Provinsi
Fujian.
Persebaran orang-orang Hokkien bisa kita temui di daerah Medan, Pekanbaru, Jambi,
Palembang, Bengkulu, Jakarta, Surabaya, Bali, Kutai, Banjarmasin, Makassar, Kendari,
Manado, hingga Maluku.
Hakka
Selanjutnya adalah suku Hakka atau kerap disebut juga sebagai suku Khek. Mereka kerap
menggunakan bahasa Hakka. Asal mereka adalah dari daerah pegunungan Guangxi, Fujian,
dan Guangdong. Kalau di Tiongkok, orang-orang ini kerap dianggap sebagai suku yang
berpindah-pindah karena sering sekali merantau.

Di Indonesia, kita bisa menjumpai orang-orang Tionghoa keturunan Hakka di daerah Bangka
Belitung, Batam, Lampung, Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, hingga Papua.

Tiochiu/Teochew
Di Cina, masyarakat suku Tiochiu juga terkenal sebagai etnis yang kerap merantau ke luar
tanah Tiongkok. Asal mereka sebenarnya dari Fujian, namun karena populasinya terlalu
banyak, mereka pun pindah ke pesisir Guangdong. Dengan dialek Tiochiu, bahasa mereka
pun terpengaruh antara Kanton dan Hakka.

Keturunan suku Tiochiu banyak bermukim di daerah Kalimantan Barat seperti Pontianak dan
Ketapang, kemudian di Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jawa, Riau, Jambi, serta Sumatra
Selatan.

Kanton
Orang-orang suku Kanton ini asalnya dari Guangzhou. Dari segi bahasa, mereka kerap
menggunakan Bahasa Kanton atau Konghu yang menjadi salah satu bahasa dari Cina yang
banyak dituturkan orang-orang di seluruh dunia.

Masyarakat Tionghoa bersuku Kanton bisa kita jumpai di daerah Manado, Makassar, Medan,
dan Jakarta.

Hainan
Kata ‘hainan’ mungkin kerap didengar sebagai salah satu menu makanan. Namun,
sebenarnya Hainan adalah salah satu suku dari Tiongkok. Sesuai namanya, mereka berasal
dari Pulau Hainan yang berada di daerah selatan Cina yang dekat dengan Vietnam dan
berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan.

Orang-orang Hainan bisa kita temui di daerah Manado, Batam, dan Pekanbaru.

Selain itu, sebenarnya masih ada lagi etnis Tionghoa lain yang ada di Indonesia, seperti suku
Hokchia, Hui, hingga Henghwa. Namun, sebarannya bisa dikatakan tidak terlalu banyak.
CIRI KHAS SUKU MADURA, DARI BAHASA HINGGA TRADISINYA

Suku Madura merupakan salah satu suku yang berada di pulau Madura, pulau kecil di sisi
timur pulau Jawa. Ada beragam ciri khas suku Madura yang hingga saat ini masih banyak
yang belum tahu. Berdasarkan sejarah, suku Madura sudah mendiami pulau Madura sejak
ratusan tahun lalu. Meski terletak di bagian timur pulau Jawa, namun suku ini memiliki adat
dan budaya yang unik.

Bahkan sekarang ini sudah banyak suku lain yang mendiami wilayah tersebut. Namun, ciri
khas dari suku Madura tidak akan pernah tergantikan seperti dalam penjelasan berikut.

Ciri Khas Suku Madura


Dikutip dari Buku Budaya dan Masyarakat Madura karya Dr. Bani Eka Dartiningsih, berikut
ini terdapat beberapa penjelasan terkait ciri khas suku Madura mulai dari bahasa hingga
tradisi.

1. Suku Madura
Suku Madura merupakan salah satu etnik di Indonesia yang menjadi kelompok suku terbesar
ketiga di Indonesia. Perlu kamu tahu bahwa hingga saat ini suku Madura masih menjadi
populasi terbesar di Indonesia.

Suku Madura sendiri berasal dari Kepulauan Madura di ujung timur Provinsi Jawa Timur dan
dipisahkan oleh selat Madura. Selat tersebut juga menjadi pemisah secara geografis antara
orang Madura dengan orang Jawa.

Hal ini tentu saja menimbulkan perbedaan dari segi adat istiadat, bahasa dan budaya dari
kedua suku tersebut.
2. Watak dan Karakter Suku Madura
Suku Madura terkenal dengan watak dan karakter sosial yang memegang teguh adat istiadat
dan tradisi setempat. Masyarakat Madura juga terkenal patuh dan taat terhadap ajaran agama
Islam dan berpegang teguh pada tradisi dan adat istiadat.

3. Ciri Khas Orang Madura


Sebenarnya, orang Madura masih termasuk ke dalam suku bangsa Jawa juga, meskipun
cukup berbeda dari suku Jawa yang lain. Logat daerah menjadi ciri khas orang Madura yang
mudah dikenal oleh suku bangsa lain.

