2. Lonjo / Tombak. Dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman rotan dan bertangkai
dari bambu atau kayu keras.
3. Telawang / Perisai. Terbuat dari kayu ringan, tetapi liat. Ukuran panjang 1 – 2 meter dengan lebar
30 – 50 cm. Sebelah luar diberi ukiran atau lukisan dan mempunyai makna tertentu. Disebelah dalam
dijumpai tempat pegangan.
4. Mandau. Merupakan senjata utama dan merupakan senjata turun temurun yang dianggap keramat.
Bentuknya panjang dan selalu ada tanda ukiran baik dalam bentuk tatahan maupun hanya ukiran
biasa. Mandau dibuat dari batu gunung, ditatah, diukir dengan emas/perak/tembaga dan dihiasi
dengan bulu burung atau rambut manusia. Mandau mempunyai nama asli yang disebut “Mandau
Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau”, merupakan barang yang mempunyai nilai religius, karena
dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Batu-batuan yang sering dipakai sebagai bahan dasar
pembuatan Mandau dimasa yang telah lalu yaitu: Batu Sanaman Mantikei, Batu Mujat atau batu
Tengger, Batu Montalat.
5. Dohong. Senjata ini semacam keris tetapi lebih besar dan tajam sebelah menyebelah. Hulunya
terbuat dari tanduk dan sarungnya dari kayu. Senjata ini hanya boleh dipakai oleh kepala-kepala
suku, Demang, Basir
Lagu daerah Kalimantan yang pertama kita ulas adalah dari Kalimantan Barat yang
cukup banyak memiliki lagu daerah yang indah. Beberapa lagu yang dimiliki oleh
Kalimantan Barat yang cukup dikenal diantaranya Bantelan, Alok Galing dan Antare
Kapuas. Selain itu lagu daerah yang lain ada Masjid Jami, Alon Alon, Aek Kapuas, dan
Cik Cik Periok.
Kalimantan Tengah juga memiliki banyak sekali lagu daerah. Lagu daerah kepunyaan
Kalimantan Tengah diantaranya adalah Oh Indang Oh Apang, Naluya, Tumpi Layu,
Lewungku Utusku dan Manauk Manjala. Selain itu Kalayar ke Danau dan Isen Mulang
juga merupakan lagu daerah provinsi ini yang telah cukup dikenal.
Kalimantan Utara yang merupakan salah satu provinsi baru yang berbatasan langsung
dengan negara tetangga Malaysia. Lagu daerah yang dimiliki oleh provinsi Kalimantan
Utara ada Bebalon, Pinang Sendawar dan juga Tuyang. Berbeda dengan wilayah
provinsi di Kalimantan lainnya, Kalimantan Utara hanya memiliki sedikit lagu daerah.
Paris Barantai
Pencipta lagu ini adalah H. Anang Ardiansyah yang merupakan tokoh maestro lagu
Banjar. Ada cerita unik dari lagu ini yang mengisahkan seseorang yang konon sudah
lama tak berjumpa. Sangat lamanya sampai seorang tersebut terbawa oleh mimpi.
Ampar-ampar Pisang
Ampar-ampar pisang mungkin sudah sering terdengar di telinga kita. Lagu ini bisa
dibilang sangat terkenal diantara lagu-lagu daerah lainnya di Kalimantan. Kalau melihat
cerita yang beredar dahulu lagu ini dinyanyikan oleh seorang yang sedang membuat
sebuah kue rimpi.
Ampat Lima
Baras Kuning
Sapu Tangan Babuncu Ampat
Bahasa banjar merupakan sebuah bahasa yang juga banyak digunakan di wilayah
Kalimantan Timur. Adapun lagu daerah yang dimiliki oleh Kalimantan timur antara lain
Burung Enggang, Meharit, Sabarai, Anjat Manik dan Bebilin. Selain itu ada pula Andang
Sigurandang, Bedone, Ayen Sae, Sorangan dan Lamin Talunsur yang menjadi salah
satu kekayaan lagu daerah Kalimantan Timur.
1. Alat Musik Sapek
Alat musik Sapek memiliki nama lain sampe / sempe / sape’. Jenis alat musik milik suku
Dayak ini merupakan jenis alat musik yang cara memainkannya dengan dipetik. Bentuk
dari Sapek ini seperti dawai. Jika anda kebetulan sedang berkunjung ke Kalimantan
maka alat ini banyak di jumpai di suku Dayak Kenyah dan Kayaan. Bahan yang ada di
alat musik Sapek serta aksesoris yang melengkapinya mengandung arti yang kuat.
