Anda di halaman 1dari 57

SALAM REDAKSI RAPAT PIMPINAN DAN KARYAWAN SM

SAJIAN UTAMA
Amuk komunal, dari mana dia berasal? Mengapa pihak yang selama ini menggembar-gemborkan toleransi juga banyak melahirkan amuk dan konflik di tubuhnya?

DIALOG
Prof DR Sunyoto Usman mengatakan, tokoh elit agama sudah rusak. Siapa yang dia maksud, mengapa ini terjadi?

TANYA JAWAB AGAMA


Bagaimana cara itikaf yang benar?

KOLOM
Prof DR Ahmad Syafii Maarif bertanya, KPK Jilid Tiga bagaimana nasibnya?

MENU
Assalamualaikum wr. wb. Pembaca yang terhormat, Suara Muhammadiyah baru saja mengadakan rapat bersama pimpinan dan karyawan. Dari unsur pimpinan diwakili Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi dan dari karyawan meliputi bidang redaksi dan umum. Dalam rapat dibicarakan tentang berbagai kendala yang selama ini dihadapi, ketika melakukan kerja melayani pembaca. Juga diperbincangkan kemungkinan solusi-solusi atas masalah yang selama ini muncul ke permukaan. Dalam rapat yang berlangsung di lantai 2 Gedung PP Muhammadiyah Jalan Cik Di Tiro Yogyakarta juga diteguhkan kembali target untuk segera mencapai oplag 40.000 eksemplar. Tentu hal ini disambut oleh karyawan yang mengikuti rapat. Sebab dengan naiknya oplag, maka Syiar dakwah Muhammadiyah melalui media akan semakin dapat dirasakan oleh masyarakat. Pembaca pun akan makin terlayani dengan baik. Demikianlah, sampai jumpa edisi mendatang. Wassalamualaiku wr wb. REDAKSI
04 TAJUK RENCANA 07 SAJIAN UTAMA 12 BINGKAI 17 TANYA JAWAB AGAMA 20 KESEHATAN 21 TAFSIR AL-QURAN 23 HADITS 25 DIRASAH ISLAMIYAH 27 PEDOMAN 31 KHUTBAH 39 LAZIS 43 KALAM 44 HUMANIORA 46 SAKINAH 50 WAWASAN 56 SOHIFAH 59 DINAMIKA PERSYARIKATAN

SUARA SUARA MUHAMMADIYAH MUHAMMADIYAH 03 / 01 97 / 97 | 1 | -1 15 - 15 FEBRUARI JANUARI 2012

TAJUK RENCANA

PERLU PENDEWASAAN UMAT


i negeri yang penganut agama begitu beragam, sesungguhnya wajar apabila terjadi benturan paham. Dalam sejarah Islam pertentangan paham menjadi lumrah dan melahirkan banyak golongan dan mazhab. Tetapi manakala perbedaan paham itu disertai dengan kekerasan fisik, kapan dan di mana pun terjadi, hal itu tentu tidak benar dan tidak baik bagi kehidupan. Bukan hanya kehidupan umat Islam, tetapi untuk masyarakat luas, yang mengesankan Islam membenarkan kekerasan. Padahal sejatinya, Islam sebagaimana nama dan pesan utamanya yang melekat dengannya, pembawa misi perdamaian dan selalu mengedepankan damai. Sebab kekerasan keagamaan sebenarnya kompleks. Apakah karena sumber perbedaan dan sentimen paham, tetapi tidak jarang karena sebab-sebab lain yang bersifat sosiologis seperti, rebutan kepentingan dan kondisi sosial yang rentan. Kondisi sosial yang rentan sebutlah tekanan ekonomi karena kemiskinan, tekanan sosial karena marjinalisasi atau keterpinggiran kelompok, tekanan politik akibat berbagai perbedaan afiliasi dan kepentingan politik, hingga ke tekanan budaya akibat banyak perubahan yang terjadi yang tidak siap dihadapi. Pendek kata, akar persoalan amuk atau kekerasan keagamaan tidaklah tunggal tetapi beragam. Kekerasan atasanama agama atau bersifat keagamaan selalu menjadi sorotan karena pertama melekat dengan watak agama itu sendiri, bahwa agama yang seharusnya mengajarkan damai kenapa harus disertai dengan kekerasan oleh para pemeluknya. Kedua, kekerasan bersifat keagamaan pada umumnya dilapisi oleh dalil-dalil keagamaan seperti fatwa sesat, yang menjadi dasar bagi pemeluknya untuk melakukan tindakan main hakim sendiri atau merasa memperoleh landasan suci untuk melakukan kekerasan kepada pihak yang dianggap sesat itu. Akibatnya kekerasan jenis ini sering kali lebih kuat dan tidak jarang awet karena diproduksi secara keagamaan. Kekerasan atasnama agama atau bersifat keagamaan baik karena perbedaan paham agama maupun faktor-faktor sosiologis bukanlah milik satu golongan. Pelaku kekerasan tidak mengenal golongan tertentu, begitu juga korban. Merupakan tindakan tendensius manakala gampang menuding pelaku kekerasan agama adalah satu golongan, lainnya tidak. Tetapi, memang ada kecenderungan golongan tertentu sering melakukan tindakan kekerasan ketimbang yang lainnya. Karenanya jangan mudah menudingkan terhadap orang lain atau pihak lain sebagai sumber tindakan kekerasan. Apalagi dengan mengunggulkan diri sendiri seolah tidak pernah melakukan kekerasan. Jangan sampai telunjuk sering mudah menuding kelompok lain sebagai sumber kekerasan, tetapi golongannya sendiri lupa dibimbing sehingga terlibat kekerasan. Klaim para tokoh umat di atas belum tentu sepadan dengan umat di bawah yang sifatnya massal atau komunal, yang memiliki alam pikiran sendiri dan mengalami persoalan hidup yang kompleks. Lebih-lebih manakala pemimpin umatnya selain kurang membimbing karena sibuk sendiri, malah sering mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengandung sentimen terhadap golongan lain. Maka jadilah amuk atau kekerasan sebagai bagian dari perilaku komunal. Komunalitas atau kekelompokan sering mudah tersulut dalam tindakan massal, termasuk yang bersifat kekerasan terhadap kelompok lain. Hal itu karena campuraduk antara sentimen paham yang diyakininya secara mutlak, pada saat yang sama karena keterbatasan berpikir dan tekanan-tekanan sosial kehidupan yang berat. Karenanya konflik horizontal di Tanah Air sering terjadi di daerah-daerah yang rawan sekaligus kompleks permasalahan sosial. Jarang kekerasan jenis ini terjadi pada masyarakat menengah ke atas yang terdidik secara modern, sekaligus relatif mapan secara sosial ekonomi. Sehingga dalam kondisi yang komunal dan rentan sosial seperti itu, masalah kecil pun berubah menjadi besar dan tidak ditemukan resolusi sosial yang normal. Lalu lahirlah kekerasan massal. Karenanya kewajiban dan tugas utama para tokoh ialah melakukan pendewasaan sosial dan memapankan kehidupan umat di bawah agar menjadi semakin matang dalam menghadapi setiap keadaan yang kritis sekalipun. Tidak gampang tersulut bagaikan rumput kering yang mudah terbakar.
PENASIHAT AHLI: H Din Syamsuddin, HM Amien Rais. PEMIMPIN UMUM: H Ahmad Syafii Maarif. WAKIL PEMIMPIN UMUM: HA Rosyad Sholeh. PEMIMPIN REDAKSI: H Haedar Nashir. WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: HM Muchlas Abror. PEMIMPIN PERUSAHAAN: Didik Sujarwo. DEWAN REDAKSI: HA Munir Mulkhan, Sjafri Sairin, HM Sukriyanto AR, Yusuf A Hasan, Immawan Wahyudi, M Izzul Muslimin. REDAKSI PELAKSANA: Mustofa W Hasyim. STAF REDAKSI: Amru HM, Asep Purnama Bahtiar, Deni Al-Asy'ari, Ahmad Mu'arif. SEKRETARIS REDAKSI: Isngadi Marwah. TATA LETAK/ARTISTIK: Dwi Agus M., Amin Mubarok, Elly Djamila. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN: Zuly Qodir. ARSIP & DOK: H Aulia Muhammad, A Nafian, EDITOR BAHASA: Imron Nasri, Ichwan Abror .
Melaksanakan Dakwah Islamiyah Amar Makruf Nahi Munkar. Dirintis KHA. Dahlan sejak tahun 1915 PENERBIT: Yayasan Badan Penerbit Pers "Suara Muhammadiyah" SIUPP: SK. Menpen RI No. 200/SK/Menpen/SIUPP/D.2/1986, tanggal 26 Juni 1986, Anggota SPS No. 1/1915/14/D/ 2002 // ISSN: 0215-7381

SM 03-2012
COVER: Amin Mubarok

ALAMAT REDAKSI/TATAUSAHA: Jalan KH Ahmad Dahlan 43 Yogyakarta 55122 Telp. (0274) 376955 Fax. (0274)411306 SMS: 081904181912 E-mail: redaksism@gmail.com Web: www.suara-muhammadiyah.com Terbit 2 kali sebulan. Harga langganan/eceran 1 nomor Rp. 12.500,- +ongkos kirim untuk: - Sumatera dan Bali Rp.500,- Kalimantan dan Sulawesi Rp.1.500 ,- NTT, NTB, Maluku dan Indonesia Timur Rp.2.500,Berlangganan sekurang-kurangnya 3 bulan (6 nomor) bayar di muka. "SM" menerima sumbangan tulisan dari para pembaca. Panjang tulisan 3-7 hal A4, diketik dua spasi penulis harus mencantumkan alamat lengkap, no. telp., dan no. rekening. Semua naskah masuk menjadi milik Suara Muhammadiyah dan tidak akan dikembalikan.

BANKERS: BNI Trikora Rek. No. 0030436020 BRI Katamso Rek. No. 0245.01.000264.30.7 BRI Cik Ditiro Rek. No. 0029.01.000537.30.6 Giro Pos Rek. No. 550 000200 1 Bank Niaga Syariah Rek. No. 520-01-00185-00-4 BPD Rek. No. 001.111.000798 BNI Syariah Rek. No. 009.2196765 Bank Muamalat Rek. No. 531.0000515 Shar-E Rek. 902 69924 99 an. Drs. H Mulyadi Dicetak: Cahaya Timur Offset Telp. (0274) 376730, 380372

WARTAWAN "SUARA MUHAMMADIYAH"

TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA/MEMINTA APA PUN DARI NARASUMBER

SUARA PEMBACA JANGAN MUSEUM


Saya membaca dalam majalah Suara Muhammadiyah No. 10 Th ke88 Oktober/Dzulkaidah/Dzulhijjah 1432 H, pada rubrik Keserempet, katanya Muhammadiyah bermaksud mendirikan Museum Muhammadiyah, di situ di antaranya ditulis:....museum yang direncanakan hendaknya memiliki prinsip pariwisata, yaitu what to see, what to do and what to buy... Meskipun saya telah dua kali menulis di SM ini tentang perlunya Muhammadiyah mempunyai museum, kini saya berbalik, jika sekiranya Muhammadiyah hendak mendirikan museum, hendaknya jangan dinamakan museum. Namakan saja misalnya Pusat Informasi Muhammadiyah (PIM) atau nama lainnya, asal jangan museum, sebab banyak museum kurang laku dijual tidak menarik bagi bangsa kita. Maka saya setuju dengan penuturan Sdr Widyastuti dari Majelis Pustaka dan Informasi Muhammadiyah di atas. Namun saya menambahkan saran, agar PP Muhammadiyah guna merealisasi rencana tersebut, jangan tanggung-tanggung. Tentang biaya tentu saja dari sumbangan warga dan simpatisan Muhammadiyah seIndonesia, terutama iuran dari amal usaha amal usaha yang telah besar, kuat dan kaya. Saran saya: 1. Proyek itu hendaknya terletak di Yogyakarta atau Jakarta, dengan tanah yang luas dan bangunan yang memadai dan Islami, minimal tingkat tiga. 2. Sebagai persiapan perlu kiranya diadakan studi banding (riset) ke museum-museum atau pusat-pusat informasi di negara-negara maju sebagai inspirasi baik kemegahan dan keunikan bangunan maupun kelengkapan keunikan isinya. Tentunya bagi Muhammadiyah tidak lupa pada halaman berdiri kursi, c) Ruang Perpustakaan, sebaiknya ada almari khusus: almari rujukan kitab-kitab KH A Dahlan, almari terjamah mushaf Al-Quran dari berbagai bahasa, -almari bukubuku tentang Muhammadiyah. Ruang Pamer sekolah-sekolah unggulan. Ruang Pamer Perguruan Tinggi. Ruang Pamer Majelis dan Lembaga. Ruang Penjualan dan Pelayanan (toko).

4. 5. 6. 7.

terpisah masjid mungil, indah, modern berdaya tampung 100-150 orang. 3. Bangunan itu hendaknya menampilkan hal-hal yang menggambarkan kegiatan dan sumbangsih Muhammadiyah kepada bangsa Indonesia. Maka pada pintu masuk gedung harus tertulis: Dari Muhammadiyah untuk Bangsa. Adapun ruangan-ruangan itu misalnya: a) Ruang Museum, b) Ruang Aula untuk pertemuan, diskusi dan pemutaran film dll dengan 100

8. Ruang Sejarah dan Tokoh Muhammadiyah. Pimpinan Muhammadiyah dapat merekrut penjaga dan pelayan yang berseragam Kepanduan HW, Tapak Suci, Kokam dan Busana Muslim. Hal ini semata-mata karena meskipun telah berusia satu abad, masih ada orang yang masih belum paham akan peran Muhammadiyah di negara ini. HM Hadirin NBM 198309 Anggota Muhammadiyah Solo Jateng.
5

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

SAJIAN UTAMA

AMUK KOMUNAL
DAN KRISIS KETELADANAN TOLERANSI
Beberapa waktu yang lalu, dengan berlindung di balik jubah deradikalisasi serta membendung pemekaran Islam teroris di Indonesia sebuah ormas Islam yang cukup besar sibuk mengutuk kelompok Islam lain yang mereka sebut sebagai wahabiy sebagai biang kekerasan di dalam sejarah perkembangan Islam.
ereka mengutuk wahabiy sebagai kelompok Islam yang tidak tahu budaya toleransi serta tidak bisa menerima perbedaan pendapat dengan kelompok lain. Di Harian Republika, Prof DR Said Agil Siradj, Ketua Umum PBNU menulis artikel yang berjudul Radikalisme, Hukum, dan Dakwah. Pada bagian akhir artikel tersebut Said Agil menulis, Kita bisa mencermati pergerakan faham Wahabiy di negeri kita yang secara mengendap-endap telah memasuki wilayah pendidikan dengan menyuntikkan ideologi puritanisme radikal semisal penyesatan terhadap kelompok lain hanya soal beda ibadah dan lainnya. Di berbagai daerah bahkan sudah terjadi tawuran akibat dakwah model Wahabiy yang tidak menghargai perbedaan pandang antar Muslim. Artikel dengan gaya bahasa yang sopan dan lunak ini hanya satu di antara puluhan bahan ceramah dan pengajian akbar yang menghujat gerakan Wahabiy di negeri ini dengan nada yang jauh lebih kasar dan keras. Namun, ibarat nasi belum habis turun ke dalam perut, tiba-tiba saja ada ledakan konflik antarumat Islam di Sampang Madura yang melibatkan kelompok Islam yang dianggap Syiah dengan kelompok Islam yang mengaku Sunni yang kemudian juga menyebut diri sebagai kelompok aswaja. Pesantren, musholla, dan rumah-rumah warga Syiah di bakar, harta-bendanya dijarah, manusianya diusir ke pengungsian. Lepas dari perdebatan sesat tidaknya ajaran Syiah yang
6

ada di Sampang, tindakan kekerasan yang semena-mena seperti itu jelas tidak dibenarkan oleh ajaran Islam yang mana pun. Terlebih lagi, dalam hidup berbangsa dan bernegara kita semua terikat pada hukum negara. UUD 1945 secara gamblang menjamin kebebasan warga negara untuk menjalankan agama dan kepercayaannya. Perkara penodaan dan penistaan agama juga sudah ada saluran hukumnya yang jelas. Ibarat telunjuk menuding, tiga jari mengarah ke diri, dalam keadaan yang seperti ini kita jadi bertanya, kelompok manakah yang sesungguhnya tidak mengenal budaya toleransi dan tidak menghargai perbedaan pandangan dalam ber-Islam. Sungguh tidak elok kalau setiap ada perkara selalu menuding pihak ketiga sebagai dalangnya. Mengapa tidak menilik diri sendiri dan mengakui bahwa masih ada yang masih perlu dibenahi. Guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof DR Faisal Ismail dalam artikel yag berjudul Alin bin Thalib Tidak Mati? di SKH Kedaulatan Rakyat (12 Januari 2012) dengan nada retoris bertanya kepada Umarudin Masdar, Kalau NU dan warga NU toleran dan tidak suka melakukan budaya kekerasan. Anda (Umarudin Masdar) sebagai Koordinator Densus 26 (Pendidikan Khusus Dai ahli Sunah wal Jamaah 1926) tolong jelaskan kepada publik siapa pelaku pembakaran rumah, masjid, dan pesantren Syiah di Omben, Sampang, Madura? Pembakaran itu dipicu isu kultural atau teologikal? Nabi Muhammad mengajarkan Islam dengan keteladanan, demikian juga dalam bertoleransi. Kalau toleransi tidak diteladankan namun sekedar diproyekkan maka hanya akan menyemai kemunafikan. Yang jelas amuk komunal itu telah terjadi, sebagai umat beriman harus ada yang berani bertanggungjawab pada kejadian amuk karena perbedaan tafsir dan paham agama ini. Berlindung dibalik teori konspirasi hanyalah menunjukkan rendahnya rasa tanggungjawab. Perilaku seperti itu mirip kelakuan anak kecil yang baru belajar berjalan, setiap kali terjatuh dan menangis sang nenek akan selalu menyalahkan kodok untuk meredakan tangisnya. Padahal, semua tahu sang kodok jelas tidak terlibat dalam proses jatuhnya anak kecil yang manja dan cengeng itu. isma

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 21 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

SAJIAN UTAMA

JANGAN NAFIKAN TOLERANSI INTERN AGAMA


google.com

Kekerasan demi kekerasan sepertinya masih terus menghantui bumi pertiwi ini. Faktanya, belum saja usai kasus kekerasan yang terjadi di Mesuji, Lampung, dan Sape Nusa Tenggara Barat, kini tepatnya di penghujung tahun 2011, peristiwa kekerasan kembali terjadi di bumi Sampang, Madura, Jawa Timur.
ika peristiwa kekerasan yang terjadi di Mesuji maupun Sape cenderung terjadi antara aparat dengan warga, namun peristiwa Sampang, Madura kekerasan dilakukan oleh sesama warga. Ada sekelompok masa yang mengatasnamakan kelompok Ahlusunnah Wal Jamaah atau Sunni melakukan pembakaran sebuah musholla, beberapa rumah dan pesantren warga Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura. (29/12). Kekerasan terhadap warga Syiah di wilayah Jawa Timur ini, justru bukan terjadi baru kali ini saja. Fajar Riza Ul Haq, Direktur Eksekutif Maarif Institute mengatakan, bahwa kasus ketegangan Syiah dan Sunni-NU di Jatim juga pernah terjadi sebelumnya. Yakni, adanya penyerangan oleh sekelompok warga terhadap

Dalam beribadah haji sesama umat Islam yang berbeda madzhab dan paham bisa bertoleransi.

pesantren Syiah di Bangil. Senada dengan itu, dikatakan oleh Alkhol Firdaus, menurut Kepala Divisi Pendidikan dan Publikasi, Center for Marginalized Communities Studies (CMARs) Surabaya ini, bahwa kasus Syiah di Sampang bukan kasus baru. Kasus kekerasan terhadap Jamaah Syiah di Sampang, Madura seperti cerita berseri, ujar Akhol Firdaus. Cerita berseri dari rentetan ketegangan yang berakhir pada aksi kekerasan yang dilakukan kelompok Ahlu Sunnah Waljamaah terhadap warga Syiah ini tentunya sangat sulit diterima oleh nalar, Pasalnya, peristiwa anarkhisme dan radikal ini justru terjadi di tengah tokohtokoh Islam sedang gencar-gencarnya untuk mengkampanyekan sikap tolerensi baik sesama umat beragama maupun antarumat beragama. Bahkan sebagai-

mana diketahui, belakangan ini, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Ketua Umumnya KH Said Aqil Siradj, begitu bersemangat dan giatnya bersama pemerintah (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) melakukan proyek deradikalisasi keagamaan di berbagai tempat dan lokasi di Tanah Air. Hal ini dilakukan oleh Said, menyusul banyaknya terjadi peristiwa kekerasan yang mengatasnamakan agama, bahkan Said, menuding, akar semua kekerasan tersebut tumbuh dari paham wahabisme. Oleh karenanya, tidak heran kemudian Said dengan terus terang menghimbau umat Islam, mewaspadai dan memerangi gerakan wahabi, karena dianggap olehnya sebagai biang dan akar kekerasan di Tanah Air. Wahabi atau salafi itu gerakan radikal, satu grade lagi itu mereka menjadi teroris, kata Ketua
7

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

SAJIAN UTAMA
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj dalam salah satu siaran televisi swasta. Sementara, konflik dan kekerasan yang terjadi di Sampang, Madura, sepertinya membalikkan pandangan tersebut, sebab kekerasan yang terjadi menurut berbagai sumber, justru dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan Ahlu Sunnah Waljamaah yang merupakan mainstream ideologi dari Nahdlatul Ulama (NU) dan bukan bersumber dari paham Wahaby yang sering disebut sebagai akar kekerasan. Walaupun Said telah membantah bahwa kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan Ahlu Sunnah Waljamaah tersebut warga NU adalah tidak benar, bahkan Said, menilai ada sebuah skenario dari konflik tersebut. Akan tetapi, fakta yang dilihat oleh masyarakat tentunya juga tidak bisa dinafikan, bahwa kekerasan tersebut justru dilakukan di kantong basis organisasi Ahlu google.com Sunnah Waljamaah. Apalagi menurut Alkhol, dengan sangat nyata para tokoh agama di Omben, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sampang dan MUI se-Madura, Pimpinan Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU) Sampang, dan Badan Silaturahmi Ulama se-Madura (Basra) secara terus-menerus melakukan syiar kebencian (hate speech) terhadap warga Syiah yang dinilai ajaran sesat. Fakta dari peristiwa ini, menunjukkan bahwa persoalan konflik dan kekerasan komunal yang terjadi di Tanah Air, memiliki sumber dan akar yang beragam, baik berakar dari persoalan agama dan keyakinan, budaya, maupun ekonomi dan politik. Hal ini senada dengan pendapat Pelly yang menyebutkan bahwa akar kekerasan memiliki varian yang sangat kompleks. Setidaknya terdapat tiga persoalan; pertama, akibat penguasaan sumber-sumber ekonomi dan pembagiannya yang tidak adil; Kedua, akibat adanya perluasan batas-batas sosio dan budaya suatu kelompok masyarakat; Ketiga, akibat adanya
8

persaingan kepentingan dalam politik, idiologi atau agama (lihat Pelly 1983:187). Krisis Keteladanan Namun dari peristiwa kekerasan terhadap warga minoritas Syiah yang terjadi di lingkungan warga Nahdliyin, Sampang, Madura, Jawa Timur tersebut, memunculkan banyak pertanyaan di kalangan ummat Islam, menimbang selama ini, NU adalah kelompok Islam yang sangat bersikap toleran dengan agama lain. Bahkan tidak heran, jika setiap perayaan Natal, sebagian mereka ikut berpartisipasi untuk mengamankan perayaan Natal umat Nasrani. Namun

kenapa dengan kalangan sendiri justru sebaliknya? Saleh Partaunan Daulay, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menilai, kelompok-kelompok yang melakukan tindakan kekerasan tersebut sangat toleran terhadap agama lain. Namun kali ini, toleransi itu seakan-akan tumpul hanya karena perbedaan mazhab dan pemikiran. Toleransi terhadap penganut agama lain memang sangat diperlukan dan wajib dilaksanakan, tetapi yang lebih fundamental dari itu adalah toleransi antara sesama penganut agama yang sama. Mengapa kita mampu mentoleransi agama lain tetapi tidak mampu mentoleransi umat Islam lain yang berbeda mazhab? tanya Saleh. Karena itu, Saleh menegaskan, kelompok yang selama ini cukup keras membela kaum minoritas dari pemeluk agama lain seharusnya juga melakukan pembelaan yang sama terhadap penganut mazhab minoritas, seperti Syiah di negeri ini. Jangan sampai terkesan hanya peduli agama lain, tetapi lupa mem-

bina umat di tingkat internal penganut agama sendiri, tambahnya. Sementara pengamat sosial dari Universitas Andalas (Unand) Padang Prof DR Damsar berpandangan, terjadinya kekerasan komunal, sebagaimana kasus di Sampang, Madura, merupakan dampak dari runtuhnya kepemimpinan informal di tengah masyarakat. Salah satu faktor pemicu sering terjadinya pertikaian dan kekerasan antar kelompok dan kampung belakangan ini, karena tak berfungsinya kepemimpinan informal secara maksimal, kata mantan Dekan Fakultas FISIP Universitas Andalas Padang. Menurut Damsar, dinamika masyarakat semakin berkembang, sehingga kepemimpinan informal semakin terabaikan. Apalagi tidak diiringi dengan perkembangan kemajuan di masyarakat. Selain itu, kekerasan sosial yang muncul juga tak terlepas dari kurang kuatnya kepemimpinan formal. Kondisi ini kian diperparah oleh memudarnya struktur sosial lama, sedangkan struktur yang baru belum mengkristal. Oleh karenanya, peran kepemimpinan dan para pemuka agama sangat penting ditingkatkan lagi, sebagaimana himbauan menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamaaan, Joko Suyanto, bahwa peran pemuka agama untuk menyadarkan dan sosialisasi bagaimana setiap perbedaan atau perselisihan tidak selalu berujung kekerasan sangat penting. (Tempo: 30 /12). Tidak heran pula, jika Mantan Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, sedikit menyindir Ketua PBNU Said Agiel Siraj yang menganggap peristiwa kekerasan SunniSyiah di Sampang, Madura, Jawa Timur sebagai pekerjaan Rumah Ketua PBNU. Ini jadi PR bagi Said Aqil (Ketua Umum PBNU) bagaimana meyakinkan warganya ketika terjadi perbedaan pendapat, kata Hidayat. Sebab, lanjut Hidayat, NU sebagai ormas Islam penganut faham Sunni terbesar di Indonesia harus mengkaji kenapa bisa sampai terjadi tindakan kekerasan warganya terhadap pesantren Syiah tersebut. d

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

SAJIAN UTAMA

DI MANAKAH HASIL PENDIDIKAN TOLERANSI?

google.com

Sampang bergejolak. Insiden pembakaran tiga rumah dan satu mushola di Karang Gayam, Kecamatan Omben, Madura, terjadi pada Kamis 29 Desember 2011. Selain membakar rumah dan tempat ibadah, massa juga menjarah harta benda milik kelompok aliran Islam tertentu.
atusan warga terpaksa harus diungsikan di Lapangan Tenis Indoor Sampang untuk menghindari amuk massa. Ketika masyarakat di daerah Mesuji (Lampung), Maligi (Sumatra Barat), dan Bima (NTB) bergejolak karena sengketa tanah, justru kasus di Sampang hanya dilatarbelakangi persoalan sepele. Motifnya murni persoalan ekonomi, tetapi kemudian dibalut dengan isu perbedaan paham keagamaan. Insiden di Sampang berawal dari persoalan keluarga antara Raisul Hukama dan Tajul Muluk. Pada awalnya, dua kakak beradik ini sama-sama menjadi pengurus Ikatan Jamaah Ahlul

Bait Indonesia (IJABI). Karena persoalan internal keluarga, sang kakak memutuskan keluar dari ormas ini lalu masuk ormas lain yang berseberangan haluan. Konflik internal antara Rais dan Tajul berimbas pada perbedaan pendapatan di antara keduanya, terang Jalaluddin Rakhmat, ketua Dewan Syura IJABI. Tampaknya, karir sang adik lebih cemerlang dan kondisi perekonomian keluarganya lebih baik dibanding sang kakak. Apalagi, keduanya sama-sama memimpin pondok pesantren sekalipun berbeda aliran ke-Islaman. Sang adik menjadi pemimpin pondok pesantren beraliran Syiah sementara sang kakak memimpin pondok pesantren beraliran Sunni. Konflik internal keluarga ini kemudian dikemas menjadi isu perbedaan aliran keagamaan antara kelompok Syiah dan Sunni. Ditopang dengan tingkat pendidikan yang rendah dan sistem sosial masyarakat tradisional yang tergantung pada figur pemimpin, konflik internal keluarga dapat direkayasa menjadi isu SARA yang destruktif. Masyarakat setempat dengan mudah terbakar amarah ketika dihasut dengan isu perbedaan aliran keagamaan. Akibatnya, insiden amuk massa tak terbendung lagi. Dalam insiden tersebut, sebuah musholla yang tak lain adalah tempat ibadah umat Islam, justru dibakar oleh umat Islam sendiri.
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

