Anda di halaman 1dari 15

KEBUDAYAAN, TRADISI, DAN MASYARAKAT

SUKU DAYAK KALIMANTAN

KELOMPOK 5 :
Alfaidah Esaputri Fantasi Parojai : C1F123031
Fice Iratu : C1F123039
Fitriayu Kris : C1F123041
Nurul : C1F123055
Wa Mita : C1F123065
Danis DananJaya : C1F123079
Farlan Afidun H : C1F123081

PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN ILMU INFORMASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALO OLEO
2023
Pendahuluan

Suku Dayak adalah kelompok etnis pribumi yang mendiami pulau Kalimantan.
Indonesia. Berikut adalah gambaran tentang topik yang kami anggkat.

1. Sejarah dan Asal usul Suku Dayak


2. Keanekaragaman subkelompok Suku Dayak
3. Tradisi dan upacara Adat Suku Dayak
4. Gaya hidup Tradisional Suku Dayak
5. Bahasa dan seni Suku Dayak
6. Agama dan kepercayaan Suku Dayak
7. Kehidupan sehari-hari Suku Dayak
A. SEJARAH DAN ASAL USUL

Suku Dayak berasal dari Kalimantan yang memiliki jumlah populasi dan
dominasi terbesar. Suku Dayak sendiri tersebar di lima provinsi yang terdapat di
Pulau Kalimantan. suku Dayak tersebar di Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Berdasarkan
terakhir data dari sensus penduduk, Suku Dayak memiliki jumlah hingga
mencapai 3.400.000 jiwa.

Asal usul nama suku Dayak diberikan oleh penjajah Belanda yang saat itu
menempati pulau Kalimantan karena sedang melakukan ekspansi di pulau Borneo.
Suku Dayak sendiri merupakan sebuah suku pedalaman yang tinggal di dekat
aliran sungai di hutan. Oleh karena itu, banyak penduduk suku Dayak yang
memiliki mata pencarian sebagai nelayan di hulu sungai untuk mencari bahan
baku makanan. Suku Dayak kemudian menjadi istilah bago 200 sub kelompok
lebih etnis suku yang umumnya tinggal di aliran sungai atau pegunungan
pedalaman bagian selatan dan juga tengah pulau Kalimantan. Berdasarkan sejarah,
suku ini juga pernah mendirikan suatu kerajaan namun akhirnya berhasil
dikalahkan oleh kerajaan Majapahit. Ketika kerajaan tersebut runtuh, banyak
masyarakat suku Dayak yang mengenal agama, seperti Islam, Kristen dan lainnya
sehingga mereka memilih lepas dari adat dan kebudayaan Dayak kemudian
membentuk suatu koloni baru, yaitu suku Melayu dan Banjar.

Suku Dayak memiliki 6 rumpun yakni Rumpun Klemantan, Rumpun Murut,


Rumpun Iban, Rumpun Apokayan, Rumpun Ot Danum- Ngaju, dan Rumpun
Punan. Rumpun Dayak Punan merupakan sub etnis suku Dayak yang diperkirakan
paling lama mendiami pulau Kalimantan. Kemudian, keenam rumpun Dayak ini,
kembali diklasifikasikan menjadi 405 sub-etnis suku Dayak yang masing-masing
mempunyai karakteristik dan ciri khas yang berbeda-beda.
B. KEANEKARAGAMAN SUBKELOMPOK SUKU DAYAK

Suku Dayak adalah salah satu kelompok etnis di Indonesia yang tersebar di
daerah Kalimantan. Keberagaman subkelompok dalam Suku Dayak mencakup
kesukuan, bahasa, kepercayaan, dan adat istiadat.

1. Suku Dayak Ngaju


Suku Dayak Ngaju merupakan subkelompok terbesar dalam Suku Dayak. Mereka
mendiami wilayah Kalimantan Tengah, terutama di Kabupaten Kotawaringin
Barat, Kabupaten Kapuas, dan Kabupaten Gunung Mas. Bahasa yang digunakan
oleh Suku Dayak Ngaju adalah bahasa Dayak Ngaju.