Seperti pada bagian pangkal Sapek atau kepala, bentuk dari alat musik ini berupa
hewan yang di anggap keramat oleh warga Kalimantan. Mitos yang beredar bahwa hal
itu mengandung kekuatan untuk menolak bahkan mengalahkan sihir yang datang.
2. Alat Musik Agukng
Bentuk dari alat musik Dayak Kalimantan yang satu ini menyerupai sebuah gong.
Agukng merupakan alat musik yang cara memainkannya dengan ditabuh menggunakan
setik dari batang kayu. Alat musik ini banyak yang menganggap begitu sakral. Di
seluruh pelosok suku Dayak agukng banyak ditemui. Apalagi saat upacara
penyambutan kedatangan roh. Karena memang untuk hal ini agukng sering dimainkan.
Kepercayaan masyarakat Dayak bahwa agunkng dapat mengusir roh jahat dan bisa
mendatang para roh leluhur mereka. Selain sebagai alat musik manfaat dari agukng
bisa untuk mas kawin. Hal lain agunkng bisa untuk alat pembayaran yang tentunya
khusus buat hukum adat yang berlaku di Kalimantan Barat.
3. Alat Musik Kangkuang
Kangkuang alat
musik Dayak Kalimantan
Alat musik Dayak Kalimantan jenis ini cara memainkannya juga dengan ditabuh /
dipukul. Bahan pembutannya dari kayu yang diukir berdasarkan motif ciri khas dari
Dayak Kalimantan. Di masyarakat daerah Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat
kangkuang biasanya dibuat.
Entebong dibuat oleh suku Dayak Mualang yang tinggal di daerah sekitar Kabupaten
Sekadau. Terbuat dari bahan dasar kayu dan kulit binatang, entebong ini sangat mirip
dengan gendang. Untuk memainkannya bisa dengan cara ditabuh.
Suku Dayak memiliki banyak sekali tradisi dan macam-macam hal menarik yang bisa
menjadi daya tarik wisatawan manca atau pun lokal untuk berkunjung. Sangat wajar
karena ketekunannya menjaga warisan leluhur.
MACAM-MACAM KESENIAN SUKU DAYAK
Kesenian Suku Dayak
Bentuk kesenian suku Dayak tidak bisa dilepaskan dari sejarah sosiologisnya. Berawal dari
masyarakat primitif yang menganut animisme-dinamisme, kebudayaan suku ini berakulturasi dengan
kebudayaan kaum pendatang seperti Jawa dan Tionghoa.
Agama yang dianggap lahir dari budaya setempat adalah Kaharingan. Pengaruh kuat agama Hindu
dalam proses akulturasi ini menyebabkan Kaharingan dikategorikan ke dalam cabang agama
tersebut. Dalam perkembangan berikutnya, ada akulturasi budaya Islam pengaruh Kesultanan Banjar
di pusat kebudayaan suku Dayak.
Meskipun begitu, sebagian masyarakat Dayak tergolong teguh memegang kepercayaan
dinamismenya. Untuk kelompok ini, sebagian besar memutuskan untuk memisahkan diri dan masuk
semakin jauh ke pedalaman.
Seni Tari
Banyaknya suku dan subsuku Dayak menimbulkan beragamnya seni tari tradisional. Secara garis
besar, berdasarkan vocabuler tari, bisa diklasifikasikan menjadi 4 kelompok.
Tarian dengan gerak enerjik, keras dan staccato, adalah ciri kelompok tari Kendayan, yang dimiliki
oleh suku Dayak Bukit, Banyuke, Lara, Darit, Belangin, Bakati, dan lain-lain, di sekitar Pontianak,
Landak, dan Bengkayang.Tarian dengan gerak tangan membuka, gerakan halus, adalah ciri vocabuler
tari Ribunic atau Bidayuh, yang berkembang di kalangan suku Dayak Dayak Ribun, Pandu,
Pompakang, Lintang, Pangkodatan, Jangkang, Kembayan, Simpakang, dan lain-lain, di sekitar
Sanggau Kapuas.Tarian dengan gerak pinggul yang dominan adalah ciri tari kelompok Ibanic yang
dimiliki suku Dayak Iban, Mualang, Ketungau, Kantuk, Sebaruk, dan sebagainya, di sekitar Sanggau,
Malenggang, Sekadau, Sintang, Kapuas, dan Serawak.Sedikit lebih halus adalah ciri kelompok
Banuaka, yang dimiliki oleh suku Dayak Taman, Tamambaloh, Kalis, dan sebagainya, di sekitar
Kapuas Hulu.