SAJIAN UTAMA
Direktur Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) PCNU Kabupaten Sampang, Faidlol Mubarak, mengeluarkan pernyataan resmi bahwa konflik di Sampang lebih bersifat konflik keluarga. Konflik ini kemudian dikemas dalam bentuk seolaholah konflik agama yang bernuansa Sunni-Syiah. Aksi amuk massa sudah terlanjur terjadi sekalipun motifnya sangat sepele. Kenyataan ini menjadi indikasi akan gagalnya pemahaman toleransi dalam beragama yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan tradisional di kawasan tersebut. Insiden pembakaran rumah, tempat ibadah, dan penjarahan harta benda ini terjadi di daerah yang merupakan basis massa pendukung kelompok Islam tradisionalis. Masyarakat Madura, kata Hidayat Nurwahid, rata-rata adalah pengagum Abdurahman Wahid atau Gus Dur yang berasal dari kalangan Nahdlatul Ulama. Mantan ketua MPR ini menambahkan, Ini juga merupakan pekerjaan rumah NU untuk mengajarkan pada pengikutnya mengenai perbedaan pendapat. Direktur Central for Religion and Political Studies (Centries) Madura, Sulaisi Abdurrazak, menilai konflik bernuansa SARA di Sampang merupakan bentuk kegagalan pendidikan keagamaan di wilayah itu. Kegagalan ini sudah sangat terang karena umat Islam masih belum bisa memahami perbedaan dalam pemahaman agama sesama umat Islam. Perbedaan itu sebenarnya fitrah baik perbedaan agama itu sendiri, maupun perbedaan dalam hal pemahaman keagamaan, paparnya dalam diskusi Menyikapi Perbedaan Pemahamaan Keagamaan dalam Bingkai Pluralisme di Pamekasan belum lama ini. Kenyataan ini sungguh ironis! Selama ini, kelompok Aswaja (NU) yang paling sering menyuarakan toleransi agama. Mereka sering menuduh ormas lain tidak toleran. Bahkan, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bersama Badan Inteljen Nasional (BIN) telah menggalang proyek meredam radikalisme agama dengan tujuan membekuk ormas-ormas Islam yang tidak sehaluan dengan NU. Kehadiran Jaringan Islam Liberal (JIL) yang dibidani Ulil Abshar-Abdalla yang notabene kader NU bahkan berani menggagas pluralisme agama di Indonesia. Namun, itu semua tidak lebih sekedar sensasi tanpa bukti. Sebab, di kalangan akar rumput, justru warga NU sangat asing dengan wacana toleransi dan pluralisme agama. Bukankah ini sangat ironis? Kenyataan ini harus bisa menyadarkan para ulama tradisionalis di kalangan Aswaja. Kasus di Sampang mestinya menjadi otokritik bagi para pemimpin NU bahwa seperti itulah kondisi umat binaan mereka di kalangan akar rumput. Ini juga jadi PR bagi Said Aqil (Ketua PBNUred.) untuk bagaimana meyakinkan warganya ketika terjadi perbedaan pendapat, jelas Hidayat Nurwahid. Ahlu sunnah wal jamaah sendiri merupakan pihak yang menghormati prinsip kesunahan, hak yang baik, komunitas yang kuat dan besar. Ternyata sampai seperti itu, penting juga untuk diteliti apa masalahnya, imbuhnya. Sayang sekali, para pemimpin NU tidak pernah belajar atau memang mereka enggan belajar dari kenyataan. Meskipun sudah terbukti insiden di Sampang dilakukan oleh warga setempat dengan latar belakang konflik internal keluarga yang direkayasa, justru PBNU malah berkelit dan menuduh keterlibatan pihak ketiga. Ini adalah murni konflik keluarga. Jadi, jika sampai bisa pecah seperti kemarin, pasti ada kepentingan pihak lain. Besar kemungkinan ada pihak ketiga yang memprovokasi, kata Said Aqil Sirodj dalam pernyataan resmi PBNU di Jakarta. Pada lain kesempatan, Said Aqil mengeluarkan pernyataan, Kalaupun terjadi seperti insiden pembakaran Kamis lalu, jelas ada tangan tak terlihat yang menginginkan terjadinya bentrokan. Jelas perbedaan Sunni-Syiah dijadikan alat. Seakan-akan hendak berkelit atau enggan mengakui kenyataan yang terjadi di kalangan warga NU, justru para pemimpin kelompok Islam tradisional ini malah mencari kambing hitam di balik kerusuhan kasus di Sampang. Sekalipun dengan menggunakan logika yang tidak masuk akal, mereka akan terus mencari dalih untuk menutup-nutupi kenyataan. Umat Islam jelas makin dibuat bingung dengan pola pikir dan polah-tingkah para pemimpin tipikal Ahlu Ruwaibidlah. Seperti apakah tipikal Ahlu Ruwaibidlah? Yaitu, orang-orang yang ngotot mempertahankan argumentasi sekalipun sangat lemah dan tidak masuk akal. Parahnya, Ahlu Ruwaibidlah akan selalu melemparkan kesalahan kepada pihak lain. Kita jelas makin prihatin dengan kondisi seperti ini. bahan dan tulisan: rif

google.com

10

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

SAJIAN UTAMA KEMBALIKAN KEDAULATAN KEPADA RAKYAT


Eko Prasetyo, Kepala Pusham UII

BANYAK KELOMPOK MEMAINKAN KEPENTINGAN


Ahmad Baso, Komisioner Homnas HAM asus-kasus yang terjadi, insiden amuk komunal akhir-akhir ini, memiliki faktor-faktor tersendiri secara terpisah. Atau banyak faktor yang melatarbelakangi kasusnya. Amuk komunal yang terjadi bukan masalah tunggal dan bukan masalah konflik agama, sangat beragam, yang terjadi di Sumatera karena motif ekonomi dan agraria, yang di Madura karena faktor aliran agama, di Jakarta dan Jawa Barat faktor ekonomi dsb. Kepentingan politik atau kepentingan kelompok tertentu yang bersaing. Masalah-masalah amuk komunal yang bermotif agama, ada yang murni karena faktor agama tetapi juga ada faktor lain, misal, untuk menaikkan citra aparat yang terpuruk dengan membiarkan amuk terjadi. Karena memang, tokoh-tokoh provokator dan pihak siapa yang melakukan sudah terdeteksi sebelumnya lewat intelijen, tapi terjadi pembiaran untuk mengalihkan perhatian. Di Jawa Barat motif agama juga terjadi, karena persaingan ormas. Sedang di Jakarta karena persaingan mengelola parkir (oleh preman), terjadi amuk komunal dengan mengatasnamakan agama untuk mengalahkan pihak lawan. Tetapi yang sangat fatal adalah amuk komunal pemicunya karena penyalahgunaan wewenang kekuasaan (Pemerintah). Pemerintah terkesan sangat membela dengan tindakan represi jika hal itu menyangkut kepentingan pengusaha atau perusahaan. Eksploitasi atau memperalat aparat dengan tindakan kekerasan untuk membungkam aspirasi rakyat. Atau memainkan amukamuk antar kelompok untuk kepentingan politik. Ini sering terjadi di depan mata kita. Atau pembiaran amuk oleh aparat dengan tambahan agitasi-agitasi buatan sebagai pembuka jalan. Semua ini bisa terjadi, saya melihatnya karena mekanisme demokratisasi publik belum berjalan dengan baik. Yang terjadi baru taraf pemesanan konflik, sebagai alasan untuk menegakkan demokratisasi atau kita kenal sebagai tabur pencitraan diri. Rakyat kelas bawah dimanfaatkan sedemikian rupa untuk beragam kepentingan. Rakyat tidak lagi sebagai subjek tetapi dijadikan obyek kepentingan. Rakyat dipelintir untuk alat demokratisasi. Reformasi tidak berjalan dengan baik, yang terjadi adalah terjadinya sekedar formal prosedural demokratisasi, tetapi essensinya tidak berjalan sama sekali. Jadi, upaya yang sebenarnya untuk membuat tidak terjadi amuk komunal adalah dengan menegakkan demokratisasi secara baik, transparansi, reformasi yang secara essensi sebenarnya, dan mengembalikan kedaulatan kepada rakyat. Pengawasan yang terus-menerus terhadap Pemerintah dan wakil rakyat dalam pelaksanaan demokratisasi. Sehingga tidak memungkinkan lagi rakyat dimobilisasi untuk membuat amuk demi kepentingan sesaat. Dan yang sangat penting adalah penegakan supremasi hukum menjadi terintegrasikan dengan kepentingan rakyat. am

unculnya amuk komunal atau kerusuhan-kerusuhan saat ini, yang terjadi di beberapa daerah, itu menunjukkan atau berakar dari ekspresi diri kekecewaan-kekecewaan warga masyarakat terhadap keberadaan Pemerintah . Mereka tidak lagi mengerti aturan-aturan yang dianut oleh Pemerintah itu ditujukan kepada siapa. Atau Pemerintah saat ini tidak lagi menjalankan tugasnya untuk menegakkan aturan-aturan yang sudah ada. Undang-undang yang ada sebetulnya dipersiapkan dengan cukup baik, tidak lagi dapat berfungsi karena tersisihkan oleh beberapa kepentingan politik yang dijalankan oleh penguasa dalam mengamankan posisinya, persaingan-persaingan atau kompetitif politik jangka pendek. Keberadaan tokoh-tokoh Pemerintah, tokoh-tokoh politik atau tokoh-tokoh masyarakat yang menjadi figur masyarakat tidak lagi menjadi teladan dan panutan. Karena sudah menjadi bagian dari masalah yang menunjukkan atau mengekspresikan diri mendahulukan kepentingan-kepentingan pribadi. Masalahmasalah krusial yang menciderai rasa keadilan masyarakat menjadi bertumpuk-tumpuk atau memang sengaja ditimbun sehingga makin menggunung dan tak tertangani. Dua sisi kepentingan yang sudah tidak lagi dapat bertemu itu, atau aktivitas kepentingan kedua pihak yang tidak dapat lagi dipertemukan oleh sarana informasi atau komunikasi timbal balik dalam menyelesaikan masalah.Tersumbatnya penyaluran aspirasi atau solusi dari masalah menjadi kendala. Dari kacamata masyarakat, penyaluran solusinya diekspresikan dengan melakukan demonstrasi untuk mencari dan menuntut keadilan pemecahan masalah.Sedang dari aparat Pemerintah, karena tidak lagi terakomodasikan oleh politik will dari Pemerintah atau tepatnya penguasa mengekspresikan munculnya demontrasi dan tuntutan-tuntutan komunal dari masyarakat dianggap sebagai gangguan keamanan yang diharuskan dihadapi dengan represif kekerasan aparat. Kekerasan komunal tak terhindarkan lagi terjadi di beberapa tempat atau daerah dengan motif latar belakang beragam. Cara mengatasinya adalah dengan melakukan mediasiterbuka dan dengan itikad baik dari kedua pihak dengan lebih mendahulukan kepentingan masyarakat banyak atau kita artikan sebagai kepentingan bangsa dan bukan kepentingan penguasa. Mengembalikan kembali fungsi wakil rakyat agar bekerja secara efektif dan efisien bagi mendahulukan kepentingan rakyat terlebih dahulu. Fungsi-fungsi itu yang terus-menerus diawasi pelaksanaannya agar tidak melenceng. Selama fungsi-fungsi itu belum dijalankan oleh wakil rakyat maka masalah-masalah yang muncul menjadi tak ternegosiasikan secara baik. Fungsikan lagi rakyat sebagai pemilik kedaulatan yang sebenarnya, maka semua pihak harus menyadari hal itu. am

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

11

BINGKAI

ISLAM DI DUNIA NYATA


DR H HAEDAR NASHIR, MSI

Apakah Islam di tangan para pemeluknya sudah tampil sebagai peradaban yang unggul? Apakah perbankan syariat dalam aplikasinya merupakan sistem yang terbaik dan benar-benar tidak mempraktikkan apa yang dilakukan perbankan konvensional? Apakah negara-negara Islam dan partai politik Islam dalam mengurus rakyatnya jauh lebih baik ketimbang negara-negara dan sistem politik sekuler? Apakah pribadi dan umat Muslim menjadi teladan yang terbaik dalam berperilaku sehingga menampilkan rahmatan lil-alamin daripada orang lain? Pertanyaan tersebut bukan mengandung keraguan tetapi sebagai muhasabah untuk membuktikan keutamaan Islam antara idealita dan realita.

slam sebagai ajaran sungguh sempurna, paripurna, dan utama lebih dari agama dan sistem nilai lain di dunia ini. Allah bahkan telah menjadikan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad sebagai agama terakhir, yang tidak akan ada lagi wahyu diturunkan sesudahnya. Sebagaimana firman-Nya: ...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridlai Islam itu jadi agama bagimu...(Al-Maidah: 3). Islam itu utama dan tidak ada yang menandingi keutamaannya, karena itu keutamaannya harus diwujudkan dalam peradaban di dunia nyata. Wujud Peradaban Peradaban merupakan puncak dari kebudayaan suatu umat, masyarakat, dan bangsa. Peradaban merupakan kebudayaan yang tertinggi baik secara ruhani maupun jasmani, secara nilai maupun tindakan, secara sistem maupun praktik. Islam di masa jaya disebut dengan peradaban karena di segala lapangan kehidupan mencapai puncak tertinggi, ketika masyarakat Barat dan di belahan dunia lain masih tertinggal. Namun di dunia modern, peradaban masyarakat Barat, China, Jepang, Korea Selatan, misalnya kini memasuki peradaban yang tinggi dari kebudayaannya. Sementara umat Islam masih banyak tertinggal.

Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi landasan bagi mewujudkan tingkahlakunya. Kebudayaan sebagai sistem pengetahuan manusia merupakan petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, dan strategistrategi yang terdiri dari model-model kognitif yang bersumber pada dan diselimuti oleh nilai-nilai yang hidup dalam etos (ethos) dan alam pikiran ( world view ) kolektif manusia, yang penggunaannya oleh para pelakunya untuk menginterpretasikan dan menghadapi lingkungannya dilakukan secara selektif (Suparlan, 1990). Dalam kaitan ini kebudayaan menjadi model pengetahuan dan konsep-konsep simbolik yang dipahami bersama sehingga melahirkan sistem kehidupan kolektif yang berpola dan teratur. Unsur kebudayaan universal menurut para ahli terdiri dari sistem religi, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi dan peralatan hidup. Sistem nilai sosial-budaya berupa suatu kompleks dari ideide, gagasan, norma-norma, peraturan-peraturan, dan sebagainya. Sistem sosial terdiri atas kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.

12

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

BINGKAI
Kebudayaan fisik berupa wujud kebudayaan sebagai bendabenda hasil karya manusia (Koentjaraningrat, 1978). Semuanya merupakan satu kesatuan yang menggambarkan kebudayaan suatu masyarakat. Jika umat Islam ingin menampilkan peradaban yang lebih unggul dari yang lain maka tingkat kebudayaannya dalam segala aspek kehidupan harus lebih utama. Dalam kehidupan moral, secara nyata jauh lebih baik dibanding yang lain seperti lebih jujur, baik, amanah, dan sifat-sifat teladan lainnya. Sebaliknya tidak suka dusta, culas, korupsi, menyeleweng, munafik, egois, menghalalkan cara, dan berbagai sifat buruk lainnya. Jangan sampai sehari-hari menyuarakan syariat, akidah, dan akhlak Islam tetapi ucapan tidak sejalan dengan tindakan. Umat Islam juga harus lebih maju dalam pendidikan, ekonomi, sosial-budaya, dan berbagai aspek lainnya sehingga menggambarkan peradaban yang unggul atau utama di dunia nyata. Bukan sebaliknya tertinggal dalam banyak lapangan kehidupan, sehingga kalah dan dikalahkan oleh umat yang lain dalam hal kemajuan hidup secara ruhani maupun fisik duniawi. Manakala kehidupan umat Islam sudah selaras antara ajaran dan kenyataan maka kebudayaan serta peradaban umat Islam benar-benar terwujud di dunia nyata, bukan di dunia maya. Kini, yang dipentingkan dan diutamakan ialah bagaimana umat Islam di seluruh muka bumi ini membuktikan kepada dunia bahwa dirinya jauh lebih unggul dalam segala bidang kehidupan dibandingkan bangsa-bangsa atau umat-umat yang lain. Umat Islam, termasuk negara dan sistem Islam dalam bentuk apa pun, tidak sekadar nama dan formalitas tetapi benar-benar menunjukkan yang terbaik dalam kenyataan. Itulah peradaban Islam, bukan Islam normatif atau formalis yang berhenti di atas deretan istilah. Uswah Muhammadiyah Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang bertujuan mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya berkomitmen untuk menjadikan Islam sebagai peradaban yang utama. Muhammadiyah dan orang-orang Muhammadiyah dituntut kerja keras untuk terus membumikan Islam dalam segala lapangan kehidupan. Muhammadiyah tidak boleh terjebak pada banyak retorika dan formalisme, tetapi langsung membuktikan bagaimana Islam dalam kehidupan umatnya benabenar unggul dan terbaik. Melalui usaha-usaha yang dilakukannya, Muhammadiyah ingin membuktikan bagaimana umat Islam dapat menjadi uswah hasanah. Baik dalam akidah, ibadah, akhlak, maupun muamalah Muhammadiyah tidak kenal lelah ingin menampilkan umat Islam sebagai khaira ummah, yang dimulai dari dirinya selaku umat yang terbaik melalui berbagai usaha nyata. Usaha Muhammadiyah yang diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan meliputi: pertama menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan, serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Kedua, memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya. Ketiga, meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan amal shalih lainnya. Keempat, meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi serta berakhlak mulia. Kelima, memajukan dan memperbarui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta meningkatkan penelitian. Keenam, memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas. Usaha lainnya, ketujuh meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Kedelapan, memelihara, mengembangkan, dan mendayagunakan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kesejahteraan. Kesembilan, mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri. Kesepuluh, memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesebelas, membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai pelaku gerakan. Keduabelas, mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana untuk menyukseskan gerakan. Ketigabelas, mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta meningkatkan pembelaan terhadap masyarakat. Keempatbelas, usahausaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah. Usaha-usaha Muhammadiyah tersebut telah dilakukan sepanjang perjalanan sejarahnya hingga usia satu abad ini. Muhammadiyah menyadari masih banyak kekurangan dalam mewujudkan Islam sebagai peradaban di dunia nyata. Bahkan kalau mau jujur masih jauh dari harapan. Demikian pula dengan gerakan-gerakan Islam yang lain, meskipun semangat tinggi tetapi masih jauh dalam implementasi. Umat Islam yang diwakili oleh organisasi-organisasi dan jamaah-jamaah kaum Muslimin masih jauh dari ideal dalam menampilkan diri sebagai uswah hasanah dalam peradaban dunia. Dalam hal formalitas boleh jadi banyak yang mengklaim lebih Islami, tetapi di dunia nyata masih banyak yang jauh panggang dari api. Karena itu jangan merasa begitu hal-hal formal dilekatkan dalam sistem Islam dan gerakannya, serta merta begitulah yang terjadi dalam dunia nyata. Mudah-mudahan tahun 1432 hijriyah dan tahun 2012 miladiyah dijadikan momentum bagi umat Islam untuk bermuhasabah diri bagaimana menampilkan ke-Islaman yang lebih unggul selaras antara ajaran dan kenyataan. Islam yang bukan sekadar klaim syariah dan normatif belaka, tetapi dibuktikan dengan peradaban di dunia konkret. Sehingga umat Islam tidak menjadi buih sebagaimana sabda Nabi, serta tidak masuk dalam inkonsistensi tindakan sebagai peringatan Tuhan dalam Al-Quran: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (Ash-Shaf: 3).
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

13

TANYA JAWAB AGAMA

ITIKAF DAN SHALAT ID


Pertanyaan: Assalamu alaikum wr. wb. 1. Bolehkah beri'tikaf di masjid pada 10 hari terakhir bulan Ramadlan hanya setiap malamnya saja mulai dari bada tarawih hingga Subuh, karena pada pagi hari kami harus ke tempat kerja. Dalam beri'tikaf itu kami melakukan tadarus Al-Quran, membaca buku, istirahat (tidur) lalu bangun pada pukul 02.30 untuk shalat lail dilanjutkan dengan sahur dan Shalat Shubuh. Mohon penjelasan beserta dalil-dalilnya. 2. Benarkah Rasulullah saw menyuruh sahabat yang sempat melihat hilal 1 Syawal untuk berbuka besoknya tetapi belum melaksanakan Shalat Id (IdulFitri) sementara Rasulullah saw sendiri masih berpuasa (karena belum melihat hilal) dan menyuruh untuk shalat Id bersama pada hari yang sama (lusanya). Jika hal ini benar, berarti dapat dijadikan dalil untuk shalat Id bersama walau berbeda dalam mengakhiri bulan Ramadlan? Jazakumullah atas jawabannya, terima kasih. Wassalamu alaikum. wr. wb. Arfan A.Tilome PDM Kota Gorontalo, Jln. Kenangan No. 175 Kel. Dulalowo Timur, Kota Gorontalo (disidangkan pada hari Jumat, 7 Muharram 1433 H / 2 Desember 2012 M) Jawaban: Wa alaikumus-salam wr. wb. Sebelumnya kami haturkan terima kasih atas pertanyaan yang bapak sampaikan kepada Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Berikut ini kami sampaikan jawaban dari dua pertanyaan yang Bapak sampaikan kepada kami, sesuai dengan urutan pertanyaannya: Pertama, untuk menjawab pertanyaan Bapak tentang i'tikaf, kami akan jelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian i'tikaf, waktu pelaksanaannya, dan hal-hal yang terkait dengannya. I'tikaf secara bahasa berasal dari bahasa Arab sampai beliau wafat kemudian dilanjutkan oleh istrinya sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh alBukhari dan Muslim sebagai berikut:

yang artinya berdiam diri di masjid dan beribadah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla. Di dalam Al-Quran, perintah tentang i'tikaf dapat ditemukan pada surat Al-Baqarah [2]: 187 sebagai berikut:

Artinya: Diriwayatkan dari Aisyah ra bahwasanya Nabi saw beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadlan sampai Allah Azza wa Jalla mewafatkannya, kemudian istri-istrinya beri'tikaf setelah beliau wafat. (HR al-Bukhari dan Muslim) 3. Mustahab (dianjurkan), yaitu i'tikaf yang dapat dilaksanakan kapan saja selain sepuluh hari terakhir di bulan Ramadlan dengan syarat dia bukan orang yang bernazar. Para ulama telah sepakat bahwa orang yang beri'tikaf wajib melaksanakan rukun i'tikaf yaitu berdiam diri di masjid dan tidak keluar kecuali ada hajat (kebutuhan) atau dalam keadaan darurat. Di samping itu tidak boleh keluar kecuali karena ada alasan yang jelas dan ada kebutuhan yang mendesak. Sebagaimana Hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Abu Dawud berikut:

Artinya: Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. (Qs. Al-Baqarah [2]: 187) Perlu kami sampaikan bahwa menurut para ulama hukum i'tikaf ada tiga macam, yaitu; 1. Wajib, yaitu i'tikaf bagi orang yang bernazar. 2. Sunnah muakkadah, yaitu i'tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadlan dengan alasan Nabi Muhammad saw selalu melakukan

Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah

14

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

TANYA JAWAB AGAMA


Artinya: Diriwayatkan dari Aisyah ra ia berkata: Adapun sunah bagi orang yang beri'tikaf itu tidak menjenguk orang sakit, tidak mengiringi jenazah, tidak menyentuh dan menggauli wanita, dan tidak keluar (dari masjid) kecuali karena ada keperluan yang mendesak. (HR. Abu Dawud) Yang dimaksud dengan keperluan mendesak dalam Hadits ini adalah keperluan yang hanya dapat dilakukan di luar masjid, seperti buang hajat lalu berwudu dan lain sebagainya. Adapun hal-hal yang membatalkan i'tikaf adalah: 1. Keluar tanpa alasan syariat seperti keluar untuk jual beli yang bukan kebutuhan primer, atau bukan merupakan kebutuhan alamiah manusia seperti buang hajat (buang air besar atau kecil), atau bukan kebutuhan darurat seperti robohnya masjid. 2. Berjimak antara suami istri dan halhal yang lain yang dapat mendorong berbuat jimak seperti mencium, menyentuh dengan syahwat dan lain sebagainya. Hal ini sebagaimana yang ditunjukkan melalui keumuman lafadl pada Al-Quran surat Al-Baqarah (2): 187 sebagai berikut: Nabi) yang sebelummu. Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (Qs. Az-Zumar [39]: 65) 4. Mabuk, sebagaimana firman Allah SwT dalam Al-Quran surat An-Nisa [4]: 43 sebagai berikut: Artinya: Diriwayatkan dari Aisyah ra bahwasanya Nabi saw beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Bulan Ramadlan sampai Allah SwT mewafatkannya. Kemudian istri-istrinya beri'tikaf setelah beliau wafat. (Muttafaq Alaih) Waktu awal dimulainya i'tikaf adalah setelah selesai shalat fajar sebagaimana dalam Hadits yang diriwayatkan alBukhari dan Muslim sebagai berikut:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan... (Qs. An-Nisa [4]: 43) 5. Haid dan nifas, karena haid dan nifas termasuk junub. Sebagaimana firman Allah SwT dalam Qs. An-Nisa: 43

Artinya: ...dan janganlah kamu campuri mereka itu, sedangkan kamu beri'tikaf di masjid. (Qs. Al-Baqarah [2]: 187) 3. Murtad, sebagaimana firman Allah SwT dalam Al-Quran surat AzZumar [39]: 65 sebagai berikut:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekadar berlalu saja, hingga kamu mandi... (Qs. An-Nisa [4]: 43) Adapun waktu pelaksanaan i'tikaf adalah sepuluh hari terakhir di bulan Ramadlan, sebagaimana Hadits Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh muttafaq alaih berikut:

Artinya: Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi-

Artinya: Diriwayatkan dari Aisyah r.a. ia berkata: Adalah Nabi saw apabila ia hendak beri'tikaf beliau Shalat fajar kemudian beliau masuk ke tempat i'tikafnya. (Muttafaq Alaih) Hadits di atas menjadi dalil bahwa orang yang hendak memulai bertikaf pada pagi hari dimulai setelah shalat fajar. Akan tetapi sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa i'tikaf juga dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu, jika ingin beri'tikaf pada malam hari maka waktunya adalah dimulai pada saat matahari terbenam. Bekerja adalah salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, oleh karenanya diperbolehkan bagi seseorang yang beri'tikaf untuk keluar bekerja pada siang harinya. Jika seseorang keluar hanya semata-mata untuk bekerja dan tidak melakukan perbuatan lain seperti tidur sebentar di rumah, melakukan kegiatan yang bukan menjadi kebutuhan pokok, maka i'tikaf yang dilakukannya tidak batal dan ia dapat melanjutkan i'tikafnya tanpa dengan niat yang baru. Sedangkan jika seseorang keluar untuk bekerja dan diselingi dengan perbuatan-perbuatan yang bukan termasuk kebutuhan pokok maka i'tikafnya telah batal dan ia harus memulai dengan niat baru ketika hendak beri'tikaf lagi. Kedua, untuk menjawab pertanyaan Bapak tentang pelaksanaan shalat Id, be-

Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

15

TANYA JAWAB AGAMA


rikut ini kami kutipkan beberapa Hadits yang menerangkan tentang waktu dilaksanakannya. 1. Hadits riwayat at-Turmudzi pertama di sore hari. Sehingga tidak memungkinkan untuk dilaksanakan shalat Id pada hari tersebut. Menurut pembacaan kami terhadap beberapa kitab Hadits, tidak atau belum ditemukan Hadits-Hadits yang menyatakan bahwa Rasulullah saw memerintahkan sahabat yang sempat melihat hilal 1 Syawal untuk berbuka besoknya tetapi belum melaksanakan shalat Id , sementara Rasulullah saw sendiri masih berpuasa (karena belum melihat hilal) dan menyuruh untuk shalat Id bersama pada hari yang sama (lusanya). Akan tetapi Hadits-Hadits yang ada menerangkan bahwa ketika ada orang yang mengabarkan kepada Rasulullah saw bahwa ia bersaksi telah melihat hilal, maka seketika itu Rasulullah saw berbuka dan memerintahkan manusia untuk berbuka dan melaksanakan shalat Id pada keesokan harinya karena hari itu sudah sore. Jika Nabi saw memerintahkan manusia untuk berbuka sementara beliau masih berpuasa, maka ini merupakan hal yang sangat kontradiktif yang tidak mungkin dilakukan oleh Nabi saw sebagai panutan dan suri tauladan bagi umat, sehingga hal ini tidak mungkin dilakukan oleh Nabi saw. Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat. Wallahu alam bish-shawab. *putm putri)

Artinya: Diriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata, shalat Idul Fitri (dilaksanakan) pada hari ketika manusia berbuka (puasa), dan shalat Idul Adha (dilaksanakan) pada hari manusia menyembelih kurban. (HR at-Turmudzi) 2. Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Umair Ibn Anas, dari pamannya yang termasuk sahabat Nabi saw, sesungguhnya datang sekelompok kabilah kepada Nabi saw, mereka bersaksi bahwa mereka melihat hilal pada sore hari, lalu Nabi saw memerintahkan mereka untuk berbuka, dan pergi ke musholla mereka pada waktu pagi hari. (HR Ahmad, Abu Dawud) 3. Hadits riwayat Ahmad, Abu Dawud, an-Nasai dan Ibnu Majah

Artinya: Diriwayatkan dari Abi Bisyir Jafar Ibn Iyas, dari Abi Umair Ibn Anas Ibn Malik, ia berkata, paman-pamanku dari kaum Ansar mengkhabarkan kepadaku: Sesungguhnya pada masa Nabi saw hilal tidak terlihat pada akhir malam bulan Ramadlan, sehingga pada pagi harinya Nabi saw dan para sahabat berpuasa. Lalu setelah matahari tergelincir sekelompok sahabat bersaksi di hadapan Nabi saw bahwa mereka melihat hilal pada malam yang lalu. Kemudian Rasulullah saw memerintahkan manusia untuk berbuka puasa, lalu mereka berbuka puasa pada waktu itu. Keesokan harinya, Nabi saw keluar bersama para sahabat melaksanakan shalat Id. Abu Jafar berkata: Sekelompok sahabat berpendapat dengan hal ini, mereka berkata, apabila manusia luput dari melaksanakan shalat Id pada hari yang seharusnya mereka melaksanakannya, maka mereka shalat Id pada keesokan harinya. (HR Lima imam ahli Hadits kecuali at-Tirmidzi) Hadits pertama menjelaskan bahwa shalat Idul Fitri dilaksanakan pada saat orang-orang berbuka puasa, yaitu hari pertama bulan Syawal dan shalat Idul Adha dilaksanakan pada hari ketika orang-orang mulai menyembelih hewan kurban yakni pada tanggal 10 Dzulhijjah. Hadits kedua dan ketiga menjelaskan bahwa shalat Id dilaksanakan pada hari kedua ketika hari Idul Fitri baru diketahui setelah berlalunya waktu shalat. Dalam kasus ini, shalat Id dilaksanakan pada hari kedua ketika hilal baru diketahui pada hari

AGEN BARU SUARA MUHAMMADIYAH DI SUMATERA UTARA

SYAWALUDDIN Komplek Pasar Inpres 7B Kotapinang Labuanbatu Selatan, Sumatera Utara 21464 Hp. 081 260 835 717

16

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

KOLOM

KPK JILID TIGA, ADA HARAPAN?