Orang Madura tidak mengenal penggunaan tingkatan bahasa sebagaimana yang sering
dipakai oleh orang Jawa. Bahkan orang Madura juga tidak mengenal adanya budaya priyayi
karena pada masa lalu di wilayah Madura tidak banyak berkembang kerajaan.

4. Tradisi Karapan Sapi


Tradisi ini biasanya digelar untuk melakukan lomba adu kecepatan lari dua ekor sapi.
Biasanya, panjang lintasan 100 meter. Sapi yang menang lomba akan mendapatkan hadiah.

5. Petik Laut
Tradisi ini dikenal dengan tradisi Rokat Tase atau petik laut. Tradisi ini dilakukan sebagai
bentuk wujud syukur kepada Tuhan. Rangkaian acara dimulai dari istighosah hongga tahlil
yang dilakukan secara massal dan dipimpin oleh tokoh agama.

Sekarang kamu sudah tahu ciri khas suku Madura yang berbeda dengan suku bangsa yang
lainnya. Meskipun suku Madura masih masuk ke dalam suku bangsa Jawa, namun perbedaan
antara keduanya sangat ketara. (DSI)
MENGENAL SUKU JAWA, SEJARAH, DAN KEBUDAYAANNYA

Suku Jawa merupakan suku terbesar yang berada di Indonesia. Suku ini terkenal akan
tatakrama, lemah lembut, dan sopan.

Masyarakatnya tidak hanya berada di Jawa saja, melainkan tersebar ke seluruh pelosok
Indonesia. Hal ini karena penduduk Pulau Jawa ikut program transmigrasi saat pemerintahan
Orde Baru.

Kebesaran suku Jawa tak bisa dilepaskan dari sejarahnya yang panjang. Hasil kebudayaan
berupa peradaban suku Jawa menjadi salah satu yang paling maju.

Hal ini dibuktikan dengan adanya kerajaan-kerajaan adidaya yang berdiri di tanah Jawa
beserta beragam warisannya yang masih dapat dilihat hingga saat ini. Misalnya kerajaan
Mataram dan Majapahit, serta candi-candi seperti Borobudur atau Prambanan, menjadi bukti
besarnya kekuatan yang pernah berjaya di suku Jawa.

Selain itu sebagian besar suku Jawa juga masih mempercayai mitos-mitos leluhurnya.

Tidak banyak yang tahu tentang Suku Jawa. Untuk itu telah dirangkum dari berbagai sumber
sejarah Suku Jawa yang bisa kamu pelajari.

1. Menurut Arkeolog
Teori mengenai asal-usul suku Jawa pertama kali dikemukakan oleh para arkeolog. Mereka
meyakini bahwa nenek moyang suku Jawa adalah penduduk pribumi yang tinggal jutaan
tahun yang lalu di pulau ini.
Berdasarkan berbagai penelitian, arkeolog menemukan beberapa fosil manusia purba yang
dipercaya sebagai asal-usul suku Jawa seperti Pithecanthropus Erectus dan Homo Erectus.
Fosil tersebut dilakukan tes DNA dengan suku Jawa pada masa kini, hasil DNA tersebut
menyatakan tidak ada perbedaan yang jauh satu antara lain. Hal ini akhirnya dipercayai oleh
ahli arkeolog sebagai asal-usul keberadaan suku Jawa.

2. Menurut Sejarawan
Berbeda dengan kesimpulan dari arkeolog. Sejarawan meyakini bahwa asal-usul suku Jawa
berasal dari orang-orang yunan, di negara China. Sejarawan asal Belanda, Prof Dr.H.Kern
mengungkapkan penelitiannya pada tahun 1899. Dia menyebutkan bahwa bahasa daerah di
Indonesia mirip satu sama lain.

Kemudian ia menarik kesimpulan jika bahasa tersebut berasal dari akar rumpun yang sama
yaitu rumpun Austronesia. Hal itu yang menyakini sejarawan sebagai asal-usul terbentuknya
Suku Jawa.

3. Babad Tanah Jawa


Diceritakan bahwa masyarakat Jawa berasal dari Kerajaan Keling atau Kalingga yang berada
di daerah India Selatan. Salah satu Pangeran Kerajaan Keling yang tersisih akibat perebutan
kekuasaan pergi meninggalkan kerajaan dan diikuti dengan para pengikutnya.

Pangeran Keling pergi sangat jauh dari kerajaan. Akhirnya Pangeran Keling menemukan
sebuah pulau kecil yang belum berpenghuni dan melakukan gotong royong untuk
membangun pemukiman bersama pengikutnya, yang kemudian pulau ini diberi nama
Javacekwara. Hal tersebut menjadikan keturunan pangeran dan para pengikutnya dianggap
sebagai nenek moyang suku Jawa.