Sebagian besar tari Dayak adalah tari ritual upacara sesuai dengan agama Kaharingan. Misalnya, tari
Ajat Temuai Datai. Tarian ini populer di kalangan Dayak Mualang dan berfungsi sebagai upacara
penyambutan terhadap pahlawan yang pulang mengayau.
Di masa lalu, mengayau berarti pergi membunuh musuh, namun sekarang mengalami pergeseran
makna. Mengayau berarti ‘melindungi pertanian, mendapatkan tambahan daya jiwa, dan sebagai
daya tahan berdirinya suatu bangunan’.
7. Tari Kuyang
Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-
pohon besar dan tinggi agar tidak menggangu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.
8. Tarian Pecuk Kina
Trian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan
(Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.
9. Tarian Datun
Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10
hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak
Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas
kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah.
10. Tari Ngerangkau
Tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan
alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga
menimbulkan irama tertentu.
11. Tarian Baraga’Bagantar
Awalnya Baraga’Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari
Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.
Seni Musik
Tidak jauh beda dengan seni tari, seni musik suku Dayak didominasi musik-musik ritual. Musik itu
merupakan alat berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada roh-roh.
Beberapa jenis alat musik suku Dayak adalah prahi, gimar, tuukng tuat, pampong, genikng, glunikng,
jatung tutup, kadire, klentangan, dan lain-lain.
Masuknya Islam memberi pengaruh dalam seni musik Dayak, dengan dikenalnya musik tingkilan dan
hadrah. Musik Tingkilan menyerupai seni musik gambus dan lagu yang dinyanyikan disebut
betingkilan yang berarti ‘bersahut-sahutan’. Dibawakan oleh dua orang pria-wanita dengan isi lagu
berupa nasihat, pujian, atau sindiran.
Berikut adalah beberapa kesenian musik suku Dayak
1. Ngendau
Ngendau ialah senda gurau yang dilagukan. Biasanya dilakukan oleh para remaja baik laki-laki
ataupun perempuan secara bersaut-sautan.
2. Kalalai-lalai
Kalalai-lalai ialah nyanyian yang disertai tari-tarian Suku Dayak Mamadi daerah Kotawaringin.
3. Natum
Natum ialah kisah sejarah masa lalu yang dilagukan.
4. Natum Pangpangal
Natum Pangpangal ialah ratap tangis kesedihan pada saat terjadi kematian anggota keluarga yang
dilagukan.
5. Dodoi
Dodoi ialah nyanyian ketika sedang berkayuh diperahu atau dirakit.
6. Dondong
Dondong ialah nyanyian pada saat menanam padi dan memotong padi.
7. Marung
Marung ialah nyanyian pada saat upacara atau pesta besar dan meriah.
8. Ngandan
Ngandan ialah nyanyian yang dinyanyikan oleh para lanjut usia yang ditujukan kepada generasi
muda sebagai pujian, sanjungan dan rasa kasih sayang.
9. Mansana Bandar
Mansana artinya cerita epik yang dilagukan. Bandar ialah nama seorang tokoh yang sangat dipuja
dizamannya. Bandar hidup di zaman lewu uju dan diyakini bahwa tokoh Bandar bukan hanya
sekedar mitos. Hingga saat ini orang-orang tertentu yang bernazar kepada tokoh Bandar. Keharuman
namanya karena pada kepribadiannya yang sangat simpatik dan menarik, disamping memiliki sifat
kepahlawanan dan kesaktian yang tiada duanya. Banyak sansana tercipta untuk memuji dan
mengagungkan tokoh Bandar ini, namun dengan versi yang berbeda-beda.
10. Karunya
Karunya ialah nyanyian yang diiringi suara musik sebagai pemujaan
kepada RanyingHatala.Dapat juga diadakan pada saat upacara
pengangkatan seorang pemimpin mereka atau untuk menyambut
kedatangan tamu yang sangat dihormati.
11. Baratabe
Baratabe ialah nyanyian untuk menyambut kedatangan pada tamu.
