Anda di halaman 1dari 57

SALAM REDAKSI

SAJIAN UTAMA
Bagaimana kita memaknai dan memaknakan kehadiran film Sang Pencerah. Tentu saja, tidak sekadar melihat film ini sebagai tontontan yang menarik. Harus lebih jauh dan lebih dalam dari itu. Apa?

RAME RAME NONTON SANG PENCERAH

IBRAH
Menggapai haji mabrur. Bagaimana caranya?

PEDOMAN
Bekal penting dalam berdakwah, berjuang dan bermasyarakat adalah silaturahim. Bagaimana cara meningkatkannya?

TAFSIR AL-QURAN
Kewajiban pengusaha dan majikan dalam perspektif Al-Quran.

TELAAH PENDIDIKAN
Masih adakah sinetron yang mendidik?

Assalamualaikum wr. wb. Pembaca yang terhormat, Lebaran atau datangnya Hari Raya Idul Fitri tahun ini ditandai oleh sesuatu yang istimewa. Yaitu diputarnya secara serentak Film Sang Pencerah. Yaitu film cerita tentang KHA Dahlan ketika masih muda. Liburan Lebaran, bahkan sampai hari-hari berikutnya ketika tulisan ini dimuat, rombongan orang yang nonton bareng film Sang Pencerah terus berdatangan ke gedung bioskop. Terbayang berapa banyak keuntungan dari pembuatan film yang dibuat dengan modal di atas Rp 10 miliar ini. Terbayang juga berapa banyak orang yang tercerahkan karena mampu melihat dan menggali kembali semangat ber-Islam dan ber-Muhammadiyah sebagaimana disampaikan oleh KHA Dahlan. Tidak ketinggalan, karyawan dan pimpinan Suara Muhammadiyah pun ikut rame-rame nonton bareng film ini. Ternyata betul. Kita merasa terpanggil kembali untuk makin berjuang dan berdakwah dan lewat Muhammadiyah. Tentunya, semau itu harus ada tujuannya. Yaitu agar Islam tetap berkemajuan, masyarakat tersejahterakan, dan hidup kita makin bermakna bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Sekian, sampai jumpa edisi mendatang. Wassalamualaikum wr. wb. (Redaksi)

MENU
04 TAJUK RENCANA 06 SAJIAN UTAMA 12 BINGKAI 14 TANYA JAWAB AGAMA 22 USHUL FIQIH 24 KHAZANAH 27 PEDOMAN 31 KHUTBAH 39 LAZIS 45 SAKINAH 47 KAPITA SELEKTA 48 HADLARAH 50 TELAAH PENDIDIKAN 52 WAWASAN MUHAMMADIYAH 54 WAWASAN ISLAM 56 SOHIFAH 59 DINAMIKA PERSYARIKATAN

SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

TAJUK RENCANA

Mau Apa setelah Sang Pencerah?


arga Muhammadiyah, lebih-lebih para kader dan elitnya, berbondong-bondong menonton film Sang Pencerah. Film tentang sosok dan perjuangan Kiai Haji Ahmad Dahlan sewaktu muda ketika mengawali gerakan pembaruan, karya sutradara muda berbakat Hanung Bramantyo. Sebuah film pergerakan yang sangat cerdas, diwarnai human interest yang menggelorakan hidup yang dinamis dan penuh tantangan. Bukan film yang mengeksploitasi kawin-mawin, percintaan, dan urusanurusan hidup yang melankolis sebagaimana lainnya. Kita patut berbangga, menghargai, sekaligus memberikan nilai positif terhadap karya kreatif yang berangkat dari jejak hidup Sang Pencerah, pendiri Muhammadiyah. Kini muncul tantangan. Usai menonton film Sang Pencerah, bagaimana sikap dan langkah selanjutnya dari segenap warga terutama para kader dan elit pimpinan Muhammadiyah? Apakah sekadar merayakan kecemerlangan dan kesuksesan apa yang ditampilkan dalam film tersebut? Tenggelam dalam nama besar, keberanian, kecerdasan, dan kepeloporan Kiai Dahlan dalam merintis gerakan pencerahan yang melahirkan Muhammadiyah? Atau, mengambil makna, hikmah, dan fungsi dari Sang Pencerah? Jawabannya kembali kepada warga, kader, elit, dan keluarga besar Muhammadiyah. Bahwa film sebagaimana karya kreatif lainnya, lebih-lebih yang menampilkan jejak tokoh pembaru, tentu bukanlah sekadar seni pertunjukkan.Film bukanlah untuk film. Film tentu ingin menggugah kesadaran, alam pikiran, dan sikap masyarakat agar mengambil makna, hikmah, dan fungsi aktual dari pesan-pesan yang ditampilkan dari film tersebut. Mengambil pesan yang baik, membuang halhal yang buruk, dan melahirkan inspirasi untuk berbuat yang terbaik. Dengan demikian, film Sang Pencerah, benar-benar mencerahkan warga Muhammadiyah sekaligus menggugah untuk melakukan gerakan pencerahan sebagaimana dipelopori Kiai Dahlan, bahkan bila perlu melampaui apa yang telah dimulai dan dirintis pendiri Muhammadiyah tersebut. Ambillah contoh. Jika para penentang Kiai Ahmad Dahlan mengolok-olok dengan julukan sesat dan kafir atas ide-ide baru yang digagas dan diperkenalkan tokoh dari Kauman itu, maka saat ini jangan sampai ada mubaligh, elit, dan warga Muhammadiyah yang gampang menilai atau memvonis orang-orang berpikiran maju sebagai sesat dan kafir. Apalagi kemudian menyebarluaskan vonisvonis yang terkesan jumud itu kepada khalayak umum. Jika sikap seperti ini yang berkembang atau dikembangkan, maka keadaannya bisa berbalik. Dulu kaum tradisional yang menegasikan pikiran-pikiran maju Kiai Dahlan dan Muhammadiyah, kini malah sebaliknya. Kalangan Muhammadiyah yang cemas, gamang, takut, dan menegasikan pikiran-pikiran maju pihak lain seputar Islam. Semoga panorama berbalik seperti itu tidak terjadi di lingkungan Muhammadiyah, agar spirit Sang Pencerah menjadi mencerahkan sekaligus melahirkan gerakan pencerahan baru bagi segenap komponen Muhammadiyah. Jika warga, kader, dan elite Muhammadiyah tidak mampu melahirkan gagasan-gagasan pencerahan yang baru dan melampaui kepeloporan Kiai Dahlan maka setidak-tidaknya dapat memperkaya, melangsungkan, dan mengembangkan gagasan-gagasan pencerahan yang telah dirintis pendiri Muhammadiyah tersebut. Apalagi sampai menegasikan pikiran-pikiran maju yang mencerahkan di lingkungan Muhammadiyah sendiri. Hikmah seperti itu harus diambil mengingat akar sejarah dan jatidiri Muhammadiyah sejak kelahirannya sebagaimana ditampilkan oleh Kiai Ahmad Dahlan sejatinya gerakan pencerahan: gerakan pembaruan. Ini menjadi sangat penting ketika masalah, tantangan, dan dunia yang dihadapi Muhammadiyah saat ini dan ke depan sangatlah besar dan berat. Jika ingin mencerahkan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan maka jadilah Sang Pencerah. Jika Muhammadiyah dan segenap anggotanaya tidak menjadi pencerah, maka siapa yang akan menjadi penggerak pencerahan? HNs

PENASIHAT AHLI: H Din Syamsuddin, HM Amien Rais. PEMIMPIN UMUM: H Ahmad Syafii Maarif. WAKIL PEMIMPIN UMUM: HA Rosyad Sholeh. PEMIMPIN REDAKSI: H Haedar Nashir. WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: HM Muchlas Abror. PEMIMPIN PERUSAHAAN: Didik Sujarwo. DEWAN REDAKSI: HA Munir Mulkhan, Sjafri Sairin, HM Sukriyanto AR, Yusuf A Hasan, Immawan Wahyudi, M Izzul Muslimin. REDAKSI PELAKSANA: Mustofa W Hasyim. STAF REDAKSI: Amru HM, Ton Martono, Asep Purnama Bahtiar, Deni Al-Asy'ari, Mu'arif. SEKRETARIS REDAKSI: Isngadi Marwah. TATA LETAK/ARTISTIK: Dwi Agus M., Amin Mubarok, Elly Djamila. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN: Zuly Qodir, H Aulia Muhammad, A Nafian, EDITOR BAHASA: Imron Nasri, Ichwan Abror PEMASARAN: Luthfi Effendi IKLAN: Ikhwan. ALAMAT REDAKSI/TATAUSAHA: Jalan KH Ahmad Dahlan 43 Yogyakarta 55122 Telp. (0274) 376955 Fax. (0274)411306 SMS: 081904181912 E-mail: redaksism@gmail.com Web: www.suara-muhammadiyah.com Terbit 2 kali sebulan. Harga langganan/eceran 1 nomor Rp. 12.500,- +ongkos kirim untuk: - Sumatera dan Bali Rp.500,- Kalimantan dan Sulawesi Rp.1.500 ,- NTT, NTB, Maluku dan Indonesia Timur Rp.2.500,Berlangganan sekurang-kurangnya 3 bulan (6 nomor) bayar di muka. "SM" menerima sumbangan tulisan dari para pembaca. Panjang tulisan 3-7 hal A4, diketik dua spasi penulis harus mencantumkan alamat lengkap, no. telp., dan no. rekening. Semua naskah masuk menjadi milik Suara Muhammadiyah dan tidak akan dikembalikan.

Melaksanakan Dakwah Islamiyah Amar Makruf Nahi Munkar. Dirintis KHA. Dahlan sejak tahun 1915 PENERBIT: Yayasan Badan Penerbit Pers "Suara Muhammadiyah" SIUPP: SK. Menpen RI No. 200/SK/Menpen/SIUPP/D.2/1986, tanggal 26 Juni 1986, Anggota SPS No. 1/1915/14/D/ 2002 // ISSN: 0215-7381

SM 21-2010
COVER: Joko Supriyanto FOTO: Aka Kurnia

BANKERS: BNI Trikora Rek. No. 0030436020 BRI Katamso Rek. No. 0245.01.000264.30.7 BRI Cik Ditiro Rek. No. 0029.01.000537.30.6 Giro Pos Rek. No. 550 000200 1 Bank Niaga Syariah Rek. No. 520-01-00185-00-4 BPD Rek. No. 001.111.000798 BNI Syariah Rek. No. 009.2196765 Bank Muamalat Rek. No. 531.0000515 Shar-E Rek. 902 69924 99 an. Drs. H Mulyadi Dicetak: Cahaya Timur Offset Telp. (0274) 376730, 380372

WARTAWAN "SUARA MUHAMMADIYAH"

TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA/MEMINTA APA PUN DARI NARASUMBER

SUARA PEMBACA MUSEUM KHA DAHLAN


Dibukanya Museum KHA Dahlan yang sederhana, yang memanfaatkan lantai dasar mushala KHA Dahlan yang bersejarah itu, sebagai rangkaian Muktamar Satu Abad Muhammadiyah yang lalu, untuk sementara memadailah, sebelum Muhammadiyah memiliki museum yang bergengsi, besar dan modern. Puluhan tahun yang lalu saya pernah melontarkan gagasan di SM ini, tentang perlunya Muhammadiyah mempunyai museum. Sedang adik kecil kita Taman Siswa telah mempunyai museum Dewantara Kirti Griya. Tentang museum KHA Dahlan yang rencananya akan diperlengkapi dengan sarana IT, itu bagus. Namun, saya mengusulkan (kalau belum menjadi rencana pihak pengelola museum), sebagai berikut: 1. Ditampilkannya dalam satu almari kaca: kitabkitab rujukan Kiai seperti yang tercantum dalam biografi Kiai. 2. Satu almari (atau beberapa almari) untuk bukubuku yang berkaitan dengan Muhammadiyah yang telah terbit selama ini, baik terbitan dalam negeri atau pun luar negeri. 3. Harap ditampilkan copy majalah Soera Moehammadijah nomor pertama yang konon masih tersimpan di museum di Negeri Belanda, yang KHA Dahlan sebagai salah seorang pengelolanya. Juga penerbitan-penerbitan Muhammadiyah tempo doeloe yang lain, baik asli maupun copy. Sebagai organisasi Islam terbesar di dunia, Muhammadiyah memang pantas untuk memiliki museum yang representatif, besar dan modern. Muhammadiyah jangan selalu kental nuansa Wahabiyahnya yang nanti bukti sejarah, gara-gara takut setengah mati akan kemusyrikan. Ingatlah banyak cendekiawan dalam dan luar negeri yang riset dan menulis tentang Muhammadiyah yang memerlukan bukti sejarah sebagai rujukan ilmiahnya. Dalam kaitan dengan sejarah besar Muhammadiyah sudah selayaknya (Majlis Pustaka) Muhammadiyah menerbitkan: -Satu buku profil perguruan Muhammadiyah/ Aisyiyah, baik yang unggulan maupun yang memprihatinkan, sejak dari Tk sampai PT, misinya setiap wilayah 3 sampai 5 amal usaha pendidikan. Idem dito untuk semua amal usaha Muhmmadiyah/ Aisyiyah. Saya usulkan agar SM (penerbitan) mempunyai Buku Himpunan AD dan ART terbaru Muhammadiyah/Aisyiyah dan Ortomnya. Agar fungsionaris dan aktivis Muhammadiyah/Aisyiyah menjadi makin tahu, barangkali bisa membantu keberadaan dan keberlangsungannya. Hm Hadirin (71) NBM 198.309 Jl. Kalingga III/3, Banyuagung RT 07 II Solo, Jateng.

SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

SAJIAN UTAMA

Memaknai Film

Sang Pencerah
B
eruntung Muhammadiyah memiliki sejarah besar. Memiliki tokoh-tokoh besar yang namanya harum di negeri ini. Salah satunya adalah KHA Dahlan, pendiri Persyarikatan Muhammadiyah. Seorang kiai yang mencanangkan perlunya kita mempraktikkan Islam berkemajuan. Usia satu Abad Muhammadiyah dan memasuki abad berikut, adalah saat yang tepat untuk melakukan refleksi. Refleksi historis, etis dan teologis. Ini menjadi basis dari upaya kita untuk melakukan refleksi organisatoris dan refleksi gerakan. Salah satu bahan baku yang dapat dijadikan titik tolak refleksi tertsebut adalah refleksi tentang kelahiran dan masa awal kelahiran Muhammadiyah. Tokoh-tokoh yang aktif dan proaktif di dalamnya patut dijadikan rujukan. Dan salah satu rujukan utama dari upaya refleksi ini adalah KHA Dahlan bersama para sahabat. Seorang Kiai Dahlan muda yang cerdas, berani, santun, terbuka dan mampu menjaga komitmennya bagi perjuangan Islam. Dalam konteks ini Muhammadiyah juga beruntung karena punya kader profesi sebagai sutradara film bernama Hanung Bramantyo. Dia adalah putera aktivis Muhammadiyah Yogyakarta dan sekolahnya sejak dari TK sampai SMA di Muhammadiyah terus. Dengan demikian pengenalan Hanung Bramantyo terhadap Muhammadiyah tidak diragukan lagi. Juga pengenalan dia terhadap sosok KHA Dahlan. Sebab ketika masa kanak-kanak
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

dan anak-anak, dia sudah sering bermain di sekitar Langgar KHA Dahlan. Ia dapat merasakan suasana Kampung Muhammadiyah seperti Kauman sejak kecil. Ketika saya mempelajari kembali riwayat hidup KHA Dahlan, tiba-tiba saya tersentak. Ternyata beliau itu menjadi Kiai dan mendirikan Muhammadiyah dalam usia yang sangat muda. Usianya masih duapuluhan tahun. Ini yang kemudian saya renungkan. Sebab pada usia muda seperti ini sesungguhnya kita sudah bisa berbuat besar, yaitu melakukan perubahan di dalam masyarakat. Oleh karena itu ketika saya diminta menggarap film riwayat Kiai Ahmad Dahlan berjudul Sang Pencerah ini saya pun mengarahkan cerita ini untuk kalangan anak muda. Apa yang sudah diperbuat oleh anak muda kita sekarang? Bisakah mereka meniru KHA Dahlan dalam menebarkan semangat kemajuan dan semangat unuk melakukan pembebasan sosial? kata Hanung dalam kesempatan diskusi untuk memperkaya bahan penulisan skenario filmnya. Sekarang jutaan aktivis Muhammadiyah telah menonton film Sang Pencerah. Spirit apa yang diperoleh? Inspirasi apa yang kemudian muncul dalam benaknya seusai nonton film ini? Apakah tercerahkan dalam bermuhammadiyahnya? Bisakah mereka terus mengobarkan semangat kemajuan dan pembebasan sosial? bahan dan tulisan: tof

SAJIAN UTAMA

Pusaran Energi Kreatif Dari Sang Pencerah


Film Sang Pencerah menghasilkan pusaran energi positif dan kreatif, tidak saja di kalangan pimpinan dan anggota Muhammadiyah, tetapi juga menyentuh masyarakat umum. Mereka merasa tersegarkan semangatnya, juga tercerahkan jiwanya ketika menonton film ini. Bahkan para pemain film ini juga merasakan hal yang sama. Pesan KHA Dahlan yang ingin disampaikan lewat film ini dapat sampai kepada penontonnya.

alah seorang penonton yang merespons positif film ini adalah DR Ahmad Norma Permata. Dia adalah Ketua LPCR (Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting) PP Muhammadiyah.Saya melihatnya sebagai keberhasilan film tersebut dalam menampilkan pemeran para tokoh-tokohnya. Kemampuan film tersebut sebagai media cerita yang dapat mudah dipahami. Terutama untuk kalangan Muhammadiyah dalam pembelajaran bagi para pelajar dan warga, terutama dalam mencerna tentang pesan sebuah surat Al-Maauun, katanya. Menurut Norma, Giring berpenampilan sangat bagus, juga para tokoh-tokoh lain sehingga tidak saja menarik kalangan remaja Muhammadiyah, tetapi juga remaja pada umumnya. Film itu menggambarkan tantangan yang dialami oleh remaja pada saat itu, yang ingin mengubah kondisi terbaik pada lingkungannya. Sehingga remaja saat ini juga tertantang harus pula dapat mengubah situasi dan kondisi pada saat ini. Intinya, ide cerita itu sudah tercapai, ide film tersebut sudah tersampaikan. Film tersebut sangat legenderis, tidak saja terbaca oleh para tokohnya, tetapi filmnya itu sendiri. Jika pada saat ini muncul fenomena aliran Islam Liberal, sesungguhnya satu abad lalu Dahlan sudah menampilkan sebagai sosok tokoh yang memulai mengenalkan Islam liberal dalam arti positif, yaitu dalam menggebrak kondisi jumud

Foto: DapurFilm

masyarakatnya. Bahwa apa yang ditampilkan dengan rintisan Dahlan dalam mendirikan sekolah yang tidak pernah dijumpai sebelumnya pada jamannya. Intinya Dahlan dapat dilihat sebagai tokoh yang melahirkan generasi berdaya dan memberdayakan, tambah Norma. Sebagai seorang sutradara, Hanung Bramantyo telah tampil penuh prestasi. Film itu luar biasa dampaknya bagi masyarakat, tidak saja pada kalangan dalam Muhammadiyah sendiri tetapi juga kalangan umum. Ungkap Norma, Di Jakarta banyak temanteman NU, dan tokoh di luar Muhammadiyah melihat dan mengapresiasi dengan sangat positif. Terutama, bagi jutaan masyarakat Indonesia, mereka memuji film itu tinggi-tinggi. Film yang sangat bagus. Kiai Dahlan sebagai aset budaya bangsa, dapat dilihat dari diri kemam-

puannya mencerdaskan anak bangsa. Kiai Dahlan tampil sebagai tokoh sukses bagaimana kemampuannya dalam mengelola sebuah perkumpulan. Kendati dirinya sendiri adalah bukanlah seorang tokoh yang paling menguasai agama, dibanding para kiai lainnya. Tetapi kemampuan sesungguhnya Kiai Dahlan adalah bagaimana dia sukses menyampaikan pesan penting dari inti surat Al-Maauun yang menjadi gerakannya dalam mengelola sebuah masyarakat agar peduli terhadap kemiskinan, kesengsaraan dan kesejahteraan. Sekaligus kesehatan. Setelah melihat film ini mari kita berbuat dengan berprestasi sebesar-besarnya. Itu inti ajaran Dahlan. Penerus Muhammadiyah saat ini, sebagai kelanjutannya dari pergerakan Dahlan harus mampu bekerja keras melahirkan prestasi bangsa. Jika tidak
7

SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

SAJIAN UTAMA
mampu memperlihatkan prestasi maka pada hakikatnya kita sia-sia saja, harap Norma. Seorang penonton lain,Drs. Jabrohim, MM, Ketua LSBOR (Lembaga Seni Budaya dan Olah Raga) PP Muhammadiyah mengatakan, Kita memiliki keuntungan dengan mempersegar nilai-nilai perjuangan dari KH Dahlan. Ini yang dapat dilihat oleh masyarakat secara luas. Tentu saja, nilai-nilai yang positif, bagaimana perjuangan mendirikan sekolah, menyantuni rakyat jelata, dan tentu memberantas penyelewengan-penyelewengan syariat agama dengan memberantas praktik syirik. Tetapi dari sisi lain, saya melihat film semi dokumenter itu sepertinya kita bayar dengan sangat mahal karena sesungguhnya dana produksi film dari Ram Punjabi sudah terlunasi ketika ratusan ribu pemirsa dari kalangan Muhammadiyah nonton beberapa berbondong-bondong memasuki bioskop-bioskop. Keuntungan laba pembuatan fiilm yang milyaran itu lebih banyak dinikmati oleh perusahaan film itu sendiri, dan manfaat finansial untuk Muhammadiyah sedikit sekali, kata Jabrohim. Coba, lihat saja sejak dari pemutaran film serupa, seperti Laskar Pelangi, Ayat ayat Sang Pencerah kemudian disusul membuat film sosok tokoh Jenderal Sudirman,yang tokoh Pandu HW itu, Ungkap Kepala LPM Universitas Ahmad Dahlan itu mengakhiri wawancara. Bagaimana komentar pemain film ini? Ternyata KH Ahmad Dahlan itu seorang Muslim yang amat toleran tetapi tegas. Ia santun dan cerdas. Saya merasa mendapat pelajaran yang amat berharga dengan ikut menjadi pemain dalam film Sang Pencerah, tutur Bondan Nusantara, tokoh ketoprak Yogyakarta seusai peluncuran film itu di Yogyakarta beberapa waktu lalu. Ia nonton bersama dengan para pemain, termasuk aktor Fajar Suharno, Liek Suyanto, Sitok Srengenge, Masrum Bara. Salah satu adegan yang menarik dan selalu diingat penonton adalah ketika Kiai Ahmad Dahlan kedatangan seorang Kiai dari Magelang yang menuduh Kiai Ahmad Dahlah telah kafir karena mendirikan sekolah dengan mempergunakan bangku, papan tulis dan kapur. Sebab itu semua buatan orang kafir. Kiai Dahlan ganti bertanya tentang perjalanan Kiai Magelang itu ke Yogya, apakah jalan kaki atau naik kereta api. Ketika Kiai itu menjawab adalah bodoh kalau orang mau ke Yogya dari Magelang dengan jalan kaki. Sebab sudah ada kereta api. Dengan cepat Kiai Ahmad Dahlan menukas, Kalau begitu Kiai juga kafir, sebab kereta api itu kan buatan orang kafir. Para ibu-ibu di Kauman yang nonton bareng film Sang Pencerah, ada yang selalu teringat adegan itu. Demikian juga penonton lain. Misalnya seorang penjual bakmi di jalan KHA Dahlan. Meski adegan dalam film itu banyak yang telah saya ketahui lewat pelajaran kemuhammadiyahan, tetapi adegan segar itu memang menarik untuk ditonton. Sebab tampak kalau Kiai Dahlan itu cerdas dalam mengatasi masalah, katanya. Yang jelas, ketika ada penonton pulang dari bioskup dan menceritakan pengalaman yang mengesan ketika melihat Sang Pencerah, maka para tetangga atau kenalannya segera tertarik untuk ikut menonton. Pak, ternyata Kiai Dahlan itu cerdas, ramah dan bisa humor juga ya, komentar seorang pelajar SMP Muhammadiyah sepulang menonton bersama tante dan saudara sepupunya. Bahan mru dan tof, tulisan: tof

Foto: DapurFilm

Tentu saja kita harus berbuat yang positif dengan nilai-nilai itu agar tetap hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia. Sehingga kita tetap mencintai gerakan Muhammadiyah ini dan mendakwahkan Islam secara luas. Dari teknis lakon dalam film, seperti yang Jabrohim serap dari beberapa komentar umum memang ada beberapa kekurangan dan kelemahannya. Seperti adegan perusakan langgar Dahlan seharusnya dapat dikembangkan lagi hingga mencapai puncak atau klimaks. Sedang kelemahannya adalah pada ending cerita yang tidak tercapai dengan sebuah klimaks, sepertinya hanya datar-datar saja. Beberapa kelemahan itu yang harus saat ini diperbaiki dan diedit lagi agar tergarap dengan baik. Saya sendiri menghargai upaya sutradaranya dalam menggarap flim ini.
8
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

Cinta dan kini Sang Pencerah berapa milyar dana yang dikeruk dari warga Muhammadiyah, dan keuntungan sebanyak itu tidak dapat dinikmati warga Muhammadiyah. Jadi, menurut saya, seusai melihat Sang Pencerah kita harus berbuat untuk merenung kembali bahwa kita perlu memberdayakan energi aghniya kalangan Muhammadiyah untuk membiayai pembuatan film seperti itu. Dengan demikian sehingga nilai keuntungan pembuatan film dapat kembali dinikmati oleh Muhammadiyah. Apakah warga Muhammadiyah dari kalangan kaya ini mau tersentuh untuk memikirkan hal ini? Coba kita belajar untuk mengambil manfaat dari perenungan seusai nonton film Sang Pencerah. Maukah kita berbuat dari kekuatan dana sendiri untuk keuntungan Muhammadiyah yang lebih luas. Saya pun berharap, semoga setelah

SAJIAN UTAMA

Sang Pencerah Bukan Sekedar Tontonan

Foto: DapurFilm

Sang Pencerah, begitulah judul film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo yang mengisahkan seputar cita-cita dan perjuangan KH Ahmad Dahlan pada awalawal jelang pendirian Persyarikatan Muhammadiyah.

ilm yang diputar jelang perayaan Idul Fitri dan bertepatan pasca Muktamar 1 Abad Muhammadiyah ini begitu menyedot perhatian masyarakat di Tanah Air. Tidak sedikit dari berbagai kalangan termasuk pejabat negara hingga siswa dan pelajar Sekolah Dasar (SD) ikut menyaksikan film tersebut.Bahkan,

menurut Humas Multi Vision Picture Production (MPV) memastikan penonton film yang dibintangi Lukman Sardi itu paling banyak dibandingkan dengan film Indonesia lainnya. Dari empat film yang tayang di bioskop, Sang Pencerah memimpin, kata Aris Muda, Humas Multi Vision Picture Production (MPV). Hal yang sama juga bisa dilihat di internal Muhammadiyah, hampir sebagian besar warga Muhammadiyah di seluruh Tanah Air dengan sengaja memprogramkan nonton bareng (nobar), mulai dari Pimpinan Ranting, Pimpinan Cabang, Pimpinan Daerah dan Pimpinan Wilayah. Tidak kalah dengan Muhammadiyah, amal usahanya pun juga melakukan agenda yang sama berupa nonton bareng karyawan amal usaha, mulai dari karyawan rumah sakit, karyawan lembaga pendidikan bahkan juga karyawan majalah Suara Muhammadiyah. Dengan begitu membludaknya minat masyarakat
SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

SAJIAN UTAMA
termasuk warga Muhammadiyah terhadap film sang pencerah ini, tentu saja ini merupakan awal kesuksesan bagi dakwah Muhammadiyah melalui sebuah film. Apalagi menimbang film yang diproduksi ini bukanlah film yang bersifat populer sebagaimana kebanyakan film remaja (banyak digemari), melainkan sebuah film yang disadur dari sebuah fakta sejarah tentang sosok dan kehidupan pahlawan nasional KH Ahmad Dahlan yang kini lebih dikenal dengan tokoh pendiri Muhammadiyah. Sang sutradara sendiri pun ketika ditemui tidak menyangka jika penggemar Sang Pencerah begitu luar biasa. Ternyata di luar dugaan saya, karena saya pesimis dengan anak-anak muda melihat film sejarah seperti ini, mereka akan resisten. Terbukti filmfilm sejarah seperti GIE , TJUT NYAK DIEN, kurang disukai, tapi sebaliknya dengan film pendiri Muhammadiyah ini, katanya Bukan Sekedar Tontonan Walaupun sama-sama sebagai sebuah film, namun film Sang Pencerah memiliki genre yang berbeda dengan kebanyakan film-film populer lainnya. Sebut saja misalnya Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, dan sebagainya. Sang Pencerah bukan sekedar sebuah tontonan semata, melainkan ia memiliki visi agar menjadi sebuah tuntunan dalam hidup beragama dan berbangsa. Bahkan Din Syamsuddin, Ketua Umum PP. Muhammadiyah berharap film ini bisa membawa pencerahan bagi semua masyarakat, terutama umat Muslim di Indonesia. Saya harap, semua warga ikut menyaksikan film ini. Semoga bisa menjadi pencerah dan menjadi inspirasi bagi siapa saja, baik pemimpin bangsa ini maupun warganya, katanya. Lantas tuntunan dan inspirasi apa sesungguhnya yang bisa dipetik dari film Sang Pencerah tersebut? Menurut Wakil Presiden Boediono yang ikut menyaksikan film Sang Pencerah bersama Ketua Umum PP. Muhammadiyah di Jakarta mengata10
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

kan, bahwa salah satu pesan yang bisa ditangkap dari film ini adalah pesan perdamaiannnya. Hanya satu kata luar biasa. Pesan-pesannya mengenai perdamaian tepat untuk generasi muda saat ini, kata Wapres Boediono kepada pers usai menyaksikan film Sang Pencerah di salah satu bioskop, di Jakarta Memang demikianlah salah satu kesan yang muncul dari sekian banyak pengunjung dari film tersebut. Ketika para santri Dahlan ingin membalas perbuatan orang-orang yang menghancurkan langgar KHA Dahlan dan yang mengatakan KHA Dahlan sebagai kafir, justru kiai melarangnya. Bahkan ketika kiai mengawali mengajar di sekolah yang didirikan Belanda, kiai dilecehkan oleh muridmuridnya saat itu dengan menjawab salam yang disampaikan Dahlan dengan kentut. Namun, apa yang terjadi? KHA Dahlan justru tidak marah dan bahkan yang mengejutkannya lagi adalah, KH Dahlan malah bertanya kepada siswa yang lain yang ingin kentut dipersilakan. Namun, karena tidak ada yang mau kentut lagi, kiai memulai pelajaran agama Islam di sekolah tersebut dengan mengawali materinya masalah kentut dan hubungannya dengan nikmat Allah. Kesabaran dan nilai-nilai perdamaian yang diajarkan Kiai Dahlan akhirnya membuat para siswa sekolahan Belanda itu takjub dan berduyun-duyun belajar dilanggar/sekolah yang didirikan KH Ahmad Dahlan. Begitu pula dengan berbagai tuduhan terhadap KH Ahmad Dahlan, seperti kiai sesat, kiai kafir, kiai kejawen dan sebagainya pada saat itu oleh warga yang tidak menyukai kiai garagara konsistensi dan kebijaksanaan KHA Dahlan dalam mewujudkan citacita Islam rahmatan lilalamin. Tapi kiai sama sekali tidak pernah membalas dengan ungkapan kasar, dan apalagi untuk memusuhinya. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun, ia tetap berteguh hati untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di Tanah