AHMAD SYAFII MAARIF

engan terpilihnya Abraham Samad menjadi Ketua KPK periode 2011-2015, kita telah mengenal empat nakoda lembaga pemberatasan korupsi sejak 2003. Berturutturut adalah Taufiequrrahman Ruki, seorang pensiunan jenderal polisi, Muhammad Antasari Azhar, mantan jaksa, M. Busyro Muqoddas, dosen UII, dan sekarang Abraham Samad, seorang pengacara dari Sulawesi Selatan. Antasari dan Busyro tidak sempat memimpin lembaga itu secara penuh karena berbagai sebab. Antasari mengalami kriminalisasi sehingga harus meninggalkan KPK. Sedangkan Busyro hanya sempat memimpin lembaga itu selama setahun untuk kemudian digantikan oleh Abraham. Pergantian ini tidak disebabkan oleh kasus apa pun, tetapi semata-mata berdasarkan pilihan Komisi III DPR, dan Busyro tetap berada di dalam KPK sebagai salah seorang pimpinan untuk periode di atas. Untuk tim seleksi angkatan Antasari dan Busyro, saya kebetulan diminta menjadi salah seorang anggota Pansel (Panitia Seleksi). Di era Busyro, saya juga diminta untuk menjadi anggota Komite Etik Pimpinan KPK tahun 2011. Dengan pengalaman ini sedikit banyak saya agak mengenal dapur KPK ini. KPK (Komisi Pemberantasan [Tindak Pidana] Korupsi) dibentuk berdasarkan UU No. 30/2002 dengan tugas: koordinasi, supervisi, penyelidikan, penyidikan, penindakan, dan pencegahan terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan korupsi. Baru tahun 2003 KPK jilid pertama dibentuk dengan Taufiequrrahman Ruki sebagai Ketua, seperti tersebut di atas. Karena korupsi dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa yang telah mengharu-birukan sendi-sendi negara, maka KPK diharapkan dipimpin oleh manusia luar biasa dalam arti integritas moral dan punya nyali luar biasa pula melebihi aparat penegak hukum yang lain untuk memburu para koruptor. Ternyata dalam kiprahnya sejak 2003, KPK belum banyak dapat berbuat dalam menjalankan fungsi dan tugasnya untuk mengandangkan para koruptor, sementara harapan masyarakat demikian tinggi agar lembaga ini bekerja maksimal. Karena wabah korupsi ini sudah demikian jauh menggurita dalam menggerogoti pundi-pundi negara, sedangkan Presiden tak berdaya, maka KPK tidak jarang menjadi sorotan tajam publik, karena dinilai lemah. Sampai batas-batas tertentu, mungkin ada benarnya juga penilaian itu. Tetapi masalahnya ternyata sangat berliku. Selama perselingkuhan antara koruptor

dan penguasa/aparat penegak hukum tetap berlangsung, selama itu pulalah mimpi untuk membersihkan Indonesia dari kejahatan luar biasa itu tidak akan menjadi kenyataan dalam tempo dekat. Tetapi untuk KPK jilid tiga yang baru mulai bekerja, sikap yang terbaik adalah: tunggu dan lihat dalam beberapa bulan yang akan datang. Siapa tahu pimpinan yang baru ini akan tampil beda, sekalipun negara tidak sepenuhnya berdiri di belakangnya, sebagaimana terkesan selama ini. Adanya tanda tanya pada judul di atas mengisyaratkan agar kita semua mendukung lembaga ini secara jujur, tetapi dengan sikap kritikal. Dalam pantauan saya dibandingkan dengan lembaga penegak hukum yang lain: kepolisian dan kejaksaan, kualitas KPK dengan segala kekurangannya masih berada di atas. Sekalipun saya belum kenal dengan Bung Abraham, catatan rekam-jejaknya di ranah penegakan hukum selama di Makassar memberi alasan kepada kita untuk tidak pesimis. Sudah barang tentu, kita semua menanti bukti tentang sepak terjang KPK jilid tiga ini. Saya sendiri sudah sering mengatakan bahwa negara tidak serius dalam upaya menghalau korupsi. Pernyataan-pernyataan presiden untuk memimpin langsung atau menghunus pedang dalam memberantas korupsi menurut kesan saya lebih bersifat retorika, demi citra. Ini sudah menjadi perbincangan publik di seluruh Nusantara. Oleh sebab itu, KPK yang sekarang ini harus benar-benar independen sesuai dengan Undang-Undang pembentukannya dan hindarkan diri dari apa yang dituduhkan sementara pihak sebagai sikap tebang pilih, sekalipun tuduhan itu belum tentu didukung fakta. Pada tahun 2012 ini agenda besar sedang berada di depan KPK: skandal Bank Century, perkara Nazaruddin, perkara Nunun, rekening gendut perwira Polri, dan sederetan masalah hukum lainnya. Semuanya ini tidak mungkin ditangani secara efektif jika kelima pimpinan KPK ini tidak kompak. Kekompakan dan satu bahasa dalam membaca peta persoalan merupakan modal utama untuk berhasil. Ke pundak lima pimpinan KPK sekarang: Abraham Samad, M Busyro Muqoddas, Bambang Widjojanto, Adnan Pandu Praja, dan Zulkarnain, tugas sejarah untuk menghalau korupsi dipikulkan, dan rakyat menunggu dengan perasaan harap-harap cemas. Semoga berjaya! (tulisan ini ditulis khusus untuk Majalah Suara Muhammadiyah)
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

17

Mengikuti Jejak Nabi dan Rasul (2)


PROF DR H MUHAMMAD CHIRZIN, MAg GURU BESAR UIN SUNAN KALIJAGA DAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, dan ia tinggal bersama mereka seributahun kurang lima puluh tahun, kemudian banjir besar melanda mereka, sementara mereka tetap berlaku zalim. Maka Kami selamatkan dia dan para penumpang bahtera, dan Kami menjadikan bahtera itu sebagai peringatan bagi segenap umat manusia. Dan Ibrahim tatkala ia berkata kepada kaumnya, Sembahlah Allah dan takutlah kepada-Nya. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu tahu. Sungguh, apa yang kamu sembah selain Allah, hanyalah berhala-berhala, dan kamu membuat kebohongan. Dan segala yang kamu sembah selain Allah tak mampu memberi rezeki kepadamu; maka usahakanlah rezeki dari Allah, sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya; kepada-Nya kamu akan dikembalikan. (Al-Ankabut [29]: 14-17). Allah SwT mengutus Nabi-Nabi setelah Nabi Ibrahim as dari anak keturunannya. Allah SwT berfirman,

Dan Kami tinggalkan bagi Ibrahim sebutan yang baik pada generasi yang akan datang. Salam sejahtera atas Ibrahim. Sungguh demikian itulah Kami membalas orang yang berbuat baik. Dia adalah di antara hamba-hamba Kami yang beriman. Dan Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang Ishak seorang nabi yang tergolong orang yang shalih. Kami berkati dia dan Ishak, dan dari keturunan mereka ada yang berbuat kebaikan, dan ada yang berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Dan Kami telah memberi karunia kepada Musa dan Harun. Dan telah Kami selamatkan mereka dan kaum mereka dari musibah besar. Dan Kami tolong mereka, maka mereka pun termasuk orang-orang yang menang. Dan Kami beri mereka berdua Kitab yang menolong memberi penjelasan. Dan Kami bimbing keduanya ke jalan yang lurus. Dan Kami tinggalkan bagi keduanya sebutan yang baik pada generasi yang akan datang. Salam sejahtera atas Musa dan Harun. Sungguh demikian itulah Kami membalas orang yang berbuat baik. Mereka berdua di antara hamba-hamba Kami yang beriman. Demikian juga Ilyas termasuk di antara mereka yang Kami utus. Ingatlah ketika ia berkata kepada kaumnya, Tidakkah kamu takut kepada Allah? Adakah kamu

18

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

menyembah Baa dan meniggalkan Allah Pencipta Terbaik? Allah Tuhanmu dan Tuhan leluhurmu dahulu? Tetapi mereka mendustakannya, dan pasti mereka dihadirkan untuk menerima azab. Kecuali hamba-hamba Allah yang ikhlas di antara mereka. Dan Kami tinggalkan baginya sebutan yang baik pada generasi yang akan datang. Salam sejahtera atas orang yang seperti Ilyas. Demikianlah Kami membalas orang yang berbuat baik. Dia adalah di antara hamba-hamba Kami yang beriman. Demikian juga Lut, termasuk di antara mereka yang Kami utus. Ingatlah, ketika Kami selamatkan dia dan keluarganya semua. Kecuali seorang perempuan tua; dia termasuk di antara mereka yang tinggal. Kemudian yang lain-lain Kami binasakan. Pasti kamu akan melewati bekas-bekas mereka pada siang hari dan pada malam hari; maka tidakkah kamu mengerti? Demikian juga Yunus, termasuk di antara mereka yang Kami utus. Tatkala ia lari ke kapal yang penuh sesak. Ia setuju berundi, dan dia kalah. Kemudian seekor ikan besar datang menelannya, dan dia melakukan perbuatan yang patut dicela. Sekiranya ia bukan termasuk orang yang bertobat dan bertasbih kepada Allah, pasti ia akan tetap tinggal di dalam perut ikan hingga hari kebangkitan. Maka Kami lemparkan dia ke daerah tandus dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan di atas sejenis pohon labu. Dan Kami utus dia dalam suatu tugas kepada seratus ribu orang atau lebih. Dan mereka pun beriman; maka Kami beri kenikmatan hidup kepada mereka selama beberapa waktu. (Ash-Shaffat [37]: 108-148). Para Rasul bertugas membacakan ayat-ayat Tuhan, menyucikan dan mengajarkan kitab serta hikmah dan apa yang tidak diketahui.

Sebagaimana nikmat yang sudah kamu terima, Kami telah mengutus di kalangan kamu seorang Rasul dari kalangan kamu sendiri, membacakan ayatayat Kami kepadamu, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab dan hikmah, dan mengajarkan kepadamu apa yang tidak kamu ketahui. Maka ingatlah Aku, Aku akan mengingat kamu, bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah ingkar. (Al-Baqarah [2]:151-152) Para Rasul diberi wahyu untuk disampaikan kepada umatnya agar dijadikan pedoman hidup.

Dan tak adalah yang Kami utus sebelum kamu selain manusia, kepada mereka Kami beri wahyu. Maka tanyakanlah kepada ahli risalah, jika kamu tidak tahu. Kami utus mereka dengan tanda-tanda yang jelas dan kitab-kitab kenabian yang samar. Dan Kami turunkan kepadamu risalah ini supaya kamu jelaskan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan supaya mereka renungkan. (An-Nahl [16]: 43-44) Para Rasul diutus dengan bahasa lisan dan pikiran sehat kaumnya, supaya dapat menjelaskan dengan gamblang melalui bahasa lisan dan keteladanannya kepada mereka tuntunan-tuntunan Allah SwT. (M. Quraish Shihab, Tafsir AlMishbah volume 7, 12-13).

Katakanlah, Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan bukti yang nyata. Maha Suci Allah, dan bukanlah aku dari golongan musyrik. Dan Kami tidak mengutus siapa pun sebelum kamu, Muhammad, selain manusia laki-laki yang Kami beri wahyu, dari penduduk negeri. Tidakkah mereka mengadakan perjalanan di muka bumi lalu melihat bagaimana akibatnya orang-orang sebelum mereka? Sungguh, tempat tinggal hari kemudian lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Tidakkah kamu memahami? Hingga bila para rasul berputus asa dan mengira bahwa mereka telah didustakan, pertolongan Kami datang; maka siapa yang Kami kehendaki Kami selamatkan. Tetapi hukuman Kami tidak akan lepas dari golongan orang yang melakukan perbuatan jahat. (Yusuf [12]: 108-110).

Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali dengan bahasa kaumnya, agar dapat memberi penjelasan kepada mereka. Maka Allah membiarkan sesat siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Ibrahim [14]: 4). Hal ini juga dapat dibaca dalam surat An-Najm [53]: ayat 38-47. Manusia niscaya berusaha hidup dengan sebaik mungkin, mengikuti jejakjejak para Nabi dan Rasul, karena setiap orang akan memikul bebannya sendirisendiri. Masing-masing memperoleh apa yang diusahakannya. Yang baik akan membuatnya tertawa, dan yang buruk akan membuatnya menangis, pada kehidupan setelah mati.
19

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

GAGASAN

Kekerasan Komunal, Mengapa Mudah Terjadi


TAFSIR / (SEKRETARIS PWM JAWA TENGAH DAN DOSEN IAIN WALISONGO SEMARANG)

ejak genderang reformasi ditabuh dan kran kebebasan menganga di era demokratisasi, kesejahteraan dan kedamaian di negeri ini rupanya tak kunjung hadir Sebaliknya, kemiskinan menggurita, pengangguran berurat akar, dan ironisnya lagi, kekerasan komunal dalam berbagai bentuk dan motif merebak dan menutupi wajah santun Indonesia yang selama ini dikenal ramah, berbudaya dan beragam. Kasus terkini adalah peristiwa pembakaran pesantren Syiah di Sampang, Madura, Jawa Timur. Selain kasus tersebut, tidaklah sulit menemukan kasus-kasus semisal. Rentetan kasus yang terjadi merupakan contoh kusam kekerasan komunal yang mengusik hati nurani kita semua. Belum lagi cerita-cerita pilu lainnya yang dibalut dengan semangat etnis (suku), ras dan agama. Dalam beberapa kasus kekerasan komunal yang terjadi justru berjubah agama. Dalam konteks ini, agama (Islam) yang sejatinya hadir untuk menyemai benih-benih kedamaian, keharmonisan dan rumah yang mengayomi bagi semua, tidak jarang dibajak dan dijadikan legitimasi melakukan kekerasan dengan bertindak demi dan atas nama amar maruf nahi munkar. Rambu-rambu konstitusi dan garis tegas hukum pun diterabas tanpa memikir akibat yang timbul dari kekerasan yang menimpa orang lain. Pertanyannya, mengapa kekerasan begitu masif? Apa gerangan yang layak kita pecahkan dalam mengeja dan meretas potret masyarakat yang kian limbung itu? Persoalan Hidup yang Semakin Kompleks Ketidakjelasan masa depan, minimnya lapangan kerja, persaingan hidup

yang semakin ketat, lemahnya pembangunan karakter menyebabkan sebagian besar kita tak tahan banting menghadapi situasi yang ada. Moral semakin merosot dan emosi semakin tak terkendalikan. Ditambah lagi setiap hari masyarakat dihujani produk-produk teknologi baru yang membuat masyarakat semakin konsumtif. Akibatnya masyarakat ditimpa oleh bertumpuk daftar keinginan yang belum tentu dapat memenuhinya. Di sinilah sebagian masyarakt mengalami tekanan mental alias stres yang memerlukan pelampiasan sebagai kompensasi. Akibatnya, sedikit saja ada pemicunya, emosi masal akan terjadi yang tak jarang meningkat menjadi kekerasan komunal. Ketidakberdayaan Aparat Dalam beberapa kasus kekerasan komunal seperti yang dialami kelompok Ahmadiyah, pondok pesantern berbasis Syiah di Jawa Timur dan lain sebagainya adalah dampak dari melemahnya peran negara dan aparatnya dalam berhadapan dengan dominasi kelompok-kelompok sosial tertentu. Seolah-seolah kelompokkelompok sosial itu hadir menandingi otoritas aparat sebagai palang penjaga keamanan dan ketertiban. Karenanya tidak jarang ditemui kasus-kasus kekerasan atau kerusuhan baik yang melibatkan antarmasyarakat maupun antara masyarakat vs aparat dan sebagainya. Tak jarang aparat terkesan diam seribu bahasa saat berada di tengah-tengah gejolak masa, kendati pisau hukum telah mampu mendapati siapa yang salah dan siapa yang benar. Pada posisi inilah aparat sering tidak berdaya dan berdiri atas nama netral dan ketidakberpihakan. Sementara pada kasus-kasus yang lain, po-

lisi kerap kecolongan dan tidak bisa berbuat apa-apa saat sebagian kelompok sosial melakukan kekerasan terhadap kelompok lain. Lagi-lagi, pada posisi ini aparat keamanan nyaris terkangkangi otoritas, harga diri, dan kewibawaannya di mata kelompok-kelompok sosial di era keterbukaan dan kebebasan kini. Dan tidak salah pula bila dikatakan, krisis identitas, harga diri dan kewibawaan yang mendera aparat keamanan merupakan awal yang tidak sehat bagi penguatan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap aparat. Akibatnya, prinsip-prinsip penegakan hukum yang salah satunya diperankan oleh aparat keamanan diletakkan di laci kehidupan masyarakat; kepercayaan masyarakat terhadap hukum semakin memudar. Warga pun akhirnya memilih jalan lain, dalam melampiaskan emosinya sebagai pelampiasan ketidakpuasan dan tekanan hidup yang senakin berat. Kegagalan Reformasi dan Kebuntuan Demokrasi Reformasi yang diharapkan mampu memberi jalan keluar ruwetnya bangsa ini ternyata tak memberi hasil yang memuaskan. Suasana kehidupan pasca reformasi dalam banyak aspek untuk tidak menyebut semua, tidak lebih baik dari masa ordebaru.Demokrasi di Indonesia hari ini menjajakan janji-janji dan mimpimimpi kosong yang tidak berkorelasi dengan kesejahteraan serta keadilan masyarakat. Secara prosedural, demokrasi memang tampil dengan anggun dan sukses; pemilu, pilkada, pemilihan legislatif, pilgub dan lain-lain. Tapi secara substansial demokrasi berujung pada pengkhianatan aspirasi dan kepentingan ma-

20

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

DI ANTARA KITA
syarakat yang notabene pemilik sah tujuan substansi demokrasi; kesejahteraan dan demokratisasi ekonomi untuk pemerataan dan kemakmuran. Ditambah lagi demokratisasi yang sudi dirangkul mesra oleh kepentingan globalisasi dalam berbagai lini, sektor dan bidang, terkusus lagi globalisasi ekonomi. Dalam tilikan banyak pengamat, globalisasi yang merangsek sendi-sendi kebangsaan dan nasionalisme Indonesia seolah menindih aspirasi dan kepentingan masyarakat pemilih yang notabene adalah konstituen dalam setiap ajang pesta demokrasi. Masyarakatlah sebenarnya yang memilih elit-elit politik duduk disinggahsana kekuasaan dan kursi jabatan. Tapi kenyataanya, elit-elit politik lebih berpihak pada kepentingan asing dan global yang haus dengan keuntungan. Disinilah elit-elit politik memalingkan wajahnya dari konstituen. Para elit menghamba dan memuja para investor, walau harus mendepak aspirasi masyarakat anak bangsa. Akan banyak ditemui produk peraturan-peraturan hukum yang memberi angin segar bagi kepentingan asing dan global dengan mengangkangi ramburambu konstitusi dan kepentingan bangsa. Bukti konkrit adalah pengabaian hak tanah atas masyarakat dengan menempatkan korporasi dan pemodal sebagai pihak yang dimenangkan dan diuntungkan. Lebih dari itu, kekerasan sebagai buah tidak sehat dari kebuntuan demokrasi adalah karena minimnya kesadaran pendidikan dan partisipasi politik masyarakat. Begitu mudahnya elit-elit politik yang terlibat dalam pertarungan perebutan kuekue kekuasaan melakukan mobilisasi untuk tujuan-tujuan tertentu. Ditambah lagi kemudian politisisasi yang berbarengan dengan semangat etnis, suku, ras, golongan. Atas nama deretan identitas tersebut, apapun dilakukan walau harus dengan cara-cara kekerasan. Hal demikian menunjukkan bahwa demokrasi memompa semangat identitas untuk dipersaingkan diarena publik, bukan lagi persaingan atas nama kabangsaan dan semangat universalisme, tapi politik identitas.

GAGASAN
Kedua, tidak terealisasinya kesejahteraan ekonomi. Persoalan ekonomi dan kesejahteraan juga memiliki hubungan dekat dan akrab dengan kekerasan. Masalah ekonomi adalah masalah keamanan dan kenyamanan. Negara merupakan elemen mendasar dalam menciptakan keamanan dan kenyamanan ini. Karena itu, prinsip-prinsip yang dibangun oleh negara adalah bagaimana merealisasikan kewajibannya dalam memenuhi hak-hak masyarakat agar mendapat keamanan dan kenyamanan. Dalam bahasa sederhananya, kekerasan dengan latar atau konteks demikian karena obsesi dan tujuan memproteksi diri dimana upaya tersebut juga meniscayakan perbenturan dengan pihak-pihak lainnya yang hendak memproteksi; makan, kenyamanan dan keamanan. Nah, adakah secercah harapan patut disandarkan pada pemerintah sebagai pengrusu negara? kata tidaklah cukup. K Berangkat dari pokok pikiran di atas, dalam mengurai dan meretas kesenjangan sebagai salah satu dampak potensial munculnya kekerasan, ulama sebagai salah satu komponen umat pastilah konsisten dengan kerja-kerja kultural-moral yang merakyat dan membumi. Muhammadiyah sejatinya untuk saatnya berani mengatakan tidak berharap pada peranperan negara yang telah terbukti gagal. Tidak sedikit kalangan-pakar yang mewanti-wanti bahwa kekerasan demi kekerasan dan kemudaratan yang menimpa masyarakat salah satunya karena gagal dan absennya ulama-ulama yang maju di tengah masyarakat. Sebut saja; demoralisasi dan orientasi politik kekuasaan yang meninggi di kalangan ulama, tak terkecuali ulama Muhammadiyah. Yakni, de-moralisasi dan orientasi politik ulama yang menyebabkan masyarakat sebagai ladang dakwah yang terlupakan dan terabaikan. Moral, agama, pendidikan, dakwah, proses-proses pemberdayaan umat ditinggalkan oleh ulama yang seyogyanya hadir sebagai palang penjaga budaya dan moral . Komitmen berdiri di barisan terdepan mengawal gerakan dakwah, pendidikan dan pemberdayaan mengasumsikan sebuah posisi-peran yang menapak dari bawah; demokratisasi, pemberdayaan, dan moralisasi dari bawah. Berbeda dengan demokratisasi dan martabatisasi dari atas (struktural), logika yang terselip adalah mendemokratiskan dan memberdayakan masyarakat melalui kebijakan-kebijkan struktural yang melibatkan elit-elit politik dan kepengurusan pemerintahannegara. Muhammadiyah berikut ulamaulama di dalamnya memungkinkan dan pasti bisa melakukan kebangkitan masyarakat dengan berangkat dari akar rumput dan merakyat, sembari terlibat dalam medan kritik-konstruktif untuk mengontrol kekuasan yang menyimpang. Masyarakat butuh sandaran dan keteladanan yang orisinal, tulus dan ikhlas. Juga, tempat bertanya dan curhat yang menghangatkan jiwa, perasaan dan hati. Wallahu alam. Semoga!
21

Masyarakat butuh sandaran dan keteladanan yang orisinal, tulus dan ikhlas. Juga, tempat bertanya dan curhat yang menghangatkan jiwa, perasaan dan hati.
Meminjam istilah Bondan Gunawan, orang itu butuh keamanan dan kepastian. Kalau dia ada kepastian dan keamanan, maka segala rasa cinta, kasih, damai itu akan muncul dari dalam. Buah positifnya adalah keharmonisan, kedamaian dan terhindar dari konflik.Begitu sebaliknya. Keteladanan Ketika masyarakat dalam keadaan limbung, mestilah ada sebuah keteladanan yang memberikan secercah harapan untuk memompa optimismenya. Hal mana pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw kepada Shahabat Abu Bakar sebagaimana direkam dalam al-Qur;an dengan mengatakan: Jangan khawatir sesungguhnya Allah beserta kita. Tentu memberikan harapan hanya dengan kata-

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

KHAZANAH

Periodisasi Mufassir
SAAD ABDUL WAHID
ebagaimana diketahui bahwa, perkembangan tafsir dari satu periode ke periode lainnya, dan dari penjelasan tersebut dapat diketahui dengan jelas bahwa tafsir Al-Quran pada setiap periode mempunyai karakteristik yang berbeda, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Sebab perkembangan ilmu pengetahuan sangat besar pengaruhnya terhadap pemikiran para mufassir dalam memahami makna Al-Quran. Seiring dengan perkembangan tersebut, para mufassir dapat dibagi menjadi beberapa periode: a. Periode Sahabat. Yang terkenal di antara para sahabat ialah: khalifah yang empat (Abu Bakar, Umar ibn al-Khattab, Usman ibnu Affan dan Ali ibn Abi Thalib), Ibnu Masud, Ibnu Abbas, Ubai ibn Kab, Zaid ibn Sabit, Abu Musa al-Asyariy, Abd Allah ibnu az-Zubair, Anas ibnu Malik, Abu Hurairah, Jabir, dan Abd Allah ibn Amr ibn al-As. Di antara khalifah empat yang paling banyak meriwayatkan tafsir Al-Quran adalah Ali ibnu Abi Thalib, sedang tiga khalifah lainnya sangat sedikit, karena kesempatan dan usianya yang tidak mengizinkan. Menurut riwayat Mamur dari Wahab ibnu Abd Allah ibn Abi at-Tufail, ia berceritera: Saya pernah me22

nyaksikan Ali berkhutbah, dan ia berkata: Tanyakanlah kepadaku tentang sesuatu, niscaya akan kuberikan jawabannya, dan tanyakanlah kepadaku tentang makna kitab Allah, demi Allah, saya mengetahui turunnya setiap ayat, di malam hari ataukah di siang hari, di dataran ataukah di bukit. Ibnu Masud lebih banyak meriwayatkan tentang tatsir AlQuran daripada Ali, hal ini pernah dinyatakan oleh Ibnu Jarir dan ulama lainnya bahwa Ibnu Masud pernah mengatakan: Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Allah, setiap ayat AlQuran diturunkan, niscaya saya mengetahui mengenai siapa dan di mana ayat itu diturunkan, seandainya saya mengetahui tempat seseorang yang lebih mengetahui tentang kitab Allah daripada saya dan dapat ditempuh dengan kendaraan, niscaya saya mendatanginya. (Manna al-Qattan, 1971: 295). b. Periode Tabiin. Pada masa tabiin, umat Islam sudah semakin banyak dan tersebar di berbagai daerah di sekitar Jazirah Arab, yang masing-masing memiliki beberapa mufassir yang menjadi tempat bertanya. Menurut Ibnu Taimiyyah, orang yang paling mengetahui tentang tafsir adalah ulama Makkah, sebab mereka

sahabat Ibnu Abbas, seperti: Mujahid, Ata ibnu Abi Rabah, Ikrimah, bekas budak Ibnu Abbas, Said ibnu Jubair dan Tawus. Di Kufah, sebagian besar adalah para sahabat Ibnu Masud, sedang di Madinah, yang paling terkenal ialah Zaid ibnu Aslam, yang penafsirannya banyak diterima oleh putranya, Abd ar-Rahman ibn Zaid dan Malik ibnu Anas. Di antara sahabat Ibnu Masud ialah: Alqamah, al-Aswad ibnu Yazid, Ibrahim an-Nakhai dan asy-Syabi. Ulama lainnya yang hidup pada periode ini ialah: alHasan al-Basri, Ata ibnu Abi Salmah, Maisarah al-Khurasani, Muhammad ibnu Kab al-Qurazi, Abu al-Aliyah, ad-Dahhak, Ibnu Muzahim, Atiyah ibnu Saad alAufi, Qatadah ibnu Diamah asSudusiy, ar-Rabi, ibnu Anas dan as-Suddi. Mereka itulah para perintis mufassir pada periode tabiin, yang sebagian besar penafsiran mereka diterima dari para sahabat. c. Periode Tabiit-Tabiin. Pada periode inilah para mufassir mulai menyusun kitab-kitab tafsir yang mengumpulkan pendapat para sahabat dan para tabiin, seperti: Sufyan ibnu Uyainah, Waki ibnu Jarrah, Syubah ibn al-Hajjaj, Yazid ibn Harris, Abd

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

KHAZANAH
ar-Razzaq Adam ibnu Abi Iyas, Ishaq ibnu Rahawaih, Abdun ibnu Hamid, Rauh ibnu Ubadah dan Abu Bakar ibnu Abi Syaibah. d Periode Tabiit Tabiin hingga sekarang: Di antara mufassir pada periode ini ialah: Ali ibnu Abi Talib, Ibnu Jarir at-Tabari, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Majah, alHakim, Ibnu Mardawaih, Ibnu Hayyan dan Ibnu al-Munzir. Semua tafsirnya merujuk kepada para sahabat, tabiin dan tabiittabiin. Kemudian muncullah para mufassir lainnya, yang dikenal sebagai gerakan baru dalam bidang tafsir. Mereka mengalihkan orientasinya kepada penyelesaian masalah-masalah yang terjadi dalam masyarakat. Maka muncullah penafsiran Al-Quran pada waktu itu dengan menggunakan rayu (penalaran), yang terkenal dengan istilah at-tafsir bi ar-rayi. Di antara tokoh-tokoh tafsir yang terkenal pada waktu itu ialah: Abi Ishaq azZajjaj, Abl Aliy al-Farisi, Abi Bakr an-Naqqas, Abi Jafar anNahhas dan Abi al Abbas alMahdaqi. Kemudian pada periode berikutnya, muncullah para ulama yang menafsirkan Al-Quran dengan segala ilmu yang dimilikinya, sehingga dipenuhilah kitabnya dengan segala ilmu pengetahuan, seakan-akan AlQuran diturunkan untuk membahas ilmu pengetahuan. Padahal tujuan diturunkan-Nya AlQuran tidaklah sekedar membahas ilmu pengetahuan, melainkan sebagai hidayah, pembimbing dan rahmat bagi alam semesta yang tentu saja tidak meninggalkan anjuran untuk mencari ilmu pengetahuan. Latar belakang mufassir sangat besar pengaruhnya terhadap hasil penafsirannya, maka para ahli bahasa memenuhi tafsirnya dengan pembahasan tentang ilmu bahasa. Para ahli fiqih memenuhi tafsirnya dengan pembahasan tentang ilmu fiqih, ahli filsafat memenuhi tafsirnya dengan pembahasan tentang ilmu filsafat, ahli teknologi memenuhi tafsirnya dengan pembahasan tentang teknologi dan seterusnya. Misalnya: al-Imam al-Fakhr ar-Razi, karena dia memiliki berbagai macam ilmu pengetahuan, maka tafsirnya pun dipenuhi dengan segala macam ilmu pengetahuan yang dimilikinya, seperti: ilmu kedokteran, ilmu pertanian, ilmu alam dan sebagainya. Sehingga sebagian ulama mengatakan, dalam tafsirnya terdapat segala macam ilmu pengetahuan kecuali tafsir. (Manna al-Qattan, 1971: 297).