12. Kandan
Kandan ialah pantun yang dilagukan dan dilantunkan saut menyaut baik oleh laki-laki atau
perempuan dalam suatu pesta perkawinan. Apabila pesta yang diadakan untuk menyambut tamu
yang dihormati maka kalimat-kalimat yang dilantunkan lebih bersifat kalimat pujian, sanjungan, doa
dan harapan mereka pada tamu yang dihormati tersebut. Tradisi ini biasa ditemukan pada Suku
Dayak Siang atau Murung di Kecamatan Siang dan Murung, Kabupaten Barito Hulu.
13. Dedeo atau Ngaloak
Dedeo atau Ngaloak sama dengan Kandan hanya istilahnya saja yangberbeda, karena Dedeo atau
Ngaloak adalah tradisi Suku Dayak DusunTengah didaerah Barito Tengah, Kalimantan Tengah.
14. Salengot
Salengot ialah pantun berirama yang biasa diadakan pada pesta
pernikahan, namun dalam upacara kematian Salengot terlarang oleh adat
untuk dilaksanakan. Salengot khusus dilakukan oleh laki-laki dalam
menceritakan riwayat hingga berlangsungnya pernikahan kedua mempelai
tersebut.
Alat musik yang biasa terdapat di dalam kebudayaan Suku Dayak adalah
sebagai berikut :
1. Garantung
Garantung adalah gong yang terdiri dari 5 atau 7 buah, terbuat dari tembaga.
2. Sarun
Sarun ialah alat musik pukul yang terbuat dari besi atau logam. Bunyi yang dihasilkan hanya lima
nada.
3. Salung
Salung sama dengan Sarun, tetapi Salung terbuat dari bambu.
4. Kangkanung
Kangkanung ialah sejenis gong dengan ukuran lebih kecil berjumlah lima biji, terbuat dari tembaga.
5. Gandang Mara
Gandang Mara ialah alat musik perkusi sejenis gendang dengan ukuran setengah sampai tiga per
empat meter. Bentuki silinder yang tewrbuat dari kayu dan pada ujung permukaan di tutup kulit rusa
yang telah di keringkan. Kemudian di ikat rotan agar kencang dan lebih kencang lagi diberi pasak.
Seni Drama
Drama tradisional ditemukan pada masyarakat Kutai dalam bentuk kesenian Mamanda. Drama ini
memainkan lakon kerajaan dan dimainkan dalam upacara adat seperti perkawinan atau khitanan.
Bentuk pementasannya menyerupai ludruk atau ketoprak.
Seni Rupa
Seni rupa Dayak terlihat pada seni pahat dan patung yang didominasi motif-motif hias setempat
yang banyak mengambil ciri alam dan roh dewa-dewa dan digunakan dalam upacara adat. Ada
macam-macam patung dengan ragam fungsi, di antaranya sebagai berikut.
Patung azimat yang dianggap berkhasiat mengobati penyakit.Patung kelengkapan upacara.Patung
blontang, semacam patung totem di masyarakat Indian. Selain itu, seni rupa Dayak terlihat pada seni
kriya tradisional seperti kelembit (perisai), ulap doyo (kain adat), anjat (tas anyaman), bening aban
(kain gendongan), seraong (topi), dan lain-lain. Kesenian suku Dayak adalah bagian dari kekayaan
budaya Nusantara yang layak dibanggakan.
Awal mula bahasa Dayak dari bahasa Austronesia yang masuk melalui bagian utara Kalimantan kemudian
menyebar kea rah timur hingga masuk ke pedalaman, serta pulau-pulau di Pasifik dan Selandia Baru. Sampai
saat ini, bahasa Dayak berkembang seiring beragam pengaruh. Kedatangan bangsa-bangsa ini membawa
pengaruh dan kebudayaan yang beragam. Biasanya penduduk suatu wilayah dibedakan antara “pribumi sejati”
yaitu orang Dayak yang memiliki animism dan orang Melayu yang Muslim, serta penetap Cina dan India yang
datang kemudian. Ciri-ciri budaya, bahasa dan agama menyebar tanpa mengindahkan asal suku dan melanggar
batas kebudayaan serta bahasa yang tadinya ada.