Air tanpa harus memaksa orang yang berbeda pandangan dengan kiai untuk mengikutinya. Jika ada orang yang tidak menyukai pemikiran kiai, Dahlan selalu membuka dialog untuk uji pemikiran dalam rangka menemukan kebenaran yang lebih dekat. KH Dahlan sebagaimana yang diungkapkan oleh wakil presiden Boediono di atas betul-betul membawa pesan perdamaian bagi masyarakat, sehingga raja Kraton pun dengan mudah memberikan izin bagi KHA. Dahlan untuk mendirikan perkumpulan yang kemudian diberi nama Muhammadiyah. Tidak hanya itu, Kiai Penghulu Kamaluddiningrat yang sebelumnya memusuhi KHA Dahlan dan memerintahkan warga untuk membubarkan Muhammadiyah karena baru saja didirikan oleh KHA Ahmad Dahlan, akhirnya tertegun malu akibat kekeliruannya melihat perjuangan KHA Dahlan dan Muhammadiyah saat itu, hingga akhirnya, ia pun tidak segan-segan untuk merestui keberadaan Muhammadiyah. Jadi tidak sedikit tuntunan yang bisa diperoleh melalui film berdurasi 2 jam tersebut, setidaknya hikmah penting yang dapat diambil oleh warga Muhammadiyah adalah, pertama, menyangkut keterbukaan dan keilmuan KHA Dahlan. Agama bukan semata-mata sebuah keyakinan, namun didukung oleh akal dan pikiran. Kedua, keteguhan sikap kiai Dahlan dalam memperjuangkan citacita Islam walaupun menghadapi berbagai tantangan, Ketiga, membangun sikap untuk menghargai perbedaan tanpa harus memaksakan kehendak apalagi mencap orang lain sebagai kafir dan sebagainya. Keempat, selalu memberikan kebaikan dan menyebarkan kabar gembira kepada umat lainnya sebagaimana misi Islam sebagai agama rahmat. Melalui film ini, Haedar Nashir, Ketua PP Muhammadiyah memiliki harapan agar film ini menjadi inspirasi bagi prilaku kita dalam menghidupkan dan menggerakan Muhammadiyah demi kepentingan umat. D

SAJIAN UTAMA

Mengubah Sesuatu Dimulai dari Diri Kita


GIRING NIDJI / Pemeran Tokoh Syuja Banyak sekali pesan dan kesan dalam film Sang Pencerah. Misalnya, nilai semangat dan relijius, kata Giring Nidji. Pesan dalam film ini jelas sangat relevan untuk kaum muda zaman sekarang. Untuk mengubah sesuatu dimulai dari diri kita, keluarga kita, lingkungan kita, jelasnya. Sewaktu ditanya apa kesan selama menjalani proses pembuatan film Sang Pencerah, Giring mengaku terkesan. Ini pertama kali saya terjun dalam perfilman nasional jadi sangat mengesankan buat saya, akunya. Saya salut pada insan-insan perfilman nasional yang begitu profesional, kesannya. bahan dan tulisan: rif

Kaum Muda Tidak Harus Tunduk pada Kaum Tua


INDRA GUNAWAN / Kru DapurFilm Kaum muda tidak harus tunduk pada paham kaum tua, komentar Indra Gunawan, kru DapurFilm, sewaktu ditanya tentang pesan dalam film Sang Pencerah. Kebenaran yang kita yakini harus disampaikan walaupun banyak yang menentang. Sampaikan dan ajarkan tanpa ada kekerasan atau paksaan!, tegasnya. Indra Gunawan yang bertanggung jawab melakukan riset data dalam film Sang Pencerah menilai KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, sebagai seorang yang humanis dan berwatak sosialis. Dahlan sangat humanis dan sosialis, katanya. Ditanya, apakah pesan dalam film ini ditujukan kepada kelompok tertentu di Muhammadiyah, Indra menjawab, Tidak ada niatan ke situ! Indra kembali menegaskan, tapi kalau ada yang merasa ya mohon maaf!, bahan dan tulisan: rif

Muhammadiyah Inklusif, Toleran dan Menghargai Perbedaan


HANUNG BRAMANTYO / Sutradara Film Sang Pencerah Muhammadiyah memaparkan Islam yang inklusif, toleran, dan menghargai perbedaan, demikian komentar Hanung Bramantyo sewaktu menjelaskan pesan dalam film Sang Pencerah. Sewaktu ditanya, apakah pesan tersebut ditujukan kepada kelompok tertentu di Muhammadiyah, Hanung menyanggah bertanya, Kelompok tertentu? Bukankah Muhammadiyah di muktamar secara resmi menolak pluralisme? Hanung mengajak untuk merenungkan kembali makna plural, pluralitas, dan pluralis. Pluralisme adalah doktrin tentang keberagaman, jelas Hanung seraya mengutip pendapat Buya Syafii Maarif, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kalau itu yang jadi rujukan, saya sepakat bahwa Muhammadiyah bukan organisasi pluralisme. Karena, sekalipun berbeda, tetap lakum dinukum waliyadin! tegasnya. Ditanya apakah rencana tema film Sang Pencerah jilid dua masih sama seperti Sang Pencerah jilid pertama, Hanung menjawab, Sama bahan dan tulisan: rif

SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

11

BINGKAI

Memaknai Gerakan Pencerahan


DR. H HAEDAR NASHIR, M.SI.

stilah pencerahan semakin populer setelah film Sang Pencerah hadir di ruang publik. Tetapi, bagi Muhammadiyah istilah tersebut tidaklah asing. Bahkan boleh dikatakan, kata pencerahan itu menjadi khas atau tipikal Muhammadiyah. Kata ini secara intensif dipopulerkan oleh Muhammadiyah ke ruang publik pada masa kepemimpinan Muhammadiyah Prof. DR. Ahmad Syafii Maarif, sebagaimana istilah gerakan dakwah kultural dalam Muhammadiyah. Muktamar ke-45 tahun 2005 di Malang malahan mengusung tema Tajdid Gerakan untuk Pencerahan Peradaban. Jika kata pencerahan dikaitkan dengan istilah Tanwir, maka Muhammadiyah memiliki hak paten istilah ini. Karena kata dan istilah Tanwir telah melekat dengan institusi permusyawaratan tertinggi di bawah Muktamar dalam gerakan Islam ini, yakni Sidang Tanwir. Sidang Tanwir pertama kali dibentuk hasil Muktamar Muhammadiyah tahun 1935 di Banjarmasin, waktu itu dinamai Majelis Tanwir. Dalam Dua Belas Langkah Muhammadiyah tahun 1938 hasil pemikiran Kiai Haji Mas Mansur (Ketua PB Muhammadiyah 1938-1942), bahkan disebutkan langkah ke delapan yakni Menguatkan Tanwir. Karena itu Sidang Tanwir dalam Muhammadiyah dapat disebut sebagai Sidang Pencerahan, maksudnya forum permusyawaratan tersebut mencerminkan spirit, pemikiran, dan langkah untuk pencerahan dan orang-orang yang bersidang di dalamnya tentu harus tercerahkan dan mencerahkan. Kata al-tanwir dalam al-Munjid senapas dengan alnur (nawara-yunawira-tanwira), dari akar kata na-ra (nara-yanuru-nawra-niyara ) yakni adhaa/dhahara. Artinya, cahaya yang terang dan menerangi, yang bersinar dan menyinari. Selain api yang memercikan sinar terang, kata al-nar juga mengandung makna al-rayu yaitu akal pikiran, yakni kegiatan memikirakan sesuatu dan menghasilkan pemikiran. Jadi kata tanwir selain makna pencerahan, juga mengandung makna pemikiran atau penggunaan akal pikiran. Dalam tradisi pemikiran Barat modern, sejalan dengan makna pencerahan sebagai awal manusia akil-baligh dengan menggunakan akal pikiran.
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

Dalam bahasa Indonesia kata pencerahan berasal dari kata cerah yang artinya terang, jernih, berseri, dan baik. Pencerahan artinya proses, dan cara mencerahkan. Sedangkan mencerahkan artinya membuat menjadi cerah yakni menjadi terang, jernih, dan baik. Dalam istilah Inggris (Oxford Dictionary) kata pencerahan dikenal dengan enlightenment (kata benda) dari kata enlighten, yakni give more knowledge or understanding, memberi banyak pengetahuan atau pengertian/ pemahaman. Artinya dalam pencerahan terjadi proses pembentukan dan pengayaan pengetahuan serta pemahaman tentang segala hal kehidupan, sehingga manusia tidak sekadar menerima apa adanya secara statis. Pencerahan sebagai seuatu gerakan di Barat terjadi pada abad ke-18 dengan lahirnya era Aufklarung (Enlightenment) mula-mula di Inggris terus berkembang ke Jerman dan Perancis, setelah itu meluas ke berbagai belahan dunia yang terpengaruh oleh alam pikiran modern. Pemikir pencerahan yang paling menonjol ialah Immanuel Kant (1724-1804), seorang pemikir filsafat ternama kelahiran Jerman. Menurut Kant, zaman pencerahan merupakan era ketika manusia keluar dari masa kanakkanak menuju dewasa (shapere aude), yakni ketika manusia menggunakan akal pikiran untuk keluar dari berbagai tahayul atau metafisika yang memerangkap pada dogmatisme. Inilah zaman baru yang melahirkan berbagai pemikiran yang menerangi dunia menuju alam pikiran modern yang memaksimalkan nalar kritis manusia. Namun di Barat, gerakan pencerahan melahirkan sisi ekstrem, yakni lahirnya liberalism yang membuahkan pemikiran agnotisme (anti agama) bahkan ateisme (anti tuhan). Dalam perkembangan pemikiran di Barat memang gerakan pencerahan ada kaitannya di antaranya sebagai respons antitesis atau kritis terhadap dogmatism masyarakat maupun agama Kristen yang terperangkap pada konservatisme. Bahkan gereja atau kalangan agama (Kristen, Katholik) kala itu dipandang telah mengkerangkeng akal pikiran pada berbagai kejumudan atau statisme dan dogmatism, yang melahirkan anti pemikiran seperti dihukum matinya pemikir Gallileo di Italia. Agama di Barat

12

BINGKAI
pada abad tengah itu selain anti pemikiran, juga tidak peduli terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan, sehingga melahirkan gerakan Humanisme sebagai antithesis terhadap Teosentrisme yang dibawa gereja. Sejak itulah, terjadi permusuhan antara agama dan pemikiran manusia modern, yang tidak jarang terbawa hingga saat ini di belahan lain yang sesungguhnya tidak memiliki tradisi pertentangan antara agama dan pemikiran manusia seperti dalam tradisi Islam di era keemasan. Pada kehidupan umat Muslim, gerakan pencerahan terkait dengan masa kejayaan Islam atau era the renaissance of Islam. Era selama lima abad itu Islam menjadi kekuatan sejarah dan peradaban yang memadukan wahyu (agama Islam) dengan pemikiranpemikiran peradaban. Lahirlah pemikir-pemikir besar dalam Islam seperti Ibn Khaldum, Al-Khawarizmi, Ibnu Sinna, Ibn Rusyd, Al-Ghazali, Ibn Maskawaih, Al-Birruni, Ibn Batutah, dan cendekiawan-cendekiawan atau pemikir-pemikir Islam kenamaan lainnya. Para pemikir besar Islam tersebut bukan hanya membangkitkan kemajuan umat Islam. Bahkan, menjadi inspirasi bagi kebangkitan pemikiran dan peradaban Barat ketika itu masyarakat Barat masih tertidur lelap dalam era kegelapan (the dark age). Islam tidak mengenal pertentangan antara agama dan ilmu, antara Islam dan peradaban sebagaimana terjadi di Barat. Islam juga tidak mengenal pemisahan absolute antara agama dan politik atau negara. Juga antara agama dan kehidupan, sebagaimana menjadi dasar pemikiran sekularisme di Barat. Ilmu-ilmu ke-Islaman (Dirasat Islamiyyah) seperti ilmu tafsir, ilmu Hadits, fiqih, dan sebagainya berkembang bersamaan dengan ilmu kalam, falsafah, dan ilmu-ilmu umum seperti ilmu kedokteran, fisika, matematika, sejarah, sosiologi, dan sebagainya. Karena itu pencerahan sebagai sebuah makna maupun gerakan haruslah ditarik ke ranah yang lebih luas dan strategis dalam gerakan Muhammadiyah, ketika gerakan Islam yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan (Sang Pencerah) itu mengusung kembali idiom pencerahan. Pencerahan juga Sang Pencerah jangan dijadikan slogan belaka, apalagi sekadar menjadi klangenan atau barang pajangan untuk dipamerkan. Pencerahan harus menjadi alam pikiran yang membentuk perilaku, cara berpikir, dan bertindak baik dalam kehidupan pribadi atau individual maupun dalam menggerakkan Muhammadiyah. Warga, lebih-lebih kader dan pimpinan Muhammadiyah, dituntut untuk memiliki alam pikiran yang cerah dan mencerahkan. Bukan sebaliknya jumud, anti pemikiran, dan anti kemajuan. Contohlah bagaimana Kiai Dahlan tampil sebagai Sang Pencerah. Dalam usia 20 atau 21 tahun telah memulai langkah pencerahan melalui pembaruan arah kiblat, kemudian berlanjut dengan pembaruan pendidikan Islam, pelayanan kesengsaraan umum, taman pustaka, tabligh ke ruang publik, pergerakan perempuan melalui Aisyiyah, pengorganisasian haji dan zakat, dan amalan-amalan Islami yang bersifat kemasyarakatan. Pemikiran dan langkah pembaruan yang digagas serta dipelopori Kiai Dahlan kala itu mengagetkan para ulama dan masyarakat Islam yang masih dikungkung oleh alam pikiran tradisional dan jumud. Sang Pencerah bahkan diolokolok sebagai kiai kafir dan sesat karena memperkenalkan pikiran-pikiran maju yang menjadi esensi pembaruan atau pencerahannya. Karena itu kalau pada saat ini warga, elit, dan pimpinan di lingkungan Muhammadiyah ada yang terkaget-kaget, cemas, takut, dan kemudian memperolok orang-orang berpikiran maju maka keadaannya dapat berbalik arah ke masa Sang Pencerah. Jika dulu pihak lain yang memiliki sikap reaktif terhadap pikiran-pikiran maju Kiai Dahlan, maka jangan sampai saat ini pengikut Kiai Dahlan atau orang Muhammadiyah bersikap seperti para penentang Sang Pencerah di masa lampau. Memang perlu kritis terhadap pikiran-pikiran maju agar tidak sekadar orientasi kemajuan tanpa fondasi, bingkai, dan perspektif Islam. Namun juga bukan berarti serba reaktif terhadap pikiran-pikiran maju tanpa argumentasi yang kokoh, apalagi didasari oleh isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Jika benar terdapat hal-hal yang melenceng atau tidak sejalan dengan ajaran Islam maka sudah selayaknya diluruskan dengan argumentasi dan cara yang argumentative berdasarkan cakrawala pemikiran Islam yang multi-perspektif. Kajilah pemikiran-pemikiran itu secara luas dan mendalam, jangan sekadar atas dasar isu. Bila perlu tampilkan atau berikan pemikiran-pemikiran Islam yang bersifat alternatif. Jika anti terhadap sekularisme dan liberalism, dan pluralism karena bertentangan dengan ajaran Islam maka tampilkan pemikiran Islam yang melampaui (mengungguli) pemikiran produk Barat tersebut. Jadi bukan sekadar anti, apalagi malah lari ke kutub ekstrem sebaliknya dengan menawarkan alternatif pemikiran yang serba lampau dan anti kemajuan (konservativisme). Anggota Muhammadiyah jelas harus menjadi pencerah sebagaimana Sang Pencerah telah memelopori seratus tahun yang silam, yang menjadikan berdirinya Muhammadiyah. Anggota atau terutama kader dan elite pimpinan Muhammadiyah saat ini tidak boleh terjebak pada kejumudan hanya karena anti terhadap sekularisme, liberalism, dan pemikiran-pemikiran lain yang dipandang bertentangan dengan Islam. Warga Muhammadiyah setidaktidaknya mampu memelihara dan mengembangkan pencerahan yang telah dirintis pendirinya, jika belum sampai pada ikhtiar menampilkan pikiran dan langkah pencerahan baru yang lebih unggul. Apa yang diputuskan dalam Muktamar Muhammadiyah ke-46 di Yogyakarta dalam hal Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua patut menjadi rujukan.
SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

13

TANYA JAWAB AGAMA

FIDYAH DIBAYAR SEKALIGUS DAN FIDYAH DENGAN UANG


Tanya: Saya seorang perempuan lanjut usia (80 tahun lebih). Saya merasa tidak kuat menjalankan ibadah puasa, karena apabila saya berpuasa badan saya menjadi sangat lemah dan bisa sakit. Saya berkeinginan membayar fidyah. Tetapi, kata orang di kampung saya, fidyah harus dibayar setiap hari dan tidak boleh dibayar sekaligus, serta harus dalam bentuk makanan dan tidak boleh dalam bentuk uang. Saya tidak mampu menyiapkan makanan dan mengantarkannya kepada fakir miskin setiap hari karena tempat yang agak jauh dan karena usia saya yang sudah sangat lanjut. Pertanyaannya: Apa memang tidak boleh dibayarkan sekaligus baik di depan atau di belakang untuk orang dalam kondisi seperti saya? Dan apa memang harus dalam bentuk makanan dan apa tidak boleh dalam bentuk uang? Terima kasih atas perhatiannya. Hj Maryam, Midai, Kepri, pertanyaan disampaikan lewat telpon, tanggal 4 Ramadlan 1431 H (disidangkan [ada hari Jumat, 17 Ramadlan 1431 H / 27 Agustus 2010 M) Jawab: Pertama-tama disampaikan terima kasih kepada Ibu Hj Maryam atas pertanyaannya. Puasa Ramadlan adalah salah satu kewajiban agama yang difardlukan atas setiap orang Mukmin dewasa baik laki-laki maupun perempuan, dan puasa Ramadlan itu merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima yang wajib dijalankan. Tujuan ibadah puasa itu adalah sebagai sarana pendidikan untuk membentuk manusia yang bertakwa dan sekaligus sebagai wujud ketaatan kepada Allah swt. Namun demikian Allah SwT di dalam Al-Quran memberi perkecualian dari kewajiban melaksanakan puasa Ramadlan atas orang-orang tertentu yang karena suatu atau lain sebab tidak bisa melaksanakan kewajiban tersebut. Perkecualian ini diberikan sesuai dengan prinsip agama Islam itu sendiri bahwa agama ini bertujuan untuk memberi rahmat kepada manusia (Q. 21: 107) dan tidak bertujuan mempersulit manusia (Q. 5: 6; 22:78). Bahkan dalam ayat puasa sendiri ditegaskan bahwa prinsip pelaksanaan puasa itu adalah memudahkan sebagaimana firman Allah, Artinya: Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka). Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan atas orang-orang yang berat menjalankannya wajib membayar fidyah (jika mereka tidak berpuasa), yaitu: memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu adalah lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (Q. 2: 184). 2. Orang yang memiliki uzur tetap, yaitu orang lanjut usia yang tidak lagi mampu berpuasa seperti Ibu Hj Maryam yang berusia 80 tahun lebih dan tidak kuat lagi berpuasa , orang sakit menahun, orang yang penghidupannya adalah dengan bekerja berat seperti kuli pekerja tambang, kuli pelabuhan atau semacam itu yang apabila berpuasa mereka akan mengalami kesulitan besar dan merasa teramat berat dan menderita. Termasuk juga kategori ini adalah wanita hamil dan menyusui. Kepada mereka ini diberi rukhsah (dispensasi, keringanan) untuk tidak berpuasa, tetapi diwajibkan membayar fidyah, yaitu memberi makan satu orang miskin untuk satu hari tidak puasa dengan kadar sekurang-kurangnya satu mud bahan pangan pokok (6 ons). Dasarnya adalah potongan ayat yang telah dikutip di atas,

Artinya: Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu (Q. 2: 185). Atas dasar itu kepada orang-orang tertentu diberi keringanan (rukhsah) dalam menjalankan ibadah tersebut. Orang-orang yang mendapat keringanan itu adalah: 1. Orang yang memiliki uzur sementara, yaitu orang sakit dan bepergian (musafir). Mereka ini dibolehkan tidak puasa, tetapi diwajibkan membayarnya (mengqadlanya) pada hari lain di luar bulan Ramadlan. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam ayat 184 surat AlBaqarah yang menegaskan,

Artinya: Dan wajib atas orang-orang yang berat menjalankannya membayar

Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
14

24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

TANYA JAWAB AGAMA


fidyah (jika mereka tidak berpuasa), yaitu: memberi makan seorang miskin (Q. 2: 184). Dalam Tafsir al-Manar ditegaskan bahwa al-ladzina yuthiqunahu berarti orang-orang yang amat berat dan amat sulit menjalankan puasa meskipun jika dipaksakan bisa dilakukan tetapi dengan masyaqqah (keadaan berat) yang besar (Juz II: 126). Arti ini meliputi orang-orang tua yang lemah, orang sakit menahun, pekerja berat di pertambangan, kuli pelabuhan, tukang becak, supir kendaraan besar jarak jauh, termasuk wanita hamil dan menyusui. Mereka diberi rukhsah (keringanan) untuk tidak berpuasa tetapi diwajibkan menggantinya dengan membayar fidyah. Akan tetapi, sesuai dengan akhir ayat 184 Al-Baqarah yang dikutip di muka, jika mereka ini mengupayakan untuk berpuasa, maka hal itu lebih baik. Jika seandainya mereka miskin sehingga tidak mampu membayar fidyah, maka tidak ada kewajiban membayar fidyah, sesuai dengan firman Allah, fidyah secara sekaligus sebagaimana boleh juga membayarnya secara diecer setiap hari tidak puasa. Demikian pula, secara zahir ayat 184 Al-Baqarah di atas, boleh seluruh fidyah itu diberikan kepada satu orang miskin saja atau, bilamana fidyah berupa memberikan makanan, boleh diberikan dalam satu hari saja kepada sejumlah orang miskin sesuai jumlah hari tidak berpuasa (memberi makanan satu hari saja untuk 30 orang miskin karena membayar fidyah puasa 30 hari). Menurut Syaikh Usaimin pandangan ini dianut oleh kebanyakan ulama Syafiiah, Hanabilah, dan sejumlah ulama Malikiah. Ibn Muflih (w. 763/1362) dalam Kitab al-Furu (IV: 448) dan Ibn al-Mardawi (w. 885/1480) dalam kitab al-Insaf (III: 291), keduanya dari mazhab Hanbali, menegaskan, Boleh menyalurkan pemberian makan kepada satu orang miskin secara sekaligus. Artinya seluruh fidyah diberikan kepada satu orang miskin saja. Penegasan yang sama juga dikemukakan oleh Imam anNawawi (w. 676/1277), seorang ulama Syafiiah, dalam kitab Raudlah ath-Thalibin (II: 246). Al-Bahuti (w. 1046/1636) dalam Kasysyaful-Qina mendasarkan kebolehan tersebut kepada zahir ayat fidyah 184 al-Baqarah di atas. Seperti halnya memberikan seluruh fidyah boleh kepada satu orang, maka boleh pula memberikan fidyah, bila dalam bentuk makanan siap santap, kepada tiga puluh orang miskin dalam satu hari saja, sesuai dengan zahir ayat fidyah di atas, juga sesuai dengan yang dipraktikkan oleh Sahabat Anas Ibn Malik r.a., salah seorang Sahabat Nabi saw yang ketika di usia tua tidak mampu lagi berpuasa, lalu beliau mengundang makan 30 orang untuk satu hari saja. Asar ini diriwayatkan oleh Ibn Mullas (w. 270/883) dalam Subaiyyat Abi al-Maali, h. 18). Adapun mendahulukan fidyah sebelum masuknya bulan Ramadlan tidak dapat dibenarkan karena fidyah itu adalah pengganti dari suatu kewajiban yang tidak dapat dilaksanakan karena uzur tetap. Sementara puasa Ramadlan sendiri, sebelum masuknya bulan Ramadlan, belum wajib dilaksanakan, jadi belum ada kewajiban sehingga karenanya tidak mungkin ada fidyah pengganti kewajiban. Mengenai wujud fidyah yang dikeluarkan dapat berupa (1) makanan siap santap seperti dilakukan oleh Anas Ibn Malik ra dalam riwayat Ibn Mullas di atas, (2) bahan pangan seperti gandum, cantel, tamar, atau beras. Hal ini difahami dari keumuman kata thaam (makanan) di dalam ayat fidyah (Q. 2: 184) di atas. Di dalam Hadits-Hadits Nabi saw kata thaam dipakai dalam dua makna, yaitu makanan siap santap dan bahan pangan. Dalam Hadits riwayat Muslim Nabi saw bersabda,

Artinya: Apabila seseorang kamu diundang makan (thaam), maka hendaklah ia memenuhinya (HR Muslim, Sahih Muslim, II: 1054). Dalam Hadits ini kata thaam berarti makanan siap santap. Sementara itu dalam Hadits lain kata thaam berarti bahan pangan, misalnya dalam Hadits Abu Hurairah,

Artinya: Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sebatas kemampuannya (Q. 2: 286). Mengenai cara membayar fidyah, apakah boleh dilakukan sekaligus saja atau diecer dengan cara membayar setiap kali tidak berpuasa Ramadlan, maka sesungguhnya tidak ada ketentuan bahwa wajib dibayar secara diecer setiap hari tidak puasa. Karena itu boleh dilakukan pembayaran fidyah secara sekaligus baik sejak saat mulai tidak puasa di bulan Ramadlan maupun setelah selesai seluruh bulan Ramadlan karena itu lebih memudahkan sesuai dengan firman Allah dalam Q. 2: 185 yang telah dikutip di atas dan dalam firman Allah,

Artinya: Dan tiadalah Dia (Allah) membuat kesulitan bagimu dalam (manjalankan) agama (Q. 22: 78). Fatwa dari Lajnah Daimah dari Arab Saudi juga membolehkan membayar

Artinya: Dari Abu Hurairah (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw lewat pada seorang penjual bahan pangan (thaam), lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam bahan pangan itu, ternyata tipuan. Lalu Rasulullah saw berkata: Tidak termasuk umat kami orang yang melakukan penipuan (HR Ibn Majah). Dalam Hadits ini dan banyak Hadits lainnya kata thaam berarti bahan pangan. Jadi oleh karena itu fidyah dapat diberikan dalam bentuk makanan jadi atau dalam bentuk bahan pangan. Yang dimaksud dengan bahan pangan di sini adalah bahan pangan yang berupa makanan pokok seperti gandum, cantel atau tamar. Di Indo-

Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

15

TANYA JAWAB AGAMA


nesia bahan pangan pokok adalah beras, yang dibayarkan sebanyak 6 ons untuk satu hari meninggalkan puasa karena tidak mampu berpuasa. Dapatkah fidyah dibayarkan dalam bentuk uang senilai bahan pangan? Mengenai pembayaran fidyah dengan uang, maka terdapat perbedaan pendapat ulama. Fatwa Lajnah Daimah dari Arab Saudi dengan mufti Abdul Aziz Ibn Abdullah Ibn Baz tidak membolehkan membayar fidyah dalam bentuk uang. Tetapi fatwa itu tidak menjelaskan alasannya. Fatwa itu hanya berbunyi singkat, Tidak memenuhi ketentuan apabila engkau membayar fidyah dengan uang sebagai ganti memberi makan. Fatwa-fatwa lain seperti fatwa dari al-Azhar yang diberikan oleh Syaikh Hasanain Muhammad Makhluf dan fatwa dari Dar al-Ifta yang dikeluarkan oleh Syaikh Muhammad Ali Jumah dan fatwa dari Komisi Fatwa Kuwait membolehkan membayar fidyah dengan uang. Syaikh Hasanain Muhammad Makhluf dalam salah satu fatwanya menegaskan bahwa, Apabila sakitnya tidak dimungkinkan untuk sembuh lagi, maka wajib atasnya membayar fidyah seperti halnya orang tua yang lemah dan fidyah itu adalah memberi makan dua kali kepada satu orang miskin atau memberi bahan pangan seperti gandum setengah sha atau membayar nilainya (dengan uang). Dalam fatwa ini disebut memberi makan orang miskin dua kali dikarenakan dalam satu hari orang makan sekurang-kurangnya dua kali. Dilihat dari segi sifat likuid dari uang sehingga lebih luwes dapat digunakan untuk kebutuhan yang diprioritaskan oleh orang miskin, maka menurut kami pendapat yang membolehkan pembayaran fidyah dengan uang adalah lebih rajih. Ulama-ulama Hanafi ketika membolehkan memberikan zakat fitrah kepada orang miskin dalam bentuk uang beralasan bahwa uang lebih likuid sifatnya dan lebih luwes penggunaannya. Selain itu juga karena alasan bahwa zakat fitrah dan juga fidyah adalah kewajiban yang terletak dalam zimmah. Bukan kewajiban kehartaan yang dikaitkan kepada jenis harta tertentu. Atas dasar itu kami berpendapat bahwa pembayaran fidyah dalam bentuk uang adalah sah dan memenuhi ketentuan perintah fidyah. Dalam fatwa Majelis Tarjih yang termuat pada buku Tanya Jawab Agama, jilid 2: 126-128, ketika menjawab pertanyaan tentang kebolehan membayar zakat fitrah dan fidyah dengan uang, diuraikan panjang lebar arti kata thaam dalam ungkapan thaam al-miskin yang disebutkan dalam Al-Quran. Menyarikan uraiannya yang panjang, fatwa itu menegasakan, Ringkasnya, pengertian thaam dalam pengertian bahasa, pengertian dalam AlQuran maupun dalam Hadits mempunyai beberapa arti. Dapat berarti makanan, baik yang mentah maupun yang matang. Dapat pula berupa suatu pemberian yang dapat digunakan untuk memberikan santunan terhadap keperluan hidup fakir/miskin, seperti uang (h. 128). Akan tetapi dalam kesimpulan kurang diberi penegasan mengenai boleh atau tidak boleh memberikan fidyah dalam bentuk uang. Fatwa itu menyatakan, Kesimpulannya membayar fitrah dan fidyah, bagi yang tidak mampu melaksanakan puasa, yang utama dibayar dengan memberikan makanan yang masih mentah seperti beras dan sesamanya yang menjadi makanan harian si pembayar (h. 128). Oleh sebab itu, dalam fatwa yang sekarang ini dipertegas kebolehan membayar fidyah dalam wujud uang berdasarkan alasan seperti telah dikemukakan di atas. Uraian panjang di atas, menyangkut pertanyaan yang diajukan, dapat diringkas sebagai berikut: 1. Pembayaran fidyah bagi orang yang tidak menjalankan puasa Ramadlan karena uzur tetap seperti usia sangat lanjut, sakit menahun, hamil dan menyusui, atau kerja sangat berat terusmenerus dapat dilakukan dalam bentuk memberi jamuan makan (makanan siap santap), memberi bahan pangan 6 ons beras, atau dalam bentuk uang senilai bahan pangan tersebut. 2. Pembayaran fidyah bagi orang sebagaimana tersebut pada angka 1 di atas dapat dilakukan sekaligus dan dapat pula dilakukan setiap hari serta dapat dilakukan di muka sejak awal Ramadlan dan dapat pula dilakukan kemudian. Tetapi tidak dapat dilakukan sebelum masuknya bulan Ramadlan. 3. Pembayaran fidyah bagi orang sebagaimana tersebut pada angka 1 di atas dapat dilakukan dengan memberikan seluruh fidyah kepada satu orang miskin saja. 4. Pembayaran fidyah bagi orang sebagaimana tersebut pada angka 1 di atas, bilamana berupa memberi makanan siap santap, dapat dilakukan satu hari untuk seluruh hari Ramadlan tidak puasa dengan menjamu makan orang miskin sejumlah hari Ramadlan yang tidak dipuasai. Wallahu alam bish-shawab. *sy).

Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
16

24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

ENGUSAHA PENGUSAHA KEW WAJIBAN P KE AJIKAN DAN M MAJIKAN EKTIF AL-QURAN (4) ERSP AM P DAL ERSPEKTIF PERSP DALA
PROF. DR. H MUHAMMAD CHIRZIN, M.AG. GURU BESAR UIN SUNAN KALIJAGA DAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

alam ayat yang lain AlQuran menjelaskan tentang pribadi Nabi Yusuf yang cerdas dan dapat dipercaya.