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

23

DIRASAH ISLAMIYAH

MEMPERBARUI HUKUM POLIGAMI:

DARI HALAL KE HARAM? (1)


NOOR CHOZIN AGHAM

iqih perkawinan (munakahat) yang perlu dikritisi terus-menerus untuk menumbuhkan kesetaraan dan kesadaran gender, yaitu masalah poligami. Pasalnya, sudah berkembang di masyarakat bahwa poligami hukumnya halal, bahkan sunah. Sehingga banyak orang yang salah mengerti, dikiranya hukum halal atau sunah itu sebagai hukum yang murni dari Al-Quran dan Sunnah Nabi. Akibatnya, dengan gampang orang melakukan poligami. Mulai dari para elit ekonomi, kiai, ustadz, sampai pada masyarakat kelas bawah seperti sopir angkot, tukang ojek, bahkan preman (pengangguran) dan pemulung pun banyak yang telah berpoligami. Alasan mereka hanya satu; poligami itu halal atau bahkan sunah. Masalah adil yang dipersyaratkan untuk berpoligami, hampir pasti tidak menjadi permasalahan penting. Hukum Poligami, Halal? Para Ulama zaman dulu sudah menetapkan, bahwa hukum asal poligami adalah mubah, berkembang menjadi halal dan berikutnya ada yang bilang sunnah (Syaikh Abdurrhaman Al-Jaziry, al-Fiqh Ala Al-Madzahib Al-Arbaah juz IV, hal. 206-217). Karena tidak ada ayat AlQuran tentang munakahat (pernikahan) yang dapat dijadikan landasan yang tegas bagi umat manusia. Surat An-Nisa ayat 3 adalah satu-satunya ayat tentang poligami yang diklaim para pecandunya sebagai perintah untuk berpoligami. Padahal, ayat tersebut dalalah-nya (doktrin hukumnya) masih gamang, tidak jelas, dan para imam mazhab pun (Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali) bersepakat hukum poligami kembali pada asal menikah, yaitu mubah, sesuai dengan kaidah Ushul: al-Ashlu fi

al-asyyaai ibahah, hatta maa yatsbuta haraamahu aw halaalahu (asal segala sesuatu hukumnya mubah, sampai ada dalil yang menunjukkan haram atau halalnya). Sebelum kaidah ini, terdapat kaidah berbunyi : Al-Ashlu baqaau maa kaana alaa maa kaana hattaa yatsbuta maa yughayyiruhu (asal segala sesuatu adalah ketetapan yang telah ada menurut keadaan semula, sampai ada keketapan yang mengubahnya) (Prof. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sari Kuliah Ushul Fiqih Sekitar Ijtihad Birrayi dan Jalanjalannya, hal. 40). Sedangkan yang dimaksud mubah adalah bebas, tidak ada tuntutan untuk mengerjakannya dan juga tidak ada tuntutan untuk meninggalkannya, atau tidak diperintahkan dan juga tidak dilarang. Dari hukum asal (mubah) inilah, kemudian para ulama zaman dulu dan sekarang memunculkan banyak pendapat tentang poligami, tentu dengan menunjukkan dalil-dalil yang dianggap sesuai untuk mengembangkan hukum mubah tersebut, yang pada umumnya menghalalkan dan banyak juga yang menyunahkan. Mereka berbeda hanya pada persoalan teknis berpoligami supaya tidak dianggap merugikan dan mendatangkan mudharat. Pada konteks inilah, mereka (ulama zaman dulu) sepakat menetapkan hukum poligami dengan halal, tetapi bersyarat (halal bersyarat), di samping ada juga yang mengatakan halal mutlak, bahkan sunah (Ibnu Hazm, Maratib al-Ijma, hal. 62). Istilah halal menurut para ulama adalah suatu amal atau perbuatan orang mukallaf yang apabila dikerjakan dengan baik akan mendapat pahala, dan apabila dibiarkan (tidak diamalkan) tidak berdosa dan juga tidak berpahala. Bedanya

dengan mubah, kalau halal sudah terikat dan bisa meningkat menjadi sunah atau bahkan wajib, tergantung dari kualitas dalil yang dijadikan landasan istimbath-nya, tetapi kalau mubah bersifat bebas dan terkesan masih liar. Penetapan fatwa halal kemudian menjadi sunah tersebut, landasan naqliyah-nya yaitu surat An-Nisa ayat 3. Oleh para ulama zaman dulu, ayat inilah yang dijadikan alasan penghalalan dan menyunahkan poligami. Dikatakan bahwa dalam ayat tersebut ada fiil amar (perintah). Dalam kaidah ushul disebutkan, al-ashlu fi al-amri li al-wujub (asal sebuah perintah adalah untuk wajib dilaksanakan). Namun, kewajiban itu bisa gugur, turun derajatnya menjadi sunah, jika ada masalah lain yang menyebabkannya. Dengan metode pemahaman versi kaidah ushul seperti ini, berarti perintah untuk menikahi 2 (dua), 3 (tiga) dan 4 (empat) perempuan yang dicintai, pada awalnya adalah wajib, tetapi karena ada faktor atau sebab lain seperti ada syarat adil dan perempuan yang disenangi, maka kewajiban itu menjadi gugur dan beralih ke mubah. Karenanya, kaidah ushul-fiqih yang digunakan, bukan lagi al-ashlu fi alamri li al-wujub melainkan al-ashlu fi alamri lil ibahah (asal sebuah perintah adalah untuk mubah). Dari alur pemikiran ushuliyyah seperti itulah yang menyebabkan banyak ulama dulu mengklaim poligami berhukum halal dan ada yang bilang sunnah, karena di samping pemikiran demikian ditunjang juga oleh sejarah bahwa Nabi Muhammad telah berpoligini. Dengan kata lain, karena Al-Quran atau Hadits tidak secara tegas memerintahkan dan atau melarangnya, maka hukum poligami masuk kategori mubah atau bebas, terserah pada mu-

24

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

DIRASAH ISLAMIYAH
kallaf untuk melakukan atau tidak. Jika poligami dilaksanakan dengan niat baik, maka hukum poligami menjadi sunah, demikian pendapat para ulama zaman dulu. Adapun dalil-dalil yang menunjukkan kesunahan poligami ditunjukkan oleh kehidupan Rasulullah saw yang memang mempunyai banyak istri. Menurut riwayat yang shahih, istri-istri Nabi saw sebanyak 9 (sembilan) orang istri, atau semuanya sebanyak 11 (sebelas) orang, bahkan lebih. Tegasnya, menurut para ulama fiqih zaman dulu, karena poligami dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, maka suatu hal yang sangat beralasan jika poligami dilakukan pula oleh umatnya, terutama bagi siapa saja yang mempunyai kemampuan untuk berbuat adil kepada istri-istrinya. Jadi, melarang poligami, apalagi mengharamkannya, berarti juga menyalahkan apa yang sudah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Begitu kata mereka, para ulama fiqih zaman dahulu. Keadilan yang dimaksudkan, menu- Pernikahan yang rut para ahli fiqih yaitu keadilan secara lahir, baik yang menyangkut nafkah, giliran hubungan bersebadan yang dapat diukur dan diatur. Keadilan dalam hal perasaan seperti rasa cinta, menurut mereka, adalah sesuatu yang tidak dapat diukur secara pasti dan tidak dapat dimiliki oleh siapapun. Karena itu, menurut para ahli fiqih, keadilan yang dimaksud dalam firman Allah SwT (Qs. An-Nisa [4]: 129): Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha tidak boleh dicampuri dengan keluarga yang jelas-jelas menjadi musuhnya. Karena perempuan yang ditawarkan dan akan dinikahi oleh Ali ra ketika itu adalah putri Abu Jahal yang sangat memusuhi Nabi Muhammad saw. Jadi, larangan Nabi saw tersebut tidak ada kaitannya dengan masalah pelarangan poligami. Kenyataannya, setelah Rasulullah saw wafat, Ali bin Abi Thalib ra akhirnya berpoligami juga. Di samping argumentasi di atas, para ulama fiqih yang membolehkan poligami juga mempunyai alasan-alasan lain, di antaranya: bahwa poligami sangat bermanfaat untuk mengimbangi ledakan jumlah penduduk yang menunjukkan kaum perempuan lebih banyak daripada kaum lelaki. Dikhawatirkan, jika tidak dibolehkan poligami akan banyak sekali orang perempuan yang tidak kebagian suami akan menjual diri, yang otomatis akan mengganggu kelestarian moral bangsa. Jadi, poligami dalam konteks ini merupakan Sunnah Rasul jangan dinodai dengan Poligami. sangat diperlukan dan mampu aku penuhi dan janganlah Eng- bermanfaat untuk menekan dan kau mencela apa yang tidak mampu aku mengurangi problema sosial yang diakilakukan (HR Abu Daud, Ahmad, Tirmid- batkan oleh lonjakan jumlah kaum peremzi, dan Nasai). Hadits ini, menurut para puan, di samping juga akan membuat kafukaha, membuktikan bahwa dalam hal um lelaki lebih nyaman daripada harus keadilan yang non-materi, seperti rasa berselingkuh atau berzina. cinta, Nabi saw menyadari dan meminta Argumen lainnya, ada banyak properlindungan kepada Allah supaya apa poligami yang menyebutkan bahwa deyang diperbuatnya dalam hal cinta dan ngan banyak istri akan memperbanyak kasih sayang yang diberikan kepada para keturunan yang diyakini akan membangistrinya, lebih atau kurangnya, tidak gakan Rasulullah saw. Tanpa harus dikomenjadi hal yang patut disalahkan. mentari, penulis maklumi saja, karena Terhadap Hadits lain yang menje- memang demikianlah alur pemikiran laskan Nabi Muhammad saw melarang mereka yang menghalalkan poligami. Ali bin Abi Thalib yang akan menikah lagi, bersambung oleh para ulama fiqih yang pro-poligami, merupakan larangan khusus karena me- __________________________________ nyangkut martabat dan kemuliaan ke- Penulis adalah Pengajar AIKA di UHAMluarga besar Muhammad saw yang KA, UM Jakarta, dan UM Tangerang
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

Pengampun lagi Maha Penyayang. Jelasnya, surat An-Nisa: 129, menurut para fukaha, tidak berarti manusia (pelaku poligami) tidak dapat berbuat adil, tetapi dipastikan bisa berbuat adil berdasarkan kemampuannya. Tentang kasih sayang misalnya, Siti Aisyah lebih disayang oleh Rasulullah saw. dibandingkan dengan istri-istri yang lain. Menurut Aisyah ra, sesungguhnya Muhammad Saw telah berbuat adil untuk istri-istrinya. Ada sebuah Hadits dari Aisyah ra bahwasanya Rasulullah telah membagi giliran di antara para istrinya secara adil, lalu mengadu kepada Allah SwT dalam doa: Ya Allah inilah pembagian giliran yang

25

KESEHATAN

Kebiasaan yang Menyehatkan

idup sehat merupakan dambaan hampir setiap orang. Banyak cara dilakukan agar senantiasa hidup sehat. Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk membantu agar orang mampu menjaga kesehatan dirinya. Berikut ini beberapa aktivitas yang membantu menjaga agar tubuh terjaga dan sehat. Sarapan Setiap Pagi Sarapan merupakan penjaga kesehatan yang baik. Penelitian menunjukkan, orang yang memiliki kebiasaan makan sarapan pagi cenderung menerima lebih banyak vitamin dan mineral serta kurang lemak dan kolesterol. Hasilnya sering tubuh lebih ramping, jumlah kolesterol yang lebih rendah, dan sedikit kesempatan untuk makan berlebihan. Makan sarapan pagi itu merupakan suatu aktivitas yang tampaknya membuat perbedaan dalam masyarakat. Hal ini dikatakan Melinda Johnson, juru bicara American Dietetic Association (ADA) sebagaimana dinukil Dulce Zamora melalui situs webmd.com. Dia mengatakan, makan sarapan pagi dapat menahan rasa lapar sampai waktu makan siang dan berkalori tinggi. Penelitian lain dalam Jurnal Internasional Ilmu Pangan dan Gizi menunjukkan, orang yang mengkonsumsi sereal sarapan setiap hari melaporkan merasa lebih baik baik secara fisik dan mental daripada mereka yang jarang makan sereal di pagi hari. Untuk anak-anak, menurut laporan ADA, makan sarapan pagi tampaknya meningkatkan kewaspadaan, perhatian, dan kinerja dalam tes prestasi standar. Anak yang terbiasa mengkonsumsi makan sarapan pagi setiap harinya memiliki kemampuan lebih baik di sekolahnya. Menurut ahli gizi anak di Universitas Miami, pola diet dengan menyertakan makan sarapan pagi bagi anak akan memacu pertumbuhan yang tepat dan memaksimalkan kemampuan di sekolah. Hal ini disebabkan kebutuhan nutrisi harian terpenuhi sejak dini. Untuk mendapatkan manfaat penuh dari makan sarapan pagi, Mayo Clinic merekomendasikan makan dengan karbohidrat, protein, dan sejumlah kecil lemak. Mereka mengatakan, karena tidak ada makanan tunggal yang memberikan semua nutrisi yang dibutuhkan, makan berbagai jenis makanan sangat penting untuk kesehatan yang baik. Namun, bahkan dengan dukungan ilmiah begitu banyak yang tidak sarapan tubuh yang baik; masih banyak orang membuat alasan untuk tidak makan di pagi hari. Mereka termasuk tidak punya cukup waktu dan tidak merasa lapar. Bagi orang-orang, Johnson menyarankan menyesuaikan sarapan untuk hari itu.
26
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

Menambahkan Ikan dan Omega-3 Asam Lemak dalam Diet Selain sebagai sumber protein yang baik dan makanan yang relatif rendah dalam jenis lemak, ikan memiliki omega-3 asam lemak, yang terbukti mengurangi risiko penyakit jantung. Lemak ikan seperti makarel, trout danau, ikan herring, sarden, tuna albacore, dan salmon, kaya dalam dua jenis omega-3 asam lemak: asam eicosapentaenoic (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA). Makanan seperti tahu, kedelai, kanola, kenari, biji rami, dan minyak mereka mengandung alpha-linolenic acid (ALA), yang mengkonversi ke omega-3 dalam tubuh. Meskipun manfaat ALA adalah kontroversial, American Heart Association (AHA) merekomendasikan makanan yang mengandung sebagai bagian dari diet sehat. Mereka menyarankan untuk mengkonsumsi ikan setidaknya dua kali dalam seminggu. Selain jantung, ada beberapa bukti, asam lemak omega-3 juga dapat menenangkan sistem kekebalan yang terlalu aktif, kata Johnson. Meskipun manfaat ini masih dipelajari, dia mengatakan, tampaknya ada hubungan antara omega-3 dalam diet dan mengurangi alergi, asma, eksim, dan gangguan autoimun. Cukup Tidur Tubuh harus memiliki cukup waktu untuk beristirahat, kata Michael Fleming, presiden American Academy of Family Physicians (AAFP). Jika tidak, katanya, mungkin akan didapati diri ini merasa rewel dan lelah. Tidur sangat penting untuk kesehatan yang baik, mental, dan kesejahteraan emosional. The NSF melaporkan, orang yang tidak mendapatkan cukup tidur lebih mungkin mengalami masalah kejiwaan dan lebih sering menggunakan layanan kesehatan. Plus, kurang tidur juga dapat mempengaruhi memori, belajar, dan penalaran logis. Bahkan termasuk berbahaya bagi para pengendara jika tidak cukup tidur. Menurut jajak pendapat NSF (National Sleep Foundation), lebih dari satu-setengah dari pengemudi dewasa, sekitar 100 juta orang, mengatakan, mereka mengalami gantuk pada saat mengemudikan kendaraan. Sekitar satu dari lima pengemudi ini, 32 juta orang, mengatakan, mereka jatuh tertidur saat mengemudi. Menurut laporan National Highway Traffic Safety Administration, setiap tahun mengemudi mengantuk menyebabkan kecelakaan mobil lebih dari 100.000, 1.500 kematian, dan puluhan ribu cedera. NSF merekomendasikan, sebaiknya melakukan tidur siang 15-20 menit. Pastikan pula untuk mendapatkan setidaknya 7-10 jam tidur setiap malam. Anak-anak membutuhkan lebih banyak tidur, tergantung pada usia mereka. (au dari berbagai sumber)

P E D O M A N

KELENTURAN MUHAMMADIYAH
PROF DR DIEN SYAMSUDDIN

alam memperjuangkan ide-idenya, atau dalam memperjuangkan Islam berkemajuan, Muhamma diyah memiliki kelenturan. Mengapa? Muhammadiyah menempatkan dirinya sebagai gerakan Islam moderat, bagian dari umatan wasathan. Atau sering disebut sebagai umat tengahan. Umat yang mendapat tugas untuk mewasiti kehidupan, tampil sebagai saksi kebenaran, kebaikan dan keindahan Islam di muka bumi. Berkat kelenturan ini Muhammadiyah mampu bertahan lebih dari satu abad. Muhammadiyah, sepanjang usia perjuangannya juga dikenal sebagai ormas Islam yang sangat atau malahan yang paling produktif dengan amal kebaikan. Setiap hari, bahkan setiap detik Muhammadiyah memroduksi amal kebaikan lewat para aktivisnya yang bergerak di lembaga pendidikan, di lembaga pelayanan kesehatan, di lembaga pelayanan dan pemberdayaan sosial, juga di lembaga pelayanan keagamaan. Prestasi kemanusiaan Muhammadiyah yang demikian banyak dan demikian berkualitas sudah banyak diakui orang dan dicatat oleh para peneliti Indonesia atau peneliti asing. Dalam cara berpikirnya, para aktivis Muhammadiyah sudah diarahkan, agar dapat produktif dengan ide, gagasan, kehendak, cita-cita dan perilaku yang baik, benar dan indah menurut ajaran Islam. Demikian juga dalam cara bersikap dan bertindaknya, aktivis Muhammadiyah juga diarahkan, agar juga produktif dengan amal semacam itu, Dengan demikian, ketika ada aktivis Muhammadiyah ketemu dengan aktivis Muhammadiyah, maka yang kemudian dihasilkan adalah kebaikan, kebenaran dan keindahan hidup dan amal sesuai yang diperintahkan Allah dan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Kalau ada aktivis Muhammadiyah betemu dengan aktivis lain yang bukan Muhamamdiyah, diharapkan aktivis Muhammadiyah itu paling tidak mampu menginspirasi dengan kebaikan Islam. Ini yang menyebabkan kerjasama-kerjasama Muhammadiyah dapat dilakukan dengan banyak pihak selama ini. Perlu diingat, bekerjasama untuk membangun masyararakat dan umat sudah menjadi ciri khas Muhammadiyah selama seratus tahun lebih ini.

Lantas dari mana kelenturan Muhammadiyah itu berasal atau berakar? Semua itu berasal dan berakar dari pilihan-pilihan Muhammadiyah sendiri dalam memandang agama, memandang Islam, memandang hidup dan memandang berbagai ikhtiar memperbaiki kehidupan bersama. Misalnya, untuk masalah prinsip keagamaan, Muhammadiyah memang bersikap tegas, sebagaimana dirumuskan oleh Majelis Tarjih. Dalam bidang akidah dan ibadah mahdlah, Muhammadiyah sudah merumuskan pilihannya. Yang hendaknya diikuti oleh semua warga, simpatisan, anggota dan pimpinan. Prinsip yang dipegang adalah tajrid, yaitu mencukupkan dengan apa yang ada. Maksudnya, mencukupkan dengan apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw di sepanjang kehidupan ke-Nabian dan keRasulannya. Jadi, untuk masalah akidah dan ibadah, Muhammadiyah tidak menambah-nambah dengan hal yang baru. Pemahaman dan penghayatan, juga keilmuan yang menyangkut masalah itu, yang senantiasa kita perbarui. Agar akidah dan ibadah kita senantiasa punya makna spiritual dan makna sosial. Ini yang disebut tajdid di dalam peneguhan dalam beragama Islam. Dengan demikian, agama Islam kita senantiasa dapat hadir sebagai agama fungsional, agama yang berfungsi untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan kita. Menyangkut ibadah muamalah, Muhammadiyah jelas melakukan gerak ijtihad untuk menyesuaikan, atau bahkan melampaui zaman. Ini yang menjadi basis dari dakwah Islam berkemajuan Muhammadiyah. Islam, menurut Muhammadiyah, tidak menolak kemajuan ilmu, pengetahuan, teknologi, komunikasi dan cara berbudaya, cara berekonomi. Bahkan, cara berpolitik yang baru, selama tidak bertentangan dengan ajaran, nilai dan semangat Islam. Pada wilayah ijtihad yang begitu luas ini Muhammadiyah bergerak secara lentur untuk memroduksi segala macam kebaikan, keindahan dan kebenaran Islam dalam berbagai manifestasi dan ekspresinya. Dengan demikian, kalau Muhammadiyah selalu mengedepankan ikhtiar berupa solusi sosial dan solusi atas masalah kenegaraan misalnya, semua itu sudah menjadi bagian yang utuh dalam cara berMuhammadiyah kita. t
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

27

DIALOG
PROF DR SUNYOTO USMAN

Elit Agama

Sudah

Rusak!

28

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

DIALOG
Rentetan peristiwa kekerasan yang terjadi belakangan ini di Tanah Air, begitu mengejutkan mata publik. Apalagi kekerasan-kekerasan yang terjadi sering dalam bentuk komunal yang digerakkan oleh kelompok warga.
politik mencoba menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada untuk memobilisasi masa dan digerakkan untuk kepentingan tokoh tersebut. Artinya, konflik dan kekerasan yang terjadi bukan pada ruang hampa? Iya, jadi konflik-konflik komunal itu terjadi bukan pada ruang vakum, tidak bebas seperti itu, melainkan adanya penyulut-penyulut dan pemicu tertentu. Kadang persoalan yang seharusnya bisa diredakan, akhirnya karena ada penyulutnya menjadi sulit. Apalagi ditambah dengan institusiinstitusi yang seharusnya bisa berperan dengan baik untuk menjadi simpul perbedaan kepentingan itu rusak. Bukankah proses demokrasi yang kita jalani ini bisa mengantarkan masyarakat dan elit-elit bangsa ini lebih dewasa? Kenapa justru sepertinya demokrasi gagal? Demokrasi yang kita jalani ini, melewati budaya parokial atau budaya paroki-paroki, di mana ada patron yang dikelilingi oleh klien-klien, yang mengumpul menjadi satu. Jadi nanti ada perbedaan agama, perbedaan ideologi politik, perbedaan orientasi. Kemudian dengan adanya kompetisi yang tidak sehat dari perbedaan itu, membuat masa masih menjadi bagian dari klien patron-patron ini. Padahal demokrasi yang diimpikan itu tidak begitu, demokrasi yang diimpikan itu, massa begitu cair, pintar dan bisa menentukan apa yang diinginkan. Dan bisa memilih sesuai dengan kemampuan merealisasikan menjadi pengembangan aset dan kapabilitas, tapi ini belum tercapai ke sana, namun masih parokial. Bagaimana Anda melihat peristiwa kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan Ahlusunnah Waljamaah di Sampang, Madura? Saya kira itu diawali adanya understanding atau pemahaman yang berbeda. Karena memang dalam masalah keagamaan itu, ada kebenaran itu yang diciptakan oleh tokoh. Jadi kalau kita belajar agama, ada kebenaran yang sesuai dengan firman Tuhan, seperti orang tidak boleh makan daging babi dan minuman keras dengan firman Tuhan yang tegas. Tapi sebaliknya, ada pula kebenaran-kebenaran yang membutuhkan campur tangan manusia atau penafsiran. Oleh karena itu, dalam Islam, terkait kebenaran yang ada campur tangan manusia ini cenderung menimbulkan variasi dalam pemahaman itu. Sehingga sangat mudah terjadinya understanding ini, apalagi simpul-simpul keagamaan itu tidak berjalan dan rusak. Akibatnya perbedaan-perbedaan ini tidak ada yang menjembatani, dulu ketika terjadi understanding ini ada yang menjembatani ketegangan yang terjadi, dan akhirnya bisa diredakan. Namun sekarang ini siapa? Sepertinya tokoh-tokoh kharismatik era masa yang lalu tidak kita temui seperti sekarang ini.
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

enapa kekerasan-kekerasan seperti ini justru sering terjadi? Bagaimana sesungguhnya peran tokoh agama dan Pemerintah? Dan sejauh mana programprogram toleransi, deradikalisasi dan sebagainya yang dikampanyekan tokoh-tokoh agama tertentu efektif meredam kekerasan antarwarga masyarakat yang berbeda? Lebih lanjut, berikut petikan wawancara Deni al Asyari, SHI., MA dari Suara Muhammadiyah dengan Prof Dr Sunyoto Usman, Sosiolog dan guru besar Universitas Gadjah Mada beberapa waktu yang lalu di ruang kerjanya, gedung Pasca Sarjana UGM.

Belakangan peristiwa kekerasan dalam bentuk komunal begitu mudah terjadi, kenapa warga begitu mudah ngamuk? Pertama, hal seperti ini bisa terkait dengan semakin terpinggirnya hak-hak rakyat terhadap penguasaan sumber daya alam yang semakin terbatas, sebab semakin banyak sumber-sumber daya alam dikuasai oleh pemilik modal besar, maka rakyat-rakyat kecil hak-haknya akan semakin terpinggirkan. Kedua, akibat kehancuran lembaga-lembaga yang dulu mampu menjembatani kepentingan yang berbeda. Jadi organisasi keagamaan misalnya dulu bisa menjadi simpul bertemunya kepentingan-kepentingan kelompok masyarakat. Tapi sekarang organisasi keagamaan itu lebih berwajah politik, sehingga mereka tidak punya rujukan kepada siapa mereka harus mengadu jika ada persoalan, karena simpul-simpul yang menghubungkan itu rusak. Anda bisa bayangkan kita punya pemilu pilpres, pemilihan anggota DPR-DPD RI, pilkada provinsi, kabupaten dan kota. Adanya beberapa event kompetisi ini membuat masyarakat kita dihadapakan pada kompetisi-kompetisi yang kurang sehat, karena disana ada money politik dan yang lainnya. Jadi kita ini sudah dihadapkan saling curiga satu sama lain, serta dihadapkan pada persaingan kalah menang. Ketiga, adanya pemicu-pemicu yang kaitanya dengan bagaimana tokoh

29

DIALOG
Kekerasan komunal yang terjadi, justru di tengah semangat kampanye tolerensi dan anti kekerasan oleh beberapa tokoh agama, kenapa tidak berpengaruh pada akar rumput? Karena tidak ada kalangan yang mampu menerjemahkan dan menderivasi ide-ide besar tokoh agama ini menjadi konkretnya di lapangan. Sebab ide dan kampanye toleransi, deradikalisasi dan sebagainya itu baru sebatas tataran ide. Seperti himbauan mari bersatu dan toleransi, tapi ide ini harus bisa diterjemahkan pada tingkat bawah, kalau tidak, ide ini hanya akan berhenti pada tingkat ide saja. Apakah ide ini sekedar proyek atau tidak adanya peran yang menerjemahkan tersebut? Kalangan tengah dari organisasi keagamaan atau elit agama yang seharusnya bisa menerjemahkan ide-ide besar ini sudah tidak bagus. Karena mereka-mereka itu sekarang sudah ikut arus dalam kepentingan politik praktis. Bisa jadi, karena mungkin mereka adalah tokoh-tokoh atau figur yang bertahun-tahun dimanfaatkan untuk dukungan mobilisasi politik, jadi mereka tidak mampu menerjemahkan ide-ide besar dari langit itu turun ke bumi. Kenapa kita sebagai Muslim justru lebih toleran dengan agama lain ketimbang dengan internal agama yang berbeda mazhab, pemahaman, penafsiran dan sebagainya? Kalau dengan agama lain karena terang perbedaan yang ada. Dan tentunya ini tidak begitu masalah, karena jelas batasnya. Namun, jika adanya overlap dalam pemahamaan agama yang sama, ini justru sering menimbulkan ketegangan. Jadi kalau total different, apa yang akan diperdebatkan, karena sudah jelas berbeda dan tidak ada isu yang diperdebatkan lagi. Namun kalau ketika keyakinannya kurang lebih sama, simbolnya kurang lebih sama, dan ritualnya kurang lebih sama, tiba-tiba kita berbeda, tentu muncul pertanyaan ada apa ini? Dan orang tentunya mudah dan ingin masuk pada perbedaan-perbedaan itu, karena kalau kita sudah jelas berbeda secara tegas, orang tidak akan masalah lagi Seperti apakah implikasi dari kekerasan-kekerasan yang terus berulang bagi bangsa ini? Kita tidak akan memiliki pemimpin yang baik, kita akan ingkar pada akuntabilitas, transparansi, dan aturan main. Karena kesepakatan-kesepakatan yang telah dirumuskan itu bisa dirusak dengan kekerasan. Makanya kehadiran negara dalam konidisi ini harus jelas. Penegak hukumnya tidak boleh
30
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

diskriminatif dan harus mengambil tindakan-tindakan tegas dalam setiap terjadinya kekerasan. Jadi, polisi, hakim ditantang dalam kondisi seperti ini, seberapa jauh mereka mampu mengendalikan kondisi ini. Karena mereka ini lembaga-lembaga yang mengawal aturan main, ibarat sepak bola, ini pemainnya sedang ribut, kemudian wasitnya harus berani mana yang diberi kartu kuning dan mana pula yang diberi kartu merah. Kalau hanya sekadar menegur, ...kalian tidak boleh ribut!, nanti ketika bola bergulir, keributan akan bisa terjadi lagi. Makanya wasit harus tegas. Jadi Anda ingin mengatakan bahwa rentetan kekerasan yang terjadi di negeri ini juga akibat ketidaktegasan Pemerintah atau negara? Ya ini sangat kelihatan sekali, karena aturan mainnya sudah ada, tapi law inforcementnya dari aturan main ini yang tidak kelihatan.

Bagaimana peran dari tokoh-tokoh agama maupun ormas-ormas Islam dalam meminimalisir maupun mengantisipasi terjadinya kekerasan komunal tersebut? Pertama, tokoh-tokoh panutan agama ini jangan terlalu asik dengan politik praktis. Mereka tidak usah ikut terlalu dalam, tapi cukup memberikan inspirasi bagaimana caranya berpolitik yang cerdas. Kalau bahasa Pak Amien dulu, ada hight politic. Yaitu politik yang cerdas yang memberikan kesejukan dan kedamaian. Kedua, organisasi keagamaan harus mampu menerjemahkan ide-ide besar dari elit agama ke akar rumput. Contohnya, tadi ide toleransi, seperti apa aplikasinya? Ini harus ada organsiasi keagamaan yang mempunyai kemampuan dan kemauan menerjemahkan itu. Seperti di Muhammadiyah, ada Universitas Muhammadiyah Kupang misalnya, yang lebih 50 persen mahasiswanya nonMuslim, begitu juga di Universitas Muhammadiyah Malang. Jadi ide-ide besar tersebut harus diterjemahkan ke akar rumput seperti apa, jadi tidak hanya jargon-jargon dan kampanye saja. d

TELAAH PUSTAKA

Misteri Kecerdasan Bangsa Yahudi


ANNISA ROSYIDAH, SPD.I

Judul Penulis Penerbit Tahun Tebal

: : : : :

Menguak Rahasia Cara Belajar Orang Yahudi Abdul Waid Diva Press September 2011 248 halaman

iapa yang tidak pernah menggunakan situs Google ketika menjelajahi dunia maya untuk sekadar browsing memperbarui wacana? Atau siapa yang saat ini belum memiliki akun jejaring sosial facebook? Seiring berjalannya waktu, teknologi berkembang dan menjadi populer di zamannya masing-masing. Demi menikmati layanan internet, orang tidak harus nongkrong di depan warung internet. Ponsel dengan teknologi mutakhir seperti Blackberry sudah ngetop di kalangan masyarakat. Kecanggihan teknologi modern tersebut tidak lepas dari kecanggihan otak penemu fitur-fitur modern tersebut. Kenyataannya, situs google, akun facebook, fitur Blackberry ditemukan oleh bangsa Yahudi. Sebagian besar karya bangsa Yahudi terangkum dalam buku karya Abdul Waid ini (hal.21). Buku yang ditulis oleh Abdul Waid tersebut mengungkap langkah-langkah bangsa Yahudi untuk memperoleh dan mempertahankan kecerdasan otak kaumnya. Pada halaman awal, lulusan magister Jurusan Perbandingan Mazhab UIN Sunan Kalijaga tersebut menguak tingkat Intellectual Quotient (IQ) yang dimiliki bangsa Yahudi, yakni enam kali lebih banyak daripada tingkat kecerdasan golongan lainnya (hal.19). Tingkat kecerdasan tersebut diperoleh melalui proses yang tidak instant dan ketelatenan yang tinggi. Yahudi memiliki prinsip yang teguh untuk mengedepankan lahirnya keturunan yang berotak cemerlang daripada sekadar ketampanan atau kecantikan. Sudah menjadi adat, bagi seorang istri yang mengandung untuk mengonsumsi makanan-makanan bergizi dan menjaga dari makanan-makanan yang beresiko merusak otak janin. Keterampilan memainkan alat musik menjadi wajib bagi kaum wanita Yahudi demi menunjang kecerdasan janin. Seorang suami turut berpuasa dari kebiasaannya merokok jika mengetahui istrinya sedang mengandung, dan pasangan suami istri akan bekerja sama menghadapi tumpukan buku matematika

dan mengerjakaannya untuk menunjang kecerdasan otak bayi nantinya. (hal. 43). Pembinaan bagi generasi Yahudi telah dipikirkan melalui konsep yang matang. Di sekolah-sekolah umum, penguasaan terhadap bahasa Hebrew (bahasa ibu), bahasa Arab, dan bahasa Inggris menjadi kurikulum wajib dari tingkat pendidikan dini hingga perguruan tinggi. Generasi mereka harus dipastikan menguasai kemampuan bahasa demi memperkaya literatur yang dibaca. Selain bahasa, Matematika berbasis perniagaan, IPA, olahraga, kesenian musik dan sains menjadi bidang studi wajib di tingkat dasar (hal. 75). Kata mutlak tidak akan ditemukan dalam kamus bangsa Yahudi ketika mencermati suatu literatur atau sebuah teori. Membaca aktif adalah hal yang diwajibkan dalam sebuah proses belajar mengajar di sekolah Yahudi. (hal.135). Daya ingat yang kuat dibutuhkan untuk mengasah kecerdasan otak generasi Yahudi. Berbagai metode dan langkah untuk menajamkan daya ingat telah diterapkan. Mereka memperhatikan juga konsumsi gizi seperti ikan, sayuran hijau yang memiliki empat kelopak bunga, kacang-kacangan, kurkumin (kunyit, jahe, temulawak), dan air putih (hal.180). Pola belajar bangsa Yahudi berbanding terbalik dengan pola belajar orang umumnya. Mereka tidak akan belajar di perpustakaan yang banyak kerumunan orang. Mereka juga tidak akan belajar menggunakan media elektronik, tetapi belajar dengan membaca buku untuk menajamkan pikiran.(hal. 237). Kenyataan di atas sesuai dengan firman Allah dalam AlQuran (Al-Baqarah [2]: 47) yang mengatakan bahwa bangsa Yahudi memiliki kelebihan dibandingkan dengan bangsa lainnya bukan tanpa sebab. Buku ini menuturkan bahwa keunggulan bangsa Yahudi harus dibayar mahal dengan kegigihan. Waid memilih gaya kepenulisan eksploratif semi persuatif, sekilas tampak kesan mempengaruhi pembacanya. ____________________________________________________ Penulis adalah Mahasiswa Bahasa Arab Mahad Abdurrahman bin Auf Universitas Muhammadiyah Malang, Redaksi Pelaksana BESTARI, dan anggota Bidang Dokumentasi dan Informasi (DOI) Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Kota Malang
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

