Anda di halaman 1dari 25

ILMU DAN

SOSIAL
BUDAYA DASAR
BUDAYA DAYAK
KELOMPOK 1
KELOMPOK 1
1. CORNELIUS GUN
2. RICKY ANDRIAN K. RUMERE
3. RYAN FIRDAUS
4. ADITYA ARIEF WIBOWO
5. MUHAMMAD ARIEF BOEDHIANTORO
SEJARAH DAYAK

Dayak berasal dari kata “Daya” yang artinya hulu, untuk menyebutkan
masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan. Suku Dayak,
terbagi dalam 405 sub[1]sub suku (J.U.Lontaan, 1974). Masing-masing
sub suku Dayak mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, sesuai
dengan sosial kemasyarakatannya, baik Dayak di Indonesia maupun
Dayak di Sabah dan Sarawak Malaysia sebagai negara serumpun
6 RUMPUN SUKU DAYAK
01 02 03
Rumpun Apau Kayan Rumpun Ot Danum-Ngaju Rumpun Iban
Kayan (Dayak Kenyah, Dayak Kayan, Tersebar di Kalimantan Tengah, Tersebar di Kalimantan Barat,
Dayak Bahau) => Tersebar di Kalimantan Selatan, Kalimantan Negara Bagian Sarawak
Provinsi Kalimantan Utara, Timur bagian Selatan, Kalimantan Malaysia dan Brunei Darusalam
Kalimantan Timur, Negara Bagian Barat Bagian Tenggara.
Sarawak Malaysia, dan Brunei
Darusalam.

04 05 06
Rumpun Punan Rumpun Klemantan atau Rumpun Murut
suku Dayak dengan populasi terkecil, Bidayuh Tersebar di Provinsi Kalimantan
namun tersebar di seluruh hutan Tersebar di Negara Bagian Utara, Negara Bagian Sabah –
Kalimantan. Beberapa di antara Sarawak Malaysia dan Provinsi Negara Bagian Sarawak di
mereka masih hidup secara Kalimantan Barat Malaysia dan Brunei Darusalam.
tradisional, seperti tinggal di gua-gua
di pedalaman Kalimantan Utara dan
Kalimantan Timur
BUDAYA DAYAK
01 FESTIVAL MUSIK SAMPE/SAPE
02 EVEN OLAHRAGA TRADISIONAL PERAHU DAYUNG
03 OLAHRAGA TRADISIONAL MENYUMPIT
04 NGAYAU
05 FESTIVAL TARI DAYAK KALIMANTAN
06 PAKAIAN ADAT, SENJATA TRADISIONAL DAN RUMAH LAMIN
01
FESTIVAL MUSIK SAMPE/SAPE
Sampe/Sape adalah alat musik tradisional
Suku Dayak, yang kerap kali digunakan
untuk menggiringi Tarian, upacara adat,
dan pesta pernikahan Suku Dayak.
01
FESTIVAL MUSIK SAMPE/SAPE
Pelaku dan Peminat Budaya.

Pelaku utamanya tentu saja Masyakarat Dayak, namun pada


masa kini bukan hanya masyarakat Dayak saja yang menjadi
pelaku dan peminat akan Budaya ini. Masyarakat Kalimantan
Non Dayak pun banyak yang gemar memainkan ataupun
mendengarkan Musik Sampe.

Upaya Pelestarian.

Musik Alam Kaltara, Birau Bulungan, Irau Malinau, Irau KTT, Irau
Tarakan dan Hut Kaltara adalah Event event besar yang kerap
menyelipkan Festival Musik Tradisional didalam kegiatannya.

Prospek pada masa sekarang dan yang akan datang.

Saat ini perkembangan Sape’ lebih mengarah kepada sarana


hiburan ditengah era modernisasi. Masyarakat saat ini lebih
banyak menikmati Sape’ dengan komposisi musik modern, hal
tersebut terlihat dari Sape’ yang banyak digunakan kalangan
muda untuk mengcover musik pop, jazz, rock, dll

Rekor Muri Pemain Sape Terbanyak masih dipegang Indonesia


dengan 1.000 Peserta. Tepat nya di Kabupaten Malinau
Provinsi Kaltara.
02
EVEN OLAHRAGA TRADISIONAL PERAHU DAYUNG
Pulau Kalimantan dikenal juga dengan Pulau Seribu Sungai, jadi
tidak heran masyarakat Kalimantan dalam mobilisasinya
sehari-hari terbiasa menggunakan perahu.

Pelaku dan Peminat Budaya.