Yusuf berkata, Jadikanlah aku bendaharawan negara; sungguh aku yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan. Demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir. Dia berkuasa penuh pergi ke mana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyianyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang yang beriman dan selalu bertakwa. (Yusuf [12]: 55-57) Yusuf alaihissalam oleh raja diberi kekuasaan penuh. Ia dapat saja menikmati kedudukannya itu, menerima gaji, melemparkan pekerjaan berat dan barangkali tidak menyenangkan ke bahu orang lain, dan buat dirinya adalah yang serba gemilang dan membawa nama. Tetapi itu bukan bawaannya, juga bukan sifat dan bawaan orang-orang yang ingin benar-benar mengabdi. Semua tugas yang berat dan tidak menyenangkan dipikulnya sendiri. Tugas itu ialah da-

lam mengumpulkan segala persediaan pada masa makmur, untuk menghadapi tahun-tahun kekeringan yang akan datang. Sengaja ia minta ditempatkan sebagai penanggung jawab lumbung-lumbung dan gudang-gudang makanan, dan pekerjaan berat untuk mengadakan dan menjaganya. Alasannya sederhana saja, dia mengerti benar segala keperluan melebihi siapa pun, dan dia sudah siap memikul sendiri segala macam kecaman karena harus membatasi pemberian pada waktu makmur itu.27 Dalam konteks sekarang, jabatan Nabi Yusuf seperti kepala badan usaha logistik (Bulog). Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Janganlah engkau meminta jabatan. (HR Bukhari). Pesan Nabi tersebut seolah-olah bertolak belakang dengan ayat di atas yang menjelaskan bahwa Nabi Yusuf meminta untuk dipercaya menjadi bendaharawan negara. Nabi Yusuf meminta jabatan tersebut atas dasar tanggung jawab dan pengetahuan yang luas tentang masalah yang sedang dihadapi negara. Siapa pun boleh melamar jabatan bilamana ia mempunyai kapabilitas, integritas dan responsibilitas yang tinggi serta sanggup mempertanggungjawabkan segala langkah, tindakan dan keputusannya, baik kepada sesama di dunia ini maupun kepada Allah di hari akhir. Dengan demikian Hadits tersebut mengandung pesan agar orang tidak mudah-mudah meminta jabatan yang ia belum tentu sanggup melaksanakannya dengan saksama dan mempertanggungjawabkannya.

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam tekun dalam melakukan sesuatu pekerjaan.
28

Allah juga menganugerahkan kepada Thalut kecakapan dalam ilmu yang luas dan badan yang perkasa.

Nabi mereka berkata, Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu. Mereka bertanya,Bagaimana ia akan memerintah kami, padahal kami lebih berhak atas kerajaan daripadanya, dan dia tidak diberi kekayaan yang cukup banyak? Dia berkata, Itu pilihan Allah atas kamu ditambah dengan karunia kecakapan dalam ilmu dan badan yang perkasa. Allah menganugerahkan kekuasaan-Nya kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mendengar, Maha Tahu. (Al-Baqarah [2]: 247). Selain keterampilan kerja, pekerja juga memerlukan keterampilan mental (kecerdasan emosional) yang sangat berguna di dunia kerja, dalam interaksi antara karyawan dan karyawan, maupun antara karyawan de17

SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

ngan pengusaha dan dalam menghadapi segala situasi. Pengembangan kepribadian karyawan sangat diperlukan untuk mewujudkan karyawan yang tangguh secara mental dan moral, memiliki dedikasi yang tinggi dan etos kerja yang prima untuk mendukung pencapaian target perusahaan. Karyawan harus berjiwa entrepreneur, menyukai perubahan, melakukan berbagai temuan yang membedakannya dengan orang lain, menciptakan nilai tambah, memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain, karyanya dibangun berkelanjutan.29 Keyakinan bahwa kita mampu meraih segala impian akan membuat kita mengerahkan seluruh potensi dan tindakan yang ada untuk meraih prestasi maksimal.30 Karyawan harus memiliki mental saudagar. Ia harus memiliki seribu akal yang kreatif dan inovatif, serta menghasilkan kinerja tangguh. Gagah, berani dan perkasa dalam usaha.31 Penelitian tentang kecakapan dalam lebih dari 200 perusahaan dan organisasi-organisasi di seluruh dunia menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari perbedaan besar antara pekerja-pekerja berperforma tinggi dan rendah dikarenakan kecakapan teknis dan kemampuan kognitif, sementara dua pertiganya dikarenakan kecakapan emosi. Pada posisi kepemimpinan puncak, lebih dari empat per lima dari perbedaan ini adalah dikarenakan kecakapan emosi.32 UMKM (Usaha Mjikro, Kecil, dan Menengah) di Taiwan, misalnya, mempunyai etos kerja cukup tinggi, ulet, mental baja dan mempunyai inovasi tinggi. Hal ini membuat produk mereka memiliki daya saing yang mampu menembus pasar dunia.33 Di China, bisnis perekonomian berkembang pesat. Dengan sektor tenaga kerjanya yang murah dan sanggup bekerja keras, membuat daya saing barang-barang China semakin kompetitif.34 Profil pekerja yang unggul: mengejar prestasi; lebih memilih bekerja
18
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

dengan pakar untuk mencapai tujuan prestasi, berani mengambil risiko; tidak takut risiko dengan sedapat mungkin menghindari risiko besar, mampu memecahkan permasalahan; mampu mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dapat menjadi kendala bagi kemampuan mereka untuk mencapai tujuan, rendah hati; lebih mengutamakan misi bisnis daripada mengejar status, bersemangat; bersedia bekerja keras untuk membangun usaha, percaya diri; mengandalkan kepercayaan diri untuk mencapai keberhasilan, menghindari sifat cengeng; menghindari hubungan emosional yang dapat mengganggu keberhasilan bisnis, kepuasan diri; memandang struktur organisasi sebagai kendala dalam memenuhi keinginan, kepemimpinan; berjiwa pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik, orisinal; inovatif, kreatif serta fleksibel, berorientasi ke masa depan; memiliki pandangan ke depan.35 Ciri pekerja yang unggul: menyukai tantangan; segala sesuatu dilihat sebagai tantangan, bukan sebagai masalah, berani mengambil risiko; berani mengusulkan dan memulai segala sesuatu yang tidak pasti, mempunyai daya tahan yang tinggi; banyak akal, tidak mudah menyerah dan mampu bangkit bersama perusahaan, mempunyai visi jauh ke depan; segala yang dilakukan punya tujuan jangka panjang, meski dimulai dengan langkah yang amat kecil, selalu berusaha memberikan yang terbaik; siap menggunakan semua potensi yang dimilikinya dan memberikan yang terbaik kepada perusahaannya.36 Api yang berkobar jika tidak dibekali dengan kayu bakar yang cukup, maka suatu saat kobarannya akan padam. Para karyawan yang bekerja tentu semangatnya akan padam jika pengusaha tidak bisa mengobarkan semangatnya dan memengaruhinya. Seorang direktur terinspirasi kisah berikut.

Ada seorang nelayan berusia paruh baya, tinggi, tegap dan cukup pintar. Sepanjang hidupnya ia selalu bekerja keras. Ia pergi melaut di pagi buta dan belum kembali sebelum gelap. Suatu hari salah seorang sahabatnya merasa bahwa nelayan tersebut tidak bahagia. Ia pun bertanya, Mengapa aku melihat kesedihan di matamu? Nelayan itu menjawab, Hari demi hari aku bekerja keras. Sekarang aku merasa lelah, tapi aku tidak bisa melakukan apa pun kecuali hanya melaut sepanjang hari. Teman nelayan itu tidak berkata apaapa kecuali hanya tersenyum lalu berkata pelan, Anda harus meminta beberapa orang pria lain untuk bekerja membantumu. Nelayan itu berterima kasih atas saran temannya. Ia pun mencari beberapa pria yang akan membantunya. Ia bingung menemukan sepuluh pria kuat yang ingin bekerja bersamanya tetapi mereka masih kurang pengalaman untuk itu. Maka, segeralah nelayan itu mengajari mereka apa saja yang ia ketahui tentang menangkap ikan. Ia selalu menemai mereka setiap kali melaut sampai mereka benarbenar siap untuk bekerja. Suatu hari nelayan itu mengumpulkan para pria dan mengumumkan kepada mereka, Wahai teman-temanku, kalian telah belajar, bersamasama mencoba, dan kalian telah siap untuk bekerja. Karena itu, hari ini kalian akan melaut bersama-sama tanpa kehadiranku. Curahkanlah segala daya dan upaya yang ada pada diri kalian. Tuhan akan melindungi kalian. Mendengan itu mereka amat bahagia, sebab nelayan itu telah mempercayai mereka. Selain itu, karena mereka pun telah mampu untuk melaut tanpa bantuannya. Mereka pun berangkat melaut dan kembali dengan tangkapan ikan yang banyak. Ini sangat membahagiakan mereka. Akhirnya, nelayan itu menemukan solusi permasalahan yang ia hadapi. Sekarang ia memiliki satu tim solid yang bekerja dengan

sungguh-sungguh dan profesional. Namun setelah enam bulan kemudian, nelayan itu merasakan tim lautnya kembali hanya dengan sedikit tangkapan ikan. Mereka pun tidak lagi memiliki semangat dan motivasi yang kuat dalam bekerja. Ia pun kembali kepada temannya untuk bertanya, meminta saran dan pertolongan. Teman itu menjawab, Bagus, Anda telah sukses dalam membentuk sebuah tim. Namun yang terpenting Anda harus mampu menjaga efektivitas dan produktivitas kerja mereka secara berkelanjutan. Anda harus menyibukkan pra asisten Anda dengan dengan tantangan-tantangan baru. Nelayan itu berterima kasih kepada temannya dan segera kembali kepada timnya dan berkata, Hari ini kita akan melaut di tempat yang berbeda. Aku akan menukar peran masing-masing bagian. Tujuan kita adalah kembali dengan 300 ikan yang besar! Dengan penuh semangat dan kekuatan, para nelayan itu berangkat untuk petualangan mereka yang baru. Mereka pun kembali dengan 300 ekor ikan besar-besar. Mereka pun merayakan keberhasilan itu dengan berpesta. Sejak saat itu sang nekayan tahu dan mengerti bahwa pokok-pokok dalam membentuk sebuah tim adalah dengan menjadikan mereka selalu sibuk dengan tantangan-tantangan baru, dan itu akan menjadikan mereka selalu produktif.37 ANGGOTA TIM BELAJAR DARI HIDUP MEREKA Jika seorang anggota tim hidup dengan ketakutan, Ia mencoba menghindari risiko. Jika seorang anggota tim hidup dengan kekuasaan, Ia belajar menolak perubahan. Jika seorang anggota tim hidup dengan ketidakpercayaan, Ia menjadi seorang yang penuh

kecurigaan. Jika seorang anggota tim hidup dengan pengawasan, Ia belajar untuk melanggar peraturan-peraturan. Jika seorang anggota tim hidup dengan harapan-harapan tipis, Ia belajar untuk memiliki pandangan yang terbatas. Jika seorang anggota tim hidup secara ketat dalam realita, Ia belajar menjadi fokus hanya pada apa itu. Jika seorang anggota tim hidup dengan kepemimpinan, Ia belajar bagaimana mengambil inisiatif. Jika seorang anggota tim hidup dengan visi yang inspiratif, Ia belajar bagaimana keluar dari kebiasaan-kebiasaan lama. Jika seorang anggota tim hidup dengan nilai-nilai utama, Ia belajar bagaimana menetapkan prioritas. Jika seorang anggota tim hidup dengan suatu tujuan yang berarti, Ia belajar bagaimana mengeluarkan energi yang lebih dalam. Jika seorang anggota tim hidup dengan pertumbuhan dan belajar, Ia belajar bagaimana mengatur perubahan. Jika seorang anggota tim hidup dengan partisipasi, Ia belajar untuk menjadi seorang partner yang bernilai. Jika seorang anggota tim hidup dengan kecerdasan emosi, Ia belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin.38

kejahatan, ia akan memikul juga bagiannya. Dan Allah Maha Kuasa atas segalanya. (An-Nisa/4:85) Termasuk dalam kategori menjadi perantara dalam kebaikan ialah bilamana seseorang memiliki ide-ide kreatif dan inovatif yang memajukan dan mengembangkan perusahaan di mana ia bekerja sebagai anggota teamwork yang solid. Sedangkan tindakan menghasut teman sekerja untuk mogok, bermalas-malasan dan membuat masalah yang mengganggu perusahaan termasuk menjadi perantara dalam hal kejahatan. Bersambung

Abdullah Yusuf Ali, Quran Terjemahan dan Tafsirnya, 571 footnote 1716.
28

27

Barang siapa menjadi perantara dalam hal kebaikan, ia akan memperoleh bagiannya; dan barang siapa menjadi perantara dalam hal

N.B. Susilo, Wisdom Entrepreneur (Indonesia Cerdas: Yogyakarta, 2006), 7. 30 N.B. Susilo, Wisdom Entrepreneur (Indonesia Cerdas: Yogyakarta, 2006), 16. 31 N.B. Susilo, Wisdom Entrepreneur (Indonesia Cerdas: Yogyakarta, 2006), 7. 32 Jim Clemmer, Sang Pemimpin: Prinsip Abadi untuk Keberhasilan Tim dan Organisasi, terjemah Dahlia Siahaan dan Litarini Hartanto (Yogyakarta: Kanisius, 2009), h. 33. 33 N.B. Susilo, Wisdom Entrepreneur (Indonesia Cerdas: Yogyakarta, 2006), 11. 34 N.B. Susilo, Wisdom Entrepreneur (Indonesia Cerdas: Yogyakarta, 2006), 12. 35 N.B. Susilo, Wisdom Entrepreneur (Indonesia Cerdas: Yogyakarta, 2006), 19. 36 N.B. Susilo, Wisdom Entrepreneur (Indonesia Cerdas: Yogyakarta, 2006), 2829. 37 Muhammad Ahmad Abd Al-Jawad, Catatan Harian Seorang Direktur Sukses: Kiat Suses dalam Berkarir, terjemah A. Khotib (Jakarta: Bening, 2004), 73-75. 38 Jim Clemmer, terinspirasi oleh syair Dorothy Law Nolte, Children Learn What They Live, Jim Clemmer, Sang Pemimpin: Prinsip Abadi untuk Keberhasilan Tim dan Organisasi, terjemah Dahlia Siahaan dan Litarini Hartanto (Yogyakarta: Kanisius, 2009), h. 43-44. 19

29

SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

HADITS

BERAMAL SESUAI KEMAMPUAN


MUAMMAL HAMIDY, LC
Syarah Hadits Hadits ini diriwayatkan oleh beberapa imam hadits, seperti disebutkaan di atas, masing-masing membuat judul yang berbeda. Imam Muslim dengan judul Kewajiban haji sekali seumur hidup (Fardhul hajji marratan fil umur), Imam Nasai dengan judul Kewajiban Haji (Wujubul hajji), Imam Ibnu Majah dengan judul Mengikuti Sunnah Rasulullah saw (Ittibau Sunnati Rasulillah saw), sementara Imam Ahmad, dalam Musnad, cukup mencantumkan rawi hadits, yaitu Abu Hurairah. Abu Hurairah dalam kata pengantarnya mengatakan khathabana (Rasulullah saw berkhutbah di hadapan kami), dipakai dengan kata kami (naa), ini berarti ketika itu di hadapan orang banyak, tidak hanya Abu Hurairah seorang diri. Kata khutbah itu sendiri asal artinya berbicara untuk menyampaikan sesuatu. Maka, kata khutbah di sini, bisa dalam arti Khutbah Jumah dan bisa jadi berbicara di hadapan orang banyak. Namun, kelihatannya dalam sebuah halaqah, tidak dalam Jumatan atau Id. Karena di situ ada dialog, yang lazim tidak dijumpai dialog dalam Khutbah Jumah maupun Id, kecuali sekali, yaitu Rasulullah saw mengingatkan seorang jamaah yang belum shalat tahiyyatal masjid. Dalam khutbahnya itu, Rasulullah saw menegaskan, Haji Cukup Sekali Seumur Hidup. Dan ini merupakan rukhshah atau keringanan, sesuai prinsip Islam yang mudah, tidak mempersulit. Karena ibadah yang satu ini ternyata menyita waktu, tenaga dan biaya yang besar. Apalagi kalau dilihat dari segi tempat yang sangat terbatas dengan peminat yang membeludak. Dapat dibayangkan betapa sulitnya orang akan melakukan ibadah haji. Justru itu, kalau dalam hadits di atas dikatakan: Seandainya kujawab ya, maka haji itu akan menjadi wajib setiap tahun sedangkan kalian tidak akan sanggup melakukannya, adalah sangat logis sekali. Ini menunjukkan betapa wawasan Rasulullah saw ke depan. Dan sekaligus ini sebagai salah satu bukti kenabian beliau. Dan dari prediksi itu, lalu Rasulullah saw memberikan bebarapa nasehat penting, bagi ummatnya seputar masalah loyalitas dan pengamalan keberagamaan sebagai berikut: 1. Serahkan kepadaku apa yang telah kutinggalkan kepada kalian. Yang ditinggalkan oleh Nabi saw buat umat ini ialah hukum. Dalam dunia fiqh dikenal ada hukum-hukum yang berhubungan dengan masalah ritual, yang biasa dikenal dengan ibadah mahdhah; dan ada hukum-hukum yang berkenaan dengan muamalah (hal-hal yang berhubungan dengan sesama manusia), yang biasa dikenal dengan ibadah ijtimaiyah. Masalah ibadah mahdhah adalah wewenang Nabi saw sendiri, karena ia ghaira maqulil mana (irrasional), seperti shalat, puasa, dan haji. Sedang yang berkenaan dengan ibadah ijtimaiyah, Islam hanya memberikan acuan dasar, yang selanjutnya penjabarannya diserahkan kepada ummatnya. Karena ia adalah rasional, seperti perdagangan, perkawinan, politik kenegaran, perundang-undangan dan sebagainya. Maka, apa yang dimaksud dalam hadits serahkanlah kepadaku apa yang telah kutinggalkan kepada kalian itu adalah masalahmasalah yang berhubungan dengan ritual, semisal haji, yang cukup dilakukan sekali seumur hidup. Dengan lebih tegas dikatakan dalam sabdanya:

Artinya: Abu Hurairah meriwayatkan, katanya: Rasulullah saw berkhutbah di hadapan kami, yaitu beliau bersabda: Wahai manusia, sungguh Allah telah mewajibkan kalian haji, maka berhajilah kalian.Lalu ada seorang bertanya: Apakah setiap tahun, ya Rasulallah? Beliau diam, sampai orang tersebut menanyakannya tiga kali. Lalu Rasulullah saw menjawab: Seandainya kujawab ya, maka akan menjadi wajib (setiap tahun) sedangkan kalian tidak akan mampu. Selanjutnya beliau juga bersabda: Serahkanlah kepadaku apa yang kutinggalkan buat kalian itu, karena sesungguhnya ummat sebelum kalian rusak lantaran banyak mempersoalkan masalah dan banyak menyalahi aturan para nabi mereka. Karena itu, jika aku sudah memerintahkan kalian untuk mengerjakan sesuatu, maka tunaikanlah daripadanya apa yang kalian bisa, dan jika aku melarang kalian tentang sesuatu maka tingalkanlah dia. (HR. Muslim, Ahmad, Nasai, dan Ibnu Majah).
20
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

HADITS
pedoman dan aturan hidup, karena tidak diridhai Allah. Contohnya agama Isa, yang kemudian menjadi Nashrani, yang tidak lagi diridhai Allah, karena kebidahan yang dilakukan oleh elite agama, pastur, sebagaimana dijelaskan Allah dalam al-Quran yang artinya: Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan Rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orangorang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah (kepasturan) Padahal, Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakan sistem kepasturan itu) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. (Q.s. Al-Hadid [57]: 27) Berbeda dengan masalah-masalah duniawiyah yang sifatnya enovatik, selalu dinamik, maka ummat diberi wewenang untuk membuat cara-cara baru yang lebih baik, selama dalam prinsip tidak melanggar aturan. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah saw sendiri dalam sabdanya: baru yang tidak baik dalam Islam, lalu ditiru orang lain sesudahnya, maka baginya tercatat mendapat dosa sebanyak dosa orang yang menirukannya itu, dan tidak berkurang barang sedikitpun dari dosadosa mereka itu. (H.R. Muslim) 2. Beramal sesuai kemampuan Manusia makhluk yang lemah, mungkin karena fisik, karena otak, karena situasi dan sebagainya. Sehingga sangat mungkin amalan-amalan atau perintah-perintah agama itu tidak dapat dilakukan dengan optimal. Justru itu, sesuai prinsip Islam yang mudah dan flaxibel, pengamalan ajaran Islam itu, selalu disesuaikan dengan kondisi, yaitu beramal sesuai kemampuan. Itulah yang ditegaskan Rasulullah saw dalam hadisnya di atas. Hal ini diperkuat juga oleh al-Quran, seperti tersebut dalam surat al-Baqarah ayat 286 yang artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupan-nya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir. (Q.s. Al-Baqarah [2]: 286) Dan juga firman Allah yang artinya: Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung (Q.s. At-Taghabun [64]: 16) Dari sini, kemudian para ulama fiqh membuat kaedah-kaedah fiqhiyah, yang sifatnya meringankan, semisal:

Artinya: Jabir meriwayatkan, katanya: Rasulullah saw meninggalkan Arafah dengan tenang sekali, dan beliau menyuruh jamaah pun hendaknya dengan tenang juga, dan beliau mempercepat jalannya di Wadi Muhassir (untuk menempatkan barang-barangnya/mabit di Wadi Muhassir/Muzdalifah), serta memerintahkan jamaah untuk melempar jamrah dengan kerikil sebesar kerikil ketepel, seraya bersabda: Ambillah dariku cara-cara hajimu, karena barangkali sesudah tahun ini (tahun depan) kalian tidak lagi bertemu aku. (H.R. Baihaqi). Tidak saja masalah haji, bahkan semua ibadah mahdhah harus mencontoh Nabi saw, jika tidak maka tidak dianggap sah menurut agama, sebagaiamana penegasan beliau:

Kesulitan mendatangkan kemudahan.


21

SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

KE HAL. 23

Artinya: Aisyah menceritakan, Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa mengamalkan suatu amalan (ibadah mahdhah) yang padanya tidak ada perintah/contoh dari kami, maka amalan itu tertolak. (H.R. Ahmad, Bukhari, dan Muslim). Dalam hal ini, Rasulullah berargumen dengan kasus ummat sebelumnya, yang justru hancur karena banyak komentar masalah ibadah ini dan banyak menyimpang dari ajaran para nabi. Itulah yang dalam fiqh Islam dikenal dengan bidah. Bahwa bidah merusak agama, yang pada gilirannya agama ini tidak lagi bisa dijadikan

Artinya: Jarir bin Abdullah meriwayatkan, katanya: Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa membuat cara baru yang baik dalam Islam, lalu cara baru itu ditiru orang sesudahnya, maka baginya tercatat mendapat pahala sebanyak pahala orang yang menirukannya, dan tidak berkurang barang sedikitpun dari pahala mereka itu. Sebaliknya, barangsiapa membuat cara

SUMBER HUKUM DAN PELIBATAN AKAL DALAM AKTIVITAS IJTIHAD MUHAMMADIYAH (1)
KI AGENG A.F. WIBISONO Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah

rinsip-prinsip ber-istidl-l yang tertuang dalam buku Pokok Manhaj Majelis Tarjih menyebutkan, dasar utama beristidlal adalah Al-Quran dan Al-Sunnah alMaqblah. Istilah al-sunnah al-maqblah ini sesungguhnya tidak ditemukan pada rumusan sumber hukum Islam yang tercantum dalam Masalah Lima dan rumusan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah. Perlu diketahui, bahwa sumber hukum Islam menurut Muhammadiyah termuat dalam rumusan Masalah Lima itu pada difinisi agama, sedang sumber hukum menurut Muhammadiyah yang tercantum dalam Matan Keyakinan dan Citacita Hidup ada pada sub bab yang berjudul Faham Agama. Dalam kedua rumusan itu disebutkan, bahwa sumber hukum Islam menurut Muhammadiyah adalah, AlQuran dan al-Sunnah al-Shadah. Dimaksudkan dengan Al-Quran di sini adalah, Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi saw. Sedangkan yang dimaksudkan dengan Al-Sunnah adalah, penjelasan dan pelaksanaan ajaran Al-Quran yang diberikan oleh Nabi saw. Pengertian Al-Sunnah sebagai yang dipahami oleh Muhammadiyah tersebut agaknya mencerminkan kedudukan Al-Sunnah itu sendiri dalam Islam. Yaitu, sebagai pemberi penjelasan dan menjadikan figur Nabi saw sebagai teladan yang wajib dicontoh dan ditaati sebagai konsekuensi logis dari kepemilikannya atas otoritas pembuatan hukum. Istilah al-shahihah yang merupakan sifat dari al-Sunnah, penger24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

tiannya tidak sama dengan pengertian al-shahihah yang dipergunakan dalam Ilmu Hadits. Dalam perspektif Ulm al-Hadits, istilah Hadits shahih berarti, tidak mencakup HaditsHadits hasan dan Hadits dhaif . Istilah Hadits shahih hanya mencakup Hadits-Hadits yang kualitas kesahihan sanad-nya melampaui kualitas kesahihan sanad HaditsHadits hasan, terlebih Hadits-Hadits dhaif . Di Muhammadiyah, alshahihah mempunyai pengertian, maqbulah . Yakni, Hadits-Hadits mauqf yang dihukum marfu, karena ada qarinah yang mendukungnya; mursal shahabi yang memiliki bukti persambungan sanadnya; Hadits mursal tabiin yang memiliki bukti persambungan sanad sampai ke Nabi saw.; Hadits yang diriwayatkan oleh orang yang dikenal melakukan tadlis, tapi ada petunjuk kemuttasilannya, serta Hadits-Hadits hasan dan dhaif yang mempunyai periwayatan banyak saling kuat menguatkan, ada qarinah yang dapat dijadikan sebagai hujjah dan tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Hadits shahih. Apabila dibandingkan dengan sumber-sumber hukum Islam yang dipergunakan oleh para imam madzhab, sumber hukum Islam yang dipergunakan oleh Majelis Tarjih relatif sedikit jumlahnya. Imam Abu Hanifah menggunakan qaul shahabi sebagai sumber hukum, selain kedua sumber hukum di atas. Imam Malik menggunakan ijma sebagai sumber hukum selain Al-Quran dan AlSunnah. Imam Syafii menggunakan ijma dan qaul shahabi sebagai

sumber hukum Islam, selain kedua sumber di atas. Sedang Ahmad Ibn Hanbal menggunakan fatwa shahabat sebagai sumber hukum, selain Al-Quran dan Al-Sunnah. Pada aspek penggunaan sumber hukum Islam ini, Majelis Tarjih agaknya tidak mengikatkan diri pada pola tertentu dari pola imam madzhab. Hal ini dapat dimengerti karena, sebagai yang ditegaskan dalam Pokok-pokok Manhaj Majelis Tarjih , Muhammadiyah memilih sikap untuk tidak mengikatkan diri pada madzhab tertentu dan menempatkan pendapat berbagai imam madzhab sebagai bahan pertimbangan dalam memutuskan suatu hukum sepanjang hal itu dinilai sesuai dengan jiwa Al-Quran dan AlSunnah. Sampai pada penggunaan AlQuran dan Al-Sunnah sebagai sumber hukum Islam, Majelis Tarjih tidak mengalami kesulitan. Akan tetapi, menyangkut penggunaan ijma sebagai sumber hukum Islam, Majelis Tarjih kelihatan menghadapi kesulitan antara memasukkan ijma ke dalam ketegori sumber hukum atau produk ijtihad yang bersifat mengikat. Hal ini membawa Majelis Tarjih kepada sikap yang terkesan ambivalen. Secara tertulis, Majelis Tarjih tidak menyebut ijma sebagai salah satu sumber hukum Islam. Akan tetapi, dalam aktivitas ijtihadnya, ditemukan bukti bahwa Majelis Tarjih menjadikan ijma sebagai sumber hukum Islam, misalnya dalam masalah waqaf. Selain bukti sebagai yang telah

22

dikemukakan di atas, Majelis Tarjih dapat dinilai relatif konsisten dalam melaksanakan prinsip menjadikan AlQur an dan Al-Sunnah sebagai sumber hukum Islam. Namun demikian, persoalan ijma kemudian terdiamkan begitu saja. Dokumen resmi Muhammadiyah hanya menyebutkan bahwa Muhammadiyah tidak menolak ijma shahabat sebagai dasar suatu keputusan. Hanya hal itu yang dapat dikemukakan perihal sikap Muhammadiyah tentang ijma. Di sinilah agaknya letak perbedaan antara Muhammadiyah dengan pembaru di anak benua India-Pakistan, seumpama Sayyed Amir Ali dan Iqbal. Kedua pembaru tersebut menjadikan gagasan tentang ijma sebagai dasar dimunculkan pemikiran mengenai bentuk pemerintahan konstitusional negara modern. Muhammadiyah, ketika menyebut ijtihad jamai atau ijtihad kolektif sebagai bentuk aktivitas ijtihadnya, sama sekali tidak mengaitkan dengan gagasan ijma ini. Kalau didalami lebih jauh, aktivitas ijitihad jamai merupakan proses lahirnya sebuah ijma , sekurang-kurangnya di lingkungan

internal Muhammadiyah. Karena itu, diskusi mengenai elaborasi dan pengembangan konsep ijma masih relevan untuk terus digalakkan oleh Majelis Tarjih agar tidak mengesankan adanya sikap ambivalen. Untuk memahami nash baik yang berasal dari Al-Quran maupun AlSunnah, Majelis Tarjih melakukannya secara komprehensif, utuh, bulat, dan tidak terpisah. Konsekuensi logis dari pemahaman seperti ini, dalil-dalil atau nash-nash yang dapat dinilai mengandung unsur-unsur taarudh selalu diupayakan untuk dicarikan titik temunya. Salah satu cara yang dipergunakan oleh Majelis Tarjih dalam upaya mencarikan titik temu nash yang bertaarudh itu adalah, aljamu wa al-taufiq. Salah satu contoh penyeselasaian nash yang bertaarudh dengan metode al-jamu wa al-taufiq adalah wacana yang dimunculkan oleh Majelis Tarjih mengenai kebolehan menjawab waalaikum salam dan bukan hanya waalaikum untuk menjawab salam dari non Muslim dalam kondisi tidak sedang bermusuhan. Cara lain adalah, tarjih. Akan tetapi, cara kedua ini baru dipergunakan ketika titik temu itu

tidak ditemukan. Kemudian, nash Al-Quran yang dari sudut kebahasaaan dapat dimasukkan ke dalam ketegori musytarak dan am, Majelis Tarjih menerima paham shahabat untuk menjelaskan lafazh musytarak dan menggunakan Hadits-Hadits ahad sebagai mukkhashshis untuk nash Al-Quran yang berketegori am, sepanjang hal itu tidak berkaitan dengan masalah akidah. Dalam hal yang menyangkut masalah akidah, yang tertera dalam dokumen, Majelis Tarjih hanya menggunakan Hadits-Hadits mutawatir. Kalau diperhatikan lebih jauh, aktivitas ijtihad yang dilakukan oleh Majelis Tarjih sesungguhnya menggunakan Hadits ahad untuk menjelaskan hal-hal yang terkait dengan akidah. Dapat dikemukakan untuk pembuktian hal ini adalah, Hadits ahad yang dipergunakan di Himpunan Putusan Tarjih ( HPT) untuk menjelaskan firqah-firqah sesat yang muncul di lingkungan umat Muhammad saw dan kenyataan hanya satu firqah yang selamat. Yakni, firqah najiah . Muhammadiyah membangsakan diri sebagai firqah najiah itu. BERSAMBUNG

DARI HAL. 21 BERAMAL... Yakni, dalam kondisi yang sulit, kita bisa melakukan apa yang kiranya mudah. Misalnya, shalat dengan duduk, dengan berbaring dan dengan isyarat, dibolehkan ketika dalam suasana sulit.

lukan sesuatu, dapat disamakan dengan dalam keadaan dlarurat, sehingga bisa melakukan sesuatu yang dilarang. Namun, semuanya itu harus dilakukan dengan kecermatan. 3. Larangan harus dijauhi Berbeda dengan perintah yang diharuskan untuk mengerjakan sesuai kemampuan, tetapi masalah larangan ternyata tidak demikian. Tetapi, harus dijauhi sejauh-jauhnya, sekecil apapun dan kapanpun Dalam kaedah fiqhiyah dikatakan, Larangan itu menunjukkan untuk selamanya (an-nahyu yadullu ala alabdi). Kecuali dalam riwayat Thabrani dalam al-Mujamul Kubra (553), berbunyi sebagai berikut:

Keadaan dlarurat membolehkan berbuat yang dilarang. Yakni, ketika dalam keadaan terpaksa boleh melakukan apa saja yang dilarang.

Artinya: Dan jika kularang kalian dari sesuatu maka jauhilah ia apa yang kamu bisa. Namun, Hadits ini oleh para ulama dinilai gharib (asing), karena hanya diriwayatkan Hammad dari Ayub dan Ali dari Hammad.

