Anda di halaman 1dari 14

Kebudayaan Dayak Kalimantan

Anggota :
Annas F XI IA 7/03
Fairunafis N S XI IA 7/08
M. Rifa Cahya MXI IA 7/20
Sophia Salsabila XI IA 7/29
Sistem Bahasa
1. Bahasa Pengantar • Bagian Tengah :
Bahasa Indonesia telah digunakan untuk sebagai Bahasa Dusun Denyah
bahasa pengantar di pemerintahan dan pendidikan.
• Bagian Selatan :
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa Ma’anyam, Dusun Malang, Dusun
Bahasa Dayak Ngaju adalah bahasa dayak yang paling Witu, Paku
luas digunakan di Kalimantan Tengah, terutama
• Bagian Barito Barat :
didaerah sungai Kahayan dan Kapuas, bahasa Dayak
Ngaju juga terbagi lagi dalam berbagai dialeg seperti ≡ Bahasa Barito Barat bagian Utara
seperti bahasa Dayak Katingan dan Rungan. Selain itu
bahasa selain itu bahasa Ma’anyan dan Ot’danum juga Bahasa Kohin, Dohoi, Siang-Murung
banyak digunakan. Bahasa Ma’anyan banyak digunakan ≡ Bahasa Barito Barat bagian Selatan
didaerah aliran sungai Barito dan sekitarnya sedangkan
bahasa Ot’danum banyak digunakan oleh suku dayak Bahasa Bakumpai, Ngaju, Kahayan
Ot’danum di hulu sungai Kahayan dan Bahasa Barito
timur bagian Tengah-Selatan
Sistem Religi
• Golongan Islam merupakan golongan terbesar, sedangkan agama asli dari penduduk pribumi adalah
agama Kaharingan. Sebutan kaharingan diambil dari Danum Kaharingan yang berarti air kehidupan.
Umat Kaharingan percaya bahwa lingkunan sekitarnya penuh dengan mahluk halus dan roh-roh (ngaju
ganan) yang menempati tiang rumah, batu-batu besar, pohon-pohon besar, hutan belukar, air, dan
sebagainya.
• Kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan mahluk-mahluk halus tersebut terwujud dalam bentuk
keagamaan dan upacara-upacara yang dilakukan seperti upacara menyambut kelahiran anak, upacara
memandikan bayi untuk pertama kalinya, upacara memotong rambut bayi, upacara mengubur, dan
upacara pembakaran mayat. Upacara pembakaran mayat pada orang ngaju menyebutnya tiwah (Ot
Danum daro Ma’anyam Ijambe). Pada upacara itu tulang belulang (terutama tengkoraknya) semua kaum
kerabat yang telah meninggal di gali lagi dan dipindahkan ke suatu tempat pemakaman tetap, berupa
bangunan berukiran indah yang disebut sandung.
Sistem Kesenian
1. Tari-Tarian
• Tari Gantar
Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tarian ini cukup terkenal dan sering
disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.
• Tari Kancet Papatai / Tari Perang
Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya.
• Tari Kancet Ledo / Tari Gong
Tari Kancet Ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang
meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet
Ledo disebut juga Tari Gong.
• Tari Kancet Lasan
Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak
Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan.
• Tari Pecuk Kina
Tarian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan
(Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun
• Tari Hudoq Kita’
Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan
Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada
dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik.
• Tari Ngerangkau
Tari Ngerangkau adalah tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini
mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar
sehingga menimbulkan irama tertentu.
• Tari Baraga’ Bagantar
Awalnya Baraga’ Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun
Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.
• Tari Leleng
Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh
orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian
gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng.
• Tari Serumpai
Tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit
anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu).
• Tari Belian Bawo
Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain
sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara
kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq.
• Tari Kuyang
Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang
besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.
• Tari Datun
Tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung,
sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke
segenap daerah suku Dayak Kenyah.
2. Rumah Adat
Rumah adat Kalimantan Tengah dinamakan rumah betang. Rumah itu panjang bawah
kolongnya digunakan untuk bertenun dan menumbuk padi dan dihuni oleh ±20 kepala
keluarga. Rumah terdiri atas 6 kamar, antara lain untuk menyimpan alat-alat perang, kamar
untuk pendidikan gadis, tempat sesajian, tempat upacara adat dan agama, tempat
penginapan dan ruang tamu. Pada kiri kanan ujung atap dihiasi tombak sebagai penolak
mara bahaya.
3. Pakaian Adat
Pakaian adat pria Kalimantan Tengah berupa tutup kepala berhiaskan bulu-bulu enggang,
rompi dan kain-kain yang menutup bagian bawah badan sebatas lutu. Sebuah tameng kayu
dengan hiasan yang khas bersama mandaunya berada di tangan. Perhiasan yang dipakai
berupa kalung-kalung manikdan ikat pinggang. Wanitanya memaki baju rompi dan kain (rok
pendek) tutup kepala berhiasakan bulu-bulu enggang, kalung manic, ikat pinggang,
danbeberapa kalung tangan.
Sistem Peralatan/Perlengkapan
Hidup
Dalam kehidupan sehari-hari orang suku Dayak sudah menggunakan alat-alat yang sudah