Beberapa sumber mengatakan bahwa bahasa di Kalimantan termasuk dari rumpun bahasa Austronesia. Namun
para ahli membedakan bahasa yang di pakai di Sabah dan Filipina, bahasa Melayu dari Sumatra dan
Semenanjung Melayu. Selain pengaruh bahasa dari luar, bahasa dan dialek juga dipengaruhi letak geografis
yang ditumbuhi hutan hujan trofis. Pada umumnya orang Dayak di Kalimantan Timur sudah dapat berbahasa
Indonesia, terutama kaum muda, karena mereka sudah cukup lama berinteraksi dengan masyarakat lainnya dan
juga mereka harus bisa berkomunikasi dengan suku Dayak lainnya yang memiliki perbedaan bahasa. Bahasa
perantara orang Dayak adalah bahasa Ot Danum atau Dohoi. Sedangkan bahasa tertua adalah Sangen atau
Sangiang yang dipakai dalam upacara adat. Pada saat ini, hanya sedikit orang Dayak yang mengetahui bahasa
Sangiang ini.
Orang Dayak di Kalimantan, terutama Kabupaten Kutai Kartanegara, memilki bahasa dan dialek masing-masing,
seperti Dayak Kenyah dan Dayak Kayan memiliki bahasa yang tidak jauh berbeda dan masih lebih banyak
persamaannya yang termasuk dalam rumpun Apau Kayan. Dayak Bahau sendiri sebenarnya termasuk suku
Kayan yang memiliki 2 dialek, Bahau Sa’ dan Bahau Busang. Dayak Modang juga menggunakan bahasa Bahau.
Dayak Benuaq dan Dayak Ngaju memiliki bahasa yang sama yaitu bahasa otrang Ma’anyan. Dayak Punan yang
memiliki 24 sub suku Punan, masing-masing memiliki bahasa dan dialek sendiri. Beberapa sub suku
menggunakan bahasa Punan dan Busang, ada juga bahasa Bekatan dan Lisum yang digunakan. Dayak Tunjung
memiliki bahasa sendiri yaitu bahasa Tunjung, ada 4 dialek yang mereka gunakan. Mereka juga menggunakan
bahasa Kutai, mereka juga mengerti bahasa Benuaq.
Penduduk Dayak memiliki dasar kepercayaan Kaharingan. Istilah Kaharingan diambil dari kata
Danum Kaharingan yang berarti air kehidupan. Orang Dayak percaya bahwa di dunia ini banyak
terdapat roh-roh halus. Mereka percaya akan:
5. Longit (roh yang tinggal di mandau-mandau). Roh nenek moyang Suku Dayak sangat
berpengaruh pada kehidupan. Beberapa istilah: roh nenek moyang = Liu dunia roh = Ewu
Liu (negeri kaya raya) Dewa tertinggi = Ranying
1. Tiwah: Ngaju
2. Ijambe: Ma‘anyan
3. Daro: Ot Danum
Peti mayat disebut lesung, yang merupakan kuburan sementara. Sandung / tambak : tempat
untuk menyimpan tengkorak yang tidak dibakar dan abu yang berasal dari yang dibakar
Tradisi Penguburan
Tradisi penguburan dan upacara adat kematian pada suku bangsa Dayak diatur tegas dalam
hukum adat. Sistem penguburan beragam sejalan dengan sejarah panjang kedatangan manusia
di Kalimantan. Dalam sejarahnya terdapat tiga budaya penguburan di Kalimantan :
1. Penguburan tanpa wadah dan tanpa bekal, dengan posisi kerangka dilipat.
3. Penguburan dengan wadah kayu, anyaman bambu, atau anyaman tikar. Ini merupakan sistem
penguburan yang terakhir berkembang.
Pada umumnya terdapat dua tahapan penguburan:
2. Penguburan tahap kedua (sekunder). Penguburan sekunder tidak lagi dilakukan di goa. Di hulu
sungai Bahau dan cabang-cabangnya di Kecamatan Pujungan, Malinau, Kaltim, banyak
dijumpai kuburan tempayan-dolmen yang merupakan peninggalan megalitik.
Perkembangan terakhir, penguburan dengan menggunakan peti mati (lungun) yang
ditempatkan di atas tiang atau dalam bangunan kecil dengan posisi ke arah matahari
terbit. Prosesi penguburan sekunder yakni:
a. Tiwah adalah prosesi penguburan sekunder pada penganut Kaharingan, sebagai simbol
pelepasan arwah menuju lewu tatau (alam kelanggengan) yang dilaksanakan
setahun atau beberapa tahun setelah penguburan pertama di dalam tanah.
b. Ijambe adalah prosesi penguburan sekunder pada Dayak Maanyan. Belulang dibakar
menjadi abu dan ditempatkan dalam satu wadah
c. Wara
d. Marabia