AGEN BARU SUARA M U H A M M A D I YA H


SYAIFUDDIN G. PDM Kab. Aceh Barat Meulaboh Jl. Ci Runde, Meulaboh, Aceh Barat NAD Telp. 42962
23

Kebutuhan itu menempati tempat dlarurat. Yakin, dalam keadaan sangat memer-

SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

KHAZANAH

Faedah Mempelajari Makkiyyah dan Madaniyyah (2)


PROF. DRS. SAAD ABDUL WAHID
Adapun faidah mempelajari Makkiyyah dan Madaniyyah antara lain adalah: a. Membantu dalam menafsirkan AlQuran, sebab dengan mengetahui tempat nuzul Al-Quran, akan mempermudah memahami dan menafsirkannya dengan baik dan benar, sekalipun pemahaman itu harus diambil dari lafal yang umum, bukan dari sebab yang khusus. Apabila diketahui adanya taarud (kontradiksi) makna antara dua ayat, maka dapat diketahui mana yang nasikh dan mana yang mansukh, sebab menurut kaidah, ayat yang lebih akhir itulah yang dapat menasakh (bagi ulama yang berpendapat adanya nasakh dalam Al-Quran). b. Dapat menerapkan ayat Al-Quran dengan benar dan tepat sesuai dengan kondisi dan situasi, dalam berdakwah ke jalan Allah SwT, sebab setiap tempat dan waktu mempunyai kondisi dan situasi yang berbeda, maka tidaklah tepat menggunakan ayat Madaniyyah di daerah yang kondisinya seperti Makkah pada permulaan Islam. c. Mengetahui perjalanan dakwah dan perjuangan Nabi saw, melalui ayat-ayat Al-Quran, sejak masa makkiy hingga masa madaniy, sejak permulaan turunnya ayat hingga akhir. Al-Quran adalah sumber utama bagi sejarah perjuangan Nabi saw yang tidak dapat diragukan kebenarannya, maka semua sejarah perjuangan Nabi saw harus sesuai dengan Al-Quran. d. Mengetahui perhatian ulama yang begitu besar terhadap sejarah turunnya Al-Quran, sehingga dapat memperkuat keyakinan kebenaran Al-Quran dan keselamatannya dari penyimpangan dan perubahan. (az-Zarqaniy,
24
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

t.t, 1:195). Perbedaan Antara Makkiyyah dan Madaniyyah Dalam mengetahui makkiy dan madaniy, para ulama menggunakan dua manhaj (metode), yaitu manhaj samaiy naqliy dan manhaj qiyasiy ijtihadiy. Manhaj samaiy naqliy (mendengarkan dan meriwayatkan) berlandaskan pada riwayat yang sahih dari sahabat yang semasa dengan turunnya wahyu dan menyaksikannya atau dari tabiin yang menerima dan mendengarkan langsung dari sahabat sifat turunnya wahyu, tempat dan peristiwanya. Metode inilah yang digunakan untuk mengetahui sebagian besar ayat-ayat Makkiyyah dan Madaniyyah. Penjelasan mengenai tempat dan waktu turunnya Al-Quran, tidak disampaikan oleh Rasul, sebab beliau tidak diperintahkan menjelaskannya. Adapun manhaj qiyasiy ijtihadiy, berdasarkan pada ciri-ciri khas makkiy dan madaniy. Jika dalam surat Makkiyyah terdapat suatu ayat yang mempunyai ciri-ciri madaniy, maka ayat tersebut dinamakan Madaniyyah, jika dalam surat Madaniyyah terdapat ayat yang mempunyai ciri-ciri makkiy, maka ayat tersebut dinamakan ayat Makkiyyah. Untuk membedakan antara makkiy dan madaniy, para ulama menetapkan sebagai berikut: a. Jika dilihat dari segi waktu nuzulnya, maka yang dimaksudkan dengan makkiy ialah ayat yang diturunkan sebelum hijrah, sekalipun tidak di Makkah, dan yang dimaksudkan dengan madaniy ialah ayat yang diturunkan sesudah hijrah, sekalipun tidak di Madinah. Maka ayat yang turun sesudah

hijrah, sekalipun di Makkah atau di Arafah, ayat tersebut dinamakan ayat Madaniyyah, seperti ayat:

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridlai Islam itu jadi agama bagimu. (AlMaidah [5]: 3). Menurut riwayat Umar, ayat tersebut diturunkan di Arafah pada hari Jumat tahun Hajjah al-Wada. Pendapat inilah yang diikuti oleh sebagian besar ulama. b. Jika dilihat dari segi tempat nuzulnya, maka yang dimaksudkan dengan makkiy ialah ayat yang diturunkan di Makkah dan sekitarnya, seperti: Mina, Arafat dan Hudaibiyah. Adapun madaniy ialah ayat yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba dan Syala. Dengan demikian, ayat yang diturunkan di perjalanan, atau di Tabuk, atau di Bait al-Maqdis tidaklah termasuk ayat Makkiyyah atau Madaniyyah, demikian pula ayat yang diturunkan di Makkah sesudah hijrah, adalah ayat Makkiyah. c. Jika dilihat dari segi mukhatab (orang yang menjadi sasaran pembicaraan), maka yang dimaksudkan dengan makkiy ialah ayat yang ditujukan kepada penduduk Makkah, dan yang dimaksudkan dengan madaniy ialah ayat yang ditujukan kepada penduduk Madinah. (Manna al-Qattan, 1971, him. 57). Demikianlah perbedaan antara makkiy

KHAZANAH
dan madaniy. Untuk mempermudah membedakan antara keduanya, para ulama telah menetapkan ciri-ciri keduanya sebagai berikut: Ciri-ciri makkiy antara lain ialah: a. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kata sajadah. b. Setiap surat yang di dalamnya terdapat lafa! kalla ( ). c. Setiap surat yang di dalamnya terdapat lafal , dan tidak terdapat lafal: d. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kisah para Nabi dan umat yang telah lampau, kecuali surat Al-Baqarah. e. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kisah Nabi Adam dan Iblis, kecuali surat Al-Baqarah. f. Setiap surat yang diawali dengan huruf tahajji, seperti: Alif Lam Mim, Alif Lam Ra, dan seterusnya, kecuali Al-Baqarah dan Ali Imran (az-Zahrawani), semua itu adalah Makkiyyah. g. Mengajak kepada mentauhidkan Allah dan beribadah kepada-Nya semata, menetapkan kebenaran risalah, hari kebangkitan dan pembalasan, menyebutkan hari kiamat dan bahayanya, neraka dan siksaannya, sorga dan kenikmatannya, dialog dengan kaum musyrikin dengan argumentasi yang rasional. h. Meletakkan dasar-dasar umum syariat dan akhlak yang menjadi pedoman hidup manusia, mencela kejahatan kaum musyrikin dalam penumpahan darah dan makan harta anak yatim secara sewenang-wenang, serta mencela pembunuhan anak-anak wanita dan keburukan adat-istiadat. i. Ayatnya pendek-pendek, dengan makna lafal yang tegas, dan kalimat yang singkat dengan makna yang mengejutkan hati dan. pendengaran serta memperbanyak sumpah untuk memperkuat makna. Adapun ciri-ciri madaniy antara lain ialah: a. Menjelaskan kewajiban-kewajiban dan hukuman had. b. Menyebutkan dan mencela orangorang munafik, kecuali surat Al-Ankabuut. c. Membantah para ahli kitab. d. Menjelaskan peribadatan, muamalat, hukuman had, peraturan dalam rumah tangga, mawaris, jihad, hubungan masyarakat, hubungan internasional, kadiah-kaidah hukum dan masalahmasalah pembentukan syariah. e. Menyampaikan pernyataan kepada ahli kitab (Yahudi dan Nasrani), mengajak mereka kepada Islam, menjelaskan perubahan kitab yang dilakukan oleh ahli kitab, dan menjelaskan perselisihan para ahli kitab. f. Menyingkap keburukan jalan yang ditempuh orang-orang munafik dan menjelaskan bahaya mereka terhadap Islam. g. Ayat-ayatnya panjang-panjang.

SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

25

KESEHATAN

Hindari Kanker
DR. TJATUR PRIJAMBODO

membantu mencegah kanker payudara. Ternyata kandungan serat dapat mengikat hormon estrogen dan membantu mengeluarkannya dari dalam tubuh sehingga tidak menyebabkan peningkatan kadar estrogen yang beresiko kanker payudara. Serat dapat ditemui dibanyak sayur dan buah serta polong dan kacang, lentil juga makanan pokok seperti beras dan gandum yang diproses minimal (whole grain). 3. Kurangi makanan berlemak Tradisi makanan Indonesia kebanyakan mengandung lemak atau santan. Padahal, Institut Kanker Nasional USA menyarankan pembatasan konsumsi lemak. Sebaiknya mengonsumsi 10-15% saja. 4. No alkohol dan rokok Gemar minum minuman beralkohol dapat meningkatkan resiko kanker payudara, kanker mulut, kanker faring (phrynx, saluran antara rongga hidung, mulut dan tenggorokan), dan kanker tenggorokan. Dan Rokok bisa meningkatkan resiko kanker paru-paru, mulut dan lainnya. Kurangi dari sekarang sebelum terlambat. 5. Hindari makanan bersuhu tinggi Ternyata sering menkonsumsi makanan yang diolah bersuhu tinggi dan lama, dapat memunculkan zat berssifat karsinogenik atau resiko kanker. Biasanya ditemukan pada makanan kaleng, daging asap, daging bakar, atau lainnya. Untuk lebih aman masak makanan dengan cara dikukus atau direbus. 6. Kurangi cemilan Kalau anda pecandu cemilan, lebih baik anda berhati-hati. Kue, permen atau dessert penggoda yang biasa anda makan terbuat dari lemak tak jenuh. Belum lagi, keripik kentang atau chips ternyata diteliti dapat

merangsang terbentuknya senyawa pemicu kanker bernama akrilamida. Senyawa pada makanan ringan tersebut lebih banyak ditemukan dibanding makanan gorengan lain seperti daging, ikan dan roti goreng. 7. Pemanis buatan Jangan mudah terjebak dengan rayuan iklan mengenai no sugar adding. Belum tentu pemanis yang digunakan adalah pemanis alami yang baik untuk tubuh. Apalagi, biasanya beberapa produk tertentu menggunakan pemanis biang yang sangat jahat untuk tubuh. Bila anda rutin mengonsumsinya, anda kemungkinan besar terserang resiko kanker. 8. Jaga kebersihan! Kebersihan bukan hanya pada diri kita sendiri. Tapi, pada segala asupan yang masuk kedalam tubuh kita. Bila kita jorok dan sering jajan di luar, kemungkinan zat cemaran lebih banyak dibanding bekal yang kita buat di rumah. Selain irit kita bisa hidup lebih sehat dan higienis bukan? 9. Cermati hidup sehat Walau anda membatasi makanan untuk mencegah kanker tapi pola hidup anda belum sehat, sama saja bohong. Kegiatan fisik seperti olahraga rutin disertai kesehatan mental dan rohani merupakan gabungan baik untuk anda mencegah penyakit ini. Bila anda sibuk, anda bisa mencuri olahraga kecil seperti naik tangga bukan lift, atau jalan kaki dibanding naik mobil ke gedung sebelah. Setelah tahu semua hal tentang Kanker, ada baiknya mulai sekarang kita terapkan pola hidup sehat. Sehat memang bukan segalanya, tetapi tanpa kesehatan, semuanya tidak ada artinya. ____________________________________ Penulis adalah Wadir Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik.

elain makan buah dan sayur lebih banyak dari biasanya, sebagaimana disebutkan di tulisan sebelumnya, beberapa hal yang bisa kita jalankan agar terhindar dari bahaya kanker, yaitu: 1. Buah dan sayur tidak hanya baik untuk sumber nutrisi dan vitamin saja. Namun, kandungan uniknya bisa membantu tubuh membentuk imun mencegah sel kanker berkembang. Karotenoid atau pigmen yang biasa ditemukan pada sayuran dan buah berwarna hijau. Sedangkan betakaroten yang ditemukan pada sayuran berwarna hijau tua dan jingga membantu mencegah kanker paru-paru, kanker ginjal, kanker mulut, kanker kerongkongan, kanker pangkal tenggorok dan kanker payudara. Sedangkan Vitamin C sebagai antioksida yang baik untuk kanker perut. 2. Makan makanan berserat Fiber atau serat pada makanan dapat

26

24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

PEDOMAN

Meningkatkan Silaturahim
Prof. DR. HM Din Syamsudin

ebagai warga Muhammadiyah kita patut bersyukur untuk tahun ini bisa melaksanakan agenda silaturahim yang kita kemas dalam bentuk acara syawalan. Apalagi acara rutin ini telah begitu lama membudaya dan dilaksanakan oleh PP Muhammadiyah. Bahkan saya sendiri tidak persis tahu sejak kapan budaya syawalan ini dimulai oleh Muhammadiyah. Namun yang jelas, setiap tahun Muhammadiyah rutin untuk melakukan agenda ini sebagai sarana silaturahim warga Muhammadiyah. Selain itu, kita juga patut bersyukur terhadap pelaksanaan 1 syawal kali ini yang tidak ada pebedaan antara Muhammadiyah dengan pemerintah maupun dengan ormas Islam lainnya. Sehingga kita bersama seluruh umat Islam lainnya bisa melaksanakan 1 Syawal secara serentak di Tanah Air. Inti dari pelaksanaan syawalan ini adalah untuk bersilaturahim. Tentu saja sebagai sebuah ajaran dalam Islam, silaturahim merupakan amalan yang amat penting untuk senantiasa kita lakukan. Dalam ajaran Islam sendiri ditekankan tentang arti penting silaturahim ini. Dalam sebuah Hadist Nabi saw mengatakan, Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya, serta dimurahkan rezekinya, maka hendaklah dia melakukan silaturahim. Hadist ini setidaknya mengandung makna bahwa bersilaturahim dapat menebarkan dan memberikan kasih saying antar sesama. Oleh karenannya, dengan bersilaturahim dapat membangun hubungan dan pergaulan yang lebih luas. Kata silaturahim sendiri berasal dari kata silah dan rahim. Silah bermakna menghubungkan, sementara rahim bermakna rasa kasih sayang. Jadi silaturahim sesungguhnya memiliki makna menghubungkan rasa kasih sayang antara sesama umat manusia. Makna silaturahim sendiri sesungguhnya bentuk manifestasi dari sifat Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim, dan sifat ini tentunya juga harus bisa dimanifestasikan oleh manusia dalam hidup antar sesamanya. Jadi melalui silaturahim ini, maka kasih sayang itulah sesungguhnya yang mesti kita tumbuhkan. Memang ini sulit dan tidak semudah kita menyampaikan, sebab sebagai manusia, selain kita memiliki rasa sayang juga terdapat rasa benci dalam diri kita. Kedua sikap ini biasanya sering sekali mendekati diri manusia. Kadang kita bisa menumbuhkan rasa sayang, dan pada saat yang lain kadang rasa benci pun juga tidak bisa kita hindari. Maka untuk mengalahkan rasa benci dengan kasih sayang ini memang tidak mudah, bahkan masalah besar manusia

Dengan adanya silaturahim , maka diharapkan muncul sikap kasih sayang kita terhadap sesama dalam bentuk kasih sayang yang bersifat aktif dan bukan pasif, artinya kasih dan sayang yang kita berikan senantiasa dan kontiniu kita lakukan.

sesungguhnya terletak disini, yaitu mengatasi sikap ambivalensi dalam diri manusia. Kadangkala dia bisa mencintai, namun disaat yang lain kita pun juga memiliki rasa benci. Jadi silaturahim yang diajarkan oleh Islam itu sendiri sesungguhnya berorientasi untuk menyimpulkan rasa kasih sayang yang dimiliki dan untuk mengalahkan rasa benci yang ada dalam diri manusia. Dengan adanya silaturahim ini, maka diharapkan muncul sikap kasih sayang kita terhadap sesama dalam bentuk kasih sayang yang bersifat aktif dan bukan pasif, artinya kasih dan sayang yang kita berikan senantiasa dan kontiniu kita lakukan. Oleh karena itu, bagi warga Muhammadiyah silaturahim ini sangat mutlak digalakkan. Apalagi saya sangat sering mendengar kalau konflik di Muhammadiyah itu sangat tinggi. Maka untuk mengatasi hal seperti ini, silaturahim mesti kita tingkatkan. Sebab dengan silaturahim ini akan memantul sikap silaturfikri. Ini penting ada bagi Muhammadiyah, karena dalam Muhammadiyah kita akui memiliki ragam pemikiran. Melalui silaturfikri tersebut, perbedaan pemikiran ini dapat menjadi potensi bagi Muhammadiyah untuk melahirkan sebuah kebaikan. Jadi kepada seluruh warga Muhammadiyah dimana pun berada, ke depan marilah kita tingkatkan intensitas kita untuk melakukan silaturahim ini. Apalagi tantangan kita ke depan sangat luar biasa. Dan setelah syawalan ini, tidak ada kata berdiam diri bagi Muhammadiyah, kalau perlu kita percepat gerakan Muhammadiyah ke depan, agar bagaimana hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini. (Disarikan dari Pengajian Syawalan PP. Muhammadiyah: DN)
SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

27

DIALOG RAAM PUNJABI

Sang Pencerah: Sebuah Film Tuntunan


Kebesaran Muhammadiyah saat sekarang yang dibawa oleh KH Ahmad Dahlan yang kini dikenal sebagai pahlawan nasional mendapat perhatian yang luar biasa dari banyak kalangan. Salah satu perhatian itu muncul dari kalangan tokoh perfilman di Tanah Air, yang dikomandani oleh sutradara Hanung Bramantyo. Kedahsyatan sepak terjang dan perjuangan KH Ahmad Dahlan tempo dulu membuat sang sutradara berkeinginan untuk memproduksi kehidupan dan perjuangan KH Ahmad Dahlan tempo dulu menjadi sebuah film yang bisa disaksikan oleh anak bangsa di seluruh Tanah Air saat ini.

ari sekian banyak rumah produksi yang ditawarkan oleh Hanung untuk memproduksi film tersebut, Multivision Plus yang dimiliki oleh Raam Punjabi, seorang yang beragama Hindu dan berketurunan India, mengapresiasi dan mendukung serta membackup dana puluhan milyaran rupiah agar film ini bisa tayang diusia 1 Abad Muhammadiyah ini. Padahal saat itu, menurut Raam Punjabi, banyak rumah produksi dari Muslim yang tidak mau mendanai film tersebut. Lantas bagaimana sebenarnya pandangan Raam Punjabi terhadap sosok KH Ahmad Dahlan? dan apa arti penting film ini bagi seorang Raam Punjabi yang beragama Hindu? serta nilai-nilai apa yang perlu ditauladani dari film sang pencerah ini bagi anak muda, warga Muhammadiyah maupun umat Islam dan warga bangsa di seluruh tanah air saat sekarang ini? Berikut petikan singkat wawancara Deni al Asyari dari SM dengan Raam Punjabi, Pemilik Rumah Produksi Multivision Plus saat berkunjung ke kantornya Multivision Plus, di Jakarta beberapa waktu yang lalu.

memperjuangan sebuah idealisme dan kebenaran yang diyakini. Seorang anak muda yang memiliki pendirian yang kokoh serta konsisten untuk melakukan perjuangan menegakkan kebenaran kala itu. Saya tidak habis pikir waktu itu, seorang anak muda seperti KH. Ahmad Dahlan begitu menjadi perhatian banyak orang dan disegani. Sehingga dalam waktu mudanya itu pula, beliau berhasil mendirikan organisasi Muhammadiyah. Ini sangat terbalik dengan kondisi dan realitas kita saat ini, yang langka dengan kehadiran anak-anak muda seperti KH. Ahmad Dahlan. Tentu saja kita harus banyak belajar dan meneladani sosok KH Ahmad Dahlan ini, karena apa

Bertolak dari film Sang Pencerah, bagaimana sebenarnya pandangan Anda sendiri terhadap KH Ahmad Dahlan? Sebelumnya saya sebenarnya tidak mengetahui banyak tentang sosok KH Ahmad Dahlan ini, sekalipun KH Ahmad Dahlan sendiri tercatat sebagai pahlawan nasional kita. Jikalaupun saya tahu, paling hanya sedikit saja tentang beliau, yaitu sebagai pendiri organisasi Muhammadiyah. Namun, bagaimana sepak terjang beliau sebelum mendirikan Muhammadiyah serta bagaimana cara beliau memperjuangkan kebebasan bagi bangsa ini saya kurang tahu betul. Akan tetapi setelah adanya film Sang Pencerah, saya betul-betul takjub dengan KH Ahmad Dahlan. Dia telah memberikan sebuah pelajaran penting bagi kita saat ini bagaimana dalam
28
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

DIALOG
yang dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan tempo dulu sangat penting untuk jadi sebuah contoh bagaimana seharusnya melakukan sebuah perubahan dan bagaimana pula pentingnya seorang kaum muda itu sendiri. Pelajaran penting apa sesungguhnya yang ingin disampaikan melalui film Sang Pencerah ini dalam konteks dan dinamika kebangsaan kita hari ini? Salah satu pesan penting yang bisa kita ambil melalui film ini adalah, bahwa melawan kejahatan dan melakukan kebaikan harus disertai dengan komitmen, konsistensi dan gerakan yang kuat. Tanpa adanya sebuah komitmen, konsistensi dan gerakan yang kokoh, tentunya KH Ahmad Dahlan akan kesulitan untuk memperjuangkan idealisme kebenaran yang ingin ditegakkannya. Begitu pula untuk saat ini, perjuangan seperti yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan perlu kita contoh dan lanjutkan. Sebab kalau kita lihat, bumi saat sekarang ini banyak orang yang punya pikiran negativ, namun tentunya juga terdapat orang yang memiliki pikiran positif. Saya kira orang-orang yang sedikit dengan pikiran positif ini, mereka harus bersatu untuk melawan orang-orang yang membuat bumi ini tidak nyaman lagi dihuni dan di tinggali. Belum lagi cobaan-cobaan dari Tuhan yang kita sendiri tidak dapat mengelak. Jadi pesan saya termasuk saya sendiri bagaimana kita untuk mempraktikkan untuk berdiri bersama, bersatu dan kokoh untuk menghadapi cobaan-cobaan yang datang dari orang yang hidup di bumi ini dan juga dari Tuhan yang Maha Kuasa. Seperti yang dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan tempo dulu dengan mendirikan organisasi Muhammadiyah sebagai jalan memperkokoh gerakan melawan orang-orang yang membuat kehidupan sesama manusia tidak nyaman lagi. Film Sang Pencerah ini diangkat dari fakta sejarah kehidupan KH Ahmad Dahlan, sementara bagi kebanyakan kalangan muda, cenderung untuk menyaksikan film-film yang bersifat populer, jadi apa nilai penting bagi kaum muda terhadap film sang pencerah ini ? Saya melihat penonton itu sesungguhnya tinggal menerima, jadi kendalinya ada di tangan pembuat seperti kita (Multuvision Plus). Kalau kita membuat Film Sang Pencerah, bisa juga kita membuat film goyang karawang. Tapi penonton ada di bawah kendali kita. Apa yang kita ajarkan kepada mereka, apa yang kita suguhkan kepada mereka, maka mereka akan bicara bahasa yang itu, jadi saya tidak mengatakan bahwa penonton punya selera rendahan, sama sekali tidak, mereka itu adalah elemen yang paling penting untuk menentukan kemana arah film ini, jadi saya sebagai pembuat film ingin memberikan yang terbaik kepada mereka, sehingga film itu bukan jadi barang tontotan semata, tapi juga menjadi tuntunan dan juga memiliki kesan-kesan positif yang dibawa pulang untuk dipraktikkan. Dan mudah-mudahan melalui Film Sang Pencerah I yang baru beredar atau melalui Sang Pencerah II yang akan kita produksi, mereka bisa menanamkan benih-benih kebaikan yang terdapat pada film tersebut dalam hati dan pikiran penonton kita. sehingga apa yang ingin kita capai, bisa terwujud melalui film tersebut. Dalam pemutaran perdana Film Sang Pencerah di Jakarta yang disaksikan langsung oleh Wakil Presiden Boediono, beliau mengatakan film ini sangat bagus dan memberikan pesan tentang arti perdamaian, bagaimana menurut Anda? Saya melihat beliau itu berpikiran positif dari film itu, karena memang banyak hal-hal dari dalam film tersebut yang membuat kita berpikiran positif. Sehingga statemen Pak Boediono itu membuat kita lebih tenang dan lebih rileks bahwa seorang tokoh Negara berpendapat saja bisa berpendapat seperti kita. Kita tidak berandai-andai dan kita tidak sekedar menjual kecap. Tapi seorang negarawan seperti Boediono juga merasakan pemikiran yang sama. Dan itu buktinya, kita berhasil untuk memberikan tontonan yang menjadi tuntunan. Berkaitan dengan warga Muhammadiyah sendiri, apa inti pelajaran yang harus diambil oleh warga Muhammadiyah melalui film ini ? Saya yakin generasi penerus bangsa ini tidak punya pengetahuan yang dalam tentang KH Ahmad Dahlan. Jadi melihat ketinggian beliau, keberanian beliau, tekad beliau, cara berpikir beliau, cara bersosialisasi di lingkungannya, itu yang harus menjadi target utama bagi penonton Muhammadiyah termasuk penonton remaja untuk mengambil hikmah positifnya dari film ini. Intinya film ini telah membuka wawasan yang lebih luas, bukan hanya bagi anggota Muhammadiyah tapi orang Islam secara keseluruhan. Sebentar lagi film ini akan beredar di Malaysia. Mungkin bulan November. Saya nantinya ingin tahu, apakah mereka melihat film tersebut sebagai produk Muhammadiyah atau film ini adalah produk Islam. Karena saya dengar dulu bahwa Muhammadiyah sangat hadir dan dekat di Malaysia, tapi belakangan ini ketua Sensor Film Malaysia yang juga orang Islam mengatakan kepada saya, bahwa film ini dibuat secara teknik yang sempurna, dan hasil yang baik. Tapi sayangnya beliau mengatakan bahwa di Malaysia tidak banyak orang Muhammadiyah. Tapi saya berbaik sangka, sebab bisa jadi istilah Islam-nya beda, bukan Muhammadiyah. Tapi secara substansi mungkin lebih pada garis Muhammadiyah, karena mereka sendiri tidak pernah mengutuk atau mencela ajaran-ajaran Muhammadiyah. Mereka memuji dan memberikan dua jempol untuk mengekspresikan kualitas film ini. Jadi intinya ia mengatakan bahwa di Malaysia mudahmudahan orang tidak mengidentikkan film ini dengan film Muhammadiyah, tapi semua orang Islam bisa mengidentikkan dirinya dengan film ini. Artinya, ini bukan film yang bersifat sektarian dan sekedar tontonan semata? Ya betul, artinya ini bukan film goyangan Dewi Persik atau Julia Perez tapi ini film yang membuat orang akan tergelenggeleng karena ajarannya menyentuh hati kita. Itu adalah komentar
SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

29

DIALOG
orang sensor di Malaysia terhadap film Sang Pencerah ini di Kualalumpur. Dan kita sendiri juga sudah mengirim copy film-nya untuk warga Muhammadiyah disana, agar bisa menikmati. Bagi Anda sendiri, apa yang membuat tertarik membantu produksi film Sang Pencerah tersebut, padahal isi film ini bukanlah ajaran agama Anda? Saya sangat tertarik dengan ajaran kebaikan yang dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan pada saat itu, memang saya adalah beragama Hindu, dan Anda atau KH Ahmad Dahlan adalah Muslim. Akan tetapi kalau kita buka baju agama kita masingbahkan saya dengar ada instruksi PP Muhammadiyah kepada warganya untuk menyaksikan film ini. Akan tetapi saya cukup kaget, ketika setelah beberapa hari ditayangkan hingga saat ini, sesuai dengan pantauan dan data kami, hanya sedikit warga Muhammadiyah yang baru menyaksikan film ini. Saya heran dan tidak habis pikir melihat kenyataan ini. Bahkan, jumlah keseluruhan penonton Sang Pencerah ini masih dibawah target dan hitungan kami. Bahkan kota-kota besar seperti DKI Jakarta, Bandung, Medan, penontonnya sangat sedikit dan jauh dari yang kita perkirakan. Begitu pula daerah-daerah yang katanya sebagai basis Muhammadiyah, seperti Padang, Jawa Tengah, Makassar juga

masing, pasti memiliki nilai-nilai kebaikan yang sama. Seperti mengasihi orang lain, membantu orang yang tidak mampu, melawan kezaliman dan sebagainya. Sebab masing-masing agama mengajarkan bagaimana menjadi orang yang terbaik dan membuat kebaikan bagi orang lain. Jadi, inilah sesungguhnya motivasi saya, bahwa saya ingin mewujudkan nilai-nilai kebaikan yang diajarkan agama saya kepada orang lain. Apalagi, isi dari film ini mengajarkan pula akan kebaikan. Jadi kalau meminjam bahasa Islam, saya bukan saja sematamata berbisnis, tapi juga berdakwah melalui film Sang Pencerah ini. Dan sesungguhnya masing-masing kita harus bisa melakukan itu, sebab kalau masing-masing umat beragama sama-sama mewujudkan sisi kebaikan ajaran agamanya untuk kehidupan ini, tentu bumi ini akan penuh dengan kebaikan. Lantas bagaimana dengan minat dan apresiasi maupun dukungan Muhammadiyah terhadap film Sang Pencerah ini? Kalau minat maupun apresiasi tentu saja ada, bahkan ketua umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin setiap saat selalu mensosialisasikan film ini kepada warga Muhammadiyah. Dan
30
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

sangat sedikit yang menyaksikan film Sang Pencerah. Walaupun ada, namun jumlahnya relatif kecil. Padahal ini sudah melalui instruksi Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin, tapi kok warga Muhammadiyah yang mengikuti instruksi Ketua Umumnya sangat sedikit ya...? Lantas apa target Multivision Plus untuk mendongkrak kembali penonton Sang Pencerah khususnya bagi warga Muhammadiyah ? Sekarang kita berharap, warga Muhammadiyah yang belum menyaksikan film ini dapat menyaksikan di bioskop-bioskop terdekat, jika di daerah setempat belum memiliki sarana bioskop, Multivison Plus bersedia untuk datang ke daerah setempat untuk memutar film Sang Pencerah. Ini sudah kita lakukan di beberapa daerah Muhammadiyah, seperti Pekalongan, Jawa Tengah. Kita setting kantornya menjadi bioskop, dan kita putar film di sana, dan syukurnya, warga Muhammadiyah Pekajangan, Pekalongan begitu apresiatif dan banyak yang menyaksikan. Barangkali melalui Suara Muhammadiyah, kita minta dukungannya juga. Karena ini juga bagian dari dakwah. D

Prestasi Muhammadiyah Sangat Diperlukan Dalam Pembentukan Akhlak dan Pembangunan Ekonomi
MAYOR JENDERAL IBRAHIM ADJIE
Panglima Daerah Militer VI Siliwangi, Mayor Jenderal Ibrahim Adjie, selaku Pepelrada Jawa Barat, telah mengadakan briefing di depan eksponen-eksponen Muhammadiyah bertempat di Skodam Bandung. Di bawah ini merupakan keterangan beliau, dalam acara tersebut. Dimuat di Suara Muhammadiyah no. 4-5 Tahun ke-38, Zulqaidah 1385/Februari Maret 1966. Kita Harus Tabah dan Gigih Di dalam membangun keadaan dan kenyataan-kenyataan di dalam masyarakat, untuk membantu kita di dalam membentuk akhlak Pancasila, membentuk insan Pancasila, kita harus betulbetul tabah dan betul-betul gigih di dalam memberikan karyakarya untuk menghapuskan kemelaratan di dalam masyarakat. Kita harus melawan nekolim, musuh-musuh revolusi dan kelompok-kelompok kontra revolusi, musuh-musuh Pancasila dengan memberikan karya-karya yang bisa menghapuskan Explotation de L-Homme par lhomme, menghapuskan Explotation de nation par une autre nation dan untuk menghapuskan Explotation de Lhomme par Letat. Jadi penghisapan manusia oleh manusia harus kita hapuskan, penghisapan oleh bangsa lain harus kita hapuskan, dan penghisapan manusia oleh negaranya sendiri dan pemerintahnya sendiri, juga harus kita hapuskan. Sebab apa? Sebagaimana dikatakan oleh Pemimpin Besar Revolusi kita, negara itu adalah hanya alat. Negara yang merdeka dan berdaulat itu hanya merupakan jembatan emas untuk mencapai cita-cita hidup yang kita perjuangkan. Sabotase Mental dengan Biaya Besar-besaran Musuh-musuh revolusi dan Pancasila dengan segala daya dan cara akan selalu mencoba menyabot. Dalam hubungan inilah kita lengah dan kurang atau tidak waspada sama sekali selama ini. Sabotase mental, perusakan mental yang mereka lakukan terhadap masyarakat kita dengan membakar-bakar nafsu kebendaan, dengan membuat kita menjadi alat dari benda, mengakibatkan bahwa tanpa kita sadari untuk mendapatkan dan memenuhi nafsu kebendaan itu, kita kadang-kadang tidak memperdulikan akibatnya kepada kehidupan masyarakat umum, kita hanya jadi ingat kepada diri sendiri saja. Kita telah membaca berita-berita tentang bagaimana banyaknya uang yang dimiliki oleh gembong-gembong kelompok kontra revolusi yang menamakan dirinya Gerakan 30 September itu. Banyak sekali, milyaran entah darimana asalnya. Milyaran, saya kira Muhammadiyah tidak punya uang satu milyar. Mungkin, entah dan barangkali sepuluh juta juga tidak punya. Bersambung

uhammadiyah adalah satu organisasi massa yang berazaskan agama Islam, di dalam membentuk insan beragama dan banyak mencurahkan kegiatannya itu di bidang sosial. Di dalam konfrontasi dengan nekolim dan di dalam perlawanan terhadap gerombolan kontra-revolusi sekarang ini, sangat diperlukan lebih banyak prestasi dari Muhammadiyah, di dalam pembentukan akhlak dan di dalam pembangunan ekonomi, sosial. Agar masyarakat kita tidak dapat dihasut untuk merintangi dan untuk menentang pelaksanaan rencana-rencana materiil dan pembangunan spirituil. Banyak berbicara dan banyak bekerja. Saya minta antara lain mengartikan anjuran-anjuran pemimpin besar revolusi kita yang berbunyi, bahwa kita harus banyak berbicara dan harus banyak pula bekerja, yaitu dengan pengertian menyesuaikan ucapan itu dengan perbuatan. Akhlak Pancasila, pengamanan landasan falsafah Pancasila bagi kehidupan negara dan bangsa kita harus kita lakukan dengan pendidikan-pendidikan, dengan indoktrinasi, dengan berbicara. Tetapi alat-alat pendidikan itu bukan hanya berbicara saja, bukan hanya indoktrinasi di dalam bentuk berbicara saja. Kita juga harus banyak bekerja, kita harus banyak memberi bukti tentang dapatnya dilaksanakan apa yang kita indoktrinasikan itu. Kita harus berusaha mengamalkan Pancasila itu supaya lebih mudah dimengerti, bahwa masyarakat sosialis Indonesia yang berlandaskan Pancasila itu bukan hanya merupakan khayalan saja yang tidak bisa direalisasikan. Musuh-musuh revolusi, musuh-musuh Pancasila tentu akan berusaha untuk membuktikan, yaitu melakukan perusakan-perusakan dan sabotase-sabotase, berusaha menimbulkan kemelaratan untuk membuktikan bahwa Pancasila itu tidak bisa mendatangkan keadilan dan tidak bisa mendatangkan kemakmuran kepada masyarakat.

SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

35

DI ANTARA KITA

Pondok Modern Darul Arqom Patean Kendal Jawa Tengah

Yang Khas, Modern, dan Menyejukkan Hati


Sampai saat ini program warisan zaman kolonial itu masih terus berjalan. Berteriak tanpa memberi solusi adalah tindakan sia-sia. Program brilian yang menjawab kebutuhan dasar itu harus diimbangi. Pondok Modern Darul Arqom salah satu solusi alternatif bagi kaum Muslim yang ingin menyekolahkan anaknya dengan sistem asrama. YANG KHAS Pondok Modern Darul Arqom Patean mempunyai ciri khas yang membuatnya beda dengan pesantren yang lain yang pernah ada di negeri ini. Kekhasan ini juga memberi nilai tambah. Di antara yang khas di pesantren ini adalah: Matrikulasi. Untuk menekan jumlah santri drop out, maka calon santri diberi kesempatan untuk mencoba hidup di pondok. Kegiatan ini dilakukan pada saat calon santri mengikuti tes/seleksi masuk. Calon santri tidak ditemani orangtua dan beraktivitas seperti layaknya santri mukim. Jika calon santri tampak nyaman dan kerasan serta dinyatakan diterima, maka calon santri melakukan daftar ulang. Santri Indent. Karena banyaknya calon santri yang ingin belajar di Pondok Modern Darul Arqom Patean dan guna mempersiapkan fasilitas yang lebih baik serta pengaturan kegiatan pondok maka diadakan penelusuran bakat minat calon santri. Penjaringan calon santri ini dilakukan pada libur semester gasal. Jika pada saat penjaringan sudah memenuhi kuota maka tidak dibuka pendaftaran siswa baru regular. Teaching Practice. Sejak MTs Muhammadiyah 02 berdiri tahun 1992 siswa kelas 3 diberikan bekal latihan mengajar di SD/MI di sekitar pondok. Kegiatan ini dilakukan saat selesai tes semester gasal sebelum penerimaan raport. Dengan dibekali metode mengajar dan administrasi mengajar, santri diharuskan membuat persiapan mengajar dan mempraktikannya serta membuat laporan dibimbing ustad pendamping. Subuh Masal. Subuh masal dilaksanakan setiap hari Jumat pagi mulai jam 04.00 sampai dengan 06.00. Peserta yang jauh disediakan tempat menginap, mulai jam 03.30 dimulai dengan tahajud bersama. Program ini sebagai ikhtiar untuk menggembirakan umat menghadiri jamaah shalat Subuh sebagaimana firman Allah SwT dalam surat Al-Israa ayat 78. Diperlukan

Daerah Patean Kendal yang terletak di wilayah pegunungan yang subur, menarik minat Pengusaha VOC Belanda membuka banyak perkebunan. Demikianlah catatan sejarah telah tertoreh di daerah ini. Persoalan kemudian terus berkembang, misi dan zending (juru dakwah agama Katolik dan Kristen) ternyata ikut dalam pengelolaan perkebunan sehingga banyak dihasilkan kantong-kantong pemukiman Nasrani.
ereka kemudian memberikan fasilitas kepada anak-anak Muslim (anak-anak pekerja perkebunan dan masyarakat setempat) adalah disekolahkan dan diasramakan. Hal ini tentu sangat menarik karena jauhnya pemukiman dengan sekolah. Sudah barang tentu tidak sedikit dari mereka yang akhirnya murtad.
36
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

DI ANTARA KITA
sentuhan intertainmen agar menarik orang untuk mendatangi jamaah Shubuh. Dengan memaksimalkan penggunaan multi media yang dimiliki Pondok, tata suara dan pencahayaan yang baik, acara ini dibuat layaknya LIVE di Televisi. Jamaah juga mendapat snack dari Timur Tengah (kurma). Subuh Ceria. And enjoy in ash-sholah (prayer) in your family . (Q.s. Thoha: 132) . Allah SwT memerintahkan kita agar menggembirakan sholat (sholat dengan senang hati) untuk keluarga kita. Acara ini dilaksanakan setiap Ahad pagi untuk anak SD/MI kelas 2-6. Acara dimulai dengan jamaah Shubuh, tadarus dengan Al-Quran digital, bercerita dengan layar lebar /LCD, olah raga/out bond, dan diakhiri dengan sarapan bersama. Tadarus Online. Agar remaja dan pemuda senang membaca Al-Quran (khususnya di bulan Ramadlan) maka dengan menggunakan fasilitas Hot Spot di pondok tadarus dilakukan antarkamar dan antarmasjid di sekitar pondok. Menyebar virus kebajikan (Dakwah Home stay). Dengan memanfaatkan waktu luang saat kelas IX menempuh ujian, santri kelas VII dan VIII diterjunkan ke desa-desa binaan. Santri menginap di rumah penduduk, satu rumah dititipi 2-3 santri. Kegiatan santri yaitu ikut memakmurkan masjid/ mushola dan menggembirakan anak-anak belajar di Taman Pendidikan Al-Quran serta mengikuti aktivitas keluarga yang ditempati. Ketika para santri subuh berjamaah di masjid/ mushola terdekat (insya Allah shohibul bait juga jadi ikut ke masjid). Tadarus di masjid sampai pukul 5.30. Kemudian pulang ke rumah tinggal membantu shohibul bait (ke sawah, mencangkul, mencari rumput, panen coklat, memberi makan ayam dll). Dluhur berjamaah di masjid, kemudian makan siang dan istirahat. Setelah jamaah Asyar para santri ikut menggembirakan anak-anak mengaji di TPA (Taman Pendidikan Al-Quran). Kegiatan berikutnya adalah jamaah shalat Magrib dan tadarus sampai Isya. Setelah itu santri pulang ke rumah tinggal dan istirahat hingga subuh. Bank Santri. Program ini memfasilitasi anak-anak kurang mampu agar dapat menjadi santri di Pondok Modern Darul Arqom. Wali santri membayar syahriyah semampunya. Sedang kekurangannya dibayar oleh Bank Santri. Kelak setelah santri bekerja akan membayar hutangnya di Bank Santri. Sistem Ganda Bertingkat. Santri SMK Farmasi Pondok Modern Darul Arqom insya Allah akan bisa bekerja dan melanjutkan studi sekaligus menjadi rijalul dakwah di manapun mereka magang atau bekerja. Uang Pondok. Guna menekan kasus kehilangan uang dan mencegah santri kabur, maka santri dilarang memegang uang rupiah. Semua uang saku harus dititipkan di ustad/Bank Santri dan ditukar dengan uang

pondok. Uang ini berlaku untuk semua transaksi di lingkungan Pondok Modern Darul Arqom Patean. YANG MODERN Sebagai Pondok Pesantren yang dikelola oleh Muhammadiyah yang dikenal sebagai orgnisasi Islam modernis, Pondok Darul Arqom Patean ini harus mampu memanfaatkan teknologi modern. Di antaranya adalah: Belajar Berbasis Internet & Multimedia. Pondok Modern Darul Arqom Patean mempunyai perangkat yang memungkinkan para guru mengakses materi mengajar dari internet di dalam kelas dan langsung disorotkan di layar lebar (LCD) sehingga santri langsung bisa mengikutinya. Free Hot Spot Area.H ampir semua Ustadz mempunyai laptop, maka fasilitas Hot Spot Area di lingkungan pondok dapat diefektifkan dan dimaksimalkan penggunaanya. Warnet. Para santri dapat ber internet dari warnet pondok yang sudah diprotek dari situs-situs yang berbau porno dan yang tidak pantas. Multi Language System. Bukan hanya dalam proses belajar-mengajar tetapi dalam kehidupan seharihari santri berbicara dalam bahasa Arab dan Inggris. Di Pondok Modern Darul Arqom terdapat pekan Arab dan Inggris. YANG MENYEJUKKAN HATI Sebagai ikhtiar untuk membekali santri dengan keimanan dan kebiasan yang baik maka di usahakan dengan kegiatan sebagai berikut: Berada di masjid sebelum adzan, Shalat Tahajud / Witir setiap malam, Puasa sunah minimal 3 hari per bulan, Shalat 40 rakaat sehari semalam, sekali katam Al-Quran dalam sebulan Mulai tahun pelajaran 2010/2011 Pondok Modern Darul Arqom Patean mendirikan satu unit/satuan pendidikan lagi yaitu tingkat lanjutan atas (SMK Farmasi). Dengan demikian Pendidikan di Pondok Modern Darul Arqom Patean adalah MI, MTs, dan SMK. isma
SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

37

IBRAH

Haji M abrur
etiap hujjaj atau mereka yang telah menunaikan ibadah haji selalu mendambakan haji mabrur. Mereka yang hendak berhaji pun mendambakan hal serupa, bahkan senantiasa didoakan dapat meraih haji mabrur. Pendek kata, alhajj al-mabrur atau haji mabrur merupakan idealisasi utama dalam ibadah haji.

Artinya: Ya Allah jadikanlah haji ini haji yang mabrur, dosa yang terampuni, dan sai yang diterima. Beragam doa dengan lafadl yang beraneka senantiasa dipanjatkan untuk meraih haji yang mabrur. Apa makna dan hakikat haji mabrur? Dari segi bahasa: kata mabrur senapas dengan al-birr yang berasal dari akar kata barrayabirru-birra-mubarrata artinya baik, patuh, benar. Al-birr artinya kebaikan, sedangkan al-abrar artinya yang lebih baik. Adapun kata ) merupakan ism maful atau objek yang artinya mabrur ( sesuatu yang menjadi baik, yang menjadi benar, yang diterima. Dengan kata lain, haji mabrur ialah haji yang benar, haji yang baik, dan haji yang diterima. Kata al-hajj al-mabrur telah dipungut menjadi bahasa Indonesia yang dikenal dengan istilah haji mabrur. Dari segi istilah haji mabrur menurut Abu Bakr Jabir al-Jazairi ialah:

Haji Mabrur: ialah haji yang bersih dari segala jenis dosa dan penuh dengan keshalihan dan kebaikan (al-Jazairi: Minhaj alMuslimun, Dar al-Ulum wa al-Hikam, al-madinat al-Munawwarah, 1994, hal. 406). Dengan demikian, haji mabrur bukanlah sekadar verbalitas atau begitu seseorang itu menunaikan ibadah haji maka secara otomatis meraih haji mabrur. Buah haji mabrur ialah semakin hilangnya hal-hal yang buruk atau dosa, sebaliknya kian menumpuknya kebaikan dan keshalihan dalam kehidupan para hujaj atau mereka yang berhaji. Haji mabrur memang merupakan idealisasi yang utama bagi para hujjaj (mereka yang berhaji). Selain tujuan setiap beribadah haji, haji mabrur juga memiliki kedudukan setara dengan iman dan jihad. Dalam hadis dituturkan bahwa Rasulullah ditanya tentang amal yang utama, beliau menjawab: iman kepada Allah dan RasulNya, jihad di jalan Allah, dan haji yang mabrur (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). Haji mabrur juga memiliki keutamaan lain, yakni balasannya ialah surga sebagaimana Hadits Nabi alhajj al-mabrur laysa lahu jaza illa al-jannat (Muttafaq alaihi). Padahal tidak ada puncak tertinggi dari kehidupan Muslim yakni meraih surga atas ridla dan karunia Allah SwT. Ketika sesorang menunaikan haji, maka jika ingin meraih haji mabrur haruslah jelas arah hulu dan hilirnya. Sejak berniat hendak
38
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

menunaikan haji, ketika melaksanakan ibadah haji, hingga dalam kehidupan sehari-hari pasca berhaji. Apa sejatinya niat dan tujuan berhaji? Apakah haji yang telah dilakukan itu benar dan baik sebagaimana dituntunkan Rasulullah, baik itu rukun, wajib, maupun sunat ibadah haji serta keutamaan-keutamaannya yang sesuai syariat? Bagaimana menjaga amalan-amalan sewaktu dan sesudah ibadah haji sebagaimana semestinya dan tidak menjadi berhenti atau bahkan hangus di tengah jalan? (muhafadhat al-amal fi al-hajj). Bagaimana menyinambungkan dan meningkatkan amalan-amalan ibadah setelah haji hingga menjadi Muslim/Mukmin/ muttaqin yang lebih baik (mudawamat al-amal bada al-hajj)? Haji mabrur merupakan haji yang ditunaikan dengan ikhlas semata-mata untuk Allah (meraih ridla dan karunia Allah (Q.s. Ali Imran [3]: 97), sekaligus melahirkan manusia muhlis. Haji mabrur ialah haji yang benar dalam seluruh proses dan tatacaranya sesuai tuntunan Rasulullah (Hadits tentang manasiq), sehingga melahirkan haji yang benar dan pelakunya menjadi orang-orang yang benar (al-shadiqun). Haji mabrur haji yang pelakunya bebas dari tindakan yang tidak senonoh (rafats), fasiq, dan berbantah-bantah tanpa alasan atau jidal (Q.s. Al-Baqarah [2]: 197), artinya bebas dari perbuatanperbuatan buruk baik ketika berhaji maupun sesudahnya. Haji mabrur membuat pelakunya semakin giat memenuhi panggilan Allah melebihi panggilan lainnya di dunia ini, sebagaimana tercermin dari pesan talbiyah yang selalu dilafadlkan dengan nyaring dan khusyuk. Haji mabrur melahirkan banyak kemanfaatan dari haji yang ditunaikannya (Q.s. Al-Hajj [22]: 28). Haji mabrur melahirkan kebiasaan bagi pelakunya untuk selalu menyebut Nama Allah (dzikrullah) sebagaimana lafadl yang paling disuarakan dalam seluruh proses beribadah haji, yang dipantulkan dalam kehidupan sehari-hari. Haji mabrur membuahkan serba kebaikan dalam sepanjang hidup pelakunya baik yang bersifat keimanan maupun amal-amal kebajikan, yang mengandung makna identik dengan sifat-sifat orang-orang baik dan bertakwa (Q.s. Al-Baqarah [2]: 177). Karena itu haji bukanlah sekadar perjalanan biasa ke Tanah Suci. Haji merupakan ibadah yang penuh makna, hikmah, dan keutamaan yang jelas tujuannya. Beribadah haji pun merupakan perjalanan yang panjang dan penuh mujahadah. Bukan sekadar formalitas. Kadang ketika seorang Muslim hendak berhaji, tampak sekali perubahan perangai dalam hidupnya, sehingga tampak lebih sabar, tawadhu,. dan serba berusaha menunjukkan kebaikan. Demikian pula ketika menunaikan ibadah haji, bahkan dalam fase ini boleh dikatakan sebagai puncak keshalihan atau kebaikan seseorang dalam hidupnya: serba baik, serba sabar, serba menunjukkan sifat-sifat shalih. Begitu halnya beberapa saat sampai bulan setelah pulang berhaji, kesalihan dan kebaikan itu masih memancar. Namun, bulan berganti bulan, bahkan tahun berganti tahun, tidak jarang kebaikan dan keshalihan itu mulai surut kembali, bahkan kembali, ke tabiat atau habitat awal. Di sinilah haji mabrur menjadi sebuah pendakian sekaligus perjalanan ruhani yang sangat panjang dan penuh perjuangan. Ibadah haji bukanlah wisata relijius. Apalagi jika ingin meraih haji mabrur. A. Nuha

SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

39

BINA AKIDAH

Orang Beriman Suka Saling Memaafkan


MOHAMMAD DAMAMI

Dalam percakapan sehari-hari, bahkan dalam tayangan televisi atau tulisan dalam media massa cetak, sangat sering terdengar dan tertulis tentang pengakuan bahwa tidak ada manusia yang melulu salah terus dan sebaliknya tidak ada yang senantiasa benar tanpa sekali waktu juga mengerjakan hal yang bersifat salah.

engakuan semacam itu tidak hanya keluar dari ucapan atau tulisan orang-orang biasa, rakyat biasa, melainkan juga dari kalangan orang-orang elit dan para pembesar negara. Dari sudut pandang kemanusiaan secara umum, pengakuan semacam itu adalah sangat luhur, otentik, berdasar hati nurani, dan terpuji. Sungguhpun begitu, masih terdapat kesan kuat, sekalipun kesan ini belum berdasar pada data penelitian yang intensif, bahwa pengakuan seperti tersebut di atas masih dala.m tataran pengakuan lisaniah (retorika), pengakuan pemanis bibir, basabasi, dan sekadar pemuas logika berpikir saja. Pengakuan seperti tersebut di atas baru berputar-putar di tingkatan teoritis,
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

bahkan mungkin hanya sekedar keinginan, belum ada greget (semangat) untuk diamalkan secara nyata dalam kehidupan seharihari. Masih sangat sering ditemukan, orang yang sebenarnya pintar dan banyak pengalaman, namun masih mau dengan sengaja melakukan kesalahan yang dia tahu persis apa dampak yang diakibatkannya, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain yang lebih luas. Kalau dirunut lewat data media massa, orang yang dengan sengaja berbuat seperti itu hampir meliputi berbagai sektor, misalnya sektor legislatif (anggota Dewan Perwakilan Rakyat /DPR/ misalnya), sektor eksekutif (menteri, gubernur, bupati, lurah), sektor yudikatif (hakim, jaksa, pengacara, pelaksana hukum (polisi), jabatan-jabatan profesi (pendidik, dokter, bidan, wartawan, pengusaha, konsultan, ilmuwan, produsen obat, ahli kesehatan alternatif, spiritualis) dan mungkin masih banyak lagi. Yang lebih

memprihatinkan lagi, di antara mereka, berdasar data media massa, banyak yang tergolong taat menjalankan peribadatan agama, antara lain peribadatan Islam. Pertanyaannya adalah: Mengapa masih sampai terjadi kondisi kontradiktif seperti ini dalam diri individu-individu tertentu? Pertama-tama, siapa pun orangnya, perlu memahami secara mendalam apa sebenarnya yang disebut salah dan kesalahan. Dalam dunia falsafah, paling tidak dikenal 3 (tiga) macam nilai, yaitu: benar (lawannya salah), baik (lawannya buruk), dan indah (lawannya jelek). Ketiga macam nilai ini yang dicari umat manusia. Sebab, ketiga nilai tersebut membuat senang di hati siapa pun orangnya dan dampaknya juga sangat positif. Sungguhpun demikian ketiga nilai tersebut memberikan efek yang sangat berbedabeda manakala ketiga nilai tersebut dilanggar oleh si manusia itu sendiri.

40

BINA AKIDAH
Penjelasannya secara rinci sebagai berikut. Pertama, tentang nilai benar dahulu. Apa yang disebut benar? Kalangan filosuf keilmuan mengatakan, bahwa yang disebut benar adalah kesesuaian antara pernyataan (misalnya berupa teori, ungkapan, informasi, kabar, perkataan, janji, catatan, dan sebagainya) dengan fakta (kenyataan objektif). Sebagian lagi menyatakan bahwa yang disebut benar adalah kesesuaian antara apa yang secara nalar seharusnya terjadi menurut logika pikiran dengan fakta (kenyataan objektif) yang benar-benar terjadi. Dalam konteks tulisan ini, barang-kali cukuplah disinggung dua aliran pendapat tersebut, sekali pun masih ada beberapa lagi pendapat yang berbeda (seperti di kalangan penganut paham pragmatisme, sintaksisisme, dan sebagainya). Dengan demikian, kata kunci terpenting dalam pembicaraan tentang nilai benar adalah: kesesuaian. Yakni kesesuaian dengan fakta yang objektif, fakta (kenyataan) yang secara umum diakui dan disetujui banyak orang. Sesuatu yang mampu dinilai seukur dengan nilai benar seperti ini dikatakan sebagai kebenaran. Ukuran kebenaran seperti inilah yang paling dekat dengan pengalaman hidup sehari-hari setiap orang. Dengan lain perkataan, ukuran kebenaran seperti inilah yang paling sering terkait erat dengan kehidupan sehari-hari seseorang. Karena itu kebenaran semacam ini sering disebut dengan kebenaran material. Karena kebenaran tersebut masih dikaitkan dengan pengalaman hidup sehari-hari manusia. Kedua, tentang nilai baik. Kalangan filosuf etika di antaranya mengatakan bahwa yang disebut baik adalah kelayakan pernyataan sikap dan tindakan yang dijunjung tinggi sebagai sebuah kebiasaan ketika melakukan pergaulan hidup. Jadi, kata kunci terpenting dalam pembicaraan tentang nilai baik adalah: kelayakan. Yakni, kelayakan sikap dan tindak-an saat bergaul. Segala hal yang terukur nilai baik ini dikatakan sebagai kebaikan. Apa yang discbut kebaikan ini sangat dihargai tinggi dalam kehidupan pergaulan sehari-hari. Sungguhpun begitu arah yang dituju dari kebaikan itu adalah efek positif yang bersifat sosial jauh lebih ditonjolkan daripada yang lain. Ketiga, tentang nilai indah. Untuk kesekian kalinya kalau dikutipkan dari pendapat para filosuf, di antaranya mengatakan bahwa yang disebut indah adalah keharmonian dari unsur-unsur sesuatu. Keharmonisan ini bisa juga disebut keserasian (percampuran yang kompak dan pas) sesuatu. Dapat dicontohkan yang dapat digolongkan bernilai indah tersebut sebagai berikut. Cantik, misalnya. Cantik pada hakikatnya adalah keserasian antara unsur bentuk (bulat, bundar, lonjong, bersegi, lurus, bengkok, lengkung, berkelok, berjenjang, berjejer, simetris, miring, panjang, pendek, besar, kecil, bersambung, terpusyaraf indra mata (penglihatan). Sungguhpun ketiga nilai di atas samasama dihargai dan dianggap luhur oleh umat manusia, namun efek atau pengaruh terhadap ketenangan hati dan jiwa tampaknya sangat berbeda. Dari ketiganya, maka dampak siapa saja yang tidak menjalankan kebenaran, atau dengan lain perkataan siapa saja yang justru melakukan hal yang salah atau kasalahan, maka hati seseorang tersebut tidak akan merasa nyaman dan aman. Kalau seseorang berbuat salah atau kesalahan, sekalipun disembunyikan atau orang lain kebetulan tidak tahu, namun hati seseorang yang melakukan hal yang salah atau kesalahan

tus-putus, dan sebagainya) dan warna (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, putih, cerah, hitam, buram, dan campuran warna lainnya). Oleh karena itu, apa saja yang disebut cantik, seperti panorama (di pantai, di lembah, di pegunungan, di langit), taman, wilayah hunian (rumah, perumahan), wilayah tempat pekerjaan (toko, pertokoan, pabrik), wilayah perhubungan (jalan, pelabuhan, bandara, terminal, stasiun), wilayah wisata (pantai, lembah, gunung, pegunungan, hotel, penginapan, pemandian, perkampungan tradisional, kebun binatang, taman safari), dan sebagainya pada hakikatnya adalah adanya keserasian antara unsur bentuk dan warna di atas. Nilai indah ini memuaskan setiap orang, terlebih-lebih untuk kenikmatan

tersebut akan meronta dan bergejolak. Hati yang disirami dengan tindakan salah atau kesalahan akan menyebabkan rasa terancam, misalnya rasa was-was, khawatir, cemas, takut, bahkan ketakutan. Pelaku hal yang salah atau pelaku kesalahan tersebut akan merasa was-was, khawatir atau cemas kalau sampai terkuak dan terbongkar segala tindakannya yang salah atau karena kesalahan yang diperbuatnya. Dia akan merasa takut, bahkan ketakutan, kalau segala tindakan yang salah atau kesalahan yang diperbuatnya tersebut menyebabkan jatuh harga dirinya, seperti nama baiknya, popularitasnya, prestisenya, kewibawaannya, pengaruhnya, penghargaan terhadap dirinya, dan sebagainya. Bersambung
41

SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

BINA AKHLAK

Keadilan yang Tertunda


MUHSIN HARIYANTO

Dosen Tetap FAI-UMY dan Dosen Tidak Tetap STIKES Aisyiyah Yogyakarta Ia tak pernah mengeluh dengan keluhan yang terkesan meminta belas-kasihan. Kalaupun pernah mengeluh, dia hanya mengeluh soal dirinya yang tak kunjung bisa beribadah dengan khusyu. Ia rindukan kekhusyuan shalat dan seluruh ibadahnya dalam kesehariannya, dan yang terpenting menurutnya adalah: bisa melaksanakan shalat jamaah di masjid dengan tepat waktu. Dan dengan wajah berseri selalu dia katakan: hari ini saya benarbenar puas, karena bisa melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah dengan tepat waktu. Satu hal yang juga ditanyakan oleh Mas Priyo: Di manakah keadilan, dan kapan datangnya? Menurut hasil bacaan Mas Priyo, Islam menyeru manusia untuk menegakkan keadilan dalam setiap sikap dan perbuatan. Para Rasul pun diutus ke tengah kaum atau bangsanya juga untuk menegakkan keadilan. Nabi Muhammad saw, misalnya, ini diutus ke tengah umatnya untuk menegakkan keadilan di tengah kezaliman dan kejahiliyahan bangsa Arab ketika itu. Keadilan menurut pemahaman Mas Priyo harus ditegakkan dalam segala bidang kehidupan, baik sosial, ekonomi, maupun kehidupan politik. Seperti yang tersebut dalam Al-Quran: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biar pun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia (maksudnya: orang yang tergugat atau yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.(Q.s. An-Nisaa [4]: 135). Dalam sejarah politik umat Islam, menurut bacaan Mas Priyo, kehancuran umat dan pemerintahan Islam dahulu terjadi karena mereka menjalankan kezaliman dan kurang peduli untuk menegakkan keadilan. Misalnya, mereka umat Islam, dan utamanya para pemangku negeri cuma memberi dan menjatuhkan hukuman terhadap rakyat kecil, sedangkan pencuri dari kalangan atas mereka diamkan saja dan dibiarkan terus. Mereka abaikan empat hal yang menjadi indikator terciptanya keadilan. Pertama, mereka abaikan prinsip muswah (egalitarianisme); tidak memperlakukan sama atau membedakan seseorang dengan yang lain, karena pertimbangan-pertimbangan subjektif. Termasuk di dalamnya perilaku hakim pada saat proses pengambilan keputusan. Sang Hakim misalnya yang seharusnya menempatkan pihak-pihak yang bersengketa di dalam posisi yang sama, ternyata tidak berbuat semestinya. Mereka tidak cukup

Tidak banyak orang yang bersedia untuk bersabar selama kurang-lebih sebelas tahun untuk menunggu kembalinya hak yang terampas. Kalau pun ada, Mas Priyo adalah satu dari ribuan orang, atau bahkan jutaan orang yang bisa dikecualikan. Seorang kawula alit (sebutan mas Priyo untuk dirinya, ketika dia menggangap dirinya sebagai rakyat kecil yang tak berdaya). Apa yang terjadi pada Mas Priyo? Inilah yang menarik untuk diceriterakan.
Mas Priyo adalah salah seorang aktivis masjid di sebuah kampung kecil di sudut kota Yogyakarta. Tidak banyak yang kenal dengan dirinya, kecuali para jamaah masjid yang memang rajin hadir dalam shalat jamaah dan pengajian rutin mingguan Selasa Pagi, utamanya para ustadz yang secara rutin memberikan siraman ruhani pada jamaah pengajian di masjid itu. Dan, tentu saja pengurus (takmir) masjid yang sehari-hari bergelut dengan persoalan kemasjidan di kampung itu, sangat mengenalnya. Penunggu masjid yang satu ini adalah orang yang hidupnya sangat sederhana, namun di tengah kesederhanaannya sekaligus ia adalah seseorang yang mampun bersikap qanaah.
42
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

BINA AKHLAK
bersikap amanah, dan bahkan mengkhianati sumpahnya sendiri. Padahal Al-Quran telah mengisahkan tentang dua orang berperkara yang datang kepada Nabi Daud as untuk mencari keadilan. Orang pertama memiliki sembilan puluh sembilan ekor kambing betina, sedangkan orang kedua hanya memiliki seekor. Pemilik kambing yang banyak mendesak agar diberi pula yang seekor itu agar genap seratus. Nabi Daud tidak memutuskan perkara ini dengan membagi kambing-kambing itu dengan jumlah yang sama, melainkan menyatakan bahwa pemilik sembilan puluh sembilan kambing itu telah berlaku aniaya atas permintaannya itu (Q.s. Shaad [38]: 23), Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja. Maka dia berkata: Serahkanlah kambingmu itu kepadaku dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan. Mereka tak peduli terhadap pesan moral ayat tersebut, dan bahkan menuruti kemauan hawa nafsunya. yang lain. Mereka lebih taat, patuh, pasrah dan mencintai thght (memberhalahan sesuatu, termasuk harta dan tahta yang selalu dikejarnya). Padahal Allah telah memberikan peringatan dini dalam Q.s. Ali Imran [3]: 18): Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Para penegak hukumnya pun dengan sangat berani melanggar amanahnya, pada hal Nabi Muhammad saw telah mengingatkan: Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil di mata Allah berada di atas mimbar yang terbuat dari cahaya, berada di sebelah kanan Ar-Rahman Azza wa Jalla. Yaitu mereka yang berbuat adil ketika menetapkan putusan hukum, dan adil terhadap pengikut dan rakyatnya. (HR Muslim dari Abdullah bin Amr). Pengalaman pribadi Mas Priyo membuktikan bahwa ketidakadilan itu hingga kini masih menjadi fenomena yang setiap hari ia saksikan. Dia, yang telah menunggu hak waris tunggalnya dari kedua orangtuanya yang telah meninggal berupa sebuah rumah tinggal dan beberapa ratus meter tanah pekarangan di desanya, karena ketidakmampuannnya untuk menuntut haknya, karena diserobot oleh sejumlah orang kuat yang sebenarnya tidak memiliki hak atasnya. Dia biarkan selama sebelas tahun (seluruh haknya) tersia-siakan. Sampai pada akhirnya bertemu dengan salah seorang pengacara Muslim yang berbaik hati untuk membantu menemukan kembali haknya. Singkat kisah, setelah berproses di pengadilan, atas jasa sang Pengacara Muslim itu, Mas Priyo mendapatkan seluruh haknya (berupa sebuah rumah tinggal dan beberapa ratus meter tanah pekarangan peninggalan kedua orang tuanya). Dan Mas Priyo, yang dulu tinggal di kamar sempit sebelah masjid, kini tinggal di sebuah rumah permanen dan sebidang pekarangannya yang sangat membuat dirinya bahagia. Dan gumamnya di depan para jamaah masjid, dengan senyum simpulnya, ternyata untuk mendapatkan keadilan yang sempat pergi entah ke mana diperlukan waktu (kurang-lebih) sebelas tahun. Dan mas Priyo semakin yakin dengan nasihatnasihat para ustadznya yang selalu menasihatinya agar selalu bersikap sabar dan syukur , ternyata sikap sabar dan syukurnya itu, kini telah menuai hasil yang luar biasa. Selamat Mas Priyo! Begitu saya teriakkan kepadanya. Dan bertepatan dengan happy-ending-nya kisah perjalanan hidup Mas Priyo ini, Alarm HP saya pun berbunyi kri ng, saatnya menunaikan qiymullail. Saya pun terbangun. Kontan saya ucapkan alhamdulilh, ternyata dalam tidurku pun Allah masih bersedia menyapaku dengan sebuah kisah perjalanan hidup Mas Priyo yang sangat indah, yang ternyata kini belum pernah saya temui dalam seluruh perjalanan hidup saya. Dari kisah Mas Priyo dalam mimpi saya ini setelah menunaikan qiymullail, saya pun berdoa kepada Allah dengan penuh harap, mudah-mudahan cerita mas Priyo ini bisa menjadi kenyataan bagi siapa pun yang masih memiliki sikap sabar dan syukur, termasuk bagi diri saya. Insya Allah.
SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