2. Suku Dayak Ma'anyan


Suku Dayak Ma'anyan merupakan subkelompok Suku Dayak yang mendiami
wilayah Kalimantan Selatan, terutama di Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten
Tabalong, dan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Mereka memiliki bahasa sendiri
yang disebut bahasa Dayak Ma'anyan.

3. Suku Dayak Iban


Suku Dayak Iban, juga dikenal sebagai Suku Day ak Sea Dayak, merupakan
subkelompok Suku Dayak yang banyak ditemukan di daerah Kalimantan Barat.
Mereka juga tersebar di beberapa daerah di Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Selatan. Suku Dayak Iban memiliki bahasa sendiri yang disebut bahasa Iban.

4. Suku Dayak Bakumpai


Suku Dayak Bakumpai mendiami wilayah Kalimantan Selatan, terutama di
Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dan Kabupaten
Tabalong. Mereka memiliki bahasa sendiri yang disebut bahasa Bakumpai.
5. Suku Dayak Taman
Suku Dayak Taman mendiami wilayah Kalimantan Tengah, terutama di
Kabupaten Gunung Mas dan Kabupaten Murung Raya. Mereka memiliki bahasa
sendiri yang disebut bahasa Dayak Taman.

6. Suku Dayak Punan


Suku Dayak Punan merupakan kelompok suku paling kecil dalam Suku Dayak.
Mereka tersebar di beberapa wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

Terdapat juga subkelompok lain dalam Suku Dayak, seperti Suku Dayak Bahau,
Suku Dayak Kenyah, Suku Dayak Murut, Suku Dayak Modang, Suku Dayak Ot
Danum, dan lain sebagainya. Setiap subkelompok memiliki kebudayaan, adat
istiadat, dan bahasa yang berbeda, meskipun terdapat juga persamaan dalam
beberapa aspek kehidupan mereka.

Keanekaragaman subkelompok dalam Suku Dayak memberikan gambaran


tentang keragaman budaya dan kehidupan masyarakat Dayak. Mereka memiliki
tradisi dan kepercayaan yang khas, seperti upacara adat, tarian, musik tradisional,
pahatan kayu, dan seni kerajinan lainnya. Keberagaman ini juga mencerminkan
pentingnya menjaga dan merawat warisan budaya Suku Dayak agar tetap hidup
dan berkembang di tengah perkembangan zaman.
C. TRADISI DAN UPACARA ADAT

Suku Dayak yang masih bertahan dan menetap di daerah-daerah asalnya masih
mempertahankan tradisi suku Dayak. Beberapa tradisi yang dipegang dinilai unik dan
jarang terekspos oleh media.

1. Tradisi kuping Panjang

Orang-orang suku Dayak, memiliki tradisi yang cukup unik yaitu


memanjangkan telinganya. Tradisi ini, hanya dilakukan oleh perempuan Dayak
yang berada di Kalimantan timur. Ada sebuah anggapan ketika seorang
perempuan Dayak memiliki telinga panjang, maka ia akan terlihat semakin cantik.
Oleh karena itu, banyak perempuan Dayak yang memanjangkan telinga karena
semakin panjang, maka akan semakin terlihat cantik.

Selain karena kecantikan, memanjangkan kuping juga disebut sebagai tradisi


untuk menunjukan status kebangsawanan serta melatih kesabaran. Untuk
memanjangkan telinga, perempuan suku Dayak biasanya menggunakan logam
sebagai pemberat yang ditaruh di bawah telinga atau tempat memasang anting-
anting. Bagi perempuan Dayak, mereka diperbolehkan untuk memanjangkan
telinga hingga dada. Sedangkan laki-laki Dayak diperbolehkan memanjangkan
telinga hingga mencapai bawah dagu.

2. Tato

Tradisi kedua dari masyarakat suku Dayak ialah tato yang menjadi simbol dari
kekuatan serta hubungan mereka dengan Tuhan, perjalanan kehidupan, dan lain
sebagainya. Hingga kini, tradisi tato masih dimiliki dan dilakukan oleh
masyarakat suku Dayak.

