Anda di halaman 1dari 3

ETNOGRAFI SUKU DAYAK

Asal Usul Suku Dayak bahwa Suku Dayak adalah keturunan imigran dari Provinsi
Yunnan di China Selatan, tepatnya di Sungai Yangtse Kiang, Sungai Mekong dan
Sungai Menan. Sebagian dari kelompok imigran ini menyeberang ke semenanjung
Malaysia dan melanjutkan perjalanan dengan menyeberang ke bagian utara Pulau
Kalimantan. Kemudian, seorang tokoh Dayak Kayan juga menjelaskan bahwa suku
dayak adalah ras Indo China yang bermigrasi ke Indonesia pada abad ke -11.

Ciri-ciri Suku Dayak :

Ciri khas Suku Dayak dapat diamati dari hasil budaya yang masih dapat diamati
hingga saat ini. Bentuk budaya tersebut meliputi rumah, pakaian, senjata, bahasa,
kepercayaan, dan tradisi. Rumah adat khas Suku Dayak berbentuk rumah
panggung dengan bahan kayu yang disebut Rumah Betang. Rumah Betang dihuni
oleh beberapa keluarga sebagai bentuk kebersamaan dalam hidup yang dijunjung
oleh Suku Dayak. Pakaian adat Suku Dayak untuk pria disebut King Baba,
sementara untuk wanita disebut King Bibinge.

Pakaian adat Suku Dayak :

adalah hiasan sulaman dengan motif khas Dayak serta hiasan kepala berupa tajuk
bulu tantawan dan tajuk bulu arue yang diselipkan dari bulu burung enggang.
Selain itu ada juga senjata khas yang kerap dipergunakan dalam tradisi Suku
Dayak yaitu mandau. Lihat Foto Gagang dan ukiran Mandau menandakan tempat
dibuat, suku, dan status sosial pemiliknya masyarakat Suku Dayak berkomunikasi
dengan bahasa daerah yang berbeda-beda dalam percakapan sehari-hari. Suku
Dayak memiliki kepercayaan yang disebut Kaharingan. Walau begitu, kini
masyarakat Dayak sudah banyak yang menganut agama seperti Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, dan Buddha. Tradisi Suku Dayak Suku Dayak dikenal memiliki
berbagai tradisi, beberapa di antaranya cukup khas dan terkenal akan
keunikannya. Berikut adalah beberapa tradisi unik dari masyarakat Suku Dayak di
Kalimantan:
1. Tradisi kuping panjang Suku Dayak di Kalimantan Timur memiliki tradisi unik
yaitu memanjangkan daun telinganya. Dilansir dari laman Gramedia, cara
memanjangkan telinga adalah dengan menggunakan logam atau pemberat yang
digunakan seperti anting-anting. Sesuai aturan, perempuan dari Suku Dayak dapat
memanjangkan telinga hingga dada, sementara untuk laki-laki bisa
memanjangkan telinga hingga bawah dagu. Selain sebagai simbol kecantikan,
tradisi ini juga digunakan untuk menunjukkan status kebangsawanan dan melatih
kesabaran.

2. Tradisi Tato Tradisional Masyarakat suku Dayak Iban di Kecamatan Embaloh,


Kabupaten Kapuas Hulu dikenal dengan tato sebagai seni ukir atau rajah pada
tubuh mereka. Dilansir dari laman Kemendikbud, Masyarakat suku Dayak Iban
diperkirakan telah mengenal tato sejak tahun 1500 SM-500 SM. Sebagai sebuah
tradisi, konon saat perang berlangsung tato tersebut digunakan suku Dayak Iban
untuk mengenali kawan dan lawannya.

3. Tradisi Ngayau Ngayau merupakan salah satu tradisi yang sudah dihentikan
karena dianggap sangat mengerikan dan penuh dendam. Tradisi Ngayau adalah
kegiatan berburu kepala musuh yang dilakukan beberapa rumpun Dayak saja,
yaitu Ngaju, Iban, serta Kenyah. Tradisi ini ditanamkan secara turun temurun di
mana pemuda Dayak harus melakukan pembuktian dengan memburu kepala
musuh. Hal ini terus berlanjut karena nantinya keturunannya akan memburu
keluarga dari pembunuh ayahnya dan membawa kepala tersebut ke rumah. Akan
tetapi pada tahun 1874, kepala suku Dayak Kayan mengumpulkan kepala suku
dari rumpun lainnya dan menyepakati hasil musyawarah Tumbang Anoi yang
berisi larangan pelaksanaan tradisi ngayau karena dapat menyebabkan
perselisihan di antara suku Dayak.

4. Tiwah Tiwah merupakan tradisi pemakaman dengan membakar tulang belulang


dari kerabat yang telah meninggal dunia. Tradisi tiwah dilakukan sesuai
kepercayaan Kaharingan oleh masyarakat Dayak Ngaju. Lihat Foto Sandung,
tempat menyimpan kerangka dalam tiwah massal di Desa Parit, Kecamatan
Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Rabu.
Ketika melaksanakan tradisi Tiwah, keluarga yang ditinggalkan akan menari dan
bernyanyi sambil mengelilingi jenazah. Menurut kepercayaan, Tiwah dipercaya
akan mengantarkan arwah dari orang yang telah meninggal agar mudah menuju
dunia akhirat atau disebut pula dengan nama Lewu Tatau.

Sistem Masyarakat :

Kekerabatan

Sistem kekerabatan masyarakat Dayak Kanayatn dikenal dengan istilah page waris
(keturunankeluarga). Dua kata yang sering dipakai bersamaan. Namun arti
sebenarnya berbeda. Page untuk sebutan kekerabatan yang sudah jauh yaitu
mulai dari duduk dantar (antara kakek sepupu dua kali) sampai dengan page
(sepupu enam kali). Sedangkan waris untuk sebutan kerabat yang masih dekat
yaitu mulai dengan sapusat (adik-beradik) sampai dengan satu madi' saket (antara
nenek sepupu sekah).

Anda mungkin juga menyukai