Pada awalnya Pelaku dan Peminat Budaya ini adalah


Masyarakat Dayak, namun dewasa ini Masyarakat Pendatang
yg menetap di Kalimantan juga berminat bahkan menjadi
Pelaku dalam budaya ini.

Upaya Pelestarian

Pemerintah Daerah, Lembaga Adat Dayak, dan Lembaga


Swasta terus berupaya melestarikan Kegiatan ini dengan
melaksanakan Perlombaan Balap Perahu Dayung dan
Perlombaan Perahu Hias pada hari2 besar serta pelaksanaan
nya sangat di dukung oleh masyarakat Kalimantan.

Prospeknya pada masa sekarang dan yang akan datang.

Melihat antusias Masyarakat untuk menggikuti ataupun


menyaksiakan Even ini begitu tinggi, serta upaya dari
Pemerintah Daerah dalam melakukan pelestarian dan promosi,
kami sangat optimis Even Olahraga Perahu dayung ini akan
terus berkembang di masa mendatang.
02
EVEN OLAHRAGA TRADISIONAL PERAHU DAYUNG
03
OLAHRAGA TRADISIONAL MENYUMPIT
SEJARAH

Sumpitan adalah warisan masyarakat Dayak


berupa senjata khas yang dulunya digunakan
untuk berburu binatang dan alat pertahanan
diri
03
OLAHRAGA TRADISIONAL MENYUMPIT
ALAT

Sumpitan terbuat dari kayu atau bambu


dengan panjang 150-175 cm dan berbentuk
bulat panjang dan pada tengah nya terdapat
lobang.

Anak sumpitan terbuat dari bambu yang


diraut halus hingga runcing dengan panjang
sekitar 25 cm
03
OLAHRAGA TRADISIONAL MENYUMPIT
CARA BERMAIN

Olahraga tradisional suku dayak Olahraga ini dilakukan sendiri Dalam pertandingan, pemain akan
ini dilakukan dengan cara atau pun bersama-sama dalam menyumpit dengan jarak dan
sasaran yang sudah disepakati.
meniupkan ke kaliber sumpit agar bentuk pertandingan, Area Untuk memainkannya, pemain
anak sumpit terlepas dengan bermain sumpitan biasanya di memegang sumpit dengan kedua
kencang menuju sasaran. lapangan atau alam terbuka tangan pada pangkal sumpitan
04
NGAYAU
Ngayau (headhunting) merupakan tradisi berburu
kepala manusia berdasarkan adat istiadat yang
dilakukan oleh masyarakat Suku Dayak Iban pada masa
silam yang bertujuan memenuhi tuntutan adat. Dalam
prakteknya di masa silam, tradisi Ngayau ini dilakukan
secara berkelompok dan melakukan upacara/ ritual
khusus sebelum melakukan praktek ini (Kiyai & Keai,
n.d.).
04
NGAYAU
SEJARAH BUDAYA/TRADISI NGAYAU

Tradisi Ngayau dalam budaya Iban bermula disebabkan oleh kekerasaan dari etnik Kantu yang
selalu mengganggu dan menyerang, terutamanya isteri dan anak gadis masyarakat Iban.
Etnik Kantu turut menyerang Rumah Panjang/Rumah Adat Suku Iban pada waktu malam
dengan menyodokkan bambu runcing dari bawah rumah. Akibat kekerasan tersebut,
masyarakat Iban telah belajar strategi perang untuk menjadi lebih kuat dalam melindungi
komunitas Iban yang lain. Kemahiran tersebut telah diasah selama bertahun-tahun dan telah
menjadi adat dalam budaya Iban (Kiyai & Keai, n.d.). Akan tetapi menurut Benedict Sandin
(1962) dalam bukunya Sengalang Burong, tindakan etnik Kantu memulai serangan
Kayau/Ngayau atas masyarakat Iban adalah tindak balas dendam terhadap seorang
pahlawan Iban bernama Serapuh yang dikatakan telah memenggal kepala anak kepala etnik
Kantu untuk tujuan mengakhiri upacara berkabung di Rumah Panjang. Tragedi tersebut telah
menuntut sekumpulan etnik Kantu membalas dendam dengan melancarkan serangan kembali
terhadap penduduk Iban.
04
NGAYAU
SEJARAH BUDAYA/TRADISi (lanjutan)….