Menggambar tato, tidak hanya dilakukan oleh laki-laki saja, akan tetapi juga
perempuan Dayak. Proses pembuatan tato yang dilakukan oleh masyarakat suku
Dayak pun terkenal. Sebab, mereka masih menggunakan peralatan sederhana, di
mana orang yang akan ditato hanya akan menggigit kain sebagai pereda sakit dan
tubuhnya akan dipahat menggunakan alat tradisional.
Gambar tato yang dilukiskan di badan masyarakat suku Dayak juga tidak
sembarangan. Setiap gambar memiliki makna tersendiri. Contohnya seperti tato
bunga terong yang ada pada laki-laki Dayak, bunga terong menggambarkan
bahwa laki-laki tersebut telah memasuki tahap dewasa. Sedangkan bagi
perempuan Dayak, untuk menandakan kedewasaan, maka ia akan mendapatkan
tato Tedak Kassa yang digambar di kaki.

3. Ngayau atau berburu kepala

Ngayau atau berburu kepala merupakan salah satu tradisi yang dimiliki oleh
masyarakat suku Dayak dan telah dihentikan saat ini. Alasanya, karena tradisi ini
cukup mengerikan dan mengancam nyawa seseorang.

Ngayau merupakan tradisi di mana seseorang dari suku Dayak akan berburu
kepala musuhnya. Tradisi ngayau ini hanya dilakukan oleh beberapa rumpun
Dayak saja, yaitu Ngaju, Iban, serta Kenyah.

Tradisi berburu kepala ini merupakan tradisi yang penuh dendam. Sebab,
seorang anak akan memburu keluarga dari pembunuh ayahnya dan mengambil
kepala dan membawa kepala tersebut ke rumah. Tradisi ini ditanamkan secara
turun temurun.

Berburu kepala harus dilakukan oleh pemuda Dayak sebagai wujud


pembuktian, bahwa ia mampu membanggakan keluarganya dan menyandang
gelar Bujang Berani. Tidak hanya itu, ngayau menjadi syarat agar para pemuda
Dayak dapat menikahi gadis pilihannya. Perburuan kepala, tidak dilakukan
sendirian akan tetapi dalam sebuah kelompok kecil ataupun besar.

Akan tetapi pada tahun 1874, kepala suku Dayak Khayan kemudian
mengumpulkan para kepala suku dari rumpun lainnya dan menyepakati hasil
musyawarah Tumbang Anoi. Hasil musyawarah tersebut berisi larangan untuk
melaksanakan tradisi ngayau, karena dapat menyebabkan perselisihan di antara
suku Dayak.
4. Tiwah

Tradisi suku Dayak selanjutnya ialah Tiwah, Tiwah merupakan upacara


pemakaman yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Ngaju, di mana mereka akan
membakar tulang belulang dari kerabat yang telah meninggal dunia.

Menurut kepercayaan Kaharingan, tradisi Dayah Tiwah, dipercaya mampu


mengantarkan arwah dari orang yang telah meninggal agar mudah menuju dunia
akhirat atau disebut pula dengan nama Lewu Tatau.

Ketika melaksanakan tradisi Twiah, biasanya keluarga yang ditinggalkan akan


menari dan bernyanyi sambil mengelilingi jenazah. Proses pembakaran tulang
belulang jenazah, hanya dilakukan secara simbolis sehingga tidak semua tulang
jenazah akan ikut dibakar dalam upacara Tiwah.

5. Manajah antang

Tradisi dari suku Dayak selanjutnya ialah manjah antang, tradisi ini
merupakan suatu ritual untuk mencari di mana musuh berada ketika berperang.
Menurut cerita masyarakat Dayak, ritual manajah antang merupakan ritual
pemanggilan roh leluhur dengan burung Antang, di mana burung tersebut
dipercaya mampu memberitahukan lokasi musuh. Selain dipakai ketika berperang,
tradisi manajah antang pun dipakai untuk mencari petunjuk-petunjuk lainnya.