35

DI ANTARA KITA

SEKOLAH PARA JUARA:


SD MUH CONDONGCATUR RAIH PREDIKET I APRESIASI PENDIDIKAN ISLAM TK NASIONAL
masing-masing jenjang sekolah 5 Nominator selanjutnya untuk diuji wawancara dan diminta mempresentasikan karya tulisnya. Pada tanggal 17 Desember 2011 diadakan verifikasi Tim Penguji dari Kemenag di sekolah para nominator masing-masing. Alhamdulillah. Achmad Solikin, SAg, MA selaku Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Condongcatur Kabupaten Sleman Yogyakarta mampu menjadi yang terbaik, dalam lomba ini. Penyerahan Anugerah Apresiasi Pendidikan Islam dilakukan oleh Menteri Agama RI, Suryadharma Ali kepada Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Condongcatur, Achmad Solikin S Ag, MA pada 2 Januari 2012 jam 19.30 di Hotel Borobudur, Flores Room Lt Lobby di Jalan Lapangan Banteng Selatan, Jakarta Pusat. Adapun peraih peringkat II dan III masing-masing diberikan kepada Dra Hj Rohana SDN Percontohan Langsa, Aceh dan Mukiat, SAg SDN 37 Cakranegara NTB. Sarat Prestasi SD Muhammadiyah Condongcatur Kabupaten Sleman, selama tahun 2011 meraih banyak keberhasilan prestasi di berbagai lomba sekolah. Tanggal 8 November 2011 meraih Juara Umum Olimpiade Jaringan Sekolah Muhammadiyah yang diselenggarakan di Semarang Jawa Tengah meliputi IPA, matematika, komputer, bahasa Inggris dan ismuba. Tanggal 29 Oktober 2011 meraih Juara III Lomba Dokter Kecil Tingkat Nasional di Jakarta atas nama Syania Shabrina. Selanjutnya pada September 2011 menjadi Finalis International Mathematic and Sains Olimpiad di Fhilipina atas nama Madina Setia Namira. Juara III MTQ Putri Tingkat Propinsi atas nama Oca. Katagori lomba yang diikuti oleh guru, meraih Juara Harapan I Lomba Seni Mocopat Tingkat Provinsi atas nama Ari Wahyuni SPd. Bulan November 2011 menjadi Finalis Lomba Wordl Wide Innovative Education Forum Microsoft Partners in Learning 2011 di Washington DC, Amerika Serikat atas nama Ari Budianto. Akhirnya dalam kompetisi antar sekolah, SD Muhammadiyah Condongcatur meraih keberhasilan prestasi untuk tingkat sekolah pada tahun 2011 dengan mendapatkan Nilai Akreditasi A. adv

Menteri Agama Suryadarma Ali menyerahkan sertifikat juara kepada Kepsek SD Muh. Concat, Achmat Solikin, SAg, MA.

ewat sebuah karya tulis yang bertema: Sekolah Sebagai Laboratorium Hidup Dalam Pengembangan Pendidikan Karakter (Implementasi Pendidikan Karakter di SD Muhammadiyah Condongcatur), akhirnya mengantarkan Achmad Solikin, S Ag, MA Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Condongcatur, Kabupaten Sleman Yogyakarta meraih Prediket I Penghargaan Apresiasi Pendidikan Bidang Pendidikan Agama Islam untuk kategori Penghargaan Kepala Sekolah Peduli Pola Pengembangan Pendidikan Agama Islam dalam rangka Hari Amal Bhakti Kementerian Agama RI ke-66 tahun 2012, yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Islam Republik Indonesia dengan Keputusan Menteri Agama RI, yang ditandatangani Suryadharma Ali No. 223 tahun 2011. Dengan keberhasilannya meraih prestasi nasional tersebut, SD Muhammadiyah Condongcatur mampu mendampingkan prestasi puncak di dua Kementerian, yaitu, Juara I Lomba Kepala Sekolah Berprestasi Tahun 2009, dan tahun ini sebagai kado Tahun Baru 2012 meraih Juara I Lomba Kepala Sekolah Berprestasi Peduli Pada Pengembangan Pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Islam RI. Pelaksanaan Lomba Kepala Sekolah Berprestasi Peduli Pada Pengembangan PAI dimulai sejak bulan Oktober 2011, dengan menyerahkan portofolio, karya tulis dan data pendukung lainnya. Kemudian pada tanggal 10-11 Desember 2011, diambil
36
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

DI ANTARA KITA

SEPTI LISDAYANTI, PUTRI ROKET AIR DARI MUGADETA UNTUK INDONESIA

ada tanggal 3-4 Desember 2011 lalu, dilaksanakan kompetisi roket air internasional dalam rangka Asia Pasific Region Space Agency Forum (APRSAF) yang bertempat di Singapura. Indonesia mengirimkan enam peserta terbaiknya yang merupakan hasil seleksi tingkat nasional, yang diadakan oleh Pusat Peraga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP IPTEK) pada 8-9 Oktober 2011 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Keenam peserta dari Indonesia, salah satunya yaitu Septi Lisdayanti, siswi kelas 8B SMP Muhammadiyah 3 Depok Yogyakarta. Sebelum ajang Internasional tersebut, siswi kelahiran Palembang, 5 September 1998 ini menempati juara ke-3 tingkat nasional, dengan mengalahkan 91 peserta dari 6 provinsi yang menjadi peserta pada ajang tersebut. Sebelumnya, Septi juga harus bertanding pada ajang regional Yogyakarta yang ditempatkan di Kabupaten Sleman. Yang lebih menggembirakan, siswi yang hobi olahraga ini merupakan satu-satunya wakil dari sekolah Muhammadiyah yang ada di Indonesia. Berkat kesungguhan, keuletan dan optimisme, akhirnya pada ajang internasional, Septi (sapaan akrabnya) menempati juara harapan 2 (Juara ke- 5),

mengalahkan Jepang, Australia, Malaysia, Pakistan, Pilipina dan negara- negara di kawasan Asia Pasifik lainnya. Ketika ditanya tentang kiat suksesnya, putri yang bercita-cita menjadi dokter ini menjawab bahwa keuletan, kesungguhan, dan

keyakinan merupakan kunci keberhasilannya. Jangan minder dan takut dengan yang lain, kita pasti mampu. Perlu pembaca ketahui bahwa Septi adalah peserta ekstra kurikuler astronomi di MUGADETA (SMP Muhammadiyah 3 Depok, Yogyakarta). Putri yang hobi makan pempek Palembang ini menambahkan bahwa sekolah di MUGADETA sangat mengasikkan, Septi Lisdayanti berbagai macam sarana dan prasarana sudah lengkap, sehingga minat dan bakat siswa dapat tersalurkan dengan baik. Dari ekstra kurikuler KIR, PMR, astronomi, Tapak Suci, Wicara Bahasa Inggris, tata boga, basket, dan sepak bola, semuanya ada di sini. Hal inilah yang membuatnya senantiasa tekun dan mau banyak belajar. Septi juga berharap dengan lomba yang diikutinya dapat menumbuhkan semangat cinta kepada sains dengan cara bermain sambil belajar. Dengan cinta ilmu pengetahuan, pasti siswa Muhammadiyah menjadi semakin maju dan berkualitas. Bendahara Umum IPM Ranting MUGADETA ini juga mengungkapkan, bahwa dengan roket air kita bisa belajar matematika dan fisika secara langsung dan menyenangkan. Karena roket air membutuhkan hitungan yang terukur dalam pembuatannya. Menghitung berat air di dalam roket secara tepat dan mengukur tekanan roket agar tepat sasaran. Bagi sekolah Muhammadiyah yang belum kenal roket air, sudah saatnya kita tahu dan mempraktikannya. adv
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

37

I B R A H

Halus Budi
eseorang merasa bangga manakala marah kepada orang lain, sebagai bukti dirinya kuat dan tegas. Dengan semangat nahyu munkar banyak orang begitu garang di hadapan orang lain untuk menunjukkan sebagai pembawa panji kebenaran. Dengan telunjuk yang selalu menuding, wajah galak, dan kata-kata keras hingga kasar selalu terpancar dari para penyebar misi suci seolah kebenaran harus ditegakkan dengan jiwa pedang. Lalu, lahirlah sosok-sosok yang garang hati. Tapi Nabi Muhammad mengajarkan hilm, halus budi dalam menyebarkan kebenaran dan hubungan sesama. Di Perang Uhud Nabi diminta berdoa untuk memusnahkan musuh-musuhnya di saat kaum Muslimin mengalami kekalahan, tapi beliau tidak melakukannya. Di kala menerima lemparan batu sewaktu hijrah ke Thaif hingga luka, Nabi akhir zaman itu menolak saat Malaikat Jibril menawarkannya untuk berdoa sebagai pembalasan. Tidak, mereka sungguh orang-orang yang tidak mengetahui, ujar Nabi penuh maaf dan halus jiwa. Pada suatu hari seorang Badui menghampiri Nabi dan dengan kasar meminta sesuatu. Para sahabat, lebihlebih Umar bin Khattab, marah hingga mau memukul orang Arab kasar itu. Anas bahkan menceritakan Rasulullah pernah ditarik kerah bajunya oleh seorang Badui hingga lecet bagian lehernya. Nabi justru memenuhi permintaan Badui itu hingga yang bersangkutan merasa bersalah. Lalu Nabi bertanya, Apakah aku membalasmu? Badui itu menjawab, Tidak ya Muhammad. Engkau justru orang yang suka membalas keburukan orang dengan kebaikan, ujar orang Arab yang keras hati itu. Ketika setiap Muslim mengklaim diri mengikuti uswah hasanah Nabi, betapa tidak mudah mengikuti jejak hidup Rasul akhir zaman itu. Nabi mengajarkan, bukanlah orang kuat yang suka marah, orang kuat ialah yang mampu mengendalikan hawa nafsunya. Ajaran Nabi yang lain, berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepadamu adalah kebaikan yang sesungguhnya. Karenanya Nabi disebut pemilik jiwa hilm, yang lembut hati. Keburukan justru dibalas dengan kebaikan, bukan dengan keburukan yang sama. Allah memuliakan Nabi dengan akhlak yang agung, Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (Qs Al-Qalam: 4). Salah satu sifat akhlak yang mulia ialah halus budi (hilm) sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad yang
38
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

agung. Para sahabat dan generasi salaf meneladani kebaikan Nabi. Sifat halus budi, ramah, pemaaf, santun, dan hal-hal yang menunjukkan sifat manusiawi jarang digelorakan oleh mereka yang kini mengklaim pengikut generasi salaf. Malah sebaliknya, yang tampil justru sifat-sifat galak, garang, dan merasa paling benar sendiri. Misi Islam yang damai, lembut, dan baik ditampilkan dengan wajah-wajah masam, sehingga di mata orang banyak agama pembawa misi rahmatan lilalamin ini menjadi terkesan angker. Bersikap lembut hati bukanlah pertanda lemah dan pengecut. Nabi tidak mungkin bersikap lembah manah seperti itu manakala dirinya merasa bersikap lemah. Kekuatan tidak harus selalu ditampilkan dengan kasar, garang, dan galak. Allah mengingatkan, Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (Qs Ali Imran: 159). Alangkah elok manakala hubungan antarsesama diwarnai pribadi-pribadi yang halus budi. Pemurah, pemaaf, santun, ramah, lembut, dan baik hati merupakan kekayaan ruhani yang mulia sebagai cermin dari akhlak yang utama. Jangan merasa lemah manakala bersikap halus budi kepada sesama, termasuk bagi orang yang engkau tidak suka dan mungkin berbuat buruk kepadamu. Halus budi mencerminkan keadaban yang tinggi, sebagai pantulan dari akhlak yang agung sebagaimana teladan utama Rasulullah. Namun berhalus budi memang memerlukan pelatihan spiritual yang tinggi karena perlu disertai belajar sabar dan menahan marah. Padahal marah itu tidak mudah untuk dikendalikan karena sering menguasai jiwa manusia. Marah itu bagaikan ibu semua berhala, yang tidak jarang manusia takluk kepadanya, bukan menaklukannya. Orang yang sukses menahan marah akan menjadi insan yang terbaik. Karenanya, jangan jadikan marah dan kasar hati sebagai kebanggaan diri. Setiap Muslim memang tidak boleh berhenti bersabar menahan marah, seraya menampilkan sikap halus budi kepada sesama sebagai wujud meraih rahmat Allah. A. Nuha

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

39

B I N A

A K I D A H

SYAHADAT RASUL DALAM KONTEKS KEKINIAN


DR MOHAMMAD DAMAMI, MAg

aren Armstrong dalam bukunya yang berjudul Muhammad, A Biography of the Prophet yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Muhammad Sang Nabi, Sebuah Biografi Kritis (2001) menuliskan demikian: Muhammad bukan santo (manusia suci, pen.) yang tertutup/terlindungi. Dia hidup dalam masyarakat yang keras dan berbahaya. (2001: 49). Menurut penulis, pendapat dan kesimpulan Karen Armstrong tersebut tidak salah. Al-Quran sendiri menegaskan, bahwa Nabi Muhammad saw adalah manusia yang bertubuh kasar sebagaimana manusia pada umumnya (basyar), namun dipilih dan diberi keistimewaan oleh Allah SwT yaitu diberi wahyu (yuuhaa) untuk disampaikan kepada manusia ( AlKahfi [18]: 110; Fushshilat [41]: 6). Karena itu Nabi Muhammad saw tidak pernah merasa jatuh mental, apalagi patah semangat tatkala kaumnya yang belum terbuka hatinya untuk mengimani kerasulannnya mengatakan bahwa mengapa ada orang yang mengaku Rasulullah tetapi makan makanan sebagaimana makanan orang pada umumnya dan berjalan keluar-masuk di pasar-pasar tempat orang jualan barang dan kebutuhan? (Al-Furqan [25]: 7, 20). Tegasnya, menurut Al-Quran seseorang yang disebut Rasul adalah tetap manusia biasa, namun dia memiliki keistimewaan tertentu, yaitu dianugerahi wahyu oleh Allah SwT, dan dia harus terjun di tengah-tengah masyarakat ramai dalam segala persoalannya. Rasul adalah manusia masyarakat dan sekaligus manusia pemecah masalah (problem solver). Pada zaman Nabi Muhammad saw hidup, masyarakat Arab pada umumnya, masyarakat Arab di sekitar Makkah pada khususnya, kehidupan sehari-harinya masih diselimuti oleh cara-cara berpikir yang serba mitos. Ciri kehidupan mitos adalah suka berpikir dengan orientasi ke
40

belakang, ke masa lampau, yang karena itu mudah percaya pada berita yang ditularkan lewat mulut ke mulut, apalagi berita orang-orang terdahulu (leluhur) tentang kehebatannya, kesaktiannya, keanehan-keanehan pada dirinya, dan sebagainya. Karena kebenarannya sulit dicek, ditelusuri bukti-buktinya, dan sebagainya, maka rata-rata orang lalu menerimanya atau mempercayainya secara mentah. Kehidupan yang serba mitos seperti ini pada zaman Nabi Muhammad saw simbolnya adalah: penyembahan berhala. Kehidupan mitos seperti ini merupakan salah satu problem berat bagi Nabi Muhammad saw. Lalu setelah Nabi Muhammad saw melakukan uzlah (hidup menyepikan diri) ke Gua Hira tidak kurang selama 15 tahun (melakukan uzlah mulai berumur 25 tahun sampai dengan umur 40 tahun), Nabi Muhammad saw mendapat wahyu yang pertama kali dan diteruskan pada masa-masa seterusnya. Salah satu inti wahyu yang diturunkan Allah SwT tersebut adalah mengubah cara berpikir mitos ke arah cara berpikir logos (yakni memanfaatkan potensi akal) dalam hal berkeyakinan. Yaitu bahwa kalau manusia menelusuri dan mencari Tuhan berdasar logos, maka ketemunya adalah kesimpulan yang menyatakan: Tuhan itu Esa (An-Nahl [16]: 36; Quraisy [106]: 3-4). Dengan demikian Al-Quran mengajari manusia Mukmin menjadi manusia yang senantiasa memanfaatkan potensi akal. Bahwa sekalipun dalam hal keyakinan tidak mengapa potensi akal (dalam wujud penalaran) dipakai untuk memperteguh keyakinannya. Selanjutnya, pemanfaatan potensi akal ini tidak hanya dalam hal keyakinan, melainkan lebih-lebih dalam hal pemecahan masalah dalam kehidupan. Karena itu tugas seorang Rasul tidak sekedar sebagai Rasul, melainkan juga sebagai imam (pemimpin) (Yunus [10]: 47; Al-Baqarah [2]: 124). Sungguhpun begitu keseluruhan

keimamannya tetap di bawah cahaya/nur kerasulannya. Masalah mitos dan logos ini akan tetap ada sepanjang masa. Kedua kutub tersebut dalam kenyataannya saling menarik (tarik-menarik) satu dengan lainnya. Kadang-kadang ekstrem ke arah mitos, di pihak lain ekstrem ke arah logos. Dewasa ini, sekalipun kata orang dikatakan berkecenderungan serba berorientasi positivistik (berpikir serba nalar), namun dalam kenyataannya kecenderungan menganggap hebat sesuatu atau memitoskan sesuatu tetap berjalan, walaupun dalam wajah yang berbeda. Orang-orang sekarang banyak yang memitoskan atau mengagungagungkan kuasa (kekuatan yang menentukan) dari ilmu, teknologi, kekuasaan, kekayaan, militer, dunia sistem, ideologi dan sebagainya. Namun, kalau diteliti dan direnungkan berdasar logos yang mendalam, sok-sokan semacam itu kosong melompong belaka, maya saja, absurd. Menurut pertimbangan logos yang tepat adalah bahwa hidup ini pada hakikatnya saling bergantung. Kalau kehidupan pada zaman Nabi oleh Karen Armstrong dikatakan keras dan berbahaya, maka pada zaman kini juga tidak kurang keras dan bahayanya, walaupun dalam bentuk dan wajah yang berbeda. Kalau Nabi Muhammad saw pada zamannya berhasil mengubah mitos keberhalaan menjadi logos ketauhidan (Keesaan Allah SwT) dan juga berhasil memecahkan problem-problem kehidupan berdasar cara-cara berpikir logos, maka selaku orang beriman mestinya kita semua juga perlu tetap mempertahankan logos ketauhidan dan tetap mampu menyelesaikan problem-problem kehidupan zaman kini berdasar cara-cara berpikir logos pula. Itulah salah satu kebermaknaan syahadat Rasul asyhadu anna muhammada-rrasuulu-llaah zaman kini. Wallaahu alam bishshawaab.

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

B I N A

A K H L A K

Menemukan (Kembali) Sunnah Nabi


MUHSIN HARIYANTO Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap STIKES Aisyiyah Yogyakarta.

uhammad Rasulullah saw memang telah wafat, namun sunnahnya masih dan akan tetap hidup sepanjang waktu. Beliau yang sangat cerdas itu memang tidak pernah bersekolah, tetapi ternyata tidak pernah berhenti untuk (senantiasa) belajar. Sekolah memang tidak harus, tetapi belajar selama harus ada! Belajar tidak harus di sekolah, di manapun bisa, kapan pun bisa. Di dunia yang penulis khayalkan itu kata belajar samasekali terputus hubungannya dengan kata sekolah. Apa yang dibutuhkan di sebuah dunia yang tidak harus sekolah ini? Sebuah komitmem bersama untuk mau belajar Ya, yang harus ditanyakan ketika melamar kerja bukan lagi: Kamu lulusan apa? Di mana? Nilai (Indeks Prestasi)mu berapa? Tetapi, yang harus ditanyakan adalah: Kamu umur berapa? Apa yang sudah kamu pelajari selama ini? Kamu bisa apa? Dan yang lebih penting: Apa keahlianmu? Untuk menjawab pertanyaan yang terakhir tadi seseorang tidak harus menunjukkan sebuah ijazah formal dari sebuah sistem yang disebut sekolah! Tetapi, Kompetensi. Sebuah sistem pembelajaran yang saya khayalkan hingga kini adalah: belajar di mana saja, kapan saja, dari siapa saja dan sebuah lembaga yang berkompeten untuk mengakreditasi dan menyertifikasi hasil suatu kegiatan belajar dengan jujur dan terbuka! Penulis yang hingga saat ini sedang asyik belajar dari (sejarah hidup) para Nabi menemukan dua tulisan penting. Yang pertama, dalam rangka proses pembelajaran, Allah pernah memerintah-

kan kepada Nabi Musa as dan Nabi Harun as tentang arti pentingnya kelembutan, untuk memberi peringatan dengan santun kepada Firaun, seorang raja yang sangat kejam dan zalim (Qs Thh [20]: 44). Kemudian yang kedua penulis juga membaca bahwa Nabi Muhammad saw ternyata lebih memilih untuk belajar bersikap santun, lemah lembut dalam kehidupan sehari-harinya, bukan dengan menghadiri acara-acara pendidikan dan pelatihan yang terstruktur seperti layaknya para peminat trainingtraining instan yang diasumsikannya akan bisa segera mengubah karakternya. Allah juga telah menegaskan secara transparan bahwa kesuksesan Nabi Muhammad saw dalam dakwah adalah karena rahmat-Nya berupa kesantunan yang dipelajarinya tidak di ruang-ruang pengap seperti dinding-dinding sekolah yang kini marak dirancang oleh para penyedia jasa pendidikan, tetapi di alam terbuka, dan perlu dicatat gratis. Dan, siapa pun kita jika ingin sukses, mendapat rahmat Allah maka harus memilih untuk belajar di alam terbuka untuk memilik kesantunan sebagai perangai diri. Bukan justru menyaksikan dan mewarisi kebencian, kedengkian, dan permusuhan yang seringkali dipertontonkan di sekolahsekolah formal, sebagaimana pesan moral Allah dalam Qs li Imrn [3]: 159. Nah, ketika kita selaku umat Muhammad saw telah berusaha menjadi pribadi santun dan ternyata belum ada perubahan pada apa yang kita harapkan berubah. Ath-Thabrani dengan sanad dari Abu Darda ra, meriwayatkan bahwa seorang laki-laki telah datang kepada

Rasulullah saw mengadukan hatinya yang keras, maka Beliau (Rasulullah) saw bersabda, Apakah kamu suka jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi? Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah ia makan dari makananmu niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhamu terpenuhi. Teladan Rasulullah saw tersebut mengarah pada saran bagi orang-orang yang berhati keras (sekeras perilakunya) agar melatih sifat lemah lembut atau melunakkan hatinya dengan belajar memberi kasih sayang secara lahir-batin kepada anak yatim. Bayangkan jika ajaran tersebut kita praktikkan, maka saat kita melihat, bertemu dan bersentuhan langsung (kontak fisik) dengan anak yatim, hati kita juga akan tersentuh, tubuh kita bergetar, terasa aliran darah mengalir mengirim sinyalsinyal pesan kasih sayang ke otak. Di otak ini nanti pesan akan diorganisir menjadi perintah dalam bentuk perilaku. Dengan seijin Allah maka pesan kasih sayang yang kita miliki akan berbuah hikmah sikap dan perilaku kita menjadi lebih lemah lembut. Disisi lain, Al-Quran menegaskan bahwa ketika kita hendak menegur, menasehati dan mengingatkan orang lain untuk suatu tujuan yang baik, hendaklah dilakukan dengan santun, bukan dengan cara yang keras atau menggunakan kekerasan. Alangkah indahnya pelajaran perilaku demikian jika kita mau menerapkan, Sekarang saatnya kita temukan (kembali) sosok kesantunan Muhammad saw. Mulailah dengan belajar untuk tidak marah. Kapan pun, di mana pun dan kepada siapa pun! Bersedia?
41

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

B I N A

J A M A A H

TAK SEMUA MUBALIGH PENDAKWAH YANG BAIK


ABD. SIDIQ NOTONEGORO

Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik, Dosen FAI Univ. Muhammadiyah Gresik

rtikel Mustofa W. Hasyim pada kolom Bina Jamaah yang berjudul Berhati-hati Waktu Mengundang Mubaligh (Suara Muhammadiyah 01/97|1-15 Januari 2012) penting menjadi wawasan berharga bagi pimpinan Muhammadiyah, utamanya di tingkat Ranting dan Cabang yang posisinya sangat berdekatan dengan warga grass root Muhammadiyah. Salah mengundang mubaligh, maka taruhannya adalah warga Muhammadiyah sendiri. Karenanya, benar adanya bila Mustofa mengingatkan kita untuk berhati-hati mengundang mubaligh. Sebab Muhammadiyah beberapa kali kecolongan dalam mengundang mubaligh. Suatu ketika dalam forum pengajian Muhammadiyah yang dikemas dalam bentuk pengajian umum ada pula mubaligh yang dengan entengnya mengkritik habis pemahaman Islam yang menjadi pegangan warga Muhammadiyah. Selain pengajian umum yang sifatnya insidentil, saat ini menggejala pengajian Ahad Pagi di beberapa banyak Cabang dan Ranting Muhammadiyah. Semula pengajian-pengajian itu mendatangkan penceramah dari kalangan internal Muhammadiyah. Tokoh-tokoh Muhammadiyah, mulai dari tingkat Daerah hingga Pusat pun digilir untuk menyampaikan tausiyah. Namun kemudian tidak jarang panitia penyelenggaranya secara kreatif menginginkan suasana baru dengan mengundang mubaligh dari luar Muhammadiyah sesekali waktu. Namun yang sangat disayangkan, lambat laun tidak jarang mubaligh asli Muhammadiyah mulai dipinggirkan. Alasannya, materi yang disampaikan tidak ada hal yang baru. Para mubaligh impor pun mendominasi pengajian. Kehadiran mubaligh yang kaya dengan teks-teks Arab tapi miskin etika dalam menyampaikan dakwah benar-benar meresahkan masyarakat, dan bahkan tidak jarang memancing emosi masyarakat. Warga Muhammadiyah yang sudah mantap ideologinya mungkin tidak begitu terpengaruh dengan provokasi-provokasi sang mubaligh impor itu. Tapi sebaliknya, warga Muhammadiyah yang masih awam sangat mudah terpengaruh. Yang tidak senang dengan apa yang disampaikan sang mubaligh justru dampak negatifnya kembali kepada Muhammadiyah. Mereka menganggap Muhammadiyah tidak seperti yang mereka bayangkan dan mereka lihat sebelumnya. Sebaliknya, yang termakan dengan agitasi sang mubaligh bahkan memilih hengkang dari Muhammadiyah karena merasa menemukan yang lebih baik dari Muhammadiyah.
42
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

Satu kasus yang sangat memprihatinkan di sebuah Ranting Muhammadiyah. Sebuah Ranting Muhammadiyah didirikan oleh sekelompok anak muda yang sangat bersemangat dalam ber-Muhammadiyah. Mushola dibangun ramai jamaahnya. Seiring dengan bertambahnya jamaah shalat, kemudian takmir berinisiatif membuat pengajian rutin. Beberapa kali digelar pengajian, hampir seluruh jamaah rutin hadir untuk mengikuti pengajian. Bahkan dengan suka rela mereka membawa jajanan sebagai suguhan. Pengajiannya sederhana , diisi oleh mubalighmubaligh lokal dengan materi seputar ibadah. Jamaah pun tampaknya merasa cocok dengan materi-materi pengajian yang disampaikan mubaligh-mubaligh lokal Muhammadiyah itu. Hingga suatu ketika anak-anak muda itu berisinisiatif mendatangkan mubaligh dari luar. Maksudnya mungkin untuk memberikan suasana baru, karena sekian lama menggelar acara pengajian hanya diisi oleh mubaligh-mubaligh lokal. Namun harapan indah itu ternyata justru berbuah petaka. Mubaligh yang diharapkan memberikan pencerahan karena dianggap lebih berkualitas dari mubaligh-mubaligh lokal kepada jamaah justru hanya menyampaikan hujatan kebiasaan masyarakat di kampung tersebut sambil menyitir beberapa dalil. Akibatnya pun sudah bisa diduga, jamaah Muhammadiyah yang baru seumur jagung itu pun berantakan. Upaya yang dilakukan susah payah untuk mendirikan Ranting justru hancur dalam waktu sekejap. Jamaah shalat Maghrib yang biasanya lebih dari tiga shaf penuh, kini satu shaf saja tidak penuh. Akhirnya, kegiatan pengajian Muhammadiyah baik pengajian rutin, khutbah Jumat ataupun hari raya perlu sangat selektif dalam memilih mubaligh. Jangan sampai pengajian Muhammadiyah justru berdampak yang kontraproduktif hanya gara-gara salah dalam memilih mubaligh. Para takmir masjid Muhammadiyah, pengurus Ranting atau Cabang Muhammadiyah dan para pengelola pengajian yang mengatasnamakan Muhammadiyah semestinya lebih hati-hati, dan lebih mengutamakan mubaligh-mubaligh Muhammadiyah. Harus dipahami, Muhammadiyah yang sejak awal menisbatkan diri sebagai gerakan dakwah tentu tidak miskin mubaligh. Karena itu, memanfaatkan mubaligh Muhammadiyah tentu lebih baik daripada mengundang mubaligh dari luar Muhammadiyah yang tidak jelas background ideologinya, dan yang jelas tidak memahami kondisi psikologis warga Muhammadiyah.

K KALAM A L A M

Muhammadiyah Tegas, Tapi Santun


M MUCHLAS ABROR

UHAMMADIYAH adalah sebuah gerakan yang dikenal secara luas memiliki sikap tegas, baik ke dalam maupun keluar. Tegas berarti jelas, terang, dan nyata di samping tidak ada keraguan, dan tidak pula samar-samar. Keimanan yang membara kuat pada diri pimpinan dan anggota Muhammadiyah yang mendorongnya bergerak dan berjalan membawa kebenaran yang diyakini serta bersikap tegas. Sikap tegasnya dapat dilihat dalam berbagai keputusan resmi Persyarikatan. Di dalamnya terkandung dan berisi prinsip-prinsip perjuangan yang menjadi bekal, pedoman, dan arah bagi pimpinan dan anggota Muhammadiyah dalam berinteraksi di tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pimpinan dan anggota Muhammadiyah secara umum, dengan bekal tersebut, tetap dan terus berjuang dengan tegar dan tegas, di mana pun dan kapan pun. Kita juga berada dalam Muhammadiyah, yang menjadi pilihan kita sebagai sarana perjuangan yang penting, sedikit pun tidak ada keraguan dalam berjuang melalui Muhammadiyah. Ketegasan dalam bersikap merupakan kunci pembuka keberhasilan. Sebaliknya, ketidaktegasan atau keraguan hanyalah akan melemahkan komitmen dalam perjuangan yang berakibat semakin menjauhkan tercapainya tujuan perjuangan yang dicita-citakan. Tegas memang merupakan salah satu watak atau karakter Muhammadiyah. Ini bukan berarti bahwa Muhammadiyah menutup ruang publik untuk berbeda pendapat. Muhammadiyah berpandangan bahwa berbeda pendapat merupakan Sunnatullah. Allah telah memberikan akal dan iradah kepada manusia. Dengan keduanya manusia bisa berbeda pendapat antara seseorang dengan lainnya. Kewajiban mereka yang berbeda pendapat adalah berdialog dengan cara yang paling baik. Karena itu, Muhammadiyah menghargai perbedaan pendapat. Siapa pun tidak boleh meniadakan sama sekali pendapat orang lain hanya karena pendapat itu berlainan dengan pendapatnya. Siapa pun tidak boleh menganggap hanya pendapatnya sendiri yang terhindar dari kesalahan. Sikap tegas Muhammadiyah tidak ada kaitan hubungan, bahkan jangan diartikan bahwa Muhammadiyah berwatak keras dan berjiwa kasar. Sebab antara ketegasan dengan kekerasan atau kekasaran merupakan dua hal yang berbeda. Muhammadiyah selain memiliki sikap tegas, juga santun. Sikap tegas Muhammadiyah harus dinyatakan dan disampaikan secara santun. Santun adalah halus, lembut, dan baik budi bahasa serta tingkah laku, sabar dan tenang (tidak mudah marah), penuh rasa kasih dan suka menolong. Siapa yang santun tentu perkataan, perbuatan, dan perilakunya baik. Kehalusan dan kelembutan merupakan dan menjadi jembatan penghubung antara pihak-pihak yang berkomunikasi.

