Anda di halaman 1dari 4

Suku Dayak

Asal-usul Suku Dayak / Sejarah

Catatan sejarah menyebutkan bahwa nenek moyang orang-orang Dayak


diperkirakan adalah keluarga kerajaan Cina yang kalah pada masa
perang, lalu menyelamatkan diri ke pulau Kalimantan. Suku Dayak
mendiami pulau Kalimantan dan beranak-pinak di wilayah hutannya.
Peperangan tersebut menyebabkan mereka trauma, sehingga takut ketika
berjumpa dengan orang dari etnis tertentu. Oleh sebab itu, suku Dayak
asli pulau Kalimantan memiliki pantangan, agar tidak berjumpa
dengan suku bangsa lain.
Pantangan ini dibuat karena kepercayaan mereka terhadap para leluhur,
bebatuan, binatang, dan tanda alam lainnya yang
dinamakan agama Kaharingan. Oleh karena itu, mereka meyakini
fenomena alam sebagai pantangan yang harus dihindari.
Hal ini juga disebabkan oleh belum masuknya agama samawi seperti
Islam, Kristen, Hindu, dan lainnya ke wilayah Kalimantan sebelum abad
20. Seiring dengan berjalannya waktu, keturunan orang-orang suku
Dayak berasal dari pulau Kalimantan ini bersedia membuka diri untuk
berinteraksi dengan etnis lain.

Makanan Khas Suku Dayak

Karuang atau Kalumpe


Orang Dayak Maanyan menyebut makanan ini dengan Kalumpe,
sedangkan Dayak Ngaju menamakannya Karuang. Makanan ini
merupakan sayuran yang berupa hasil tumbukan halus daun singkong.
Tumbukan halus daun singkong tersebut diberi campuran terong pipit
yang berukuran kecil. Sayuran terasa lebih nikmat karena campuran
bumbu halus yang terdiri dari bawang putih, serai, bawang merah, dan
lengkuas. Anda juga bisa menambahkan cabe untuk sensasi rasa pedas.
Olahan ini tak jarang dihidangkan bersama ikan asin sebagai lauk dan
sambal terasi. Anda sebaiknya menyajikan makanan yang satu ketika
masih panas agar terasa lebih nikmat.

Alat Musik Suku Dayak


 GARANTUNG atau gong merupakan salah satu alat
musik yang digunakan masyarakat Suku Dayak. Selain
garantung masyarakat Dayak juga menyebutnya dengan
gong dan agung. Garatung diklasifikasikan sebagai salah
satu alat musik dalam kelompok idiophone yang terbuat
dari bahan logam; besi, kuningan, atau perunggu.

 Gandang (GENDANG) MASYARAKAT Suku Dayak


mengenal dengan baik alat musik gandang sebagai salah
satu alat musik dari kelompok membranophone untuk
mengiringi tarian dan lagu yang dinyanyikan. Karena itu,
alat musik gandang pun sangat populer sebagai sebuah
bagian harmoni di kalangan masyarakat Suku Dayak

 Kalali ialah alat music tiup yang terbuat dari buluh kecil


yang telah dikecilkan. Ukuran panjang setengah meter
dengan ujung beruas dan dibuat luang kecil dekat ruas
tersebut. Ujung ruas diraut agar dapat dipasang sepotong
roan yang telah diraut pula berbentuk tipis. Buluh rotan
diikat pada batang kalali, kemudian dibuat lima buah
lubang untuk menentukan tinggi rendahnya nada

 Tote ialah alat music tiup yang terbuat dari buluh kecil


yang telah dikeringkan dan ujung sebelahdalamnya diberi
lidah. Pada batang dibuat dua atau tiga buah lubang.
Untuk menghasilkan bunyi ang merdu dan menyayat
kalbu, tote atau serupai ditiup pada baian uungnya.

 Suling Balawung ialah alat music tiup yang terbuat


dari bamboo berukuran kecil dengan lima lubang dibagian
bawah dan satu lubang dibagian atas. Suling Balawang
bias digunakan oleh perempuan.

Lagu Suku Dayak

Pakaian Suku Dayak

Baju adat orang Dayak tak jarang dipakai untuk acara penyambutan
tamu. Busana adat suku yang satu ini berbeda antara laki-laki dan
perempuan. Pakaian daerah untuk wanita Dayak bernama Ta’a yang
terdiri dari:

 Atasan bernama Sapei Inoq


 Rok yang dinamakan Ta’a
 Ikat kepala berbahan pandan yang memiliki nama Da’a
 Uleng yang artinya kalung manik-manik yang menjulur hingga
dada bawah

Busana tradisional untuk pria Dayak dinamakan Sapei Sadaq. Baju adat


ini memiliki motif dan corak yang hampir serupa dengan busana
tradisional wanita Dayak. Berikut ini adalah kelengkapan baju adat
Sapei Sadaq:

 Atasan berupa rompi


 Abet Kaoq yang berarti sebuah cawat
 Senjata tradisional Mandau yang diikatkan pada pinggang

Motif kain untuk pakaian daerah orang Dayak biasanya merujuk pada


alam, seperti flora dan fauna. Motif-motif yang dikenakan pada pakaian
bisa menjadi simbol kelas sosial tertentu. Para bangsawan biasanya
mengenakan motif harimau atau enggang, sedangkan rakyat jelata
menggunakan motif tumbuhan.

Pakaian adat suku ini tampak semakin unik karena tato di tubuh mereka.
Tato tersebut dinamakan tutang yang bermakna suatu hal yang dibuat
dengan aturan tertentu. Orang Dayak percaya bahwa banyaknya tato di
tubuh pria Dayak menandakan tempat-tempat di wilayah Dayak yang
telah dikunjunginya.
Rumah Adat Suku Dayak

Nama rumah adat orang Dayak adalah Betang yang tersebar di seluruh


daerah Kalimantan, khususnya hulu sungai sebagai pusat perumahan.
Betang berbentuk rumah panggung dengan ketinggian sekitar 3 hingga 5
meter dari permukaan tanah.

Jaraknya yang lumayan jauh dari permukaan tanah ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya banjir saat musim hujan. Satu betang biasanya
dihuni oleh suatu komunitas dengan beberapa keluarga. Setiap keluarga
diberi satu ruangan yang dipisahkan oleh sekat-sekat.

Betang menjadi gambaran kekompakan hidup orang-orang Dayak di


bawah aturan adat yang harus dipatuhi. Di dalam Betang, semua
keluarga bergotong-royong dalam segala hal mulai dari menjaga
keamanan, makan bersama, hingga bekerja di ladang.

Rumah Betang menggambarkan sebuah kehidupan kelompok etnis yang


hidup bersama dengan saling membantu tanpa membeda-bedakan.

Anda mungkin juga menyukai