6. Mantat Tu`Mate

Seperti halnya Tiwah, tradisi mantat tu’mate merupakan tradisi untuk


mengantarkan orang yang baru saja meninggal dunia. Namun mantat tu’mate
berbeda dengan Tiwah. Sebab, mantat tu’mate dilakukan selama tujuh hari dengan
konten acara iring-iringan musik serta tari tradisional. Setelah upacara selama
tujuh hari selesai, barulah jenazah kemudian akan dimakamkan.
D. GAYA HIDUP TRADISIONAL

Gaya hidup tradisional suku Dayak banyak dipengaruhi oleh kehidupan di hutan
dan sungai serta tradisi adat dan kepercayaan mereka. Berikut adalah beberapa ciri
khas dari gaya hidup tradisional suku Dayak:

1. Pemukiman di pedalaman: Suku Dayak umumnya tinggal di pedalaman hutan


Borneo. Mereka memilih tempat yang jauh dari pemukiman modern untuk
menjaga hubungan yang erat dengan alam dan lingkungan di sekitar mereka.

2. Rumah panjang: Rumah tradisional suku Dayak dikenal sebagai "rumah


panjang". Rumah panjang ini memiliki bentuk panjang dan panjangnya bisa
mencapai ratusan meter. Rumah ini biasanya dihuni oleh beberapa keluarga besar
yang saling terkait.

3. Kehidupan komunal: Suku Dayak menganut prinsip kehidupan komunal di


mana mereka hidup bersama sebagai komunitas yang saling membantu. Mereka
membentuk kelompok-kelompok yang berbagi tang gung jawab dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari, seperti memancing, berburu, bercocok tanam, dan
mengumpulkan bahan makanan dari hutan.

4. Kegiatan bertani: Suku Dayak juga mengembangkan pertanian sebagai sumber


utama penghidupan mereka. Mereka menanam padi, jagung, ubi kayu, dan
berbagai jenis tumbuhan lainnya. Mereka menggunakan metode tradisional dalam
bercocok tanam, seperti metode ladang berpindah dan pembakaran lahan.

5. Penerapan sumpah adat: Suku Dayak memiliki aturan dan tata tertib adat yang
ketat. Mereka memiliki lembaga adat yang bertanggung jawab untuk mengatur
kehidupan masyarakat. Salah satu praktik adat yang kuat adalah penerapan
sumpah adat. Sumpah adat ini menjadi ikatan sosial yang mengikat masyarakat
untuk mematuhi aturan dan norma-norma adat yang berlaku.
6. Kepercayaan animisme: Kebanyakan suku Dayak masih mengikuti kepercayaan
animisme. Mereka percaya bahwa alam dan segala isinya memiliki roh dan
kekuatan yang perlu dihormati dan dijaga. Mereka juga melibatkan kegiatan-
kegiatan spiritual dalam kehidupan sehari-hari, seperti upacara adat, pemujaan
leluhur, dan pengobatan tradisional.

7. Seni dan kerajinan tangan: Suku Dayak terkenal dengan keahlian seni dan
kerajinan tangan mereka. Mereka membuat berbagai jenis kerajinan seperti ukiran
kayu, anyaman bambu, tikar, dan topi rotan. Mereka juga memiliki tradisi seni tari
dan musik yang khas, dengan menggunakan alat musik tradisional seperti gong,
sape, dan sompoton.

Meskipun gaya hidup tradisional suku Dayak terus menjadi bagian penting dari
identitas mereka, pengaruh modernisasi dan globalisasi juga telah mempengaruhi
beberapa aspek kehidupan mereka. Namun, penduduk Dayak masih
mempertahankan banyak nilai dan praktik tradisional dalam kehidupan sehari-hari
mereka.
E. BAHASA DAN SENI SUKU DAYAK

Suku Dayak adalah salah satu suku asli Indonesia yang tinggal di daerah
Kalimantan, khususnya di provinsi-provinsi seperti Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Bahasa yang digunakan oleh
suku Dayak adalah Bahasa Dayak, yang memiliki beberapa dialek tergantung dari
daerahnya.

Selain itu, seni juga memiliki peran yang penting dalam budaya suku Dayak. Seni
Dayak seringkali terkait dengan praktik kehidupan sehari-hari dan upacara adat
suku Dayak. Beberapa bentuk seni yang dikenal dari suku Dayak antara lain:

1. Seni Ukir: Suku Dayak dikenal sebagai ahli ukir kayu. Mereka mengukir
berbagai bentuk seperti hewan, manusia, dan motif-motif alam. Ukiran ini sering
digunakan untuk dekorasi rumah tradisional suku Dayak, seperti rumah panjang.