Jika jembatan itu kokoh-kuat, maka apa yang diinginkan atau dimaksudkan akan tercapai. Sedangkan perkataan yang baik ibarat makhluk hidup yang besar pengaruhnya di tengah kehidupan. Karena itu, tutur kata yang baik sangat penting. Demikian pula perbuatan yang terpuji akan meninggalkan kesan yang dalam dan berarti. Kesemuanya itu, merupakan kunci yang ampuh untuk membuka hati agar mau menerima ajakan dan kemudian melaksanakannya secara tulus Muhammadiyah dalam perjalanan panjang hingga satu abad lebih ini tentu kaya pengalaman. Di dalamnya ada suka dan duka, ada yang menyenangkan dan ada yang menyedihkan, ada yang manis dan ada pula yang pahit. Ketika bertemu dengan suka, menyenangkan, dan pengalaman yang manis tentu harus kita syukuri. Sebaliknya, ketika bertemu dengan duka, yang menyedihkan, dan pengalaman yang pahit, kita pun harus sabar, tapi tetap istiqomah. Banyak orang yang mencibirkan Muhammadiyah, sebagai gerakan dakwah dan tajdid, ketika memprakarsai meluruskan arah kiblat, merintis mendirikan sekolah, panti asuhan anak yatim, pembentukan organisasi perempuan (Aisyiyah), rumah sakit, pendidikan di luar sekolah dan keluarga (Kepanduan Hizbul Wathan), memelopori shalat Idain (Idul Fitri dan Idul Adha) di tanah lapang, panitia zakat/ zakat fitrah dan kurban, dan lain sebagainya. Pada waktu itu, Muhammadiyah banyak mendapat hambatan, halangan rintangan, ancaman, dan tantangan. Muhammadiyah dicaci-maki dengan kata-kata yang jorok dan seronok, menghadapi perilaku kekerasan dan kekasaran. Amal usahanya dirusak. Tetapi Muhammadiyah menghadapi semua itu tetap dengan kepala dingin, akal sehat, hati bersih, tidak emosional, dan dapat menahan marah. Muhammadiyah tidak melakukan perlawanan dengan perkataan, perbuatan, dan perilaku serupa. Tidak membenci, mendengki, dan balas dendam. Muhammadiyah menghadapinya dengan sikap santun. Akhirnya, masyarakat menerima kehadiran Muhammadiyah karena merasa mendapat banyak rahmat dan manfaat. Ibarat pohon, Muhammadiyah ketika itu banyak dilempari batu. Pohon itu pohon berbuah, maka ketika pohon itu dilempari batu, berjatuhanlah buahnya. Mereka yang melempari bisa membawa pulang dan menikmati buahnya. Akhirnya, timbul kesadaran mereka untuk menjaga dan memelihara pohon itu. Mereka yang semula melecehkan, merendahkan, menghina, bahkan lebih dari itu terhadap Muhammadiyah, tetapi karena Muhammadiyah tetap menyikapi mereka dengan santun, maka mereka berubah sikap menerima, membantu, dan turut aktif mengembangkan Muhammadiyah. Muhammadiyah harus tetap tegas, tetapi santun.
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

43

HUMANIORA

Puisi-puisi Amal Sejati


PAGAR BAMBU PEKUBURAN
Selendang biru ayu wajahmu sangsi Di truk pengangkut berton-ton barang ke luar kota Pipa besi sepanjang nyawa-nyawa dipertaruhkan Menderukan senoktah kisah menghabiskan perjalanan Aksaramu melintangi hamparan ilalang menembus Tembok raksasa yang mengaral para petualang Sekalipun pohon-pohon palem melintasi tanjakan Bendungan-bendungan batu putih di batu merah tua Angin Jumat sepekan menyisiri kibaran mahkota Ketika pulang mengasapi kaca-kaca mobil Duka asmara dan sukanya mewangi parfum ekstravagansa Yang bersampiran di pagar bambu pekuburan Surabaya-Gresik-Lamongan-Babat-BojonegoroCepu, 2010

ZAMAN KALIYUGA
Air laut mengalir ke sungai Potongan-potongan gambar harta Gemilang mercusuar suluh relung hati Anak-anak kerasukan roh jahat Kekuatan dahsyat menyihir panik Zaman kaliyuga orang kaya menggamit abad Serat kalatidha kirimkan kirimkan berita duka Orang-orang ziarah kabah Berlebih mubazir sangkan paran Melambung tinggi harga bangkai Surabaya, 2011

WIRID 409
Sejatinya tengah terjadi; Sesungguhnya tengah terpikir; Sebenarnya tengah dipertimbangkan; Sepatutnya tengah disetiai; Sepantasnya tengah terabaikan; Senyatanya tengah dilakukan; Sepadanya tengah terdambakan;

44

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

HUMANIORA
Aku pun serta-merta berkaca! Aku pun lepas bebas berbias! Aku pun turut berpagut! Aku pun kalut berkerut! Aku pun secepat hasrat berambang! Aku pun kacak beriak! Yogyakarta, 2011

ZIARAH ALAM BARZAH


Tak usah berpeluh jauh-jauh menunggu Sebab di tapak kaki sendiri padang penantian Terinjak-injak tiap hari Tanya-tanya dan jawab-jawab Sudah diberikan Di sekolah-sekolah dan kampus-kampus Mulai dari harta, tahta hingga sampai senggama Sekujur bangkaiku mengembara Antara resah tersiksa dan nikmat melezatkan Yogyakarta, 2011

KEMBARA ALAM RAHIM


Kau titipkan arwah pada lautan sperma Alam kasih basah membasuh kering dinding-dinding batin Ketika para kembara berjubal-berjejal berantre ajal Bernaung seteguh sembilan rembulan berdarah-darah Bergumpalan daging-daging bertulang-tulang terbakar Memerah jelaga bara matahari Lapis tipis gelanggang zaman Hawa sembilan mengatup hawa nafsu Hanya sepusar berpusaran perjalanan Di pintu patuh dan keangkuhan Yogyakarta, 2011

MEMBARA ALAM BAKA


Menggaiblah niscaya engkau melahir ! Menjauhlah niscaya engkau mendekat ! Luas abadiku bersendeng khayal Apabila kerinduan bercampur kedamaian Tak pedulikah pekabaran sebelum kejadian Tatkala sangkakala tiup kebangkitan Yang telanjangi keaslian dari zaman ke zaman Selagi abadi masih berwujudkan Taman jahannam dan taman sorgawi Maka lancunglah sudah Kerna tak guna mata indrawi ataupun mata nurani Yang Maha Awal dan Yang Maha Akhir Aku tampak dan tersembunyi Dalam jauhar Ilahi Yogyakarta, 2011

KEMBARA ALAM MAYA


Tangis nyaris bimbang Saat angin kabarkan kesepakatan Tentang kematian dan kehidupan Dari kecil yang kerdil hingga besar yang lamkoar Bersenang-senang dan bersusah-susah Dalam pergurauan dan permainan Takkan pernah kunjung berujung Kelahirannya yang ribuan tahun itu Takkan mungkin terbayarkan utang-piutangnya Di usianya yang amat bangka Yang maha hampir dan yang maha musnah Menyulap dan menyihir dirinya menjadi abadi Terukirlah lelangit, Terpahatlah bebumi! Yogyakarta, 2011

Amal Sejati adalah penyair kelahiran Surabaya yang pernah membuat buku puisi seribu judul yang dibacakan di beberapa kota, termasuk Yogyakarta. Aktif mengikuti berbagai pertemuan dan pertunjukan sastra. Kini tinggal di Padepokan Nur Haq Madania Gedongkuning Yogyakarta.

Rubrik Humaniora ini dipersembahkan oleh

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

45

K E L U A R G A

S A K I N A H

Menantu Tak Tahu Diri


Assalamualaikum wr. wb. Ibu Emmy yth., saya Ibu dari 2 orang putri dan 1 putra, serta nenek dari 2 cucu. Dua putri saya sudah menikah. Yang pertama dengan anak satu tinggal di luar kota. Sedang putri kedua tinggal bersama saya sejak menikah 5 tahun yang lalu dan dikaruniai satu putra (3 tahun). Saya agak bermasalah dengan suami dari putri kedua saya. Ia bekerja di salah satu bank swasta dan anak saya sebagai guru. Entah saya harus bagaimana mengungkapkannya, menantu saya ini luar biasa pelit. Sejak tinggal di rumah kami, saya perhatikan dia sangat jarang membantu untuk kebutuhan sehari-hari keluarga kami, bahkan untuk urusan makan keluarganya sendiri mereka masih menggabung dengan kami. Mohon ampun ya Allah, saya mengumbar keburukan menantu saya. Sehari-hari dia pergi ke kantor dengan fasilitas sepeda motor milik suami saya. Suatu hari suami sangat membutuhkan sepeda motor tersebut karena mobilnya rusak. Tapi, menantu menolak alasannya naik kendaraan umum sulit. Akhirnya suami mengalah dan naik kendaraan umum. Dia juga sering menggunakan barangbarang milik keluarga kami seenaknya. Misalnya, menggunakan komputer kami, padahal dia punya sendiri di rumah dan jarang digunakan katanya takut rusak. Selain itu dia juga suka memindahkan barang-barang milik keluarga ke kamarnya. Misalnya, tv yang ada di ruang keluarga. Suami juga membiayai kuliahnya hingga S1. Saya sering menyarankan putri kami untuk menabung, katanya gajinya sudah habis untuk kebutuhan bulanan. Ia juga mengaku tidak diberi uang oleh suaminya, karena ia bekerja dan berpenghasilan. Saya jadi bertanya-tanya dikemanakan uangnya. Kami sudah membelikan rumah, dengan maksud agar mereka belajar mandiri hidup sendiri. Tapi, sampai sekarang belum pindah juga. Alasannya, rumahnya ingin direnovasi dulu. Sering saya bilang kepada putri saya agar menasihati suaminya. Tapi, selalu saja membuat putri saya tertekan. Saya juga sudah bicara pada menantu saya, agar ia lebih bertanggung jawab pada istri dan anaknya. Ia menjawab, Iya, iya, tanpa mau berubah. Bagaimana saya harus menghadapinya? Mohon nasihatnya. Atas jawaban Bu Emmy terima kasih. Wassalamualaikum wr wb. Ibu S, di kota X. Waalaikumsalam wr. wb. Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi pada anak yang sudah menikah dan tinggal bersama orangtuanya. Anak dan menantu dikuasai yang punya rumah, ini yang lebih sering terjadi. Atau anak dan menantu yang merajai. Dan ini rupanya yang terjadi pada Ibu. Keluarga adalah sebuah sistem, bahwa subsistem yang lemah akan dipengaruhi subsistem yang lain yang lebih kuat. Bila dalam keluarga dapat mencapai keseimbangan karena hubungan yang terjadi dilandasi rasa hormat, toleransi dan kejujuran, maka hubungan akan menumbuhkan kualitas kepribadian semua orang yang ada di dalamnya. Karena tiap anggota keluarga saling menukarkan energi positif. Akan tetapi, bila ada pihak yang merasa terintimidasi, terampas haknya dan merasa berbuat lebih banyak, maka suhu di rumah menjadi panas dan cenderung memicu timbulnya konflik. Seandainya, saat menantu akan melakukan hal-hal yang terasa sepele, sudah ada tindakan nyata dari Ibu dan suami, peluang untuk membuat menantu tidak berperilaku kebablasan masih terbuka. Tapi, sekarang ia sudah terlalu nyaman dan merasa berhak memiliki apa yang ada di rumah. Milikmu milikku, milikku ya milikku sendiri. Bila dicermati, yang menjadi sumber dari masalah ini adalah rasa sungkan, menghindari konflik dan berpura-pura bahwa tidak ada masalah dalam keluarga. Padahal sebetulnya ada. Dan ada hal yang mungkin dilupakan oleh Ibu dan suami bahwa anak yang sudah menikah, harus memiliki kehidupan sendiri. Saya sepakat dengan Ibu bahwa menantu sudah terlalu luas zona nyamannya. Karena rumah pun sudah dibelikan, kini saatnya Ibu dan suami tega untuk menyapih keluarga putri Ibu. Sebaiknya tidak melalui rundingan atau himbauan, tapi katakan secara tegas bahwa kini sudah saatnya mereka harus hidup dengan kemandirian mereka. Bisa saja Ibu melakukan secara bertahap, misalnya, katakan bahwa suami akan melakukan servis mobil secara besar-besaran. Maka, sepeda motornya akan dipakai suami Ibu. Kepada putri Ibu bicara dari hati ke hati bahwa ini adalah upaya agar suaminya mengubah pola pikirnya. Bekali putri Ibu dengan pemahaman bahwa kini saatnya untuk belajar hidup mandiri. Mumpung ayah dan Ibu masih bisa mendampinginya dan memberi semangat. Bagaimana bila menantu memusuhi Ibu dan Suami? Kemungkinannya besar, tapi berbesar hatilah untuk tetap menunjukkan bahwa mertuanya tetap peduli. Namun, kali ini diiringi dengan garis tegas antara rumah tangga Ibu dan rumah tangga menantu. Dampingi terus anak dengan tetap menjaga hubungan dengannya, misalnya, mengirim makanan kesukaan cucu atau menantu. Semoga Ibu diberi kekuatan oleh Allah untuk bisa bersikap lebih tegas pada menantu dan putri Ibu dan berakhir dengan lebih membahagiakan semua. Amin.

Kami membuka rubrik tanya jawab masalah keluarga. Pembaca bisa mengutarakan persoalan dengan mengajukan pertanyaan. Pengasuh rubrik ini, Emmy Wahyuni, S.Psi. seorang pakar psikologi, dengan senang hati akan menjawabnya.

46

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

KRONIK DUNIA ISLAM

Kemenangan FJP Dibayangi Kudeta?


esir mengakhiri pemilu parlemen tahap ketiga, Rabu (4/1) malam. Pusat data Ikhwanul Muslimin melaporkan, Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) kembali meraih kemenangan mayoritas, seperti dikutip AlJazeera. Pemilu tahap ketiga ini meliputi sembilan provinsi yang tersisa, yaitu Daqhiliyah, Gharibiyah, Marsa Matrouh, Sinai Utara, Sinai Selatan, Qalyubiah, New Valley, Minya dan Qena. Kemenangan FJP yang tak lain adalah Ikhwanul Muslimin di tahap pertama dan kedua telah menimbulkan keprihatinan di Barat tentang masa depan hubungan Kairo dengan Washington serta masa depan perdamaian dengan Israel. Keprihatinan itu diperkuat karena partai Salafi An-Nur berada di posisi kedua dalam pemilihan sejauh ini. Seperti diberitakan sebelumnya, pada pemilu putaran pertama FJP meraih 36,6% suara. Disusul Partai An-Nur di urutan kedua dengan 24,4% suara. Pada pemilu parlemen tahap kedua, FJP memimpin dengan perolehan suara sebanyak 4.058.498. Diikuti di tempat kedua Partai An-Nur dengan jumlah suara 3.216.430. Sementara di kalangan partai sekuler, yang berhasil mendulang suara lebih dari satu juta hanya Partai Wafd dengan 1.077.244 suara. Pernyataan mengejutkan datang dari pentolan partai berkubu sosialis yang tak laku, Abdul Rahman Khair. Khair memprediksi kemungkinan terjadinya kudeta militer jika partai Islam itu nanti membentuk pemerintah. Selain itu, menurut Khair, kemenangan partai Islam juga tidak disukai negara-negara Barat dan kaum sekularis yang didukung Amerika dan kepentingan Zionis-Israel. Menurut para pengamat, pasca rezim-rezim tiranik di dunia Arab dan Afrika Utara, seperti Zine el Abidin ben Ali, Hosni Mubarak, Ali Abdullah Saleh, Muammar Gaddafi, Bashar alAssad, dan sejumlah negara lainnya, seperti Maroko, Aljazair, dan Yordania, kekuatan politik Islam akan mengambil alih kekuasaan di sejumlah negara. Sesudah Partai An-Nadhah yang dipimpin Prof Rashid Ghannoushi memenangkan pemilu Tunisia, disusul Partai Islam Keadilan Maroko, juga memenangkan pemilu di negeri Afrika Utara itu. Sementara itu, pemilu di Mesir, negeri yang paling besar penduduknya di dunia Arab yang jumlahnya mencapai 86 juta, nampaknya Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP), yang didirikan Jamaah Ikhwanul Muslimin memenangkan pemilu. Kemenangan Partai Kebebasan dan Keadilan semakin mengokohkan perubahan di dunia Arab dan Afrika menuju Islam. Ikhwanul Muslimin, sebuah Jamaah yang tertua dan lahir pada 1928, didirikan Hasan al-Banna, layak mendapatkan dukungan politik dari rakyat Mesir. Kelompok Islam yang terorganisasi dengan sangat baik ini memiliki pengalaman politik yang sangat luar biasa menghadapi para rezim tiranik. Mereka menghadapi

kehidupan politik yang sangat keras, hampir satu abad. Para pemimpin mereka terus berjuang dengan sabar menghadapi penindasan politik. Bahkan banyak para tokohnya yang syahid, termasuk pendirinya Hasan al-Banna yang tewas ditembak aparat penguasa Mesir. Sebagian diantara mereka ada yang dihukum gantung, seperti Sayyid Qutb, Abdul Qadir Audah, dan sejumlah tokoh Ikhwan lainnya, yang menolak mendukung Presiden Gamal Abdul Nasser. Para pengamat melihat, keberhasilan kekuatan politik Islam dalam pemilu Mesir, yang mempunyai posisi strategis secara geopolitik, selanjutnya akan mempunyai spektrum politik yang luas bagi dunia Arab dan Afrika Utara. Ini akan terus mendorong perubahan di seluruh kawasan. Kemenangan kekuatan politik Islam itu, karena faktor keikhlasan dan kesabaran serta kesungguhan para pemimpin yang sudah menghadapi penindasan, tanpa harus bersikap pragmatis dan oportunis terhadap para penguasa yang tiranik Ali Khafagi, pemimpin komite pemuda Partai Kebebasan dan Keadilan, mengatakan, tujuan Ikhwan adalah mengakhiri korupsi dan melakukan reformasi dan pembangunan ekonomi. Prioritas Jamaah Ikhwan melalui Partai Kebebasan dan Keadilan adalah memberantas kemiskinan, yang menjadi warisan Hosni Mubarak. Mungkin langkah pertama yang akan dilakukan Partai Kebebasan dan Keadilan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memerangi kemiskinan, dan meyakinkan para pemilih, mereka mampu mengatasi problem rakyat Mesir, yang sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun. Setiap pemerintah baru harus bergulat dengan krisis ekonomi yang memaksa mata uang Mesir ke level terendah dalam hampir tujuh tahun ini. Investasi di Mesir juga turun drastis akibat revolusi, termasuk di bidang parawisata. Sesudah Partai Kebebasan dan Keadilan memenangkan pemilu, kemungkinan segera akan membentuk pemerintahan baru. Posisi perdana menteri kemungkinan akan jatuh kepada Partai Kebebasan dan Keadilan. Hal itu, seperti dikemukakan pemimpin Partai Kebebasan dan Keadilan beberapa waktu lalu. Sejarah baru di dunia Arab dan Afrika Utara berubah. Di mana rezim-rezim tiranik yang nasionalis dan sekuler berakhir dan ditumbangkan kekuatan rakyatnya. Sekarang kekuatan baru yang digerakkan kaum Islamis mengambil alih kekuasaan. Namun, tidak sedikit para pemimpin dan tokoh gerakan Islam yang jatuh tertelungkup, sesudah menggapai kekuasaan dan meninggalkan tugasnya yang asasi, menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran agama Islam. Karena, demokrasi bisa menjadi candu yang menggerogoti komitmen mereka dalam menegakkan Islam, dan mengkompromikan dengan kepentingan duniawi. (ham dari berbagai sumber)
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

47

HADLARAH

MADINAH:

KOTA PILIHAN NABI


SURAWAN

Madinah adalah kota suci bagi umat Islam. Di kota ini, terdapat masjid Nabawi yang merupakan pusat kekuasaan umat Islam. Di Madinah, Nabi Muhammad saw membangun masyarakat Islam yang terbuka dan penuh toleransi.
Madinah Pada masa pra-Islam, kota ini dikenal dengan nama Yatsrib. Menurut Abdussalam Hasyim Hafidz, dalam Madinah alMunawwarah fi al-Tarikh nama Yatsrib merujuk pada sebuah peristiwa bersejarah pada masa Nabi Nuh. Dikisahkan, ketika Tuhan menurunkan azab melalui banjir, Nabi Nuh bersama pengikutnya yang berada di dalam perahu terdampar di tempat ini. Namun, mereka tidak tinggal lama di Yatsrib karena memilih untuk tinggal di Juhfah. Kota ini pernah menjadi tempat Dinasti Amalekit yang berpusat di Mesir. Sebagian dari dinasti ini menempati Makkah dan Madinah. Namun, setelah Nabi Musa berhasil mengalahkan Firaun, beliau dan pengikutnya mulai berdatangan ke tempat ini. Sejak itulah, orang-orang Yahudi menempati kota ini untuk pertama kalinya. Jauh sebelum Islam datang, orang-orang Yahudi sudah menjadi pribumi di Yatsrib, khususnya kalangan bani Aus dan Khazraj yang merupakan kelompok mayoritas. Pada saat Nabi Muhammad saw dan rombongannya datang ke Madinah, mereka sebagai minoritas. Meskipun demikian, mereka disambut dengan penuh kekeluargaan dan diperlakukan dengan sangat baik oleh kelompok mayoritas. Bahkan, di dalam Kitab mereka disebutkan, suatu saat nanti akan datang utusan
48
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

Tuhan bernama Muhammad. Berdasarkan fakta ini dapat dipahami bahwa pemahaman mereka terhadap ajaran yang dibawa Nabi Muhammad mengenai monoteisme tidak bertentangan dengan monoteisme yang menjadi keyakinan mereka. Terlebih lagi, ajaran yang dibawa Nabi Muhammad mempunyai garis hirarkis dengan hanifisme Ibrahim. Hal ini, terbukti ketika mereka bertemu di Makkah setiap tahun menunaikan haji. Di lain sisi, Yahudi dan Muslim mempunyai hubungan yang kuat dengan Ibrahim. Jika kalangan Muslim mempunyai garis geneologis dengan Nabi Ismail, maka kalangan Yahudi mempunyai garis geneologis dengan Nabi Ishak. Keduanya adalah putra dari Nabi Ibrahim. Pada mulanya, Madinah merupakan tempat bertemunya keragaman penganut agama-agama, khususnya Yahudi dan Islam. Madinah merupakan representasi modernitas, karena mampu menjadikan kemajemukan sebagai kekuatan untuk membangun sebuah masyarakat yang menjunjung tinggi kesetaraan, persamaan, keadilan, dan perdamaian. Sayangnya, kondisi ini tidak bertahan lama karena terjadi peperangan. Madinah memiliki keunikan tersendiri dibandingkan kotakota Islam lainnya. Di dalam sejarah, Madinah mempunyai

HADLARAH
kurang lebih 95 nama. Hal tersebut tidak lain mengacu pada keistimewaan dan keagungan kota ini. Nama Yatsrib sebagaimana telah dijelaskan, mengacu pada penduduk yang pertama kali menempati negeri ini, yaitu Nabi Nuh dan para pengikutnya. Namun, setelah Nabi Muhammad hijrah ke kota ini, beliau mengganti nama Yatsrib menjadi Madinah. Ada yang mengatakan, sebelum diubah menjadi Madinah, orang-orang Yahudi yang berasal dari keturunan Aramaik, yaitu orang-orang Yahudi keturunan Arab, telah mengubah kata Yatsrib ke dalam bahasa Aramaik, yaitu Madinta. Madinah berarti kota atau tempat orang-orang yang berperadaban atau berkeadaban. Secara subtantif, penggantian nama dari Yatsrib ke Madinah merupakan inisiatif yang tepat karena sejak kedatangan Nabi Muhammad, tempat tersebut menjadi kota yang menghargai kemajemukan. Menurut Muhammad Jabir al-Anshari, dalam Sosiologiyya al-Islam, menyebutkan bahwa Madinah merupakan potret transisi perilaku nomaden (al-badawah) menuju modernitas (al-madinah). Makkah adalah potret masyarakat yang nomaden karena faktor geografis dan sosialogis masyarakatnya. Begitu pula dengan Madinah, yang merupakan wujud modernitas, berbagai kelompok agama dan lapisan masyarakat dapat hidup berdampingan secara damai. Setelah dikukuhkan sebagai negeri bagi umat Islam, nama-nama lain pun mulai diberikan kepada Madinah, antara lain al-Muninah, al-Mahbubah, alMuqaddasah, al-Barah, Darul Abrar, Ardlullah, Thabah, Tayyibah, Sayyidat al-Buldan, Darussalam, al-Muharramah, al-Mubarakah, al-Mahrusah, al-Mahrumah, al-Jabbarah, alMukhtarah, al-Qashimah, al-Fadlihah, Haramu Rasulillah, alMuwaffiyah, Dat al-Harar, Qalb al-Iman, Akalat al-Quran, Qubbat al-Islam, al-Mashumah, al-Iman dan al-Dar. Muhammad dan Madinah Ketika Nabi Muhammad tiba di Madinah pertama kali disambut dengan meriah oleh penduduk layaknya tamu agung. Bahkan, dikabarkan berhari-hari sebelum sampai di Madinah, para penduduk kota tersebut sudah tak sabar menunggu. Mereka berdiri di bawah terik matahari menanti kedatanganya. Akhirnya, Muhammad sampai di Madinah pada 12 Rabiul Awwal 1 H bertepatan dengan 22 September 622 M. Selama 14 hari pertama, Nabi Muhammad saw tinggal di kediaman Banu Amr bin Auf. Beliau merasa nyaman karena persaudaraan yang begitu hangat dari penduduk setempat. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Madinah memiliki karakter yang kuat dalam menghargai tamu. Madinah merupakan kota pilihan yang tepat untuk mengukuhkan nilai-nilai kemanusiaan universal yang dapat membangkitkan ghirah monoteisme. Setelah di Madinah, Nabi saw melakukan kebijakan: membangun masjid, membentuk masyarakat Islam dan meletakan dasar-dasar ekonomi-politik Islam. Langkah pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad adalah membangun masjid. Langkah ini merupakan bukti bahwa ajaran yang diusung oleh Nabi saw adalah semata-mata mendekatkan diri kepada Allah SwT. Pembangunan masjid pun terbilang lancar dan mulus, karena tidak mendapat tentangan dari penduduk Madinah. Masjid ini didirikan di atas tanah milik Sahl dan Suhail bin Amr. Dalam perkembangannya masjid ini diberi nama Masjid Nabawi. Prinsip kepemimpinan yang ditanamkan Nabi Muhammad adalah prinsip kejujuran, keadilan dan kearifan baik kepada Muslim maupun non-Muslim. Beliau adalah simbol kepemimpinan yang sederhana, penuh toleransi dan mempunyai komitmen yang tinggi atas monoteisme. Secara garis besar, kebijakan Nabi Muhammad saw dalam membangun masyarakat Islam terbagi menjadi dua, yaitu: persaudaraan sesama umat Islam (ukhuwah al-Islamiyah) dan persaudaraan dengan orang non-Muslim (ukhuwah wathaniyah). Untuk memperat hubungan sesama umat Islam, Nabi Muhammad mempersaudarakan orang-orang yang pindah dari Makkah ke Madinah (muhajirin) dengan orang-orang yang tinggal di Madinah (anshar). Hal ini dilakukan Nabi saw untuk membangun persaudaraan yang bisa menjamin lahirnya peradaban maju dan berkeadaban. Beliau menumbuhkan sikap mengutamakan kepentingan orang lain dan persaudaraan di antara kalangan Muslim. Contoh persaudaraan dari kaum Muhajirin dan Anshar adalah dengan mempersaudarakan antara Abdurrahman bin Auf dengan Saad bin Rabi. Selain mempersatukan antara umat Islam, Nabi saw juga bekerjasama dengan orang non-Muslim dalam hal ini adalah kaum Yahudi. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan, ketentraman dan kedamaian di antara penduduk Madinah. Perjanjian antara Nabi saw dengan kaum Yahudi di Madinah disebut dengan Piagam Madinah. Piagam tersebut telah menjadi inspirasi bagi banyak kalangan untuk membangun harmonisasi dan toleransi. Dalam masyarakat yang multikultural dan kemajemukan, piagam tersebut merupakan inspirasi agar kemajemukan menjadi kekuatan. Setelah tatanan sosial masyarakat kondusif dan Madinah semakin banyak dikunjungi dari berbagai kabilah di Jazirah Arab, selanjutnya Nabi saw menerapkan dasar-dasar pemerintahan dan ekonomi berdasarkan ke-Islaman. Dalam ekonomi Islam, Nabi saw mengajarkan kesetaraan antara kesejahteraan sosial dan individu, bukan bersaing atau berlawanan. Karena Islam mendorong adanya kerjasama, guna mengembangan hubungan antara individu. Guna memelihara sistem tersebut tetap ideal, Islam tergantung pada pendidikan dan latihan moral. Pendidikan menurut Islam sebagai alat yang efektif untuk menciptakan semangat kerjasama, saling cinta dan tolong menolong sesama umat Islam. ___________________________________________________ Penulis adalah Guru PAI SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta dan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