sedikit maju (berkembang) seperti dalam berburu orang dayak sudah memakai alat-alat
yang berkembang seperti :
• Sipet / Sumpitan Merupakan senjata utama suku dayak. Bentuknya bulat dan
berdiameter 2-3 cm, panjang 1,5 – 2,5 meter, ditengah- tengahnya berlubang dengan
diameter lubang ¼ – ¾ cm yang digunakan untuk memasukan anak sumpitan
(Damek).Ujung atas ada tombak yang terbuat dari batu gunung yang diikat dengan rotan
dan telah di anyam. Anak sumpit disebut damek, dan telep adalah tempat anak
sumpitan.
• Lonjo / Tombak. Dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman rotan dan
bertangkai dari bambu atau kayu keras.
• Telawang / Perisai. Terbuat dari kayu ringan, tetapi liat. Ukuran panjang 1 – 2 meter
dengan lebar 30 – 50 cm. Sebelah luar diberi ukiran atau lukisan dan mempunyai makna
tertentu. Disebelah dalam dijumpai tempat pegangan.
• Mandau, merupakan senjata utama dan merupakan senjata turun temurun yang
dianggap keramat. Bentuknya panjang dan selalu ada tanda ukiran baik dalam
bentuk tatahan maupun hanya ukiran biasa. Mandau dibuat dari batu gunung,
ditatah, diukir dengan emas/perak/tembaga dan dihiasi dengan bulu burung atau
rambut manusia. Mandau mempunyai nama asli yang disebut “Mandau Ambang
Birang Bitang Pono Ajun Kajau”, merupakan barang yang mempunyai nilai religius,
karena dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Batu-batuan yang sering dipakai
sebagai bahan dasar pembuatan Mandau dimasa yang telah lalu yaitu: Batu
Sanaman Mantikei, Batu Mujat atau batu Tengger, Batu Montalat.
• Dohong Senjata ini semacam keris tetapi lebih besar dan tajam sebelah
menyebelah. Hulunya terbuat dari tanduk dan sarungnya dari kayu. Senjata ini
hanya boleh dipakai oleh kepala-kepala suku, Demang, Basi.
Sistem Pengetahuan
• Terkadang mereka sering menggunakan bahasa inggris untuk
komunikasi tetapi masih bersifat pasif.
• Menggandalkan atau menggunakan rasi bintang untuk mengetahui
apakah cocok untuk bertanam atau berladang
Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi bagi orang Dayak di Kalimantan Tengah terdiri atas empat
macam, yaitu berladang, berburu, mencari hasil hutan dan ikan,
menganyam. Dalam berladang mereka mengembangkan suatu sistem kerja
sam dengan cara membentuk kelompok gotong-royong yang biasanya
berdasarkan hubungan tetanggaan atau persahabatan. Masing-masing
kelompok terdiri atas 12-15 orang yang secara bergiliran membuka hutan
bagi-bagi ladang masing-masing anggota. Apabila kekurangan tenaga kerja
laki-laki maka kaum wanita dapat menggantikan pekerjaan kasar itu,
misalnya membuka hutan, membersihkan semak-semak, dan menebang
pohon-pohon.
Siklus pengerjaan ladang di Kalimantan sebagai berikut :
• Pada bulan Mei, Juni atau Julio rang menebang pho-pohon di hutan,
setelah penebangan batang kayu, cabang, ranting, serta daun dibiarkan
mengering selama 2 bualan.
• Bulan Agustus atau September seluruh batang, cabang, ranting, dan daun
tadi harus dibakar dan dan bekas pembakaran dibiarkan sebagai pupuk.
• Waktu menanam dilakukan pada bulan Oktober.
Bulan Februari dan Maret, tibalah musim panen, sedangkan untuk membuka
ladang kembali, orang Dayak melihat tanda-tanda alam seperti bintang dan
sebagainya serta memperhatikan alamat-alamat yang diberikan oleh burung-
burung atau binatang-binatang liar tertentu. Jika tanda-tanda ini tidak
dihiraukan maka bencana kelaparan akibat gagalnya panen akan menimpa
desa.
Sistem Kekerabatan
• Sistem kekerabatan orang Dayak Kalimantan Tengah, didasarkan pada prinsip keturunan
ambilineal, yang menghitungkan hubungan kekerabatan melalui laki-laki maupun wanita.
Pada masa dahulu, kelompok kekerabatan yang terpenting masyarakat mereka adalah
keluarga ambilineal kecil yang timbul kalau ada keluarga luas yang utrolokal, yaitu sebagai
dari anak-anak laki-laki maupun perempuan sesudah kawin membawa keluarganya masing-
masing, untuk tinggal dalam rumah orang tua mereka, sehingga menjadi suatu keluarga
luas.
• Pada masa sekarang, kelompok kekerabatan yang terpenting adalah keluarga luas utrolokal
yang menjadi isi dari suatu rumah tangga. Rumah tangga ini berlaku sebagai kesatuan fisik
misalnya dalam sistem gotong royong dan sebagai kesatuan rohanian dalam upacara-
upacara agama kaharingan. Kewarganegaraan dari suatu rumah tangga tidak statis, karena
keanggotaannya tergantung pada tempat tinggal yang ditentukan sewaktu ia mau menikah,
padahal ketentuan itu dapat diubah menurut keadaan setelah menikah. Jika orang bersama
keluarganya kemudian pindah dari rumah itu, pertalian fisik dan rohani dengan rumah
tangga semula pun turut berubah.
• Pada orang Dayak, perkawinan yang diangap ideal dan amat diingini oleh umum,
perkawinan antara dua orang saudara sepupu yang kakek-kakeknya adalah
sekandung, yaitu apa yang disebut hajenandalam bahasa ngaju (saudara sepupu
derejat kedua) dan perkawinan antara dua orang saudara sepupu dan ibu-ibunya
bersaudara sekandung serta antara cross-cousin.
• Perkawinan yang dianggap sumbang (sala horoi dalam bahasa Ngaju) adalah
perkawinan antara saudara yang ayah-ayahnya adalah bersaudara sekandung
(patri-parallel cousin), dan terutama sekali perkawinan antara orang-orang dari
generasi yang berbeda misalnya antara seorang anak dengan orang tuanya, atau
antara seorang gadis dengan mamaknya.

Anda mungkin juga menyukai