Kedua, mereka abaikan prinsip tawzun (keseimbangan). Mereka rusak keseimbangan diri dan keteraturannya dengan sikap rakusnya. Padahal, Allah telah mengingatkan dengan firmanNya: Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan dirimu seimbang. (Q.s. Al-Infithar [82]: 6-7). Bagaikan tubuh seseorang manusia, seandainya ada salah satu anggota tubuh manusia berlebih atau berkurang dari kadar atau syarat yang seharusnya, maka pasti tidak akan terjadi keseimbangan (keadilan). Demikian juga dengan keseimbangan alam raya bersama ekosistemnya, yang dalam hal ini pun Allah mengingatkan: Allah yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sama sekali tidak melihat pada ciptaan Yang Maha Pemurah itu sesuatu yang tidak seimbang. Amatilah berulang-ulang! Adakah kamu melihat sesuatu yang tidak seimbang?(Q.s. Al-Mulk [67]: 3) Ketiga, mereka abaikan hak-hak individu dengan tidak memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya, bahkan mereka telah banyak melakukan pelanggaran terhadap hak-hak pihak lain. Hingga banyak orang yang terzalimi tanpa ada perlindungan dari siapa pun yang seharusnya melindunginya. Keempat, mereka abaikan hak Allah terhadap dirinya. Mereka yang seharusnya menjadikan Allah sebagai satu-satu ilh (Tuhan yang berhak disembah), justru lebih condong ber-ilh kepada

43

BINA JAMAAH

MENJAGA WAKTU-WAKTU SHALAT


i sebuah desa wilayah di pantai utara Jawa masyarakatnya hidup dengan bertani. Mereka hidup dengan teratur mengisi waktu dengan bekerja, beribadah dan melakukan hubungan sosial. Hidup mereka tercukupi dengan berani. Apalagi, mereka hidupnya sederhana. Di tengah desa ada masjid dan di dekat sawah ada langgar atau musholla. Biasanya siang hari, saat shalat Dluhur tiba, mereka berhenti bekerja di sawah lalu mengambil air wudlu dan shalat berjamaah. Kalau sore, malam dan pagi mereka berjamaah di masjid. Dengan adanya kegiatan berjamaah secara rutin ini hidup mereka menjadi tenang dan tenteram. Anak-anak diajar mengaji di masjid, lalu setelah tamat sekolah dasar dikirim ke pesantren. Ada yang kemudian kembali ke desa, menjadi petani atau pedagang, ada yang merantau ke kota yang jauh. Ketika ada saudara dari lain kota datang bersilaturahmi ke desa ini, mereka yang datang ini merasa kagum dan heran. Pada zaman seperti sekarang kok masih ada masyarakat desa yang hidupnya begitu tenang, tidak mudah tergoda gemerlap duniawi, dan warganya tampak bahagia. Ternyata rahasianya terletak pada kemampuan dan kesediaan warga desa itu untuk menjaga waktu-waktu shalat dengan berjamaah. Di pinggiran Yogya juga ada desa santri yang mirip dengan desa di pantai utara Jawa itu. Akan tetapi warga desa ini lebih beragam. Di sini banyak berdiri pesantren kecil tetapi punya nama. Para santri datang dari tempat lain, dari kota lain. Mata pencaharian warga desa ini selain
44
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

dari bertani juga dari industri rumah tangga, kerja kreatif di rumah, berdagang dan menjadi pegawai. Para santri kalau pagi sampai sore ada yang bekerja pada industri rumah tangga itu, malamnya mengaji. Jadi hubungan antara masyarakat dan pesantren sangat dekat. Di desa ini ada masjid jami dan beberapa masjid komunitas dan langgar. Kalau kebetulan warga tidak ada keperluan keluar, mereka selalu berusaha untuk shalat berjamaah. Kalau ada keperluan di luar, mereka shalat di kota atau di tempat lain. Yang jelas, seperti ada aturan tidak tertulis, warga desa diharapkan pada hari Jumat untuk shalat jamaah Jumat di desa ini. Yang bekerja atau berdagang di luar desa pada pukul sepuluh pagi atau lebih sedikit, sudah buru-buru pulang agar tidak kehilangan kesempatan untuk Jumatan di kampung sendiri. Jadi warga desa ini paling tidak menjaga waktu shalat Jumat dalam seminggu. Mereka juga bisa saling ketemu dan bertukar cerita kalau hari Jumat. Dari pengalaman dua desa di atas menunjukkan kalau perbedaan pekerjaan menyebabkan adanya perbedaan cara mereka dalam menjaga waktu shalat berjamaah. Yang bertani lebih mudah menjaga waktu shalat karena pekerjaan bertani membuat mereka menyatu dengan lingkungan dan para tetangga. Yang desanya punya warga dengan pekerjaan macammacam menjadi lebih sulit menjaga waktu shalat berjamaah bersamasama. Dari pengamatan di banyak komunitas Muhammadiyah, maka upaya menjaga waktu shalat berjamaah ini relatif mudah dilakukan pada sha-

lat Maghrib dan Isyak. Waktu Dluhur dan Ashar biasanya warga kampung atau desa Muhammadiyah bertebaran di muka bumi untuk mencari rizki. Untuk jamaah Shubuh, berdasar pengamatan, relatif sedikit yang bisa menjaga waktu shalat berjamaahnya. Kecuali ada desa atau kampung yang Islamnya warga militan. Di tempat ini ada yang jamaah Shubuhnya selalu penuh satu masjid karena semua warga shalat berjamaah. Mengingat kenyataannya, waktu Maghrib dan Isyak saja yang dapat diefektifkan untuk berjamaah maka banyak masjid yang dulu menjadikan waktu antara Maghrib dan Isyak untuk dimanfaatkan sebagai waktu mengadakan pengajian anak-anak. Waktu itu belum ada televisi dan televisi belum hadir menjadi godaan tersendiri bagi anak-anak, bapak-bapak dan ibu-ibu di rumah. Setelah hadir televisi di hampir semua rumah maka banyak masjid yang sepi dari kegiatan pada waktu antara Maghrib dan Isyak. Dan setelah Isyak masjid juga kembali sepi, sampai Shubuh yang hadir dengan sedikit orang, lalu siang sampai sore masjid pun sepi. Sore, bagi yang ada kegiatan TPA masjid atau musholla sedikit ramai. Itulah kenyataan yang kita hadapi. Bagi aktivis Muhammadiyah di tingkat Ranting dan Jamaah, kenyataan seperti ini perlu diubah menjadi lebih baik. Paling tida dimulai dengan memaksimalkan waktu antara Maghrib dan Isyak, dan antara Isyak sampai pukul 21.00 atau 22.00 malam. Bukankah di zaman KHA Dahlan dulu pernah ada penyadaran massal akan pentingnya waktu lewat kampanye surat Al-Ashr dimana-mana? Mustofa W Hasyim

SAKINAH

SULITNYA MENGHAPUS PENGALAMAN MASA LALU


Assalamualaikum wr. wb. Ibu Emmy yth., saya ibu rumah tangga (33 tahun) dengan 2 orang anak putera-puteri (8 tahun dan 4 tahun). Saya berasal dari keluarga yang sangat pas-pasan. Untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga, ibu pun harus membantu bekerja berjualan nasi rames, karena penghasilan ayah tidak cukup. Keluarga kami sangat harmonis, ibu jarang sekali marah. Akhirnya saya masuk yayasan baby sitter. Lalu ada yang mengambil saya, tapi bukan untuk mengasuh bayi melainkan merawat orang sakit stroke. Saya yakin semua orang tahu bagaimana rasanya merawat nenek dengan penyakit stroke, banyak dukanya. Tapi, saya sabar dan sungguh-sungguh merawatnya sampai meninggal. Waktu pulang kampung, saya diajak kerabat untuk merawat anak-anaknya. Tapi baru sebulan kerja, saya tak betah karena diperlakukan seperti pembantu, bukan seperti kerabat yang ikut menolong melakukan pekerjaan rumah tangganya. Di saat sedih, saya jadi teringat kata-kata paman,Hinanya kamu kerja seperti itu. Saya hanya bisa menangis di kamar mandi. Waktu berlalu, saya pulang lagi ke kampung. Saya bertemu jodoh, kini usia pernikahan saya sudah 10 tahun. Masa-masa sulit telah kami lalui. Rasanya waktu berlalu begitu cepat, hingga saya bisa menapaki keberhasilan dan mewujudkan mimpi, bahkan kini saya punya pembantu di rumah. Semua saya syukuri sebagai nikmat Allah. Tentu saja saya tak pernah teriak-teriak pada pembantu karena pernah merasakan betapa pedihnya disia-siakan. Pertanyaan saya, hinakah yang saya lakukan di masa lalu seperti yang dikatakan paman? Saya tak pernah bisa melupakan masa lalu saya yang pernah menjadi pembantu. Padahal kadang ingin sekali menghapusnya dari ingatan, karena pengalaman itu membuat bete, bad mood dan sedih. Bagaimana menghilangkan semua ini, Bu? Terima kasih atas jawabannya. Wassalamualaikum wr. wb. Sdy, di kota S. Waalaikumsalam wr. wb. Sdy yth., saya yakin ada banyak orang seperti Sdy, hormat pada semua orang termasuk pada pembantu. Sehingga ketika derajatnya naik , kita tidak malu bila harus berinteraksi dengannya. Sebab seseorang akan mendapat perlakuan baik, bila ia mampu membawa diri dengan baik, terlepas dari statusnya. Masa lalu adalah bagian tak terpisahkan dari adanya kita sekarang. Tak perlu dilupakan, karena memang sulit dilakukan. Apalagi jika pengalaman itu terjadi dalam kurun waktu yang lama dan punya muatan emosi pula di dalamnya. Yang sebaiknya dihindari adalah membangkit-bangkitkan kenangan hal tadi dengan tetap menyertakan emosi ketika peristiwa itu terjadi. Apalagi, pengalamannya juga bernuansa negatif sehingga membangkitkan lagi rasa marah, pedih, benci dan sejenisnya. Ini akan mengakibatkan kita selalu terpuruk dalam perasaan tak nyaman terhadap diri sendiri, sementara pada orang-orang yang kita anggap membuat peristiwa itu terjadi, perasaan negatif tak bisa hilang. Ini hanya membuang waktu dan merugikan diri saja. Maka agar dampak dari pengalaman masa lalu terhadap perkembangan harga diri saat ini menjadi positif, sebaiknya kita belajar untuk mulai melihat dan mengenangnya dengan cara berbeda. Misalnya, ketika Anda menghadapi nenek yang bawel tetap tersenyum, bukankah ini latihan kesabaran dan pengendalian diri.? Juga ketika kerabat ternyata lebih kejam dibanding orang lain, Anda dapat pelajaran bahwa punya uang dan kedudukan tak serta merta membuat mereka punya hati lembut, rasa welas asih dan utamanya bisa membuat orang lain respek padanya. Orang lain boleh bilang apa saja pada kita, karena itu hak mereka. Tapi, bagaimana kita menerima, memahami lalu mengiyakan atau menolaknya juga sepenuhnya ada di tangan kita. Maka jangan beri ijin diri kita untuk menerima hinaan dari orang lain. Nah, Sdy apa yang dikatakan oleh paman Anda sekian tahun lalu, bukan? Saya kira sudah basi, mestinya tidak ngaruh lagi, dong. Berikutnya Anda ijinkan tidak, orang lain mengatakan Anda hina? Kalau tidak, berarti Anda jauh dari kesan hina. Di posisi keadaan Anda sekarang, bahagia punya suami dan anak-anak yang sehat, kecukupan materi, ini adalah sebuah kemajuan dalam kualitas hidup yang tidak datang dari langit. Pastinya, Anda kerja keras hingga mencapai semua ini. Maka, biasakanlah untuk menghargai diri dengan tidak pelit untuk memuji diri. Tataplah masa depan, songsong dengan keyakinan, setiap hari tetaplah berusaha melakukan hal-hal yang lebih baik. Isilah waktu dengan membaca untuk membuka wawasan yang lebih luas dan menambah pengetahuan. Juga pertahankan kualitas kepribadian Anda yang tangguh selama ini, Insya Allah Anda bisa berkembang lebih baik. Semoga Allah selalu merahmati keluarga kita. Amiin.

Kami membuka rubrik tanya jawab masalah keluarga. Pembaca bisa mengutarakan persoalan dengan mengajukan pertanyaan. Pengasuh rubrik ini, Emmy Wahyuni, S.Psi. seorang pakar psikologi, dengan senang hati akan menjawabnya.

SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

45

TELAAH PUSTAKA

MEMODERNKAN BUDAYA JAWA


Judul Penulis Penerbit Tahun Tebal Harga : Muhammadiyah Jawa : Ahmad Najib Burhani : Al-Wasat Publishing House, Jakarta : Juni, 2010 : xxii + 203 halaman : 48.000,menambah spektrum pergaulannya yang luas. Dalam bingkai budaya itulah, Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada 1912 di Yogyakarta. Boedi Oetomo menjadi pendukung utama gagasan mendirikan organisasi baru ini. Ada empat peran utama yang dimainkan Muhammadiyah dalam masamasa awal. Yakni: sebagai gerakan pembaruan keagamaan, sebagai kekuatan politik, sebagai perlawanan komunisme dan Kristen, dan sebagai pendukung budaya Jawa (hal. 78). Melalui buku ini, Burhani memperlihatkan usaha untuk memaparkan sikap Muhammadiyah terhadap budaya Jawa. Pertama, merinci karakteristik keanggotaan Muhammadiyah. Di mana priyayi santri Kauman adalah kelompok pilar pertama Muhammadiyah. Untuk melengkapi keanggotaannya barulah diisi oleh para priyayi non santri dan priyayi yang terdidik ala Barat, serta pedagang dan pengusaha. Demikian representasi keanggotaan Muhammadiyah diawal berdirinya. Kedua, dalam upaya mengapresiasi budaya Jawa, Muhammadiyah menekankan lima aspek yaitu perilaku, bahasa, busana, keanggotaan dan nama. Dalam kasus Grebeg Muhammadiyah justru menilainya sebagai motivasi perilaku para anggotanya saat berdakwah, meski mengandung unsur takhayul. Dari segi bahasa pun Muhammadiyah berusaha menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Jawa agar mudah diterima masyarakat setempat. Selain itu, Ahmad Dahlan bahkan mempelopori penyampaian khutbah Jumat dengan bahasa Jawa. Adapun respon Muhammadiyah terhadap budaya Jawa pada dasarnya ingin menjembatani ideologi Jawa dan isme tertentu lewat rasionalisasi sikap dan perilaku agar tradisi lokal menjadi gagasan yang berkemajuan dalam hal ini budaya sebagai hasil karya dan budi masyarakat yang kreatif. Dengan kata lain bagi Muhammadiyah, Islam secara kultural dijawakan, dan Jawa secara substansi dirasionalkan dan dimodernkan. Satu hal yang bisa dijadikan pelajaran dari buku ini bahwa Muhammadiyah pasca modernisme tidak bisa menghindar dari pluralitas budaya bangsa yang menjadi sasaran dakwahnya. Sementara, globalisasi tidak mengenal batas budaya, agama, suku, adat dan ras. Selama kemajuan teknologi dan informasi bisa masuk di dalamnya saat itu pula perubahan identitas dan tradisi lokal akan bergeser dan berubah. Lantas, bagaimana dengan sikap Muhammadiyah setelah melewati satu abad melihat perubahan itu? _____________________________________________________ Nazhori Author, penikmat buku tinggal di Gunungputri, Bogor

eski dikenal sebagai organisasi mo dern, keberadaan Muhammadiyah tidak bisa lepas dari kebudayaan Jawa. Buku berjudul Muhammadiyah Jawa ini menggali sikap Muhammadiyah terutama apresiasi dan ketegangannya terhadap budaya Jawa dari 1912 sampai 1930. Burhani juga menampilkan pandanganpandangan para orientalis di antaranya Poensen, Geertz, Ricklefts, dan Penders. Lewat kajian pustakanya ia berusaha memadukan pandangan-pandangan orientalis dengan beberapa tokoh yang intens mengkaji Islam dan Jawa seperti Mitsuo Nakamura dan Mark Woodward. Bahasan semakin dalam setelah ia melengkapi kajian pustakanya dengan peneliti Indonesia yang mengkaji Muhammadiyah seperti Alfian, Achmad Jainuri, Alwi Shihab dan Abdul Munir Mulkhan. Hal ini menjadi poin penting, sebab kejawaan muncul sebagai identitas pada awal abad ke-18. Identitas itu khususnya menjadi respons terhadap orang Eropa yang mulai mencoba menancapkan kekuasaan di Jawa. Pada waktu itu, menurutnya Islam menjadi bagian penting dari identitas budaya Jawa vis--vis Kristen yang menjadi bagian signifikan budaya Eropa. Orang-orang Jawa menyebut diri mereka Muslim atau Wong Selam (hal. 45). Karena itu, dalam konteks sosiologis, pengaruh besar budaya terhadap cara manusia hidup dan berpikir dalam studi ini menjadi ulasan pokok dengan mengangkat Keraton Yogyakarta yang tidak hanya sebagai teks tapi sebagai kajian historiografi untuk menilai pengaruh Jawa terhadap perkembangan Muhammadiyah di masa awal. Mengingat sepulang dari Makkah, Ahmad Dahlan diberi tugas sebagai abdi dalem menggantikan ayahnya KH. Abu Bakar yang bertanggung jawab untuk urusan keagamaan di lingkungan Keraton. Seiring dengan peran aktif Ahmad Dahlan, pada 1908 berdirilah Boedi Oetomo sebagai organisasi Jawa modern yang diprakarsai Mas Ngabehi Wahidin Sudiro Husodo. Salah satu tujuannya melestarikan budaya Jawa dari serangan budaya Barat dan mengembangkan pendidikan di kalangan masyarakat Jawa. Karena keanggotaannya terbatas hanya dari kalangan priyayi, maka Ahmad Dahlan tertarik untuk terlibat di dalamnya sehingga
46
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

KOLOM

Milad, Pengakuan tanpa Support


ADRIAN MUIS (Sekretaris PWM Sumatera Barat)

Milad dalam bahasa aslinya ditulis dengan huruf : mim, ya, lam, alif, dan dal. Jadi dibaca panjang pada mi dan la, maka bacaan yang tepat adalah ; miilaad. Kata miilaad kemudian dibaca cepat, terpengaruh dialek dan lidah Indonesia lalu menjadi milad. Milad mempunyai arti waktu lahir. Kemudian kata tersebut (yaitu kata milad) dipakai oleh Persyarikatan Muhammadiyah untuk menunjuk waktu lahir Muhammadiyah. Salah satu dari sekian banyak alasan kenapa Muhammadiyah mesti lahir adalah karena perintah Allah dalam surat Ali Imran ayat 104. Dan hendaklah kamu adakan dari kamu, suatu umat yang akan menyeru kepada al-khair (al-Islam) mengajak kepada yang makruf melarang dari yang mungkar dan itulah orang yang menang Dalam pengkajian kita bertahun-tahun tentang paham KHA Dahlan, beliau memahami makna kata ummatun dengan arti persyarikatan atau yang kita kenal dengan istilah organisasi. Maka perintah Allah dalam ayat tersebut adalah ; agar kita membentuk persyarikatan untuk dakwah Islamiyah, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran supaya bisa jadi orang yang menang. Maka dengan motivasi itu beliau berketetapan hati untuk mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Waktu lahir Muhammadiyah atau Milad Muhammadiyah terjadi pada tanggal 8 Zulhijjah 1330 H. Waktu lahir tersebut biasanya dinamakan orang dengan Hari Ulang Tahun pada tahun-tahun berikutnya. Dan telah membudaya pula untuk menjadikan hari ulang tahun tersebut sebagai motivasi untuk mengadakan event tertentu setiap tahun. Bila kita cari di kalender yang ada di dinding kita sekarang, ada terdapat tanggal

8 Zulhijjah 1431 bertepatan dengan tanggal 15 November 2010. Kalau kita mau menghitung umur Persyarikatan Muhammadiyah pada tgl. 8 Zulhijjah 1431 tersebut tinggal mengurangkan 1431 dengan 1330 yaitu ; Muhammadiyah telah berumur 101 tahun. Dalam umur yang demikian tua, bila diukur dengan kehidupan seorang manusia, maka ia telah amat tua bangka. Tapi Muhammadiyah sebagai sebuah Persyarikatan Gerakan Islam, Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar, telah hidup subur membawa visi dam misinya ke seantero Nusantara bahkan dunia. Banyak orang yang mengaku di kala jujur, bahwa ia termasuk orang yang memperoleh sentuhan lembut Muhammadiyah, baik ke dalam hati sanubarinya maupun menyentuh fisiknya. Baik secara langsung atau tidak, telah menjadikan ia terampil dalam berbagai hal. Ada yang mengaku pandai memimpin sidang, pada awalnya karena dilatih dalam perkaderan IMM (Darul Arqam Dasar), kemudian dibiasakan dalam aktifitas di Muhammadiyah, selanjutnya kini ia telah sering memimpin sidang-sidang penting untuk negeri ini, sebagai wakil rakyat. Ada pula yang mengaku bahwa ia memperoleh ilmu pengetahuan dan Ijazah Sarjana dari Universitas Muhammadiyah, lalu berkat ijazah tersebut sampai sekarang ia telah berkali-kali dipercaya sebagai sarjana untuk memangku jabatan penting di Pemerintahan. Ada pula yang mengaku pernah memperoleh SK untuk jabatan tertentu di salah satu amal-usaha Muhammadiyah, kemudian ia manfaatkan untuk melengkapi syarat angka kreditnya dalam pangkat akademis tertentu, lalu sekarang ia telah menjadi Guru Besar di salah satu per-

guruan tinggi. Ada pula yang mengaku bahwa karena aktif di Muhammadiyah ia telah mempunyai jaringan persahabatan yang cukup banyak dan luas, kemudian dengan persahabatan yang banyak dan luas itu, telah ia manfaatkan untuk menunjang kesuksesannya dalam ber-bisnis. Dan selanjutnya penulis tidak mampu lagi menuliskan puluhan pengakuan lain yang didengar langsung dari mulut orang-orang yang jujur, mau mengaku bahwa Muhammadiyah punya andil sedikit atau banyak, dalam upaya sukses yang kini diraihnya. Walaupun begitu, namun Milad, hari ulang tahun Muhammadiyah itu tetap sepi, nyaris tak ada (banyak) yang peduli, dan jarang terlihat ucapan selamat, baik dalam bentuk kartu, maupun iklan di mass media. Berbeda dengan event kebudayaan lain, sebutlah misalnya hari Valentine, pada saat itu terjadi upaya pemasaran budaya yang gencar sehingga terjadi akulturasi budaya, dimana budaya yang kuat telah me-makan budaya yang lemah. Untuk memasarkan budaya itu, telah dikeluarkan dana ratusan juta bahkan mungkin milyaran rupiah oleh para pendukung budaya tersebut. Lihatlah semua sinetron yang diputar hari itu di semua channel TV, semuanya mengajarkan bagaimana merayakannya. Dan hotel-hotel berbintang yang turut memeriahkannya. Akibatnya, event itu menjadi meriah, kemeriahan itu terjadi karena didukung, di-support dan mendapat appreciation dari para supporter yang mendukungnya. Kita rindu kapan milad Muhammadiyah dapat dirayakan dengan dukungan dan appresiasi dari orang-orang yang mengakui dirinya mendapat sentuhan Muhammadiyah. Semoga.
47

SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

HADLARAH

Pada Suatu Malam di Bukit Mina


MUARIF

Mina adalah sebuah kawasan perbukitan yang terletak 6 mil di sebelah timur kota Makkah. Kawasan ini pernah menjadi saksi sejarah peristiwa malam pengurbanan seorang remaja berusia belasan tahun bernama Ismail (Ibrani: Isma-El), putera Nabi Ibrahim (Ibrani: Abiram/Abraham) dari istri keduanya, Hajar, sebagai bukti cinta dan ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya. Sejarah telah mencatat peristiwa sakral ini terjadi pada akhir millenium ketiga Sebelum Masehi.
Ibrahim dan Ismail Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar, istri keduanya, dan Ismail, putera satu-satunya, di sebuah kawasan tandus di lembah Bakkah. Pasca percekcokan antara Sarah dan Hajar yang disebabkan oleh rasa cemburu yang meluap-luap. Akhirnya Ibrahim memutuskan untuk membawa Hajar dan Ismail ke suatu tempat yang jauh. Dari Hebron (Palestina), Ibrahim mengajak Hajar bersama Ismail berjalan ke arah tenggara, melewati padang tandus dan semi tandus. Menurut Jerald F. Dirks (2006: 127), perjalanan Ibrahim bersama Hajar dan puteranya melewati Rute Wewangian (Incense Route)jalur purba yang biasa digunakan oleh para kafilah dagang. Disebut Jalur Wewangian karena para pedagang minyak wangi dan dupa sering melewati jalur ini dari Semenanjung Arab ke negara-negara di kawasan Laut Tengah. Setelah perjalanan mencapai 700 mil, Ibrahim dan Hajar sampai di sebuah lembah tandus, letaknya cukup sempit, di sekelilingnya diapit pegunungan (Sirat). Lembah sempit inilah yang dikenal dengan nama Bakkah (Bacca). Jaraknya sekitar 1.200 kilometer dari Palestina. Secara bahasa, kata Bakkah merupakan nama sebuah kawasan yang dinilai terlalu sempit. Selain itu, beberapa sejarawan berpendapat, bahwa kata Bakkah lebih tepat untuk menyebut sebuah lembah yang hanya cocok ditumbuhi pohon balsam. Memang di lembah Bakkah, di samping letaknya sangat sempit, tanahnya hanya cocok ditumbuhi jenis pohon balsam. Beberapa puncak pegunungan Sirat yang mengelilingi lembah Bakkah dikenal dengan nama: Jabal Ajyad (410 m), Jabal Abu
48
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

Qubais (375 m), Jabal Quainqan (431 m), Jabal Hira (640 m), dan Jabal Thair (766 m). Pegunungan Sirat memiliki empat jalur menuju lembah Bakkah. Jalur dari timur laut menghubungkan kota Mina, alarafat, dan al-thaif. Dari barat daya menuju arah jalan menuju ke Madinah. Dari selatan menuju ke Yaman. Dari timur menuju ke Laut Merah. Di lembah Bakkah, Ibrahim dan Hajar menghentikan perjalanan yang sangat melelahkan. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua bulan, Ibrahim memutuskan untuk meninggalkan Hajar dan Ismail di lembah tandus yang cukup panas. Di kawasan ini suhu udara dapat mencapai 45 derajat celcius pada musim panas. Curah hujan di lembah ini juga sangat rendah, hanya sekitar 5 inci sepanjang tahun. Tidak ada kampung atau permukiman penduduk di lembah ini. Sekalipun sebagai Utusan Tuhan (Rasulullah), Ibrahim juga manusia biasa. Jiwanya sempat diliputi perasaan emosional, antara takut dan cemas bercampur aduk, manakala dia dihadapkan pada keputusan harus meninggalkan Ismail, putra satu-satunya yang masih kecil. Akan tetapi, Ibrahim dapat meneguhkan hatinya seraya berdoa, Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur (Q.s. Ibrahim [14]: 37). Mimpi sebuah Pesan Sekitar 11 tahun kemudian, lembah Bakkah sudah berubah menjadi pemukiman penduduk yang ramai. Kedatangan kaum Yorhamit (Bani Jurhum) telah meramaikan kawasan ini. Ketika Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail, kawasan ini masih gersang dan tidak berpenghuni. Setelah Hajar menemukan mata air Zam-zam, kawasan ini banyak didatangi kaum Yorhamit. Mereka adalah bangsa nomaden dari Yaman yang memohon izin kepada Hajar, pemilik mata air Zam-zam, untuk menetap di kawasan ini. Tumbuhlah pemukiman penduduk baru. Mereka mulai bercocok tanam karena mendapat surplus pengairan dari mata air Zam-zam. Doa Nabi Ibrahim benar-benar terkabul. Sebelumnya, lembah Bakkah merupakan kawasan tandus tidak berpenghuni, hanya semak belukar dan pohon balsam yang dapat tumbuh di lahan sempit ini. Peristiwa penemuan mata air Zam-zam menjadi titik awal lahirnya peradaban di kawasan ini. Setelah Hajar berhasil menemukan mata air ini, kehidupannya tidak lagi sesulit seperti ketika dia baru ditinggalkan Ibrahim. Hajar menguasai mata air ini sampai kemudian melintaslah kafilah-kafilah dagang dari Yaman menempuh Rute Wewangian. Sampai di kawasan pegunungan Sirat, kafilahkafilah dagang singgah ke tempat Hajar dan Ismail untuk meminta air minum yang diambil dari mata air Zam-zam. Semakin lama berita ditemukannya mata air Zam-zam semakin masyhur di kalangan kafilah-kafilah dagang sehingga beberapa rombongan berminat untuk menetap di kawasan ini. Sarah yang telah bergabung kembali bersama Ibrahim di Hebron masih juga belum mendapat keturunan. Kurang lebih selama 11 tahun Ibrahim telah meninggalkan Hajar dan Ismail di lembah Bakkah. Kerinduan seorang ayah kepada puteranya tidak dapat tertahan setelah 11 tahun berpisah. Dalam usia 99 tahun, Ibrahim memutuskan untuk