2. Seni Tato: Tato adalah tradisi suku Dayak yang telah ada sejak ribuan tahun.
Tato Dayak umumnya memiliki motif-motif alam seperti binatang, tumbuhan, dan
aliran air. Tato tidak hanya menjadi perhiasan tubuh, tetapi juga memiliki makna
spiritual dan perlindungan bagi pemakainya.

3. Seni Tenun: Seni tenun juga merupakan bagian penting dari budaya suku
Dayak. Tenun Dayak memiliki pola dan motif yang khas, dengan warna-warna
cerah dan motif-motif tradisional seperti tumbuhan, hewan, dan alam. Tenun
Dayak sering digunakan untuk membuat pakaian tradisional seperti pakaian adat,
kain sarung, dan selendang.

4. Seni Tarian: Suku Dayak juga memiliki berbagai jenis tarian tradisional yang
diwariskan secara turun-temurun. Tarian-tarian Dayak biasanya dilakukan dalam
acara-acara adat seperti pesta panen, pernikahan, atau upacara keagamaan.
Gerakan dalam tarian Dayak menggambarkan kehidupan sehari-hari suku Dayak,
seperti meng gambarakan perburuan, bertani, atau berburu hewan. Tarian ini juga
sering diiringi oleh musik tradisional seperti alat musik gendang.
5. Seni Anyam: Suku Dayak juga terkenal dengan keterampilan anyaman mereka.
Masyarakat Dayak menggunakan berbagai bahan alami seperti rotan, bambu, atau
daun-daunan untuk membuat keranjang, tikar, topi, dan berbagai produk anyam
lainnya. Seni anyam Dayak memiliki pola-pola yang unik dan motif-motif alam
yang indah.

Seni dan bahasa suku Dayak memiliki peran yang sangat penting dalam
mencerminkan kehidupan dan kebudayaan mereka. Seni menjadi cara bagi suku
Dayak untuk mengungkapkan eksistensi, indentitas dan menghormati alam
sekitar. Dengan mempertahankan budaya dan tradisi mereka, suku Dayak menjaga
warisan budaya yang berharga bagi bangsa Indonesia.
F. AGAMA DAN KEPERCAYAAN SUKU DAYAK

Suku Dayak adalah salah satu suku bangsa yang tinggal di Kalimantan, Indonesia.
Mereka memiliki beragam agama dan kepercayaan, meskipun mayoritas
menganut agama Kristen Protestan, Islam, dan Kaharingan.

1. Kaharingan: Sebagian besar Suku Dayak di Kalimantan Tengah memeluk


agama Kaharingan. Kaharingan adalah kepercayaan tradisional suku Dayak yang
melibatkan Pangeran Sangginang dan para dewa-dewa yang dipuja. Pemerintah
Indonesia mengakui Kaharingan sebagai salah satu agama resmi.

2. Kristen Protestan: Agama Kristen Protestan juga cukup populer di kalangan


Suku Dayak. Banyak Suku Dayak yang menjadi Kristen Protestan karena
penyebaran agama ini oleh para misionaris dari Barat.

3. Islam: Beberapa Suku Dayak juga memeluk agama Islam. Biasanya, ini terjadi
karena pernikahan dengan anggota suku atau keluarga Muslim, atau melalui
penyebaran agama oleh para misionaris Muslim.

Selain agama-agama di atas, masih ada Suku Dayak yang mempraktikkan


kepercayaan animisme atau kepercayaan lokal mereka sendiri. Kepercayaan ini
umumnya terkait dengan spiritualitas alam dan percaya pada kekuatan alam, roh
nenek moyang, dan elemen alam lainnya.