49

WAWASAN

DEMOKRASI RELIGIUS UNTUK INDONESIA


MUHAMMAD AZHAR

elalui tulisan ini, penulis ingin mengkaji kembali wawasan tentang Islam dan demokrasi serta implementasinya bagi masa depan keindonesiaan kita. Tulisan ini anggap saja sebagai pembuka diskusi tentang topik tersebut. Karena menurut pengamatan penulis, perspektif demokrasi untuk Indonesia tampaknya masih dalam tahap proses perumusan konseptual, yang akan berlanjut pada dataran operasional-institusional. Usia reformasi politik Indonesia sejak 1998 tentunya relatif masih jauh dari kemapanan konseptual maupun pematangan institusionalisasi berbagai pikiran baru, sebagaimana yang dilontarkan para tokoh reformasi kita. Terjadinya berbagai paradoks politik di Tanah Air seperti berbagai dampak destruktif dari pilkada, reformasi birokrasi yang lamban, maupun carutmarut sosial lainnya, sedikit-banyakwalau bukan satusatunyaadalah akibat dari belum terumuskan secara lebih clear, tentang konsep demokrasi yang kultural keindonesiaan. Hal itu, belum lagi bila dikaitkan dengan agama Islam yang menjadi agama mainstream rakyat di negeri ini. Jangan-jangan rumusan undang-undang serta peraturan-peraturan di bawahnya belum memiliki dasar yang kokoh dari bangunan ideologi politik yang bernama demokrasi ala Indonesia. Demokrasi Religius Menurut penulis, dalam rangka mewujudkan relasi yang ideal antara negara dan agama di masa depan, penting diupayakan terealisirnya konsep demokrasi yang religius. Demokrasi intinya adalah vox vovuli vox dei: suara rakyat adalah suara Tuhan. Istilah demokrasi berasal dari kata demos dan kratos, yang mengandung arti pemerintahan oleh rakyat yang pada awalnya dilembagakan di Athena pada abad V dan IV SM. Namun demokrasi model Athena ini dikritik oleh Plato dan Aristoteles. (Lihat: Demokrasi dan Proses Politik dalam Prisma, 1986: ix). Walaupun sistem politik demokrasi Athena dikritik oleh keduanya dan dianggap berbahaya, namun ada beberapa prinsip yang menarik untuk dicermati yakni keterlibatan langsung para warganegara dalam pengambilan keputusan politik. Terdapat ekualitas politik dan hukum bagi semua warganegara. Terjaminnya kebebasan politik dan kewarga-negaraan bagi semua penduduk. Diberlakukannya voting atau pemungutan
50
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

suara untuk mengetahui aspirasi semua warga negara. Pandangan Abdul Karim Soroush dalam Menggugat Tradisi dan Otoritas Agama (2000: 195) tentang demokrasi cukup menarik untuk dicermati. Menurut Soroush, demokrasi mengindikasikan adanya pemisahan kekuasaan, wajib belajar untuk masyarakat umum, kebebasan dan otonomi pers, kebebasan ekspresi, dewan musyawarah pada beragam tataran pembuat keputusan, partai politik, pemilu, dan parlemen adalah metode untuk mencapai dan mengadakan demokrasi. Terdapat beberapa pandangan tentang demokrasi dan kaitannya dengan agama di kalangan pemikir Muslim, yang secara umum terbagi tiga: kelompok yang menolak demokrasi secara total; pendukung demokrasi murni (nasionalis-sekuler); dan kelompok yang mencoba mengintegrasikan antara konsep demokrasi dengan nilai-nilai agama. Dalam pembacaan penulis, Abdul Karim Soroush termasuk kelompok ketiga ini. Dalam perspektif Abdul Karim Soroush, konsep demokrasi bisa dipisah dari paham liberalisme sebagaimana demokrasi sosial yang memisahkannya. Maka demokrasi religius pada hakikatnya dua hal yang bisa dipersandingkan (Soroush, 2000: 200). Lebih lanjut ia menyatakan, Dalam kultur masyarakat sekuler, Pemerintah bertindak seakan tanpa Tuhan, semua perencanaan politik hanya untuk kepuasan manusia. (Ibid., hlm. 178). Sistem politik demokrasi pada hakikatnya berbeda dengan sistem kepemimpinan Paus dalam agama Katolik maupun khalifah yang kedua-duanya mempersembahkan kehidupan politik umat atau masyarakat semata-mata hanya untuk Tuhan. Menyandingkan Demokrasi Lebih lanjut Soroush mengemukakan tentang kemungkinan bagi masyarakat Islam untuk mempersandingkan antara kehidupan politik berdemokrasi dengan tetap menghormati eksistensi Tuhan, walaupun terasa sulit untuk mewujudkannya. Kesulitan ini, lanjut Soroush, karena tiga hal. Pertama, perlunya mewujudkan keselarasan antara suara rakyat dengan restu Tuhan. Kedua, bagaimana mewujudkan kesesuaian antara urusan agama dan non-agama. Ketiga, bagaimana suatu pemerintahan dapat berbuat secara benar terhadap rakyat dan Tuhan sekaligus. Di sinilah, kata Soroush, para pemikir Muslim maupun kaum demokrat jarang sekali mengkaji tentang hak-

WAWASAN
hak Tuhan dalam wilayah kajian yang berkaitan dengan hak manusia. Selanjutnya Soroush menjelaskan bahwa pada hakikatnya ada titik temu atau kesamaan nilai, baik dalam agama maupun di luar agama, seperti nilai kebenaran, keadilan, kemanusiaan, tanggungjawab publik, dan sebagainya. Hanya saja upaya pengkajian nilai-nilai tersebut memerlukan adanya argumen yang rasional, manusiawi dan non-agamis. Adapun prasyarat bagi terwujudnya sistem demokrasi religius tersebut sangat membutuhkan data sejarah yang lebih rinci serta nalar kolektif (partisipasi publik), bukan nalar individual. Beradasarkan uraian pandangan Soroush di atas, penulis menyimpulkan bahwa terdapat beberapa poin penting untuk terciptanya suatu sistem politik atau sistem sosial yang bernuansa demokrasi religius, yakni: adanya keselarasan antara hak dan restu Tuhan dengan hak manusia; terciptanya masyarakat yang toleran, menghargai pluralitas, tidak truth claim, jauh dari sikap etnosentris-rasis-sektarian maupun diskriminatif; pentingnya rasionalitas dalam interpretasi teks keagamaan seperti kasus budak (human trafficking) yang kontekstual dihadapi oleh AlQuran untuk dipungkasi secara bertahap; pentingnya pemisahan agama dan politik, namun jalannya kehidupan politik, secara substansial, dikontrol oleh nilai agama. Sebaliknya, sistem politik yang berlangsung juga harus mengakomodasi nilai agama yang objektif. Poin-poin lainnya yang juga menarik untuk didiskusikan adalah: objektivikasi nilai-nilai agama yang bersifat adil, benar dan humanis; memiliki komitmen terhadap konsep keamanan dan kesejahteraan masyarakat; antikekerasan dalam segala perjuangan aspirasi pribadi maupun kelompok. (Lebih memilih jalur parlemen dan konstitusional dalam perjuangan sebuah aspirasi. Ketidaksetujuan umat terhadap yang merugikan atau dianggap menodai agama harus disalurkan melalui perwujudan undang-undang yang diperdebatkan secara terbuka dan demokratis.); Bersikap bebas namun tetap bertanggungjawab; mengedepankan substansi keagamaan, bukan formalitas agama; pentingnya konvergensi antar nalar akal dan wahyu secara terus-menerus. Menurut penulis sendiri, secara filosofis dan konseptual, demokrasi memiliki dua konsep, baik demokrasi yang objektif (vox vovuli vox dei) maupun demokrasi yang subjektif yakni konsep demokrasi yang sudah dipersandingkan dengan suatu paham tertentu, seperti: liberal democracy, social democracy, demokrasi terpimpin, demokrasi Pancasila dan konsep demokrasi religius (religious democracy). Penulis adalah Dosen Fakultas Agama Islam UMY

Tujuh tokoh Asiyiyah generasi pertama: Siti Walidah, Siti Bariyah, Siti Munjiyah, Siti Aisyah, Siti Badilah, Siti Hayinah, dan Siti Umniyah. Mereka adalah SRIKANDI-SRIKANDI AISYIYAH

Telah terbit buku Srikandi-srikandi Aisyiyah


Penulis Cetakan Tebal Harga : Muarif & Hajar Nur Setyowati : Pertama, 2011 : 137 + xvii hal. : Rp. 30.000,-

Segera pesan di Toko Suara Muhammadiyah Jl. K.H.A. Dahlan 43 Yogyakarta 55122 Tlp. (0274) 376955. Fax. 411306

MAKLUMAT
Assalamualaikum Wr. Wb. Sehubungan dengan banyaknya kiriman uang tanpa nama melalui Bankers Suara Muhammadiyah : BNI, BNI Syariah, BRI, BPD, Giro Pos, Muamalat, CIMB Niaga Syariah, mohon supaya mengirimkan berita/fak resi setoran ke Suara Muhammadiyah agar kami mudah membukukan kiriman nafkah majalah sesuai dengan perhitungan Bapak/Ibu/Saudara. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan banyak terima kasih. Informasi lebih lanjut hubungi : Drs. H. Mulyadi (Kabag. Keuangan) Telp. (0274) 376955, Fax. (0274) 411306, call/sms : 081 904 18 1912. Wassalamualaikum Wr. Wb.
51

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

WAWASAN

MUHAMMADIYAH

MELEK INFORMASI
RONI TABRONI

Kesadaran bermedia di kalangan Muhammadiyah sudah tumbuh sejak tahun 30-an. Selain menerbitkan media massa, Muhammadiyah juga membentuk Bagian Pustaka sebagai salah satu lembaga Muhammadiyah paling awal. Artinya, kepedulian terhadap hal-hal yang terkait informasi sudah tertanam sejak awal di Persyarikatan Muhammadiyah. Sebagai salah satu Ormas yang bercorak pembaharu, Muhammadiyah senantiasa melakukan adaptasi terhadap perkembangan media informasi.
samping beberapa media lain yang diterbitkan oleh lembaga dan atau majelis di tingkat pusat maupun di wilayah dan daerah. Masalah Media Online Perkembangan teknologi yang masuk pada babak baru adalah internet. Sebagai salah satu media informasi yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini, Muhammadiyah melakukan penyesuaian dengan membuat situs yang memiliki konten sangat kaya dan informatif. Keberadaan situs www.muhammadiyah.or.id sudah cukup untuk mewadahi berbagai informasi yang bisa menjelaskan apa itu Muhammadiyah dan apa saja aktivitas Muhammadiyah, walaupun belum tercover semua. Di tengah dunia yang selalu berubah, Muhammadiyah dengan medianya, baik cetak (majalah) maupun online-nya setidaknya mengalami dua persoalan. Pertama, kurangnya partisipasi warga Muhammadiyah untuk mengisi media tersebut. Terlebih ketika website Muhammadiyah dibuat dengan menyediakan lebih dari 500 sub domain, maka hal yang paling dihawatirkan adalah keberadaan sub domain yang tetap kosong tanpa isi karena tidak dimanfaatkan oleh kader-kadernya. Kedua, stagnasi konten media dihawatirkan akan menimbulkan kejenuhan bagi pembacanya karena karakteristik dari media online ada pada dinamisasi, bukan hanya bagus tampilannya. Dua persoalan di atas paling tidak diakibatkan oleh dua hal pula. Pertama, pembuatan media (khususnya online) tidak disertai dengan edukasi kepada warganya. Hal ini yang membuat penyediaan konten bagi pengelola website menjadi berat. Di satu sisi harus meliput berbagai aktivitas Muhammadiyah, di sisi lain kekurangan personil untuk melakukan aktivitas tersebut. Masalah ini yang harus diantisipasi oleh Majelis Pustaka dan

U
52

ntuk memegang kunci peradaban, gerakan keilmuan sudah dipelopori oleh bagian pustaka yang dideklarasikan beserta empat lembaga lainnya. Dalam perkembangannya, baik Muhammadiyah maupun Aisyiyah selalu akrab bukan hanya dengan buku, tetapi juga dengan media massa. Walaupun dalam catatan sejarah Muhammadiyah pernah memiliki media massa yang bercorak umum namun tidak bertahan, secara konsisten media internal tetep terbit hingga hari ini yaitu Suara Muhammadiyah dan Suara Aisyiyah, di
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

WAWASAN
Informasi PP Muhammadiyah periode saat ini. Kedua, belum tumbuhnya kesadaran di kalangan kader Muhammadiyah juga Ortomnya untuk menjadi bagian dari media online tersebut. Paradigma konsumen (download) dalam media online sebenarnya telah lewat, dan saatnya kini adalah setiap kader Muhammadiya juga menjadi produsen. Sehingga ke depan akan muncul generasi prosumen (produsen sekaligus konsumen) dari konten media online tersebut. Beberapa saat ke belakang, kita berada pada abad informasi, artinya orang yang menguasai dunia adalah orang yang paling banyak informasinya. Sumber-sumber informasi ada di media dengan segala bentuk, mereka akan sebanyakbanyaknya mencari informasi agar dia tetap eksis, bahkan paling eksis dan berkuasa. Namun sekejap kemudian sesungguhnya kita sudah melewati abad itu dan kini kita berada di abad kreativitas. Artinya, siapa yang kreatif memanfaatkan media dialah yang menguasai dunia. Melek Informasi Bagi kader Muhammadiyah, membaca media saja tidak cukup. Dewasa ini, bagaimana setiap kader Muhammadiyah dapat berkontribusi dalam penciptaan konten media melalui kolaborasi informasi yang dilakukan secara sederhana namun terstruktur. Inilah yang kemudian kita sebut sebagai kader Muhammadiyah melek informasi. Kader Muhammadiyah aktif dalam penciptaan makna dan berkontribusi dalam memberikan informasi kepada publik. Hal ini bisa dilakukan olah siapa saja, kapan saja dalam posisi di mana saja. Untuk itu ada beberapa hal yang penting untuk digarisbawahi. Pertama , setiap kader Muhammadiyah memunculkan sensitivitasnya dengan kemampuan analisis sosial (sense of news). Setiap orang baik di kota maupun di desa, selalu menemukan hal-hal unik, peristiwa menarik dan kejadian luar biasa. Dalam peroses kehidupan normal kita selalu menganggap bahwa hal itu tidak perlu diinformasikan karena memang biasa bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya. Pertanyaanya, apakah hal itu juga biasa-biasa saja bagi orang lain? Belum tentu, hal-hal yang menurut kita biasa bisa jadi bagi orang lain sangat luar biasa. Kemampuan untuk menanamkan sensivitas terhadap nilai berita bisa dimunculkan dengan melakukan kategorisasi terhadap fenomena sosial yang terjadi di sekitar kehidupannya. Fenomena keluarga yang sepuluh tahun tinggal di kandang kambing, seperti yang terjadi di Sukabumi misalnya, mungkin bagi warga sekitar tidak istimewa. Namun ketika dibuka ke publik, ternyata menjadi pemberitaan nasional dan dapat menggerakan masyarakat lain untuk mencari solusi atas persoalan sosial tersebut. Dalam waktu sekejap, keluarga tersebut selamat dan kini hidup layak seperti yang lain. Kedua, kemampuan masyarakat untuk memproduksi informasi. Setiap berita memang memerlukan teks, agar informatif. Karena itu kemampuan membuat berita bagi kader Muhammadiyah sangat penting. Yang harus dibedakan adalah paradigma pembuatan berita yang hari ini masih monopoli para wartawan profesional. Wartawan membuat berita tentu ada kepentingan komersial, sebab mereka bekerja di sebuah industri, karenanya banyak aturan dalam pembuatan beritanya. Dalam hal ini intinya adalah bagaimana kader Muhammadiyah dapat membuat teks yang keluar dari struktur pembuatan berita yang rigid dan konvensional. Bagi warga masyarakat biasa, memproduksi berita adalah menyampaikan informasi apa adanya, tidak perlu kaidah-kaidah jurnalistik yang mengikat, gaya bahasa yang mendayu dan sebagainya. Dengan gaya bahasa masyarakat sendiri dan cara penulisan bebas, yang penting informatif, itu sudah sangat cukup. Ketiga , kemampuan penggunakan teknologi secara produktif. Media teknologi dalam term Muhammadiyah melek informasi tidak melulu internet, komputer atau lap top, tetapi semua potensi teknologi yang bisa dimanfaatkan. Jika hari ini hampir tidak ada kader Muhammadiyah yang tidak punya handphone (HP), maka itulah potensi yang harus dioptimalkan. Artinya bagaimana mereka dapat memanfaatkan HP untuk kepentingan membagi informasi. Mengetik berita bisa dilakukan dengan menggunakan HP, walaupun model lama. Jika HP bisa dipakai untuk mengirim SMS, maka itulah modal penting untuk mengirimkan sebuah berita. Terlebih jika HP-nya sedikit maju dengan fasilitas foto, video, atau bisa internet. Hal itu akan lebih mempermudah dan memperkaya konten, sebab nanti yang dikirim tidak hanya teks tetapi juga gambar. Dengan memanfaatkan teknologi seperti ini, artinya setiap kader Muhammadiyah sudah bisa mencari, membuat dan mengirim berita. Sehingga semua kader Muhammadiyah adalah reporter yang bertugas meliput berbagai informasi yang ada di sekitar dirinya dan rumahnya, tidak perlu jauh-jauh dari situ. Keempat, diperlukan kekuatan penghubung, yakni aktivitas menyambungkan konten yang mungkin lokal bahkan hyper lokal yang dimuat di web milik Muhammadiyah kepada media mainstream. Walaupun media-media alternatif dan media sosial sangat akrab di masyarakat, namun untuk mempublikasikan sebuah isu secara massif tetap harus berkolaborasi juga dengan media mainstream baik cetak maupun elektronik. Di samping itu, menghubungkan antara fenomena sosial yang terjadi di masyarakat dengan sumber-sumber kekuatan baik finansial, politik, budaya, maupun komunitas masyarakat lain yang memiliki kepedulian. Fakta yang terjadi di Sukabumi seperti dijelaskan di atas ternyata dengan kekuatan penghubung baik ke media mainstream maupun ke sumber donatur terbukti bisa menyelesaikan persoalan yang terjadi dalam rentang waktu sepuluh tahun hanya dalam hitungan hari, sebab banyak orang yang tergerak untuk turut menyelesaikan apa yang menjadi persoalan di masyarakat yang sesungguhnya mungkin jauh dari tempat tinggalnya. ____________________________________________________ Penulis adalah Wakil Sekretaris Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

53

DI ANTARA KITA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

KAMPUS UNGGUL DAN ISLAMI


HM IDRIS

Rektor Universitas Muhammadiyah Pelembang

Perkembangan dan kemaerubahan zaman mau juan perguruan tinggi Muhampun perubahan gene madiyah, tentunya bukan saja rasi, menuntut adanya menguntungkan Muhammadiperubahan paradigmatik mauyah semata, namun juga sangat pun strategi dalam diri seseberarti bagi masyarakat setemorang untuk menjalani kehiduppat. Sebab, sebagai lembaga an ke depan. Begitu pula halnya amal usaha yang mempunyai bagi seorang pemimpin yang peran menyampaikan misi dakbergerak dalam bidang pendiwah Persyarikatan. PTM memildikan, seperti dalam Perguruan iki posisi yang sangat tepat. Tinggi Muhammadiyah (PTM). Misalnya saja, jika melihat minat Cita-cita atau tujuan untuk mahasiswa baru yang masuk ke menjadikan lembaga yang Rektor Universitas Muhammadiyah Palembang UM Palembang, dengan latar dipimpinnya menjadi terkenal atau paling tidak lebih baik dari periode sebelumnya adalah belakang pendidikan mereka sebelumnya, lebih banyak dari sebuah keharusan yang mesti diwujudkan. Hanya saja, masing- sekolah di luar SMA Muhammadiyah atau warga Muhammasing generasi maupun kondisi memiliki strategi yang berbeda, madiyah. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat memberikan respons yang positif terhadap Muhammadiyah. sesuai dengan situasi dan konteks sosial yang ada saat ini. Apalagi sekarang ini, pertumbuhan perguruan tinggi yang Dengan melihat latar belakang mahasiswa yang lebih banyak ada semakin banyak, bahkan di setiap kabupaten yang ada, bukan dari keluarga Muhammadiyah, paling tidak diharapkan telah muncul beberapa perguruan tinggi baru. Hal ini membuat bahwa tiap mahasiswa dapat menyampaikan misi dakwah kompetisi untuk mendapatkan mahasiswa baru juga semakin Muhammadiyah yang diterima di bangku kuliah kepada keluarga ketat. Namun peluang dan kesempatan masih tetap ada, karena mereka masing-masing, sehingga mereka tahu misi dakwah pertumbuhan penduduk usia sekolah juga semakin meningkat. Muhammadiyah, dan diharapkan dapat menciptakan multiplier Jadi, peluang tersebut dapat digunakan sebagai salah satu strategi effect dakwah. Diharapkan, pada akhirnya respons masyarakat untuk tetap dapat bersaing di dunia pendidikan agar Perguruan yang sebelumnya mungkin tidak tertarik menjadi tertarik. Apalagi, Perguruan Tinggi Muhammadiyah, sebagaimana Tinggi Muhammadiyah khususnya UM. Pelembang tetap eksis diketahui, memiliki nilai lebih dibandingkan dengan perguruan dan bisa lebih baik. Kini, setelah 30 tahun perjalanan usianya, sangat terasa jika tinggi lainnya. Salah satu nilai lebih itu karena UM Pelembang pertumbuhan dan perkembangan UM Palembang tidak lepas adalah salah satu lembaga pendidikan Muhammadiyah yang dari beragamnya peran yang dilakukan oleh pemimpin- berbasis keagamaan. Dari hasil survai yang dilakukan kepada pemimpin sebelumnya serta peran semua civitas UM mahasiswa baru selama 3 tahun terakhir, jawaban mahasiswa Palembang yang dilakukan dalam bentuk pengabdian yang baru memilih Universitas Muhammadiyah Palembang dikaresangat baik. Tentu saja, semua ini buah atas cita-cita yang hendak nakan berbasis agama. Hal ini sejalan dengan motto UM Palemdiwujudkan UM Palembang sebagai lembaga pendidikan yang bang adalah untuk menjadi kampus Unggul dan Islami. Keungmenekankan nilai-nilai ke-Islaman dan nilai-nilai kejujuran gulan sebagai lembaga pendidikan dengan basis keagamaan akademik yang tinggi. Serta memberikan dukungan atau ini menjadi pilihan, karena pada kondisi sekarang ini, pendidikan motivasi bagi dosen dan karyawan untuk berkreasi dalam keagaamaan menjadi sangat penting. Sehingga dapat mencipmelakukan pekerjaan atau aktivitas, selama kegiatan tersebut takan lulusan yang selain mempunyai akademik yang bagus jelas dan memberikan dampak yang positif baik bagi yang tetapi juga mempunyai nilai-nilai keagamaan yang berakhlak. (Disarikan dari hasil wawancara SM- HM. Idris/d). ADV bersangkutan maupun bagi UM Palembang.
54
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

DI ANTARA KITA

WISUDA SARJANA KE-8 STKIP MUHAMMADIYAH KOTA PAGARALAM


Sumsel - Sebanyak 236 wisudawan/wisudawati program studi Pendidikan Matematika, program studi Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia Angkatan Ke-8 serta program studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Inggris Angkatan Ke-2 Dies Natalies Ke-11 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah resmi diwisuda. Wisudawan/i dilantik dan diambil sumpahnya langsung oleh Ketua STKIP Muhammadiyah Pagaralam Drs H Idrusin Senamit, MM (Kamis, 25 Safar 1433 H / 19 Januari 2012). Prosesi Wisuda dilaksanakan di halaman kompleks STKIP Muhammadiyah Pagaralam Jl Kombes H Umar No. 1.123 Kota Pagaralam Sumatera Selatan. Turut hadir dalam acara Wisuda STKIP Muhammadiyah Walikota Pagaralam H Drs Djazuli Kuris, MM, Penasehat Aisyiyah Kota Pagaralam Dr Hj Ida Fitriati, MKes, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Pagaralam sekaligus Badan Pelaksana Harian (BPH) STKIP Muhammadiyah HA Dimyati Rais, Unsur Muspida, Kepala BUMN, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah, Pimpinan Muhammadiyah dan Pimpinan Aisyiyah Kota Pagaralam, Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting se-daerah Kota Pagaralam beserta undangan lainnya. Dalam pidato laporannya, Ketua STKIP Muhammadiyah menuturkan Wisudawan/i STKIP Muhammadiyah Pagaralam yang diwisuda terdiri dari 3 program studi, antara lain 96 orang dari prodi Matematika, 79 orang dari prodi Bahasa dan Sastra Indonesia dan 61 orang dari prodi Bahasa Inggris. Wisudawan/ i terbaik dengan predikat dengan pujian diraih oleh Radius Wiranata, prodi Matematika dengan Indeks Predikat Komulatif (IPK) 3,60, Heri Handrio, prodi Bahasa dan Sastra Indonesia dengan IPK 3,65, Aminah Nurjiah prodi Bahasa Inggris dengan IPK 3,84, paparnya. Pada kesempatan yang sama, sambutan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Pagaralam (PDM) dan Badan Pelaksana Harian (BPH) STKIP Muhammadiyah Kota Pagaralam HA Dimyati Rais mengatakan STKIP Muhammadiyah Pagaralam didirikan dengan tujuan untuk melahirkan kaderkader pendidik yang intelek, profesional, berahlak mulia serta dapat menerapkan disiplin ilmu yang didapat selama di bangku perkuliahan untuk masyarakat sebagai wujud pengabdian dan mampu bersaing di era globalisasi ini, tuturnya. Diujung sambutannya, ia juga mengajak kepada seluruh wisudawan/ wisudawati jangan bersikap apatis dalam mengisi kehidupan ini. kita harus selalu belajar dan terus berbuat lebih baik, jangan pula mudah puas dengan apa yang telah kita raih saat ini, tambahnya. d

Dosen UMY Perkenalkan Robot Kepada Guru Se-Klaten


Yogyakarta - Robot bisa dikembangkan untuk membantu aktivitas manusia. Salah satunya, untuk membantu manusia di dunia industri dan kepolisian. Robot dalam dunia industri bisa dimanfaatkan sebagai pengirim barang antarsatu departemen. Untuk kepolisian, robot bisa digunakan sebagai pengintai. Sedangkan dalam rumah tangga, robot dapat digunakan untuk membantu banyak kegiatan dapur. Robot yang dimaksud adalah robot yang akan bergerak sesuai garis yang dibuat oleh manusia. Robot ini disebut robot line follower (robot pengikut garis). Hal ini disampaikan oleh Iswanto, ST, MEng, saat ditemui di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta seusai menjadi pemateri dalam acara Pengenalan Robot Kepada Guru dan Kepala Sekolah SD-MI se-Klaten pada Kamis (12/1) yang diselenggarakan di Klaten. Dalam acara ini, Iswanto mengenalkan robotika kepada sekitar 100 orang guru dan kepala SD-MI se-Klaten. Menurut Iswanto, penting bagi siswa SD untuk mengenal robot. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat. Sudah banyak sekali perlombaan robot yang digelar, baik di universitas maupun organisasi. Dengan mengenalkan robot sedari kecil, diharapkan nantinya siswa SD bisa tertarik dan terus mengembangkan kemampuannya dalam hal robotika, tuturnya. Iswanto mengaku motivasinya untuk mengenalkan robot kembali tergugah saat mengetahui ada siswa SD yang sudah mampu membuat robot line follower. Sekarang ini, sudah ada siswa SD yang bisa membuat line follower dengan tenaga alternatif, yakni tenaga solar cell. Maka saya kira bila terus dikenalkan, siswa SD dapat mengasah kemampuannya dalam hal robotika. Sehingga suatu saat akan ada robot buatan dalam negeri yang bisa membantu masyarakat, serta berbagai institusi. Akan sangat membanggakan, jelasnya. Lebih lanjut Iswanto memaparkan, pelatihan kepada guru dan kepala sekolah ini akan diteruskan dengan workshop kepada siswa. Ke depannya, akan ada pelatihan atau workshop untuk siswa. Tentu saja tidak harus seluruh siswa, tapi siswa yang tertarik saja. Kegiatan selanjutnya, akan dikemas dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Kami akan membuat modul dengan harga yang terjangkau agar semua kalangan bisa samasama belajar, pungkasnya. d
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

55

SOHIFAH

PERGESERAN OTORITAS KEAGAMAAN DI ERA NEW MEDIA


MUTOHHARUN JINAN, MA

Pada 12-16 Desember digelar The Second International Conference on Islamic Media di Jakarta. Konferensi Media Islam Internasional yang kedua ini diinisiasi oleh The Muslim World League dan Kementerian Agama RI, dihadiri sekitar 400 peserta terdiri dari akademisi, pejabat publik, dan jurnalis dari 28 negara.
MII pertama tahun 1980 dilatari Revolusi Iran tahun 1979. Pada saat itu mobilisasi massa pengguling rezim monarkhi Shah Reza Pahlevi digalang lewat penyelundupan kaset ceramah Imam Khomeini dari pengasingan di Irak dan Perancis. KMII kedua dilatari oleh musim semi (revolusi melati) di Tunisia yang menjalar ke negaranegara Arab lainnya juga terkonsolidasi lewat media baru, khususnya jejaring sosial berbasis internet, seperti twitter dan facebook, serta jaringan televisi satelit, semacam Al-Jazeera. Perkembangan media sekarang ini cukup besar di seluruh dunia, termasuk Indonesia, sehingga dalam waktu cepat segala informasi dapat sampai ke masyarakat. Termasuk informasi dan pemikiran-pemikiran dalam bidang keagamaan. KMII menyoroti perkembangan new media dan teknologi informasi membawa sejumlah perubahan mendasar. Selain perubahan dalam bidang sosial politik, media baru juga membawa perubahan pada otoritas keagamaan. Sebelumnya, otoritas keagamaan ditangan para ulama atau ustadz secara personal. Kini bergeser ke media baru berbasis Internet. Diseminasi dan Pergeseran Secara tradisional otoritas keagamaan dalam Islam ada di tangan ulama atau kiai atau ustadz. Mereka memiliki wewenang dan memberi interpretasi sumber ajaran Islam guna menyelesaikan persoalan umat dengan fatwa-fatwa yang dikeluarkan. Fatwa itu kemudian menjadi rujukan bagi perilaku umat di masyarakat. Ulamalah yang mengajarkan dasar-dasar Islam dan menanamkan nilai-nilai ke-Islaman kepada umat. Menariknya, otoritas keagamaan ini tidaklah tunggal pada beberapa ulama tertentu. Tetapi hampir di setiap wilayah ada
56
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

ulama yang menjadi panutan bagi umat setempat. Dengan kata lain, penyebaran otoritas keagamaan sudah menjadi tradisi lama dalam sejarah Islam, khususnya dalam tradisi Sunni. Berbeda dengan tradisi arus utama Syiah yang sentralistik karena terpusat pada imam yang merupakan otoritas agama dan politik tunggal. Tradisi Sunni pada masa klasik dan pertengahan setidaknya telah terpencar ke dalam dua sumbu: otoritas ulama, yang terpencar ke dalam berbagai mazhab dan aliran, dan otoritas politik-sultan atau raja, yang tidak jarang menggunakan kekuasaan politik untuk menguasai dan mengarahkan otoritas keagamaan untuk kepentingan politiknya sendiri. Sementara di Indonesia, otoritas keagamaan ada pada ulama-ulama di masjid, surau, dan pesantren-pesantren. Pada masa kolonial Belanda, otoritas agama menjadi terpencar di antara ulama yang berada pada lembaga-lembaga Islam yang uzlah dari kekuasaan kolonial dengan ulama yang menjadi bagian dari struktur pemerintahan kolonial. Pada dasawarsa awal abad 20, pemencaran otoritas agama kian meningkat dengan munculnya berbagai organisasi Islam sejak dari Jamiat Khair, Muhammadiyah, NU, dan seterusnya. Dalam bidang fikih, organisasi-organisasi ini memiliki lembaga fatwanya masing-masing yang tidak saling mengikat satu sama lain. Diseminasi otoritas agama jelas kian meningkat dan semakin cair menyertai terjadinya ekspansi pendidikan tinggi Islam yang menghasilkan kian banyak lulusan ahli tentang Islam. Pada saat yang sama juga terkait dengan peningkatan kelas menengah Muslim yang mencari otoritas agama yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan lingkungan sosio-ekonomis. Tidak kurang pentingnya adalah adopsi liberalisasi politik dan ekspansi globalisasi yang sedikit banyak membuat memudarnya otoritas agama tradisional (Azra, dkk, Varieties of Religious Authority, 2010). Terlebih lagi saat ini, seiring dengan perkembangan media baru dan teknologi informasi setiap orang bisa belajar Islam dari berbagai sumber buku-buku dan internet yang tersedia di berbagai tempat. Karena itu generasi Muslim sekarang tampak cukup menguasai ilmu ke-Islaman meskipun tidak pernah mengenyam pendidikan formal di sekolah Islam atau pesantren. Mereka belajar Islam tanpa dimentori oleh ulama atau kiai. Kuntowijoyo, secara simbolik menyebut generasi ini sebagai Muslim tanpa masjid. Artinya generasi Muslim sekarang mempelajari Islam dari sumber-sumber baru, seperti buku, majalah, dan internet, yang berbeda dengan sumber

SOHIFAH
pengetahuan tradisional sebelumnya. Penerbitan buku merupakan salah satu media penting dalam penyiaran Islam. Buku dan tradisi membaca sangat besar peranannya dalam membangkitkan dan membentuk perilaku umat Islam. Saat ini, ada lebih 300 penerbit buku-buku Islam. Banyak penerbit yang sebelumnya hanya mencetak buku-buku pelajaran sekolah sekarang juga ikut meramaikan penerbitan buku-buku Islam. Ini perkembangan yang perlu diapresiasi. Karena dengan banyaknya buku-buku keislaman dan penerbit yang mencetak buku Islam, dalam waktu sama menunjukkan minat baca kaum Muslim juga meningkat. Sebab tidak mungkin dicetak buku-buku yang banyak apabila tidak ada permintaan. Dari buku-buku itulah kaum Muslim memperoleh pijakan baru dalam mengamalkan ajaran agama. Disadari atau tidak, semakin banyaknya buku-buku Islam berdampak pada berkurangnya otoritas tradisional dalam Islam yang selama ini hanya di tangan ulama. Otoritas tradisional yang sebelumnya hanya ada di tangan ulama bergeser menuju ke sumber-sumber impersonal. Mempelajari ilmu-ilmu tentang Islam tidak harus mengundang kiai atau datang kepada ulama tetapi cukup membaca buku-buku yang tersedia di pasar, baik buku cetak maupun buku elektronik. Seseorang yang memerlukan jawaban atas satu persoalan tidak harus bertanya langsung kepada ulama, fatwa-fatwa keagamaan tidak lagi hanya dimiliki oleh ulama konvensional, tetapi setiap orang bisa menemukan jawaban dan mengambil keputusan berdasarkan informasi di media. Peran-peran keulamaan yang melekat pada seseorang secara personal bergeser atau berpindah ke alat-alat elektronik, media informasi berupa internet, TV, buku, majalah, radio, dan sejenisnya. Di era new media, warga masyarakat selain sebagai audien juga sekaligus menjadi produsen, yang lazim disebut dengan citizen journalism, seperti blog-blog pribadi dan rekaman video pribadi. New media memberdayakan audiens, tidak ada konsep yang jelas antara pemberi dan penerima, tidak berorientasi pada waktu, dan jurnalisnya rakyat sendiri. Banyak orang yang menyandarkan pengetahuan Islam pada acara TV atau majalah tertentu yang menjadi langganannya, atau buku-buku tertentu yang disukai. Implikasi Dengan munculnya gejala pergeseran otoritas keagamaan pengaruh new media ini, sedikitnya ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, ulama atau organisasi ulama perlu menyadari akan diseminasi sumber-sumber pengetahuan yang memungkinkan interpretasi baru lebih cepat dari yang diduga. Barangkali akan lahir ulama-ulama muda yang lebih progresif menyikapi persoalan-persoalan baru yang muncul di masyarakat sebagai konskuensi dari teknologi komunikasi dan informasi. Boleh jadi ulama muda ini bukan alumni pesantren, belum bergelar kiai atau ustadz tetapi memiliki akses pemikiran yang jauh dalam penjelajahan informasi. Di sisi lain, hal yang kedua yang perlu mendapat perhatian ketika belajar Islam dengan sumber-sumber yang impersonal sangat membuka peluang bagi merebaknya pemahaman liar yang sangat berbeda dari arus mainstream. Sebab, media dengan segala kelebihannya tidak bisa memberi respons balik atas interpretasi seseorang, sehingga si pembelajar tidak terbiasa berdialog secara timbal balik dan hanya mengikuti yang sekiranya cocok dengan pendapatnya sendiri. Masyarakat pembelajar kurang terbiasa dengan perbedaan tafsir keagamaan yang ada di kalangan ulama. Kondisi ini akan semakin rentan tatkala pembelajar mendapat sentuhan mentor yang berideologi rigid dan mewajibkan loyalitas tunggal pada satu pemahaman. Ketiga, sebagaimana yang menjadi keprihatinan pelaku media baru di kalangan negara-negara Muslim dalam KMII ke-2, Pemerintah negara-negara Muslim tidak bisa tidak harus merespons atas pesan demokratik new media seperti terselip di balik musim semi Arab 2011. Dinamika baru di negara-negara Arab memperlihatkan sikap gagap terhadap ancaman dan peluang media komunikasi. Spirit new media yang ditandai keleluasaan ekspresi dan kemudahan partisipasi berpesan bahwa Pemerintah korup, tiran, dan pengekang hak warga, sudah bukan zamannya lagi. New media yang kini menjamur seperti facebook, twitter, internet dan lain sebagainya, bisa dimanfaatkan oleh umat Islam untuk bergerak lebih maju dan bahkan lebih bisa memahamkan dunia tentang agama Islam dan berbagai hal yang menyangkutnya seperti Al-Quran, Hadits, sejarah peradaban Islam dan lain sebagainya. Selain juga, negara-negara Muslim harus segera berbenah untuk lebih memahami dan mampu hidup dengan teknologi, informasi dan komunikasi. Sudah saatnya, media Islam menjadi pemain dan penentu kebijakan dan isu dunia. Dunia sudah resah dan bosan dengan propaganda Barat yang sering bermuka dua dan subyektif. _____________________________________________________ Penulis adalah Peserta The Second International Conference on Islamic Media dan Pengajar Pondok Shabrn Universitas Muhammadiyah Surakarta
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

57

S S I I L L A A T T U U R R A A H H I I M M
LAHIR:
Naila Arrahmah Khuduri, anak dari pasangan Khuduri, SH dan Sumarni, 4 Oktober 2011, di Makasar, Sulawesi Selatan. Zakri Adib Raihan Yaqdhan, anak kedua pasangan Aries Adriyanto, SH dan Dian Naimah Rodhiyah, SIP, 15 Desember 2011, di Depok, Jawa Barat. Rizvan Ahmad Asharangga, anak kedua pasangan R Puput Anggoro dan Ratna Pujiastuti, 31 Desember 2011, di Yogyakarta. Muhammad Iqbal Imami, anak ketiga pasangan H Imam Asyrofi, AC., MPdI dan Yuyun Wahyuni, SAg, 4 Januari 2012, di Bandar Lampung. Inda Sakhiy Al Jeffry, Putri ke-4 dari Jeffryman Farid dan Ijah Julianti, 6 Januari 2012, di Jakarta. Vajra Penerang Al Kautsar, anak keempat pasangan Ir Mujahid Wardana dan Rr Henri Kusumawati, SSi, Apt., 7 Januari 2012, di Yogyakarta.

JALAN PINGGIR
Hujan yang mengguyur beberapa daerah Banten dan sekitarnya, menyebabkan jalan tol Jakarta-Merak kebanjiran. Rupanya, air juga ingin jalan bebas hambatan. Menko Kesra, Agung Laksono memastikan Pemerintah tidak akan menaikkan harga BBM hingga akhir tahun ini. Tidak naik, Pak. Tapi, akan ada penyesuaian harga. Peminat seleksi anggota Komnas HAM masih sedikit. Sejak dibuka pada bulan November 2011 pendaftarnya baru 19 orang. Mungkin komisinya sedikit. Jadi, banyak yang tidak berminat. Ribuan guru bantu menuntut janji Pemerintah soal pengangkatan jadi PNS Bagaimana pendidikan mau baik, kalau gurunya selalu bermasalah.

MENIKAH:
Hj Riani Nur Harjanti, ST binti HM Ardjani dengan Wahono bin Darwoto, 8 Januari 2012, di Sitimulyo, Piyungan, Bantul, DIY. Hermin Kurniawati, SEI binti Mohammad Waqor Madjid dengan Angga Priyambodo, SEI bin Bambang Soedjito, BA (alm), 8 Jauari 2012, di Kauman, Yogyakarta. Nungki Yuliantari, AMd binti Sumanto, SSos dengan Saebani Purnomo, Amd bin H Damiri, SAg, 14 Januari 2012, di Kemuning, Mudal, Boyolali, Jawa Tengah.

Penelitian di China menginformasikan kecanduan internet ubah dan ganggu otak. Padahal di Indonesia, sedang senang-senangnya berinternet ria. Ribut-ribut tentang renovasi ruang banggar DPR RI yang menelan dana Rp 20 milyar, Marzuki Ali peringatkan sekjen DPR Yang memperingatkan, sepertinya perlu juga diperingatkan. Pengamat: Hukum kini cuma layani elit penguasa dan pemilik modal. Karena mereka yang punya duit. SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Kabupaten Magelang telah menghasilkan sejumlah mobil. Prestasi siswa sekolah Muhammadiyah tidak kalah dengan sekolah lain. *** BUNG SANTRI

MENINGGAL:
Dra Hj Kombes Pujawati, 3 Januari 2012, di Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. H Andaryanto (Bendahara PCM Kraton Yogyakarta), 5 Januari 2012, di Yogyakarta. Djuweni (Wartawan Senior Kedaulatan Rakyat), 16 Januari 2012, di Rumah Sakit Ludira Husada Yogyakarta.

58

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

PPSM AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH BANDA ACEH BANDA ACEH. Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh melaksanakan orientasi kampus yang diberi nama Pengenalan Program Studi Mahasiswa (PPSM) bagi mahasiswa baru tahun akademik 2011/2012. Kegiatan yang diikuti oleh 197 mahasiswa ini dilaksanakan di kompleks AKBID Muhammadiyah Banda Aceh Punge Blang Cut Banda Aceh. Dr H Mohd Djafar, selaku Direktur AKBID Muhammadiyah Banda Aceh, mengatakan bahwa PPSM adalah kegiatan terencana yang diselenggarakan pada setiap awal tahun ajaran baru dan merupakan bagian tak terpisahkan dari penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan. Khususnya bagi mahasiswa baru dalam rangka mempersiapkan diri terlibat langsung dalam kehidupan kampus sebagai lingkungan pembelajaran baru. im PCM LUBUK JAMBI PERINGATI MILAD MUHAMMADIYAH LUBUK JAMBI. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Lubuk Jambi, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau, beserta keluarga besar Muhammadiyah, belum lama ini melaksanakan peringatan Milad Muhammadiyah ke-102/99, bertempat di Gedung Dakwah Muhammadiyah Cabang Lubuk Jambi. Peringatan ini juga sekaligus menyambut Tahun Baru Islam 1433 H. Acara ini dihadiri oleh PWM Riau dan PDM Kabupaten Kuantan Singingi. Selain itu, hadir pula Camat Kuantan Mudik, Asmari, Ssos beserta Uspika, PCM Guntor dan Cengar. Serta seluruh warga Muhammadiyah se-Cabang Lubuk Jambi yang tersebar di 16 Ranting. Acara ini juga dimeriahkan oleh grup rebana NA Sungai Pinang. Drs H Syafrudin Shaleh, yang mewakili PWM Riau dalam tausiyahnya mengatakan, bahwa Persyarikatan Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar di dunia, yang diakui oleh PBB dan OKI. Hal ini terlihat antara lain dari jumlah anggota, amal usaha dan manajemennya. Untuk mempertahankan dan melanjutkan gerak Persyarikatan ini, pimpinan beserta warganya harus menghimpun beberapa kekuatan, antara lain; kekuatan akidah, ilmi, ibadah/amal, maal dan ukhwa. Pada kesempatan ini juga dilaksanakan pelantikan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Lubuk Jambi periode 2010-2015 beserta ortomnya. Pelantikan dipimpin oleh Ketua PDM Kabupaten Kuantan Singingi, Dr Yusri Rasul, ST., MT. PCA dan PCNA masing-masing dilantik oleh Ketua PDA/PDNA Kabupaten Kuantan Singingi. Adapun PCM Lubuk Jambi periode 2010-2015 adalah: Syafri Said, SPd, MM (Ketua), Wakil Ketua: Ahmad Bakri, Nispu Ramadhan, SpdI., Aslim Hasan, SpdI., H Zulkifli, SPd., Amrizal Adam, SpdI., H Rafi Usman, SpdI., Nursal, SPd, M.Pd., Drs Rustam Mahmud. Sekretaris; Drs Yusrizal, MPd., Masrur, Ssi dan Imsal, SAg. Bendahara; Mulyadi, SpdI dan Zulzil Hasan, SPd.
Sedangkan pengurus PCA Lubuk Jambi periode 2010-2015 adalah; Hj R Salwati, SpdI (Ketua), Rosmanidar (Wakil Ketua). Sekretaris; Dra Dewi Endiana dan Hj Adillah Amin. Bendahara; Nurlenawati, SpdI dan R Helliyati. Ketua Majelis masing-masing; Sri Astuti, Syamsinar, SpdI., Hj Rosmawati, SpdI., R Edriati, Yulidar BM dan Misliam, SPdI. Adapun pengurus PC NA Lubuk Jambi adalah; Dra Elihasati (Ketua). Wakil Ketua masing-masing; Irmadayani, SPdI., Hesti dan Nurhasanah, SAg. Sekretaris; Junira Basni, SHI., Tri Mustikawati, Amd dan Iriana Syahni, SPd. Bendahara; Rita Eldayanti, SPd dan Zulhayati. Syafri Said

MILAD MUHAMMADIYAH DI PASAMAN PASAMAN. Pimpinan Daerah Muhamamdiyah Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, belum lama ini mengadakan perayaan Milad Muhammadiyah ke-102/99 yang dipusatkan di Kota Lubuk Sikaping. Perayaan milad ini, berlangsung dengan meriah, dengan menyediakan 1000 nasi bungkus, yang dibagikan kepada 1000 orang yang hadir. Acara milad tersebut diawali dengan pawai taaruf yang diikuti oleh keluarga besar Muhammadiyah, Aisyiyah, Mahasiswa, Pelajar dan murudimurid TK/PAUD Aisyiyah. Pawai taaruf ini, dimeriahkan oleh drum band MTs Muhammadiyah Sontang dan dilepas secara resmi oleh Wakapolres Pasaman. Selain itu, perayaan milad juga diisi dengan penanaman pohon mahoni. Sebagai bentuk partisipasi Muhammadiyah dalam menyukseskan program pemerintah di bidang penghijauan. Penanaman pohon diawali oleh Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat, HA Syahrudji Tanjung. Sedangkan pidato milad disampaikan Ketua PDM Pasaman, AM Siregar. Bupati Pasaman, Benny Utama, SH dalam sambutannya, mengharapkan warga Muhammadiyah dapat bekerjasama dengan pemerintah dan meningkatkan kegiatannya dalam bidang dakwah, pendidikan, sosial dan eknomi.
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

59

Puncak peringatam milad, diisi dengan tabligh akbar yang disampaikan olehb Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat, HA Syahrudji Tanjung. Dalam tausiyahnya beliau mengharapkan agar warga Muhammadiyah senantiasa menjaga kemurnia akidah, taat berbadah, istikomah, ikhla dan suka beramal, hidup bermasyarakat, moderat dan tajdid. Selain itu, untuk memeriahkan perayaan milad ini, ditampilkan kesenian dan puitisasi dari anak-anak TK/PAUD Aisyiyah. im

melaksanakan kegiatan yang diberi nama Gebyar Muharram. Kegiatan ini diisi dengan berbagai kegiatan diantaranya, lomba bernuansa Islam, penghijauan dengan menanam pohon jeruk kunci di kompleks SMA Muhammadiyah Tanjungpandan, donor darah kerjasama dengan PMI Kabupaten Belitung. Puncak acara diisi dengan peletakan batu pertama pembangunan masjid Al Furqon di kompleks SMA Muhammadiyah Tanjungandan. Yang dilakukan oleh Wakil Ketua PWM Bangka Belitung.

AKTIVITAS AMAL USAHA Ikatan Pelajar Muhammadiyah Cabang Karangpucung, Kabupaten Cilacap belum lama ini telah mengadakan kegiatan pengkaderan yang diberi nama, Job Training and Motivation yang dilaksanakan di SMK Muhammadiyah Karangpucung. Kegiatan ini diikuti siswa tingkat SMP dan SMK Muhammadiyah. Sesuai dengan tema, Do for Better yaitu berbuat untuk lebih baik, maka kegiatan ini bertujuan untuk memotivasi para peserta agar selalu melakukan sesuatu demi mendapatkan perubahan yang lebih baik, untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Tulungagung, belum lama ini mengadakan kajian dan tadabur alam dengan tema, Get Closer to Allah by Getting Closer to Nature Kegiatan yang dilaksanakan di desa Sawo, Kecamatan Campurdarat ini diadakan dalam rangka mempererat tali silaturahmi antar anggota IPM se-Tulungagung. Dan diikuti oleh 125 peserta yang berasal dari 6 Cabang, 2 Ranting Sekolah, dan 1 Ranting Panti Asuhan. SMA Muhammadiyah Tanjungpandan, dalam rangka menyambut tahun baru Islam, 1 Muharram 1433 H, telah

PRM DAN PRA SINGONEGARAN ADAKAN MILAD SINGONEGARAN. Pimpinan Ranting Muhammadiyah Singonegaran, belum lama ini mengadakan peringatan Milad Muhammadiyah, menyambut tahun baru Islam 1433 H dan sekaligus memperingati hari Ibu. Kegiatan yang diselenggarakan bersama ibu-ibu jamaah pengajian ini dilaksanakan di Masjid Al-Hidayah Singonegaran. Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Singonegaran, Drs H Basyirudin dalam acara tersebut, mengatakan tujuan diadakannya milad adalah dalam rangka meningkatkan peran Muhammadiyah dalam membangun akhlak mulia, sebagai dasar pembentukan karakter utama untuk kemandirian dan kemajuan bangsa. Dalam acara ini juga dilaksanakan pemberian santunan kepada kaum dhuafa dan anak-anak yang tidak mampu. Peringatan Milad ini diakhiri dengan pengajian yang disampaikan oleh Drs H Muamal, MPdI. Dalam pengajiannya beliau mengatakan, bahwa Muhammadiyah saat ini sukses dalam bidang keagamaan dan dakwah. Yang belum berhasil menurut beliau, adalah dalam memberantas TBC (Tahayul, Bidah dan Churafat). M Sholehuddin, Hs

BAITUL ARQAM PDM KABUPATEN TEGAL TEGAL. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Tegal, Jawa Tengah melalui Majelis Pendidikan Kader, baru-baru ini telah mengadakan Baitul Arqam Pendidikan yang dilaksanakan di Guci Kabupaten Tegal. Baitul Arqam ini diikuti oleh unsur Pleno PDM, Majelis Dikdasmen Daerah dan Cabang, PCM dan Kepala Sekolah SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK se-Kabupaten Tegal, dengan jumlah peserta 80 orang. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Tegal, HA Zaki, Ssos dalam sambutannya pada pembukaan Baitul Arqam ini menyampaikan, agar acara ini dapat menjadi titik awal berdirinya sekolah-sekolah unggulan di wilayah Kabupaten Tegal. Sekaligus untuk mengingatkan kembali akan hakikat Amal Usaha Muhammadiyah, dan bagaimana pengelolaannya yang benar dan sesuai dengan kaidah Persyarikatan. Materi yang disampaikan dalam Baitul Arqam ini diantaranya;Pedoman-pedoman Dalam Menjalankan Amal Usaha Sesuai Dengan Aturan Persyarikatan (Drs Tafsir, MAg), Game Motivasi (LPT Quantum), Pemaparan Tentang Sekolah Unggulan yang Berkarakter (Prof DR Ir Imam Robandi, MT), Penyajian Sekolah Unggulan Muhammadiyah (H Saijan, SAg, Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Sapen, Yogyakarta dan Tri Ismu Husnan Purwono, SH., Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah I Yogyakarta), sera materi tentang Revitalisasi AUM yang disampaikan oleh DR H Abdul Muthi, Med. Daam penutupannya, PDM Kabupaten Tegal menyampaikan bahwa hasildari Baitul Arqam ini akan ditindaklanjuti, antara laind engan mengadakan pemagangan kepala Sekolah ke sekolah-sekolah unggulan. Adanya pembinaan yang lebih intensif dan ketat terhadap seluruh pimpinan maupun karyawan AUM di Kabupaten Tegal. Selain itu, kelanjutan dari Baitul Arqam ini adalah akan diadakannya Baitul Arqam untuk seluruh guru dan karyawan Sekolah Muhammadiyah dari tingkat TK sampai SMA/SMK se-Kabupaten Tegal. Syaeful Imam, ST

60

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 21 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

PCM BANJARMASIN 10 BANGUN KANTOR BANJARMASIN. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Banjarmasin 10 membangun Kantor sendiri di lantai satu bangunan Masjid Al Khairat, kawasan Mulawarman Kota Banjarmasin. Kantor yang cukup representatif ini, menurut Ketua PCM Haji Nasruddin Bahar SPd, hasil dari kerja gotong-royong unsur pimpinan dan anggota Muhammadiyah. Dimulai dari pengumpulan dana hingga pengerjaan teknis para anggota memiliki tugas sendiri-sendiri sejak dari pengerjaan adukan semen hingga pengetan. Sebelum dipakai sebagai Kantor PCM Banjarmasin 10, ruangan itu merupakan kelas TKA yang kini sudah berpindah tempat. Oleh PCM Banjarmasin 10 kemudian direnovasi secara swadaya dengan pengerjaan bangunan sendiri oleh para anggota dan pimpinan. Ternyata hasilnya tidak kalah dengan para tukang bangunan. Kantor PCM Banjarmasin 10 sudah dapat dioperasionalkan untuk kegiatan perkantoran organisasi dan digunakan rapat bersama-sama dengan unsur PRM se-Banjarmasin 10. Di antaranya PRM yang berada di Kinibalu, Wildan, pinggiran Sungai Barito dan Grawiratama Satu. Gairah baru semangat ber-Muhammadiyah, menurut Ketua PDM Prof DR H Maruf Abdullah, SH, MM, berkembang menjadi 13 PCM dan 49 PRM. saroso sundoro PCM MEMPAWAH ILIR KOTA BERBASIS DI SMK MUH PONTIANAK. Gerakan Muhammadiyah yang sudah berkembang baik di Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat menghasilkan karya amal usaha di berbagai bidang kehidupan, di antaranya bidang kesehatan, pendidikan dan sosial. Salah satu amal usaha di bidang pendidikan, adalah sekolah SMK Muhammadiyah di Jalan R Kusno Mempawah 78912, Pontianak. Sekolah ini sudah dikenal masyarakat dengan baik, dan mereka para orangtua mempercayakan pendidikkan anaknya kepada Muhammadiyah sudah membuktikan hasilnya. Peluang strategis gerakan Muhammadiyah ini, menjadikan SMK Muhammadiyah menjadi basis gerakan PCM Mempawah Ilir Kota untuk dijadikan pusat kegiatan organisasi. Diharapkan para alumnus dari SMK Muhammadiyah ini nantinya dapat lahir para kader muda Muhammadiyah yang bersedia berdakwah di beberapa tempat di mana mereka nantinya berada dan bekerja. am PELANTIKAN PD PEMUDA WAJO SENGKANG . Berlangsung di Gedung Serba Guna Aisyiyah Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, akhir Desember lalu dilaksanakan Pelantikan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Periode 2011-2015. Ketua Pemuda yang baru Asrijal Bintang, SE kepada SM

melaporkan, hadir dalam acara pelantikan tersebut anggota DPR RI Drs Akbar Faisal, MSi, Wakil Bupati Wajo H Amran Mahmud, SSos, MSi, Ketua PWM Pemuda Sulsel H Syaharuddin Alrif, dan Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Wajo, Drs Saiyid Haedar Kadir, MSi Akbar Faisal dalam sambutannya mengajak para Pemuda Muhammadiyah untuk tampil menjadi seorang pemikir. Akan ada tempat bagi orang-orang intelek, katanya. Sementara itu, Wakil Bupati Wajo H Amran Mahmud, sangat berharap para Pemuda Muhammadiyah dapat tampil menjadi teladan bagi seluruh pemuda di Kabupaten Wajo. Berpartisipasilah dan tampil memberi kontribusi bagi pembangunan di daerah, ajaknya. Struktur kepemimpinan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Wajo periode 2011-2015, Ketua Asrijal Bintang SE, Sekretaris Muh Hasbi Abbas, ST, MT dan Bendahara H Adi Yanto. am

PCM GANDOR PERKUAT JARINGAN LOMBOK TIMUR. Kekuatan gerakan Muhammadiyah semakin kuat jika berusaha menguatkan jaringan Persyarikatannya yang akan mendukung kegiatan dakwah. Inilah, yang menjadi obsesi dari para pimpinan Muhammadiyah di Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Karena itu membangun jaringan 8 PRM yang sudah tersebar di berbagai tempat, dibina untuk mengefektifkan jaringan informasi dan komunikasi antarlini di barisan terdepan dakwah Islam. PRM Kokodaya berdiri di desa Teros, PRM Selungkep di desa Selungkep, juga berdiri PRM Timbadaya, dan PRM Dasan Dawe. Sementara itu, PRM juga eksis di desa Timbatimuk, serta ada PRM Tuntang, PRM Kembang Kuning dan PRM Loang Tuna di desa Loang Tuna. Menurut sebuah informasi, gerakan Muhammadiyah sudah sedemikian baik dengan dinamika kegiatannya. Gerakangerakan jamaah masjid menunjukan aktivitas kesadaran untuk meningkatkan keberagamaan. Hubungan dengan masyarakat terpadu dalam kegiatan peringatan hari besar Islam dan kegiatan keagamaan lainnya. am PCM MACINI BAJI INGIN BERKEMBANG GOWA. Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan sudah banyak dikenal orang, di samping karena kesejarahannya yang melibatkan raja-raja yang kharismatik tenyata juga karena keberIslamannya sangat kuat dipeluk oleh masyarakatnya. Etos heroisme yang sudah mendarahdaging diharapkan oleh para pimpinan Muhammadiyah juga dapat mengalir pada diri penggerak Muhammadiyah untuk menjadikan Persyarikatan yang bergerak dalam dakwah ini semakin tajam berkembang. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Macini Baji, salah satu
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 1 - 15 FEBRUARI 2012

61

Cabang yang sudah bergerak maju di Kabupaten Gowa digadang-gadang akan semakin menggeliat kegiatannya. PCM Macini Baji sudah sangat mapan dengan jaringan organisasi yang melibatkan PRM Pappakabaji, PRM Bontomaero di Jalan Poros Candika, PRM Partemas, PRM Boroang Unti, PRM Pangnyangkalang, serta PRM Ciniayo. Kegiatan-kegiatan pengajian menjadi ladang dakwah untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran, serta penggalangan jamaah terus dikuatkan dengan forum-forum silaturahim warga. Dengan frekuensi kegiatan yang semakin tinggi, akan menghasilkan penguatan gerakan dan diharapkan juga mampu menghasilkan karya amal usaha di berbagai bidang kehidupan. am

TAMBAHAN GEDUNG BARU SMA RATATOTOK MINAHASA TENGGARA. Tambahan gedung baru SMA Muhammadiyah Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara yang diresmikan dengan pengguntingan pita oleh PP Muhammadiyah, Drs H Muhammad Muqadas, LC, MAg beberapa waktu lalu, kini sudah dapat berfungsi dengan baik. Digunakan untuk berbagai kegiatan siswa yang dibimbing oleh para guru. Masyarakat Muslim di Kecamatan Ratatotok yang selama ini lebih dikenal sebagai kalangan minoritas, kini masih tetap menunjukkan konsistensi dalam menegakkan amar maruf nahi munkar dengan dakwah yang digerakkannya. Salah satu tokoh yang dikenal di daerah ini, Achmad Anuti (Sekretaris PDM Kab Minahasa Tenggara) berhasil menjaga kekompakan kerja para pimpinan Muhammadiyah di daerah ini. Sehingga produktivitas kerja dari para pimpinan Muhammadiyah mampun menghasilkan manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Gerakan dakwah dan pendirian amal usaha, semakin meningkat. Upaya peningakatan kualitas juga dilakukan dengan berbagai upaya kerja keras dengan kegiatan pelatihan para guru dan karyawan. Selain itu, banyak melakukan studi banding sebagai upaya mencari inovasi baru untuk merangsang perkembangan mutu proses pendidikan. SMA Muhammadiyah Ratatotok, diharapkan akan menjadi wadah pembibitan kader-kader baru Muhammadiyah di masa depan dengan melatih para remajanya menjadi pengganti pemimpin Muhammadiyah masa depan. PWM Sulut telah membina PDM Kabupaten Minahasa Tenggara ini agar dapat menjadi percontohan untuk wilayahnya. Sudah beberapa kali tokoh PP Muhammadiyah mengunjungi di daerah ini. am PANTI ISTIQOMAH PAINAI SEBAGAI RINTISAN PAINAI. Keberadaan Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah yang berada di Jalan PA Bumiwono Rejo Painai Papua, diharapkan akan menjadi rintisan awal penyebaran gerakan
62

Persyarikatan Muhammadiyah di Kabupaten ini. Dengan lebih banyak menyantuni anak-anak pribumi dan para pendatang, dimungkinkan untuk menyiapkan mereka menjadi terasah ilmunya dan memiliki kemampuan skill keterampilan yang cukup memadai untuk dapat hidup mandiri nantinya di lingkungan masyarakat Papua yang dirasakan masih sangat keras. Beberapa kendala dirasakan masih tetap ada, tetapi tidak akan menjadi aral melintang bagi para mubaligh Muhammadiyah untuk menyebarkan dakwah kesejukan bagi para pemula masyarakat yang tertarik oleh gerakan dakwah Muhammadiyah. Nyatanya, beberapa kali upaya yang dilakukan mendapat sambutan dan beberapa pendatang juga turut bergabung untuk menyebarkan gerakan ini. Menurut beberapa sumber SM, keberadaan PAY Muhammadiyah di lokasi ini amat penting sekali peranannya bagi kedatangan Muhammadiyah yang dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat. Operasionalisasi panti tentu masih harus mendapatkan suntikan dana dari pihak Pemerintah setempat dan para donatur, dan tidak menutup bagi para dermawan yang ingin menyumbangkan sarana dan peralatan panti dapat dikirimkan ke alamat Jalan PA Bumiwono Rejo Painai Papua, telp. 094-21708. am

BALAI PENGOBATAN MUHAMMADIYAH DUSUN SELATAN. Mengenalkan dakwah Muhammadiyah lewat sarana pendirian Lembaga Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat, sangat memerlukan kegigihan mental, ulet, kerja keras dan tidaka mudah menyerah karena bekerja di sektor ini tidak sedikit rintangan dan kendala yang dihadapi. Pimpinan Muhammdiyah di Kelurahan Buntok Kota Dusun Selatan, Kalimantan Tengah pantas mendapat apresiasi yang berani mengambil bidang dakwah di sektor pelayanan kesahatan. Diakui, untuk lokasi di daerah ini sangat memerlukan sarana dan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat luas. Untuk menjangkau lokasi-lokasi sarana kesehatan masih sering menjadi kendala tersulit bagi masyarakat pinggiran dan pelosok. Jika Muhammadiyah dengan para pimpinannya mampu menunjukkan konsistensinya dengan gigih mengoperasionalkan lembaga ini tentu akan memembuka peluang makin prospeknya upaya perluasan jaringan Persyarikatan Muhammadiyah di bumi Kalimantan Tengah. Terutama dapat menjangkau daerah-daerah terisolir yang memerlukan bantuan dan sarana pelayanan kesehatan yang selama ini dirasakan masih minim. Di Kalimantan Tengah sendiri, juga ada Balai Kesehatan Ibu Anak Muhammadiyah di Jalan Dipati Pangkalan Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Lembaga ini juga menjadi andalan bagi PWM Kalteng menjadi sarana dakwah yang efisien, dalam membentuk barisan jamaah gerakan Muhammadiyah. am

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 97 | 21 8 - 22 RABIULAWAL 1433 H

Anda mungkin juga menyukai