Menurut Gomes (1911), Howell dan Bailey (1900), Adat Ngayau ialah suatu institusi
yang dilakukan oleh masyarakat bukan Islam (yaitu Dayak Iban) di Sarawak dalam
kurun abad ke19 dahulu. Ngayau ialah satu istilah yang digunakan untuk merujuk
kepada suatu tindakan memburu kepala manusia yang terdapat dalam kalangan
kebanyakan masyarakat Dayak Sarawak seperti Iban dan Kayan. Konsep ngayau
adalah suatu institusi yang mempunyai kaitan amat erat dengan institusi
perkawinan, keagamaan dan nilai keperwiraan. Dalam kalangan masyarakat Iban,
menjadi suatu syarat bagi seorang lelaki untuk mempersembahkan dahulu satu
kepala kepada bakal isteri sebagai bukti keberanian dan kegagahannya sebelum
perkawinan dilangsungkan.
04
NGAYAU
SEJARAH BUDAYA/TRADISI (lanjutan)….
Menurut Durin et al. (2011), sejak kecil anak lelaki Suku Iban telah didoktrin oleh ibu
atau nenek mereka untuk bersikap berani membalas dendam seperti membunuh
dengan cara memenggal kepala musuh yang telah membunuh keluarga mereka.
Cara orang tua menanamkan sifat berani kepada anak kecil itu melalui nyanyian
semasa mendidik anak dan kadang-kadang bercerita secara lisan tentang mitos
yang berkaitan dengan dewa-dewa perang yang selalu mendapatkan banyak
kepala musuh semasa pergi berperang atau ngayau. Dan juga, para gadis turut
memberikan dorongan kepada pemuda Iban yang bujang untuk ikut melakukan
ekspedisi ngayau dan membawa balik kepala musuh untuk mengawini mereka.
Selain itu, seorang pemuda yang telah mendapatkan kepala musuh akan menjadi
kebanggaan seluruh keluarganya dan mendapat gelar Bujang Berani dan disanjung
tinggi oleh masyarakat Iban pada zaman itu.
04
NGAYAU
(lanjutan)….
Kepala musuh yang diperoleh dari ekspedisi Ngayau adalah tuntutan sakral adat
Iban dalam proses menjaga keseimbangan alam. Masyarakat Iban percaya kepala
yang diperoleh dari perang mempunyai kuasa spiritualnya yang dapat membantu
masyarakat Iban dalam berbagai perkara.

Dalam buku Black Borneo karya Miller (1946:121) disebutkan tengkorak kepala
manusia yang sudah dikeringkan adalah sihir yang paling kuat di dunia, dan di
masa lalu kepala hasil berburu Ngayau digunakan sebagai kurban dalam upacara
ritual adat. Dipercaya bahwa sebuah kepala yang baru dipenggal cukup kuat untuk
menyelamatkan seantero kampung dari wabah penyakit. Sebuah kepala yang
sudah dibubuhi ramu-ramuan bila dimanipulasi dengan tepat cukup kuat untuk
memanggil hujan, meningkatkan hasil panen padi, dan mengusir roh-roh jahat.
Kalau ternyata tak cukup kuat, itu karena kekuatannya sudah mulai pudar maka
diperlukan sebuah tengkorak yang baru.
KESIMPULAN

Ngayau merupakan manifestasi adat dalam budaya Suku Dayak


yang bertujuan untuk memenuhi tuntutan ritual adat seperti yang
sudah dijelaskan pada subbab sebelumnya.

PELAKU DAN PEMINAT BUDAYA NGAYAU


Hampir semua rumpun suku Dayak melakukan praktek tradisi Ngayau
pada masanya.
Suku-suku tersebut diantaranya: Iban, Kayan, dan Kantu.
04
NGAYAU
UPAYA PELESTARIAN PROSPEK DI MASA SEKARANG DAN MENDATANG
Menurut Putra (2012:117) dalam artikelnya Seiring perkembangan zaman yang maju dan modern
menyebutkan telah terjadi kesepakatan serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
bersama seluruh etnis Dayak Borneo Raya ditambah lagi dengan adanya kesepakatan bersama
untuk mengakhiri tradisi Ngayau. yaitu Musyawarah Besar Tumbang Anoi pada tahun
Perundingan ini terjadi pada 22 Mei - 24 Juli
1894 maka budaya/tradisi Ngayau sudah tidak
1894, ketika diadakan Musyawarah Besar
mendapatkan tempat lagi di masyarakat sekitarnya
Tumbang Anoi di Desa Huron Anoi
Kahayan Ulu, Kalimantan Tengah.
sehingga tidak memiliki prospek di masa sekarang
maupun mendatang.
Sehingga berdasarkan kesepakatan tersebut,
dan berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan
yang beradab maka budaya/ tradisi Ngayau
tidak patut dilestarikan sampai sekarang.
05 FESTIVAL TARI DAYAK KALIMANTAN
Sejak dulu, suku dayak dikenal dengan ciri khas budayanya. Baik dari
pakaian adat, rumah adat, sampai tariannya memiliki makna filosofis yang
menarik untuk dipelajari. Khusus tarian, jumlah tari dayak cukup banyak.
Meski begitu, sebagaimana dikutip dari buku Antropologi (2009) karya Emmy
Indriyawati, seni tari dayak umumnya bertema tentang kehidupan. Misalnya
seperti tari tambu dan bungai yang bertema kepahlawanan, serta tari balean
dadas bertema permohonan kesembuhan dari sakit.