Agama dan kepercayaan Suku Dayak sangat penting dalam kehidupan sehari-hari
mereka. Hal ini tercermin dalam upacara adat, ritual, dan festival yang mereka
lakukan untuk memuliakan dewa-dewa atau roh-roh nenek moyang. Kepercayaan
ini juga berperan dalam menjaga keseimbangan alam dan hubungan harmonis
antara manusia, alam, dan makhluk spiritual.
G. KEHIDUPAN SEHARI-HARI SUKU DAYAK

Suku Dayak adalah salah satu suku asli Indonesia yang tinggal di kawasan
Kalimantan. Kehidupan sehari-hari suku Dayak tergantung pada lokasi geografis
mereka. Suku Dayak terdiri dari berbagai sub-etnis, seperti Ngaju, Punan, Iban,
dan lain-lain, yang memiliki adat istiadat dan kebiasaan yang sedikit berbeda
antara satu sub-etnis dengan yang lainnya. Namun, ada beberapa hal umum yang
bisa ditemui dalam kehidupan sehari-hari suku Dayak.

1. Mata Pencaharian: Mayoritas suku Dayak adalah petani, nelayan, dan pemburu.
Mereka mengandalkan hutan dan sungai sebagai sumber kehidupan mereka.
Petani Dayak biasanya bertani padi, jagung, dan ubi kayu. Mereka juga
mempraktikkan sistem bertani ladang yang disebut "ladang boyok" di mana
mereka membuka lahan baru di hutan sebagai tempat bercocok tanam. Nelayan
Dayak menggantungkan hidup mereka pada sungai-sungai Kalimantan yang kaya
akan ikan dan hasil perikanan lainnya. Sedangkan pemburu Dayak umumnya
berburu di hutan untuk memenuhi kebutuhan daging dan bahan makanan lainnya.

2. Hunian: Suku Dayak biasanya tinggal di rumah panjang (rumah betang) yang
terbuat dari kayu dengan atap ijuk atau seng. Rumah betang adalah rumah
bersama yang dihuni oleh beberapa keluarga yang terkait secara kekerabatan.
Mereka mempunyai sistem kekerabatan matrilineal, di mana warisannya dikaitkan
dengan garis keturunan perempuan. Setiap keluarga memiliki ruang tidur yang
terpisah dalam rumah betang.

3. Tradisi dan Adat Istiadat: Suku Dayak memiliki tradisi dan adat istiadat yang
kuat. Mereka sering mengadakan upacara adat untuk merayakan berbagai
peristiwa penting, seperti panen, pindah rumah betang, pernikahan, atau kematian.
Upacara adat seperti Gawai atau Hudoq dilakukan dengan musik tradisional,
tarian, dan pakaian adat. Masyarakat Dayak juga memiliki keyakinan animisme
dan mempercayai roh-roh yang ada dalam alam mereka.
4. Kesenian dan Kebudayaan: Suku Dayak terkenal dengan kekayaan seni dan
budaya mereka. Mereka memiliki tarian tradisional, seperti tarian ngajat, tari
tombak, dan tari perang. Mereka juga dikenal dengan seni ukir kayu yang indah,
kain tenun, dan senjata tradisional, seperti mandau. Selain itu, musik tradisional
Dayak juga populer, menggunakan alat musik seperti sasando, sampe, dan gong.

5. Pendidikan: Pendidikan formal di daerah suku Dayak masih terbatas, terutama


di daerah pedalaman. Namun, pemerintah dan beberapa organisasi masyarakat
berusaha untuk meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak Dayak. Selain
pendidikan formal, mereka juga menjaga tradisi pengetahuan dan keterampilan
tradisional melalui pengajaran lisan dan praktik sehari-hari.

6. Pengaruh Modernisasi: Kehidupan sehari-hari suku Dayak juga terpengaruh


oleh modernisasi dan perkembangan zaman. Banyak anggota suku Dayak yang
telah bermigrasi ke kota-kota dan bekerja di sektor formal, seperti di pabrik,
perkantoran, atau sektor pariwisata. Beberapa di antara mereka juga telah
mengadopsi budaya dan gaya hidup modern, seperti menggunakan pakaian barat
dan teknologi modern.

Namun, mereka tetap mempertahankan warisan budaya mereka dan terus


menjalankan praktik-praktik tradisional seperti adat istiadat, kesenian, dan
kepercayaan mereka. Kehidupan sehari-hari suku Dayak adalah perpaduan antara
tradisi dan modernitas, menjaga identitas mereka sambil beradaptasi dengan
perubahan zaman.

Anda mungkin juga menyukai