4. Surat Kuno Keraton Malang


Surat kuno ini bercerita mengenai asal-usul penduduk Jawa yang berasal dari kerajaan Turki
pada tahun 450 SM. Raja Turki mengirim rakyatnya untuk mengembara dan membangun
daerah kekuasaan mereka yang belum berpenghuni.

Akhirnya mereka menemukan tanah yang subur dan memiliki aneka bahan pangan. Semakin
lama semakin banyak migrasi yang datang ke pulau ini dan akhirnya pulau tersebut diberi
nama tanah jawi karena terdapat banyak tanaman jawi.

5. Tulisan Kuno India


Asal-usul suku Jawa kali ini menyebutkan bahwa pada zaman dahulu beberapa pulau di
kepulauan Nusantara menyatu dengan daratan Asia dan Australia. Hingga terjadi musibah
yang menyebabkan meningkatnya permukaan air laut yang merendam beberapa daratan dan
memisahkan pulau-pulau tersebut dari daratan dan memunculkan pulau-pulau baru seperti
Pulau Jawa.
Menurut tulisan kuno India ini, Aji Saka menjadi orang pertama yang menemukan dan
menginjakkan kakinya di tanah Jawa pertama kali, sehingga Aji Saka beserta para pengawal
juga pengikutnya dianggap sebagai nenek moyang suku Jawa.
Selain sejarah, adapula kebudayaan yang terdapat pada Suku Jawa yang dipercaya sebagai
peninggalan dari nenek moyang, antara lain:

1. Wayang Kulit
Wayang kulit sudah menjadi ikon suku Jawa. Pertunjukan wayang kulit dilakukan selama
semalam suntuk, wayang kulit juga dimainkan dengan cerita khas suku jawa seperti
Mahabharata atau Ramayana.

Sebagai pelengkap pertunjukan wayang kulit dimainkan oleh dalang dan diiringi dengan
musik gamelan khas jawa serta nyanyian dari sinden ditambah dengan lampu sorot. Wayang
kulit juga dipercaya sebagai ciptaan dan disebarluaskan oleh Wali Songo. Wali Songo adalah
tokoh ulama yang menyebar Islam di pulau Jawa. Wali Songo memerlukan media dakwah
yang dapat menjangkau seluruh kalangan.

2. Senjata Tradisional
Suku Jawa dikenal juga dengan senjatanya yang memiliki berbagai makna dan bentuk yang
unik. Salah satu senjata khas Jawa yaitu keris. Keris merupakan alat pusaka yang sangat
penting yang juga dipercaya memiliki kesaktian. Keris dibuat oleh para Mpu yang ditempa
serta diberi mantra-mantra.

Salah satu keris yang melegenda ialah keris Mpu Gandring dalam cerita Ken Arok karena
mampu menjadikannya sebagai penguasa kerajaan Singasari.

3. Tarian Tradisional
Beberapa tarian Jawa yang cukup populer hingga saat ini seperti sintren, bedhaya, kuda
lumping, dan reog memiliki gerakan yang beraneka ragam dari mulai yang lemah-gemulai
hingga cepat. Tarian tersebut biasa dimainkan saat ada upacara adat atau kegiatan lain seperti
penyambutan tamu.

4. Alat Musik Tradisional


Alat musik tradisional Suku Jawa adalah gamelan, semua musik jawa diciptakan dari bunyi-
bunyi yang dihasilkan dari gamelan. Gamelan merupakan gabungan dari beberapa alat musik
seperti kendang, gong, kenong, bonang, kempul, gambang, slenthem dan lain-lain. Gamelan
digunakan oleh Wali Songo pada zaman dahulu untuk menyebarkan agama Islam.

5. Bahasa dan Aksara Jawa


Suku Jawa memiliki bahasa dan aksara yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Bahasa
jawa juga memiliki beberapa tingkatan untuk berkomunikasi sehari-hari. Tingkatan tersebut
yaitu ngoko yang merupakan bahasa sedikit kasar yang digunakan kepada seseorang yang
tingkatannya berada di bawah, kemudian krama madya yaitu bahasa Jawa yang digunakan
kepada orang yang sederajat, dan krama inggil yaitu bahasa yang digunakan kepada orang
yang lebih tua atau dihormati.

Sedangkan aksara Jawa memiliki 20 huruf yaitu ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha,
ja,ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga. Artinya adalah ada dua utusan yang setia saling bertarung
sama-sama saktinya dan sama-sama matinya.

6. Budaya Kejawen
Budaya Kejawen merupakan budaya yang cukup terkenal dan melekat pada suku Jawa.
Budaya kejawen ini mengajarkan tentang gabungan dari adat istiadat, budaya, pandangan
sosial, dan filosofis orang Jawa. Ajaran kejawen hampir mirip seperti agama yang
mengajarkan spiritualitas masyarakat Jawa kepada penciptanya.

Anda mungkin juga menyukai