Pelaku dan Peminat Budaya.

Seiring perkembangan Zaman Pelaku dan Peminat Budaya ini bukan hanya
masyarakat Dayak namun juga Masyarakat Luar Kalimantan yg berdomisili
di Kalimantan.

Upaya Pelestarian.

Pemerintah Daerah, Lembaga Adat Dayak, dan masyarakat Dayak selalu


berupaya melestarikan Kegiatan ini dengan melaksanakan Festival Tari
Pedalaman dan Tari Pesisir pada hari2 besar ataupun hari2 tertentu serta
sangat di dukung oleh masyarakat Kalimantan terutama suku Dayak.

Prospek pada Masa Sekarang dan Masa yang akan datang.

Melihat antusias Masyarakat Kalimantan untuk menggikuti ataupun


menyaksiakan Even ini sangat tinggi, serta upaya dari Pemerintah Daerah
dalam melakukan pelestarian dan promosi, kami sangat optimis Festival Tari
Pedalaman dan Pesisir ini akan terus berkembang di masa mendatang.
06.a
PAKAIAN ADAT
Untuk yang laki-laki pakaiannya disebut
Sampai Sapaq. Sementara yang wanita
disebut Ta’a. Biasanya pakaian tersebut
dikenakan ketika menyambut tamu agung
dan setiap pakaian yang mereka pakai
memiliki corak yang berbeda untuk
menentukan kelas.

Salah satu contoh pakaian adat corak harimau dan Burung Enggang yang dipakai
suku dayak kenyah menggambarkan yang memakai yang memakai seorang
bangsawan.
06.b
SENJATA TRADISIONAL
•Suku Dayak di pedalaman Kalimantan memiliki
senjata tradisional. Senjata tajam ini mirip dengan
parang. lengkap dengan pisau kecil
pengasahnya.Senjata tradisonal yang terkenal
hingga ke luar negeri ini bernama Mandau.
• Istilah “mandau” berasal dari dua kata dalam bahasa
China, yakni “Man” dan “dao”. “Man” adalah salah
satu suku di China bagian selatan, dan “dao” adalah
golok dalam bahasa China. Namun, suku Dayak
mengartikannya secara berbeda; “man” artinya
keberanian, “dau” artinya senjata. Kata tersebut
dianut suku Tionghoa pedalaman
06.c
RUMAH LAMIN
•Rumah Lamin yang merupakan rumah adat suku
Dayak dikenal sebagai rumah panggung yang panjang
dan terdiri banyak kamar.
•Panjang Rumah Lamin sekitar 300 meter dengan
lebar 15 meter dan tinggi kurang lebih 3 meter.
• Kebanyakan rumah Lamin terbuat dari kayu ulin dan
kayu besi yang cukup kuat dan tahan lama.
•Rumah Lamin sebagai identitas dari masyarakat
Dayak Kalimantan Timur dapat dihuni oleh beberapa
keluarga yakni sekitar 25 hingga 30 kepala keluarga.
06.c
RUMAH LAMIN

PELAKU DAN PEMINAT BUDAYA UPAYA PELESTARIAN


Berkembangnya zaman dan teknologi mengakibatkan
Suku dayak menjadi pengguna utama
budaya ini dapat dikenal di kanca international sehingga
pakaian adat Sapai Sapaq dan ta’a sebagai
penduduk asli yang sudah menghuni Pulau budaya ini lebih mencangkup peminat lebih luas untuk
Kalimantan sejak zaman dahulu dan masih kebutuhan promosi budaya itu sendiri dan diperuntukan
tinggal dirumah lamin sampai sekarang. sebagai sebuah pakaian dalam memamerkan budaya
tradisional suku dayak itu sendiri sehingga budaya ini
tetap dijaga kelestariannya.

PROSPEK DI MASA SEKARANG DAN MASA DEPAN


Menjadi salah satu sumber informasi untuk masa sekarang dan masa depan tentang kehidupan
suku dayak pada jaman dahulu dan dapat dimasukan dalam kekayaan budaya Negara Indonesia
yaitu salah satu keunikan pakaian adat dan kehidupan suku dayak itu sendiri.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai