Anda di halaman 1dari 4

Suku Dayak adalah suku bangsa atau kelompok etnik yang mendiami pedalaman Pulau Kalimantan.

Kata "daya" serumpun


dengan misalnya kata "raya" dalam nama "Toraya" yang berarti "orang atas, orang hulu".

Suku Dayak adalah kelompok penduduk asli di pulau Kalimantan, Indonesia. Mereka tersebar di lima provinsi Kalimantan,
yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara

Masyarakat Dayak juga memiliki adat istiadat yang kuat, seperti upacara adat, ritual keagamaan, dan sistem kepercayaan
animisme dan dinamisme. Salah satu ciri khas suku Dayak adalah senjata tradisional mereka yang dikenal dengan sebutan
"mandau".

Orang Dayak di Lamandau menganut agama Kaharingan. Kaharingan adalah kepercayaan/agama asli suku Dayak di
Kalimantan, ketika agama-agama besar belum memasuki Kalimantan. Kaharingan artinya tumbuh atau hidup, seperti
dalam istilah danum kaharingan

- Suku Dayak, kelompok etnis asli Kalimantan, Indonesia, telah menetap di pulau Kalimantan sejak zaman dahulu. Mereka
tinggal di pedalaman hutan, bergantung pada sumber daya alam, dan memiliki beragam budaya, bahasa, adat istiadat,
dan tradisi.

Nama "Dayak" berasal dari bahasa Kenyah yang berarti "hulu sungai" atau "pedalaman," menunjukkan lokasi geografis
mereka di sekitar sungai Kalimantan. Budaya mereka mencakup musik, tarian, seni ukir, anyaman, dan pahat yang indah.

Suku Dayak terdiri dari berbagai sub-etnis dengan keberagaman budaya, bahasa, adat istiadat, dan tradisi. Pakaian adat
Dayak, semula terbuat dari kulit kayu, memiliki karakteristik unik.

Jenis Pakaian Adat Dayak


1. King Baba
Pakaian adat suku Dayak untuk pria di Kalimantan Barat dikenal sebagai king baba. Nama "King Baba" berasal dari bahasa
Dayak, dimana "king" berarti pakaian dan "baba" berarti laki-laki.

Terbuat dari serat tinggi kulit kayu tumbuhan endemik, king baba diproduksi dengan cara memukul kulit kayu dalam air
untuk menyisakan serat.

Setelah serat lentur, mereka dijemur dan dihiasi dengan lukisan etnik Dayak menggunakan pewarna alami. King Baba
terdiri dari rompi tanpa lengan dan celana panjang, sering dipadukan dengan senjata mandau dan perisai, memberikan
kesan persiapan perang.

2. King Bibinge
Pakaian adat suku Dayak untuk wanita, King Bibinge, memiliki cara pembuatan yang serupa dengan pakaian pria. Terbuat
dari kulit kayu tanaman ampuro atau kapuo yang kaya serat.

King Bibinge lebih tertutup dengan penutup dada, stagen, dan rok. Aksesoris seperti kalung, manik-manik, dan ikat kepala
dengan bulu burung enggang melengkapi pakaian ini.

Tanpa lengan seperti King Baba, King Bibinge dihiasi dengan lukisan khas Dayak, manik-manik kayu, dan bulu burung
enggang. Gelang terbuat dari akar pohon, sedangkan kalung terdiri dari tulang hewan dan akar pohon, berfungsi sebagai
hiasan, jimat, dan penolak bala.

3. Buang Kuureng
Buang Kuureng, pakaian adat suku Melayu di Kalimantan Barat, merupakan versi lokal dari baju kurung yang umumnya
dikenakan oleh suku Melayu di berbagai wilayah seperti Indonesia, Malaysia, dan Brunei.

Meskipun berbagi akar budaya, Buang Kuureng memiliki ciri khas sendiri yang mencakup corak, desain, dan bahan yang
berbeda.

Pakaian ini digunakan oleh perempuan dan hadir dalam dua versi, yakni dengan lengan panjang (Kurung Langke Tangan)
dan lengan pendek (Kuurung Sapek Tangan).

Keistimewaan Buang Kuureng terletak pada perpaduan budaya Melayu dan Dayak, menciptakan corak yang unik.
Perlindungan dan penghargaan terhadap warisan budaya Buang Kuureng menjadi penting, terutama karena
penggunaannya terbatas pada acara khusus seperti peringatan Hari Kartini.

4. Teluk Belanga
Teluk Belanga, pakaian adat suku Melayu di Kalimantan Barat, menjadi simbol kehormatan dalam berbagai acara resmi
seperti upacara adat dan pernikahan.
Didesain khusus untuk laki-laki, Teluk Belanga mengesankan kemegahan melalui pemakaian bahan berkualitas, terutama
satin berwarna kuning emas yang membawa makna khusus sebagai identitas kerajaan Melayu.

Terdiri dari pakaian dalam, celana panjang, kain, dan sarung dengan corak ingsang, serta songkok hitam sebagai
pelengkap, Teluk Belanga menciptakan perbedaan yang signifikan antara pakaian adat suku Melayu dan Dayak,
menekankan penggunaan kain dan desain tertutup untuk menciptakan identitas yang unik.

5. King Kabo
King Kabo, pakaian adat suku Dayak di Kalimantan yang mengalami modifikasi, memberikan tampilan modis dan unik
sambil mempertahankan ciri khasnya.

Sebagai modifikasi dari King Baba, pakaian tradisional suku Dayak untuk pria, King Kabo menggunakan inovasi dengan
memasukkan bahan Kain Sungkit dari Brunei Darussalam.

Meskipun mengalami modifikasi, King Kabo tetap mempertahankan ciri khas Suku Dayak, termasuk ukiran Dayak dan
aksesori kepala yang mirip dengan Mandau, senjata tradisional Kalimantan.

Pengembangan ini menggambarkan keindahan dan kekayaan budaya suku Dayak yang tetap relevan dengan perubahan
zaman.

6. Ta'a
Baju adat Dayak Kaltim yang dikenal sebagai Ta'a berasal dari suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Ta'a, yang
merupakan pakaian adat untuk wanita, terdiri dari beberapa komponen, seperti da'a (ikat kepala dari pandan), baju
atasan bernama sapei inoq, dan rok bernama ta'a.

Pembuatan Ta'a melibatkan penggunaan pandan dan kain, dengan hiasan bulu burung, serta gelang pintalan benang
sebagai penolak bala.

Baju atasan, bawahan, dan penutup kepala dihiasi dengan motif khusus, seperti burung enggang dan harimau untuk
bangsawan, serta motif tumbuhan untuk masyarakat biasa.

7. Sapai Sapaq
Sapai Sapaq adalah pakaian adat untuk kaum laki-laki Dayak di Kalimantan Timur. Secara keseluruhan, Sapai Sapaq mirip
dengan Ta'a dalam motif dan desain. Namun, perbedaannya terletak pada bawahannya, yang berupa celana pendek
bernama Abeq kaboq.

Para pria Dayak juga menggunakan aksesoris lain, termasuk senjata tradisional seperti perisai dan mandau sebagai
perlindungan diri.

Seperti Ta'a, Sapai Sapaq juga mencerminkan kearifan masyarakat Dayak dalam memanfaatkan sumber daya alam,
terutama dalam pembuatan pakaian dan aksesorisnya.

Makna Pakaian Adat Dayak


Bukan hanya sebagai pakaian untuk dikenakan, pakaian adat Dayak juga mengandung makna tersendiri. Berikut
penjelasannya.

Makna Warna bagi Suku Dayak

Warna merah mewakili solidaritas dan keberanian untuk mempertahankan kebenaran.

Warna putih melambangkan kesucian jiwa dan kemurnian.

Warna kuning mencerminkan keagungan, kejayaan, kemegahan, dan kehormatan.

Warna hitam melambangkan kedewasaan dan berkabung.

Warna hijau melambangkan kesuburan dan kemakmuran.

Makna Ragam Hias

Bentuk manusia atau matuari menggambarkan kehidupan manusia di dunia.

Bentuk binatang menandakan adanya kehidupan binatang.

Bentuk tumbuhan mencerminkan keberadaan tumbuhan dalam kehidupan.


Bentuk benda-benda seperti bintang, bulan, dan matahari mencerminkan kehidupan dalam alam gaib.
Ragam Aksesoris atau Perhiasan dan Maknanya

Simbolong adalah perhiasan untuk sanggul wanita yang dapat digunakan sehari-hari atau pada upacara adat.

Hiasan kepala berupa tajuk bulu tantawan dan tajuk bulu arue dapat digunakan pada acara sukacita maupun dukacita.

Poosong adalah perhiasan untuk lubang telinga wanita.

Kalong atau manik pirak adalah kalung yang mempercantik leher dan menunjukkan status sosial.

Kalong manik kalabe adalah kalung khusus untuk perempuan muda.

Kalong manik lawang adalah kalung yang bisa dipakai oleh laki-laki atau perempuan.

Tangkalai' atau sumpae adalah hiasan lengan untuk laki-laki maupun perempuan.

Isi amas atau gigi emas digunakan untuk mempercantik gigi dan memiliki makna simbolis tentang keuangannya

Itulah tadi penjelasan seputar pakaian adat Dayak, mulai dari jenis-jenisnya hingga makna yang ada di baliknya. Semoga
menambah wawasan.

Salah satu ciri khas suku Dayak adalah senjata tradisional mereka yang dikenal dengan sebutan "mandau". Mandau
adalah sejenis parang yang mempunyai nilai simbolis dan spiritual dalam kehidupan suku Dayak. Selain itu, hiasan kepala
yang terbuat dari bulu burung Enggang Gading juga menjadi ikon suku Dayak.12 Sep 2023

Ngabayotn adalah ritual upacara tutup tahun yang diselenggarakan oleh masyarakat Suku Dayak Salako. Ritual ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk menyampaikan rasa syukur, terutama atas hasil panen padi pada masyarakat Dayak.

Kwangkai merupakan suatu proses pelaksanaan kegiatan adat kematian suku Dayak Benuaq yang memindahkan tulang-
belulang dari pemakaman terdahulu dan dibawa ke rumah adat untuk bersama-sama di-adakan sebuah kegiatan ritual.

Palangka Raya-Sandung adalah tempat menyimpan tulang manusia yang sudah meninggal dan beragama Hindu
Kaharingan. Bangunan Sandung dibuat khusus hanya untuk satu keluarga yang satu keturunan.

Sape yang merupakan alat musik tradisional Kalimantan Timur sering digunakan untuk mengiringi acara-acara hajatan
masyarakat Suku Dayak. Sape terbuat dari kayu Adau yag banyak terdapat di Kalimantan.

Anda mungkin juga menyukai