HADLARAH
Jika para rahib Yahudi masih bersikukuh bahwa Ishaq adalah putra Nabi Ibrahim yang disembelih di bukit Jeru-El, maka itu suatu kebohongan besar!
berkunjung ke Makkah, menemui Ismail, putra satu-satunya, dan Hajar, istri keduanya yang telah memberikan kebahagian tiada tara. Akan tetapi, pertemuan yang mengharukan antara sang ayah dengan puteranya tersebut justru dibayang-bayangi kengerian lewat sebuah mimpi. Pada suatu malam, Ibrahim yang baru saja bertemu dengan Ismail, mendapat ujian berat untuk mengurbankan putera satu-satunya. Ismail baru saja berumur sekitar 13 tahun, ketika Ibrahim menyampaikan pesan Tuhan dalam mimpinya. Sang ayah hampir saja tidak percaya mendengar jawaban sang anak yang sangat tunduk pada perintah Tuhan (Q.s. Ash-Shaffat [37]: 102). Pesan lewat mimpi yang menyeramkan ini betul-betul menjadi ujian terberat yang harus ditanggung Ibrahim, Hajar, dan Ismail. Tetapi, ketiga hamba Tuhan ini adalah manusia-manusia pilihan yang telah teruji kepatuhan dan ketaatan dalam menjalankan perintah. Bahkan, Iblis pun tidak sanggup menggoda ketiganya. Dalam buku Sejarah Hidup Muhammad, Muhammad Husain Haikal mengisahkan bahwa Iblis telah menjelma menjadi seorang laki-laki Arab menemui Hajar seraya menghasut, Tahukah engkau kemana Ibrahim membawa anakmu? Jawab Hajar, Ia pergi mencari kayu dari lereng bukit itu!, Iblis menimpali, Tidak! Ia pergi akan menyembelihnya!, Hajar kembali menjawab, Ia mendakwakan bahwa Tuhan yang perintahkan itu! Iblis pun kalah, tak mampu mempengaruhi keteguhan hati Hajar. Iblis masih terus berusaha menggagalkan rencana pengurbanan Ismail. Kepada Ismail, Iblis menjelma sebagai seorang laki-laki Arab dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang pernah disampaikan kepada Hajar. Namun, pertanyaan-pertanyaan hasutan dari Iblis dijawab oleh Ismail sama seperti jawaban ibunya. Begitu juga kepada Ibrahim, dalam perjalanan menuju bukit Mina, Iblis berusaha menggagalkan rencana pengurbanan tersebut. Tetapi, Ibrahim justru malah mengabaikannya, bahkan ia melaknatinya. Peristiwa di Bukit Mina Nabi Ibrahim dan Ismail bergegas menuju bukit Mina untuk menunaikan perintah Tuhan. Menurut Jerald F. Dirks (2006: 151), selama dalam tengah perjalanan menuju bukit, Ibrahim mengumpulkan beberapa potong kayu yang akan digunakan untuk membakar tubuh Ismail setelah disembelih. Sungguh suatu pemandangan yang sangat mengharukan, karena justru Ismail menawarkan diri untuk membantu ayahnya membawa potongan-potongan kayu yang akan digunakan untuk membakar jasadnya. Potongan-potongan kayu diikat lalu dipanggul Ismail di punggungnya. Ismail melakukannya dengan sadar. Sampai di puncak bukit Mina, Nabi Ibrahim mempersiapkan upacara pengurbanan tersebut. Ismail pun turut membantu sang ayah membuat sebuah altar dan menyalakan api untuk membakar dirinya. Keduanya tetap kokoh pada pendirian bahwa apa yang mereka lakukan adalah perintah Tuhan. Tidak terbersit sedikit pun dalam hati kedua manusia terpilih ini dalam menjalankan perintah Tuhan. Tibalah saatnya menyebelih Ismail. Nabi Ibrahim menggenggam pisau tajam untuk menyembelih putra kesayangannya. Sambil berbaring, Ismail menempelkan wajah dan dahinya di atas altar. Sampai pada saat pisau diayunkan ke arah tengkuk Ismail, keyakinan Nabi Ibrahim tetap kokoh. Tuhan pun menyatakan bahwa nabi-Nya telah lulus ujian sebagai bukti kepatuhan dan ketaatannya. Sebelum mata pisau menyentuh tengkuk Ismail, tangan Ibrahim terhenti di udara, bersamaan dengan datangnya seruan dari langit, Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu! Sesungguhnya, demikianlah Kami memberi balasan kepada orangorang yang berbuat baik. Sesungguhnya, ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (Q.s. Ash-Shaaffaat [37]: 104-107). Mendengar seruan dari langit, Ibrahim mengamati di sekelilingnya dengan air mata kebahagiaan tiada tara. Dia melihat seekor domba yang tersangkut tanduknya di semak-semak. Setelah melepaskan domba itu, Ibrahim meletakkan di atas altar sebagai kurban. Peristiwa pada malam di bukit Mina ini menjadi sejarah sakral yang diabadikan dalam agama Islam sebagai ritual kurban pada hari raya haji. Bantahan untuk Kaum Yahudi Berdasarkan keterangan Muhammad Husein Haekal, dalam buku Sejarah Hidup Muhammad, para rahib di kalangan kaum Yahudi bersikukuh bahwa putera Nabi Ibrahim yang pertama bukan Ismail, tetapi Ishaq. Dalam keyakinan kaum Yahudi, putera Ibrahim yang dikurbankan adalah Ishaq, dari istrinya yang bernama Sarah. Dengan demikian, menurut keyakinan kaum Yahudi, peristiwa penyembelihan bukan terjadi di Makkah, tetapi di Palestina. Menurut keterangan Ahmad Syalabi, dalam buku Sejarah Yahudi dan Zionisme (2006), Nabi Ibrahim jauh lebih menyayangi Ishaq ketimbang Ismail. Abdul Wahhab An-Najjar, dalam buku Qishash Al-Anbiya, berhasil membantah pendapat para rahib Yahudi berdasarkan argumentasi yang bersumber dari Taurat. Menurut An-Najjar, dalam Taurat disebutkan bahwa yang disembelih adalah putra Ibrahim satu-satunya. Penelitian Jerald F. Dirks (2006) berhasil mengungkap kesalahan pendapat para rahib Yahudi, bahwa sesungguhnya yang dikurbankan adalah Ismail, bukan Ishaq. Sebab, Ismail adalah putera Ibrahim yang pertama dari istri keduanya yang bernama Hajar. Sarah, istri pertama Ibrahim, belum juga hamil sewaktu Hajar melahirkan Ismail. Justru, Sarah hamil dalam usia sangat tua. Masih menurut An-Najjar, kisah tentang penyembelihan anak tersebut, sebagaimana versi Taurat, terjadi di atas bukit Jeru-El. Secara bahasa, kata Jeru-El (Ibrani) berarti Tuhan akan menyediakan. Jeru-El inilah yang kemudian dikenal dengan bukit Mina. Para sejarawan, baik dari kalangan Yahudi maupun kaum Muslimin, telah sepakat bahwa Jeru-El adalah bukit Mina, yang letaknya sekitar 6 mil di sebelah timur kota Makkah. Dengan demikian, jelaslah bahwa kisah penyembelihan putera Nabi Ibrahim hanya berlaku untuk Ismail. Bukankah Sarah dan Ishaq tidak pernah ke Makkah? Jika para rahib Yahudi masih bersikukuh bahwa Ishaq adalah putera Nabi Ibrahim yang disembelih di bukit Jeru-El, maka itu suatu kebohongan besar!
SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

49

TELAAH PENDIDIKAN

Sinetron Yang Mendidik: Masih Adakah?


DRS. DEDI PRAMONO, M.HUM DOSEN UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

Saat mencoba berkonsultasi akan menggarap tema sinetron untuk disertasi, sang profesor spontan menjawab, Saya tidak suka sinetron Indonesia.. Namun, lanjutnya, istri dan pembantu saya sangat suka.

alau bukan merupakan sesuatu yang spektakuler, ungkapan ini menarik. Ungkapan calon pembimbing tersebut mengisyaratkan bahwa sinetron tampaknya kurang disukai kaum lakilaki terpelajar. Namun sangat disukai kaum perempuan atau kaum kurang terpelajar. Hipotesis awal ini tentu bisa salah. Pada tahun 1990, atas usul Rosihan Anwar dan Christ Pattikawa, istilah sinetron yang saat itu telah merakyat dibuatkan rumusannya. Soemardjono sebagai penggagas istilah sinetron memberi rumusan terhadapnya dengan pengertian berbagai citra hidup (moving image) yang khusus dibuat (diproduksi) untuk penayangan televisi. Sinetron dalam televisi swasta Menjelang lahirnya telivisi swasta di Indonesia, memasuki tahun 1990-an, TVRI ( Televisi Republik Indonesia) memproduksi sinetron untuk tayangan tutup tahun. Sinetron tersebut merupakan sinetron lepas (bukan serial) yang ditayangkan selama sepekan dengan durasi sekitar 120 menit tanpa iklan. Para penulis dan penggarap sinetron ini umumnya para sineas film kawakan, salah satu di antaranya Asrul Sani. Beberapa judul sinetron tunggal yang dihasilkannya seperti Monumen Abdurrahman, Apa Yang Kau Cari Adinda, Arus Bawah, dan Mahkamah. Penulis naskah pendatang baru saat itu pun muncul

seperti Alex Suprapto Yudha yang dapat bersaing dengan para seniornya, dengan karya Hanafi dan Sayekti dan, Kata Tanpa Suara. Pada periode berikutnya, pada tahun-tahun awal menjamurnya televisi swasta di negeri ini, , barangkali karena diilhami keberhasilan telenovela, mulai lahirlah sinetron berseri. Beberapa judul sinetron pun kita kenal : Losmen, Serumpun Bambu, Pondokan, Jendela Rumah Kita, Sartika , Jembatan Emas , Harmoni, Desaku Bumiku, Keluarga Cemara dan sebagainya. Saat itu muncullah nama-nama sutradara sinetron muda di antaranya Irwin Syah dan Dedy Setiadi, diharapkan akan terus mampu memproduksi sinetron-sinetron berbobot selanjutnya. Di tengah keterpurukan film Indonesia, sinetron memperoleh sambutan masyarakat yang luar biasa saat itu. Cerita keseharian yang diceritakan secara like life dan penggarapannya yang tertata apik membuat semua orang memprediksi bahwa sinetronlah yang akan mampu menjadi tayangan yang mencerahkan dan bisa menjadi tuan di negerinya sendiri. Sinetron tersebut memberikan nuansa tentang kehidupan Indonesia dengan beragam strata sosialnya. Semua persoalan kehidupan bergerak menemukan muara akhir secara wajar. Manakala ceritanya berakhir terbuka, maka penonton diberi kesempatan membuat pemecahan dalam pikirannya masing-masing. Imajinasi kita pun akan berproses kreatif tanpa tuntunan yang memaksa. Sinetron berseri yang muncul di TVRI dan di televisi swasta karena kesuksesannya mendorong para pemilik modal beralih dari memproduksi film ke membuat production house yang memproduksi sinetron secara besar-besaran. Dari sini mulai lahirnya sinetron industri. Sinetron ini terlahir dari keinginan untuk menjadikan dunia sinetron sebagai lahan untuk meraup keuntungan melalui tontonan. Sinetron industri Para pemilik modal yang telah merasa berhasil menjadi milyuner dari film-film industri pada tahun-tahun

50

24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

TELAAH PENDIDIKAN
sebelumnya masuk gelanggang sinetron. Dari contoh ini, muncul nama seperti Ram Punjabi dan keluarga Punjabi sebagai pialang sinetron besar. Juga, para bintang film yang telah memiliki modal seperti Rano Karno ikut meramaikan dunia sinetron Indonesia. Maka, lahirlah sinetron yang banyak menyedot penonton sehingga digarap dalam beberapa episode panjang. Untuk menyebut beberapa judul saja misalnya yang Tersanjung (Indosiar), Doel Anak Sekolah (RCTI), Kecil-kecil Jadi Manten (RCTI), Jangan Ada Dusta (SCTV), Bajaj Bajuri (Trans TV), sampai sinetron yang hadir sekarang ini seperti Cinta Fitri (SCTV). Maka mulailah sinetron Indonesia hadir sebagai hasil dialog (bahkan juga perbenturan) antara idealisme dan pemenuhan kebutuhan pasar. Ini mengingatkan kita pada perbenturan yang terjadi dalam perkembangan film Indonesia di tahun 1960-an. Saat itu terjadi perbenturan antara kaum idealis dan para pemilik modal, kaum idealis diwakili, Usmar Ismail, dengan pemilik modal yang diwakili, Jamaluddin Malik. Juga, seperti kisah dalam sejarah perkembangan film di Indonesia tersebut, dalam perkembangan sinetron pun kaum pemilik modal memenangkan perbenturan ini. Sejak itu sinetron Indonesia mulai kehilangan citra estetik dan nuansa kedalaman isinya. Sebagaimana sastra populer sinetron Indonesia mulai menampilkan formulasi sederhana, (cerita keseharian dari golongan tokoh yang tidak lagi memikirkan masalah materi untuk hidup sehariharinya) dan lebih mengandalkan sistem bintang (tokoh yang diceritakan secara fisik cantik dan ganteng atau memakai bintang film yang telah tersohor). Sinetron industri juga mementingkan penonjolansentimentalisasi, bila seorang tokoh digambarkan sebagai tokoh baik (sebut saja protagonis) maka akan selalu ditimpa bencana dengan segala cara. Jika tokoh itu digambarkan sebagai tokoh jahat (antagonis), maka dia akan diberi kesempatan melakukan kejahatannya setiap waktu, dan dalam setiap gerak hidupnya diceritakan hanya untuk menjahati tokoh protagonisnya. (?). Namun agar penonton terhibur, maka entah bagaimana caranya sang tokoh protagonis pun pada akhirnya harus menemui kebahagiaan (happy ending) Tujuan hiburan menuntut sinetron industri melakukan penghindaran ambiguitas cerita. Suara orang berkata dari balik layar acapkali kita saksikan saat seorang tokoh berpikir atau memiliki suatu niatan. Dengan suara tersebut penonton dituntun untuk tidak salah tafsir (penonton kita ditempatkan sebagai penonton bodoh yang tidak dapat.atau tidak boleh mengembangkan imajinasinya sendiri). Kondisi di atas tampaknya belum beranjak membaik sampai sekarang. Sinetron terus tampil sesuai dengan situasi yang melingkupnya, yakni kebutuhan pasar. Saat masyarakat demam bola, maka hadirlah sinetron yang berkaitan dengan persepakbolaan. Saat masyarakat demam dan pengobatan alternatif, maka banjirlah sinetron berbau simsalabim. Bahkan saat seseorang mendadak ngetop karena terkena persoalan, muncullah sinetron dengan tokoh dan cerita yang diidentikkan. Sinetron Mendidik: masih adakah? Tampaknya televisi swasta yang amat serius terus memproduksi sinetron alternatif adalah SCTV. Televisi tersebut menayangkan sinetron-sinetron yang tidak sekedar stereotype, tapi memberikan nuansa yang kembali kepada sinetron pada zaman kejayaan TVRI dan awal hadirnya televisi swasta di tahun 1990-an. Sinetron yang berbicara tentang kebanyakan manusia Indonesia sebagai manusia yang hidup membumi dengan segenap persoalan kesehariannya. Salah satunya sebut saja Para Pencari Tuhan (PPT) yang dibidani Deddy Mizwar. Pada Ramadlan beberapa tahun ini (memasuki tahun keempat), sinetron PPT menjadi tayangan yang menyedot jumlah pemirsa yang tinggi. Ini berarti PPT termasuk sinetron yang memilin jumlah tayang (juga disebut sinetron industri). dan jumlah pemirsa yang besar. Berbeda dengan sinetron religi lain PPT berupaya menampilkan tokoh-tokohnya seperti tokoh dalam kehidupan keseharian, tampil dengan segenap kelebihan dan kekurangannya. Persoalan tokoh pun digarap mengalir untuk mencari muara pemecahannya tanpa pemaksaan imajinasi. Hanya memang harus diakui, sebagaimana sinetron yang berdurasi besar dan jam tayang tinggi lainnya, pada PPT 4 pun mulai tercium kekeringan ide permasalahan. Bang Jack yang dibintangi Deddy Mizwar, mulai terjebak pada pola deus ex machina (dewa penyelamat), melalui petuah dan nasihatnya. Dalam kasus ini PPT 4 masih terselamatkan oleh kepiawaian acting Deddy Mizwar, sehingga mengubah citra tokoh yang serba tahu menjadi yang pernah tahu dan mengubah kesan nasihat menjadi pendapat. PPT yang awalnya memantapkan diri sebagai cerita yang tidak mengkhotbahi, tidak normatif, dan tidak memusatkan cerita pada sistem bintang ke depan dikhawatirkan mulai terkoyak. Masih mungkinkah PPT dapat bertahan pada misi awalnya? Sehingga masih ada sinetron yang nyaman ditonton sekaligus menjadi tuntunan yang mendidik secara halus sebagai pembelajaran hidup? Atau untuk itu kita dan keluarga (juga pembantu) terpaksa menonton film kartun Ipin dan Upin saja? Sambil berharap dapat mengapresiasi Sang Pencerah yang digarap kembali secara lebih sempurna dalam bentuk sinetron. Wallahualam.
SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

51

WAWASAN MUHAMMADIYAH

Spirit Sang Pencerah:

Kembali Kepada Fitrah Bermuhammadiyah


Sejak 8 September 2010, menjelang Hari Raya Idul Fitri 1431 H, film Sang Pencerah mulai tayang di seluruh bioskop di Indonesia. Masyarakat, khususnya warga Muhammadiyah cukup apresiatif atas pemutaran film karya sutradara Hanung Bramantio ini. Mungkin bukan suatu kebetulan bila film Sang Pencerah itu mulai diputar pada saat menjelang Idul Fitri dan minggu-minggu sesudahnya. Penulis lebih memaknainya sebagai seruan atau ungkapan selamat untuk kembali kepada fitrah berMuhammadiyah.

HENDAR RIYADI

Foto: DapurFilm

ecara bahasa kata fitrah terambil dari bahasa Arab, fathara. Kata ini mengandung banyak arti, antara lain bermakna penciptaan, karakter dasar, potensi (bakat), asal kejadian, dan kesucian. Menurut ilmu morfologi bahasa Arab (sharaf), kata fitrah ini merupakan bentuk masdar mengikuti wazan filan yang berarti pola atau model. Dalam arti ini, fitrah ber-Muhammadiyah dapat diartikan sebagai pola atau model penciptaan (pendirian) yang menjadi karakter dasar, bakat, asal kejadian, dan kesucian Muhammadiyah. Seperti seorang penjahit atau desainer pakaian, sebelum menciptakan atau membuat pakaiannya, ia terlebih dahulu membuat pola atau model rancangannya. Setelah dibuat pola atau model rancangannya, baru dibuat dan diciptakan pakaian sesuai dengan pola tersebut. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa pakaian tersebut diciptakan sesuai dengan fitrahnya.

Perspektif Baru Sudah Satu Abad Muhammadiyah berdiri dan zaman telah berubah. Tantangan dan persoalan umat pun jauh lebih rumit dan kompleks. Oleh karena itu, spirit Sang Pencerah di atas perlu dibaca dalam perspektif yang baru. Kiai Dahlan saat itu menafsir kritis terhadap tradisi, rasional dalam beragama, inovasi dalam
52
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

mencerdaskan masyarakat, spirit pembebasan dan akhlaqul karimah sesuai dengan nalar dan tantangan zamannya. Dalam tajdid abad kedua ini, Muhammadiyah perlu membaca spirit-spirit tersebut sesuai dengan tantangan nalar dan zaman hari ini. Spirit kritis terhadap tradisi misalnya, tidak lagi berorientasi pada bentuk-bentuk tradisi (takhayul, bidah dan khurafat) seperti zaman satu abad yang lalu. Muhammadiyah harus menjawab tradisi-tradisi kontemporer yang menghambat kemajuan dan terwujudnya peradaban utama. Misalnya, fenomena bidah intoleransi dan bidah eksklusivisme yang menghambat mekanisme perwujudan masyarakat utama dalam konteks kebangasaan yang plural secara agama dan budaya. Bidah kontemporer lainnya yang harus dijawab Muhammadiyah dalam agenda tajdid abad keduanya adalah bidah pemasungan perendahan martabat perempuan dengan memaksakan penafsiran atas teks-teks keagamaan bias gender. Bidah kontemporer lainnya adalah bidah fanatisme negatif dan radikalisme keagamaan, bidah gaya hidup konsumtivisme, serta bidah-bidah yang lainnya. Catatan-catatan ini tentu dapat diperluas dengan memberikan perspektif baru atas spirit kritis terhadap tradisi yang menghambat kemajuan. Berkait dengan spirit rasional dalam beragama,

WAWASAN MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah perlu mengembangkan berbagai perluasan dan pemekaran dalam pemikiran keagamaan umat. Secara umum, umat Islam selama ini cenderung mengembangkan pemikiran keagamaan Islam minimalis. Kecenderungan ini bercirikan: pertama, selalu berkutat dalam pergumulan masalah akidah dan ibadah semata; kedua, lebih bersifat reaktif dan polemis dalam menyikapi perbedaan; ketiga, dalam cara berpikir keagamaannya cenderung lebih suka menggunakan pendekatan literal; keempat, lebih menekankan perspektif tunggal; dan kelima, cenderung berhenti pada tafsir teks. Penulis berpendapat untuk membaca spirit rasional beragama dalam perspektif yang baru, Muhammadiyah perlu mengembangkan pemikiran keagamaan Islam maksimalis, yaitu pemekaran wilayah pemikiran keagamaan umat dari masalah akidah dan ibadah kepada wilayah akhlaq dan muamalah; dari yang bersifat reaktif dan polemis kepada yang lebih apresiatif dan dialogis; dari cara berpikir literal dan tarjih kepada cara berpikir jami (integratif) dan Foto: DapurFilm kontekstual; dari perspektif tunggal kepada berbagai perspektif; dan dari tafsir teks kepada tafsir realitas. Fitrah yang Terganggu Manifestasi spirit Sang Pencerah dalam perspektifnya yang baru di atas, tentu diperlukan upaya pembenahan, rekonsiliasi (peneguhan kembali) dan rekonstruksi gerakan dari kalangan internal Persyarikatan itu sendiri. Selama ini banyak hal yang telah dipersiapkan, namun banyak hal juga yang masih dikeluhkan dan menjadi kegelisahan sebagian warga Muhammadiyah. Satu di antara banyak kegelisahan itu adalah soal ideologi ber-Muhammadiyah. Di antara pimpinan dan warga Muhammadiyah banyak yang mengeluhkan dan mempertanyakan kembali mengenai komitmen ideologis dalam ber-Muhammadiyah. Mereka melihat dan merasakan bahwa ideologi ber-Muhammadiyah saat ini mulai luntur, bahkan nyaris hilang dari para pimpinan dan anggotanya. Sekedar memberi contoh, mereka menyebut misalnya, bagaimana pimpinan (termasuk kader) dan warga Muhammadiyah pada umumnya yang menyukai uang secara berlebihan (tuhibbna al-mla hubban jamm). Menurut mereka, dulu Muhammadiyah tidak suka uang (ikhlas dalam bekerja dan beramal). Sekarang, justru warga Muhammadiyah berlomba untuk mencintai uang. Kecenderungan ini, lalu menjadi watak buruk dalam ber-Muhammadiyah, yakni menjadikan uang sebagai pijakan sekaligus tujuan dalam ber-Muhammadiyah. Contoh lainnya adalah mengenai ideologi ukhuwah dan solidaritas dalam ber-Muhammadiyah. Kecenderungan menyukai uang secara berlebihan itu ternyata telah membelah Muhammadiyah dalam beberapa kelompok yang berhadaphadapan. Antara yang satu dengan yang lainnya saling mengklaim sebagai kelompok yang sah dan paling shahih dalam berMuhammadiyah. Kader (baca: yang mengatasnamakan kader) lawan kader. Pimpinan lawan pimpinan. Anggota lawan anggota, dan seterusnya. Dampaknya sangat luar biasa. Antar kader tidak saling menyapakalaupun saling menyapa hanya sebatas fungsional (berdasar kebutuhan dan hubungan profesi). Bila kecenderungan ini dibawa ke arena amal usaha (seperti pendidikan, panti dan rumah sakit), maka amal usaha tersebut menjadi benih dan sumber konflik yang mengkhawatirkan. Dampak lebih jauhnya adalah tersumbatnya Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan gerakan tajdid. Satu lagi contoh untuk melengkapi kecenderungan rapuhnya ideologi berMuhammadiyah adalah soal kepentingan. Tidak sedikit di antara pimpinan, termasuk kader, yang hanya menjadikan Muhammadiyah sebagai alat kepentingan pribadi. Misalnya, mendirikan atau mengklaim satu lembaga tertentu dengan mengatasnamakan Muhammadiyah, padahal untuk kepentingan individu atau keluarga. Ada juga yang memanfaatkan Muhammadiyah sebagai batu loncatan untuk mengejar jabatan politis tertentu. Kecenderungan semacam ini masih terus berlangsung hingga saat ini. Jika benar kegelisahan tersebut, tentu akan mengganggu fitrah ber-Muhammadiyah untuk selalu kritis terhadap tradisi, rasional dalam beragama, inovatif dan terbuka dalam pencerdasan masyarakat, pembebasan dan penguatan akhlaqul karimah. Ketika Kiai Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, spirit di atas telah menjadi cetak biru Muhammadiyah yang telah melahirkan semacam sumber mata air amal untuk kemajuan peradaban bangsa. Oleh karena itu, sumber mata air ini harus dijaga agar tidak tercemari oleh sampah-sampah ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan apa pun. _____________________________________________________ Penulis adalah Dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah, Bandung.
SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

53

WAWASAN ISLAM

MUSYAWARAH DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN


MUHAMMAD WIHARTO
SELANJUTNYA pimpinan terpilih di masingmasing tingkatan itu akan berkhidmat dan bekerja selama lima tahun ke depan untuk melaksanakan amanah muktamar dan hasil permusyawaratan setingkatnya. Program kerja hasil muktamar yang dijabarkan sesuai dengan jenjang dan tingkatan Pimpinan Persyarikatan masing-masing, betul-betul membutuhkan komitmen dalam mengimplementasikannya. Musyawarah Dalam Kamus Al-Munawwir disebutkan, syura atau musyawarah adalah suatu usaha untuk saling memberikan nasihat atau saran. Dengan kata lain, musyawarah sebagai upaya pengambilan keputusan yang terbaik tentang suatu persoalan. Jika demikian, maka musyawarah sangat dibutuhkan ketika seseorang, komunitas atau organisasi menghadapi persoalan yang rumit. Sebab keputusan hasil musyawarah tentunya akan memberikan keuntungan bagi banyak pihak karena telah melewati proses sharing (tukar pendapat) dan saran para peserta. Dalam Q.s. Ali Imran [3]: 159 dinyatakan, Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. Ayat di atas secara tegas menyebutkan tiga sikap yang secara berurutan diperintahkan kepada Nabi Muhammad saw dan umatnya dalam melaksanakan permusyawaratan. Penyebutan ketiga sifat yang harus di miliki oleh setiap peserta musyawarah adalah sebagai berikut. Pertama, sikap lemah lembut (lintalahum). Seseorang yang melakukan musyawarah, seharusnya menghindari tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala. Karena sikap seperti itu membuat para musyawirin menjauh dan tidak simpatik. Kedua, mudah memberi maaf dan membuka lembaran baru (wafu anhum). Berkenan dengan memberi maaf berarti bersedia

Terhitung sejak bulan Oktober 2010 ini, setelah tiga bulan dari perlaksanaan Muktamar Muhammadiyah ke-46 di Yogyakarta usai, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) di seluruh Indonesia akan menyelenggarakan permusyawaratan tingkat wilayah (Musyawarah Wilayah [Muswil]). Permusyawaratan ini akan disusul pada jenjang Pimpinan Daerah Muhammadiyah (Musda), lalu diteruskan dengan Muscab, dan diharapkan pada bulan Juni 2011 seluruh permusyawaratan di tingkat Ranting bisa terlaksana.
54
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

WAWASAN ISLAM
menghapus bekas luka di hati akibat perlakuan pihak lain yang di nilai tidak wajar. Hal ini menjadi penting karena proses musyawarah dengan berbagai pihak harus dilakukan dengan kejernihan pikiran. Ketiga, berserah diri kepada Allah SwT (tawakkal ala Allah), setelah berbulat tekad dan mau melaksanakan hasil musyawarah yang telah diputuskan bersama. Karena hanya dengan sikap inilah pembicaraan selama permusyawaratan bisa membuahkan hasil dan memberikan hasil yang efektif untuk mewujudkan kemaslahatan bersama. Jika di renungkan lebih seksama, ayat tersebut dapat dipahami secara tegas bahwa Rasulullah saw sebagai manusia dan pribadi yang terjaga dari dosa (mashum) saja, diperintahkan untuk melakukan musyawarah. Hal tu beliau lakukan dalam setiap proses pengambilan keputusan. Beliau tidak pernah segan bertukar pikiran dan pendapat dengan para sahabatnya tentang suatu masalah. Dalam pandangan DR. Ramadhan Said al-Buthy (penulis biografi [sirah nabawiyah]) ditegaskan bahwa kunci sukses dakwah Rasulullah saw karena beliau menerapkan musyawarah dalam setiap langkah perjuangan beliau. Sifat Peserta Musyawarah Senada dengan ayat di atas tadi, Q.s. Asy-Syuura: 38 memerintahkan orang-orang yang menerima dan mematuhi seruan Tuhan dan orang-orang yang rajin melaksanakan shalat, agar urusan mereka (diputuskan) dengan jalan musyawarah di antara mereka. Ayat ini bisa dipahami, bahwa setiap persoalan yang dipecahkan secara kolektif kolegial atau bersama-sama akan memberikan manfaat yang banyak dan memiliki efek kemaslahatan yang lebih luas. Islam sebagai agama yang membentangkan rahmatnya atas seluruh alam (rahmatan lil alamin) sama sekali tidak membatasi keterlibatan orang di luar Islam (non Muslim) dalam menyumbangkan sarannya untuk memecahkan suatu masalah. Karena sesungguhnya ajaran musyawarah dalam Islam bersifat inklusif (terbuka), bukan hanya sesama muslim, melainkan juga kepada mereka yang bukan muslim. Kerjasama dalam urusan muamalah-duniawiyah sebagaimana disebutkan dalam qaidah ushul, al ashlu fi al-muamalah al-ibahah (pada prinsipnya semua bentuk kerjasama muamalah itu di perbolehkan dan boleh dipecahkan secara bersama dan tidak menjadi monopoli umat Islam saja). Sebab target utama yang akan dicapai adalah membangun iklim
BERIBADAH DAN JALANKAN USAHA
Bila Anda ingin beribadah Umroh & Haji Plus : Bila dana tidak jadi masalah maka dapat langsung berangkat lewat Perusahaan perjalanan Umroh & Haji Plus PT Arminareka yang terbesar di Indonesia. Bila dana belum cukup, maka Anda dapat membayar DP / uang muka, dan sisanya bisa diangsur kapan saja Anda mau, tanpa batas waktu. Bila dana menjadi kendala, maka dapat dicarikan solusi. Dg membayar DP Anda juga sudah dapat menjalankan hak usaha bersama kami sebagai Agen/Perwakiilan dan Insya Alloh Anda dapat Umroh / Haji Plus dengan gratis, dan akan mendapatkan sumber rizki, yang hasilnya sangat besar. Segera bergabunglah dengan kami, untuk Umroh/Haji+, dan menjadi Agen/Perwakilan kami. UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA HUBUNGI : Perwakilan Pondok Gede, Bekasi. Tlp. 021-8497 2255 / 8469 345 / 0813 8924 7837 Email : ladimantravel@yahoo.co.id atau : Ami Rusli : 0818.283839, 0813. 16853677

kondusif dalam memecahkan persoalan keumatan, kebangsaan dan kenegaraan. Ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang ajaran musyawarah tidak ada yang menetapkan sifat-sifat peserta musyawarah, tidak juga batasan jumlahnya. Namun demikian, dari keterangan suatu riwayat dan beberapa pandangan ulama, dijumpai penjelasan sifat-sifat umum kriteria peserta musyawarah. Di antara riwayat Rasulullah saw yang menjelaskan hal itu adalah: Wahai Ali, janganlah kamu bermusyawarah dengan penakut! Karena dia justru akan mempersempit jalan keluar. Jangan juga dengan orang yang kikir! Karena dia hanya akan menghambat engkau dari tujuanmu. Juga tidak dengan orang yang berambisi! Karena dia akan menciptakan keburukan bagimu. Ketahuilah wahai Ali, bahwa sifat takut, kikir dan sifat ambisius merupakan sifat bawaan yang semuanya bermuara para prasangka buruk terhadap Allah SwT. (HR al-Bukhari & Muslim). Dalam konteks persoalan-persoalan yang berkaitan dengan urusan publik, apa yang dilakukan Rasulullah saw cukup beragam. Sekali waktu beliau pernah memilih orang-orang tertentu yang dianggap cakap untuk masalah yang dibahas. Terkadang melibatkan para pemuka masyarakat, bahkan menanyakan kepada semua unsur yang terlibat di masyarakat. Dalam bermusyawarah, setiap orang harus menjunjung tinggi etika, menghargai pendapat orang lain, mengakui kelemahan diri sendiri, dan mengakui kelebihan orang lain. Di samping itu yang paling penting, peserta musyawarah harus mampu menahan diri dari sikap ingin menang sendiri. Dalam melakukan debat dan adu argumentasi tujuan utamanya adalah mendapatkan kebaikan bersama. Karena itu tidak boleh ada yang ingin menang sendiri. Sebab dalam musyawarah tidak ada yang kalah dan menang. Kemenangan akan diraih ketika keputusan terbaik telah dihasilkan. Karena itu, hendaknya setiap pimpinan dan warga Persyarikatan sebagai generasi penerus KH Ahmad DahlanSang Pencerahsenantiasa menjadikan musyawarah sebagai forum untuk memperjuangkan nilai-nilai agama demi kemaslahatan bersama. Sebagaimana sebuah riwayat, Agama itu nasihat. Para sahabat bertanya: untuk siapa nasihat itu ya Rasulallah? Beliau menjawab: untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslim dan rakyatnya (HR Muslim). _______________________________________________________ Penulis adalah Anggota Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah (2010-2015).

SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

55

SOHIFAH

Ghazwul al-Fikri dalam Munas Tarjih ke 27?


WAWAN GUNAWAN ABDUL WAHID ALUMNI PONDOK PESANTREN DARUL ARQAM MUHAMMADIYAH GARUT JAWA BARAT PENANGGUNGJAWAB KOMISI III MUNAS TARJIH KE 27 MALANG TAHUN 2010

Pendahuluan Pada tanggal 1-4 April 2010, Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan Musyawarah Nasional yang ke 27 di Universitas Muhammadiyah Malang dengan relatif sukses. Penyelenggaraan Munas Tarjih ini diliput oleh beberpa kalangan, antara lain, oleh Majalah Tabligh. Majalah ini menurunkan laporannya pada No. 9/Th.VII/15 Mei 2010, yang disusun oleh Sdr. Syamsul Hidayat, Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah (20052010). Laporan tersebut disajikan dengan tajuk Dinamika Pemikiran Muhammadiyah di Tengah Arus Ghazwul Fikri pada halaman 51-56. Ada Sub judul Ghazwul Fikri Menyelinap di Sidang Komisi. Mengingat beberapa poin yang dimuat Majalah Tabligh perlu diluruskan dengan benar maka tulisan ini dituliskan ke hadapan sidang pembaca. Mendahulukan sikap Furqan dan Hikmah daripada al-Ghazwul al-Fikri Segera harus ditegaskan bahwa salah satu kosa kata baru yang tidak pernah terdengar dalam berbagai litelatur tentang aktivitas Persyarikatan yang dalam lima tahun terakhir dan menyusup dalam telinga aktivis Muhammadiyah adalah kata al-ghazwul alfikri. Sering terdengarnya kata ini digunakan akhir-akhir ini ditengarai bersamaan dengan masuknya beberapa anggota Majelis di tingkat Pimpinan Pusat sementara asal-usul dan martabat ke-Muhammadiyahannya tidak jelas. Kata ini berasal dari gabungan dua mufradat yang dibentuk menjadi shifat mawshuf, al-ghqazwu yang bermakna peperangan serta al-fikriyu yang berarti pemikiran. Untuk mengetahui maksud dari kosa kata ini, bacalah dengan seksama buku-buku yang membahas secara khusus tentang kata al-Ghazwul al-Fikri, antara lain karangan Shabir Thaimah yang bertajuk Akhthaar al-Ghazwil al-Fikriy ala al-Alam al-Islamiy Buhuts Hawla al-aqaaid alWafidah, penerbit Alam al-Kutub Riyadh Saudi Arabia tahun 1404/ 1984. Dalam buku ini para pembaca akan menemukan bahwa konsep ini sejatinya disajikan kepada umat Islam untuk
56
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

mengingatkan bahwa saat ini sedang menghadapi perang pemikiran yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam dengan maksud menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya. Sejatinya pesan yang diusung jargon al-ghazwul al-fikriy cukup positif. Namun asumsi dasar yang menyertai logika jargon ini bahwa umat Islam diimajinasikan tidak memiliki selektivitas, intelektualitas serta relijiusitas yang khas untuk mempelajari dan menyaingi pasar pemikiran yang berkembang dalam setiap periode. Tentu saja tanpa disadari para penggagasnya, asumsi dasar sejenis ini pada hakekatnya melecehkan umat Islam bahkan Islam secara keseluruhan. Bukankah Islam mengajarkan kepada umatnya sikap furqan dan hikmah. Dengan furqan (Q.s. 8: 29), seorang Muslim dan Muslimah diajari untuk membaca seluruh fenomena pemikiran dengan kewaspadaan tertentu yang jika dengan keseluruhan deposit keimanan dan keilmuannya ditemukan bertentangan dengan ajaran Islam tentu saja ajaran Islam lah yang digunakan. Sementara ajaran al-hikmah (Q.s. 2: 269) menuntunkan ketika ditemukan pelbagai hal positif dari pasar pemikiran yang dapat digunakan Muslim dan Muslimah maka dengan kejujurannya itupun dipungut untuk mengakselerasi kemenangan Islam. Bukankah Nabi saw bersabda alhikmatu dlaalatul Mumin ayna wajadaha iltaqathaha, bahwa alhikmah ibarat barang hilang milik orang Islam dimanapun ia menemukannya maka mengapa memungutnya. Suasana kebatinan persidangan Komisi Fiqih Perempuan Dengan bingkai dan alas berfikir sedemikian draf Fiqih Perempuan dibahas dalam Sidang Komisi Fiqih Perempuan Munas Tarjih ke 27 di Malang. Hemat saya persidangan komisi yang diketuai Sdr Abidah, Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah sedangkan pencatatnya digawangi Sdr. Hasan Asyari Ulamai, anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jawa Tengah, berjalan dengan gempita, lengkap serta relatif tuntas. Komisi ini bukan saja dihadiri oleh anggota sidang yang sesuai dengan keahlian dan minatnya lebih dari itu juga diawasi oleh dua orang suhu dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Yunahar Ilyas serta Prof. Saad Abdul Wahid.

SOHIFAH
a. Tentang judul yang diajukan Sdr. Syamsul Hidayat benar ketika melaporkan bahwa saat menentukan judul komisi ini berjalan alot dan bersepakat untuk tidak sepakat sehingga sidang mengamanatkan untuk menyertakan seluruh judul yang diajukan peserta sidang. Ada tiga judul yang diusulkan (bukan dua judul sebagaimana disebutkan Sdr. Syamsul Hidayat). Pertama, Fiqih Perempuan; kedua, Fiqih Laki-laki dan Perempuan dan yang ketiga Adabul Marah fil Islam. Tentu saja masing-masing pengusul menyertakan argumentasinya ketika mengajukan judul. Saya sebagai pengusul judul ketiga berpendapat bahwa Adabul Marah fil Islam adalah judul yang sudah baku sejak tahun 1982 ketika Pimpinan Pusat Muhammadiyah mentanfidz Tuntunan Perempuan Muslimah hasil Muktamar Tarjih tahun 1976 di Garut. Dan draf yang disidangkan peserta Munas 2010 di Malang merupakan kelanjutan yang melengkapinya. Sedangkan pengusul judul Tuntunan Amaliyah Laki-laki Perempuan Perspektif Muhammadiyah beralasan bahwa judul ini khas milik Muhammadiyah karena mengekspresikan spirit ajaran Kiai Dahlan dan Nyai Dahlan yang menyandingkan kebersamaan dan kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam berkarya. Ketika keseluruhan judul itu disajikan dalam Sidang Komisi III tidak ada yang mempermasalahkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Sejak awal, para peserta memahami bahwa poin kesetaraan ini merupakan suatu keniscayaan apa pun judul yang dipilih nantinya. Kesadaran ini muncul karena poin kesetaraan sudah disepakati keberadaanya sejak tahun 1976 di Muktamar Tarjih Garut. Baca dengan teliti keseluruhan risalah Adabul Marah fil Islam. b. Tentang perempuan menjadi Imam untuk jamaah yang ada laki-lakinya Sidang komisi bersepakat bahwa pada dasarnya imam shalat diserahkan kepada laki-laki yang memenuhi syarat khiyaarukum. Dalam kondisi-kondisi tertentu perempuan boleh menjadi imam untuk jamaah yang ada laki-lakinya. Poin ini merupakan kesepakatan yang menyatukan keseluruhan pendapat yang berkembang dalam sidang komisi. Dengan demikian Sdr. Syamsul Hidayat telah melakukan kekeliruan pemberitaan ketika menuliskan bahwa sidang komisi tidak bersepekat dengan poin ini. Sebagaimana ditegaskan dalam draf bahwa persoalan ini sudah menjadi bagian masalah ikhtilaf diantara para ulama. Maknanya sejak lama ada ulama yang menyatakan perempuan boleh menjadi imam sebagaimana ada ulama yang berpendapat sebaliknya. Mengambil pendapat yang membolehkan kemudian menjadi tertuduh korban ghazwul fikri sama dengan menilai para ulama periode klasik sebagai korban ghazwul fikri. Suatu tuduhan yang sangat sulit diterima dan mengada-ngada. c. Tentang muadzin dan khatib perempuan Jika rujukannya sidang komisi perlu ditegaskan bahwa sama sekali tidak ada pembahasan terkait dengan muadzin dan khatib perempuan. Saya sendiri tidak mengetahui penyebab yang pasti. Dalam dugaan saya karena poin-poin yang dibahas draf mencakup bidang ibadah dan muamalah maka cakupan yang tersajikan sangat luas. Ini menyebabkan para peserta mengomentari poinpoin yang dipandang krusial dan mewakili keseluruhannya. Dalam kaitan itulah, poin muadzin dan khatib perempuan tidak mengundang komentar peserta sidang komisi. Boleh jadi peserta sudah menyimpulkan sendiri bahwa persoalan ini dianalogikan pada persoalan imam. Karena itulah lagi-lagi Sdr. Syamsul Hidayat telah melakukan pemberitaan yang tidak cermat tatkala persoalan ini dinyatakan tidak disepakati. d. Tentang pernikahan poligami Salah satu persoalan yang paling sensitif yang diangkat dalam draf fiqih perempuan adalah hukum pernikahan poligami. Ada dua catatan penting yang disampaikan peserta sidang. Pertama, komisi menyampaikan catatan bahwa ayat-ayat tentang poligami sebaiknya dikemukakan secara utuh sehingga maqasid yang tercakup dalam pemberlakuan poligami dapat dipahami secara seksama. Kedua, hukum asal pernikahan dalam Islam adalah monogami, sehingga poligami tidak dianjurkan. Simpulan demikian bukan saja didasarkan pada istidlal serta literatur yang ada tapi berlandaskan pada suasana kebatinan yang dipraktikkan umumnya warga Muhammadiyah dan Aisyiyah. Jadi sama sekali tidak ada virus gahzwul fikri yang menyelinap dalam poin ini karena menuduh itu terjadi sama dengan menuduh Prof. Yunahar Ilyas dan Prof. Saad Abdul Wahid telah menjadi korban ghazwul fikri. Adalah benar Ustadz Saad Ibrahim dari Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jawa Timur menyampaikan keberatannya. Dalam hal ini catatan yang dikemukakan Ustadz Saad Ibrahim adalah Bagaimana mungkin hukum poligami tidak dianjurkan wong ayatnya saja bersifat amr, perintah?. Yang tidak terdengar dan terbaca oleh Sdr Syamsul Hidayat adalah bahwa ungkapan (ibarah) yang biasa digunakan ayat AlQuran untuk menyatakan kebolehan suatu tindakan adalah uhilla lakum (dihalalkan/dibolehkan untukmu), laa junaaha (tidak ada salahnya buatmu). Bahwa surat An-Nisaa ayat 3 tersebut di atas menggunakan bentuk perintah yang secara harfiyah nikahlah kamu sekalian (fankihuu), kalimat perintah tersebut mesti diletakkan dalam bingkai agenda kemanusiaan yang lebih besar yaitu bahwa pernikahan poligami dimaksudkan untuk menopang tujuan esensialnya yaitu menyelamatkan anak yatim serta para janda. Meminjam perspektif ushul fiqih ketentuan poligami dapat dikategorikan sebagai ketentuan muayyidat atau ketentuan penyokong demi terlaksananya ketentuan hukum esensial yang inti atau ashli. Dengan pengkategorian ini poligami bukanlah peraturan yang menjadi norma umum dalam Islam. Ia hanya peraturan yang partikular yang diterapkan secara ketat dalam kondisi-kondisi tertentu yang benar-benar menghendakinya. Suatu kondisi darurat sosial dimana setiap orang dituntut untuk berperan serta menyelamatkan sesama manusia (janda dan anak yatim). Dalam ungkapan lain poligami dalam Islam tidak dimaknai sebagai ketentuan memberikan kelonggaran kepada pria untuk menikahi lebih dari satu perempuan. Karena itu ketika sidang pleno memutuskan poin bahwa prinsip pernikahan dalam Islam itu adalah monogami sedangkan poligami merupakan pengecualian merupakan jalan tengah yang cerdas. Wallahu alam bi ash-Shawab.
SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

57

58

24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

MUSYAWARAH WILAYAH MUHAMMADIYAH DIY KULONPROGO. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, awal Oktober yang lalu telah mengadakan Musyawarah Wilayah, berlangsung di Wates, Kulonprogo. Musyawarah Wilayah yang mengambil tema, Pencerahan Menuju Peradaban Utama ini diikuti oleh, anggota Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, Ketua PDM se-DIY, Wakil PDM se-DIY, Ketua PCM se-DIY, Wakil PCM se-DIY, Wakil Pimpinan Organisasi Otonom Tingkat Wilayah DIY, serta wakil Majelis dan Lembaga tingkat Wilayah DIY serta undangan khusus. Hadir dalam acara pembukaan adalah, Bupati dan Wakil Bupati Kulonprogo, Bupati Sleman, Bupati Gunungkidul, Walikota dan Wakil Wali Kota Yogyakarta, serta Gubernur DIY yang sekaligus membuka acara Muswil. Acara muswil, selain mendengarkan laporan pertanggungjawaban PWM DIY periode 2005-2010, juga dilaksanakan pemilihan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY periode 2010-2015. Dalam laporannya PWM DIY, antara lain menyampaikan telah berhasil melaksanakan Muktamar Muhammadiyah ke-46, Muktamar Aisyiyah ke-46 dan Muktamar Ikatan Pelajar Muhammadiyah ke-17. Selain itu, salah satu prestasi monumental yang baru pertama kali di lingkungan Muhammadiyah, adalah dengan berhasilnya PWM DIY bekerja sama dengan UAD mendirikan stasiun televisi, yang bernama AdiTV. Televisi ini, televisi pertama yang dimiliki oleh Muhammadiyah. Musyawarah Wilayah juga telah berhasil memilih 13 orang Pimpinan Wilayah Muhammadiyah periode 2010-2015, yakni: Agus Taufiqurrohman (196), Khoiruddin Bashori (180), Herry Zudianto (161), Azman Latif (160), Muh. Anis (157), Kamiran Qomar (153), Tasman Hamami (140), Hamdan Hambali (133), Muhammad Isnawan (125), Untung Cahyono (117), Sukiman (104), Abunda Farouk (96), Ikhwan Bagyo (86). Dengan hasil perolehan suara seperti itu, ketiga belas terpilih ini, menetapkan Agus Taufiqurrohman sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY periode 2010-2015. im

RAKERDA DIKDASMEN PDM KOTA SIBOLGA SIBOLGA. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Sibolga, belum lama ini melaksanakan rapat kerja, yang berlangsung di Komplek Perguruan Muhammadiyah Kota Sibolga. Rakerda kali ini mengambil tema, Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah Kota Sibolga. Rakerda dibuka Wakil Ketua PD Muhammadiyah Kota Sibolga, H Mawardi Z. Drs. Hendra Jones dari Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara dalam sambutannya, pada pembukaan acara mengatakan, Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah dan pencapaian standar pendidikan Muhammadiyah, segera harus dicapai dengan melaksanakan suluruh tatanan dan aturan yang berlaku dengan baik. Sehingga, pendidikan Muhammadiyah dapat menjawab tantangan pendidikan bangsa ke depan. Rakerda diikuti oleh 58 orang berasal dari Majelis Dikdasmen PD Muhammadiyah Kota Sibolga, Majelis Dikdasmen PCM seKota Sibolga, Kepala-kepala Sekolah dan undangan dari PD Muhammadiyah dan PC Muhammadiyah se-Kota Sibolga. Rakerda juga melakukan evaluasi terhadap program yang sedang berjalan dan mengesahkan rancangan program ke depan. Rakerda ini juga menghasilkan rekomendasi baik untuk internal maupun eksternal. Drs. M Karhan Tanjung

PDM GUNUNG KIDUL SERTIFIKASI TANAH WAKAF GUNUNG KIDUL. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gunung Kidul, saat ini sedang memprogramkan sertifikasi tanahtanah wakaf yang ada di PDM Gunung Kidul. Sebagaimana diketahui di PDM Gunung Kidul, seperti yang disampaikan Mahmud Fauzi, saat ini terdapat 18 PCM, yang semuanya aktif. Persoalan tanah wakaf di PDM Gunung Kidul saat ini sedang dalam proses mendapatkan pengesahan. Dari beberapa lokasi, ada sekitar 77 lokasi yang sedang dalam proses pensertifikatan. Sedangkan 5 lokasi dalam proses untuk mendpatkan IGB dan HGB 9 lokasi yang belum mendapakan pengesahan. Selain itu, kegiatan atau aktivitas PDM Gunung Kidul dapat dikatakan berjalan dengan baik. Majelis-majelis melaksanakan kegiatannya sesuai dengan program yang telah disusun. Sebagai contoh, Majelis Tarjih dengan rutin menyosialisasikan keputusankeputusan Majelis Tarjih, terutama keputusan-keputusan yang dihasilkan oleh Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. Demikian pula Ortom-Ortom yang ada. Semuanya berjalan dengan baik dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dan program-program dari masing-masing Ortom. ron
SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

59

PIMPINAN WILAYAH AISYIYAH DIY SIAP ADAKAN MUSWIL YOGYAKARTA . Pimpinan Wilayah Aisyiyah Daerah Istimewa Yogyakarta, yang merupakan organisasi otonom khusus Muhammadiyah, pada periode 2005-2010 ini telah banyak melakukan kegiatan. Kegiatan yang dilakukan memang banyak berkaitan dengan peningkatan dan pemberdayaan kaum perempuan. Di antara kegiatan yang sudah dilakukan antara lain; peringatan hari gizi nasional, yang diadakan secara serentak di seluruh Pimpinan Cabang dan Ranting Aisyiyah se-DIY, peringatan hari anak nasional, gerakan keluarga sehat menuju keluarga sakinah, peringatan hari TB dengan menyelenggarakan jalan sehat dengan tema Selamatkan Keluarga dari TB bagi warga dan simpatisan Aisyiyah se-Kota Yogyakarta dan perwakilan kabupaten seluruh DIY. Selain itu, PWA DIY dalam rangka meningkatkan dan meneguhkan ideologi dalam ber-Muhammadiyah telah melaksanakan kegiatan berupa; Darul Arqom dan Baitul Arqom, refreshing dan pembinaan khusus seputar ideologi Muhammadiyah/Aisyiyah, baik di lingkungan Pimpinan Aisyiyah, BPP maupun pimpinan dan pengelola amal usaha Aisyiyah. Sosialisasi

konsep panduan dan pedoman pelaksanaan Qoryah Thoyyibah di semua jenjang pimpinan, mulai dari Wilayah sampai tingkat Ranting. Pembinaan Cabang dan Ranting dengan kegiatan antara lain, mendorong berdirinya Cabang/Ranting baru atau yang merupakan pemekaran dari suatu kawasan, serta pembinaan kepada Cabang/Ranting yang kurang aktif dengan berbagai model kegiatan, mengintensifkan pertemuan antarCabang dan Ranting. Juga, melakukan berbagai bentuk kerja sama dengan berbagai instansi dan lembaga di luar Aisyiyah, di antaranya dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga, Departemen Agama, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Dinas Kesehatan, BKKBN dan beberapa lembaga lain. Semua kegiatan di atas, akan dilaporkan pada saat Musyawarah Wilayah Aisyiyah DIY, yang rencananya akan dilaksanakan pada bulan November 2010 ini, bertempat di Pimpinan Daerah Aisyiyah, Kabupaten Bantul, DIY. Untuk pelaksanaan Muswil ini, telah dibentuk kepanitiaan di antaranya, Hj Zulaikhah selaku Ketua Steering Commite, Hj Zamzamah (OC) dan Dra. Hj Hanah Hanum selaku Ketua Panitia Pemilihan Anggota PWA periode 2010-2015. ron

MUSYAWARAH WILAYAH MUHAMMADIYAH JAWA TENGAH PURWOREJO . Musyawarah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, beberapa waktu yang telah berlangsung dengan sukses. Musyawarah yang dilaksanakan di kampus Universitas Muhammadiyah Purworejo ini, dibuka secara resmi oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin. Musyawarah Wilayah ini, selain mendengarkan laporan pertanggungjawaban PWM Jawa Tengah periode 20052010, juga telah berhasil memilih dan menetapkan 13 orang PWM Jawa Tengah periode 2010-2015. Proses pemilihan sendiri berlangsung dengan lancar. Dalam proses perhitungan, Panitia Pemilihan dibantu oleh 80 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo menghitung 1652 suara yang masuk. Dari hasil perhitungan suara, Sekretaris PWM Jawa Tengah Periode 2005-2010, Drs. Tafsir, M. Ag, memperoleh suara terbanyak dengan 1296 suara, disusul Drs. H. Musman Thalib, M. Ag, dengan 1227 suara dan Hasan Asyari Ulamai dengan 1061 suara. Namun, untuk jabatan ketua PWM Jawa Tengah, walaupun Drs. Tafsir, M.Ag mendapat suara terbanyak, 13 orang terpilih menyetujui dan menetapkan Drs. H Musman Thalib, M.Ag sebagai Ketua Umum PWM Jawa Tengah periode 2010-2015. Karena Drs. Tafsir, M.Ag, tidak bersedia ditetapkan sebagai Ketua Umum PWM Jawa Tengah. Berikut daftar 13 Anggota Terpilih Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah: 1. Drs. Tafsir, M. Ag (1296 suara) 2. Drs. H Musman Thalib, M Ag (1227) 3. DR. A. Hasan Asyari Ulamai, MA (1061), 4. Drs. H Rozihan, SH, M. Ag (1001), 5. Prof. Dr. H Ahmadi (993), 6. Prof DR. Suparman Syukur, MA (980), 7. H Ari Anshori, M. Ag (978), 8. Prof. DR. Dailamy (965), 9. Drs. H. M. A. Fatah Santoso, MA (913), 10. Dr. Wahyudi, M. Pd (760), 11. DR. H Yusuf Suyono, MA (730), 12. Drs. H. M. Darori Amin, M. Ag (714), 13. DR. H. Masrukhi, M. Pd (686). Sementara itu, Musyawarah Wilayah Aisyiyah Jawa Tengah, yang dilangsungkan bersamaan dengan Musyawarah Pimpinan Muhammadiyah Jawa Tengah, di tempat yang sama telah menetapkan lima orang formatur terpilih. Kelima formatur tersebut adalah; Hj Siti Taqiyah (139), Dra. Hj Noor Aini Amrozi (134), Hj Mufnaetty, SCh., M.Ag (130), Dra. Eny Winaryati, M.Pd (119) dan Dra. Hj Anjardjati, M.Si (86). Dari lima orang formatur tersebut, sepakat dan menetapkan Hj Siti Taqiyah sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Tengah periode 2010-2015. im

60

24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

PDM BANJARMASIN BENTUK PANITIA PEMILIHAN BANJARMASIN. PDM Banjarmasin saat ini sedang menyiapkan Panitia Pemilihan Anggota Pimpinan PDM, setelah Muswil PWM Kalimantan Selatan usai berlangsung pada bulan Desember ini. Ketua PDM Banjarmasin, Prof. DR. HM Maruf Abdullah, SH, MM mengatakan hal itu pada Musyawarah Pimpinan dan Rapat Kerja PDM Kota Banjarmasin, yang berlangsung belum lama lalu di PCM Banjarmasin. Masa periode kepemimpinan PDM Banjarmasin berakhir pada bulan Februari 2011, sehingga dengan terbentuknya panitia pemilihan yang dipimpin oleh Ketua Haji Ainuddin Abdullah, SH dengan wakilnya Drs. H Maskur, MM dapat segera menyiapkan diri. Susunan pemilihan tersebut dilengkapi dengan Sekretaris Nurdin Syahri, S. Ag, Riza Fahlivi dengan anggota Drs. H Gusti Daud Mahmuda, Hj Wasiyah S.Pd dan Hj Masrurah, S.Ag Diharapkan agenda akan terus berlangsung, seusai Musda disusul Muscam pada bulan April dan Musran pada bulan Mei. Semoga Muswil Kalsel yang akan berlangsung Desember 2010 dapat berlangsung mulus sehingga agenda acaranya akan berurutan hingga Musran. Muswilnya sendiri berlangsung di Kota Marabahan, Kabupaten Barito Kuala. Saroso sundoro

NONTON BARENG FILM SANG PENCERAH DENPASAR. Jajaran Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Denpasar Bali, mengadakan nonton bareng Film Sang Pencerah yang berlangsung akhir September lalu di Denpasar. Kegiatan nonton bareng Film Sang Pencerah, mengundang para sesepuh dan mantan pimpinan Muhammadiyah yang berdomisili di Denpasar. Sebelumnya, PDM Kota Denpasar, Drs. H Anam Zakaria, menginstruksikan kepada seluruh jajaran amal usaha Muhammadiyah Denpasar untuk nonton Film Sang Pencerah, disusul kemudian nonton bareng jajaran siswa dan guru-guru sekolah dan Pimpinan PDM Muhammadiyah Denpasar. Khusus untuk siswa, kegiatan tersebut untuk menambah pengetahuan dan semangat ber-Muhammadiyah, agar kelak dapat menjadi kader-kader Pimpinan Muhammadiyah masa depan. Bambang Soemedhi UNMUH LUWUK DIMINATI MAHASISWA LUWUK. Universitas Muhammadiyah Luwuk yang berada di Jalan KH Ahmad Dahlan No III/79 Luwuk Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah, kini diminati oleh mahasiswa baru yang ingin

belajar di tempat itu. Dalam penerimaan mahasiswa baru belum lama lalu, hal itu sudah mencerminkan minat masyarakat yang ingin mempercayakan anaknya untuk belajar di tempat ini. Lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah yang berada di kota Luwuk memang sudah banyak dikenal karena keseriusannya dalam mengelola lembaga pendidikan agar menghasilkan tenaga-tenaga terdidik yang berkualitas. Universitas yang berdiri pada 29 Maret 2000 ini, kini memiliki fakultas ISIP, Agama Islam, Hukum, Ekonomi, Teknik, Pertanian dan Perikanan. Diharapkan dengan tenaga dosen yang berjumlah 126 akan mampu secara efektif memberikan materi perkuliahan secara mantap. Mereka berstatus dari S1 hingga S3. am

TIM MEDIS MUHAMMADIYAH SISIR PENGUNGSI DI PERBUKITAN WASIOR WASIOR Setelah 16 jam berlayar dari Manokwari dengan Kapal Meranti, Tim Medis Muhammmadiyah sampai di lokasi bencana banjir bandang di Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Tim yang berangkat pukul 15.30 WIT dari Manokwari, Tim yang terdiri satu dokter, 3 perawat dan 1
SUARA MUHAMMADIYAH 21 / 95 | 1 - 15 NOVEMBER 2010

61

koordinator tim itu, mendarat di Wasior pukul 07.30 WIT , Rabu (13/10/2010). Upaya menembus Wasior ini karena berdasarkan informasi lembaga-lembaga yang tergabung dalam Humanitarian Forum Indonesia (HFI), di Wasior banyak pengungsi yang tidak mau diungsikan, sehingga tidak mendapat pelayanan medis. Menurut Koordinator Tim, Budi Santosa SPsi, Semula, Tim Medis Muhammadiyah berusaha mengoptimalkan pelayanan kesehatan di Manokwari mengingat mayoritas pengungsi ada di Manokwari. Namun setelah koordinasi bersama lembaga-lembaga yang tergabung dalam HFI pada Selasa Siang, (12/10/2010), Tim Medis Muhammadiyah diminta untuk membagi tim nya menjadi dua, sehingga Dr. Rano Irmawan dari RS PKU Muhammadiyah Bantul bersama dua perawat menangani dua Camp Pengungsian di Manokwari, sedangkan Dr. Corona Rintawan dari RS Muhammadiyah Lamongan bersama dua perawat menyeberang ke Wasior bersama koordinator tim dengan membawa obat - obatan. Salah satu pertimbangannya adalah karena di Manokwari tim kesehatan dari Dinas Kesehatan dan Palang Merah Indonesia sudah berbagi tugas dengan Tim Muhammadiyah. Sesampai di Wasior, tim dijemput tim dari Karina yang membuka posko di Gereja Katolik Laurensius, Wasior. Tim akan menyisir bukit-bukit di sekitar kota Wasior, yang selama ini tidak mendapatkan pelayanan medis. Kami harus menggunakan truk, untuk menembus jalan berlumpur, kata Budi Santosa. Sementara itu, sekretaris Posko Muhammadiyah Manokwari, Muhibbudin Dananjaya mengabarkan bahwa Tim Medis yang bertugas di Camp Pengungsian Manokwari, sudah memberikan pelayanan kesehatan di Camp yang terletak di Balai Latihan Kehutanan (BLK) Manokwari pada Shit sore, jam 14.00 WIT hingga jam 21.00 WIT. Selanjutnya tim juga dibawa petugas dari Posko untuk memberikan pelayanan kesehatan pada pengungsi yang ditampung di Kampung Makassar, Manokwari. Hingga berita ini diturunkan, direncanakan pemberangkatan Tim Medis Muhammadiyah berikutnya karena kebutuhan lapangan yang mendesak. Dana sumbangan masyarakat pun terus dihimpun oleh Muhammadiyah melalui rekening a.n LAZIS MUHAMMADIYAH BCA 8780 171 171 / MANDIRI 12300 99 00 8999/ BNI SYARIAH 00 915 39 444. Upaya Muhammadiyah ikut membangun di Wilayah ini memang sudah diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar, walaupun jumlah umat Islam minoritas. Salah satu buktinya, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Manokwari, saat ini dari 800 mahasiswanya, 90 persen di antaranya beragama Nasrani. Arif Nur Kholis

berpartisipasi terhadap semua kegiatan yang dilakukan oleh PWM Bali termasuk, turut secara aktif mensuport kegiatan Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Provinsi Bali yang diadakan di Denpasar. Ajang Musyawarah Wilayah Muhammadiyah di Bali, kini memiliki peran penting dalam pengembangannya menguatkan kedudukannya sebagai pusat dakwah Muhammadiyah yang pesat akhir-akhir ini di wilayah timur pulau Jawa. Masyarakat sudah terlanjur mengakui, peran penting Muhammadiyah dalam membangun daerah itu menjadi lebih dinamis, banyak kegiatan yang berhasil menyantuni masyarakat miskin dan kalangan dhuafa. Sedang kegiatan ekonomi nyata memberdayakan peningkatan kemampuan daya beli masyarakatnya. Banyak kegiatan ekonomi dilakukan warga Muhammadiyah di Bali, termasuk kegiatan dalam bisnis pariwisata Bali. Klungkung adalah salah satu kabupaten yang tidak jauh dari Denpasar dan Badung, yang sarat dengan pusat-pusat tujuan pariwisata Bali. Perkembangan Cabang dan Ranting di Klungkung dengan amal usahanya, juga menampakan geliat yang produktif sekaligus mampu memberikan kontribusi dukungan terhadap kegiatan secara menyeluruh dari PWM Bali. am

PDM KLUNGKUNG SUPORT MUSWIL BALI KLUNGKUNG. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Klungkung yang diketuai oleh Syaifullah, berusaha terus
62
24 ZULKAIDAH - 8 ZULHIJAH 1431 H

STIKEP PONTIANAK ANDALAN PWM KALBAR PONTIANAK. Sekolah tinggi yang ada di PWM Kalimantan Barat ada beberapa buah, di antaranya yang kini tampak semakin solid adalah Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Stikep Muhammadiyah Pontianak. Stikep Pontianak memiliki visi sebagai institusi pendidikan tinggi keperawatan yang Islami dengan menghasilkan tenaga sarjana perawat profesional jenjang S1 dan D3 yang memiliki landasan profesional dan Islami serta mampu bersaing di era global. Kampus Stikep yang berada di Jalan Sei Raya Dalam Ceria V No. 10 Pontianak sangat strategis bagi pengembangan pendidikan di masa mendatang. Dilengkapi dengan Pusat Studi Al Islam, Muhammadiyah, laboratorium keperawatan terpadu, Biomedik, Komputer, Bahasa dan Internet dapat menjadikan mahasiswa terpacu menyejajarkan diri dengan lulusan keperawatan lain. Sekolah tinggi yang didirikan 16 Juli 2006 ini, memilikit tenaga dosen 45 orang dengan 497 mahasiwa. Diharapkan akan bersama- sama dengan amal usaha lain, mampu menjadi ikon perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di bumi Kalimantan Barat yang sangat luas ini. Perhatian dari jajaran pimpinan PWM Kalbar, termasuk dukungan yang penting atas peran Stikep untuk berkembang lagi lebih baik. am

Anda mungkin juga menyukai