Anda di halaman 1dari 8

IPS

KERAGAMAN BUDAYA DAERAH

Kelompok:
1. Diandra Areta R
2. Elsa Sabrina Amanda
3. Julivia Arma’Isya
4. Kirana Prameswari
SUKU DAYAK (KALIMANTAN BARAT)

Di Kalimantan terdapat suku asli yang bernama Suku Dayak.


Masyarakat adat ini memiliki keunikan dan ciri khasnya sendiri.
Menurut sejarah, suku ini pernah mendirikan kerjaan sebelum
akhirnya dihancurkan oleh Majapahit. Peristiwa tersebut membuat
masyarakat Dayak terpencar dan terdesak. Sebagai masyarakat adat,
Suku Dayak sangat menjunjung tinggi adat istiadatnya. berikut
beberapa ciri khas suku dayak :

A. UPACARA ADAT

Tiwah merupakan upacara yang dilaksanakan untuk mengantar rulang


orang yang meninggal ke Sandung yang telah dibuat. Sandung
merupakan sebuah tempat rumah kecil yang dibuat khusus untuk
orang meninggal. Upacara tiwah sangat sakral dan sebelum tulang
diantar dan diletakan di Sandung, banyak ritual, tarian, suara gong,
dan hiburan lain yang dilakukan.
B. RUMAH ADAT

Rumah inilah yang menjadi tempat tinggal masyarakat Dayak


di seluruh Pulau Kalimantan. Rumah-rumah ini biasa dijumpai di
perkampungan Suku Dayak sekitar hulu sungai.

Rumah ini memiliki keunikan bentuknya mirip pangggung. Dibawah


rumah ada tiang kayu yang kokoh asli Kalimantan dengan tinggi
sekitar 5 meter. Panjang rumah sekitar 100 – 150 m dengan lebar
kurang lebih 50 m.

Rumah bentang berbentuk megah dan tinggi dengan anak tangga


untuk bisa masuk ke dalam rumah. Anak tangga dibuat ganjil sesuai
dengan kepercayaan suku tersebut.

Mereka percaya anak tangga ganjil akan mempermudah mendapatkan


rezeki dan dijauhkan dari kesulitan. Tangga tersebut bisa diangkat saat
malam hari agar tidak diganggu ilmu mistis yang menyerang penghuni
rumah.

Bentuk rumah tersebut ternyata memiliki tujuan tersendiri. Adapun


tujuannya sebagai berikut:
 Menghindari kerugian akibat banjur karena umumnya dibangun
dekat sungai.
 Menghindari binatang buas yang berkeliaran di sekitar hutan
Kalimantan.
 Menjaga keamanan dari orang jahat.

Rumah tersebut menjadi kearifan lokal yang harus dilestarikan. Selain


itu, rumah betang juga menjadi simbol bahwa masyarakat Dayak
merupakan pekerja keras. Karena hulu rumah menghadap ke arah
matahari terbit dan mereka akan mulai bekerja sejak matahari muncul.

Sementara itu, bagian hilir menghadap searah matahari terbenam.


Yang menandakan bahwa Suku Dayak akan berhenti bekerja ketika
sore hari dan mulai bekerja lagi keesokan hari.

Rumah adat ini berbentuk besar dan mewah karena dihuni oleh


banyak orang. Hal tersebut juga membuktikan bahwa suku ini
memiliki nikai kebersamaan dan ikatan antar anggota keluarga yang
kuat.

C. PAKAIAN ADAT

 King Baba

Busana adat untuk kaum pria bernama King Baba. Dalam bahasa


Suku Dayak, King artinya pakaian dan Baba berarti laki-laki. Pakaian
ini dibuat dari kulit kayu ampuro atau kayu kapuo yang merupakan
tanaman endemik Kalimantan.

Kulit kayu dibentuk mirip ropi tanpa lengan dan celana panjang.
Pewarnaan dilakukan menggunakan warna alami. Sebagai hiasan,
dikenakan juga ikat kepala dan ada juga sehelai bulu burung enggang
khas Kalimantan.

Atribut pelengkap lainnya yaitu senjata tradisional dari mandau dan


perisai. Senjata ini biasanya dikenakan saat hendak perang. Maka dari
itu, pakaian adat Suku Dayak dikenal juga sebagai pakaian perang.

 King Bibinge

Untuk pakaian adat perempuan terbuat dari bahan yang sama. Namun
desainnya lebih sopan dan dilengkapi penutup dada, stagen, kain
bawah, serta perlengkapan seperti kaluk, manik-maink dan hiasanya
bulu burung enggang di kelapa.

Ada juga perhiasan seperti jarat tangan atau gelang tangan dari akar
tanaman tengang serta kalung dari akar kayu atau kulit hewan.

Pakaian adat Suku Dayak baik laki-laki atau perempuan dahulunya


dikenakan untuk aktivitas sehari-hari. Namun karena bahannya panas
dan kurang nyaman, membuat pakaian ini mulai ditinggalkan.
Ditengah kemajuan peradangan, pakaian Dayak mengalami
modifikasi hasil akuturasi dengan budaya lain.

D. TARIAN DAERAH

 Tari Adat Ajat Temuai DataI

Tari Ajat Temuai Datai yang adai di Kalimantan Barat dikabarkan


asalnya dari suku yang bernama Suku Dayak Iban. Pada istilah Ajat
Temuai Datai terkandung maksud proses pengucapan rasa syukur
kepada Sang Pencipta atas kedatangan tamu di tanah didaerah
Kalimantan Barat.
Seiring bergulirnya sang waktu, tarian ini kesenian tari penyambutan
tamu kenegaraan. Ada beberapa kriteria tamu yang mendapat
penyambutan dari tari ini. Salah satunya, pemimpin dari dari lain yang
ingin menjalin kerjasama atau sekedar menghadiri undangan.

 Tari Adat Kondan


Tari adat Kondan merupakan tarian yang berasal dari Kalimantan
Barat, tarian ini memiliki makna yang berbeda antara satu gerakan
dengan gerakan yang lainnya. Pada jenis-jenis tarian tertentu ada yang
sangat terkenal pada kalangannya sendiri, dan ada juga yang kurang
populer disebabkan gerakan yang belum pernah terlihat atau terkesan
kaku sama sekali.
Tari Kondan merupakan tarian yang sering dipakai pada acara seperti
acara pernikahan, acara adat istiadat ataupun acara keagamaan serta
ritual. Ada kesamaan dengan tari daerah yang ada di pulau Jawa. Pada
beberapa gerakan menuai tanda tanya dan masih menyimpan misteri
pada beberapa gerakan yang dilakukan oleh penari bagi para
penonton.

E. SENJATA TRADISIONAL

Senjata satu ini memang khas Dayak dan hanya ditemui di


sana. Dilihat dari bentuk, Mandau ini sama seperti pedang
pada umumnya. Hanya saja ia memiliki beberapa ciri khas
berupa ornamen-ornamennya yang cantik. Bahkan beberapa
mandau juga dihiasi emas dan perak.
F. BAHASA DAERAH

Bahasa kendayan (logat/indonesia) atau bahasa kanayatn (logat


dayak) adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan diwilayah sekitar
kalimantan barat. Bahasa kendayan mempunyai beberapa dialek
antara lain ambawang, kendayang, ahe, selako. Dan tutur bahasa
yang digunakan berdasarkan bahasa yang digunakan dalam
interaksi sesama kelompok regionalnya.
G. LAGU DAERAH

Lagu cik cik periok termasuk salah satu lagu daerah yang berasal
dari kalimantan barat. Tepatnya di sambas. Lagu ini diciptakan
oleh masyarakat dayak pada jaman penjajahan belanda. Konon,
masyarakat dayak sambas pada jaman dahulu menggunakan lagu
cik cik periok ini untuk menyindir kaum pendatang, yakni para
tentara jawa yang datang ke kalimantan menggunakan pakaian
Hindia Belanda. Kata cik cik periuk memiliki arti bunyi-bunyian
dari peralatan dapur. Sementara kata “belanga sumping dari jawa”
menggambarkan panci rusak yang berasal dari jawa.

Isi sindiran tersebut terlihat dari lirik terakhir yang berbunyi “cak
cak bur dalam belanga” artinya semua bahan sudah tercampur
dalam panci. Sedangkan lirik “idong picak gigi rongak”berarti
hidung pesek dan gigi ompong.

Anda mungkin juga menyukai